Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Nyeri Dada

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi bertempat di Ruang 709 lantai 7 Kampus B Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti. Diskusi diikuti oleh 12 orang mahasiswa. Diskusi yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 14 Mei 2013 yang diketuai oleh Gilang Pradipta dengan Sekretaris Fyrnaz Kautharifa,
serta tutor dr.Juni Chudri,MARS
Kasus yang dibahas adalah mengenai seorang laki-laki,50 tahun,datang dengan nyeri dada
hilang timbul. Pada pasien dilakukan tindakan medik sebagai tindakan diagnostik dan
terapeutik. Masing-masing tindakan mempunyai indikasi,kontraindikasi, prosedur kerja serta
komplikasi yang kami bahas dalam diskusi tersebut.
Selama jalannya diskusi ini, seluruh mahasiswa mengikuti jalannya diskusi dengan baik dan
memberikan kontribusinya pada jalannya diskusi ini.











BAB II
LAPORAN KASUS
Saudara sedang praktek saat seorang laki-laki, 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada
hilang timbul. Waktu timbulnya tidak tentu. Nyeri terasa seperti tertekan di dada kiri.
Riwayat merokok 1 bungkus per hari. Hiperternsi (-). Ayah pasien meninggal mendadak pada
usia 49 tahun. TD: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit. Pemeriksaan fisik lain-lain dalam batas
normal.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan irama sinus dalam batas normal, tidak terdapat tanda-
tanda iskemia miokardium. Anda menganjurkan pasien untuk melakukan treadmill stress test
yang menunjukan hasil positive.
Pasien setuju untuk dilakukan angiografi koroner. Hasilnya didapat stenosis 80% di left
Anterior Descending artery di bagian proksimal. Pasien kemudian menjalani intervensi
Koroner Perkutan (Percutaneous Coronary Intervention = PCI) dan dipasang 1 stent.
Saat ini pasien tidak ada kelihan dan dalam pengobatan antiplatelet dan statin.










BAB III
PEMBAHASAN
A. MASALAH DAN HIPOTHESIS
Masalah

Hipotesis
1.Pasien seorang laki- laki berumur 50
tahun dengan nyeri dada hilang timbul
Dengan umur pasien yang sudah memasuki
usia senja banyak penyakit yang dapat terjadi
sehubungan dengan nyeri dada seperti:
Penyakit kardiovascular
PJK, Iskemi miokard, dll
Penyakit Psikogenik
Ansietas, depresi
Penyakit gastrointestinal
Spasme esophagus, penyakit ulkus
peptikum
Penyakit pulmonal
Pneumotoraks , emboli paru
Penyakit neuromuskuloskletal
Herpes zoster, kostokondritis
Anemia berat

2.Nyeri terasa di dada sebelah kiri . Nyeri
serasa di tekan
Penyakit kardiovascular .
Sifat nyeri tumpul dan lokasi nyeri
mendukung hipotesa ini

3.Pasien merokok 1 bungkus perhari Penyakit kardiovascular
Merokok merupakan gaya hidup yang tidak
sehat karena menyebabkan lipolisis meningkat
sehingga hasil dari lipolisis dapat menjadi plak
yang menyumbat pembuluh darah.
Pneumotoraks
Merokok dapat menyebabkan COPD yang
pada akhirnya menyebabkan pneumotoraks

4.Tekanan darah 140/90 Pasien menderita hipertensi yang menandakan
adanya kerja jantung yang berlebih yang
diakibatkan oleh berbagai hal. Seperti:
Anemia berat membuat kerja jantung
lebih berat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh
Penyakit kardiovascular seperti PJK
dan iskemi miokard karena adanya
plak- plak yang menyumbat pembuluh
darah.


B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan Interpretasi
Tekanan darah 140/90 Hipertensi stage 1
Heart rate 86x/menit Normal

Pemeriksaan fisik lain-lain dalam batas normal
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik lain dalam batas normal maka hipotehesis selain
penyakit kardiovaskular dapat dihapuskan. Hipothesis yang dapat dipertahankan yaitu
penyakit kardiovaskular seperti PJK.
C. TINDAKAN MEDIK YANG DILAKUKAN TERHADAP PASIEN
Tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien adalah :
1) EKG
Prosedur
1. Jelaskan prosedur dan tujuan pada pasien, kemudian pasien diminta untuk membuka baju,
semua barang berlogam yang dikenakan dan berbarin di tempat tidur.
2. Sebelum dipasang elektroda, terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol dan diberikan gel
pada permukaan tubuh yang akan dipasang elektroda.
3. Kemudian dipasang elektroda pada bagian-bagian sebagai berikut:
Sandapan ekstrimitas:
a. sandapan unipolar aVR (pergelangan tangan kanan), aVL (pergelangan tangan kiri), aVF
(pergelangan kaki kiri)
b. sandapan bipolar I ( beda potensial tangan kiri dan kanan), II (beda potensial kaki kiri dan
tangan kanan), III (beda potensial kaki kiri dan tangan kiri)
Sandapan dada: V1 (Intercostal space 4 garis sternum kanan), V2 (ICS 4 garis sternum kiri),
V3 (diantara V2 dan V4), V4 (ICS 5 garis midclavicular kiri), V5 (garis aksillaris anterior
sejajar dengan V4), V6 (garis midaksillaris sejajar dengan V4 dan V5).
1


Gambar 1. Sandapan ekstremitas dan dada
4. Setelah dipasang elektroda, nyalakan mesin kemudian dicatat pada mesin EKG potensial
listrik jantung pasien.
Indikasi
Indikasi dilakukan EKG:
1. Nyeri dada
2. Miokard infark
3. Gagal jantung
4. Palpitasi
5. Riwayat sinkop
Kontraindikasi
1. Pasien dengan pacemaker

Hasil pemeriksaan EKG didapatkan irama sinus dalam batas normal dan tidak terdapat tanda-
tanda iskemia miokardium.
2) TREADMILL STRESS TEST
Pengertian
Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan stress fisiologi yang
dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat istirahat.
Dasar dasar fisiologi
Dasar fisiologi uji latih jantung beban adalah latihan dinamik. Telah diketahui latihan
dinamik memberikan serial kompleks penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat
peningkatan suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme yang terjadi,
disamping upaya untuk mempertahankan suplai darah ke organ vital seperti otak dan jantung.
Secara umum akibat latihan dinamik dapat terjadi :
- Peningkatan curah jantung ( cardiac Output )
- Tekanan darah arterial meningkat
- Tahanan / resistensi perifer meningkat
Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital seperti jantung akan mengakibatkan
perubahan pada rekaman listrik jantung ( EKG ) ataupun rekaman listrik ke otak ( EEG ).
Khusus pada EKG akan terlihat perubahan segmen ST berupa ST depresi atau ST elevasi.
Respons denyut jantung.
Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem kardiovaskuler terhadap
latihan yang dapat diukur untuk pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama dari
peningkatan curah jantung ( CO ) dimana :
CO = HR X SV
Denyut jantung meningkat secara linier sesuai dengan beban peningkatan beban kerja ( work
loads ) dan peningkatan ambilan oksigen ( oksigen uptake )
Respons tekanan darah.
Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik yang mengakibatkan
peningkatan curah jantung ( CO ). Tekanan sistolik meningkat segera dalam beberapa menit
pertama dan kemudian terjadi tingkat penyesuaian yang disebut stedy state ( saat
penyesuaian ). Sedang tekanan diastolik tidak mengalami perubahan yang nyata, bila terjadi
peningkatan tekanan diastolik (DBP) menandakan adanya hipertensi yang labil .
2







Gambar 2. Treadmill Stress Test

Indikasi
1. Untuk menegakkan diagnosa PJK.
2. Untuk mengevaluasi keluhan : nyeri dada , sesak nafas dll.
3. Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
4. Untuk mengevaluasi adanya disritmia.
5. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
6. Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler
Kontra indikasi :
1. Infark miokard akut < 5 hari.
2. Unstable angina pectoris
3. Hipertensi berat
4. Aritmia yang berarti
5 Sesak
6. Vertigo
Komplikasi
1. Hipotensi
2. Disritmia yang berat
3. Infark myocard acute
4. Syncope dan stroke
5. Trauma fisik ( jatuh saat test )
6. Henti jantung ( cardiac arrest )
7. Kematian
Indikasi penghentian test.

1. Keluhan subjektif
- Timbul nyeri dada yang hebat
- Sesak nafas
- Vertigo / pusing
- Nyeri pada persendian kaki
- Kelelahan / cape sekali
- Pasien minta agar test dihentikan
2. Objektif
- Respon hipertensi / hipotensi
- Timbul aritmia yang berarti
- ST depresi / ST elevasi > 3 mm
- Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk ( pucat,sianotik,ekstremitas dingin ).
- Target HR maximal tercapai
Persiapan Tindakan Treadmill test ada 2 :
1. Persiapan untuk pasien
- Malamnya tidur cukup
- Sebaiknya dua jam sebelum dilakukan tindakan tidak boleh makan
- Pada pagi harinya sebaiknya jangan olahraga dulu.
- Untuk diagnostic sebaiknya obat-obatan kardiovaskuler (beta blocker ) dihentikan sesuai
dengan perintah dokter.
- Harus bawa surat consult dari dokter.
2. Persiapan Alat
- Satu set alat treadmill
- Kertas printer teradmill
- Emergencytroly lengkap dan defibilator
- Plester
- Elektrode
- Oksigen
- Tensimeter dan stetoscpoe
- jelly
- Alkohol 70 % dan kassa non steril
- Tisue / Handuk kecil
- Celana ,baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.
Cara kerja
1. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara,maksud, manfaat dan resiko dari
treadmill.
2. Menentukan target HR submaximal dan maximal ( target HR max : 220 dikurang umur
dan submaximal adalah 85 % dari target HR max )
2. Pasien menandatangani formulir informed consent.
3. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill yang telah disediakan.
4. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
5. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode dengan menggunakan kassa
alkohol.
6. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
7. Sambungkan dengan kabel treadmill
8. Fiksasi electrode dengan sempurna
9. Masukkan data pasien ke alat treadmill
10. Ukur tekanan darah
11. Rekam EKG 12 leads
12. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan prosedur.
13. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan.
14. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets.
15. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit.
16. Hentikan test sesuai dengan prosedur.
Recovery
1. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test dihentikan.
2. Persilahkan pasien untuk duduk / berbaring.
3. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
4. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
5. Pemulihan biasanya selama enam menit / sembilan menit ( hingga gambaran EKG ,HR,
dan tekanan darah kembali seperti semula. )
6. Menberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
7. Lepaskan elektrode dan manset BP.
8. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
9. Merapihkan kembali alat alat pada tempatnya.
10. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih berada dalam pengawasan
petugas.
2
Protokol Bruce
Phase Speed Elevation
1 1,7 10
2 2,5 12
3 3,4 14
4 4,2 16
5 5 18
Setiap phase selama tiga menit.
Protokol Modifikasi Bruce
Phase Speed Elevation
1 1,7 0
2 1,7 5,0
3 1,7 10
4 2,5 12
5 3,4 14
Setiap phase selama tiga menit
Treadmill stress test pasien menunjukan hasil positive.




3) ANGIOGRAFI KORONER
Pengertian
Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis (Judkins) atau
arteri brachialis (Sones) yang didorong sampai ke aorta assendens dan diarahkan ke arteri koronaria
yang dituju dengan bantuan fluoroskopi (Woods, Froelicher, Motzer & Bridges, 2005).
Diagnostik invasif kardiovaskuler adalah suatu tindakan pemeriksaan diagnosik untuk menentukan
diagnosa secara invasif pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Dikatakan invasif, karena
tindakan ini memasukkan selang/tube kecil (kateter) ke dalam jantung, melalui pembuluh darah
baik vena atau arteri. Oleh karena itu biasa disebut juga pemeriksaan kateterisasi jantung
(Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe, 2001).
Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter ke dalam
sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung. Angiografi
koroner atau penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koronaria merupakan tindakan yang
paling sering digunakan untuk menentukan lokasi, luas dan keparahan sumbatan dalam arteri
koronaria (Price & Wilson 2005). Price dan Wilson (2005) menyebutkan bahwa angiografi
koroner dapat memberikan informasi tentang lokasi lesi atau sumbatan pada koroner, derajat
obstruksi, adanya sirkulasi kolateral, luasnya gangguan jaringan pada area distal koroner
yang tersumbat dan jenis morfologi lesi.

Gambar 3. Angiografi Koroner


Gambar 4. Normal Coronary Angiogram
Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni,Purnamasari & Rahayoe
(2001) dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu :
a. Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis.
b. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya.
c. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah.
d. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat-obatan.
e. Gagal jantung kongestif.
f. Gambaran EKG abnormal (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke
atas, asimtomatik.
g. Treadmill test positif.
h. Evaluasi bypass koroner.
i. Abnormal irama (bradi/takhikardia).
j. Kelainan katub jantung.
k. Kelainan jantung bawaan.
l. Kelainan pembuluh perifer.
Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut
Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) tidak ada yang mutlak, hanya bergantung pada
kondisi saat itu, yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan
kurang dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat
kontras (mungkin menjadi mutlak).
Komplikasi
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang
ditemukan dibagi menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a. Komplikasi mayor/utama
Komplikasi utama meliputi reoklusi akut, miokard infark baru,
pendarahan hebat di selangkangan kaki, tamponade jantung akibat
pecah atau robeknya dinding arteri koroner atau jantung ruang dan
kematian.
b. Komplikasi minor
Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner, ventrikel/atrium aritmia,
bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri trombus, emboli koroner. Komplikasi minor lain
adalah kehilangan darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia pada ekstremitas
tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi ginjal karena media kontras, emboli
sistemik dan hematoma di selangkangan, hematoma retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula
AV.
Komplikasi yang timbul pasca angiografi koroner melalui arteri arteri femoral dipengaruhi
oleh strategi untuk mengurangi komplikasi vaskuler yang terkait dengan kateterisasi jantung
melalui identifikasi faktor risiko yang terkait dan pelaksanaan strategi pengurangan risiko.
Antara ahli jantung dan perawat memainkan peran penting dalam pengenalan dini dan
pengelolaan komplikasi ini. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu pasien merupakan
aspek penting dari perawatan selama kateterisasi jantung. Hal-hal yang dapat meningkatkan
risiko untuk pengembangan komplikasi vaskular pasca kateterisasi jantung yaitu usia (yakni
usia lebih dari 70 tahun), jenis kelamin perempuan, sangat kurus atau gemuk tidak sehat,
adanya penyakit pembuluh darah perifer,
hipertensi (PA-PSRS, 2007).
Persiapan Pasien Pre Tindakan
Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa
persiapan terencana yang dilakukan pada pasien sebelum dilakukan PCA
adalah persiapan fisik, administrasi dan mental.
a. Persiapan fisik
1) Puasa (makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan.
2) Bebaskan area penusukan (cukur rambut pada area tersebut).
3) Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter.
4) Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium (Hb, CT,
BT, Ureum, Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill, X-ray,
Echokardiogram, EKG lengkap.
5) Nilai tanda-tanda vital saat itu.
6) Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis).
7) Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis
pedis) untuk kateterisasi melalaui arteri femoralis.
b. Persiapan Administrasi
1) Surat ijin tindakan/inform concent.
2) Surat pernyataan pembayaran (keuangan).
c. Persiapan Mental
Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi jantung (apa, bagaimana,
tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).
Prosedur angiografi koroner
Pasien harus tenang tiduran di meja alat pemeriksaan karena pada saat pemeriksaan pasien
tetap 'sadar' (tidak dibius umum).Sebelum pemeriksaan dokter akan melakukan pembiusan
lokal di lipat paha kanan atau di pergelangan tangan kanan. Nyeri akan sedikit dirasakan
sesaat jarum bius menembus kulit. Setelah itu area lipat paha akan 'mati rasa'.Kateter (selang
halus) 'steril' dimasukan melalui pembuluh darah arteri hingga ke pembuluh darah aorta.
Nyeri tidak akan dirasakan saat kateter masuk ke pembuluh darah.Pada saat kateter mencapai
muara arteri koroner, cairan kontras disuntikkan sehingga pembuluh darah koroner dapat
tertangkap oleh teknik pencitraan sinar X .Pada saat kontras disuntikkan pasien bisa
merasakan keluhan hangat bahkan panas, namun tidak berbahaya dan tidak perlu panik. Bisa
juga terasa keluhan kepala berat, panas di wajah dan rasa 'metal' di lidah beberapa saat
saja.Bila ada sumbatan, maka akan tampak aliran kontras berkurang ke ujungnya: dapat
diketahui letak, luas serta beratnya penyempitan di arteri koroner. Juga dapat dilihat
pergerakan kontras di jantung dan koroner. Selain dapat dilihat di layar monitor hasilnya
dapat pula di 'print'.Setelah observasi selama 6 jam, pasien boleh jalan kaki, makan dan
minum. Bila tidak dirawat, kemudian pasien sudah boleh pulang, kecuali bila ada kondisi
lain.
Hasil angiografi koroner pasien adalah stenosis 80 % di Left Anterior Descending Artery

4) PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION

Pengertian
PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau yang dikenal juga dengan coronary
angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka penyempitan (stenotic) pembuluh
darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya
penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibat dari penumpukan kolesterol
ini, aliran darah menjadi tidak lancar dan fungsi jantung menjadi terganggu sehingga
berpotensi menyebabkan serangan jantung. PCI dilakukan dengan memasukkan catheter yang
telah dilengkapi dengan balloon khusus dan stent yang akan diarahkan ke titik terjadinya
penyumbatan di dalam pembuluh darah arteri untuk membuka penyumbatan tersebut dan
mengembalikan aliran pembuluh darah arteri ke jantung. Tindakan PCI ini biasanya
dilakukan oleh interventional cardiologist. Dengan dilakukannya primary PCI, gejala dari
penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada (angina), sesak nafas (dyspnea), dan congestive
heart failure dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan.
3

Gambar 5. Percutaneous Coronary Intervention
Indikasi PCI
1. Angina pectoris dengan bukti adanya penyempitan pembuluh darah >60%
2. Unstable angina
3. Pasien yang mengalami ACS dengan ST elevasi
4. Restenosis
5. Angina pectoris setelah CABG
Kontraindikasi PCI
1. Disfungsi ventrikel yang berat
2. Restenosis multiple
3. Perdarahan lambung massif
Persiapan Sebelum Tindakan PCI
1. Pemeriksaan laboratorium
2. pemeriksaan EKG
3. Stress test (Treadmill)
4. Foto dada ( Rontgen Dada )
5. Puasa makan 4 - 6 jam sebelum tindakan, minum obat seperti biasa.
6. Pasien mendapat penjelasan tentang prosedur tindakan (inform consent)
7. Daerah yang akan dimasukkan kateter dicukur
8. Dipasang infus di lengan / tungkai kiri
9. Minum Obat anti Platelet sesuai terapi dokter
Prosedur PCI :
1. Dilakukan dengan menggunakan sinar X dan dilakukan di ruangan kateterisasi jantung
2. Selama tindakan pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan dokter dan perawat karena
menggunakan anestesi lokal
3. Tindakan dilakukan dari nadi lipat paha / lengan.
4. Balon atau stent akan dikembangkan di arena tempat pembuluh darah koroner yang
menyempit.
Setelah Pelaksanaan :
1. Pasien diperbolehkan makan atau minum.
2. Kaki area tindakan tidak boleh ditekuk selama 12 jam.
3. Apabila tindakan dari lengan, 4 jam setelah tindakan tangan tidak boleh ditekuk atau untuk
mengenggam.
5. Dirawat di ruang ICCU selama 1 hari untuk pengawasan.
6. Bila tidak ada komplikasi atau kelainan lainnya, pada keesokan harinya bisa diperbolehkan
pulang.
Jadi tindakan ini biasanya hanya 3 hari.Hari pertama masuk dan cek laborat lengkap, hari
kedua tindakan dan hari ketiganya boleh diperbolahkan pulang.
Tindakan PCI juga bukan tanpa resiko. Pasien umumnya dalam keadaan sadar saat tindakan
dilakukan dan rasa tidak nyaman pada dada mungkin dirasakan selama tindakan berlangsung.
Pendarahan pada titik insersi umum terjadi dan kadang juga timbul memar atau hematoma.
Reaksi alergi terhadap contrast dye yang dipakai juga mungkin terjadi. Tetapi, yang patut
diwaspadai adalah resiko komplikasi serius yang mungkin terjadi seperti :
1. stroke
2. Ventricular fibrillation (VF) atau ventricular tachycardia (VT)
3. Serangan jantung
4. Aortic dissection
5. Trombus yang terbentuk diballon
Resiko komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada:
- Seseorang berusia 75 tahun ke atas,
- seseorang yang pernah menderita sakit ginjal atau diabetes
- orang dengan kemampuan pompa jantungnya lemah
- orang yang pernah menderita sakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah
sebelumnya.
3

Pasien ini menjalani PCI dan dipasang 1 stent.
D. PATOFISIOLOGI
Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan
makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. penyakit Jantung
Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah
nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi
menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada
didindingnya.
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini adalah merokok, tekanan darah
tinggi, peninggian nilai kolesterol didarah, kegemukan stress, diabetes mellitus dan
riwayat keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung Koroner . Dengan bertambahnya
umur penyakit ini akan lebih sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada
wanita, tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil.
Faktor-faktor resiko PJK
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:
1. Hipertensi
2. Kolesterol darah
3. Merokok
4. Diet
5. Usia
6. Sex
7. Kurang latihan
8. Turunan
Berikut adalah proses terjadinya atherosklerosis:
1. Akumulasi lipoprotein dan modifikasi
Garis lemak (fatty streak) merupakan lesi permulaan pada proses aterosklerosis.
Pembentukan lesi awal ini timbul akibat akumulasi lipoprotein di sekita tunika intima.
Akumulasi partikel lipoprotein di sekitar tunika intima ini akibat keadaan
hiperkolesterolemia. Lipoprotein ini seringkali bersatu dengan matriks ekstraseluler yang
disebut proteoglikan, kemudian menembus (penetrasi) ke dalam intima, terpisah dari
antioksidan plasma, selanjutnya terjadilah proses oksidatif dan menghasilkan modified
lipoprotein (oxydized lipoprotein).
2. Adhesi monosit yang kemudian menjadi makrofag
Pada hiperkolesterolemia terjadi adhesi monosit dengan tunika intima.
3. Penetrasi monosit
Terjadinya migrasi dan penetrasi monosit ditarik oleh faktor kemotraktan yang
dikeluarkan oleh modified lipoprotein.
4. Pada fatty streak, monosit membagi diri dan mengekspresikan reseptor yang mengenali
modified lipoprotein (monosit menjadi makrofag) dan menangkapnya dan terjadi apa
yang dinamakan sel busa/foam cell yaitu makrofag yang penuh lemak (oxydized
lipoprotein)
5. Pembentukan fibrous cap dan lipid core
Dari lesi awal (fatty streak) menjadi lesi aterosklerotik yang lebih lanjut, smooth muscle
cell (SMC) berakumulasi dan meluas. Kemudian terjadi lipid core yang mengisi makrofag
(foam cell) yang tetutup oleh cap.
6. Evolusi ateroma dan komplikasinya
Stabilitas atau koyaknya plak aterosklerosis merupakan hasil interaksi yang komplek
antara aliran darah dan dinding vaskuler.
Iskemia miokard terbanyak akibat berkurangnya aliran darah ke sebagian miokardium akibat
plak aterosklerosis pada arteri koronaria sub epikardial. Mula-mula permukaan endotelium
licin sehingga kebutuhan dan pengadaan O2 seimbang.
Apabila terdapat stenosis dibarengi kebutuhan O2 bertambah terjadi angina. Angina yang
dicetuskan oleh latihan atau stress yang kemudian hilang apabila istirahat atau pemakaian
nitrogliserin sublingual, tidak berubah pada beratnya sakit atau aktivitas pencetus simptom
dalam waktu enam bulan terakhir dinamakan angina pektoris stabil kronik.
Dalam perjalanan waktu, plak mungkin mengalami ruptura, fisura, ulserasi sehingga terpapar
permukaan yang trombogenik (kasar, agregasi platelet berbentuk trombus) secara klinis
terdapat perubahan simptom, yaitu angina yang lebih kuat, lebih lama, lebih sering, dengan
pencetus lebih ringan dinamakan angina pektoris tidak stabil, apabila terjadi obstruksi total
mengakibatkan infark miokard.
E. TATALAKSANA
Pada pasien tatalaksana yang diberikan adalah antiplatelet dan statin.
Antiplatelet yang diberikan dapat berupa :
-Asam asetil salisilat (aspirin)
Merupakan inhibitor agregasi platelet dan merupakan vasodilator kuat.
Dosis rendah aspirin dapat menghambat sintesa tromboksan A2 dan agregasi platelet tanpa
menghambat produksi prostasikiln secara bermakna. Dosis yang dianjurkan 60-160 mg.
Dianjurkan dosis tidak melebihi 325 mg/hari.
- Klopidogrel (plavix 75 mg) dan Triklopidin (ticlid , agulan 250 mg).
Merupakan anti platelet untuk pencegahan sekunder terhadap stroke dan MI.
Statin
Statin merupakan pilihan treatment pertama pada pasien dengan level kolesterol yang tinggi
dan yang terdiagnosa dengan penyakit jantung coroner. Statin memiliki fungsi untuk
menurunkan kadar kolesterol dan memperbaiki kerja pembuluh darah , membantu
menstabilisasi atherosklerosis plak, menurunkan inflamasi, menurunkan kerusakan sel akibat
oksidasi dan menurunkan risiko blood clot atau trombus.
4


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Koroner
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan
darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang memompa darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada
jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme berupa CO
2
. Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke
dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbon dioksida.
Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya
ke jaringan di seluruh tubuh.
5
Jantung begitu penting bagi manusia, untuk itu harus selalu dijaga kesehatannya. Jika
jantung terganggu maka dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung. Salah satu penyakit
jantung yaitu penyakit jantung koroner. Penyakit ini dapat membawa kematian bagi
penderitanya. Penyakit jantung koroner adalah jenis penyakit jantung yang terjadi akibat
penyumbatan atau penyempitan pada dinding nadi koroner karena terjadi endapan lemak dan
kolesterol sehingga pemasukan darah ke jantung menjadi terganggu. Apabila penyumbatan
arteri koroner semakin memburuk maka akan mengakibatkan terjadinya iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel
jantung, sehingga menyebabkan nyeri dada. Arteri koroner yang semakin menyempit
menyebabkan darah tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung. Pada awalnya,
penderita mungkin masih dapat bernafas dengan normal dan darah yang mengalir ke otot
jantung masih cukup. Namun, ketika melakukan aktivitas yang lebih berat seperti berolahraga
atau sedang marah, arteri koroner yang menyempit tidak dapat menyalurkan darah yang
cukup ke otot-otot jantung, padahal pada saat tersebut, jantung memerlukan darah lebih
banyak agar tubuh mendapatkan energi dan oksigen yang cukup untuk melakukan aktivitas
tersebut. Akibatnya adalah si penderita bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri bahkan bisa
meninggal.
5
A. PENYEBAB PENYAKIT JANTUNG KORONER
Beberapa faktor pemicu atau penyebab penyakit jantung koroner di antaranya (Boedi
Soestyo Joewono, 2003):
1. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan faktor utama terkena penyakit
jantung koroner. Hipertensi dapat merusak bagian dalam pembuluh arteri. Jika hal ini
terjadi pada jantung akan menyebabkan serangan jantung.
2. Kadar kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya arterosklerosis (penebalan dan pengerasan
arteri koronaria) dan serangan jantung juga dipengaruhi oleh kadar kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein; sering disebut sebagai lemak jahat). Jika kolesterol yang tersedia
lebih dari yang dibutuhkan, LDL akan beredar dalam aliran darah dan akhirnya akan
terakumulasi di dinding arteri. Akibatnya, akan terbentuk semacam plak (plaque) yang
menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit.
3. Obesitas atau kegemukan
Orang yang memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas, risikonya untuk
menderita penyakit jantung koroner jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah koroner yang terjadi akibat adanya proses arterosklerosis,
yang diawali dengan penimbunan lemak pada lapisan-lapisan pembuluh darah tersebut.
Obesitas disebabkan oleh gaya hidup tak sehat seperti sering mengkonsumsi makanan
cepat saji, kelebihan asupan kalori dan kurang berolahraga.
6
4. Faktor genetis
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga dapat menjadi salah satu penyebab penyakit
jantung. Biasanya, hal ini disebabkan oleh kadar kolesterol yang tidak normal. Jika dalam
keluarga terdapat seseorang dengan riwayat pernah mengalami serangan jantung,
terutama kedua orang tua yang terjadi pad usia sebelum 60 tahun amak risiko terkena
serangan jantung akan semakin tinggi. Namun jika tidak, seseorang pun harus tetap
waspada sebab serangan jantung yang akan terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor lainnya (Asasi Muhammadi, 2009: 55)
Tabel Klasifikasi menurut Faktor Genetik
Faktor Risiko
Orang tua < 60 tahun mengidap Tinggi
Orang tua pernah mengidap Sedang
Orang tua tidak pernah mengidap Rendah

5. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih berpotensi terkena serangan jantung dibandingkan dengan wanita. Walau
begitu, bukan berarti wanita terbebas sepenuhnya dari risiki penyakit jantung koroner.
Pada usia muda, memang lebih sedikit wanita yang terkena penyakit jantung koroner.
Namun, pada wanita usia 65 tahun/lebih atau wanita usia menopause, besarnya risiko
terkena penyakit jantung koroner adalah sama dengan pria. Jika dilihat dari segi usia,
pada usia 40 tahun ke atas risiko terkena penyakit jantung koroner akan semakin
meningkat. Risiko penyakit jantung koroner berdasarkan jenis kelamin dan usia
dikelompokkan menjadi (Asadi Muhammadi, 2009: 55):
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Laki-laki Perempuan Tingkat Risiko
> 45 tahun > 55 tahun Rawan
19 44 tahun 25 54 tahun Sedang
< 18 tahun < 25 tahun Rendah

6. Merokok
Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan densitas pembuluh darah
berkurang, sehingga menyebabkan pengerasan pembuluh darah arteri dan stroke. Perokok
berisiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tidak merokok.

7. Kurangnya aktivitas fisik
Jika tubuh kurang bergerak maka tibunan lemak lebih cepat mengumpul karena tidak
terjadi pembakaran berkala dari energi yang masuk ke dalam tubuh. Karena itu, risiko
terjadinya obesitas semakin tinggi. Otot jantung juga tidak dapat bergerak dengan baik. Hail
ini akan memperberat risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Stres
Stres yang terus-menerus akan memacu kerja jantung dan merangsang pembentukan
adrenalin yang berpengaruh buruk opada kesehatan pembuluh jantung. Tingkat stres yang
tinggi sangat membahayakan kesehatan. Menurut penelitian ahli kesehatan klinis, stres dapat
memicu semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi. Akibatnya dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah jantung dan meningkatkan denyut jantung sehingga
mengganggu suplai darah ke jantung. Kepribadian seseorang juga ternyata dapat bisa menjadi
pemicu timbulnya stres. Seseorang yang selalu ingin menang pada setiap kompetisi atau
persaingan, sangat agresif, lekas marah, dan bermusuhan, lebih mudah terkena stres.
Akibatnya, orang tersebut juga berisiko terserang penyakit jantung koroner.
6
B. GEJALA PENYAKIT JANTUNG KORONER
Ada beberapa gejala umum yang dirasakan oleh penderita, yaitu (Karel Dourman, 2011:
71):
1. Nyeri dada
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah, maka oksigen yang tidak memadai dan hasil
metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang, nyeri dada atau angina
merupakan perasaan sesak di dada, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah
yang cukup. Nyeri biasanya dirasakan pada dada sebelah kiri, bahkan rasa nyeri terkadang
dapat menjalar ke punggung, lengan kiri atau ke leher.
2. Sesak nafas
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru
(kongesti pulmone). Sebagian penderita merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam
posisi berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk, gaya gravitasi
menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru dan sesak akan berkurang. Sesak nafas
pada malam hari (dispneu nokturnal) adalah sesak yang terjadi pada saat penderita berbaring
di malam hari dan akan hilang jika penderita duduk tegak.
3. Kelelahan
Jika jantung tidak efektif memompa darah, maka aliran darah ke otot selama melakukan
aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderitamerasa lemah dan lelah. Gejala ini
seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya
secara bertahap.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar)
Palpitasi timbul kemungkinan akibat dari irama jantung yang abnormal atau penyakit
jantung yang serius.
5. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena
kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. Emosi yang berat
atau nyeri juga bisa menyebabkan pingsan.
6. Keringat dingin
Keringat dingin timbul akibat dari menahan nyeri dada atau angina.
C. DIAGNOSIS PENYAKIT
Untuk memberikan pengobatan, seorang dokter harus terlebih dahulu mengetahui
penyakit yang diderita sang pasien. Diagnosa dilakukan melalui anamnesa (wawancara),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Irfan Arief, 2007).
1. Anamnesis atau wawancara
Anamnesis merupakan pemeriksaan paling penting dalam pemeriksaan klinis untuk menuju
diagnosa. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui keluhan pasien. Untuk diagnosis
penyakit jantung koroner, keluhan yang ditanyakan adalah seputar nyeri dada yang dirasakan
pasien, seperti apakan nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakan
nyeri tersebut menjalar atau tidak. Menurut Sjaifoelah Noer (1996: 1082), seringkali pasien
merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal), atau dada
sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke
punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan.
7
Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, dan bahu. Sakit dada yang dirasakan seperti
tertekan benda berat (pressure-like), atau seperti diperas (squeezed) atau terasa panas
(burning), atau terkadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort) karena pasien
tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut dengan baik, terlebih bila pendidikan pasien
kurang. Ada 4 macam jenis sakit dada berdasarkan lama nyeri yang dirasakan yaitu (Fitri,
2010):
Jenis Sakit Dada Lama Nyeri Terjadi (menit)
Typical Angina 5 10
Atypical Angina 10 30
Asymptomatic 30 60
Non-angina >60

2. Pemeriksaan penunjang
Beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegaskan diagnosis penyakit
jantung koroner, antara lain:
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi
petunjuk adanya penyakit jantung koroner. Dengan pemeriksaan ini dapat mengetahui apakah
sudah ada tanda-tandanya, yang dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang
berbeda. Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik ayng dipancarkan
jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada posisi di permukaan tubuh.8
b. Foto rontgen dada
Dari foto rontgen dada, dokter dapat melihat ukuran jantung, ada/tidaknya pembesaran.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakan penderita sudah berada pada penyakit jantung
koroner tahap lanjut, yang biasanya ditandai dengan jantung yang terlihat membesar.
c. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Tekanan darah tinggi dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu (Fitri, 2011):
Tabel Tekanan Darah
Tekanan Darah (mmHg) Keterangan
< 130 / 85 Normal
130 139 / 85 89 Normal tinggi
140 159 / 90 99 Stadium 1 (hipertensi ringan)
160 179 / 110 109 Stadium 2 (hipertensi sedang)
180 209 / 110 119 Stadium 4 (hipertensi maligna)

d. Pemeriksaan jumlah denyut jantung
Denyut jantung dihitung satuan menit. Denyut jantung diklasifikasikan menjadi 3
berdasarkan jumlahnya (Fitri, 2010):
Tabel Denyut Jantung
Nilai Denyut Jantung
Bradikarbi <80 kali/menit
Normal 80 - 100 kali/menit
Takikarbi >100 kali/menit


3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol dan kadar gula
darah pasien. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk membuat hormon dan vitamin D, serta
merupakan bagian asam empedu yang memecah lemak dalam sistem pencernaan.
9
Kadar
kolesterol yang berlebihan dalam darah dapat menimbulkan endapan-endapan lemak yang
menempel pada dinding pembuluh darah, membentuk bekuan dan plak yang menyumbat
arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke jantung. Kolesterol diklasifikasi menjadi
(Fitri, 2010):
Tabel Kolesterol
Nilai Kadar Kolesterol (mg/dL
Desirable <200
Borderline 200 239
Tinggi >240












BAB V
KESIMPULAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang hilang timbul. Untuk memperkuat hipothesis
penyakit kardiovaskular dilakukan tindakan medik seperti EKG, Treadmill Stress Test,
Angiografi Koroner dan PCI. Tindakan-tindakan medik tersebut harus disesuaikan dengan
keadaan pasien seperti indikasi, kontraindikasi,komplikasi dan prosedur kerjanya agar
didapatkan hasil yang maksimal dan tidak merugikan pasien.















BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1.Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors.
Harrison's Internal Medicine. 17th ed. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies. 2008
2.Treadmill Test.2010.Available at:
http://staff.undip.ac.id/psikfk/sidikawaludin/2010/04/21/medical-surgical-departement-
nursing-sciene-programme/. Accessed on May 14
th
, 2013
3. Ellen C. Keeley, M.D., L. David Hillis, M.D. 2007. Primary PCI for Myocardial Infarction
with ST-Segment Elevation. N Engl J Med (356) 47-54.
4. Statin Medication and Heart Disease.2010. Available at :
www.my.clevelandclinic.org/heart/prevention/cholesterol/statin-medications-and-heart-disease.aspx.
Accessed on May 14
th
, 2013
5. Dourman, K. Waspadailah Jantung Anda Rusak. Jakarta: Cerdas Sehat.2011
6.Muhammad, Asadi Memahami Bahaya Serangan Jantung: Mengenal, Mengantisipasi, dan
Terapinya. Jogjakarta: Power Books (IHDINA).2009
8.Noer, Sjaifoelah, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.1996
9.Soesetyo, B. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press.2003

Anda mungkin juga menyukai