Instruction manuals, kind of guide">
Model I O
Model I O
Model I O
ini
maka
permintaan
atau
Teknik analisis I-O di bidang industri juga dapat diterapkan untuk kepentingan analisis perencanaan. Pendekatan melalui I/O antar wilayah mempunyai peranan epenting untuk memecahkan persoalan hubungan antar daerah dan pegangan dasar kebijaksanaan. Analisis ini sangat berguna untuk menggambarkan suatu proses yang menunjukkan daerah sebagai suatu sistem berkaitan erat dengan setiap segi perekonomiannya. Menurut Isard (1969), beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (1). Produksi dan karakteristik pemencaran industri (tunggal) pada setiap daerah (2). Jenis hubungan kait-mengait antar industri itu sendiri dan antara industri dengan sektor ekonomi lainnya. Analisis I-O seringkali juga disebut sebagai analisis antar industri, yang sangat erat hubungannya dengan kait-mengait di antara faktor produksi. Studi antar industri dapat digunakan untuk: (1) analisis struktur perekonomian, (2) merumuskan program tindkaan, (3) meramalkan kejadian yang akan datang (Hollis, 1964). Oleh karena itu teknik I-O dapat digunaklan untuk analisis deskriptif dan analisis prediktif atau peramalan dengan anggapan dasar "daerah yang dikaji merupakan daerah tertutup". Fungsi utama analisis antar industri yaitu menggambarkan aliran barang dan jasa dari satu sektor produksi ke sektor produksi lainnya. Dasar eperhitungan dan epenggambaran sistem antar industri ini dihasilkan dari pemisahan penggunaan hasil produksi ke dalam dua ktegori, yaitu "hasil antara" dan "hasil akhir". Input meliputi sektor "yang diolah" dan "nilai tambah". Dalam perekonomian dikenal konsepsi keseimbangan umum (general equilibrium ) yang dikemukakan oleh Walras. Sedangkan utnuk m mempermudah melihat hubungan antar industri dapat digunakan model terbuka Leontief (Leontief open Model) atau sering disebut Tabel InputOutput Leontief. Penggunaan akhir model ini hampir sama dengan GNP (Isard, 1969; Clark, 1964). Analisis I-O sangat membantu analisis pendapatan nasional dan analisis keseimbangan. Teori I-O sangat tepat penggunaannya kalau diterapkan pada maslaah perdagangan antar daerah. Secara teori dianut anggapan bahwa sektor input-output terdiri dari pabrik yang menghasilkan satu jenis barang saja. Tetapi dalam penggunaan praktis ternyata banyak sekali kegiatan yang termasuk dalam satu sektor. Jalan keluar ditempuh dengan cara menggabungkan beberapa proses dan produk yang dapat dianggap sama, atau sebuah pabrik yang menghasilkan x macam barang, dianggap x buah pabrik.
Intisari Model Leontief ialah hubungan teknis antar setiap sektor yang saling bergantungan satu sama lainnya berdasarkan fungsi linear. Tabel I-O mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu: (1). Merupakan kerangka deskriptif untuk mengemukakan hubugan antar industri dan sektor dan antara input dan output. (2). Merupakan alat untuk megukur pengaruh perubahan ke suatu kegiatan atau faktor keluaran dan masukan kegiatan atau faktor lainnya. Rangkaian perhitungan I-O sudah merupakan bentuk deskripsi. Apabila data dapat dipercaya dan dapat tersusun sebagai hubungan ekonomi dalam bentuk I-O maka hasil perhitungannya dapat digunakan dan cukup valid untuk pembuktian. Perbedaan pokok antara analisis I-O dengan analisis perhi tungan pendapatan ialah bahwa perhitungan I-O memecah sektor perdagangan menjadi sejumlah sektor industri tunggal. Hubungan antar sektor ini terlihat sebagai matriks transaksi antar industri. Perhitungan pendapatan tidak mampu menggambarkan saling mempengaruhi antar berbagai sektor. Contohnya: Peningkatan epermintaan sutau macam barang (komoditas) tidak terlihat akan mempengaruhi sektor yang lain, selama konsumsi keseluruhan masih tetap. Tetapi tidak demikian halnay kalau masalah ini dipandang dari Model I-O. Penekanan atau titik perhatian model I-O dan I-A (income analysis) memang berbeda. Perhatian utama IA ialah komposisi permintaan eterakhir (final demand), sedangkan eperhitungan I-O menekankan pada transaksi antar industri yang berbeda dibalik perubahan permintaan akhir. 2. Struktur Perumusan Struktur dari model I-O dibahas secara lengkap oleh Clark (1964). Beberapa simbol yang digunakan dalam model ini didefinisikan sbb: Zi = jumlah persediaan barang i Xi = jumlah produksi barang i Mi = impor barang i Xij = banyaknya barang i yang digunakan oleh sektor j Yi = permintaan akhir barang i Wi = jumlah penggunaan antara barang i (=X ij) Uj = jumlah penggunaan sektor j (=X ij) Vj = jumlah penggunaan nilai tambah atau primary input dalam sektor j. Konsepsi ini menunjukk kepada dua persamaan seimbang.
Persamaan pertama diturunkan dari baris Tabel 1, yaitu: Zi = Mi + Xi = Wi + Yi ............................................ (1) (pemasaran) (permintaan) (i = 1,2,3,...... ) Persamaan ke dua diturunkan dari kolom Tabel 1, yaitu: Xj = Xij + Vj = Uj + Vj ............................................. (2) (j = 1,2,3,.................)
Penggunaan antara
Impor
Pro duk si X1 Xi Xj Xn
W1 Wi Wj Wn II III
I I1 Ii Ij In I v1 IV 1
C C1 Ci Cj Cn vc C
G G1 Gi Gj Gn va G
E E1 Ei Ej En ve E
Y1 Yi Yj Yn
M1 Mi Mj Mn
Catatan: Mi + Xi = penawaran; Xij + Yi = permintaan KUADRAN I : Terdiri atas penggunaan akhir barang dan jasa yang diproduksi dan dibagi menjadi empat macam penggunaan utama, yaitu investasi (I), konsumsi (C), pemerintah (G) dan ekspor (E). KUADRAN II : merupakan bagian utama dalam perhitungan antar industri. Setiap sel Xij menunjukkan jumlah barang i yang digunakan oleh
sektor j, diukur dalam harga yang tetap. KUADRAN III: terdiri atas penggunana input yang bersifat penting, tetaopi tidak diproduksi dalam sistem. Dalam model statis, penggunaan persediaan modal yang ada adalah input pokok atau nilai tambah sebagaimana halnya buruh dan tanah. Jumlah pembayaran untuk input pokok oleh setiap sektor akan menghasilkan harga yang hampir sama dengan nilai tambah di dalam produksi. KUADRAN IV: terdiri atas input langsung faktor nilai tambah ke penggunaan akhir. Contoh: Tenagakerja pemerintah dan pelayanan dalam negeri. Transaksi dalam kuadran ini biasanya tidak diikutsertakan dalam perhitungan antar industri, tetapi dicatat sebagai usaha untuk mendapatkan jumlah yang konsisten dengan perhitungan nasional. Persamaan (1) merupakan keseimbangan antara penawaran dengan permintaan, atau penawaran sama dengan permintaan. Persamaan (2) menunjukkan keseimbangan antara jumlah produksi dalam setiap sektor dengan harga input yang dipakai dari sektor lain ditambah nilai tambah dalam sektor tersebut. Kedua persamaan ini mencerminkan definisi FD (Y i) dan nilai tambah (Vj). FD (Final demand) merupakan selisih antara jumlah persediaan suatu barang yang tersedia dengan jumlah yang digunakan dalam produksi, termasuk di dalamnya perubahan persediaan. Input pokok didefinisikan sebagai selisih antara nilai produksi dalam suatu sektor dengan jumlah pengeluaran untuk input yang dibeli dari sektor produktif lainnya. Dari definisi ini akan terlihat hubungan antara perhitungan I-O dengan penjumlahan atau eperhitungan pendapatan nasional. Dengan menjumlahkan epersamaan (1) dari setiap baris dan menganggap impor merupakan pengurangan FD, diperoleh persamaan sbb: Xi = Xij + Yi + Mi Persamaan (2) dapat dikembangkan menjadi: Xj = Xij + Vj Sedangkan Xi = Xj, jadi : Yi - Mi = Vj .................................................... (3)
DASAR PERHITUNGAN I - O: Anggapan dasar yang terpenting ialah: (1). Suatu produk tertentu hanya dilayani oleh satu sektor (2). Tidak ada produksi gabungan (joint product) (3). Jumlah kuantitas setiap masukan yang digunakan dalam produksi oleh setiap sektor ditentukan seluruhnya oleh tingkat keluaran setiap sektor tersebut. Anggapan ini akan menurunkan suatu persamaan yang menunjukkan ekebutuhan setiap industri terhadap setiap barang sebagai suatu fungsi tingkat outputnya. Xij = Xij + aij Xj ......................................................... (4) aij = koefisien inpout marjinal; Xij = konstante. Kalau Xij = 0, maka Xij = aij Xj .............................. (4a) dengan
Dari kombinasi persamaan (4a) dan (1), yaitu mensubstitusikan nilai Xij, kita memperoleh persamaan sbb: Xi - aij Xj = Yi - Mi ................................................ (5)
Jika perdagangan merupakan faktor penting, seringkali impor dibuat sebagai suatu variabel yang ditentukan (dependent). Sebagai pendekatan pertama dapat dianggap bahwa tingkat impor (Mi) merupakan suatu fungsi penawaran barang tersebut (yang diimpor Zi), dan selanjutnya akan berhubungan dengan tingkat produksi dalam negeri (Xi). Dengan anggapan bahwa semua hubungan ini merupakan suatu fungsi linear, dapat diturunkan suatu persamaan sbb: _ Mi = Mi + mi Xi ......................................................... (6) mi yang merupakan koefisien impor sangat erat hubungannya dengan hasrat marjinal impor sutau barang tertentu. _ Xi - aij Xj = Yi - Mi (i = 1,2,3, ...., n) .................. (6a) _ _ Yi = Xij + Yi
_ (1 + mi) Xi - aij Xj = Yi ...................................... (7) _ _ _ di sini Yi = Yi + Xij - Mi (i = 1,2,3,....., n) _ Variabel Yi merupakan jumlah permintaan tersendiri yang sama dengan permintaan terakhir (Yi), apabila kedua variabel lainnya sama dengan nol. Persamaan (7) merupakan persamaan dasar sistem I-O dalam setiap persoalan umum. Contoh perhitungan (Clark, 1964). Tabel 2. Input-Output
Sektor Produksi J Penggunaan P I B Jumlah Penggunaa n antara 140 145 110 80 475 Penggunaa n akhir Jumlah Output
Jasa Pertanian Industri dasar Barang jadi Jml penggunaan Nilai tambah Jml input
20 0 0 0 20 18 200
25 25 25 0 75 17 5 25 0
15 0 45 0 60 90 15 0
60 105 40 320
575 1000
Dengan demikian, apabila kebutuhan akan penggunaan akhir dan koefisien I- O diketahui, maka dapat diketahui pula jumlah output dan alokasinya dalam epenggunaan antara. Tabel 3. Koefisien Input-Output
J J P I 0.1 0 0 P 0.1 0.1 0.1 I 0.1 0 0.3 B 0.2 0.3 0.1 PA Y 60 105 40 JP X XJ XP XI
8
B NT JP 0 0.9 1 XJ 0 0.7 1 XP 0 0.6 1 XI 0.2 0.2 1 XB 320 XB
CARA PEMECAHAN: (1). Pemecahan Khusus 0.1 XJ + 0.1 XP + 0.1 XI + 0.2 XB + 60 = XJ 0.9 XJ - 0.1 XP - 0.1 XI - 0.2 XB = 60 0.9 XP - 0.3 XB = 105 - 0.1 XP + 0.7 XI - 0.1 XB = 40 0.8 XB = 320 -----------------------------------------------------------0.9 XJ + 0.7 XP + 0.6 XI + 0.2 XB =V XB = 320/0.8 = 400 XP = 1/0.9 (105) + 0.5 (400) = 250 XI = 1/0.7 (40) + 0.1 (400) + 0.1(250) = 150 XJ = 1/0.9 (60) + 0.2 (400) + 0.1(250) + 0.1(150) = 200 V = 0.2(400) + 0.7(250) +0.6(150) +0.9(200) = 525 (2). Pemecahan bertahap Persamaan: Xi(1) = Yi .............. Tahap pertama Xi(2) = aij Xi(1) ...... Tahap ke dua Xi(3) = aij Xi(2) ..... Tahap ke tiga
Anggapan: pada tahap pertama jumlah produksi kebutuhan akhir. Untuk perhitungan tahap terakhir, Evan memberikan cara sbb (Clark, 1964):
(1). Menghitung rasio pertambahan dua tahap terakhir pada setiap sektor. Dalam contoh di atas: rJ = 3.9/12.7 = 0.307 rP = 1.5/6.8 = 0.220 rI = 5.3/14.3 = 0.371 rB = 0.5/2.6 = 0.192 (2). Menghitung angka perbandingan rata-rata. Dalam contoh di atas, r = 0.273. (3). Angka perbandingan ini digunakan untuk menghitung besarnya perkiraan jumlah produksi dengan rumus: (r/1-r) X n. dimana Xn adalah tambahan terakhir. r/1-r = 0.273/0.727 = 0.376. Jadi: XJ = 198.4 + 0.376(3.9) = 199.9 XP = 249.6 + 0.376(1.5) = 250.2 XI = 147.6 + 0.376(5.3) = 149.6 XB = 399.9 + 0.376(0.5) = 400.1 3. Penyelesaian Umum Penyelesaian khusus tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang terdiri dari banyak sektor, karena akan sangat panjang pengerjaannya. Penyelesaian bertahap mungkin akan sangat panjang apabila ternyata persoalan tersebut belum terselesaikan dalam lima tahap atau lebih. Untuk mengatasinya dapat digunakan cara umum, yaitu dengan menggunakan matriks. Notasi: A = matriks koefisien I-O X = matriks taksiran jumlah output Y = matriks permintaan akhir I = matriks identitas R = matriks inversi.
10
60
200
105
250
40
150
525
200
Nilai tamba h
320
400
Xi t
11
..................................................... (4)
......................................................... (7)
Jadi dengan mengetahui matriks R dan matriks permintaan (kebutuhan) akhir dapatlah diketahui taksiran jumlah produksi setiap sektor. Contoh: Penyelesaian dengan matriks kebalikan J P I B B P I J J 0.1 0 0 0 B 0.2 0.3 0.1 0.2 P 0.1 0.1 0.1 0 P 0.0 0.1 0.1 0.1 I 0.1 0 0.3 0 I 0 0 0.3 0.1 0 B 0.2 0.3 0.1 0.2 J 0 0 0 0.1
A=
A'
(I-A') =
0.8 0 0 -0.3 0.9 0 0 -0.1 -0.1 0.7 0 -0.2 -0.1 -0.1 0.9
(I-A')(I-A')-1 =
0.8 0 0 0 -0.3 0.9 0 0 -0.1 -0.1 0.7 0 -0.2 -0.1 -0.1 0.9
0 1 0 0
0 0 1 0
0 0 0 1
12
0 0 57.14 6.35 40
0 0 0 66.67 60
4. Penggunaan Metode I-O Metode I-O merupakan salah satu alat proyeksi berbagai kegiatan ekonomi pada umumnya. Penggunaan I-O sebagai alat proyeksi telah banyak dilaukan di negara-negara maju. Penggunaannya yang lebih efektif adalah salam hubungannya dengan penyelidikan pengaruh pengembangan satu kegiatan tertentu terhadap kegiatan lainnya yang merupakan sektor di dalam kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dalam menyelidiki pengaruh tersebut anggapan yang paling penting ialah bahwa daerah yang akan dipelajari dianggap sebagai daerah etertutup. Dengna demikian berarti bahwa hubungan antar daerah disusun ke dalam dua sektor utama, yaitu ekspor dan impor. Hal ini disebabkan karena kita oingin menyelidiki pengaruh tersebut terhadap suatu daerah tunggal. Metode penggunaan I-O sebagai alat proyeksi menggunakan prosedur: (1). Kita selidiki kegiatan atau sektor yang berhubungan secara fungsional dengan kegiatan atau sektor yang hendak kita proyek sikan. Hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan sebagai kaitan belakang dan kaitan depan (backward dan foreward linkage) kegiatan tersebut. (2). Kita pelajari tabel I-O daerah yang mendapat pengaruh kegiatan yang diproyeksikan yang kemudian kita ubah ke dalam bentuk Tabel I-O yang sesuai dengan sifat Backward dan foreward linkage sektor yang hendap diproyeksikan. (3). Berdasarkan Tabel I-O yang sudah disusun kita dapat memproyeksikan
13
pengaruh atau imbalan, langsung dan tidak langsung, pengembangan kegiatan atau sektor tersebut terhadap sektor lainnya yang secara keseluruhan merupakan kegiatan perkembangan daerah. Dalam tahap ini kita dapat menyelesaikan segala perhitungan proyeksi dengan metode inversi matriks maupun metode bertahap. 4.1. Kesulitan yang dihadapi Kesulitan yang banyak dihadapi dalam usaha pengisian Tabel I-O terutama adalah kesulitan data. Kalau data statistik dapat dipercaya dan lengkap, maka pendekatan ini (sering disebut double approach) dapat dilakukan. Kesulitan lain yang cukup penting ialah banyaknya hal (obyectives) yang harus diteliti dan dibedakan antara pengeluaran (atau penjualan) dan pembayaran pada eperhitungan umum dan perhitungan modal. Persoalan laiinya ialah dalam epenggunaan nilai ditinjau dari pihak produsen atau konsumen. Misalnya, memasukkan suatu pasal (items) ke dalam impor atau ekspor, memilih penentuan harga luar negeri atau dalam negeri untuk menilai impor dan ekspor, mencocokkan baris dan kolom, dan lainnya.
. Bersambung ..