Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Buku Petunjuk Belajar Mandiri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 140

ORGANISASI YANG AMAN UNTUK ANAK

Buku Petunjuk Belajar Mandiri


Sumber praktis mengenai perlindungan anak bagi organisasi akar rumput

Save the Children


UK

ORGANISASI YANG AMAN UNTUK ANAK


Buku Petunjuk Belajar Mandiri
Sumber praktis mengenai perlindungan anak bagi organisasi akar rumput

ORGANISASI YANG AMAN UNTUK ANAK Buku Petunjuk Belajar Mandiri

Sumber praktis mengenai perlindungan anak bagi organisasi akar rumput

Lynne Benson dan Sinart King: Lynne Benson: Sinart King: Stephanie Delaney: Deborah Muir: Manida Naebklang:

Penulis Direktur Program dan Penasehat Teknis Manajer Proyek Penasehat Teknis Editor Layout dan Desain

Juli 2006 ISBN: 974-94574-0-4 Save the Children UK, Kantor Wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur (Unit Program) Lantai 14, Maneeya Center Building 518/5 Ploenchit Road, Bangkok 10 330, Thailand Tel: ++662 684 1286-88, Fax: ++662 684 1289 ECPAT Internasional 328 Phayathai Road, Ratachathewi Bangkok 10400 Thailand Tel: +662 215-3388, +662 611-0972 Fax: +662 215-8272 Email: info@ecpat.net
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Save the Children UK, Kantor Jakarta Penerjemah : Dewi Kurniawan, 2007 Penyelaras bahasa : Setiawan Cahyo Nugroho, Save the Children UK

Materi yang terdapat dalam publikasi ini dapat direproduksi dan diadaptasi secara bebas selama sumber materi tersebut dicantumkan. Versi elektronik dapat di-download dari: http://www.savethechildren.org.uk http://www.ecpat.net http://www.unicef.org/Thailand Kredit Foto: Polisi Manchester (Myra Hindley), Immigration and Customs Enforcement USA (Michael Lewis Clarke), Manager On Line (Waralongkorn Janehat) serta Court TV dan CNN (Mary Kay LeTourneau).

Terima kasih dan penghargaan kami ucapkan kepada Save the Children UK, ECPAT Internasional dan UNICEF atas dukungan dan kontribusi mereka bagi terciptanya Perangkat Pelatihan Organisasi yang AMAN UNTUK ANAK ini. Sinart King dan Lynne Benson dari Save the Children UK merancang proses, menyediakan konsultasi organisasi dan isi tertulis, dan mengadakan pelatihan uji coba terhadap materi tersebut. Stephanie Delaney dari ECPAT Internasional memberi kontribusi berupa dukungan dan nasehat teknis sedangkan Manida Naebklang merancang dan memproduksi perangkat ini untuk publikasi. Kontribusi finansial dari UNICEF memungkinkan terlaksananya pekerjaan ini.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada lebih dari 30 organisasi non-pemerintah di Thailand, di mana para manager dan staf di dalamnya telah ikut serta dalam proyek ini dan memberikan wawasan yang sangat berharga untuk membantu merevisi materi yang kini terdapat di dalamnya.

Selain itu, terima kasih kepada beberapa kelompok lain atas hasil kerja keras mereka yang kami gunakan dalam materi perlindungan anak: ChildHope, Tearfund, NSPCC dan Viva Network di Inggris, Save the Children UK dan Swedia, UNICEF, Child Wise (ECPAT di Australia), dan Stairway Foundation di Filipina, yang telah menyediakan begitu banyak informasi dan inspirasi bagi terciptanya perangkat ini. Kebijakan perlindungan anak pada beberapa Organisasi Non Pemerintah Internasional juga telah membantu membimbing terlaksananya pelatihan, termasuk kebijakan Save the Children, ChildHope, ECPAT Internasional, World Vision Internasional, Plan Internasional dan United Nations Inter-Agency Standing Committee Task Force on Protection from Sexual Exploitation and Abuse in Humanitarian Crises.

Kami telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pengakuan terhadap sumber dari keseluruhan materi yang digunakan di sini tetapi apabila terdapat kesalahan atau kekurangan silahkan menghubungi pihak penerbit.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Deborah Muir yang telah mengedit materi ini dan memberikan banyak saran yang berharga.

Pendahuluan

Ucapan Terima Kasih

Pendahuluan

Daftar I s i
Kata Pengantar Pendahuluan Modul 1: Meningkatkan Kesadaran Mengenai Perlindungan Anak
1.1. Siapa yang harus disalahkan atas abuse terhadap anak? 1.2. Selalu, Kadang-Kadang, Tidak Pernah 1.3. Standar yang disetujui mengenai apa yang dimaksud dengan abuse terhadap anak 1.4. Mitos dan asumsi mengenai abuse terhadap anak 1.5. Jenis-jenis abuse terhadap anak 1.6. Studi kasus mengenai jenis-jenis abuse 1.7. Praktek perlindungan Modul 1 Asesmen Mandiri

6 12

25 27 40 44 56 61

Modul 2: Kontak Organisasi Anda dengan Anak -anak dan Seberapa Baik Anda Menangani Isu Perlindungan Anak 63
2.1. Lingkaran interaksi 2.2. Faktor resiko 2.3. Mengurangi resiko 2.4. Studi kasus perlindungan anak 2.5. Tabel Praktek-Praktek yang Baik 2.6. Kebijakan dan prosedur implementasi 2.7. Kesimpulan Modul 2 Asesmen Mandiri Lampiran: Contoh kebijakan dan prosedur implementasi 64 68 72 75 83 94 94 95

97
131

Sumber-sumber Yang Digunakan

Respon darurat terhadap gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan berbagai negara di sekitar Samudera Hindia pada bulan Desember 2004 telah mengakibatkan ledakan jumlah organisasi non-pemerintah (Ornop), organisasi berbasis komunitas, yayasan pribadi dan umum serta berbagai struktur komunitas lokal yang bekerja di bidang anak di berbagai propinsi yang terkena dampak di Thailand. Sebagian besar organisasi ini berhubungan langsung dengan anak, melalui penyediaan jasa seperti penitipan anak, sekolah formal atau informal, outreach dan kegiatan remaja (termasuk kegiatan olahraga dan budaya, pelatihan keterampilan hidup atau kerja psikososial). Beberapa organisasi ini baru dibentuk oleh orang-orang yang peduli dan memiliki niat baik untuk memenuhi kebutuhan darurat, Beberapa lainnya merupakan organisasi nasional yang telah lama berdiri, organisasiorganisasi dengan pendanaan kuat, yang mungkin telah bekerja menangani masalah anak di Thailand selama 20 tahun lamanya. Save the Children UK memilki pengalaman bekerja sama dengan banyak badan-badan mitra sejak memulai operasinya di Thailand pada tahun 1986. Save the Children menemukan bahwa hanya sedikit Omop Thailand dan Omop Internasional lain yang baru dibentuk memiliki kesadaran penuh mengenai kebutuhan perlindungan anak dalam sebuah organisasi (yaitu dalam hal penerimaan karyawan, manajemen dan supervisi, perilaku staf dan anak, dan lingkungan fisik fasilitas organisasi) serta bahwa hanya sedikit organisasi yang memiliki peraturan atau sistem internal perlindungan anak dalam bentuk apapun. Hal semacam ini mengkhawatirkan sekali dalam sebuah keadaan darurat di mana anak sangat rentan terhadap abuse, penelantaran dan eksploitasi. Kurangnya perhatian pada prosedur perlindungan anak dalam sebuah organisasi mungkin disebabkan karena: Meskipun telah ada Undang-Undang Perlindungan Anak Thailand (2003), pemahaman dan implementasi undang-undang ini pada tingkat lokal masih sangat lemah. Badanbadan dan staf sudah menghadapi dilema perlindungan anak yang sulit, yang seringkali menjadi lebih rumit karena faktor budaya dan kepekaan lokal. Child abuse dalam sebuah organisasi seringkali lebih dipandang sebagai masalah barat daripada masalah yang mungkin terdapat di Asia Tenggara. Bahkan dalam organisasi-organisasi yang sudah cukup mapan, seringkali praktek terbaik manajemen dan prosedur-prosedur sumber daya manusia masih kurang, yang melemahkan posisi Omop sehubungan dengan perlindungan anak. Hanya terdapat sedikit kesepahaman bersama antara para badan mengenai perlindungan anak, standar praktek dan dampaknya terhadap organisasi. Organisasi lokal seringkali mengandalkan penggunaan sukarelawan di mana supervisi atau pengetahuan mengenai latar belakang individu terbatas. Pada kasus propinsipropinsi yang terkena dampak tsunami, beberapa organisasi berjuang keras menghadapi kesulitan manajemen baik dalam hal sukarelawan nasional maupun asing.

Pendahuluan

Kata Pengantar

Pendahuluan

Save the Children UK, dengan dukungan teknis dari ECPAT Internasional dan dukungan finansial dari UNICEF, memprioritaskan kebutuhan sebanyak mungkin organisasi yang menangani masalah anak untuk mengembangkan langkah-langkah penjagaan yang efektif untuk melindungi anak, dan membuat agar standar-standar tersebut menjadi realita yang praktis bagi para staf, sukarelawan dan para mitra. Aspek good governance (tata pemerintahan yang baik) ini juga penting untuk mempertahankan citra dan kredibilitas masingmasing badan serta sektor kerja mereka secara keseluruhan. Proyek Organisasi RamahAnak telah mengembangkan program pelatihan dan perangkat dengan tujuan mendukung pengembangan sebuah pendekatan yang berbasis-standar, yang menawarkan bantuan praktis bagi badan-badan dalam menangani isu tersebut. Pelatihan ini telah diujicoba, serta direvisi dan diuji kembali, dengan lebih dari 30 organisasi lokal yang bekerja di bidang anak di Thailand, dengan sukarelawan muda dari enam negara di wilayah Mekong dan dalam bentuk terbatas dengan organisasi anggota ECPAT di Afrika Timur dan Eropa. Umpan balik dari organisasi yang ikut serta dalam pelatihan sejak Desember 2005 mengindikasikan telah adanya pergeseran perilaku dan sebuah pengakuan serta kesediaan untuk bertanggung jawab dalam organisasi mereka sendiri untuk menjamin agar anak menerima perlindungan sebaik mungkin. Komentar-komentar dari pelatihan antara lain sebagai berikut.

Saya telah mengerti bahwa abuse terhadap anak dapat terjadi di manapun, kapanpun, dan kita tidak dapat mengetahui hal tersebut sebelum terjadi. Saya akan menerapkan segala yang telah saya pelajari hari ini pada kerja kami di lapangan, serta menyajikannya kepada kelompok sasaran kami. Saya akan mengadakan pertemuan untuk mengajarkan kepada anggota komunitas tentang bagaimana melindungi anak, dan juga akan melatih sukarelawan perlindungan anak serta kelompok remaja kami.

Apabila seluruh peserta dan organisasi dapat berbuat sebanyak ini, kita semua akan berada satu langkah lebih maju dalam memastikan agar anak mendapatkan hak mereka atas perlindungan.

Lynne Benson Tsunami Programme Response Director Save the Children UK (Thailand)

Program pelatihan dan perangkat Organisasi Yang Aman untuk Anak menyediakan kerangka kerja bagi pengembangan dan penerapan praktis kebijakan perlindungan anak dalam organisasi lokal yang bekerja dengan dan untuk anak. Pelatihan ini terutama mentargetkan organisasi akar rumput dan organisasi lokal yang mungkin tidak memiliki departemen kebijakan dan spesialis perlindungan anak di dalamnya. Pelatihan ini, yang disediakan dalam tiga modul, telah diuji dan direvisi dengan lebih dari 30 organisasi lokal yang bekerja dengan anak di Thailand.

Sasaran khusus pelatihan adalah untuk mendorong organisasi untuk melihat ke dalam organisasi mereka sendiri dan menelaah sendiri apa yang dapat mereka lakukan untuk menjamin agar organisasi mereka menjunjung tinggi praktek-praktek terbaik dalam hal perlindungan anak. Dengan melaksanakan hal tersebut, organisasi juga akan melindungi reputasi mereka serta staf mereka.

Tujuan dari panduan self-study (belajar mandiri) ini, yang mendampingi keberadaan perangkat pelatihan, adalah untuk memungkinkan mereka yang berminat untuk bekerja secara mandiri, dengan kecepatan mereka sendiri, dalam memeriksa atau mengembangkan kesadaran mereka mengenai isu yang diangkat selama pelatihan. Panduan ini dimaksudkan untuk diselesaikan melalui serangkaian bagian-bagian kecil selama beberapa hari dan bukan untuk dipelajari secara penuh selama satu atau dua hari karena cara ini akan terasa berlebihan. Panduan ini bukan buku pegangan prosedur perlindungan anak. Panduan ini bertujuan mengurangi hingga sesedikit mungkin dan menghapuskan bahaya terhadap anak dan bukan untuk menyediakan pelatihan mengenai hak anak. Perlindungan anak merupakan sebuah hak, tetapi juga merupakan sebuah kebutuhan yang penting dan mendesak. Jenisjenis pelanggaran di mana anak perlu dilindungi sangatlah banyak hukuman fisik dan emosional, menggertak dan mempermalukan, penelantaran, serta abuse seksual dan eksploitasi. Seluruhnya berbahaya bagi anak dan tidak dapat diterima.

Panduan ini menyajikan informasi menurut struktur modul pelatihan yang terdiri dari Perangkat Pelatihan Organisasi yang Aman untuk Anak, untuk menumbuhkan kesadaran, penelaahan mandiri bagi organisasi dan kebijakan serta prosedur perlindungan anak dalam organisasi tersebut. Panduan ini tidak mencakupi sebagian besar perangkat Modul 3 karena bagian tersebut hanya dapat dilengkapi oleh sebuah kelompok perwakilan dari sebuah organisasi yang bekerja bersama untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur untuk organisasi itu sendiri. Sebaliknya, panduan belajar mandiri ini memperkenalkan ide-ide dari Modul 3 untuk referensi dalam organisasi anda.

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

Penggunaan panduan ini akan membantu anda, para pembaca, untuk:

Memahami bahwa terdapat berbagai jenis abuse yang berbeda terhadap anak. Mengenali berbagai jenis abuse terhadap anak dan penelantaran yang berbeda. Mewaspadai bahwa berbagai jenis abuse terhadap anak dan penelantaran dapat terjadi dalam organisasi anda sendiri atau dalam komunitas di mana anda bekerja, dan seringkali kejadian tersebut dapat dicegah.

Mengerti bahwa para pekerja dalam organisasi yang berfokus pada anak memiliki duty of care (tanggung jawab pengasuhan) dan tanggung jawab untuk melindungi anak. Mengenali mekanisme yang telah dimiliki organisasi anda dalam menghadapi resiko, dan mengidentifikasi area yang dapat dikembangkan lebih jauh. Mengidentifikasi apabila ada kelompok kerja yang menangani isu perlindungan anak yang dapat anda ikuti.

Proses langkah-demi-langkah yang mudah ini sangatlah baik. Proses tersebut tidak terlalu berlebihan bagi mereka yang hanya memiliki sedikit pemahaman mengenai perlindungan anak.

Child abuse yaitu seluruh bentuk perlakuan buruk baik secara fisik, emosional dan/atau seksual, penelantaran atau perlakuan lalai atau eksploitasi terhadap anak (definisi World Health Organisation)

Meningkatkan Kesadaran Mengenai Perlindungan Anak

MODUL 1

Siapa yang harus disalahkan atas abuse terhadap anak? Selalu, Kadang-Kadang, Tidak Pernah Standar yang disetujui mengenai apa yang dimaksud dengan abuse terhadap anak Mitos dan asumsi mengenai abuse terhadap anak Jenis-jenis abuse terhadap anak Studi kasus mengenai jenis-jenis abuse Praktek perlindungan

Bagian pertama panduan ini ditujukan untuk membantu anda berfikir mengenai berbagai jenis abuse terhadap anak dan penelantaran yang beragam, untuk mengenali bahwa abuse dan penelantaran dapat terjadi dalam organisasi anda atau dalam komunitas di mana anda tinggal dan bekerja, dan untuk melihat bahwa seringkali hal tersebut dapat dihindari. Sebagai staf dalam sebuah organisasi yang mempengaruhi hidup anak, anda memiliki duty of care dan tanggung jawab untuk melindungi anak. Kegiatan-kegiatan berikut ini akan membantu memperkuat keterampilan anda dalam hal tersebut.

Modul 1

1.1 Siapa yang harus disalahkan atas abuse terhadap anak?


Bacalah cerita berikut dan pikirkan tentang siapa yang paling bersalah atas apa yang terjadi pada Raem?

Kisah Sungai Buaya

Pada suatu ketika, tersebutlah Raem yang tengah jatuh cinta pada seorang lelaki bernama Kwan. Kwan tinggal di tepian sungai. Raem tinggal di tepian seberang sungai yang sama. Sungai yang memisahkan mereka dipenuhi oleh buaya lapar. Raem ingin menyeberang sungai untuk bertemu Kwan. Sayangnya, jembatan yang menghubungkan kedua tepian telah hanyut. Maka Raem meminta Daeng, seorang kapten perahu, untuk membawanya menyeberang.

Raem saat itu memakai rok ketat dan blus dengan belahan dada rendah karena ia ingin terlihat seksi untuk Kwan. Daeng berkata bahwa ia akan membawa Raem menyeberang. Tetapi pandangan mata Daeng membuat Raem takut. Maka Raem pergi menemui teman lelakinya, Yai, dan menjelaskan kesulitan yang dialaminya. Yai tidak mau terlibat sama sekali dalam situasi tersebut. Raem memohon padanya tapi ia tetap berkata tidak, ia tidak dapat membantu Raem. Raem merasa bahwa satu-satunya pilihan yang dimilikinya adalah menaiki perahu meskipun ia tidak mempercayai Daeng. Setelah meninggalkan tepian sungai, Daeng berkata pada Raem bahwa ia tidak dapat menahan diri dan harus berhubungan seks dengan Raem. Ketika Raem menolak, ia mengancam akan melempar Raem keluar dari perahu. Ia berkata bahwa apabila Raem menurut ia akan mengantar Raem ke seberang dengan aman. Raem takut dimakan oleh buaya dalam sungai dan tidak melihat adanya pilihan lain bagi dirinya.

Maka ia tidak melawan Daeng secara fisik. Daeng kemudian mengantarkan Raem ke tepian di mana Kwan tinggal.

Ketika Raem menceritakan kepada Kwan tentang apa yang terjadi, Kwan berkata bahwa Raem sendiri yang telah memancing kejadian tersebut karena caranya berpakaian. Kwan menganggap Raem kotor dan mengusir Raem dengan penuh hina. Merasa sakit hati dan ditolak, Raem berpaling pada seorang teman lelakinya yang bernama Singha, pemegang ban hitam karate. Singha marah pada Kwan dan kasihan pada Raem. Singha kemudian mencari Kwan dan memukulinya secara brutal. Raem sangat senang melihat Kwan mendapatkan balasan yang pantas didapatnya.

Sementara matahari terbenam di ufuk, suara Raem dapat terdengar sedang menertawai Kwan. **********

Siapa di antara tokoh-tokoh berikut yang paling bersalah atas apa yang terjadi pada Raem? Mengapa? (Jawaban bisa lebih dari satu.) 1. Kwan 2. Yai 3. Raem 4. Singha 5. Daeng

**********

Modul 1

Pertimbangkanlah hal-hal berikut:

1.

Abuse terjadi dalam situasi di mana terdapat kekuatan yang tidak setara di antara orang-orang di dalamnya.

2.

Abuse tidak pernah merupakan kesalahan anak meskipun ia bertindak kurang pantas ( abuse lebih jauh dapat dihindari dengan mengajarkan perilaku yang dapat melindungi diri).

Modul 1

3.

Orang dewasa memiliki tanggung jawab utama untuk melindungi seorang anak karena anak tidak memiliki pengalaman hidup atau kemampuan pengambilan keputusan yang sama tingkatannya dengan orang dewasa.

4.

Abuse seringkali dapat dicegah apabila orang dewasa menanggapi keluhan anak secara serius untuk selanjutnya melakukan intervensi.

Raem adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Apakah hal ini merubah pandangan anda mengenai siapa yang paling bersalah?

Cerita tersebut mencerminkan situasi abuse seksual terhadap anak : Raem mewakili korban anak. Kwan adalah seseorang yang ingin dibuat senang oleh anak (pacar, ibu, ayah). Daeng adalah pelaku abuse (kekuatannya dilambangkan oleh perahu yang dimilikinya). Yai adalah seorang dewasa yang dipercayai anak. Singha adalah seseorang di dalam komunitas atau keluarga yang tidak membantu melainkan justru membuat keadaan menjadi lebih buruk.

Pada halaman berikut terlihat beberapa komentar orang mengenai kisah tadi, yang mengimplikasikan bahwa Raemlah yang harus disalahkan, beserta tanggapan terhadap komentar-komentar tersebut.

Poin yang dipertimbangkan Kemampuan Raem untuk membuat pertimbangan sendiri dengan baik, atau untuk menghindari resiko.

Komentar Raem sudah sadar resikonya dan seharusnya ia tidak pergi dengan Daeng. Raem sendiri yang mengambil keputusan untuk menaiki perahu itu, Daeng tidak memaksanya. Kita tidak boleh terlalu melindungi anak. Raem seharusnya lebih bertanggung jawab dalam melindungi dirinya sendiri.

Tanggapan Anak (seperti yang diwakili oleh Raem dalam cerita ini) tidak memiliki tingkat pengalaman hidup yang sama atau kemampuan yang sama dalam mengambil keputusan seperti orang

dalam sistem hukum, mereka tidak diizinkan untuk minum alkohol, mengendarai atau memiliki hak suara sampai mereka dianggap telah mencapai tingkat kedewasaan tertentu. Anak mungkin menyadari bahwa ada resiko, tetapi mereka mungkin tidak memahami sepenuhnya sejauh mana resiko tersebut. Kita tidak dapat menerapkan standar yang sama seperti yang digunakan untuk menilai orang dewasa terhadap anak. Karena alasan inilah, maka merupakan tanggung jawab kita untuk melindungi anak dan mempersiapkan mereka sehingga mereka nantinya memiliki

Modul 1

dewasa. Karenanya

Poin yang dipertimbangkan

Komentar

Tanggapan
kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri di masa depan

10

(dengan mengajarkan mereka keterampilan hidup, dll).

Perilaku Raem sebagai

Raem-lah yang paling bersalah karena dia sendiri yang mencari masalah. Itu salah Raem karena ia yang berpakaian menggoda.

Perilaku Raem bukanlah merupakan alasan bagi pelaku untuk melanggar hakhak Raem (tetapi dapat dicegah dengan mengajarkan kepada anak perilaku yang pantas).

Modul 1

salah satu penyebab terjadinya abuse .

Penggunaan kisah ini untuk menggambarkan situasi abuse terhadap anak dalam kehidupan nyata.

Kisah tersebut cuma dongeng, bukan kisah nyata.

Kisah ini bukan tentang Raem jatuh cinta, tetapi lebih merupakan cerita tentang situasi di mana

Raem tak mungkin berusia 12 tahun karena anak semuda itu belum pantas jatuh cinta.

seorang anak melakukan sesuatu yang kurang pantas untuk usianya dengan maksud ingin menyenangkan orang-orang yang mereka cintai atau hormati (orangtua, guru, dll). Tokoh-tokoh dalam cerita juga melambangkan orangorang dengan peranan

Poin yang dipertimbangkan

Komentar

Tanggapan
berbeda dalam situasi kehidupan nyata (Daeng sebagai pelaku abuse dan Raem sebagai korbannya). Tujuan dari cerita ini adalah lebih untuk menjelajahi pemikiran bawah sadar para peserta mengenai abuse terhadap anak, bukan untuk dilihat secara harfiah.

11

! Sebagai seorang pekerja yang bertanggung jawab


melindungi anak dari abuse, adalah penting untuk mengakui bahwa Raem tidak dapat disalahkan atas apa yang terjadi abuse tidak pernah merupakan kesalahan anak.

Modul 1

1.2 Selalu, Kadang-Kadang, Tidak Pernah


Bacalah pernyataan berikut ini dan beri tanda pada kolom yang menurut anda berlaku untuk tiap pernyataan. Pikirkanlah mengapa anda memilih pilihan anda tadi dan apakah menurut anda pilihan tersebut cocok atau tidak pada keadaan-keadaan yang berbeda.

12
Selalu KadangKadang Tidak Pernah

Modul 1

1.

Menampar tidak mengakibatkan luka (fisik atau emosional) yang serius dan berguna sebagai sebuah hukuman.

2.

Anak seringkali mengarang cerita tentang bagaimana mereka mengalami abuse seksual hanya untuk mencari perhatian.

3.

Seorang bocah lelaki berusia 13 tahun sudah sangat dewasa dan suka menghabiskan waktu bersama kakak laki-lakinya yang berusia 22 tahun beserta teman-temannya. Beberapa kali mereka menonton film berbau pornografi bersama. Tidak pernah ada kegiatan seksual atau ajakan serupa dari kakak bocah tersebut maupun temantemannya.

4.

Seorang bocah lelaki berusia 14 tahun membawa adik perempuannya yang berusia lebih muda ke dalam sebuah ruangan dan bermasturbasi di depan sang adik. Ia tidak menyentuh maupun melakukan kegiatan seksual dengan sang adik. Sang adik perempuan lebih merasa ingin tahu dan bersemangat daripada merasa takut. Ia berusia 8 tahun.

Selalu
5. Seorang anak meminta seorang guru sukarelawan untuk membantunya mengerjakan PR matematika. Sang guru bersedia tetapi si anak harus memotong rumput di halaman rumah sang guru sebagai balasan. 6. Seorang guru lelaki berkata bahwa ia akan

KadangKadang

Tidak Pernah

13

siswi apabila siswi tersebut setuju untuk berhubungan seks dengan sang guru. 7. Bibi dari seorang bocah perempuan berusia 10 tahun mempekerjakan sang anak menjual bunga di daerah bar-bar sebuah resort, sendirian hingga tengah malam, setiap malam. Hal ini tidak ada salahnya karena sang anak membantu keluarganya mencari uang. 8. Seorang ayah meminta putrinya yang berusia 10 tahun untuk membantu membersihkan garasi setiap minggu. 9. Hidup kekurangan membuat anak menghargai nilai dari berbagai benda. 10. Apabila seorang anak kedinginan dan kelaparan karena orangtuanya terlalu miskin, maka hal ini termasuk abuse terhadap anak. 11. Seorang bocah perempuan kecil memiliki kulit gelap dan bergigi tidak rata. Di dalam kelas, seorang guru mengoloknya dengan mengatakan bahwa ia perlu dioperasi plastik, kalau tidak, tak ada seorangpun yang akan menikahinya.

Modul 1

memberikan nilai ujian tinggi kepada seorang

Selalu
12. Seorang relawan asing yang bekerja di sebuah komunitas membelikan bir untuk seorang anak lelaki berusia 15 tahun ketika anak tersebut memintanya.

KadangKadang

Tidak Pernah

14
13. Seorang jurnalis mewawancarai seorang anak yatim piatu di sebuah tempat penampungan sementara. Keesokan

Modul 1

harinya, gambar sang anak ada di halaman depan sebuah surat kabar. Di bawahnya terdapat sebuah tulisan hancur dan kehilangan rumah, kedua orangtua tewas seketika akibat tsunami. Ketika sang anak melihat surat kabar tersebut, ia sangat sedih. 14. Melaporkan abuse kemungkinan akan mempermalukan anak, jadi lebih baik diam saja dan melupakannya. 15. Tidak ada sistem hukum yang baik di sini, jadi buat apa melapor. 16. Saya tidak akan mempercayai polisi untuk berbuat apapun dalam menangani kasus abuse terhadap anak yang dilaporkan.

Berikut ini adalah beberapa umpan balik dan tanggapan mengenai isu di atas. Bagaimana perbandingannya dengan tanggapan dan pemikiran anda sendiri? Skenario / poin yang dipertimbangkan
Menampar tidak mengakibatkan luka (fisik atau emosional) yang serius dan berguna sebagai sebuah hukuman.

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan


Saya dulu ditampar sewaktu kecil dan sekarang saya tumbuh dengan baik.

Tanggapan yang Sesuai


Kalau anda menampar orang dewasa, anda bisa ditahan. Di Swedia, anda akan ditahan karena memukul seorang anak.

15

kondisi yang lebih rentan daripada orang dewasa dan seringkali mereka tidak dapat membela diri seperti orang dewasa. Aspek psikologis dari hukuman fisik akan memiliki dampak jangka panjang terhadap anak. Anda bisa mendisiplinkan anak dengan cara-cara lain yang bukan merupakan kekerasan dan bukan merupakan penganiayaan secara emosional.

Menampar dengan lembut itu tidak apa-apa.

Siapa yang bisa memutuskan apakah tamparan tersebut keras atau lembut? Tamparan lembut anda mungkin saja menyakitkan bagi anak. Tetapi yang lebih penting, dampak emosional dari hukuman fisik-lah yang

Modul 1

Anak berada dalam

Skenario / poin yang dipertimbangkan

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan

Tanggapan yang Sesuai


lebih merusak bagi anak, bukan seberapa sakit tamparan tersebut.

16

Menampar adalah cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak.

Ada perbedaan antara disiplin dan hukuman (tamparan). Disiplin mengarahkan hukuman pada perilaku anak, dan

Modul 1

bukan pada anak itu sendiri. Setelah dihukum, seorang anak akan berperilaku seperti yang diminta oleh orangtua karena ia takut, bukan karena ia mengerti alasan orangtua. Anak seringkali mengarang cerita tentang bagaimana mereka mengalami abuse seksual hanya untuk mencari perhatian. Kita bisa memutuskan apakah akan mempercayai anak atau tidak atau mengambil tindakan lebih lanjut berdasarkan kepribadian atau perilaku anak di masa lalu. (Kalau seorang anak perempuan punya kepribadian yang baik, ini berarti bahwa ia tidak berbohong.) Sebagai pekerja LSM, kita harus menganggap serius perkataan anak dan melaporkannya kepada orang/badan yang relevan Itu benar, karena ada anak-anak yang selalu ingin cari perhatian. Misalnya anak jalanan. Ketika seorang anak mengalami abuse seksual, ia akan harus mengungkapkan banyak detail yang terkait dengan terjadinya kejahatan tersebut. Anak biasanya tidak akan mau bersusah payah mengarang detail semacam itu. Pengungkapan atas kejadian semacam itu akan sangat memalukan bagi anak.

Skenario / poin yang dipertimbangkan

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan

Tanggapan yang Sesuai


untuk penyelidikan lebih lanjut. Bukan tugas kita untuk menghakimi anak.

17
Seorang bocah lelaki berusia 13 tahun menonton film porno dengan kakak laki-lakinya yang berusia lebih tua. Tidak ada kegiatan seksual atau ajakan semacam itu. Itu adalah pendidikan seks. Ini tidak dianggap sebagai abuse karena tidak ada kegiatan seksual yang benarbenar terjadi. Ini adalah bentuk abuse non-kontak. Anak tersebut diekspos terhadap pornografi yang tidak sesuai untuk usianya. Pornografi tidak mencerminkan hubungan seksual yang sehat tetapi umumnya merupakan Lebih baik bagi si anak untuk menontonnya dengan seorang anggota keluarga daripada dengan orang lain (karena sang kakak berniat baik). lukisan atas kegiatan seksual yang kasual dan tidak monogamis, serta tidak terlindungi, yang tidak menggambarkan pengalaman dunia nyata. Polisi internasional mencatat bahwa pornografi online semakin bertambah unsur kekerasannya. Pornografi tidak memberikan bimbingan yang baik bagi anak mengenai hubungan yang dewasa.

Modul 1

Skenario / poin yang dipertimbangkan


Seorang bocah lelaki berusia 14 tahun melakukan masturbasi di depan adik

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan


Ini tidak dianggap sebagai abuse karena kegiatan seksual tidak benar-benar terjadi. Saya kira hanya orang dewasa yang bisa melakukan abuse terhadap anak.

Tanggapan yang Sesuai


Ini adalah bentuk abuse non-kontak. Kegiatan yang tidak pantas dari sang kakak tidak layak untuk usia sang adik. Apabila perilaku ini dianggap dapat diterima, ada kemungkinan bahwa hal ini dapat menuju pada perilaku lanjut yang lebih ekstrim. Pelaku abuse juga bisa berupa anak di bawah umur.

18

perempuannya. Sang adik tidak ketakutan.

Modul 1

Seorang guru sukarelawan membantu seorang anak lokal mengerjakan PR. Sebagai gantinya, si anak harus memotong rumput untuk sang guru.

Anak harus belajar bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu, kalau tidak mereka tidak akan menghargai nilai dari berbagai benda dalam hidup mereka.

Anak memiliki hak atas pendidikan. Mereka tidak boleh diharuskan bekerja untuk mendapatkannya. Selain itu sang guru adalah orang dewasa yang telah memilih untuk bekerja sukarela sementara anak tidak mempunyai pilihan dan tidak boleh diwajibkan membayar atas keinginannya untuk belajar. Setidaknya, jasa sebagai balasan atas pelajaran ekstra harus berkaitan dengan sekolah, bukan kepentingan pribadi.

Guru sukarelawan tidak mendapat bayaran,

Penyalahgunaan (posisi yang lebih tinggi atau)

Skenario / poin yang dipertimbangkan

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan


setidaknya dia pantas mendapatkan hal tersebut sebagai balasan.

Tanggapan yang Sesuai


kekuasaan. Mengajar tanpa mengharapkan balasan bantuan dari muridnya adalah tugas guruKali ini memotong rumput, tapi bagaimana kalau lain kali sang guru meminta seks sebagi balasan? Apakah hal tersebut diperbolehkan?

19

Seorang guru menawarkan nilai yang bagus untuk ditukar dengan seks.

Sang siswi mungkin telah menyesatkan sang guru.

Ini tidak pernah dapat diterima. Anak memiliki hak atas pendidikan tanpa imbalan apapun ! Orang dewasa tidak boleh berhubungan seksual dengan anak. Seorang guru berada pada posisi sebagai pengganti sementara orangtua selagi anak berada di sekolah (in loco parentis ) dan karenanya memiliki kewajiban melindungi anak, dan tidak mengeksploitasi anak.

Seorang bibi membuat seorang anak perempuan

Ia harus membantu mencari uang untuk

Tempat dan waktu semacam itu tidaklah

Modul 1

Skenario / poin yang dipertimbangkan


menjual bunga di daerah bar-bar sebuah resor setiap malam.

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan


keluarganya.

Tanggapan yang Sesuai


layak bagi seorang anak. Anak bisa saja terpapar

Menyuruh anak bekerja akan membantu mereka tumbuh kuat dan lebih mandiri.

pada ketelanjangan atau kegiatan seksual yang tidak sesuai untuk usianya (bentuk abuse seksual non-kontak).

20

Modul 1

Anak membantu pekerjaan orangtua adalah hal yang umum dalam komunitas kami.

Pertimbangkanlah sensitivitas isu buruh anak pada beberapa budaya. Contohnya, di wilayah terpencil di Thailand, anak membantu pekerjaan orangtua mereka setelah jam sekolah untuk memperoleh penghasilan. Ini merupakan tradisi dan dianggap sebagai hal yang wajar. Apabila para peserta bersikeras bahwa anak tersebut harus menjual bunga untuk membantu keluarganya, tanyakan apakah ada cara lain untuk mencari penghasilan. Kalau menjual bunga benarbenar merupakan satusatunya pilihan, maka anak tersebut harus didampingi oleh orang dewasa sepanjang waktu.

Skenario / poin yang dipertimbangkan


Seorang ayah meminta putrinya membantu membersihkan garasi setiap minggu.

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan

Tanggapan yang Sesuai


Ini bisa menjadi kegiatan yang menumbuhkan ikatan dalam keluarga, dan tidak bermasalah selama bukan merupakan eksploitasi atau mengganggu waktu anak untuk istirahat, bermain dan belajar.

21

Hidup kekurangan membuat anak menghargai nilai dari berbagai benda.

Anak perlu memiliki disiplin dan harus belajar bekerja untuk mendapatkan sesuatu.

Anak perlu memiliki disiplin, namun demikian, ada standar minimum. Anak tidak boleh dibuat hidup berkekurangan dalam hal kebutuhan dasar seperti makanan, perawatan kesehatan, dll.

Apabila seorang anak kedinginan dan kelaparan karena orangtuanya terlalu miskin, maka ini termasuk abuse terhadap anak.

Ini adalah salah orangtua.

Bukan keputusan orangtua untuk membuat anak kelaparan, tetapi hal itu berkaitan dengan ketidakmampuan orangtua untuk menyediakan kebutuhan dasar (abuse sosial). Pernyataan ini sangat subyektif. Para peserta tidak perlu mencapai kesimpulan yang sama.

Modul 1

Skenario / poin yang dipertimbangkan


Seorang guru mengatakan kepada seorang gadis kecil

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan


Sang guru hanya bercanda.

Tanggapan yang Sesuai


Ini adalah sesuatu yang kejam dan mempermalukan anak abuse emosional. Seorang guru seharusnya memiliki standar profesional yang lebih

22

berkulit hitam dan bergigi tidak rata bahwa ia membutuhkan operasi.

Modul 1

tinggi yang dapat memotivasi anak dan memberikan contoh yang baik, bukannya malah merusak si anak dan memberikan contoh yang buruk. Seorang sukarelawan asing membelikan bir untuk seorang bocah berusia 15 tahun. Itu kan cuma bir dan lagipula, anak itu sendiri yang meminta. Orang dewasa seharusnya lebih mengerti bahwa mereka tidak boleh memberikan alkohol kepada seorang anak meskipun anak tersebut memintanya. Ini merupa-kan tindakan yang ilegal dan jelas-jelas merupakan pengingkaran terhadap tanggung jawab oleh orang dewasa. Hal ini dapat mengakibatkan masalah lebih jauh bagi anak dan si orang dewasa kemudian juga harus bertanggung jawab atas hal ini.

Skenario / poin yang dipertimbangkan

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan

Tanggapan yang Sesuai


Respon yang sama seperti di atas juga berlaku di sini. Apakah seorang sukarelawan benar-benar dapat dipercaya sepenuhnya? Informasi dalam modul pelatihan ini mengenai pekerja kemanusiaan yang melakukan eksploitasi seksual terhadap anak membuktikan bahwa hal tersebut salah. Kita tidak dapat mengetahui apakah seseorang memiliki niat buruk terhadap anak.

Lebih baik bagi si anak untuk minum bersama seorang sukarelawan (yang bisa kita percayai) daripada dengan seseorang yang tidak dikenal.

23

Seorang jurnalis mewawancarai seorang anak yatim piatu untuk sebuah artikel. Anak tersebut sangat sedih ketika ia melihatnya.

Tindakan sang jurnalis tidak salah karena digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan dana, atau untuk meningkatkan kesadaran umum mengenai masalah yang ada. Masuk ke dalam berita akan membantu anak belajar berdiri sendiri dan melanjutkan hidupnya.

Hal semacam itu tidaklah cukup berharga untuk dilakukan apabila harga yang harus dibayar adalah berupa kerusakan emosional pada diri anak. Apakah tidak masalah bagi anda kalau anda telah diperkosa dan foto anda ada di halaman depan sebuah koran? Apabila ini adalah sebuah cara untuk menunjukkan realita, identitas si anak harus dilindungi dan privasinya harus dihormati.

Modul 1

Skenario / poin yang dipertimbangkan


Melaporkan abuse akan mempermalukan si anak jadi lebih baik diam saja.

Isu yang Disuarakan Sebagai Tanggapan

Tanggapan yang Sesuai


Apabila anda diam saja maka si pelaku kejahatan tidak akan dihukum, dan si anak tidak akan dibantu.

24

Tidak ada sistem hukum yang memadai di sini, jadi

Biasanya terdapat berbagai rute pelaporan LSM lokal, petugas polisi atau petugas kesejahteraan sosial yang lebih senior, dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Modul 1

buat apa melapor. Saya tidak akan mempercayai polisi untuk berbuat sesuatu mengenai kasus abuse terhadap anak yang telah dilaporkan.

! Ingat: Kapanpun juga, kepentingan terbaik bagi anak merupakan hal yang terpenting dan harus menjadi dasar dari keputusan dan tindakan yang anda ambil.

1.3 Standar yang disepakati mengenai apa yang dimaksud dengan abuse dan penelantaran terhadap anak

Meskipun kita semua mungkin memiliki pandangan yang berbeda, ada beberapa standar yang disepakati tentang apa yang dimaksud dengan abuse terhadap anak dan penelantaran. Berikut ini adalah dua definisi.

25

Abuse terhadap anak atau penganiayaan yaitu segala bentuk perlakuan buruk baik secara fisik dan/atau emosional, abuse seksual, penelantaran atau perlakuan lalai atau eksploitasi komersil atau eksploitasi bentuk lainnya, yang mengakibatkan kerusakan aktual atau potensial terhadap kesehatan anak, kemampuannya bertahan hidup, perkembangan atau martabat anak dalam konteks sebuah hubungan tanggung jawab, kepercayaan, atau kekuasaan. World Health Organisation

Abuse berarti tindakan atau pembiaran yang menyebabkan perampasan kebebasan dari, atau kerugian mental maupun fisik terhadap seorang anak; abuse seksual yang dilakukan terhadap seorang anak; mempengaruhi seorang anak untuk bertindak atau berperilaku dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan secara mental maupun fisik terhadap diri anak, melanggar hukum atau tidak bermoral, dengan atau tanpa persetujuan anak.

Penelantaran berarti kegagalan mengasuh, merawat atau mengembangkan anak sesuai dengan standar minimum seperti yang tercantum dalam peraturan menteri, yang dengan demikian menimbulkan kerusakan pada kesejahteraan fisik dan mental anak.

Undang-Undang Perlindungan Anak Thailand 2003

Apakah ada undang-undang perlindungan anak di negara anda? Cari tahu dan simpanlah salinannya untuk referensi anda sendiri.

Modul 1

Anak-anak di seluruh dunia rentan terhadap resiko 13 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orangtua mereka karena HIV/AIDS. 1 juta anak di seluruh dunia hidup dalam penahanan. 180 juta anak menghadapi bentuk-bentuk terburuk pekerjaan anak.

26
1,2 juta anak diperdagangkan setiap tahunnya. 2 juta anak diekploitasi melalui prostitusi dan pornografi. 2 juta anak diperkirakan telah meninggal sebagai akibat langsung dari konflik

Modul 1

bersenjata sejak 1990. Terdapat 300.000 prajurit anak setiap saatnya.

! Abuse terhadap anak merupakan masalah global yang berakar sangat dalam pada budaya, ekonomi dan praktek-praktek sosial.

1.4 Mitos dan asumsi mengenai abuse terhadap anak


Lihatlah beberapa pernyataan berikut dan putuskan apakah anda setuju atau tidak setuju. Apabila anda tidak yakin, apakah anda merasa lebih dekat dengan setuju atau tidak setuju? Beri tanda pada kotak yang relevan.

Setuju atau Tidak Setuju


Setuju Tidak Setuju

27

1.

Anak-anak penyandang cacat harus dipisahkan dari anak-anak lain agar mereka tidak menularkan nasib buruk mereka pada anak-anak lain.

2. 3.

Anak yang susah diatur harus dihukum berat. Anak cacat tidak memiliki seksualitas. Karenanya kemungkinan bahwa mereka menjadi korban abuse lebih kecil.

4.

Abuse terhadap anak bukanlah masalah dalam komunitas saya. Hal semacam itu terjadi di tempat lain.

5.

Guru dan orangtua memiliki hak untuk memukul anak yang menurut mereka berperilaku kurang baik.

6.

Sebagian besar abuse terjadi secara tidak disengaja dan terjadi spontan tanpa direncanakan.

7.

Pelaku abuse dulunya mengalami abuse di masa kanak-kanak. Karenanya mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri.

8.

Pelaku abuse berasal dari keluarga kelas rendah dan tidak berpendidikan.

Modul 1

Setuju

Tidak Setuju

9. Terkadang korban-lah yang paling bersalah karena mereka sendiri yang mencari masalah.

28

10. Anak laki-laki tidak beresiko mengalami abuse seksual. 11. Para pelaku abuse seksual anak selalu berupa laki-laki tua genit.

Modul 1

12. Perempuan tidak pernah melakukan abuse seksual terhadap anak. 13. Orang yang tidak dikenal merupakan ancaman terbesar bagi anak. 14. Guru tidak akan pernah melakukan abuse terhadap anak. 16. Kita selalu bisa mengetahui siapa yang aman berada bersama anak. 17. Staf yang ditempatkan untuk bekerja dengan anak tidak mungkin melakukan abuse terhadap anak.

Sekarang, lihat informasi berikut untuk membandingkan pemahaman anda akan mitos dan asumsi mengenai abuse terhadap anak dan penelantaran.

Anak cacat tidak memiliki seksualitas dan karenanya mereka memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami abuse
Salah
Anak-anak penyandang cacat justru hampir empat kali lebih mungkin mengalami abuse seksual, fisik dan emosional serta penelantaran dibandingkan anak-anak yang tidak cacat, berdasarkan laporan dari Inggris oleh NSPCC dan National Working Group on Child Protection and Disability. Namun laporan tersebut mengatakan bahwa masyarakat umum meyakini bahwa anak-anak penyandang cacat tidak mengalami abuse. Laporan ini juga menekankan bahwa anak-anak cacat tersebut seringkali tidak memiliki keterampilan yang

29

anak-anak penyandang cacat tersebut tentang pengalaman dan perasaan mereka. Sistem dan praktek-praktek perlindungan anak tidak mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan khusus dari anak cacat yang mengalami abuse.

Orang yang tidak dikenal merupakan ancaman terbesar bagi anak


Salah
Pada 501 kasus abuse seksual yang dilaporkan kepada polisi Filipina dan Departemen Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial pada tahun 2000, keempat kelompok utama pelaku abuse adalah: kenalan (22 persen), tetangga (21 persen), ayah (19 persen) dan paman (11 persen). Lima persen pelaku abuse seksual adalah orang yang tidak dikenal.

Sumber : Unit Perlindungan Anak 2000 Filipina

NSPCC. 2003. Itu tak terjadi pada anak Penyandang cacat. Perlindungan Anak dan Anak Penyandang cacat. London, UK. NSPCC. dan kelompok kerja Nasional tentang Perlindungan Anak dan Anak Penyandang Cacat.

Modul 1

diperlukan untuk melaporkan abuse. Sebagian besar orang tidak mengkonsultasikan

Anda selalu bisa mengetahui siapa yang aman berada bersama anak
Yang mana dari ketiga orang berikut yang akan anda pilih untuk mengasuh sekelompok anak? Mana yang aman untuk dipercaya berada di dekat anak?

Dengan membaca halaman-halaman berikutnya anda akan menemukan jawabannya.

30

Modul 1
Apakah anda memilih si wanita muda? Atau mungkin lelaki tua yang nampak seperti seorang kakek? Atau mungkin si anak muda? Mitos yang umumnya beredar adalah sebagai berikut:

Perempuan tidak pernah melakukan abuse terhadap anak Pelaku abuse terhadap anak selalu lelaki tua genit Anak lelaki tidak beresiko mengalami abuse Sebagian besar abuse terjadi secara tidak disengaja dan spontan tanpa direncanakan Abuse terhadap anak bukan masalah di komunitas saya hal semacam itu terjadi di tempat lain

Salah

Wanita pada gambar pertama adalah Mary Kay LeTourneau. Persidangan yang dijalaninya barangkali merupakan kasus pencabul anak yang paling banyak mendapat pemberitaan di Amerika Serikat.

Mary Kay LeTourneau, seorang guru, dinyatakan bersalah di Seattle, Amerika Serikat, pada tahun 1997 karena memperkosa salah satu muridnya. Ia berusia 35 tahun dan sang bocah lelaki saat itu menerima hukuman penjara yang ditunda dengan syarat ia mau melakukan konseling, tidak menghubungi si anak dan mematuhi persyaratan hukum bagi pelaku kejahatan seks. Pada tahun 1998, LeTourneau dihukum ulang karena ia terus menemui si anak, yang saat itu berusia 14 tahun. Ia dipenjara lebih dari tujuh tahun. Pada saat ditangkap, LeTourneau sedang hamil bayi si anak lelaki. Ia juga masih menikah dan memiliki empat orang anak dari pernikahannya. LeTourneau pertama kali bertemu si anak lelaki ketika anak tersebut menjadi muridnya di kelas dua. Selanjutnya ia juga menjadi guru anak tersebut di kelas enam. Hubungan mereka dilaporkan mulai bersifat seksual ketika anak tersebut ada di kelas tujuh pada tahun 1996. Kecurigaan pertama kali diangkat oleh suami LeTourneau, yang menemukan surat-surat yang ditulis istrinya untuk si anak dan kemudian memberitahukan kerabat keluarga, yang selanjutnya menghubungi petugas perlindungan anak. Suami LeTourneau menceraikan istrinya dan pindah membawa anak-anak mereka ke negara bagian lain. Sekolah di mana LeTourneau bekerja menskors dirinya dari pekerjaannya tanpa bayaran. Ibu si anak sekarang merawat bayi hasil hubungan si anak dan LeTourneau. Pada saat sidang pembacaan hukuman, sang ibu berkata bahwa LeTourneau seharusnya menerima ampunan dari pengadilan karena ia hanyalah seorang manusia yang membuat satu kesalahan buruk. Si anak sendiri pernah berkata dalam wawancara bahwa hubungannya dengan LeTourneau merupakan cinta sejati dan ia tidak menganggap dirinya sebagai seorang korban. Diadaptasi dari CourtTV.com. 1998. Washington v. Letourneau: Original Sentencing from November 14, 1997. Courtroom Television Network. 18 Maret. Foto: Court TV dan CNN berusia 13 tahun. Ia mengaku bersalah dan

31

Modul 1

Contoh lain dari pelaku abuse berjenis kelamin perempuan adalah Myra Hindley, seorang terdakwa pembunuh anak-anak, yang barangkali merupakan pelaku kejahatan perempuan yang paling terkenal di Inggris.

Myra Hindley dan Ian Brady membunuh empat orang anak pada tahun 1963 dan 1964 dan

32

mengubur tubuh mereka di dekat Manchester, sebelah utara Inggris. Para korban - Lesley Ann Downey, 10, John Kilbride, 12, Keith Bennett, 12, dan Pauline Reade, 16 mengalami kekerasan seksual sebelum mereka dibunuh.

Modul 1

Hindley dan Brady ditahan setelah mereka membunuh Edward Evans, 17, di rumah mereka di hadapan saudara ipar laki-laki Hindley, yang kemudian melaporkan pembunuhan tersebut ke polisi. Ia mengatakan kepada polisi bahwa ia mendengar Brady berbicara tentang pembunuhan-pembunuhan lain dan bagaimana mayat-mayat mereka dikubur, tetapi ia tidak mempercayai cerita Brady saat itu.

Hindley dan Brady menyatakan diri tidak bersalah pada persidangan mereka di tahun 1966. Bukti yang dihadapkan di pengadilan berupa sebuah rekaman yang dibuat oleh Hindley dan Brady, berisikan saat-saat terakhir salah satu korban mereka selagi mereka menyiksa dan melakukan kekerasan seksual sebelum akhirnya mencekik gadis tersebut.

Mereka berdua divonis bersalah telah membunuh Lesley Ann Downey dan Edward Evans, sementara Brady sendiri juga divonis bersalah telah membunuh John Kilbride. Mereka dipenjara seumur hidup. Mayat Keith Bennett dan Pauline Reade belum ditemukan sampai dengan saat persidangan, tetapi pada tahun 1980-an Hindley dan Brady mengakui pembunuhan tersebut.

Diadaptasi dari BBC News. 2000. The Moors murders. UK: BBC. 28 Februari. Foto: Manchester Police. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh LeTourneau dan Hindley menunjukkan bahwa perempuan juga mampu melakukan abuse seksual terhadap anak. Pelaku abuse belum tentu lelaki tua genit. Kasus-kasus ini menunjukkan betapa salahnya kepercayaan bahwa abuse terjadi secara tidak disengaja, dan spontan tanpa terencana, dan bahwa anak laki-laki tidak beresiko mengalami abuse. Hindley berulangkali menyiksa beberapa anak. LeTourneau melakukan abuse terhadap muridnya pada lebih dari satu kejadian. Korban dari kedua perempuan tersebut adalah anak laki-laki.

Pria tua dalam foto tadi adalah Michael Lewis Clark. Ia berkali-kali melakukan abuse seksual terhadap bocah laki-laki.

Michael Lewis Clark, pensiunan sersan tentara berusia 70 tahun, adalah orang pertama yang dituntut dan dinyatakan bersalah di bawah undangundang baru Amerika Serikat yang ditujukan untuk mencegah warga negara Amerika melakukan perjalanan keluar negeri agar dapat berhubungan seks dengan anak. Ia dihukum penjara di Seattle

33

Clark, yang pernah sesekali tinggal di Kamboja, ditahan di Phnom Penh pada tahun 2003. Di hadapan sebuah pengadilan Amerika ia mengaku bersalah telah berhubungan seks dengan dua bocah lelaki Kamboja berusia 10 dan 13 tahun. Menurut dokumen pengadilan, Clark mengatakan kepada para penyidik bahwa ia mungkin telah berhubungan seks dengan sekitar 50 bocah lelaki berusia antara 10 dan 18 tahun, dan membayar mereka sekitar US $2 setiap kalinya. Hakim berkata bahwa anak-anak yang dieksploitasi oleh Clark beresiko sangat tinggi akibat kemiskinan yang mereka hadapi.

Clark adalah orang pertama di Amerika Serikat yang diputuskan bersalah di bawah legislasi yang diloloskan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 2003. Undang-undang tersebut memungkinkan dituntutnya warga negara Amerika yang melakukan perjalanan ke luar negeri dengan tujuan mencari hubungan seks dengan anak dan merupakan bagian dari upaya pemerintah, LSM dan organisasi kesejahteraan anak di berbagai belahan dunia untuk menangani eksploitasi seksual terhadap anak-anak di negara miskin. Sejak Juni 2004, enam orang pria telah diputuskan bersalah di bawah undang-undang baru tersebut.

Para pengacara mengatakan bahwa hukuman untuk Clark yang cukup berat tersebut merupakan peringatan resmi kepada predator anak potensial.

Diadaptasi dari Clarridge, C. 2004. 8-year term levied in 1st prosecution under new child-sex law. The Seattle Times. 26 Juni.

Foto: US Immigration and Customs Enforcement (ICE).

Modul 1

pada bulan Juni 2004 selama delapan tahun lebih.

Abuse terhadap anak bukanlah masalah dalam komunitas saya hal seperti itu terjadi di tempat lain

Salah
Orang biasanya meyakini bahwa abuse seksual terhadap anak hanya terjadi pada budaya

34

Barat, atau bahwa hal semacam itu hanya dilakukan oleh orang asing. Akan tetapi, kasus Waralongkorn Janehat, pria termuda dalam foto di atas, membuktikan bahwa asumsi ini adalah salah. Abuse seksual terhadap anak adalah fenomena yang terjadi di seluruh dunia dan pelakunya bisa berkebangsaan apapun. (Materi ini semula ditulis untuk digunakan di Thailand. Apabila anda berada di negara lain anda perlu mengumpulkan informasi mengenai

Modul 1

kasus lokal.) Pada bulan Agustus 2005, sebuah pengadilan propinsi di Thailand menghukum Waralongkorn Janehat (Kru Nong), seorang mantan sekretaris yayasan anak, dengan 48 tahun hukuman penjara karena melakukan abuse seksual terhadap anak-anak di bawah pengasuhannya. Pengacara Kru Nong berencana mengajukan banding. Kru Nong, 38, dituduh melakukan abuse seksual terhadap anak di bawah usia 15 tahun (dengan atau tanpa persetujuan si anak), abuse seksual terhadap anak berusia di atas 15 tahun tanpa persetujuan mereka, dan menggunakan kekerasan fisik pada anak-anak di bawah pengasuhannya, dalam rumah penampungan anak yang dikelolanya. Polisi menetapkan dakwaan tersebut setelah menyelidiki keluhan yang diajukan kepada kantor propinsi Ministry of Social Development and Human Security, yang menyatakan bahwa anak-anak dari rumah penampungan tersebut melarikan diri dan terlibat pencurian kecil-kecilan serta perkelahian. Penyidikan menemukan bahwa Kru Nong melakukan abuse seksual terhadap dua orang anak selagi mereka tinggal di rumah penampungan tersebut. Abuse tersebut terjadi beberapa kali sampai anak-anak tersebut melarikan diri. Kedua anak tersebut memberikan bukti bahwa banyak anak lain yang juga telah mengalami abuse seksual. Enam anak berusia 14 hingga 17 tahun mengalami abuse sebelum melarikan diri ke rumah penampungan lain milik pemerintah atau LSM. Setelah surat perintah penahanan dikeluarkan untuk Kru Nong pada bulan Februari 2004, yayasan anak tempatnya bekerja ditutup. Kru Nong masih bertanggung jawab atas penampungan anak tersebut, meskipun ia seharusnya tidak boleh mengasuh satu orang anakpun. Diadaptasi dari Manager On Line. 2005. 48 Years Sentencing for Kru Nong. 5 Agustus. Foto: Manager On Line.

Abuse seksual terhadap anak tidak hanya terjadi di negara Barat tetapi juga merupakan masalah lokal yang harus disadari oleh setiap orang. Selain itu, eksploitasi seksual secara komersil terhadap anak sebuah bentuk abuse seksual yang melibatkan transaksi dalam bentuk apapun (uang, hadiah, makanan dan penampungan, dll) - adalah hal yang umum ditemukan di seluruh negara dan tidak hanya melibatkan pelaku orang asing. Di Thailand, sejumlah besar anak beresiko mengalami abuse dan eksploitasi seksual. Setiap tahunnya, sejumlah besar turis seks melakukan perjalanan ke negara-negara di Asia Tenggara untuk melakukan abuse seksual terhadap anak. Kota-kota di Thailand seperti Bangkok, Pattaya, Phuket dan Chiang Mai adalah beberapa dari tujuan utama para pelaku asing di Thailand. Para pelaku juga bisa saja merupakan anggota komunitas atau orang dari tempat lain di dalam negara tersebut. Produksi dan penyebaran gambar-gambar abuse seksual terhadap anak (pornografi anak) juga merupakan keprihatinan besar. (Apabila anda mempelajari hal ini di negara lain, lakukan riset untuk mendapatkan informasi serupa mengenai negara anda.)

35

Pornografi anak dan teknologi baru


Sebagian besar website gratis yang mengandung pornografi anak (gambar-gambar abuse seksual terhadap anak) berhasil ditelusuri asalnya hingga ke sejumlah negara, yang mana Thailand adalah salah satunya. Ini menurut sebuah laporan dari ECPAT Internasional. Rusia dan bekas Uni Soviet, Amerika Serikat, Spanyol, Jepang dan Korea Selatan adalah negara-negara di mana sebagian besar website gratis tersebut ditawarkan. Amerika Serikat dan Rusia juga merupakan tuan rumah utama bagi website komersil yang menawarkan pornografi anak, diikuti oleh Spanyol dan Swedia. ECPAT mengatakan bahwa kecepatan teknologi baru mengalahkan kemampuan polisi untuk menghentikan para pelaku pornografi anak online . ECPAT menginginkan undang-undang nasional yang lebih kuat dan tindakan yang terkoordinasi dari industri itu sendiri untuk melindungi anak dari abuse melalui teknologi informasi baru tersebut. Bahkan di negara-negara miskin di mana akses Internet masih terbatas, terdapat pula kenaikan tinggi dalam jumlah pelaku pornografi yang menggunakan kamera handphone untuk merekam abuse terhadap anak dan kemudian menyebarkan gambargambar tersebut secara global. Jasa pesan singkat juga telah menjadi forum bagi para pelaku kejahatan seks untuk berkenalan dengan anak. Laporan ECPAT menyorot kemudahan yang dimiliki orang-orang yang berniat merugikan anak dalam perpindahan antara dunia fisik dan dunia virtual dengan tujuan untuk mengeksploitasi anak. Diadaptasi dari AFP. 12 November 2005. Thailand is among nations with the most free websites. The Bangkok Post.3

Lihat juga Muir, D. 2005. Violence against Children in Cyberspace. Bangkok: ECPAT Internasional. Tersedia di http://www.ecpat.net

Modul 1

Dua jenis pelaku kekerasan seks terhadap anak disebut situational offenders dan preferential offenders. Situational offenders tidak memiliki kecenderungan seksual eksklusif terhadap anak-anak tetapi memanfaatkan kesempatan dari situasi tertentu di mana mereka melakukan abuse seksual terhadap seorang anak. Mereka mungkin bermaksud melakukan hal tersebut hanya sekali saja. Terkadang, pelaku semacam ini akan mengembangkan preferensi untuk

36

berhubungan seks dengan anak dan mengulangi abuse tersebut. Preferential offenders memiliki preferensi seksual yang aktif terhadap anak-anak. Banyak orang dengan preferensi semacam ini akan melakukan cara apapun untuk berhubungan seks dengan seorang anak, termasuk berencana untuk menemui anak dan melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan anak tersebut (mereka seringkali pergi ke negara atau kota selain dari tempat

Modul 1

di mana mereka biasanya tinggal). Nafsu seksual mereka terhadap anak bersifat kompulsif.

Meskipun sebagian besar anak yang mengalami abuse seksual adalah anak perempuan, anak laki-laki juga menjadi korban. Anak laki-laki mungkin menerima lebih sedikit simpati daripada anak perempuan dan terkadang lebih sulit bagi seorang anak laki-laki untuk mengungkapkan abuse seksual yang dialaminya baik itu dilakukan oleh pelaku lelaki atau perempuan. Seorang anak laki-laki yang mengalami abuse seksual oleh seorang perempuan mungkin tidak akan melaporkan kejadian tersebut karena ia berkonfrontasi dengan ide yang dijunjung pada beberapa kebudayaan bahwa pengalaman seksual merupakan cara untuk membuktikan kejantanan mereka dan bahwa seorang laki-laki akan selalu menerima seks. Anak laki-laki tersebut mungkin tidak akan mengakui, bahkan tidak kepada dirinya sendiri, bahwa apa yang ia alami merupakan abuse. Apabila seorang anak laki-laki mengalami abuse seksual yang dilakukan oleh seorang pelaku lelaki, ia mungkin takut akan stigma sosial mengenai homoseksualitas, yang merupakan topik yang tabu di beberapa budaya.

Staf yang bekerja dengan anak tidak mungkin melakukan abuse terhadap anak

Salah

Waralongkorn Janehat menggunakan posisi manajerial-nya untuk mengeksploitasi anak di sebuah rumah penampungan yang seharusnya memberikan perlindungan terhadap anak. Mary Kay LeTourneau adalah seorang guru yang seharusnya bisa dipercaya oleh anak. Ia menyalahgunakan posisinya untuk mengambil keuntungan dari seorang bocah laki-laki yang masih terlalu muda untuk memahami bahwa dirinya telah mengalami abuse. Hubungan seksual antara seorang anak dan pemberi asuhan (caregiver) atau pekerja kemanusiaan tidak seharusnya terjadi karena dinamika kekuatan di antara mereka tidaklah setara. Pekerja kemanusiaan, misalnya, berada pada posisi yang lebih superior karena mereka memiliki

sumber daya berupa bantuan. Orang-orang dengan niatan melakukan abuse mungkin saja menggunakan kemampuan mereka dalam menyediakan bantuan sebagai alat tukar demi kepentingan mereka sendiri. Pertimbangkanlah kisah Sungai Buaya, di mana Daeng memiliki kekuatan terhadap Raem (yang dilambangkan dengan perahu yang dimilikinya) yang kemudian ia salah gunakan untuk menyakiti Raem.

Berikut ini adalah contoh cara-cara pekerja kemanusiaan di Afrika Barat mengeksploitasi pengungsi anak.

37

Abuse terhadap anak-anak pengungsi oleh pekerja kemanusiaan


Ketika ibu meminta saya untuk pergi ke aliran sungai untuk mencuci piring, seorang petugas perdamaian meminta saya untuk membuka pakaian saya supaya ia bisa mengambil gambar. Ketika saya meminta dia untuk memberikan saya uang dia berkata, tidak ada uang untuk anak-anak, biskuit saja. Kebutuhan untuk melindungi pengungsi dan pengungsi anak dari pekerja kemanusiaan tidak banyak menerima perhatian sampai dengan tahun 2002, dengan dipublikasikannya temuan-temuan dari sebuah laporan bersama UNHCR dan Save the Children UK. Laporan yang sebagian besar didasarkan pada testimoni anak yang dikumpulkan pada tahun 2001 ini menyajikan bukti-bukti adanya eksploitasi seksual yang luas terhadap pengungsi anak di Liberia, Guinea dan Sierra Leone, sebagian besar dituduhkan kepada pekerja yang dipekerjakan di wilayah tersebut oleh LSM nasional dan internasional, serta oleh badan-badan PBB, termasuk UNHCR sendiri. Pada ketiga negara tersebut, para pekerja dilaporkan menggunakan bantuan dan pelayanan kemanusiaan yang seharusnya ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi para pengungsi sebagai alat eksploitasi. Sebuah catatan bersama yang berjudul Note for Implementing and Operasional Partners mengenai abuse dan eksploitasi seksual terhadap pengungsi anak di Afrika Barat mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaku yang dituduh melakukan kejahatan tersebut merupakan staf nasional berjenis kelamin laki-laki yang menukar jasa dan komoditas kemanusiaan (seperti biskuit, sabun, obat-obatan dan terpal) untuk berhubungan seks dengan gadis di bawah usia 18 tahun. Laporan tersebut menyebutkan bahwa praktek semacam ini nampaknya sangat jelas terjadi di tempat-tempat yang memiliki program bantuan yang telah mapan dan di kamp-kamp pengungsi di Guinea dan Liberia. Laporan tersebut juga menyebutkan tuduhan atas eksploitasi seksual terhadap anak yang dilakukan oleh penjaga perdamaian internasional dan para pemuka masyarakat. Lebih dari 40 badan dan organisasi dan hampir 70 individu disebutkan namanya pada kesaksian dalam laporan tersebut. Setelah laporan tersebut dikeluarkan, Inter-Agency Standing Committee membentuk sebuah Gugus Tugas untuk Perlindungan terhadap Eksploitasi dan Abuse Seksual dalam

Modul 1

Krisis Kemanusiaan. Laporan gugus tugas tersebut pada bulan Juni 2002 menetapkan prinsip-prinsip inti mengenai kode etik perilaku bagi para pekerja kemanusiaan. Beberapa di antaranya mencakup larangan untuk berhubungan seks dengan penerima bantuan yang berusia di bawah 18 tahun; larangan menukar barang, jasa atau bantuan untuk seks; dan keharusan bagi para staf untuk melaporkan keprihatinan dan kecurigaan yang mereka miliki. Gugus tugas tersebut juga memberikan rekomendasi mengenai pengaturan kamp dan pembagian bantuan kemanusiaan seperti misalnya dengan meningkatkan jumlah staf perempuan; kunjungan lokasi yang lebih sering oleh staf pengawas; dan mengembangkan prosedur penyampaian keluhan yang bersifat rahasia. Diadaptasi dari Naik, A. 2002. Protecting Children from the Protectors: Lessons from West Africa.

38

Modul 1

Contoh lain cara-cara orang dewasa yang memiliki tanggung jawab pengasuhan atas anak dapat menyalahgunakan posisi kepercayaan yang mereka miliki digambarkan di bawah ini.

Abuse seksual di sekolah


Di sekolah-sekolah di Afrika Selatan, ribuan anak perempuan menghadapi abuse seksual dan pelecehan yang menghambat akses mereka atas pendidikan, menurut sebuah laporan Human Rights Watch. Para pejabat sekolah jarang menentang para pelaku, dan banyak anak perempuan yang pendidikannya terganggu atau meninggalkan bangku sekolah sama sekali karena mereka merasa rentan terhadap penganiayaan seksual. Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan para korban, orangtua mereka, guru dan administrator sekolah mendokumentasikan bagaimana para anak perempuan tersebut diperkosa, mengalami abuse seksual, pelecehan, dan penganiayaan seksual di sekolah oleh teman laki-laki sekelas mereka dan bahkan oleh guru-guru mereka. Para guru mungkin menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk melakukan abuse seksual terhadap anak-anak perempuan tadi, terkadang dengan memaksakan keinginan seksual mereka sambil mengancam dengan hukuman fisik atau menjanjikan nilai sekolah yang lebih baik atau uang. Laporan tersebut bercerita tentang PC, 15, yang mengalami kesulitan dengan kegiatan sekolahnya setelah ia mengalami penganiayaan seksual yang dilakukan oleh gurunya di sekolah. Ia bercerita betapa kepercayaan yang dimilikinya terhadap sang guru hancur ketika bukannya membantu dirinya mengerjakan pekerjaan rumah, sang guru meminta ia untuk memulai sebuah hubungan kencan dan mengajak berhubungan seks. Dia meminta saya untuk membuka pakaian saya, katanya. Guru tersebut menganiaya PC secara seksual sebelum orangtuanya datang untuk menjemputnya pulang dari sekolah. Saya memintanya berhenti. Saya bilang sudah waktunya orangtua saya datang menjemput. Orangtua saya datang 10 menit kemudian Saya tidak kembali ke sekolah selama sebulan sesudahnya segalanya mengingatkan saya akan apa yang terjadi.

Meskipun guru PC sedang cuti dari sekolah pada saat laporan tersebut dikeluarkan, menunggu persidangannya atas kejahatannya memperkosa murid lain, PC tetap merasa takut dan tidak merasa nyaman di sekolah. Saya tidak mau ada di sana. Saya tidak peduli lagi. Saya berfikir untuk pindah sekolah, tapi kenapa? Kalau hal seperti itu bisa terjadi di sini, hal itu bisa terjadi di manapun. Saya tidak mau kembali bersekolah di sekolah manapun. Di Afrika Selatan, melaporkan abuse seksual terhadap anak merupakan suatu kewajiban, tetapi anak perempuan yang berani melaporkan abuse seksual biasanya menerima tanggapan yang tidak ramah atau diacuhkan dari pejabat sekolah. Sekolah seringkali berjanji akan menangani masalah secara internal dan mendorong keluarga untuk tidak memberitahu polisi atau menarik perhatian terhadap masalah tersebut. Human Rights Watch mendorong Pemerintah untuk mengadopsi dan menyebarluaskan serangkaian panduan prosedur standar yang mengatur bagaimana sekolah harus menghadapi tuduhan abuse seksual dan menjelaskan bagaimana sekolah seharusnya memperlakukan para korban dan pelaku abuse. Diadaptasi dari Human Rights Watch. 2001. South Africa: Sexual Violence Rampant in Schools: HRW. 27 Maret.4 Memang tidak seluruh staf kemanusiaan atau pemberi asuhan akan melakukan abuse terhadap anak, secara seksual maupun lainnya. Akan tetapi, pada beberapa kasus yang langka hal tersebut mungkin saja terjadi. Inilah sebabnya mengapa perlu adanya dokumen dan kebijakan tertulis yang dapat dirujuk ketika ada badan pemberi bantuan yang harus berhadapan dengan situasi semacam itu. Saat ini telah terdapat Kode Etik Perilaku bagi Pekerja Kemanusiaan yang berisi standar perilaku yang diharapkan. Contohnya, hubungan seksual antara pekerja kemanusiaan dengan penerima bantuan yang berusia di bawah 18 tahun adalah hal yang dilarang; para staf diwajibkan melapor apabila ada kekhawatiran dan kecurigaan mengenai abuse seksual yang dilakukan oleh sesama pekerja. Apabila anda mempunyai akses Internet anda dapat melihat contoh-contoh kode perilaku secara penuh pada website berikut ini: http://ineeserver.org/pendidikan_structures/IRC.pdf http://www.r-e-t.com/pages/l1/l2/about_us/our_code_of_conduct. Kita tidak pernah bisa memperkirakan bagaimana abuse terhadap anak bisa terjadi dan karenanya organisasi yang bekerja dengan anak harus memiliki sistem untuk mencegahnya dan untuk mengatasinya ketika kasus semacam itu muncul.

39

Lihat juga Human Rights Watch. 2001. Scared at School: Sexual Violence Against Girls in South African Schools. HRW. Terdapat pada: http://www.hrw.org/reports/2001/safrica/

Modul 1

40

Modul 1

! Anak-anak di manapun rentan terhadap abuse dan eksploitasi yang


dilakukan oleh mereka yang berada dalam posisi memiliki kekuasaan dan kepercayaan. -Setting the Standard

1.5 Jenis-jenis abuse dan penelantaran terhadap anak


Berapa banyak jenis-jenis abuse terhadap anak dan penelantaran yang dapat anda pikirkan? Tulis masing-masing kategori. Abuse fisik adalah contoh salah satu kategori. Di bawah masing-masing kategori, tulislah sebanyak mungkin contoh untuk tiap kategori, misalnya memukuli anak, mengisolasi anak, meninggalkan anak kecil tanpa pengawasan, atau menelepon anak untuk berbicara hal-hal yang berbau seksual. Lihat informasi di halaman berikut ini mengenai bentuk-bentuk abuse dan penelantaran. Ingatlah bahwa daftar tersebut mungkin belum mencakup seluruh bentuk abuse. Adakah hal-hal dalam daftar tersebut yang belum anda pertimbangkan? Perlu dicatat bahwa setiap abuse dapat tercakup dalam lebih dari satu kategori. Contohnya, abuse fisik, penelantaran dan abuse seksual juga merupakan bentuk abuse emosional. Jenis-jenis Abuse , Eksploitasi dan Penelantaran Abuse mencakup tetapi tidak terbatas pada jenis-jenis berikut. 1. Fisik Menghukum anak secara berlebihan Menampar, meninju, memukul, mengguncang, menendang, menyebabkan luka bakar, mendorong, merenggut 2. Emosional Mengisolasi atau mengucilkan anak Memasang stigma pada anak Memperlakukan anak yang adalah seorang korban seperti memperlakukan seorang tersangka

Memukul anak dengan benda tertentu Meninggalkan anak berada dalam postur yang tidak nyaman dan/atau tidak bermartabat selama periode waktu yang lama atau dalam lingkungan yang buruk Memaksa anak untuk bekerja dalam kondisi kerja yang memprihatinkan, atau dalam jenis pekerjaan yang tidak pantas untuk usia anak, selama periode waktu yang lama Kekerasan geng Upacara perpeloncoan yang merugikan Mengganggu anak yang lebih lemah Mengancam akan menyakiti seseorang

(berulangkali menanyai dan menyelidiki) Gagal menyediakan lingkungan yang mendukung Gagal memberikan anak rasa percaya diri (contohnya, mengkritik berat badan anak) Pemberi asuhan yang utama tidak merespon kebutuhan emosional anak Mengeksploitasi anak Memperlakukan atau memandang hormat, merendahkan Pola yang mengecilkan, merendahkan, menyalahkan, melukai, mendiskriminasi atau mengolok-olok anak Menyebarkan desas-desus Memeras anak Memasukkan seorang anak ke sebuah institusi tanpa menjelajahi pilihan lain Menggertak dan mencari hubungan seksual lewat dunia maya anak dengan rasa hina, rasa tidak

41

3. Seksual Keterlibatan seorang anak dalam kegiatan seksual yang tidak ia mengerti sepenuhnya, atau di mana ia tidak dapat memberi persetujuan berdasarkan pemahaman penuh, atau di mana ia belum siap dari segi perkembangannya, misalnya: Kontak Mencium atau memegang dengan cara seksual Menyentuh dan memainkan daerah genital Memaksa anak untuk menyentuh daerah genital orang lain Memaksa anak untuk memberikan seks oral Hubungan seks melalui vagina atau anus dan kegiatan seksual lainnya Menggigit daerah genital anak Incest (hubungan seks sedarah) Non-Kontak Telepon atau komentar tidak senonoh melalui komputer atau telepon atau pesan tertulis Seks dunia maya Secara online mencari dan mempersiapkan anak untuk kegiatan seksual Voyeurisme Eksibisionisme Ekspos terhadap pornografi atau dimanfaatkan untuk membuat pornografi

Modul 1

Hubungan seks dengan hewan Eksploitasi seksual, yaitu abuse seksual terhadap seorang anak yang di dalamnya melibatkan transaksi komersil (uang atau semacamnya) Turisme seks anak, di mana pelaku

Pertanyaan atau komentar yang bersifat seksual Pemaksaan untuk melakukan masturbasi atau melihat orang lain bermasturbasi Eksploitasi seksual dan turisme seks anak juga bisa bersifat abuse tanpa adanya kontak fisik (contohnya, seorang operator tur atau supir taksi yang mengelola tur dan/atau anak bagi para turis seks juga termasuk sebagai pengeksploitasi anak).

42

abuse melakukan perjalanan ke tempat lain di luar tempat tinggal mereka dan berhubungan seks dengan anak di sana

Modul 1

CATATAN : Abuse fisik, penelantaran dan abuse seksual juga merupakan abuse emosional. 4. Penelantaran Penelantaran juga merugikan anak meskipun hal ini lebih berupa sesuatu yang pasif dan tidak berbuat apa-apa dibandingkan bentuk abuse sebelumnya yang lebih aktif. Penelantaran bisa mencakup: Tidak adanya perhatian / tidak adanya asuhan Gagal mengawasi dan melindungi dari bahaya Meninggalkan anak di rumah untuk waktu yang lama tanpa adanya pengawasan Mengirim anak untuk pergi tanpa memastikan bahwa mereka akan aman dan bahagia di tempat tujuan mereka Gagal menjamin nutrisi yang sesuai untuk anak (orangtua mungkin memberi anak uang untuk membeli makanan tetapi tidak memonitor anak tersebut untuk memastikan bahwa mereka makan secara sehat; orangtua mungkin secara sengaja tidak memberi makan anak) Gagal memastikan bahwa anak masuk sekolah (orangtua dan/atau guru) Gagal menindak lanjuti atau melaporkan adanya memar-memar atau luka bakar yang berulang (misalnya pekerja kesehatan masyarakat) Menuruti semua keinginan anak karena ini adalah pilihan yang mudah meskipun mengetahui bahwa pilihan tersebut bukan yang terbaik bagi perkembangan anak. Gagal menyediakan waktu untuk mengawasi kegiatan anak secara layak dan dengan demikian berpotensi membuat anak berada dalam berbagai resiko Gagal menjamin tersedianya lingkungan yang aman (meninggalkan benda-benda yang berbahaya dalam jangkauan anak, misalnya obat-obatan, senjata api, pisau, pornografi, dll.)

Abuse emosional dapat dibagi menjadi abuse emosional dan penelantaran emosional. Abuse emosional artinya secara sengaja menyebabkan penderitaan psikologis terhadap seseorang (ini disebut abuse aktif). Penelantaran emosional termasuk bersikap netral, tidak menunjukkan penghargaan atau pengakuan (abuse pasif). Abuse verbal merupakan abuse emosional tergantung pada kualitas hubungan antara pelaku dengan korbannya, berapa lama abuse berlangsung (persistensi) dan seberapa sering terjadi (frekuensi). Ini mencakup: Memarahi, membentak, mencibir, dan/atau menyumpahi anak secara berlebihan dan tidak setimpal. Mengeluarkan komentar yang menunjukkan diskriminasi atau mempermalukan anak. Terus menerus mengejek. Menurut standar internasional, beberapa praktek budaya melanggar hak anak dan/atau menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan mereka. Karena itu, beberapa orang mungkin memandang praktek abuse tertentu sebagai sesuatau yang normal atau dapat diterima. Meskipun keseimbangan antara standar perlindungan anak dan penghormatan terhadap keyakinan budaya adalah hal yang selayaknya ada, hak anak adalah bersifat fundamental. 5. Sosial (Kemiskinan) Kemiskinan jelas-jelas bukan suatu jenis abuse tetapi kemiskinan dicakup di sini untuk membantu membedakan antara abuse dan penelantaran dan keadaan sosial, yang mana seluruhnya dapat mengakibatkan kerusakan terhadap anak. Tunawisma / tidak memiliki kewarganegaraan Mengungsi karena perang/bencana alam Dipaksa untuk menjadi prajurit anak Ketidakpastian politik Kurangnya pilihan ekonomi Tidak adanya atau terbatasnya akses atas pelayanan sosial dasar Perampasan hak dasar melalui hukum (contohnya, ketika pelaku kejahatan yang berusia di bawah 18 tahun diadili di pengadilan seolah mereka adalah orang dewasa) Praktek-praktek seperti perkawinan dini, mutilasi genital terhadap pria dan wanita, seleksi jenis kelamin sebelum kelahiran dan pembunuhan terhadap bayi-bayi perempuan Sikap yang mendukung ide bahwa anak adalah hak milik orang dewasa (orangtua dan suami) dan kepercayaan bahwa anak perempuan merupakan hak milik dan inferior dibandingkan anak laki-laki Pandangan bahwa anak adalah setengah manusia dewasa dengan setengah hak orang dewasa Tingginya tingkat kekerasan di media massa utama Kampanye politik yang mendorong razia anak jalanan

43

Modul 1

1.6 Studi kasus mengenai jenis-jenis abuse


Studi kasus berikut akan membantu anda mengembangkan pengetahuan teknis anda mengenai abuse dan eksploitasi anak. Cobalah untuk memutuskan jenis abuse mana yang terjadi pada tiap studi kasus dan catatlah ide anda. Catatan mengenai studi kasus tersebut akan diberikan setelah masing-masing studi kasus.

44

Studi kasus 1: Penghinaan


Seorang remaja putri sekolah di Inggris yang pernah mengeluh karena dirinya sering dihina tewas dengan telepon genggam di tangannya setelah meminum obat penghilang

Modul 1

rasa sakit dengan alkohol, demikian menurut penyelidikan. Danielle Goss, 15 tahun, meninggalkan dua catatan untuk keluarganya yang sepertinya ditulis setelah ia meminum overdosis obat tadi. Salah satu catatan berbunyi: Kalau saya hidup, saya minta maaf. Saya mencintai kalian semua. Saya sangat mencintai kalian. Semoga saya tetap hidup. Sayang, Dani. Dani meninggal pada malam yang sama di apartemen neneknya. Ibu Danielle, Diane Goss, 38, bercerita pada penyelidikan: Pada satu saat, seorang anak perempuan mengejar Dani dan menyebutnya anak mama. Mereka juga sering mengganggu dia dengan meneleponnya lalu menutup telepon tersebut. Ibu Dani menambahkan bahwa para penyiksa Danielle memburu Danielle lewat telepon. Menurut Ibu Dani: Menurut saya, Dani melakukan apa yang dilakukannya sebagai usaha untuk menakuti mereka. Saya sudah melihat catatan teleponnya dan catatan itu menunjukkan beberapa panggilan telepon dari handphone dan dari sebuah kios pada malam di saat ia tewas. Putri saya memiliki berbagai hal yang dapat dinantinya dalam hidup tetapi telepon-telepon itulah yang mendorong ia untuk berusaha bunuh diri. Ia bahkan tewas dengan telepon genggam di tangannya. Nyonya Goss, yang memiliki dua anak lain selain Dani, menambahkan: Menurut saya perbuatan Dani merupakan teriakan meminta tolong, tapi saya tidak mendengarnya. Ia berkata bahwa kematian putrinya merupakan peringatan bagi para orangtua. Ketika anak anda merasa sedih dan mencoba menghindari anda, menurut saya anda harus menyelidiki masalahnya hingga tuntas. Danielle sendiri pernah berbicara kepada saya, kami biasa berbicara cukup terbuka mengenai berbagai hal, tetapi saya tidak menyadari sejauh mana sebenarnya kesengsaraan yang ia rasakan dan bagaimana orang-orang itu melukainya. Saya tidak melihat tanda-tanda peringatannya. Saya mencari tandatanda itu tetapi saya tidak melihatnya. Kadang anak-anak remaja menyembunyikan bagaimana perasaan mereka. Mereka tidak suka membuka diri tentang bagaimana mereka diperlakukan.

Teman-teman Danielle bercerita bahwa Danielle sudah beberapa kali dihina dan diancam karena dituduh berhutang sejumlah kecil uang kepada seorang remaja putri yang berusia lebih tua. Kepala Sekolah menggambarkan Dani sebagai anak yang menyenangkan, pendiam, sensitif, dan berkata: Saya melihat catatan prestasi Dani dan saya tidak menemukan apapun kecuali komentar-komentar baik tentang Dani. Penyelidikan juga mendengar keterangan bahwa Danielle meminum obat penghilang rasa sakit dalam jumlah yang fatal dan cukup alkohol untuk membuat kadar alkohol dalam darahnya sedikit di atas batasan yang aman untuk mengendarai kendaraan. Koroner berkata ia meyakini bahwa Danielle melakukan perbuatan tersebut sebagai bentuk permintaan tolong. Dalam pandangan saya catatan tersebut menunjukkan betapa sedihnya Dani, ia menambahkan. Dani menulis catatan tersebut setelah meminum obat untuk mengekspresikan perasaannya. Ia sama sekali tidak berniat mengakhiri hidupnya. Putusan: kecelakaan. Sumber: Stokes, P. 2000. Teenage victim of phone bullies died clutching mobile. UK: The Telegraph. 19 Agustus. Studi kasus ini mengungkapkan: Abuse emosional (serangan yang menyebabkan trauma terhadap harga diri anak). Abuse verbal (menyebut dengan nama ejekan dan meneriaki). Abuse sosial (kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya).

45

Kasus ini menunjukkan bagaimana abuse verbal dapat dengan mudah berubah menjadi abuse emosional, dan dapat membawa dampak yang parah bagi korban. Pertimbangkanlah ketiga faktor yang mengubah abuse verbal menjadi abuse emosional: Kualitas hubungan: Siapakah si pelaku? Persistensi: Berapa lama? Frekuensi: Seberapa sering?

Contoh lain yaitu: Apabila seorang teman dekat dan seorang yang tidak dikenal mempermalukan anda, orang mana yang akan membuat anda lebih sakit hati? Mana yang akan lebih membuat anda sedih seorang teman meledek anda satu kali atau seorang teman meledek anda berkali-kali secara terus menerus setiap harinya? Pikirkan kembali contoh seorang anak perempuan dengan gigi yang tidak rata dalam latihan berjudul Selalu, Kadang-Kadang, Tidak Pernah. Di mana letak batasan antara menggoda secara main-main dan mempermalukan seorang anak? Anak memiliki mekanisme coping (mekanisme menghadapi masalah) yang berbeda. Anak-anak yang pemalu mungkin tidak akan mengekspresikan rasa malu mereka. Kita harus selalu menyadari kata-kata dan tindakan kita sendiri agar tidak menyebabkan kerusakan psikologis pada diri anak.

Modul 1

Studi kasus ini merupakan sebuah contoh bagaimana teknologi baru dapat digunakan dengan cara-cara yang menyebabkan kerugian. Para individu dan organisasi harus sadar mengenai cara-cara baru terjadinya abuse dan berusaha mencegah hal tersebut terjadi dalam sebuah organisasi atau dalam komunitas. Contohnya, setelah mengetahui bahwa telepon genggam dapat digunakan untuk mengambil foto, organisasi harus mempertimbangkan menambahkan ke dalam kebijakan perlindungan anak mereka panduan yang melarang pengunjung memakai telepon genggam serta kamera untuk memfoto anak yang ada di bawah asuhan organisasi tersebut.

46

Studi kasus 2: Hukuman Fisik

Modul 1
Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh anak di Mwanza, Tanzania, dan menggambarkan hukuman fisik yang pernah mereka alami atau saksikan. Dari ke 595 anak yang ikut serta dalam survey, hanya 12 yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengalami hukuman dalam bentuk apapun

Gambar 1. Jenis-jenis hukuman yang dialami seluruh anak (dalam persen)

Grafik tersebut menunjukkan pengalaman anak dalam hal hukuman fisik di Mongolia. Studi kasus ini mengungkapkan: Abuse fisik. Abuse emosional. Abuse verbal. Gambar-gambar dari Tanzania menunjukkan gambaran anak mengenai hukuman fisik yang pernah mereka alami.5 Grafik menunjukkan temuan riset dari Mongolia mengenai jumlah anak yang pernah menerima hukuman fisik dalam bentuk apapun.6 Sebanyak 595 anak ikut serta dalam survey. Sebagian besar pernah menerima hukuman fisik. Bagaimana situasi di negara anda?

47

potensial. Sebagian besar orang menganggap abuse fisik sebagai tindakan secara sadar yang mengakibatkan kerugian terhadap anak. Tindakan semacam itu dapat bersifat spontan atau mungkin terencana dan melibatkan pemikiran matang. Abuse fisik biasanya berupa tindakan agresif seperti misalnya memukul anak, menempatkan anak dalam posisi atau lingkungan yang menyakitkan secara fisik untuk waktu yang lama, atau bahkan mendorong anak ke depan kendaraan yang sedang melaju. Topik hukuman fisik masih banyak mengundang debat. Akan tetapi perlu dikenali perbedaan antara hukuman dengan disiplin. Disiplin menempatkan perhatian kepada perilaku, bukan pada si anak. Seorang anak harus selalu menerima penjelasan mengapa ia dikenai disiplin. Kita boleh mendisiplin anak, tetapi tidak menghukum mereka. Kita harus mempertimbangkan dorongan positif dan bukan hukuman fisik. (Footnotes)

Hargai anak ketika mereka melakukan hal yang benar. Jauhkan dari sesuatu mereka suka atau gunakan metode time out (misalnya katakan oke, sekarang waktunya untuk berhenti sejenak). (Periode time out harus sesuai dengan tingkatan umur mereka orang dewasa

Modul 1

Penting untuk dicatat bahwa abuse fisik dapat mengakibatkan kerugian secara aktual maupun

harus selalu menjelaskan mengapa tindakan tersebut dilakukan.) Anak yang mengalami hukuman fisik akan menurut kepada orang dewasa karena mereka takut disakiti, dan belum tentu karena mereka mengerti mengapa baik bagi mereka untuk mendengar kata orang dewasa. Dua kutipan merefleksikan dampak psikoligis yang diakibatkan oleh hukuman fisik terhadap seorang anak.7

Modul 1

Guru laki-laki saya bilang saya lambat dalam belajar, karenanya ia memukul saya. Rasanya sakit di dalam hati.

Anak perempuan dari Brazil, 12

Hukuman fisik, biarpun yang paling ringan, dan penghinaan tidak akan membantu anak untuk belajar. Guru mengatakan kepada murid bahwa pemukulan akan membuat mereka belajar dan berhasil baik dalam ujian. Kalau saya, saya hanya menunggu dengan rasa takut di dalam kelas saya bahkan tidak bisa berkomunikasi. Yang saya rasakan hanyalah rasa takut ketika guru mengajar. Saya khawatir bahwa ia akan memukuli saya. Saya tidak belajar dengan cara begitu.

Anak laki-laki dari Kenya, 17

Ahmed, S. et al. 1998.Children in Need of Special Protection Measures: A Tanzanian Study: Fieldwork Protocol, Phase II Dar es Salaam, UNICEF. Save the Children UK (Mongolia) . 2005. Corporal Punishment of Children: Views of Children in Some Schools, Kindergartens and Institutions Save the Children UK. Save the Children. 2005. Ending Physical and Humiliating Punishment of Children: Making It Happen. Save the Children. Save the Children. 2005. Ending Physical and Humiliating Punishment of Children: Making It Happen. Save the Children.

48

Studi kasus 3: Abuse dan eksploitasi seksual


Seorang turis seks dari Inggris dipenjara selama setidaknya enam tahun setelah memangsa anak-anak yang kekurangan di Afrika. Alexander Kilpatrick, 56, berulangkali pergi ke Afrika untuk memangsa anak-anak yang dilanda kemiskinan sembari mengunjungi salah satu putranya, seorang pekerja kemanusiaan yang sangat dihormati di Ghana. Hakim berkata kepada Kilpatrick: Anda melakukan perjalanan ke Ghana dan di sana anda secara sistematis melakukan abuse terhadap dua orang anak, keduanya berusia 13 hingga 15 tahun. Kondisi mereka rentan karena usia mereka dan karena keadaan mereka. Ini merupakan elemen dari turisme seks yang paling dibenci. Anda memanfaatkan kemiskinan serta kondisi hina yang melingkupi anak di Afrika dan negara lain. Anda membujuk mereka dengan makanan, traktiran dan alkohol dan kemudian melakukan abuse seksual terhadap anak-anak tersebut dengan caracara yang paling menjijikkan. Rangkaian kebejatan Kilpatrick berakhir ketika seorang turis lain melihatnya di Ghana sedang memberikan mainan kepada anak-anak. Ia ditahan sekembalinya ke Inggris, di mana petugas bea cukai menemukan 4000 foto dan video klip di komputer laptop-nya berisi gambaran abuse seksual terhadap anak (pornografi anak). Ayah dua orang putra ini adalah orang pertama yang dipenjarakan di bawah sebuah undang-undang baru yang memungkinkan petugas berwenang untuk menggapai ke seberang dunia untuk membawa pelaku abuse seksual berkebangsaan Inggris untuk diadili. Di Inggris sendiri pada saat penangkapannya, Kilpatrick juga sedang mempersiapkan (grooming) seorang bocah lelaki di Inggris untuk menjadi korban abuse seksualnya. Seandainya ia tidak ditahan, bocah tersebut pasti akan dipersiapkan lebih jauh untuk kemudian dijadikan korban abuse seksual, demikian dikatakan kepada pengadilan London. Pengadilan mendengarkan keterangan bagaimana bocah tersebut lolos setelah nyaris mengalami abuse seksual. Bocah tersebut bersama ibunya yang merupakan orangtua tunggal mengenal Kilpatrick dan kapanpun ia berkunjung mereka selalu menyambutnya tanpa curiga. Karena rasa percaya yang diterimanya, Kilpatrick diijinkan membawa bocah tersebut berjalan-jalan dengan mobil van-nya, yang telah diubah sehingga di dalamnya terdapat sebuah ranjang, dapur dan toilet. Tetapi pada perjalanan tersebut si anak diberikan alkohol dan jatuh sakit. Ibu si anak marah besar. Penahanan Kilpatrick mencegahnya berhubungan lebih jauh dengan anak tersebut. Kilpatrick, yang harus mendaftar sebagai pelaku kejahatan seks seumur hidup, dilarang untuk bekerja dengan anak atau berada di dekat anak sama sekali kecuali diijinkan, dan dilarang memasuki Afrika, Thailand dan serangkaian tujuan turisme seks lainnya. Sumber: News and Star. 2006. Perverted sex tourist jailed. UK: News and Star. 7 Januari

49

Modul 1

Studi kasus ini mengungkapkan: Abuse fisik: Memberikan zat tertentu (alkohol) dengan tujuan untuk merugikan anak. Abuse seksual (kontak): Turisme seks anak. Abuse seksual (non-kontak): Kepemilikan gambar-gambar abuse seksual terhadap anak dan grooming atau mempersiapkan anak. Emosional: Kegiatan seksual dan penawaran seksual yang tidak sesuai untuk usia anak, yang dengan demikian mengganggu perkembangan mereka; penyalahgunaan atas sebuah hubungan yang didasari rasa percaya. Sosial: Kemiskinan anak.

50

Modul 1

Abuse seksual adalah keterlibatan anak dalam kegiatan seksual yang tidak dimengerti sepenuhnya oleh anak, di mana anak tidak mampu memberikan persetujuan dengan pemahaman penuh, atau di mana anak belum siap dari segi perkembangannya. Abuse seksual mencakup abuse kontak (interaksi seksual secara fisik dengan seorang anak) dan/ atau abuse non-kontak (kepemilikan pornografi anak dan mempersiapkan seorang anak dalam rangka mempersiapkan anak tersebut untuk seks). Turisme seks anak adalah bentuk abuse dan eksploitasi seksual terhadap anak di mana individu melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain (baik negara lain maupun kota lain) dan berhubungan seks dengan anak di sana. Grooming atau mempersiapkan anak adalah proses menggoda atau mengajak agar mendapatkan seks dari anak. Siklus abuse dapat berlanjut karena pelaku abuse memakai taktik seperti janji, ancaman atau paksaan untuk membuat anak tutup mulut mengenai abuse yang terjadi. Selain itu anak juga mengalami kesulitan untuk melaporkan abuse karena pelaku abuse dapat saja dipandang oleh orang lain sebagai seseorang yang berhati baik dan karenanya anak takut bahwa mereka tidak akan dipercaya. Abuse seksual semula dianggap sebagai bentuk abuse fisik. Akan tetapi, sifat dari abuse itu sendiri kini dipahami sebagai sesuatu yang lebih kompleks. Contohnya, teknologi dipakai untuk abuse dan mengeksploitasi anak dengan cara-cara di mana abuse seksual mungkin terjadi meskipun tidak terdapat kontak fisik (contohnya, melalui penggunaan Internet untuk membuat dan menyebarkan gambar-gambar abuse seksual anak, atau penggunaan kamera handphone untuk mengambil foto-foto anak yang bersifat abuse, dll). Karena itu, abuse seksual merupakan sebuah kategori tertentu yang meliputi abuse kontak dan non-kontak.

Abuse seksual bukanlah tentang tindakan menyentuh, tetapi

tentang hubungan. Pelanggaran seksual telah dimulai jauh sebelum sentuhan terjadi. Pelanggaran tersebut dimulai di dalam pikiran si pelaku pelanggaran seks. Stairway Foundation

Ini menunjukkan bahwa abuse non-kontak dapat menyebabkan dampak yang sama parahnya terhadap anak dibandingkan dengan abuse fisik secara seksual karena abuse tersebut selain merupakan tindakan fisik juga merupakan penghianatan terhadap kepercayaan. Pelaku abuse yang berpengalaman mampu memanfaatkan situasi di mana anak menjadi rentan, contohnya di negara yang belum berkembang atau negara berkembang serta dalam kondisi darurat. Seringkali, anak semacam ini merupakan kelompok target dengan siapa LSM bekerja. Untuk alasan inilah, pengetahuan tentang bagaimana turis seks anak dan pelaku abuse lainnya beroperasi dapat diterapkan di banyak area kerja LSM. Apabila staf personalia mewaspadai masalah ini, mereka akan lebih siap untuk mencegah pelaku abuse melalui proses penerimaan karyawan dan lebih mampu mengenali kasus abuse apabila hal tersebut terjadi. Staf lapangan yang waspada terhadap strategi para pelaku abuse seksual

51

Bagaimana seorang pelaku abuse seksual beroperasi


Target: Seorang pelaku abuse tahu bagaimana mentargetkan anak yang lebih rentan (terpisah dari kelompoknya, terpinggirkan secara sosial, seringkali anak berada dalam pengasuhan lembaga kemanusiaan atau lembaga kesejahteraan sosial). Trust: Pelaku abuse akan membangun kepercayaan anak dengan berbagi cerita mengenai hobi mereka, menawarkan mereka hadiah, menjadi teman mereka ini adalah awal proses persiapan. Secrets: Pelaku abuse akan mulai mengajak anak menyimpan rahasia dengan tujuan mengisolasi anak dari orang lain. Pelaku abuse akan memastikan bahwa anak tidak akan bercerita pada siapapun dengan menggunakan janji, ancaman atau paksaan. Escalate: Pelaku abuse kemudian akan meningkatkan sifat seksualitas dalam hubungannya dengan anak; merujuk kepada hal-hal berbau seksual dan berbagi materi seksual dengan anak sehingga anak menjadi kurang sensitif. Execute: Kemudian pelaku akan melakukan abuse fisik.

Modul 1

dapat melakukan intervensi lebih awal untuk mencegah terjadinya abuse.

Studi kasus 4: Penelantaran


Gadis berusia tujuh tahun bernama Jessica ditemukan oleh polisi yang menanggapi panggilan telepon dari ibunya. Segera sesudah tubuh anak tersebut diambil, polisi memenjarakan orangtuanya, sementara jaksa mulai merangkai apa yang sebenarnya terjadi. Orangtua Jessica mengatakan kepada polisi bahwa Jessica mengalami muntah-

52

muntah, kemudian mengalami koma setelah merangkak ke tempat tidur ayahnya. Otopsi yang dilakukan kemudian mengungkapkan bahwa Jessica tewas karena tersedak muntahannya sendiri, yang kemungkinan disebabkan oleh gangguan pencernaan akibat kekurangan makanan. Polisi kemudian mengatakan bahwa orangtua Jessica mengurungnya dalam sebuah ruangan gelap, tanpa pemanas dan tanpa akses atas air

Modul 1

atau toilet. Sebuah laporan di majalah Jerman menyebutkan para penyelidik telah mengungkapkan bahwa sang ayah pernah mencoba memasang jebakan untuk menyetrum gadis kecil itu.

Psikiater berspekulasi bahwa kedua orangtua Jessica, yang memiliki masalah alkohol, menderita masalah kepribadian ekstrem yang berakar pada pengalaman traumatis mereka sendiri sebagai anak-anak. Orangtua Jessica menyangkal telah berperan dalam kematian putri mereka, dan mengatakan kepada para penyidik bahwa Jessica adalah anak yang sulit diatur.

Jessica kelihatannya tidak memiliki teman karena ia tidak pernah bersekolah di taman kanak-kanak ataupun sekolah lainnya. Para tetangga berkata bahwa mereka sangat jarang melihat Jessica, dan hanya melihat orangtuanya keluar masuk apartemen. Dalam kasus Jessica, pejabat pendidikan di Hamburg dikritik karena tidak mengambil tindakan lebih lanjut setelah mereka mengirim seseorang ke apartemen untuk mencari tahu mengapa Jessica tidak bersekolah. Meskipun pihak berwenang tersebut kemudian mengirimkan surat kepada orangtua Jessica untuk membayar denda karena tidak menyekolahkan Jessica, mereka tidak memberitahu badan perlindungan anak yang relevan.

Kedua orangtua Jessica terancam hukuman hingga 15 tahun penjara apabila terbukti bersalah. Sumber: Deutsche Welle. 2005. Trial of Parents in Child Neglect Case Begins. Jerman: Deutsche Welle. 24 Agustus.

Studi kasus ini mengungkapkan: Penelantaran. Abuse sosial.

Penelantaran yaitu tidak menyediakan kebutuhan anak untuk pertumbuhan yang layak: perawatan, kasih sayang, perhatian, bimbingan, rumah, gizi, pendidikan, dll. Penelantaran juga mencakup kegagalan dalam bertindak untuk memastikan bahwa lingkungan anak adalah tempat yang aman dan sesuai, seperti misalnya ketika seorang pemberi asuhan lalai dalam memberikan perhatian (secara sengaja atau tidak sengaja) dan mengabaikan keamanan anak. Contohnya, seorang pemberi asuhan mungkin berada di bawah pengaruh obat atau alkohol, sementara itu anak-anak mereka mungkin saja terluka karena terbakar api kompor, bermain ke jalanan yang berbahaya, atau tidak menerima perawatan medis ketika dibutuhkan. Seorang anak bisa saja diberikan kekayaan, kemewahan dan kepemilikan barang tetapi tetap mengalami penelantaran kalau mereka tidak mendapatkan perawatan, kasih sayang,

53

non-material ini juga merupakan penelantaran, meskipun si anak mungkin menerima banyak materi. Sebagai contoh, orangtua mungkin memanjakan anak dengan kemewahan tetapi tidak menghabiskan waktu untuk mengasuh sendiri anak-anak mereka. Kegagalan untuk menyediakan pengasuhan yang dibutuhkan anak merupakan penelantaran karena kegagalan ini menghambat perkembangan sosial si anak.

Beberapa orang menyatakan bahwa penelantaran tidak bisa dianggap sebagai abuse karena penelantaran berarti tidak melakukan apapun, bukan secara aktif melukai seseorang. Memang penelantaran umumnya tidak dikelompokkan sebagai abuse. Penelantaran terdapat pada kategori terpisah karena penelantaran melukai anak dengan tidak memberikan pengasuhan dan dukungan yang layak. Abuse dikaitkan dengan sifat aktif dan pelanggaran, sementara penelantaran lebih bersifat pasif dan berupa tidak adanya tindakan. Meski demikian, penelantaran merupakan tindakan yang melanggar hak anak. Penelantaran berarti bahwa hak anak untuk mendapatkan perlindungan tidak dipenuhi.

Beberapa orang mungkin akan bertanya, Apakah memiliki hak berarti bahwa anak dapat melakukan apapun yang mereka mau? Jawabannya adalah tidak. Apa yang diinginkan anak belum tentu sesuai dengan usia dan perkembangan mereka. Anak biasanya tidak memiliki cukup pengalaman hidup atau kedewasaan untuk selalu mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk memutuskan apa yang terbaik bagi anak, meskipun hal ini harus dilakukan melalui musyawarah dengan anak agar mereka mengerti dan dapat menyetujui. Hak dan kewajiban harus selalu dibicarakan dalam konteks yang sama. Anak memiliki hak tetapi di saat yang sama mereka harus bertanggung jawab untuk memastikan agar tindakan mereka tidak melanggar hak orang lain.

Modul 1

dorongan dan perhatian. Kegagalan untuk menyediakan kebutuhan dasar yang bersifat

Studi kasus 5
Seperti halnya suku-suku lain di daerah pegunungan di Thailand, anak suku Mae Yao menghadapi situasi yang penuh tantangan berkaitan dengan status sosial mereka. Sekitar 50 % dari seluruh masyarakat suku terasing (hilltribes) di Thailand tidak memiliki kewarganegaraan. Kewarganegaraan Thailand diberikan secara langsung hanya bila

54

anak dan orangtua mereka dilahirkan di Thailand, dan hanya akan dipertimbangkan apabila seseorang telah tinggal di Thailand selama lebih dari tiga tahun. Mereka yang tidak memiliki kewarganegaraan tidak memiliki akses atas tunjangan kesejahteraan apapun dari pemerintah. Ijasah sekolah yang diberikan pada usia 15 diberikan cap nonwarga negara, yang berarti bahwa pendidikan lebih lanjut harus dibiayai sendiri oleh

Modul 1

orang tersebut, yang besarnya jauh di atas anggaran yang dimiliki rata-rata keluarga suku perbukitan. Warga negara Thailand dikenai biaya standar 30 baht untuk setiap perawatan yang mereka terima di rumah sakit pemerintah, tetapi orang yang tinggal di Thailand tanpa memiliki bukti kewarganegaraan Thailand diwajibkan membayar harga penuh. Tanpa kewarganegaraan, seseorang tidak mungkin memiliki hak suara, membeli tanah, bepergian di luar wilayahnya, bekerja secara legal atau bahkan memiliki kendaraan. Seorang non-warga negara benar-benar dianggap tidak ada. Selama beberapa tahun belakangan, kebijakan Thailand mengenai sistem pendidikan telah diubah untuk mengikutsertakan kaum minoritas. Generasi anak suku terasing sekarang adalah yang pertama yang memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan perspektif dunia yang berbeda, sebuah kesempatan mengagumkan untuk memperoleh keterampilan yang berguna di dunia modern. Akan tetapi masalahnya banyak anak suku terasing tidak mampu membayar biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pendidikan tinggi tanpa kewarganegaraan, dan meninggalkan sekolah pada usia 15. Lebih jauh lagi, beberapa guru di Thailand sering meremehkan identitas etnis anak suku, sehingga banyak anak suku yang malu terhadap tempat asal dan budaya mereka, yang mereka pandang primitif. Alih-alih kembali ke rumah, mereka pergi ke kota-kota untuk mencari pekerjaan, dan dengan demikian melangkah masuk secara langsung ke dalam siklus eksploitasi. Begitu mereka pergi ke kota, orang-orang suku terasing menjadi rentan terhadap eksploitasi oleh majikan mereka, yang memanfaatkan keadaan para warga desa yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bahkan orang-orang suku terasing yang memiliki kewarganegaraan Thailand sekalipun tetap dieksploitasi karena kurangnya pengetahuan mengenai hak mereka serta mengenai sistem penegakan hukum di Thailand. Abuse seksual, eksploitasi finansial, buruh anak, prostitusi atau seringkali kombinasi semuanya merupakan masalah yang umum bagi kaum minoritas di kota Chiang Rai. Sebelum isu kewarganegaraan bisa dipecahkan, keselamatan dan kesejahteraan menyeluruh anak-anak suku terasing akan selalu mengalami ketidakpastian. Sumber: The Mirror Art Group. Peoples of Mae Yao Hilltribe Issues. Thailand: The Mirror Art Group.

Gambar 3.1: Akta kelahiran * di negara berkembang

55

Keterangan gambar Sumbu vertikal: Persentase kelahiran yang didaftarkan di wilayah perkotaan dan pedesaan berdasarkan wilayah. 1999-2004. Sumbu horizontal (dari kiri ke kanan): Afrika Sub-Sahara; Afrika Sebelah Timur dan Selatan; Afrika Barat dan Tengah; Asia Selatan; Asia Timur dan Pasifik (tidak termasuk China); Amerika Latin dan Karibia; Negara berkembang (kecuali China); Negara yang paling kurang berkembang. Grafik menunjukkan persentase anak di bawah usia 5 tahun yang mempunyai akte kelahiran pada saat survey, dengan perbandingan antara wilayah pedesaan dan perkotaan di negara berkembang. Menurut perkiraan UNICEF, 55 persen kelahiran di negara berkembang setiap tahunnya (tidak termasuk Cina) tidak didaftarkan.8 Dalam hal kesadaran mengenai abuse sosial diutarakan bahwa pelaku adalah masyarakat dan bukan perorangan. Contohnya anak yang dibuat rentan oleh bencana alam atau konflik politik, sumber daya setempat yang terbatas, krisis ekonomi, dll. Pada studi kasus, kurangnya identitas formal merupakan faktor yang membuat anak menjadi rentan. Tanpa akta kelahiran dan kewarganegaraan, anak dirampas aksesnya atas pelayanan sosial dasar seperti pendidikan, perawatan kesehatan dan perlindungan. Perlu dicatat bahwa abuse sosial bukanlah kategori formal tetapi dibahas di sini untuk membantu pemahaman mengenai konteks sosial yang sering dianggap bersifat abuse. **********

UNICEF. 2006. Excluded and Invisible: State of the Worlds Children. Geneva: UNICEF.

Modul 1

Apakah kini anda memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai jenis abuse? Ingatlah bahwa kategori-kategori tersebut hanyalah merupakan panduan. Yang paling penting adalah mewaspadai berbagai aspek abuse terhadap anak. Apa yang terkadang tidak bisa kita lihat misalnya abuse emosional dan verbal dapat melukai seperti halnya jenis-jenis abuse lain yang lebih jelas terlihat.

56

Abuse emosional (termasuk abuse verbal), fisik dan seksual, serta penelantaran, akan dilihat kembali untuk memusatkan perhatian kita pada apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abuse tersebut. Abuse sosial tidak akan dibahas lebih jauh karena lebih sulit dikontrol oleh organisasi dan fokus kita di sini adalah apa yang dapat dilakukan individu dan organisasi untuk melindungi anak.

Modul 1

Semestinya anda kini sudah bisa mengenali bahwa abuse terhadap anak terjadi pada skala yang luas di seluruh masyarakat. Tetapi bagaimana di dalam organisasi atau komunitas anda sendiri ?

1.7 Praktek perlindungan


Jenis abuse mana yang telah dibahas yang menurut anda dapat terjadi dalam organisasi atau komunitas anda?

Apabila anda menjawab tidak ada atau sangat sedikit pikirkan kembali. Apakah anda benar-benar yakin?

Adalah tidak mungkin bagi kita untuk mengetahui segala hal tentang setiap orang. Bahkan meskipun anda telah bekerja dengan seseorang dalam jangka waktu yang lama, anda tidak dapat mengetahui segalanya tentang mereka. Apabila seseorang adalah pelaku abuse terhadap anak, apakah menurut anda mereka akan membuka informasi tersebut kepada masyarakat umum? Tidak ada satupun cara untuk mengetahui secara pasti apakah, kapan dan bagaimana abuse terhadap anak mungkin terjadi dalam sebuah organisasi. Tetapi sebagai pekerja kemanusiaan kita harus memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan yang seaman mungkin bagi anak dan untuk menjamin agar seluruh hak dari setiap anak di bawah asuhan kita dipenuhi.

Tanggung Jawab Pengasuhan

Bagian dari duty of care (tanggung jawab pengasuhan) kita adalah untuk melindungi anak dari segala kemungkinan bahaya dan situasi tak terduga.

Tanggung jawab bersama Duty of care kita merupakan tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah yang wajar dan praktis untuk melindungi kesejahteraan mereka yang ada di bawah tanggung jawab kita. Duty of care di beberapa negara diatur oleh hukum. Tetapi terlepas dari ada tidaknya undang-undang yang mengaturnya, duty of care merupakan sebuah konsep yang didasarkan pada tanggung jawab moral atau etika kita untuk menjaga keselamatan orang-orang dalam komunitas kita. Duty of care mengakui rasa tanggung jawab bersama yang ada ketika kelompok-kelompok orang saling memberikan perhatian.Child Wise Australia, 2005.9

57

Konvensi Hak Anak PBB (CRC) Pasal 2: Pihak Negara harus mengambil langkah-langkah yang layak untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status, kegiatan, pendapat yang dikeluarkan, atau kepercayaan orangtua anak, wali yang sah, atau anggota keluarga anak. Pasal 3: Pihak Negara harus memastikan agar anak mendapatkan perlindungan dan pengasuhan yang diperlukan bagi kesejahteraan anak, dengan mempertimbangkan hakhak dan kewajiban orangtua anak, wali yang sah, atau individu lain yang secara hukum bertanggung jawab atas anak, dan, untuk tujuan tersebut, Pihak Negara harus mengambil seluruh langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan yang semestinya untuk melindungi anak dari segala bentuk abuse fisik atau mental, luka atau penganiayaan, penelantaran atau perlakuan lalai, penganiayaan atau eksploitasi, termasuk abuse seksual, selagi anak berada dalam pengasuhan orangtua, wali yang sah atau seseorang lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan atas anak. Pasal 19: Langkah-langkah perlindungan tersebut harus, selayaknya, mencakup prosedur efektif untuk penetapan program-program sosial demi menyediakan dukungan yang dibutuhkan anak dan bagi mereka yang bertanggung jawab atas pengasuhan atas anak, serta untuk bentuk-bentuk pencegahan lain dan untuk identifikasi, pelaporan, rujukan, penyelidikan, perawatan dan tindak lanjut atas kasus penganiayaan terhadap anak yang dijabarkan di sini, dan, apabila diperlukan, untuk keterlibatan dalam hal hukum. Apakah ada undang-undang di negara anda yang terkait dengan duty of care terhadap anak? Cari tahu dan simpanlah salinan untuk referensi anda sendiri.

Lowndes, J. 2005. Community Leadership and Life Skills Training. Thailand: ChildWise dan World Vision. (Tidak diterbitkan.)

Modul 1

Undang-Undang Perlindungan Anak Thailand 2003 Para wali harus merawat, menasehati dan mengembangkan anak yang ada di bawah perwalian mereka melalui cara-cara yang sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan budaya lokal tetapi tidak boleh berada di bawah standar minimum seperti yang dinyatakan dalam peraturan. Mereka juga harus menjaga anak di bawah asuhan mereka dari keadaan

58

yang berpotensi bahaya merugikan, baik secara fisik maupun mental.

Sistem: Kebijakan dan Prosedur Sebuah organisasi dapat menyediakan perlindungan anak yang lebih baik kalau organisasi

Modul 1

tersebut menerapkan sistem. Sistem perlindungan anak mencakup kebijakan dan prosedur yang transparan bagi seluruh staf. Kebijakan adalah sebuah pernyataan niat yang menunjukkan komitmen untuk menjaga anak dari bahaya dan memberikan kejelasan bagi semua orang mengenai apa yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan perlindungan anak dan staf. Pernyataan tersebut membantu menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi anak dan staf, serta untuk menunjukkan bahwa organisasi menganggap serius tugas dan tanggung jawab pengasuhannya. Prosedur adalah kebijakan dalam bentuk tindakan. Prosedur menyediakan bimbingan langkah-demi-langkah mengenai apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang berbeda. Sebuah kebijakan merupakan pernyataan misi sebuah organisasi. Prosedur tercakup dalam kode etik perilaku bagi anggota staf untuk membantu organisasi mencapai tujuan kebijakannya. Contohnya yaitu sebuah kebijakan yang berbunyi Kami menghargai pendapat setiap anak. Prosedur yang mencerminkan kebijakan ini berbunyi Perkataan anak ketika ia melaporkan terjadinya abuse harus ditanggapi secara serius. Sistem perlindungan anak akan melindungi anak dan juga organisasi serta stafnya. Adanya standar perlindungan anak yang baik akan membantu organisasi membangun akuntabilitas dan kredibilitasnya. Sistem yang diimplementasikan dengan baik juga akan membimbing organisasi dalam menghadapi tuduhan palsu atau situasi yang sulit dan tak terduga.

Bimbingan dalam situasi sulit


LSM manapun harus memiliki kebijakan perlindungan anak apabila penerima bantuan organisasi tersebut, baik langsung ataupun tidak langsung, mencakup setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Kebijakan yang kuat akan membimbing anda dalam menghadapi keadaan yang sulit. Ketika krisis muncul, kemungkinan akan lebih sulit bagi kita untuk berpikir secara jelas. Apabila anda memiliki kebijakan yang dapat diandalkan, anda dapat bereaksi dengan cara yang berdasarkan informasi lengkap

(informed) dan menghindari tuduhan bahwa tanggapan yang anda berikan bersifat bias dan membawa keuntungan atau kerugian bagi pihak tertentu. Child Hope UK, 2005.10 Anda mungkin berkata, Kami sudah melakukan hal-hal yang baik untuk anak (misalnya membantu korban abuse atau mengelola pusat kegiatan anak). Kami tidak perlu kebijakan perlindungan anak. Atau, Kebijakan itu cuma sekedar dokumen. Tidak praktis untuk kerja lapangan. Atau, Kami tidak perlu standar perlindungan anak karena seluruh anggota staf kami memiliki niat baik. Akan tetapi, anda tidak akan pernah bisa yakin sepenuhnya mengenai seluruh rekan kerja anda, sukarelawan dan para pengunjung di organisasi anda. Sebagian besar pekerja LSM memiliki niat baik. Meski demikian, dalam kondisi darurat atau krisis mereka mungkin tidak mampu berpikir secara jelas. Mungkin anggota staf anda saat ini memang memiliki niat baik, tetapi bisakah anda yakin bahwa hal ini akan berlanjut di masa depan? Menetapkan panduan formal yang tertulis akan membantu memelihara pengetahuan dan praktek-praktek yang baik di dalam sebuah organisasi. Dengan adanya dokumen yang dapat dijadikan rujukan, staf di masa depan akan tahu secara pasti bagaimana harus bertindak pada situasi yang berbeda. Kebijakan perlindungan anak juga membantu melindungi anggota staf dari tuduhan palsu serta melindungi organisasi dari kerusakan citra atau pengawasan seksama di media. Sebagai akibatnya, organisasi akan dapat bekerja untuk anak secara lebih efektif. Beberapa orang berkata, Mengapa kita harus memiliki kebijakan organisasi kalau sistem rujukan eksternal tidak akan berubah (masih korup dan tidak efektif)? Menetapkan standar perlindungan anak dalam sebuah organisasi adalah awal yang baik dan cara yang baik untuk mengadvokasi organisasi lain untuk melakukan hal yang sama. Apabila banyak organisasi bertindak dengan cara ini, mereka dapat bersama-sama mendorong masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku yang merugikan anak. Adalah penting bagi organisasi untuk menciptakan sistem perlindungan anak yang mapan untuk mengurangi hingga sesedikit mungkin keparahan dan kemungkinan terjadinya abuse dalam organisasi tersebut dan juga di masyarakat luas. Ketika seluruh staf sadar akan hal ini dan bekerja bersama mereka akan dapat mencegah banyak kasus abuse terhadap anak.

59

10

Jackson, E. and Wernham, M. 2005. Child Protection Policies and Procedures Toolkit . London: ChildHope.

Modul 1

Bayi-bayi di sungai
Pada suatu kala warga desa menemukan bayi-bayi mengapung di sungai. Setiap pagi ketika mereka pergi mengambil air, mereka menemukan bayi-bayi mengapung mengalir di sepanjang aliran sungai. Hari demi hari, warga desa mengambil bayi-bayi tersebut dan membawa mereka ke desa. Para warga desa merawat luka-luka dan memberi

60

makan para bayi sampai bayi-bayi tersebut menjadi sehat. Suatu hari para warga desa merasa muak dengan keadaan ini dan pergi mendaki bukit untuk mencari tahu siapa yang membuang bayi-bayi ke dalam air, dan kemudian membujuk mereka untuk berhenti melakukan hal tersebut. Sejak saat itu, warga desa tidak perlu lagi harus mengambil dan mengurus bayi-bayi

Modul 1

yang sakit. Semua bayi menjadi sehat sempurna dan dalam keadaan kering!

Kisah di atas menunjukkan alasan mengapa mencegah terjadinya sesuatu yang buruk selalu lebih baik daripada mencoba memperbaiki masalah setelah masalah itu terjadi. Sistem perlindungan anak yang berfungsi dengan baik merupakan alat pencegahan efektif yang akan secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadinya abuse terhadap anak. **********

Kini kita sampai di akhir Modul 1. Modul berikutnya akan membantu anda menelaah seberapa baik organisasi anda menangani isu perlindungan anak dan untuk mengenali praktek-praktek yang baik di dalamnya. Perangkat Pelatihan Organisasi yang RamahAnak juga memiliki Modul 3 (Apa yang Dapat Dilakukan Organisasi untuk Memperbaiki Status Perlindungan Anak Mereka). Namun modul tersebut tidak diikutsertakan dalam panduan belajar mandiri ini karena modul tersebut harus dilakukan dengan orang lain dari organisasi anda untuk menelaah praktek-praktek organisasi anda dan untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur yang sesuai. Organisasi yang telah memiliki mekanisme perlindungan anak juga masih perlu mempertimbangkan bagaimana caranya memperbaiki standar perlindungan anak mereka.

Modul 1 Latihan Mandiri


Sebelum memulai Modul 2, ingatlah kembali Modul 1 dan pikirkanlah pembelajaran yang telah anda dapat. Lengkapi pernyataan berikut ini:

1. Satu hal yang telah saya pelajari adalah

61

2. Studi kasus yang paling saya ingat adalah

3. Studi kasus yang paling mengejutkan bagi saya adalah

4. Jenis abuse atau penelantaran yang memiliki dampak paling parah adalah

5. Kelebihan dari adanya kebijakan dan prosedur organisasi adalah

Anda mungkin ingin berbagi ide di atas dengan supervisor dan/atau tim anda.

Modul 1

62

Modul 1

Meningkatkan Kesadaran Mengenai Perlindungan Anak

MODUL 2

Lingkaran interaksi Faktor resiko Mengurangi resiko Studi kasus perlindungan anak Tabel praktek-praktek yang baik Kebijakan dan prosedur implementasi Kesimpulan

Sebelum memulai bagian ini, ingatlah kembali pesan-pesan kunci yang dicakup dalam bagian pertama panduan ini.

Apa yang dimaksud abuse terhadap anak? Anda tidak akan pernah bisa mengetahui kapan, di mana dan bagaimana abuse dan penelantaran terhadap anak akan terjadi. Organisasi memiliki tanggung jawab untuk mengasuh dan melindungi anak. Sistem perlindungan anak memang diperlukan sebagai penyangga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya abuse dan penelantaran dalam sebuah organisasi atau sebuah komunitas.

Pada bagian ini, anda akan:

Menelaah sifat kontak antara staf organisasi anda dengan anak. Memahami dan mengenali munculnya resiko abuse terhadap anak (atau tuduhan palsu) dalam organisasi anda sendiri.

64

Pikirkanlah mengenai tanggung jawab anda dalam berurusan dengan resiko tersebut, mekanisme perlindungan anak yang dimiliki organisasi anda, dan bagaimana

Modul 2

mekanisme tersebut dapat ditingkatkan. Kenalilah apa yang telah dilakukan organisasi anda dengan baik Cari tahu mengenai sistem perlindungan anak dalam organisasi anda dan perhatikan apakah ada bagian yang dapat ditingkatkan di dalamnya. Kenalilah apakah ada kelompok kerja perlindungan anak di mana anda dapat ikut serta.

Saya dapat mengatakan kepada anda saat ini bahwa banyak organisasi terutama yang tidak bekerja dengan anak secara langsung tidak meyakini bahwa standarstandar tersebut relevan bagi mereka karena berbagai faktor. Saya tidak setuju, dan saya meyakini bahwa setiap organisasi (baik yang bekerja dengan anak secara langsung maupun tidak langsung, yang mendanai maupun yang didanai) harus mengemban tanggung jawab atas perlindungan anak.

- Setting the Standard

2.1 Lingkaran interaksi


Latihan ini akan menunjukkan tingkatan hubungan yang berbeda antara staf dengan anak dan dampak potensial yang ada di dalamnya.

Apabila anda orang baru dalam organisasi anda, pertama-tama anda membutuhkan sebuah outline yang menggambarkan staf organisasi dan hubungan mereka satu sama lain (sering juga disebut organagramme) dan salinan deskripsi tugas agar anda mengetahui jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para staf termasuk juga seluruh staf pendukung. Kalau anda sudah cukup lama bekerja dalam organisasi tersebut, mungkin anda sudah mengenal orang-orang di dalamnya dan peranan mereka dengan cukup baik dan dapat melakukan latihan ini berdasarkan ingatan. Apabila ada rekan kerja yang bersedia bekerja dengan anda, mungkin baik kalau anda memintanya untuk melakukan latihan ini bersama anda.

Lihatlah diagram sebuah organisasi hayalan di bawah ini beserta posisi yang ditempati oleh berbagai stafnya. Lingkaran Interaksi

65

Keterangan gambar: (1) Chaiwat, Psikolog (2) Yot, Fasilitator Kamp Anak (3) Kree-ta, Koordinator Sanitasi Air (4) Nok, Sponsor Relations Officer (Humas) (5) Lynne, Manajer Program (6) Yui, Akuntan

Gambarlah serangkaian lingkaran yang serupa tetapi jangan menulis nama di dalamnya. Anda dapat menggambar seorang anak di bagian lingkaran yang terdalam. Pikirkanlah tentang sebuah hari biasa di lapangan atau kantor. Apa saja peranan dan tanggung jawab utama orang-orang yang bekerja dengan anda? Identifikasikan posisi dan peranan mereka dalam organisasi, serta kontak mereka dengan anak, dan tulislah di dalam lingkaran interaksi

Modul 2

berdasarkan pertanyaan berikut. Apabila memungkinkan, masing-masing posisi atau peranan dapat dicakup dalam lebih dari satu jenis kontak atau lingkaran.

1. Dalam lingkaran 1, tulislah nama atau peranan orang-orang yang bekerja secara langsung dengan anak. Ini menunjukkan kontak langsung dengan anak pada tingkatan yang paling personal. Posisi-posisi ini mencakup guru, konselor dan pemberi asuhan.

2. Dalam lingkaran 2, tulislah nama atau peranan orang yang bekerja dengan sekelompok anak. Ini juga menunjukkan kontak langsung dengan anak. Posisi ini dapat mencakup staf lapangan yang mengelola pusat kegiatan anak, atau fasilitator untuk kamp remaja atau kegiatan lain. Beberapa orang dapat saja memiliki jenis kontak semacam ini sesekali. Contohnya, peneliti (selama pengumpulan data) atau staf tingkat nasional (selama perjalanan monitoring).

66

3. Dalam lingkaran 3, tulislah nama atau peranan orang yang bekerja secara langsung dalam sebuah atau beberapa komunitas di mana anak berada. Ini menunjukkan jenis kontak di mana anak merupakan penerima bantuan sekunder. Contohnya, beberapa organisasi bekerja dengan keseluruhan komunitas dan anak mungkin bukan kelompok sasaran primer. Tetapi pekerjaan tersebut memiliki dampak terhadap anak karena mereka

Modul 2

juga merupakan anggota komunitas. Staf dapat melakukan kontak langsung dengan anak selagi bekerja di lapangan. Contohnya, mereka mungkin bekerja di bidang sistem sanitasi air selagi anak-anak dalam komunitas tersebut ada di sekitarnya.

4. Dalam lingkaran 4, tulislah nama atau peranan orang yang tidak bekerja penuh-waktu di lapangan tetapi terkadang pergi ke lapangan (misalnya untuk perjalanan monitoring), atau yang tidak pernah mengunjungi proyek tetapi memiliki akses atas informasi pribadi anak (nama, usia, foto, lokasi, dll) yang mungkin mereka peroleh langsung dari staf lapangan atau dari anak atau lewat saluran komunikasi lainnya seperti database, telepon atau email. Ini menunjukkan kontak tidak langsung antara organisasi dengan anak. Staf tingkat nasional mungkin tidak menghabiskan waktu secara fisik dengan anak, tetapi mereka berada pada posisi yang dapat mengekspos anak terhadap berbagai kerawanan, seperti memberikan informasi rahasia mengenai seorang anak.

5. Dalam lingkaran 5, tulislah nama orang yang mengambil keputusan yang mempengaruhi anak (dalam hal kebijakan, praktek, pendanaan, dll). Ini bertujuan menunjukkan bahwa meskipun staf tingkat manajemen mungkin tidak pernah memiliki kontak langsung dengan anak, mereka tetap mengambil keputusan yang memiliki dampak terhadap anak. Orangorang dalam kelompok ini dapat mencakup eksekutif dan para manager keuangan dan manajer operasional. Beberapa organisasi tidak bekerja secara langsung dengan anak

tetapi menyediakan dana untuk organisasi yang bekerja langsung dengan anak. Organisasi semacam ini juga berkewajiban memprioritaskan perlindungan anak ketika mengambil keputusan.

6. Dalam lingkaran 6, tulislah nama atau peranan orang-orang yang merupakan staf organisasi dan fungsinya tidak mempengaruhi anak secara langsung. Beberapa jenis pekerjaan staf mungkin tidak memiliki dampak langsung terhadap anak, misalnya akuntan, supir atau petugas kebersihan. Akan tetapi, anak mungkin sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang ini dan mempercayai mereka sebagai orang dewasa dalam organisasi. Lebih jauh lagi, komunitas mungkin memiliki kepercayaan tinggi terhadap orang-orang ini karena mereka bekerja untuk organisasi kesejahteraan anak. Standar perlindungan anak harus diterapkan kepada para staf semacam ini dengan cara yang sama seperti kepada staf lain (karena posisi mereka masih dapat dieksploitasi demi memperoleh kontak dengan anak).

Sekarang, lihatlah diagram anda. Anda akan menemukan bahwa seluruh anggota staf dalam organisasi anda memiliki kontak dengan anak pada satu atau lebih tingkatan. Anda dapat melihat bahwa kerja organisasi anda memiliki dampak potensial yang beragam komunitas, misalnya, akan terkejut melihat beragam jenis kontak yang dimiliki orang-orang dalam organisasi mereka dengan anak. Setiap orang perlu terlibat dalam sistem perlindungan anak dalam sebuah organisasi karena semua pekerja kemanusiaan berinteraksi dengan anak pada satu titik dalam kerja mereka beberapa di antaranya dengan berbagai lapisan interaksi dan tanggung jawab. Jenis-jenis kontak yang berbeda Antar individu: Sekelompok anak: Bekerja dengan komunitas: Kontak langsung, paling personal Langsung Tidak langsung, anak sebagai penerima bantuan sekunder Terkadang mengunjungi lokasi proyek dan/atau memiliki akses atas informasi mengenai anak: Mengambil keputusan yang mempengaruhi anak: Memiliki fungsi yang tidak mempengaruhi anak secara langsung: Tidak langsung, dapat memanfaatkan posisi (menyalahgunakan kekuasaan) Tidak langsung Tidak langsung, dapat mengekspos anak terhadap kerentanan

67

Modul 2

terhadap anak. Sebuah organisasi yang memfokuskan kerjanya dalam perkembangan

Anda mungkin telah menemukan bahwa staf dalam organisasi anda memiliki frekuensi tinggi dalam hal interaksi langsung dengan anak atau mungkin hanya sedikit kontak langsung. Ini tidak mencerminkan tinggi rendahnya tingkatan resiko. Bila anggota staf memiliki kontak langsung dengan anak dengan frekuensi rendah, ini tidak berarti bahwa organisasi anda memiliki resiko perlindungan anak yang lebih rendah dibandingkan dengan organisasi yang memiliki kontak reguler. Banyak faktor yang terlibat dalam menentukan potensi bahaya bagi anak atau pada beberapa kasus yang dapat menyebabkan kerugian bagi organisasi dan/atau stafnya. Faktor-faktor ini akan dilihat di latihan-latihan berikut.

2.2 Faktor resiko


Pikirkan kembali mengenai satu hari biasa di lapangan atau kantor, dan peranan dan tanggung jawab orang-orang dalam organisasi anda.

68
Lihatlah tabel di bawah ini (sebaiknya membuat beberapa salinan untuk latihan). Kemudian, dengan merujuk pada daftar kegiatan selanjutnya, pertimbangkanlah apa yang terjadi dalam organisasi anda sehubungan dengan pertanyaan yang ada dalam tabel. Apakah ada dari

Modul 2

kegiatan-kegiatan tersebut yang sejenis dengan apa yang dilakukan organisasi anda? Bila ya, pisahkan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam satu kelompok. Apakah ada kegiatan atau situasi lain yang tidak terdaftar di sini, yang muncul dalam organisasi anda? Bila ya, tuliskan kegiatan atau situasi tersebut dan jawablah pertanyaan dalam tabel dengan cara yang sama seperti kegiatan dan situasi lainnya. Lingkari jawaban yang paling akurat untuk tiap kegiatan. Contohnya, seorang guru di sebuah sekolah mungkin mengadakan latihan tari, dengan diawasi oleh anggota staf lain, di pusat rekreasi sekolah setelah jam belajar.

Tabel faktor resiko

Buatlah salinan untuk tiap kegiatan organisasi yang anda identifikasi. Who (else

Siapa (lagi yang ada di sekitar)? Dengan dua pekerja atau lebih Dengan pekerja lain Pagi hari

Kapan?

Di mana?

Tempat kerja/ kantor

Jam makan siang

Area pribadi tetapi orang lain tetap dapat melihat

Dengan adanya anggota komunitas di sekitar Dengan adanya sukarelawan atau pengunjung di sekitar Sendirian dengan sekelompok anak Sendirian dengan seorang anak

Sore hari

Tempat umum / direncanakan

Malam hari

Tempat umum / tidak direncanakan

Larut malam / sepanjang malam Bukan jam kerja biasa / akhir minggu

Tempat tinggal anda atau anak Area yang pribadi dan terpencil

69

Contoh kegiatan: 1. Mengajarkan sebuah mata pelajaran/merencanakan dan melaksanakan kegiatan rekreasional. 2. Kelas privat / bantuan tambahan untuk mengerjakan PR / hukuman sekolah. 3. Merawat anak (di pusat kegiatan anak, rumah asuh, tempat penitipan bayi, rumah sakit). 4. Menemani anak ke acara publik yang terencana (kamp, perjalanan wisata). 5. Menemani anak ke satu tempat (ruang gawat darurat, rumah sakit, pengadilan) untuk urusan pribadi. 6. Menemani anak (di rumah, dll) secara tak terduga atau dengan pemberitahuan singkat sebelumnya. 7. Menghibur anak ketika ia sedih dan mendatangi anda. 8. Memberikan konseling, memberi perawatan fisik dan/atau pengobatan. 9. Anak memiliki memar-memar di kakinya dan anda harus memeriksa luka tersebut. 10. Memandikan anak cacat. 11. Seorang donor datang mengunjungi anak yang ia biayai.

Modul 2

12. Sukarelawan melakukan kegiatan (mengajar, permainan) dengan anak. 13. Mengumpulkan data penelitian (diskusi kelompok fokus, kuesioner, menggambar). 14. Sukarelawan melakukan pelayanan komunitas (pembangunan jembatan, renovasi sekolah) di wilayah di mana ada anak-anak. 15. Melaksanakan wawancara (untuk perjalanan monitoring, evaluasi, mengumpulkan informasi dari korban atau individu beresiko tinggi). 16. Seorang wartawan ingin mewawancarai seorang anak untuk laporan media.

Latihan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan kesenjangan dalam berbagai praktek dengan tujuan untuk memperbaiki praktek-praktek tersebut (bukan sebagai latihan mengkritik) jadi anda tak perlu merasa tidak enak apabila ada resiko yang berhasil diidentifikasi. Lihatlah jawaban dari organisasi anda sendiri. Jawaban yang jatuh di tiga

70

baris teratas (diarsir merah jambu) dianggap relatif beresiko rendah. Akan tetapi organisasi anda harus mulai khawatir apabila banyak jawaban yang terkait dengan kerja organisasi termasuk dalam tiga baris terbawah (diarsir merah). Ini menunjukkan tingkatan atau kecenderungan yang tinggi atas resiko perlindungan anak dalam praktek-praktek organisasi tersebut.

Modul 2

Faktor resiko
Ketika menelaah potensi kerugian terhadap anak: faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan Siapa lagi yang ada di sekitar? (pengawasan) Kapan? (waktu) Di mana? (lokasi) Bagaimana? (sifat kontak)

Jangan mengharapkan jawaban yang bersifat tegas. Contohnya, melakukan olahraga di akhir minggu bukanlah masalah apabila ada seorang (atau lebih) anggota staf lain yang juga hadir. Memberikan kelas privat di siang hari tidak lebih aman dibandingkan malam hari apabila sang tutor sendirian bersama anak di balik pintu yang tertutup. Hal yang terpenting adalah bahwa seluruh faktor ini harus dipertimbangkan sebelum tingkatan resiko pada kegiatan organisasi dapat ditelaah.

Pengawasan: Pekerja kemanusiaan harus selalu bekerja berpasangan atau dalam kelompok untuk menghindari adanya tuduhan palsu atau kemungkinan adanya perilaku berbahaya yang lolos dari perhatian. Apabila tidak terdapat rekan kerja, disarankan agar orang dewasa di dalam komunitas ada di sekitar ketika anggota staf organisasi melaksanakan kegiatan dengan anak. Anggota komunitas lebih dekat dengan anak dibandingkan dengan orang dari luar komunitas dan mungkin akan lebih waspada dalam melindungi anak mereka dan melaporkan abuse. Meski diakui bahwa kemungkinan resiko bagi anak lebih besar berasal dari anggota komunitas mereka sendiri (lihat Modul 1), tidak adanya pemeriksaan latar belakang bagi para sukarelawan dan pengunjung di wilayah organisasi dapat membawa resiko.

Waktu dan lokasi: Konteks menemui anak di luar kerja berbeda dengan berurusan dengan anak di dalam konteks kerja yang jelas. Ini dapat membawa resiko. Resiko tersebut menjadi lebih tinggi ketika staf LSM menghabiskan waktu di luar jam kerja dengan anak atau bermalam bersama anak. Ini dapat memberikan ruang terjadinya salah interpretasi, bahkan meskipun staf tersebut memiliki niat yang baik.

71

Sifat kontak: Sifat dari beberapa kegiatan dapat menaikkan tingkatan resiko, misalnya kegiatan antar individu atau kegiatan yang membutuhkan kedekatan fisik. Resiko akan meningkat ketika bekerja dengan individu yang rentan, memiliki cacat fisik atau menjadi korban karena mereka membutuhkan lebih banyak perawatan dan perhatian dibandingkan anak-anak lain. Selain itu, anak lebih rentan ketika informasi pribadi mereka dapat diekspos. Inilah yang terjadi ketika mengumpulkan data penelitian, mengakses database atau mewawancarai anak. Kerentanan anak juga meningkat ketika mereka berada diluar lingkungan asli mereka, seperti yang terjadi pada situasi darurat atau ketika mereka terpaksa mengungsi karena alasan lain.

Kegiatan dengan anak harus selalu melibatkan setidaknya dua anggota staf (sekalipun salah satunya tidak ikut serta secara langsung). Ini juga termasuk ketika mengantarkan anak. Memberikan anak hiburan atau konseling membutuhkan tempat yang pribadi, tetapi ini harus dilakukan dengan cara yang masih memungkinkan orang lain untuk melihatnya (misalnya dengan membiarkan pintu terbuka atau berinteraksi dengan anak di tempat umum, sedikit menjauh dari orang lain agar percakapan tidak dapat didengar). Bila memungkinkan, pilihlah jam kantor atau hari kerja untuk melakukan kegiatan. Bila anda menemui anak dalam proyek anda di luar jam kerja, segera beritahukan kepada rekan kerja anda hari berikutnya.

Modul 2

Pengunjung seperti sponsor atau wartawan tidak boleh ditinggalkan sendirian dengan anak sama sekali. Mereka juga tidak boleh mengunjungi anak di rumah karena ini membuat mereka langsung berhubungan dengan anak. Sesudahnya, mereka mungkin saja pergi menemui anak tanpa memberitahu organisasi, yang mana dalam kondisi ini tidak memungkinkan adanya pengawasan oleh organisasi. Sebuah poin kunci yaitu bahwa organisasi harus memiliki budaya keterbukaan dan kewaspadaan. Organisasi tersebut harus selalu mengijinkan orang mengetahui atau melihat apa yang terjadi ketika staf melaksanakan kegiatan dengan anak. Masing-masing orang juga harus selalu sadar akan perilaku mereka sendiri. Tindakan pekerja kemanusiaan tidak boleh menyisakan ruang untuk terjadinya kesalahan interpretasi atau munculnya resiko. Selanjutnya di dalam Modul 2, kita akan melihat studi kasus perlindungan anak untuk mengidentifikasi jurang di antara praktek-praktek yang ada dan bagaimana organisasi anda dapat memperbaiki praktek-praktek di dalamnya.

72

2.3 Mengurangi resiko


Latihan sebelumnya membantu mengidentifikasi poin yang berbahaya di mana resiko bagi anak (atau organisasi) dapat meningkat. Sekarang anda akan berpikir lebih jauh mengenai

Modul 2

apa arti resiko tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengenalan terhadap perlunya menelaah resiko potensial bagi anak dan organisasi dan untuk menggunakan pemahaman tersebut untuk bertindak di muka demi mengurangi resiko hingga sesedikit mungkin.

Pertimbangkanlah istilah-istilah berikut dan putuskan apa arti istilah tersebut menurut anda:

Resiko (Risk) Penelaahan resiko (Risk Assessment) Pengelolaan resiko (Risk Management)

Resiko berarti potensi bahwa sesuatu dapat menjadi masalah.

Penelaahan resiko berarti mengenali potensi terjadinya sesuatu yang akan memiliki dampak bagi anak, staf dan tujuan serta reputasi organisasi.

Pengelolaan resiko berarti mengidentifikasi potensi munculnya kecelakaan atau kejadian dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan tersebut.

Untuk mencegah situasi yang tidak diinginkan, kita harus mampu mengenali resiko yang terlibat dan mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi resiko tersebut hingga

sesedikit mungkin. Penelaahan resiko dan pengelolaan resiko merupakan konsep sederhana yang dipakai setiap orang dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari. Dua contoh berikut akan mencoba menjelaskan konsep tersebut.

Contoh 1: Prakiraan cuaca

Seseorang mendengarkan prakiraan cuaca dan mendapat informasi bahwa ada kemungkinan terjadi hujan pada hari itu. (Ini mengidentifikasi resiko.) Mereka mendengar bahwa hujan tersebut akan berupa hujan lebat. (Ini menganalisa ruang lingkup masalah.) Karena itu mereka bisa membawa payung ketika pergi keluar. (Ini mengelola resiko, untuk mengurangi tingkat keparahan masalah yaitu kebasahan.)

73

Contoh 2: Anak dalam sebuah rumah

Lihat gambar di bawah ini dan pertimbangkanlah apa yang menurut anda menyebabkan bahaya bagi anak, seberapa serius bahaya tersebut dan bagaimana anda dapat mencegahnya.

Contoh-contoh sederhana ini menunjukkan bagaimana menelaah dan mengelola resiko. Lihatkah anda betapa sederhananya? Siapapun bisa melakukannya.

Modul 2

Bila anda membutuhkan lebih banyak contoh untuk memperjelas hal ini, silahkan terus membaca, bila tidak, lanjutkan ke paragraf berikutnya. Satu skenario bisa berupa seseorang yang mengendarai motor. Resiko yang ada mungkin mencakup kendaraan mogok di malam hari dan terjadinya kecelakaan. Si pengendara berusaha menghadapi resiko-resiko tersebut di muka dengan cara memeriksa mesin sebelum mulai berangkat, tidak melakukan perjalanan di malam hari, dan/atau memakai helm. Skenario lain yaitu menyeberangi jalan. Anda memeriksa apakah ada mobil yang lewat (identifikasi resiko) dan apabila ada, anda menelaah berapa banyak, berapa kecepatan dan seberapa dekat mobil-mobil tersebut (menganalisa resiko). Kemudian anda mengurangi resiko tergantung pada tingkat keparahan masalah, misalnya tidak menyeberang jalan sama sekali atau berhenti di setengah perjalanan.

Resiko bisa muncul di berbagai aspek kehidupan kita yang berbeda. Di sini, kita hanya melihat resiko yang terkait dengan perlindungan anak.

74

Menurut anda, apa saja resiko perlindungan anak bagi organisasi anda?

Apa saja resiko perlindungan anak? Staf yang memiliki niat buruk dapat mengeksploitasi atau melakukan abuse terhadap

Modul 2

anak. Staf dengan niat baik bisa saja menghadapi tuduhan palsu. Organisasi anda mungkin menghadapi dakwaan atau tuntutan hukum, tuduhan palsu, peliputan media, hilangnya rasa hormat dan kepercayaan publik, dan pengawasan yang meningkat dari para donor dan mitra.

Konsep penelaahan dan pengelolaan resiko terutama berguna ketika menciptakan organisasi yang aman untuk anak. Dalam mempertimbangkan konsekuensi dari suatu resiko, adalah penting untuk mempertimbangkan seluruh faktor yang ikut bermain:

SEGITIGA KONSEKUENSI
Sifat resiko

Konsekuensi

Kemungkinan

Keparahan

2.4 Studi kasus perlindungan anak


Latihan berikut akan melihat skenario perlindungan anak untuk menyelidiki bagaimana kebutuhan untuk menelaah dan mengelola resiko berlaku dalam kerja organisasi. Tujuannya adalah untuk membantu anda agar mampu mengidentifikasi resiko, untuk menelaah ruang lingkup masalah dan memprioritaskan intervensi, untuk menelaah seberapa baik organisasi anda berurusan dengan isu perlindungan anak dan untuk mengenali tindakan yang sesuai untuk skenario yang berbeda.

Di bawah ini adalah beberapa pilihan skenario kasus. Cobalah untuk menjawab pertanyaan berikut untuk tiap skenario. Apa saja resiko perlindungan anak dalam skenario ini? Mengapa? Seberapa seriuskah resiko tersebut? Mengapa? Bagaimana kemungkinan terjadinya resiko tersebut (dalam organisasi anda)? Mengapa? Apa yang harus dilakukan? Mengapa?

75

Berikut adalah dua contoh yang telah kita lihat untuk menunjukkan bagaimana menanggapi pertanyaan yang diajukan.

Contoh: Skenario 1 Anda mendengarkan prakiraan cuaca di radio tepat sebelum anda keluar memenuhi janji Resiko: Hujan lebat bisa saja muncul Seberapa serius? Dan mengapa? Memang serius anda bisa basah kuyup. Seberapa kemungkinan terjadinya resiko tersebut? Dan mengapa? Resiko ini mungkin sekali terjadi biasanya, prakiraan cuaca cukup akurat. Apa yang harus dilakukan? Bawa payung dan pakai sepatu untuk menghadapi hujan.

Contoh: Skenario 2 Pintu terbuka sementara seorang bayi ditinggalkan tanpa pengawasan. Resiko: Sang bayi mungkin merangkak keluar rumah dan terluka. Seberapa serius? Dan mengapa? Resiko ini sangat serius seorang bayi tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

Modul 2

Seberapa kemungkinan terjadinya resiko tersebut? Dan mengapa? Resiko ini sangat mungkin terjadi sang bayi tidak tahu bahwa keadaan di luar berbahaya.

Apa yang harus dilakukan? Tutup pintu dan mintalah satu orang dewasa untuk menjaga sang anak.

Lengkapi tabel di bawah ini untuk masing-masing dari keenam skenario perlindungan anak. Apa saja resiko perlindungan anak yang ada: Mengapa? Seberapa serius? Mengapa?

76

Seberapa kemungkinan terjadinya? Mengapa? Apa yang harus dilakukan?

Modul 2

Mengapa?

Studi kasus 1 Seorang asing muncul di kantor anda. Ia berencana untuk tinggal selama dua tahun di negara ini dan ingin bekerja sukarela sebagai guru Bahasa Inggris dalam komunitas di mana anda bekerja. Ia telah melakukan perjalanan secara ekstensif dan bekerja di tiap negara yang ia kunjungi. Pada pekerjaannya yang terdahulu, ia bekerja selama enam bulan di Kamboja. Terdapat jeda selama dua tahun antara posisi tersebut dengan pekerjaan sebelumnya. Ia tidak menuliskan nama rujukan khusus (referee) dalam resume-nya (ia menjelaskan bahwa ini dikarenakan ia sering berpindah-pindah).

Studi kasus 2 Anda adalah koordinator berbagai proyek anak dalam satu komunitas. Suatu hari, seorang anak laki-laki di pusat kegiatan anak datang dan berkata ia tidak merasa nyaman berada di dekat ayah tirinya. Ia berkata bahwa ayah tirinya sering masuk ke kamarnya tanpa diundang, terutama ketika sang anak sedang mandi dan tidak berpakaian. Ia seringkali ditinggalkan di rumah sendirian dengan si ayah tiri karena jam kerja ibunya panjang. Sang anak merasa bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi dan meminta nomor telepon genggam anda.

Studi kasus 3

Anda mengunjungi salah satu lokasi proyek anda (penampungan, pusat penitipan, dll). Selama kunjungan, sebagai bentuk disiplin, anda menyaksikan seorang anggota staf meneriaki dan mengejek salah satu anak laki-laki di depan sekelompok anak lain yang didorong untuk mentertawai anak tersebut.

Studi kasus 4

Seorang anak perempuan di kelas anda selalu berperilaku baik dan sepengetahuan anda tidak pernah berbohong. Belakangan ini ia tidak seperti biasanya, terlihat sering termenung dan terisolasi. Suatu hari setelah kelas usai, anda memintanya duduk dan bertanya ada masalah apa. Ia berkata bahwa kepala sekolah, atasan anda, telah menyentuh bagianbagian tubuhnya yang paling pribadi pada beberapa kesempatan. Ia sama sekali tidak merasa nyaman dengan hal tersebut. Akan tetapi ia meminta anda untuk tidak menceritakan hal ini pada siapapun.

77

Studi kasus 5

Situs proyek anda dapat diakses baik melalui jalan utama maupun jalan tikus. Pada jalan masuk utama terdapat tanda bagi pengunjung untuk melapor ke kantor utama LSM anda sebelum memasuki komunitas, tetapi tidak ada tanda pada jalan tikus. Suatu hari anda menemukan beberapa orang yang tidak dikenal berbicara kepada beberapa anak. Tak lama kemudian, anak-anak tersebut mengatakan kepada anda bahwa orang-orang tadi menanyakan kepada mereka banyak pertanyaan pribadi, misalnya di mana mereka tinggal dan bersekolah, di mana mereka bermain.

Studi kasus 6

Anda mengantarkan seorang anak perempuan dari sebuah desa untuk perawatan di sebuah rumah sakit besar di kota. Pada saat anda mulai berjalan untuk mengantar anak tersebut pulang, hari sudah sangat larut. Badai telah menghanyutkan jembatan menuju desanya. Kalian berdua menginap dalam bungalow yang sama karena hanya itu yang tersedia. Pagi berikutnya anda mengembalikan si anak kepada orangtuanya. Anda tidak pernah menyentuh anak tersebut sama sekali. Beberapa hari kemudian, orangtua si anak mengajukan pengaduan terhadap anda atas perkosaan di bawah umur.

Modul 2

Sekarang anda sudah membuat penelaahan studi kasus tadi, bacalah catatan berikut untuk melihat perbandingannya dengan respon anda. Perhatikan kategori mana dari enam area perlindungan organisasi yang akan anda pasangkan dengan tiap studi kasus.

Enam area perlindungan anak dalam organisasi


Perlindungan anak dalam organisasi berguna untuk dipandang dalam enam area: 1. Perekrutan, penerimaan karyawan dan sukarelawan 2. Pendidikan dan pelatihan 3. Kode etik perilaku yang profesional 4. Mekanisme pelaporan (untuk keprihatinan / kasus) dan rujukan 5. Akses oleh pengunjung eksternal dan komunikasi 6. Kebijakan dan prosedur

78
Studi kasus 1: Perekrutan, penerimaan karyawan dan sukarelawan

Resiko perlindungan anak

Modul 2

Tidak ada referensi dan tidak ada pemeriksaan latar belakang: Penting untuk diketahui apakah si pelamar kerja atau sukarelawan pernah dinyatakan bersalah oleh pengadilan, yang mengindikasikan perilaku abuse atau penganiayaan atau perilaku tidak pantas lainnya.

Sering berpindah: Pedofil dan pelaku abuse seksual terhadap anak lainnya seringkali berpindah-pindah karena takut orang akan mengetahui kejahatan mereka. Terkadang mereka memilih tinggal di negara di mana undang-undang perlindungan anak masih lemah. Tetapi seringnya melakukan perjalanan bukanlah faktor penentu apakah seseorang memiliki potensi bahaya atau tidak.

Jeda pada sejarah pengalaman kerja: Apabila tidak ada penjelasan yang masuk akal dan dapat dibuktikan, ini bisa disebabkan karena si pelamar menghabiskan waktu dalam tahanan atau melakukan kegiatan yang mencurigakan. Periksalah dengan hati-hati.

Dalam keadaan darurat, keterbatasan waktu terkadang menghalangi pemeriksaan referensi secepatnya sehingga dibutuhkan sistem monitoring yang kuat, dan tidak boleh ada pekerjaan yang tidak didampingi atau tidak diawasi.

Apa yang harus dilakukan? Jangan merekrut seseorang yang tidak mencantumkan referensi dalam curriculum vitae mereka. Mintalah setidaknya dua referensi yang bukan anggota keluarga. Salah satunya harus merupakan rekan kerja dari pekerjaan terdahulu. Tanyakan kepada pemberi referensi apakah menurut mereka sesuai bagi si pelamar untuk bekerja dengan anak. Mintalah si pelamar untuk menjalani pengecekan polisi apabila memungkinkan, atau membawa bukti pengecekan polisi (surat keterangan kelakuan baik) dari negaranya apabila ada. Dalam situasi darurat, sebuah organisasi mungkin berargumen bahwa mereka perlu mempekerjakan orang dengan cepat, termasuk seseorang yang memiliki kualifikasi dan sangat dibutuhkan meskipun ia tidak memiliki referensi. Dalam situasi ekstrim semacam itu, pekerjakanlah orang tersebut tetapi jangan ijinkan ia untuk berada sendirian dengan anak tanpa pengawasan staf. Praktek ini harus menjadi langkah terakhir dan harus dihindari sebisa mungkin. Cantumkan panduan rekrutmen dalam buku petunjuk personalia. Staf personalia harus dilatih untuk mengidentifikasikan kemungkinan pelaku abuse terhadap anak (contohnya, mencatat perilaku yang mencurigakan, menanyakan tentang jeda dalam sejarah pengalaman kerja si pelamar atau seringnya berpindah tempat) atau harus ada seorang petugas perlindungan anak di dalam panel pewawancara.

79

Studi kasus 2: Pendidikan dan pelatihan

Resiko perlindungan anak Seluruh staf harus diberitahukan mengenai kode etik perilaku yang dimiliki organisasi. Kode etik perilaku ini harus mencakup larangan menjalin hubungan pribadi antara pekerja dengan anak. Memberikan nomor telepon pribadi kepada seseorang adalah hal yang sangat pribadi. Anak sangat beresiko menjadi terlalu tergantung kepada satu anggota staf; tanpa disengaja, kerusakan psikologis dapat terjadi pada anak apabila anggota staf tersebut meninggalkan organisasi. Memberikan nomor telepon pribadi juga berarti bahwa anggota staf tersebut memiliki kewajiban penuh-waktu, termasuk malam hari, hari libur, dan akhir minggu untuk membantu anak. Ini melanggar batasan-batasan pribadi si anggota staf dan dapat mempengaruhi kemampuannya untuk terus bekerja di bidang ini dalam jangka panjang.

Modul 2

Studi kasus 2: Mekanisme pelaporan untuk kekhawatiran/kasus dan rujukan Resiko perlindungan anak

Pekerja LSM memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kecurigaan dan kekhawatiran kepada petugas focal point (ujung tombak) perlindungan anak dalam organisasi atau kepada badan rujukan yang relevan, agar kemungkinan terjadinya abuse dapat diatasi.

Apa yang harus dilakukan?

Berikan informasi kepada staf mengenai kebijakan dan prosedur perlindungan anak dalam organisasi. Pendidikan ini dapat dilakukan melalui orientasi staf, buku petunjuk, dan kursus penyegaran.

80

Buatlah sebuah sistem yang efektif dalam organisasi tersebut agar anak dapat melaporkan abuse. Salah satu pilihan adalah sistem duty phone, di mana anggota staf siap menjawab panggilan telepon semacam itu selama waktu tertentu. Dengan demikian, seorang anak akan merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari staf

Modul 2

organisasi yang mereka kenal baik, dan staf tetap dapat memiliki waktu pribadi. Organisasi harus memiliki panduan yang jelas mengenai prosedur pelaporan, yang menjelaskan secara khusus kepada siapa staf harus melaporkan kecurigaan atau kasus abuse, apa yang akan terjadi kemudian dan apa yang dapat dilakukan staf tersebut (contohnya, memindahkan anak dari lingkungan di mana kemungkinan abuse tadi terjadi atau memberikan anak strategi untuk menghadapi resiko yang ada).

Studi kasus 3: Kode etik perilaku yang professional

Resiko perlindungan anak

Mempermalukan anak merupakan abuse emosional. Pekerja kemanusiaan harus memberi contoh kepada komunitas bahwa perilaku semacam ini tidak akan pernah bisa diterima.

Perilaku buruk mungkin akan berlanjut apabila tidak ada prosedur disipliner yang tepat.

Studi kasus 3: Mekanisme pelaporan untuk kekhawatiran/kasus dan rujukan

Resiko perlindungan anak

Terdapat resiko apabila saksi staf tidak melaporkan kekhawatiran mereka, atau tidak ada sistem internal yang baik dalam menghadapi pengaduan.

Apa yang harus dilakukan?

Berikan informasi mengenai kode etik perilaku kepada staf melalui orientasi staf, materi informasi dan pendidikan serta kursus penyegaran mengenai perlindungan anak.

Panduan yang jelas mengenai prosedur disipliner. Panduan yang jelas mengenai prosedur pelaporan.

81
Mendidik anak dan komunitas agar mereka dapat mengenali abuse dan melaporkan kecurigaan atau kasus yang terjadi.

Studi kasus 4: Mekanisme pelaporan untuk kekhawatiran/kasus dan rujukan

Resiko perlindungan anak

Apabila kecurigaan tersebut terbukti benar, maka anak perempuan tersebut kemungkinan beresiko telah mengalami abuse seksual yang lebih parah atau untuk jangka waktu yang lebih lama.

Apabila kecurigaan tersebut terbukti tidak benar, si kepala sekolah telah difitnah. Reputasi organisasi kemungkinan mengalami kerusakan.

Apa yang harus dilakukan?

Dalam kedua kemungkinan di atas, kerahasiaan anak harus dilanggar karena keselamatan anak tersebut dipertaruhkan. Penyelidikan internal harus dilakukan sebelum ada pelaporan eksternal.

Jelaskan kepada anak bahwa pengaduannya harus dilaporkan, dan mengapa. Jelaskan kepadanya apa yang akan terjadi kemudian.

Modul 2

Laporkan kecurigaan tersebut kepada petugas ujung tombak perlindungan anak dan lengkapilah formulir pengaduan. Orang yang pertama kali menerima pengaduan tidak boleh melakukan penyelidikan. Si kepala sekolah harus diskors dari pekerjaannya atau dilarang melakukan kontak dengan anak sampai penyelidikan selesai.

Lakukan tindak lanjut terhadap anak. Ini bisa mencakup intervensi seperti misalnya konseling, memastikan kesejahteraan anak di sekolah dan dalam pelajarannya, dan mendukung anak dalam berurusan dengan konsekuensi hukum.

Ingatlah bahwa orang yang dituduh melakukan kejahatan tetap dianggap tak bersalah sampai bukti-bukti menunjukkan bahwa tuduhan tersebut benar. Apabila benar, anggota staf tersebut harus dikeluarkan dari organisasi.

Apabila tidak benar, si kepala sekolah perlu dibersihkan namanya secara penuh dan didukung oleh organisasi untuk menangani apa yang telah terjadi.

82
Selidiki alasan mengapa terjadi tuduhan palsu. Apabila si anak berbohong, anak tersebut harus memahami mengapa ia harus meminta maaf kepada si kepala sekolah. Ia juga membutuhkan konseling (untuk menangani tuduhan palsu yang

Modul 2

dibuatnya dan untuk menelaah apakah ia mungkin telah mengalami abuse oleh orang lain). Apabila ditemukan bahwa si anak didorong untuk membuat tuduhan palsu tersebut oleh seseorang di luar organisasi, orang tersebut harus meminta maaf kepada si kepala sekolah dan kepada organisasi. Apabila dorongan tersebut datang dari seorang anggota staf, anggota staf tersebut harus dikeluarkan dari organisasi dan diwajibkan meminta maaf kepada si kepala sekolah.

Studi kasus 5: Isu mengenai akses oleh pengunjung dan komunikasi eksternal

Resiko perlindungan anak Selain jalan masuk utama, tidak ada cara untuk mengontrol akses pengunjung ke dalam komunitas dengan siapa anda bekerja. Tidak ada cara untuk mengetahui bagaimana pengunjung akan memakai informasi dari anak. Mereka mungkin memakai informasi tersebut dengan cara yang mengakibatkan stigma kepada anak atau mengekspos anak terhadap bahaya.

Apa yang harus dilakukan? Blokir jalan tikus tersebut atau buatlah sistem jalan masuk di sana dengan memasang tanda agar pengunjung melapor ke kantor LSM sebelum memasuki komunitas. Didiklah anak dan komunitas mengenai bagaimana menghadapi kunjungan yang tak terduga (misalnya, jangan berikan informasi pribadi kepada orang tak dikenal, laporkan kepada staf LSM apabila ada pengunjung yang mencurigakan) melalui materi pelatihan dan pendidikan.

Studi kasus 6: Kebijakan dan prosedur

Resiko perlindungan anak Kebijakan perlindungan anak harus mencakup larangan bagi staf untuk melakukan perjalanan sendiri saja dengan anak, terutama di malam hari. Prosedur perlindungan anak harus tersedia bagi seluruh staf dalam bahasa yang sederhana.

83

Apa yang harus dilakukan? Harus selalu ada setidaknya dua pekerja atau orangtua atau kerabat anak yang menemani. Tidak melakukan perjalanan di malam hari. Apabila terdapat situasi tak terduga di mana seorang pekerja harus bermalam dengan anak, teleponlah manajer/petugas ujung tombak perlindungan anak dan orangtua anak dengan tujuan memberikan informasi di muka mengenai situasi yang ada.

2.5 Tabel praktek-praktek yang baik


Tugas berikutnya adalah menelaah resiko di dalam organisasi anda dengan memprioritaskan resiko yang paling mungkin terjadi dan paling berat. Organisasi perlu memprioritaskan intervensi mereka berdasarkan seberapa berat dan frekuensi potensi resiko. Apabila organisasi memiliki waktu, organisasi harus menangani seluruh isu perlindungan anak, tetapi bila waktu yang ada sangat terbatas, maka harus dimulai dengan area prioritas.

Fokus organisasi mungkin berbeda tergantung pada sifat kegiatan mereka dan jurang yang mereka identifikasikan yang perlu diperbaiki. Karenanya tidaklah perlu bagi organisasi untuk menekankan secara setara pada keseluruhan enam area perlindungan anak seperti yang

Modul 2

dicantumkan sebelumnya (pada jangka pendek). Contohnya, bisa saja terdapat dua skenario dan keduanya sama-sama berat, tetapi salah satunya memiliki kemungkinan lebih sering terjadi. Organisasi harus menangani masalah yang mungkin lebih sering muncul sebelum menangani masalah berikutnya.

Contohnya, sebuah organisasi mungkin mengidentifikasi bahwa resiko dalam merekrut sukarelawan merupakan prioritas rendah karena organisasi tidak memiliki pekerja sukarelawan. Organisasi mungkin menganggap pendanaan anak (sponsorship) sebagai prioritas karena kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan dana yang utama. Karenanya masuk akal apabila organisasi berfokus pada penanganan akses oleh pihak luar (sponsor) dan media dan bukan pada kerja sukarelawan. Fokus tersebut akan menjadi berbeda untuk organisasi yang berbasis sukarelawan. Organisasi-lah yang harus menentukan prioritas mereka.

Apabila anda adalah anggota staf baru, anda perlu melakukan penelitian untuk melakukan

84

latihan ini. Apabila anda adalah staf yang telah lama bekerja, maka anda dapat mengandalkan ingatan anda, meskipun akan lebih baik kalau anda berkonsultasi dengan rekan kerja anda mengenai respon-respon dalam latihan ini.

Modul 2

Pertanyaan dalam Tabel Praktek-Praktek yang Baik bertujuan mengidentifikasi area berisikan praktek-praktek yang baik dalam organisasi anda. Fokus terdapat pada apakah praktekpraktek yang baik tersebut dibuat formal dalam bentuk tertulis atau sekedar diketahui oleh staf. Jawablah ya, tidak, atau tidak tahu. Berbicaralah dengan staf lain untuk mengetahui jawabannya apabila anda sendiri tidak tahu.

Tabel Praktek-Praktek Yang Baik 1. Perekrutan / Penerimaan Karyawan / Sukarelawan (1) Apakah anda memilikinya? Iklan lowongan kerja merujuk pada kebijakan perlindungan anak serta proses seleksi yang dimiliki organisasi. Panduan bagi staf personalia untuk mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan, kegiatan yang mencurigakan, jeda dalam sejarah pengalaman kerja. (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

85
Satu anggota tim perekrutan telah dilatih atau mengenal baik isu-isu perlindungan anak. Pemeriksaan referensi (melalui telepon, email, fax). Seorang pelamar kerja menandatangani pernyataan pribadi bahwa mereka tidak pernah memiliki dakwaan kriminal (atau memberikan keterangan pemeriksaan polisi atau SKKB, apabila ada). Kandidat/ sukarelawan yang berhasil lolos menandatangani pernyataan komitmen terhadap kebijakan perlindungan anak organisasi. Di dalam map HR setiap staf terdapat ID berfoto dan keterangan kontak lainnya selalu diperbaharui. Sebuah sistem pencatatan untuk proses disipliner dan penyelidikan internal serta hasil yang didapat dari hal-hal itu.

Modul 2

2. Pendidikan and Pelatihan (1) Apakah anda memilikinya? Peningkatan kesadaran dalam pelatihan perlindungan anak sebagai bagian orientasi staf (selama 3 bulan pertama masa kerja). Pengenalan mengenai kebijakan dan prosedur perlindungan anak untuk staf dalam bahasa yang jelas dan sederhana (idealnya dalam waktu 2 minggu sejak dipekerjakan). Anggota staf yang mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang berbeda terkait (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

86

dengan isu perlindungan anak. Seorang narasumber dan/atau materi sumber selalu tersedia bagi staf sebagai rujukan apabila mereka memiliki pertanyaan terkait dengan perlindungan anak. Pelatihan dan materi pendidikan yang diperbaharui setiap 6-12 bulan. Paket informasi untuk masyarakat umum dan pengunjung mengenai kebijakan dan prosedur perlindungan anak organisasi. Sukarelawan dan pekerja paruh-waktu menjalani pelatihan dasar dalam perlindungan anak. Orientasi diberikan kepada anak mengenai hak anak, bagaimana melindungi diri mereka sendiri, dan di mana serta bagaimana melaporkan abuse yang terjadi. Orientasi diberikan kepada anggota komunitas mengenai abuse terhadap anak dan bagaimana melaporkannya. Berbagi informasi mengenai materi dan proses pelatihan dengan organisasi lain.

Modul 2

3. Kode Etik Perilaku yang Profesional (1) Apakah anda memilikinya? Kode etik perilaku terhadap anak yang mencerminkan Konvensi Hak Anak serta etika organisasi (misalnya tidak boleh ada hukuman fisik/yang mempermalukan anak, tidak berteriak kepada anak, manajemen perilaku, bimbingan mengenai kontak fisik, dll). Prosedur disipliner organisasi seandainya terjadi pelanggaran kode etik perilaku. Pengawasan yang tepat dari orang dewasa selama kegiatan anak. Larangan adanya hubungan pribadi antara pekerja dengan anak. Larangan mempekerjakan anak sebagai pekerja rumah tangga. Panduan mengenai bagaimana mendampingi anak (termasuk tidak diperbolehkan melakukan perjalanan sendirian saja dengan anak, tidak melakukan perjalanan di malam hari). Persyaratan untuk staf agar selalu bertanggung jawab atas tindakan mereka ( tanpa perlu memandang perilaku anak seperti apa? ). Panduan mengenai perilaku yang pantas bagi seorang anak terhadap anak lainnya. (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

87

Modul 2

4. Mekanisme pelaporan (untuk Kekhawatiran dan kasus-kasus) dan Rujukan (1) Apakah anda memilikinya? Budaya organisasi di mana anda merasa bahwa anda dapat berbicara secara terbuka mengenai kehawatiran terjadinya abuse terhadap anak. Kewajiban bagi staf untuk melaporkan kekhawatiran dan kasus abuse terhadap anak. Petugas ujung tombak kepada siapa staf dapat melaporkan kekhawatiran dan kasus yang terjadi. (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

88

Panduan dalam menghadapi tuduhan (langkah yang harus diambil, formulir pelaporan standar). Diagram alur manajemen untuk melaporkan

Modul 2

kecurigaan mengenai terjadinya abuse (siapa yang bertanggung jawab atas tindakan apa). Sistem pelacakan (folder, buku, database, dll) untuk menindak lanjuti kasus (dapat digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan umum). Pengaturan untuk menyediakan pengawasan dan dukungan bagi mereka yang terkena dampak selama dan sesudah tuduhan dikeluarkan. Proses tindak lanjut dengan anak dan keluarga mengenai pengaduan. Badan yang sesuai kepada siapa petugas ujung tombak perlindungan anak dapat melanjutkan informasi (dan detail kontak terbaru). LSM lain dengan siapa anda memiliki hubungan kerja yang proaktif (jaringan pendukung).

5. Akses oleh Pengunjung Eksternal (Donor, Media, LSM lain) dan Komunikasi (1) Apakah anda memilikinya? Komunikasi dengan staf (misalnya antara kantor nasional dan kantor lapangan) sebelum pengunjung tiba di lokasi proyek. Komunikasi dengan komunitas dan anak sebelum pengunjung tiba di lokasi proyek. Sesi briefing di mana komunitas dan anak menerima informasi mengenai tujuan dari kunjungan atau wawancara. Cara untuk mengontrol gerakan pengunjung (pagar, titik masuk khusus, rambu-rambu). (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

89

pihak luar (misalnya sponsor) untuk mencegah pertukaran alamat rumah atau penggunaan bahasa yang tidak pantas. Panduan mengenai pengungkapan informasi, secara internal dan eksternal (misalnya pengungkapan informasi pribadi anak dibatasi hanya kepada mereka yang perlu mengetahui informasi tersebut), untuk menangani permintaan informasi dari donor atau pengunjung. Panduan mengenai penggunaan media terhadap informasi anak - wawancara, foto, rekaman suara atau video (misalnya harus mendapatkan formulir kesetujuan, memastikan bahwa anak berpakaian dengan layak dan digambarkan secara akurat).

Modul 2

Penyaringan korespondensi antara anak dan

6. Kebijakan dan Prosedur (1) Apakah anda memilikinya? Kebijakan perlindungan anak mencakup seluruh aspek di atas. Kebijakan perlindungan anak yang dengan jelas menggambarkan pemahaman dan definisi organisasi mengenai abuse. Kebijakan perlindungan anak diterapkan dengan cara-cara yang sensitif budaya tetapi tanpa merestui tindakan-tindakan perlakuan buruk yang disepakati secara universal sebagai tindakan (2) Apakah dalam bentuk tertulis?

90

abuse. Prosedur yang mencerminkan kebijakan. Standar minimum dalam perlindungan anak sebagai persyaratan bagi mitra organisasi anda.

Modul 2

Budaya organisasi yang memastikan bahwa anak didengarkan dan dihormati sebagai individu. Manajemen yang memahami pentingnya memiliki kebijakan perlindungan anak. Kelompok kerja yang bertanggung jawab secara menyeluruh untuk memastikan implementasi kebijakan perlindungan anak. Anggota staf yang mengerti mengapa organisasi harus memiliki kebijakan perlindungan anak. Niatan dan komitmen untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur perlindungan anak pada organisasi anda sendiri (kalau belum ada). Organisasi lain yang dapat menyediakan dukungan teknis untuk membangun sistem perlindungan anak pada organisasi anda sendiri. Perencanaan untuk mengadakan musyawarah dengan anak ketika mengembangkan kebijakan dan prosedur.

Apakah banyak area yang memiliki jawaban tidak?

Bukan merupakan hal yang mengejutkan apabila anda menemukan jurang yang perlu ditangani oleh organisasi anda. Sebagian besar organisasi memiliki praktek-praktek yang baik. Tetapi apabila praktek-praktek tersebut tidak dibuat formal dalam bentuk tulisan, maka terdapat resiko bahwa pengetahuan dan kesadaran tersebut akan hilang ketika orang-orang meninggalkan organisasi. Selain itu juga mudah bagi orang untuk melupakan atau mensalah arti-kan berbagai hal yang tidak tertuang dalam bentuk tulisan. Organisasi mungkin memiliki praktek-praktek yang baik, tetapi dalam situasi darurat dan krisis pemikiran kita mungkin tidak akan jernih. Dengan adanya dokumen tertulis sebagai referensi, staf organisasi dapat merespon dengan cara yang berdasarkan informasi lengkap untuk mengurangi resiko hingga sesedikit mungkin dan menghindari dari melakukan kesalahan. Untuk alasan inilah, maka penting bagi organisasi untuk secara formal mengembangkan kebijakan perlindungan anak mereka sendiri.

91
Untuk bagian dalam tabel yang berbunyi Apakah dalam bentuk tertulis?, jawablah pertanyaan berikut:

bentuk tertulis, apakah anda memiliki atau dapatkah anda memperoleh salinan dokumen tersebut? Apabila organisasi memiliki praktek ini dan tertuang dalam bentuk tulisan tetapi praktek-praktek tersebut tetap perlu diperbaiki, pikirkanlah apa yang perlu diperbaiki dan tulislah? Dapatkah anda membahas ide anda dengan siapapun dalam organisasi anda? Apabila organisasi memiliki praktek semacam ini tetapi tidak tertuang dalam bentuk tulisan, bagaimana anda tahu bahwa itu merupakan sebuah praktek organisasi? Apakah hal tersebut merupakan praktek yang umum dilakukan? Bagaimana hal tersebut diterapkan? Apakah seluruh staf mengetahuinya? Bagaimana mereka mengetahuinya? Apabila organisasi memiliki praktek ini tetapi tidak tertuang dalam bentuk tertulis, dapatkah anda menyetujui bersama dengan beberapa rekan kerja mengenai apa praktek tersebut dan tulislah? Apabila organisasi tidak memiliki praktek ini, dapatkah anda menyetujui bersama dengan beberapa rekan kerja mengenai seperti apa praktek tersebut seharusnya, dan tulislah? Apabila anda merupakan staf senior atau yang telah bekerja lama anda mungkin merasa percaya diri untuk menyarankan kepada tim manajemen anda

Modul 2

Apabila organisasi memiliki praktek perlindungan anak dalam area tersebut dalam

agar apa yang telah ditulis dapat dipertimbangkan untuk diadopsi secara formal sebagai kebijakan organisasi. Apabila anda merupakan staf baru atau tidak merasa mampu membawa isu tersebut kepada manajemen senior, setidaknya sampaikan isu tersebut kepada line manager anda untuk kemudian diajukan atau mintalah seorang rekan kerja untuk melakukannya.

Pertimbangkan poin-poin di atas sembari membaca kisah berikut.

Tanaman Dalam Kantor Ada seorang pekerja di sebuah kantor yang memiliki tanaman yang paling indah di samping meja kerjanya. Selama ini ia terus menerus merawat tanaman tersebut dengan baik sampai suatu hari pekerja tersebut menerima pekerjaan baru dan harus meninggalkan kantor lama. Ia meninggalkan tanaman tadi sebagai hadiah kepada

92

rekan-rekan kerjanya, agar mereka juga dapat menikmati keindahannya. Tetapi tidak seorangpun di kantor tahu banyak tentang bagaimana merawat tanaman tersebut, lagipula mereka berpikir bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk merawatnya. Tak seorangpun berpikir bahwa merawat tanaman tersebut

Modul 2

adalah tanggung jawab mereka. Perlahan-lahan, daun-daun tanaman indah itu mulai mengering dan tanaman itu akhirnya mati. Para staf kantor merasa sedih bahwa tanaman yang indah itu telah hilang.

Sebuah kebijakan sama halnya dengan tanaman dalam kisah tadi agar dapat bertahan hidup, setiap orang dalam organisasi harus merawatnya sejak awal agar mereka merasa bertanggung jawab atas keberlangsungannya. Anda adalah bagian dari proses ini.

Praktek-praktek yang baik dalam praktek nyata Apabila anda memiliki waktu anda mungkin ingin mengembangkan ide Tabel Praktek-Praktek Yang Baik lebih jauh lagi. Untuk hal ini akan sangat baik bila anda melibatkan rekan-rekan kerja lainnya dalam proses ini. Berikut adalah tiga pertanyaan lagi yang perlu dipertimbangkan untuk tiap bagian dalam tabel: 1. Apakah praktek yang baik tersebut ikut dihayati oleh para staf? 2. Apakah praktek yang baik tersebut dijalankan? 3. Bagaimana praktek tersebut dapat diperbaiki?

Berikut adalah sebuah contoh bagaimana melengkapi tabel tersebut.

Perekrutan / Penerimaan Karyawan / Sukarelawan (1) Apakah anda memilikinya? (1) Apakah anda memilikinya?
3

(2) Apakah dalam bentuk tertulis?


5

(3) (4) (5) Apakah Apakah Bagaimana dipahami diterapkan memperbaiki oleh para dalam bentuk nya? staf? praktek?
3

Tidak tahu

Dimasukkan ke dalam buku petunjuk personalia

Dalam memikirkan tentang bagaimana berbagi praktek yang baik dengan para staf, pertimbangkanlah bagaimana praktek atau strategi tersebut dapat disebarkan (brosur informasi, buku petunjuk staf, lewat email, orientasi staf, pertemuan, dan lain-lain.) Apakah anda memiliki dokumen relevan sebagai rujukan?

93
Dalam memikirkan tentang meletakkan praktek yang baik menjadi praktek nyata, pertimbangkanlah bagaimana anda mengetahui strategi tersebut sedang digunakan dalam praktek nyata? Berilah sebuah contoh atau skenario dan catatlah bagaimana contoh atau sekenario tersebut ditangani di dalam organisasi. Apakah ada mekanisme yang berlaku untuk memonitor implementasi strategi tersebut dan apakah strategi tersebut selalu diterapkan dalam praktek nyata? Contohnya, bagaimana pelaksanaan strategi tersebut ketika sebuah tim pergi ke lapangan sesekali untuk memonitor sebuah proyek, atau bagaimana ia diterapkan dalam praktek nyata ketika seorang manajer lokasi sedang memonitor di tingkat lapangan? Perhatikan kembali seluruh tabel anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kolom tiga atau lima di atas. Berikut adalah beberapa pertanyaan tambahan untuk dipertimbangkan: Apakah anda merasa bahwa organisasi anda melibatkan seluruh stafnya dalam kebijakan dan prosedur perlindungan anak? Apakah para staf umumnya berkomitmen dan mendukung kebijakan dan prosedur perlindungan anak dalam organisasi? Apakah ada petugas ujung tombak untuk perlindungan anak dalam organisasi anda? Apakah ada kelompok kerja untuk isu-isu perlindungan anak? Apabila tidak, apakah kelompok semacam itu dibutuhkan? Apakah ada upaya yang sedang dilakukan untuk memperbaiki kebijakan dan praktek perlindungan anak dalam organisasi anda? Dapatkah anda bergabung dengan kelompok ini?

Modul 2

2.6 Contoh kebijakan dan implementasi prosedur


Akhirnya, anda mungkin ingin melihat contoh-contoh kebijakan dan prosedur perlindungan anak yang terdapat pada organisasi lain. Contoh-contoh berikut mencakup masing-masing dari enam area dalam Tabel Praktek-Praktek Yang Baik dan menunjukkan bagaimana organisasi yang berbeda dapat memiliki kebijakan yang berbeda tergantung pada sifat kerja mereka. Contoh-contoh tersebut dapat ditemukan dalam lampiran yang dimulai pada halaman 98. Ketika anda melihat contoh-contoh tersebut, tanyakan pada diri anda sendiri pertanyaanpertanyaan berikut: Apa pendapat anda mengenai kebijakan-kebijakan ini dibandingkan dengan apa yang ada di dalam organisasi anda sendiri? Apakah ada elemen dalam kebijakan di atas yang perlu dimasukkan oleh organisasi anda ke dalam kebijakannya? Dapatkah anda membahas hal ini dengan orang yang bertanggung jawab atas perlindungan anak dalam organisasi anda?

94

2.7 Kesimpulan
Faktor terpenting yang harus dipertimbangkan ketika sebuah organisasi

Modul 2

mengembangkan kebijakan dan panduannya yaitu kepentingan terbaik bagi anak. Apa yang terbaik bagi anak harus selalu dipertimbangkan sebagai sebuah prioritas ketika sebuah organisasi menyusun standar perlindungan anak. Adalah penting agar hak anak dihormati sesuai dengan Konvensi Hak Anak PBB dan undang-undang nasional. Hak-hak dasar mencakup hak atas perlindungan dari bahaya, hak atas lingkungan yang aman dan layak, dan hak untuk didengar dan dihargai. Faktor penting lain yang harus diingat adalah: Kebijakan merupakan strategi mengurangi kerugian. Memiliki kebijakan tidak berarti bahwa hal yang buruk tidak akan pernah terjadi; kebijakan menunjukkan bahwa organisasi bertindak proaktif dan telah meletakkan langkah-langkah di muka untuk berusaha mencegah kerugian dan untuk menghadapi masalah tersebut sebaik mungkin apabila masalah itu muncul. Tanggung jawab dan kepemilikan. Staf pada setiap tingkatan harus terlibat dalam keseluruhan proses mengembangkan kebijakan dan prosedur organisasi agar mereka memiliki rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap kebijakan dan prosedur tersebut. Kebijakan sebuah organisasi akan lebih mungkin diakui dan dipatuhi apabila seluruh staf terlibat dalam penyusunannya. Apabila seluruh staf dalam seluruh organisasi yang bekerja dengan anak dan dalam komunitas dapat berbuat sebanyak ini, maka kita akan lebih mampu menjamin hak perlindungan bagi seluruh anak.

Modul 2 Asesmen Mandiri


Ingatlah kembali Modul 2 dan nilailah pembelajaran anda sendiri. Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut:

1. Satu hal yang telah saya pelajari adalah

2. Hal mengenai manajemen resiko yang paling saya ingat adalah

3. Hal terbaik mengenai sistem perlindungan anak dalam organisasi saya adalah

95

saya adalah

5. Keuntungan dari adanya kebijakan dan prosedur organisasi adalah

6. Satu hal yang saya rencanakan akan saya lakukan demi memperbaiki praktek perlindungan anak dalam organisasi saya adalah..

Anda mungkin ingin berbagi ide-ide tersebut dengan supervisor dan/atau tim anda.

Modul 2

4. Hal yang paling mengejutkan saya mengenai sistem perlindungan anak dalam organisasi

Modul 2
96

Lampiran :

Contoh kebijakan dan implementasi prosedur

LAMPIRAN 1: Contoh Kebijakan dari LSM Internasional


Berikut adalah cuplikan dari kebijakan perlindungan anak yang dimiliki beberapa LSM internasional (ECPAT Internasional, Plan Internasional, Save the Children, World Vision Internasional dan UN Inter-Agency Standing Committee Task Force on Protection from Sexual Exploitation and Abuse in Humanitarian Crises). Perlu dicatat bahwa organisasi-organisasi ini memiliki kebijakan yang berbeda tergantung pada sifat kerja mereka.

Area 1: Perekrutan / Penerimaan Karyawan / Sukarelawan


[Organisasi] harus memastikan bahwa spesifikasi pekerjaan / penugasan sukarelawan / syarat-syarat referensi, dll, dengan jelas menggambarkan tanggung jawab umum dan spesifik untuk perlindungan anak.

Penyaringan dasar bagi seluruh pelamar pekerjaan termasuk lamaran tertulis, wawancara pribadi dan pemeriksaan referensi. Selama proses wawancara, pelamar harus ditanya mengenai pekerjaan sebelumnya dengan anak.

Area 2: Pendidikan and Pelatihan


Organisasi meyakini peningkatan kesadaran dan menyediakan pendidikan bagi staf, anggota dewan dan sukarelawan mengenai definisi eksploitasi dan abuse serta penelantaran, termasuk indikator pedofilia (yang didefinisikan sebagai preferensi terhadap kegiatan seksual dengan seorang anak) dan abuse seksual dalam konteks lokal.

98
Seluruh staf, anggota dewan/dewan penasehat dan personel lain diwajibkan menyatakan secara tertulis bahwa mereka menerima dan memahami Kebijakan

Lampiran

Perlindungan Anak dan Standar yang Ditetapkan [organisasi]. Mereka harus selalu diberitahu mengenai perubahan kebijakan pada saat perubahan tersebut muncul.

Seluruh staf, sukarelawan dan siapapun yang mewakili [organisasi] harus mengenal baik kebijakan yang berlaku dan menyadari masalah abuse dan resikonya terhadap anak.

Adalah penting bagi seluruh staf dan orang lain yang memiliki kontak dengan anak untuk menyadari situasi-situasi yang mungkin beresiko dan mengelola situasi tersebut.

Para manajer memiliki akuntabilitas untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan telah ditelaah resikonya dan telah diambil langkah-langkah yang perlu untuk mengurangi resiko bagi anak hingga seminim mungkin.

Para manajer memiliki akuntabilitas untuk memastikan adanya langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran dan mengenali kebutuhan pelatihan, dan memastikan bahwa kebutuhan yang telah diidentifikasi dapat dipenuhi, misalnya melalui pengawasan, manajemen kinerja.

Rencana program yang ada mempromosikan pencegahan abuse, eksploitasi dan penelantaran anak dengan menjelajahi penyebabnya dan menerapkan respon untuk mendukung keluarga dan komunitas yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak.

Adalah penting bagi seluruh staf dan orang lain yang memiliki kontak dengan anak untuk berbicara kepada anak mengenai kontak anak dengan staf atau orang lain dan mendorong anak untuk menyuarakan kekhawatiran mereka.

Adalah penting bagi seluruh staf dan orang lain yang memiliki kontak dengan anak untuk memberdayakan anak mengajak mereka membahas hak-hak mereka, apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, dan apa yang dapat mereka lakukan apabila ada masalah.

Staf harus berkontribusi untuk terciptanya lingkungan di mana anak mampu mengenali perilaku yang tidak dapat diterima dan merasa mampu membahas hakhak dan kekhawatiran mereka.

99

Anak dianggap sebagai peserta aktif yang harapan dan aspirasinya dihormati, yang

program yang dirancang untuk melindungi diri mereka melalui mekanisme yang memberi mereka suara dan keterampilan untuk melindungi diri sendiri. Akan tetapi, tanggung jawab perlindungan anak berada di pundak orang dewasa. Anak tidak seharusnya diharapkan mengambil keputusan seperti orang dewasa.

Untuk tercapainya implementasi yang efektif, sebuah kebijakan perlu dipahami secara akurat oleh seluruh staf. [Organisasi] akan melakukan serangkaian briefing untuk anggota staf, anggota dewan, para mitra, sukarelawan, pekerja magang, konsultan dan siapapun yang mewakili organisasi. [Organisasi] akan membuat semua orang

Lampiran

kesejahteraannya merupakan hal yang sangat penting. Mereka terlibat dalam

yang berhubungan dengannya sadar akan kebijakan perlindungan anak yang dimilikinya melalui pelatihan, pengenalan dan briefing.

Area 3: Kode Etik Perilaku Profesional


Hubungan seksual antara pekerja kemanusiaan dan penerima bantuan adalah hal yang sangat ditentang karena hubungan tersebut didasarkan pada dinamika kekuatan yang tidak setara. Hubungan semacam itu merendahkan kredibilitas dan integritas kerja bantuan kemanusiaan.

Kegiatan seksual dengan anak (siapapun yang berusia di bawah 18 tahun) adalah dilarang tanpa mempertimbangkan usia mayoritas atau usia persetujuan secara lokal. Kepercayaan yang salah mengenai usia anak bukanlah suatu pembelaan.

Personel [organisasi] perlu menyadari bahwa mereka mungkin saja bekerja dengan anak yang, karena keadaan dan abuse yang pernah mereka alami, mungkin menggunakan sebuah hubungan untuk mendapatkan perhatian khusus. Orang dewasa selalu dianggap bertanggung jawab bahkan sekalipun anak tersebut berperilaku menggoda. Orang dewasa harus menghindari menempatkan dirinya dalam posisi yang dapat disalah artikan atau rentan.

Personel [organisasi] tidak diperbolehkan mengelus, memegang, mencium, memeluk atau menyentuh anak di bawah umur dengan cara yang tidak pantas atau tidak sensitif secara budaya. Untuk menghindari kesalahpahaman, disarankan agar meminta ijin dari anak sebelum menyentuh atau memegang tangan.

100
Secara umum, menghabiskan waktu secara berlebihan hanya berdua dengan seorang anak dan jauh dari orang lain adalah hal yang tidak pantas.

Lampiran

Apabila memungkinkan dan praktis untuk dilakukan, selalu ikuti aturan dua-orang dewasa, yaitu dua atau lebih orang dewasa mengawasi seluruh kegiatan dan selalu hadir sepanjang waktu di mana anak atau siapapun yang masih di bawah umur terlibat. Apabila ini tidak mungkin dilakukan, anggota staf didorong untuk mencari alternatif seperti misalnya didampingi oleh anggota komunitas setiap kali mengunjungi anak.

Staf dan orang lain harus menghindari tindakan atau perilaku yang dapat dipandang sebagai praktek yang buruk atau berpotensi menjadi abuse. Contohnya, mereka tidak boleh berperilaku fisik yang tidak pantas atau bersifat provokatif secara seksual.

Staf [organisasi] harus peduli mengenai persepsi dan penampilan dalam bahasa, tindakan dan hubungan mereka dengan orang di bawah umur dan anak-anak.

Staf tidak boleh sekalipun tidur di kamar atau ranjang yang sama dengan anak dengan siapa mereka bekerja.

Staf tidak boleh sekalipun melakukan sesuatu yang bersifat pribadi untuk anak, yang dapat mereka lakukan sendiri.

Staf tidak boleh sekalipun bertindak dengan cara-cara yang dimaksudkan untuk mempermalukan, menghina, meremehkan atau merendahkan anak, atau cara-cara yang merupakan abuse emosional.

Staf tidak boleh sekalipun mendiskriminasi, menunjukkan perlakuan yang berbeda, atau lebih menyukai anak tertentu dengan mengecualikan anak-anak lainnya.

Personel [Organisasi] tidak boleh menyewa anak di bawah umur sebagai pembantu rumah tangga atau menyediakan tempat penampungan bagi anak di bawah umur di rumah mereka. Meskipun menyediakan pekerjaan mungkin dapat diterima secara budaya dan memberikan keuntungan yang mungkin tidak akan didapat anak dengan cara lain, mempekerjakan anak di bawah umur dapat menyebabkan salah paham dan merupakan tindakan yang tidak konsisten dengan upaya [organisasi] untuk melarang praktek buruh anak yang eksploitatif.

Eksploitasi dan abuse oleh pekerja kemanusiaan merupakan tindakan melanggar peraturan yang berat dan karenanya dapat menjadi dasar pemutusan hubungan kerja.

101

normal mereka dengan [organisasi] sampai dengan adanya penyelidikan atas tuduhan tersebut. [Organisasi] akan memutuskan seluruh hubungan dengan mitra kerja [organisasi] yang terbukti melakukan abuse terhadap anak.

Area 4: Mekanisme Pelaporan (untuk Kekhawatiran dan Kasus) & Rujukan


Di mana seorang pekerja kemanusiaan memiliki kekhawatiran atau kecurigaan mengenai abuse atau eksploitasi oleh rekan kerjanya, baik di dalam badan yang sama atau bukan, maka ia harus melaporkan kekhawatiran tersebut melalui mekanisme pelaporan yang telah ditetapkan.

Lampiran

Seorang tersangka pelaku abuse terhadap anak biasanya akan diskors dari hubungan

Adalah penting bagi seluruh staf dan orang-orang lain yang memiliki kontak dengan anak untuk memastikan adanya budaya keterbukaan untuk memungkinkan isu atau kekhawatiran apapun untuk disuarakan atau dibahas.

[Organisasi] akan memastikan bahwa dirinya menganggap serius kekhawatiran apapun yang disampaikan.

[Organisasi] akan memastikan bahwa dirinya mendengarkan dan menganggap serius pandangan dan keinginan anak.

[Organisasi] akan memastikan bahwa dirinya mendukung anak, staf atau orang dewasa lainnya yang menyuarakan kekhawatiran atau yang menjadi obyek dari kekhawatiran.

Setelah mendapat informasi mengenai sebuah insiden, direktur nasional/negara atau wakil presiden wilayah sesegera mungkin memberitahukan kepada Partnership Child Protection Coordinator (dengan sebuah salinan untuk Partnership Legal Department). Koordinator Perlindungan Anak tersebut secara rahasia memonitor dan mereview respon dan keluaran yang dihasilkan dengan tujuan merevisi dan memperbaiki langkah-langkah perlindungan anak.

Apabila anda memiliki kecurigaan atau kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya abuse terhadap anak, atau apabila ada sesuatupun yang membuat anda merasa tidak nyaman, anda harus menyuarakan hal tersebut kepada line manager

102

atau kontak utama anda di dalam [organisasi]. Apabila hal ini tidak mungkin, carilah manajer senior.

Para manajer dapat dimintai pertanggung jawaban dalam memastikan bahwa terdapat prosedur untuk pelaporan dan menanggapi kekhawatiran yang disampaikan, termasuk adanya hubungan yang jelas dengan sumber dukungan eksternal apabila ada.

Lampiran

Staf harus menyuarakan kekhawatiran mengenai kecurigaan terjadinya kasus abuse sesuai dengan prosedur lokal yang berlaku.

Kesejahteraan seorang anak merupakan hal yang sangat penting [bagi organisasi]. Apabila abuse seksual terbukti atau dicurigai terjadi, segala upaya harus diambil untuk membantu anak menghadapi trauma apapun atau rasa bersalah yang ia

rasakan. Ini dapat mencakup konseling psikologis atau bantuan dalam bentuk lain yang dianggap perlu dan sesuai.

Karyawan harus diberitahukan bahwa tuduhan telah dibuat atas dirinya dan ia harus diberikan kesempatan untuk merespon. Lebih jauh lagi, sebagai akibat dari tuduhan tersebut, [organisasi] memiliki kewajiban untuk memulai sebuah penyelidikan internal. Karyawan didorong untuk berpartisipasi dalam penyelidikan tersebut dengan memberikan informasi dan nama-nama saksi untuk diwawancarai. Pada akhir penyelidikan, karyawan harus diberitahu hasil penyelidikan tersebut dan tindakan korektif apa, bila ada, yang akan diambil.

Seluruh informasi mengenai insiden dan penyelidikan didokumentasikan dalam bentuk tertulis. Sebuah salinan laporan rahasia mengenai penyelidikan dan kesimpulannya harus diberikan kepada Koordinator Perlindungan Anak.

Rencana pelaporan harus mencakup rencana untuk berurusan dengan pertanyaanpertanyaan media, di dalamnya mencakup seorang juru bicara yang ditunjuk.

Apabila seorang karyawan menyuarakan kekhawatiran yang memiliki dasar mengenai kecurigaan terjadinya abuse terhadap anak, yang kemudian terbukti tidak benar berdasarkan penyelidikan, tidak ada tindakan yang akan diambil terhadap karyawan tersebut. Namun demikian, setiap karyawan yang membuat tuduhan palsu dan merupakan fitnah, akan menerima tindakan disipliner. [Organisasi] akan mengambil tindakan hukum atau tindakan lain yang sesuai terhadap rekanan [organisasi] yang membuat tuduhan palsu dan fitnah mengenai abuse terhadap anak.

103
Tuduhan terjadinya abuse terhadap anak merupakan masalah yang serius. Dalam mengikuti kebijakan ini dan prosedur lokal, adalah penting bahwa seluruh pihak menjaga kerahasiaan. Berbagi informasi, yang dapat mengidentifikasi anak atau tersangka pelaku, harus murni dilakukan hanya dengan pihak yang perlu mengetahui (need to know basis). Sebelum abuse dapat benar-benar dibuktikan terlah terjadi, kejadian tersebut harus selalu disebut sebagai tuduhan abuse.

Area 5: Akses oleh Pengunjung Eksternal (Donor, Media, LSM lain) & Komunikasi
Sejarah, folder gambar dan foto-foto seorang anak yang disponsori disimpan dalam tempat yang terkunci dan aman, yang hanya dapat diakses oleh sejumlah orang yang terbatas.

Lampiran

Seluruh korespondensi antara sponsor dengan anak yang disponsori diperiksa untuk mencari komentar-komentar, permintaan atau kata-kata kasar yang tidak pantas atau bersifat sugestif. Apabila ditemukan korespondensi yang tidak pantas, [organisasi] memiliki hak untuk menolak sponsorship atau memutuskan hubungan sponsorship.

Selama masa sponsorship, sponsor harus diberitahukan bahwa kebijakan [organisasi] melarang adanya kunjungan mendadak tanpa pemberitahuan. Sponsor harus diminta menandatangani pernyataan bahwa mereka telah menerima dan memahami kebijakan kunjungan [organisasi].

Komunitas dan keluarga yang ikut serta dalam program sponsorship harus diberitahu mengenai prosedur [organisasi] terkait dengan kunjungan sponsor. Mereka didorong untuk sesegera mungkin melapor apabila ada kunjungan yang tidak diatur oleh staf [organisasi] atau apabila ada permintaan dari sponsor yang mendorong mereka untuk menyembunyikan informasi dari staf [organisasi] atau anggota lainnya dalam komunitas.

Seorang sponsor dan anak yang disponsorinya tidak boleh saling bertukar alamat rumah.

Kunjungan kepada anak yang disponsori harus selalu diawasi. Ini mungkin berarti bahwa sponsor menemui anak di lokasi seperti misalnya kantor LSM.

Seorang anggota staf harus mendampingi seluruh pengunjung ke lokasi-lokasi proyek.

104

Staf tidak boleh membuka informasi yang mengidentifikasikan keluarga atau anak yang disponsori kepada siapapun yang tidak berwenang atau membukanya kepada

Lampiran

masyarakat umum tanpa persetujuan dari keluarga dan, apabila sesuai, dari anak.

Komunikasi mengenai anak harus menggunakan gambar-gambar anak yang sopan dan hormat, tidak menampilkan mereka sebagai korban. Anak harus berpakaian secara memadai dan pose-pose yang dapat diinterpretasikan sebagai pose yang bersifat sugestif seksual harus dihindari. Bahasa yang mengimplikasikan hubungan kekuasaan juga harus dihindari.

Website [organisasi] tidak boleh menggunakan gambar-gambar anak yang di-scan tanpa ijin resmi dari kantor [organisasi] yang bertanggung jawab atas proyek tersebut

dan dari orangtua/wali anak. Ijin ini harus tertulis dan dapat menjadi bagian dari paket dokumen yang ditandatangani oleh orangtua/wali anak ketika anak bergabung dengan program sponsorship. Informasi pribadi dan informasi fisik anak yang dapat dipakai untuk mengidentifikasikan lokasi anak dalam suatu negara tidak boleh dipakai dalam website [organisasi] atau dalam bentuk komunikasi lain mengenai anak tersebut. Mengirimkan informasi melalui fax hanya kalau benar-benar perlu. Secara umum, judul-judul dalam pesan surat elektronik tidak boleh bertujuan merugikan dan diberi tanda rahasia.

Area 6: Kebijakan dan prosedur


[Organisasi] meyakini bahwa abuse terhadap anak merupakan abuse terhadap hakhak mereka seperti yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak PBB.

Anak berarti setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun.

Abuse terhadap anak berarti kekerasan seksual atau kerusakan fisik atau mental lainnya yang secara sengaja diakibatkan kepada anak.

Eksploitasi seksual adalah abuse terhadap posisi kerentanan, perbedaan dalam kekuasaan, atau kepercayaan untuk tujuan-tujuan seksual; ini mencakup mengambil keuntungan secara keuangan, secara sosial, atau secara politik dari eksploitasi seksual orang lain.

105

Pertukaran uang, pekerjaan, barang, atau jasa dengan pelayanan seks atau bentuk-

Ini mencakup pertukaran atas bantuan yang berhak diterima penerima bantuan.

Kebijakan mengakui bahwa, pada beberapa keadaan, staf dan orang lain yang dilibatkan oleh [organisasi] atau para mitranya untuk bekerja dengan anak dapat membawa resiko bagi anak dan menyalahgunakan posisi kepercayaan yang mereka miliki.

Kebijakan menuntut standar tertinggi pada praktek profesional bila bekerja dengan anak dan menggambarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar pendekatan kita kepada anak.

Lampiran

bentuk lain yang menghina, merendahkan, atau mengeksploitasi adalah dilarang.

Para manajer di tiap tingkatan memiliki tanggung jawab khusus untuk mendukung dan mengembangkan sistem yang menjaga keberadaan lingkungan yang dapat mencegah eksploitasi dan abuse dan mempromosikan pelaksanaan kode etik perilaku mereka.

Para manajer memiliki akuntabilitas untuk memastikan bahwa seluruh staf, mitra dan pihak-pihak lain yang relevan memiliki akses atas kebijakan perlindungan anak, menyadari isi kebijakan tersebut dan mengerti dengan jelas tanggung jawab yang mereka emban dari kebijakan tersebut.

Para manajer memiliki akuntabilitas untuk memastikan bahwa budaya manajemen yang terbuka dan responsif dikembangkan agar staf dan pihak-pihak lain mampu mendiskusikan abuse terhadap anak dan merasa yakin bahwa mereka akan mendapatkan respon yang positif terhadap kekhawatiran apapun yang mereka suarakan.

[Organisasi] akan memastikan bahwa kebijakan perlindungan anak dirujuk dalam seluruh kontrak, perjanjian hibah/kemitraan, dll.

[Organisasi] akan memastikan bahwa sistem perlindungan anak akan dimonitor dan direview secara periodik dan bahwa seluruh isu dan proses di dalamnya didokumentasikan secara penuh agar tindakan yang sesuai dapat segera diambil dan pelajaran dari pengalaman dapat diambil di tingkat lokal dan tingkat perusahaan.

106

[Organisasi] juga mengakui bahwa dirinya memiliki tanggung jawab moral and dan hukum untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari eksploitasi, abuse dan penelantaran dari anggota staf, anggota dewan, para mitra, sukarelawan, pegawai magang, konsultan dan perwakilannya yang lain, didalam dan di luar program

Lampiran

secara langsung maupun tidak langsung.

LAMPIRAN 2: Prosedur Implementasi


Berikut ini adalah contoh-contoh prosedur implementasi kebijakan perlindungan anak yang digunakan oleh berbagai organisasi internasional non-pemerintah (ECPAT Internasional, Plan Internasional, Save the Children, World Vision Internasional dan UN Inter-Agency Standing Committee Task Force on Protection from Sexual Exploitation and Abuse in Humanitarian Crises) yang mungkin dapat memberikan bimbingan bagi organisasi lain dalam mengembangkan strategi implementasi mereka sendiri. Perlu dicatat bahwa masing-masing organisasi memiliki strategi yang berbeda tergantung pada sifat dari kerja mereka.

Area 1: Perekrutan / Penerimaan Karyawan / Sukarelawan


Contoh 1: Iklan lowongan pekerjaan Contoh ini disediakan oleh Save the Children UK Save the Children adalah sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang bekerja untuk memberikan kebaikan yang berlanjut bagi anak. Aliansi Save the Children memperbaiki kehidupan anak di 115 negara di seluruh dunia. Save the Children saat ini sedang memperluas operasinya dan mencari staf untuk posisi-posisi berikut. Petugas Proyek Perlindungan Anak Thailand

Tanggung Jawab Utama Melakukan advokasi untuk xxxxx Berkontribusi kepada xxx Harap dicatat, posisi ini membutuhkan: Hanya untuk warga negara Thailand Ketrampilan hubungan antar pribadi yang baik Prosedur perekrutan dan seleksi mencerminkan komitmen kami kepada perlindungan anak dari abuse. Gelar pada bidang studi yang relevan Lain-lain... Membantu dalam xxx Memfasilitasi xxx.

107

Curriculum vitae dan surat pengantar harus dikirimkan melalui email kepada scfuk@seapro.or.th. Hanya kandidat yang memenuhi syarat yang akan dihubungi, tanggal penutupan: 18 Agustus 2006. Job Description penuh akan diberikan hanya kepada kandidat terbatas.

Lampiran

Contoh 2: Wawancara kerja

Contoh ini disediakan oleh ChildHope.

1. Wawancara harus dipandang sebagai kesempatan untuk menelaah kesesuaian kandidat dalam kaitannya dengan perlindungan anak. Petugas Perlindungan Anak harus mengingatkan tim pewawancara mengenai beberapa hal mendasar yang terkait dengan abuse terhadap anak, misalnya bahwa pelaku abuse terlihat sangat normal, seringkali sangat terampil melakukan penipuan, memiliki kemampuan berbicara dan grooming yang baik (terhadap organisasi serta individu anak).

2. Karenanya, mengingat prinsip-prinsip kesempatan yang setara dalam wawancara (yaitu setiap orang harus ditanyakan pertanyaan yang sama tanpa diskriminasi), tim pewawancara harus memperhatikan;

Jeda dalam sejarah kerja si pelamar Pergantian pekerjaan atau alamat yang sering Alasan mengapa meninggalkan pekerjaan sebelumnya (terutama apabila terlihat mendadak) Juga merupakan praktek yang baik apabila diperoleh klarifikasi mengenai tugas atau pencapaian yang nampaknya samar di dalam CV si pelamar terkait dengan kerja dengan anak

Awasilah bahasa tubuh atau apabila si pelamar menghindari, mengkontradiksi atau adanya ketidaksesuaian lain dalam jawaban - jawaban yang diberikannya (meskipun ini harus diinterpretasikan dalam konteks yang sesuai dan dengan

108

berdasarkan pada akal sehat)

3. Pembahasan isu abuse terhadap anak secara terbuka dalam wawancara adalah hal yang penting dan tim pewawancara harus menekankan bahwa organisasinya memiliki

Lampiran

kebijakan dan prosedur perlindungan anak yang komprehensif. Transparansi merupakan bagian yang penting dari pencegahan abuse : seorang pelaku abuse mungkin memutuskan bahwa tidak ada cukup kesempatan untuk melakukan pelanggaran dalam budaya terbuka yang berisi kewaspadaan.

4. Pelamar, terutama untuk posisi yang secara langsung terlibat dengan isu perlindungan anak, harus membaca kebijakan organisasi sebelum wawancara (dan lebih disukai apabila telah menandatangani komitmen terhadap kebijakan tersebut). Tim pewawancara dapat menggunakan ini sebagai kesempatan untuk melihat apakah sang kandidat telah membaca kebijakan tersebut dengan baik dan apakah ia telah memahaminya.

Tim pewawancara dapat menanyakan pendapat kandidat /menanyakan pertanyaan spesifik tentang kebijakan tersebut. Ini dapat mengingatkan kandidat bahwa organisasi menganggap serius kebijakan tersebut.

5. Pertanyaan yang bersifat langsung dan menantang dapat mendorong terjadinya seleksidiri (yaitu kandidat menarik diri dari proses). Pertanyaan harus diadaptasi agar sesuai dengan deskripsi tugas atau tingkatan senioritas posisi yang dilamar:

a. Apakah anda pernah bekerja di tempat di mana seorang rekan kerja melakukan abuse terhadap anak? Apa yang terjadi dan bagaimana masalah tersebut ditangani? Apa pendapat anda tentang cara penanganan masalah tersebut? Apakah anda sendiri akan menanganinya secara berbeda? b. Apakah anda sadar akan kebijakan perlindungan anak kami? Apa pendapat anda tentang kebijakan kami? c. Kapankah waktu yang sesuai dan tidak sesuai untuk berada sendirian saja dengan seorang anak (pada, misalnya, kunjungan proyek)? d. Bagaimana dan kapankah waktu yang sesuai untuk menghibur seorang anak? e. Hal macam apa yang bisa membuat foto seorang anak jalanan menjadi tidak layak untuk dipublikasikan dalam laporan tahunan organisasi kami? (Tim pewawancara harus memperhatikan jawaban seperti misalnya: pakaian yang tidak pantas; nama anak belum diubah; foto tersebut diambil dan digunakan tanpa ijin si anak) f. Apabila seorang anak perempuan diperkosa karena ia tidak berhati-hati dan ia berpakaian secara menggoda, apakah menurut anda kejadian tersebut sebagian merupakan kesalahan si anak?

109

6. Tanda-tanda peringatan mencakup (tetapi tidak terbatas pada): Presentasi yang terlalu lancar atau keinginan untuk menyenangkan si penanya

Pertanyaan/pernyataan yang aneh atau tidak pantas mengenai anak Mengutarakan ketertarikan untuk menghabiskan waktu sendirian bersama anak/ bekerja dengan anak dengan usia atau jenis kelamin tertentu.

Ketertarikan yang berlebihan terhadap fotografi anak Perjalanan reguler ke luar negeri ke tempat- tempat tujuan di mana terdapat turisme seks anak

7. Namun demikian, hal-hal di atas mungkin tidak ada. Tanda-tanda mungkin juga tidak nampak jelas. Pedofil yang terampil mungkin tidak dapat dideteksi dengan kata hati

Lampiran

Kemampuan mendengar atau keterampilan komunikasi yang buruk

atau tanda-tanda peringatan yang jelas. Mereka dapat saja berpura-pura menjadi seperti orang yang anda inginkan untuk pekerjaan tersebut. Tetapi jangan menyerah tetaplah waspada : Ingat, dengarkan kata hati anda tetapi anda harus mengasahnya dengan praktek-praktek yang baik!

8. Meskipun dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tadi, wawancara harus tetap berakhir positif. Sumber: Jackson, E. and Wernham, M. 2005. Child Protection Policies and Procedures Toolkit. London: ChildHope. hal.144-145.

Area 2: Pendidikan and Pelatihan


Contoh ini disediakan oleh World Vision Internasional.

Contoh 3: mendidik anak dan komunitas Text di bawah ini muncul pada poster-poster yang merupakan bagian dari perangkat perlindungan anak World Vision, yang telah digunakan di beberapa tempat penampungan sementara di wilayah yang terkena dampak Tsunami. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa anak dan komunitas menyadari hak-hak mereka dan mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila ada staf, sukarelawan atau pengunjung yang tidak mengikuti kode etik perilaku. Perangkat tersebut juga mencakup 1) Kebijakan perlindungan anak (untuk diakui dan ditandatangani oleh seluruh staf, sukarelawan dan pengunjung) 2) Survey penelaahan resiko (untuk mencari tahu kerentanan anak dalam komunitas dan 3) text untuk

110

papan pengumuman, yang dimaksudkan untuk membantu staf mengontrol pergerakan para pengunjung di tempat penampungan sementara, dan untuk mempermudah dalam menyediakan kebijakan perlindungan anak untuk ditandatangani oleh pengunjung.

Lampiran

Informasi untuk anak Anda memiliki hak untuk merasa aman didengarkan dan dipercayai dihormati mendapatkan privasi dilindungi dari abuse meminta bantuan

World Vision menganggap anak secara serius. Keselamatan dan kebahagiaan kalian adalah penting bagi kami. Kami ingin kalian aman ketika kalian berada bersama staf World Vision, berada di dalam gedung World Vision, atau ambil bagian dalam kegiatan World Vision.

Ketika kalian menerima makanan, selimut, tenda atau barang-barang lain dari World Vision dan badan-badan lain kalian tidak akan memiliki keharusan untuk memberikan apapun sebagai balasan.

Apa yang dapat kalian lakukan apabila kalian tidak merasa aman atau nyaman Katakan tidak ketika kalian diajak ikut serta dalam sebuah kegiatan. Berusahalah untuk tidak berada sendirian saja dengan seseorang yang membuat kalian merasa tidak nyaman. Berbicaralah kepada seseorang yang kalian percayai mungkin seseorang dalam keluarga kalian, guru kalian, atau staf World Vision. Bila kalian mau, kalian dapat berbicara kepada __________________ yang berkantor di ____________________.

Apa yang akan kami lakukan apabila kalian berbicara kepada kami bahwa kalian tidak merasa aman: Kami akan mendengarkan kalian dan menganggap serius apa yang kalian sampaikan. Kami akan bertindak untuk kepentingan terbaik kalian. Kami akan berusaha semampu kami untuk membantu kalian merasa aman.

Apa yang tidak akan kami lakukan: Mengatakan kepada kalian bahwa itu adalah salah kalian Mengatakan kepada orang banyak bagaimana perasaan kalian atau apa yang terjadi

111

Seluruh staf World Vision dan seluruh sukarelawan dan pengunjung ke dalam komunitas anda telah menyetujui untuk mengikuti kode etik perilaku. Poster ini memberi anda informasi mengenai kode etik tersebut. Poster ini juga memberitahukan apa saja hak-hak anda dan apa yang dapat anda lakukan apabila anda memiliki kekhawatiran mengenai perilaku staf atau pengunjung terhadap diri anda sendiri, anak anda, atau orang lain.

Staf World Vision dan para pengunjung merupakan tamu komunitas. Orang-orang alam komunitas, termasuk anak, harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat

Lampiran

Informasi untuk Komunitas

Seluruh pengunjung harus didampingi oleh staf World Vision sepanjang waktu Pengunjung tidak diperbolehkan memfoto anak atau bermain dengan anak tanpa ijin orangtua Staf dan sukarelawan tidak boleh sendirian bersama dengan seorang anak tanpa persetujuan orangtua. Pengunjung dan sukarelawan pengunjung tidak boleh sekalipun berada sendirian bersama anak.

Staf, sukarelawan dan pengunjung tidak boleh memiliki hubungan seksual dengan anggota komunitas Ketika anda menerima makanan, selimut atau barang-barang lain dari World Vision anda tidak memiliki keharusan untuk memberikan apapun sebagai balasan Anak tidak boleh disentuh atau dipeluk dengan cara yang membuat mereka atau orangtua mereka merasa tidak nyaman Menyentuh bagian seksual anak adalah perbuatan yang illegal, dan apabila anda melihat hal ini terjadi anda harus segera melaporkannya Anda memiliki hak atas kebebasan budaya dan agama Tidak ada anggota staf, termasuk guru dalam ruangan yang ramah-anak, yang boleh menampar atau memukul seorang anak

Apa yang harus dilakukan apabila anda mengkhawatirkan terjadinya abuse oleh staf atau pengunjung:

112

Berusahalah untuk tidak sendirian dengan seseorang yang membuat anda merasa tidak nyaman

Bicaralah kepada seseorang yang anda percayai anggota staf World Vision, atau staf LSM lain, seorang guru, atau pemimpin masyarakat.

Apa yang akan dilakukan World Vision untuk membantu anda:

Lampiran

Kami akan mendengarkan anda dan menganggap serius perkataan anda Kami akan segera mengambil tindakan untuk menangani masalah tersebut dan kemudian membicarakan dengan anda apa yang telah kami lakukan Kami tidak akan memberitahu orang lain bagaimana perasaan anda atau apa yang terjadi kecuali anda meminta kami melakukannya Kami tidak akan mengatakan kepada anda bahwa itu adalah kesalahan anda atau bahwa anda salah

Contoh 4: mendidik anak

Contoh ini disediakan oleh Stairway Foundation

Adalah penting untuk mengajarkan kepada anak keterampilan yang dibutuhkan agar mereka mampu mengenali dan melaporkan kasus abuse. Kegiatan berikut merupakan bagian dari lokakarya anak yang diadakan oleh Stairway Foundation di Filipina. Dalam lokakarya tersebut, anak diajarkan mengenai hak-hak mereka dan bagaimana mereka seharusnya diperlakukan oleh orang dewasa. Mereka telah belajar bahwa mereka tidak harus mentolerir perilaku atau situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Perlu dicatat bahwa kegiatankegiatan ini tidak berdiri sendiri; kegiatan-kegiatan tersebut perlu diadaptasi dan dimasukkan ke dalam konteks pelatihan hak anak.

Kegiatan 1: Diskusi mengenai Peraturan Keamanan/Menyentuh

Tujuannya adalah agar anak mencintai dan menghormati tubuh mereka, dan untuk mengajarkan anak tentang peraturan dalam menyentuh

Aturan Menyentuh no. 1 Adalah tidak pernah diperbolehkan apabila seseorang yang lebih tua atau lebih berkuasa daripada kalian menyentuh bagian tubuh kalian yang pribadi, atau meminta kalian menyentuh bagian tubuh mereka yang pribadi, atau mengambil gambar bagian tubuh kalian yang pribadi (berikan contoh-contoh dan mintalah anak memberi contoh).

Aturan Menyentuh no. 2 Apabila seseorang mencoba menyentuh bagian tubuh kalian yang pribadi atau meminta kalian menyentuh bagian tubuhnya yang pribadi atau ingin mengambil gambar, katakan TIDAK!. Larilah kepada orang yang kalian anggap aman dan ceritakan kepada orang tersebut apa yang telah terjadi (berikan contoh-contoh dan mintalah anak memberi contoh).

113

Aturan Menyentuh no. 3 Kalau seorang anak disentuh bagian tubuhnya yang pribadi maka itu bukanlah kesalahan si anak (berikan contoh-contoh dan mintalah anak memberi contoh).

Aturan Menyentuh no. 4 Jangan pernah menyimpan rahasia mengenai pelanggaran Aturan ini (berikan contohcontoh dan mintalah anak memberi contoh).

Lampiran

Poin-Poin Pelatihan:

Beritahukan kepada anak bahwa mereka semua adalah istimewa dan setiap bagian dari tubuh manusia adalah suci dan dan harus dihormati. Tubuh kalian adalah milik kalian dan tidak seorangpun memiliki hak untuk menyentuh kalian dengan cara yang tidak kalian sukai atau tidak kalian mengerti. Memahami dan menghormati tubuh kalian dapat membantu kalian menjaga agar diri kalian selalu aman. Kalian memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk abuse dan eksploitasi. Kalian juga memiliki hak untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat kalian.

Kegiatan 2: Mengenali Apa yang Selalu OK dan Apa yang Tidak Pernah OK

Tujuannya adalah agar anak belajar mengenai Touch Continuum.

Anda membutuhkan:

Touch Continuum (SENTUHAN YANG AMAN/TIDAK AMAN/ MEMBINGUNGKAN); kartu indeks berisi deskripsi berbagai situasi yang melibatkan contoh-contoh sentuhan yang berbeda (satu situasi pada tiap kartu). Beberapa situasi harus menggambarkan sentuhan yang tidak pantas; situasi lainnya harus menggambarkan sentuhan yang pantas; atau tidak jelas. Masukkan situasi dengan jenis kelamin yang berlawanan dan jenis kelamin yang sama serta campuran anak dan orang dewasa.

Bagaimana Melakukan Kegiatan Ini:

114

Tempatkan Touch Continuum di papan/dinding. Mintalah dari para anak contoh-contoh Sentuhan Yang Aman, Tidak Aman dan Membingungkan.

Lampiran

Sentuhan Yang Aman (sentuhan yang pantas) seorang ibu seorang anak Sentuhan Yang Tidak Aman (sentuhan yang tidak pantas) dengan keras sehingga meninggalkan bekas memar Sentuhan Yang Membingungkan (sentuhan yang tidak jelas) seorang paman menggosok dada keponakan perempuannya.

memeluk

memukul

Berikutnya, berilah masing-masing peserta sebuah kartu (atau buatlah kelompok) dan mintalah masing-masing peserta atau kelompok untuk bergantian membaca situasi tersebut.

Setelah masing-masing kartu dibaca, mintalah kelompok untuk memutuskan bersamasama apakah sentuhan yang digambarkan dianggap OK, terkadang OK (tergantung pada keadaan), atau tidak pernah OK.

Apa yang Harus Dilakukan Selanjutnya:

Jelaskan bahwa banyak situasi yang berada di wilayah abu-abuperilaku tersebut mungkin dianggap OK dalam keadaan tertentu tetapi tidak dalam keadaan lain.

Poin-Poin Pelatihan:

Anak/remaja harus mampu mengenali situasi yang berpotensi bahaya sejak awal. Salah satu cara bagi anak untuk melakukan hal ini adalah mereka harus mengenali emosi-emosi yang tidak nyaman dan kemudian bertindak atas emosi-emosi tersebut. ANAK HARUS MELAPORKAN SENTUHAN YANG TIDAK AMAN DAN MEMBINGUNGKAN.

Kegiatan 3: Diskusi mengenai Perilaku Pasif, Agresif, Asertif

Tujuannya adalah agar anak mempelajari perbedaan antara perilaku pasif, asertif dan agresif

Anda membutuhkan: Definisi perilaku pasif, agresif dan asertif: Pasif ketika orang lain memenuhi kebutuhan mereka dengan cara melanggar hak-hak anda. Agresif ketika kebutuhan anda dipenuhi dengan cara melanggar hak-hak orang lain. Asertif ketika kebutuhan anda dipenuhi dan anda tidak melanggar hak-hak anda atau orang lain.

115

Bagaimana Melakukan Kegiatan Ini:

Tempelkan definisi pasif, agresif, dan asertif. Katakan kepada kelompok bahwa ada cara-cara yang berbeda dalam bagaimana kita merespon terhadap sebuah situasi. Bahaslah masing-masing definisi, dengan memberikan contoh-contoh spesifik, dan mintalah contoh dari kelompok. Tunjukkan definisi-definisi tadi melalui bermain peran (role play) oleh kelompok.

Lampiran

Mintalah anak membentuk kelompok-kelompok kecil berisi 3-4 orang anak dan diskusikan/praktekkan perilaku mana yang akan mereka perankan dalam role play, atau anda dapat memberikan penugasan kepada tiap kelompok.

Mintalah tiap kelompok bermain peran sesuai perilaku yang mereka pilih di depan anakanak lain. Kelompok lain harus berusaha menebak perilaku apa yang sedang diperankan.

Apa Yang Harus Dilakukan Selanjutnya:

Setelah masing-masing role play, mintalah kelompok untuk bertukar pikiran apakah menurut mereka orang yang menginginkan sesuatu atau mencoba melindungi dirinya sendiri menggunakan perilaku pasif, agresif, atau asertif. Apabila waktu memungkinkan, ulangi role play yang menggambarkan perilaku pasif/agresif; akan tetapi, kali ini, gunakan pendekatan asertif.

Contoh Role Play

Seorang anak sedang bermain bola basket bersama teman-temannya. Seorang anak lain yang berusia lebih tua datang dan mengambil bola basket anak tadi dan mendorong si anak hingga jatuh ke tanah.

Seorang remaja melihat seorang remaja lain mengganggu pacarnya dan mendekatinya untuk berbicara tentang hal itu. Seorang anak telah berulangkali meminta bantuan tambahan dari seorang guru matematika; guru tersebut selalu berjanji memenuhi permintaan anak tersebut tetapi tidak pernah melakukannya.

116
Poin-Poin Pelatihan

Lampiran

Kalau kalian ingin bersikap asertif, kalian berkata Saya pikir (nyatakan fakta yang ada) Saya merasa (nyatakan bagaimana fakta tersebut mempengaruhi kalian secara emosional) Saya ingin (mintalah perubahan)

Sebuah pernyataan yang asertif berurusan dengan berbagai hal satu persatu dan bersifat spesifik serta terfokus. Bersikap asertif kepada seorang pelaku pelanggaran atau seseorang yang berpotensi melakukan pelanggaran dapat mencegah terjadinya abuse.

Kegiatan 4: Latihan Cara-Cara Merespon Situasi Abuse (Bagaimana Kalau)

Tujuannya adalah agar anak mempraktekkan cara-cara merespon perilaku abuse.

Bagaimana Melakukan Kegiatan Ini:

Praktekkan Bagaimana Kalau bersama kelompok, dengan contoh-contoh spesifik mengenai sentuhan dan sikap asertif. Bagaimana kalau di sekolah gurumu memintamu tinggal di kelas sesudah pelajaran usai dan berkata bahwa kamu adalah anak yang istimewa dan seharusnya mendapatkan nilai khusus, kemudian ia melingkarkan lengannya di sekeliling tubuhmu dengan terlalu erat dan berkata bahwa ia ingin menjadi teman rahasiamu yang istimewa. (Respon dapat berupa: tidak; mendorong dan lari menjauh keluar ruangan; katakan bahwa kamu akan mengadukan pada orangtuamu... selalu dengan tegas, gunakan kontak mata, dan bahasa tubuh.) Bagaimana kalau pamanmu mencium bibirmu dan berkata jangan bilang siapa-siapa?

Apa yang Harus Dilakukan Selanjutnya:

Katakan kepada kelompok bahwa apabila ada seseorang yang mencoba mendekati atau melakukan abuse terhadap kalian, kalian dapat melakukan hal-hal berikut: Lari menjauh. Berteriak Kebakaran! Katakan tidak. Bilang pada orang tersebut bahwa kamu akan beritahu orang lain. Segera cari orang dewasa dan minta bantuan; kalau orang dewasa yang pertama tidak merespon, cari lagi yang lain. Perhatikan bagaimana rupa orang tersebut untuk berjaga-jaga seandainya kamu harus menjawab pertanyaan nantinya.

117

Poin-Poin Pelatihan:

Mempelajari sikap asertif dapat membantu kalian membela hak-hak kalian tanpa melanggar hak-hak kalian atau hak-hak orang lain. Apabila seseorang mencoba mendekati atau melakukan abuse terhadap kalian, ingatlah untuk berkata Tidak. Lari dan beritahu orang dewasa yang kalian percayai.

Lampiran

Semakin banyak pengetahuan dan praktek keselamatan pribadi yang kalian miliki, semakin baik persiapan kalian untuk menghadapi potensi masalah terutama abuse.

Sumber: Stairway Foundation. Animation for the Prevention of Child Sexual Abuse. Oriental Mindoro, Filipina: Stairway Foundation Inc. (Buku Petunjuk Pelatihan, Tidak Diterbitkan.)

Area 3: Kode Etik Perilaku Profesional

Contoh 5: kode etik perilaku

Contoh ini disediakan oleh Save the Children UK, di mana setiap staf baru diminta menandatangani kode etik perilaku. Berikut ini adalah versi ringkasan kode etik perilaku tersebut.

Kode Etik Perilaku Staf apa artinya bagi saya?

Sebagai seorang karyawan atau orang yang mewakili Save the Children, saya akan mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Save the Children serta melindungi reputasi Save the Children dengan

menghormati hak-hak dasar orang lain dengan cara bertindak adil, jujur dan penuh pertimbangan, dan dengan cara memperlakukan orang lain dengan martabat dan rasa hormat, dan menghormati undang-undang nasional dan budaya, tradisi, kebiasaan dan praktek-praktek lokal yang sejalan dengan konvensi PBB

118

bekerja secara aktif untuk melindungi anak dengan mematuhi kebijakan dan prosedur perlindungan anak Save the Children memelihara standar yang tinggi dalam perilaku pribadi dan profesional melindungi keselamatan dan kesejahteraan diri saya sendiri dan orang lain melindungi aset-aset dan sumber daya organisasi melaporkan perihal apapun yang merupakan pelanggaran atas standar yang tercantum dalam Kode Etik Perilaku ini

Lampiran

Memelihara standar yang tinggi dalam perilaku pribadi dan profesional berarti bahwa saya tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar kode etik perilaku, yang merendahkan kemampuan saya untuk melakukan pekerjaan saya atau yang dapat merusak reputasi Save the Children.

Contohnya, saya tidak akan

terlibat dalam hubungan seksual dengan siapapun yang berusia di bawah 18 tahun, atau melecehkan atau mengeksploitasi anak dengan cara apapun menukarkan uang, pekerjaan, barang atau jasa untuk pelayanan seksual meminum alkohol atau menggunakan zat-zat lain dengan cara yang akan berpengaruh buruk pada kemampuan saya melakukan pekerjaan saya atau mempengaruhi reputasi organisasi

memiliki, maupun mengambil keuntungan dari penjualan, barang-barang atau zat ilegal menerima suap atau hadiah yang berharga (kecuali tanda penghargaan kecil) dari pemerintah, penerima bantuan, donor, suplier atau pihak lain, yang ditawarkan sebagai hasil dari pekerjaan saya

menjalankan bisnis untuk pengadaan barang atau jasa kepada Save the Children dengan keluarga, teman atau kontak pribadi atau memakai aset Save the Children untuk keuntungan pribadi

berperilaku yang mengancam keselamatan diri saya sendiri atau orang lain memakai komputer atau peralatan lain milik organisasi untuk melihat, men-download, menciptakan atau mendistribusikan materi yang tidak pantas, misalnya pornografi.

Area 4: Mekanisme Pelaporan (untuk Kekhawatiran dan Kasus) & Rujukan Contoh 6: mekanisme pelaporan Contoh ini disediakan oleh ECPAT Internasional.

FORMULIR PELAPORAN UNTUK PELANGGARAN SEKSUAL TERHADAP ANAK-ANAK


Nama dan Detail Anak (termasuk surat dan nomor identitas): Nama orang dan organisasi yang mengisi formulir pelaporan & siapa yang berbicara dengan anak tentang insiden tersebut:

119

Tanggal Laporan:

Nomor Kasus: Di mana anak tinggal, dan siapa yang bertanggung jawab atas anak? Siapakah (para) pelaku abuse? (Catat sebanyak mungkin informasi apabila nama tidak diketahui, masukkan deskripsi.)

Apakah ini aman? (Bila tidak, pengaturan tempat tinggal alternatif perlu dibuat.)

Lampiran

FORMULIR PELAPORAN UNTUK PELANGGARAN SEKSUAL TERHADAP ANAK-ANAK


Apa yang terjadi?

Bagaimana kondisi saat itu? (misalnya tempat waktu dll).

Siapa lagi yang ada di sana?

Siapa lagi yang tahu tentang insiden tersebut? (Detail menyeluruh, termasuk nama dan badan lain yang terlibat.)

Apa yang diinginkan anak untuk terjadi selanjutnya?

120

Pelayanan apa yang dibutuhkan anak? (misalnya medis dan support) Siapa yang harus menyediakan pelayanan tersebut?

Siapa yang akan menindak lanjuti kasus ini, dan bagaimana timescale-nya?

Lampiran

Apa tindakan yang perlu diambil? (Jelaskan secara spesifik siapa dan kapan.)

LANJUTAN FORMULIR PELAPORAN

Nomor Kasus:

Catatan Tindak Lanjut, Tindakan dan Informasi Berikutnya: Tanggal : Tindakan / Informasi Catatan dibuat oleh:

121

Lampiran

Contoh 7: mekanisme pelaporan Contoh yang disediakan oleh ChildHope ini menggambarkan proses pelaporan untuk organisasi kecil (atau sebuah organisasi yang tidak biasanya berurusan dengan kasus komunitas.) Kekhawatiran mengenai kecurigaan terjadinya abuse, abuse yang disaksikan sendiri, dilaporkan atau berpotensi terjadi terhadap seorang anak/ anak dari organisasi/proyek oleh salah satu (atau lebih) dari orang-orang berikut: Anggota staf Pengunjung proyek Satu atau lebih anak lain dalam proyek

Bicarakan kekhawatiran anda dengan orang yang ditunjuk/kontak utama dalam organisasi anda (lebih baik dalam hari kerja yang sama) Nama: Jabatan: Lokasi: Detail Kontak:

Apabila kekhawatiran anda melibatkan orang spesifik di atas, pergilah kepada orang yang paling sesuai, misalnya manajer senior Nama: Jabatan: Lokasi: Detail Kontak:

122

Lampiran

Tindakan akan diambil oleh petugas atau manajer perlindungan anak yang ditunjuk (ini mungkin membutuhkan konsultasi dengan manajemen yang lebih senior) untuk memastikan bahwa anak berada dalam kondisi aman sebagai prioritas dan kemudian untuk menyelidiki perihal tersebut

Badan rujukan perlindungan anak lokal

Badan rujukan perlindungan anak lokal

Sumber: ChildHope. 2005. Child Protection Policies and Procedures Toolkit.

Area 5: Akses oleh Pengunjung Eksternal (Donor, Media, LSM lain) & Komunikasi

Contoh 8: formulir persetujuan anak

Contoh ini disediakan oleh Save the Children UK

Formulir Persetujuan Untuk anak yang diwawancarai, yang berusia di bawah 12 tahun

Nama saya adalah ___________________________.

Ada seorang/beberapa pengunjung dari Save the Children yang ingin berbicara dengan saya, saya merasa......

berbicara dengan mereka.

Mereka akan bertanya kepada saya tentang hidup saya dan ide-ide saya, saya merasa......

bercerita tentang berbagai hal kepada mereka

Mereka akan menghabiskan waktu sampai dua hingga tiga jam untuk berbicara dengan saya, saya merasa......

menghabiskan waktu untuk berbicara dengan mereka

123
Kalau waktu itu terlalu lama buat saya, saya mungkin akan meminta untuk bisa bermain dengan teman-teman saya atau untuk beristirahat, saya merasa......
bahwa saya bisa berhenti sejenak.

Mereka akan merekam percakapan saya dengan tape recorder dan kamera, saya merasa......

kalau wajah saya ada di buku atau televisi

Tetapi bila saya tidak ingin orang lain tahu nama saya, saya bisa bilang jangan beritahu nama saya. Saya merasa......

bahwa

nama

saya

bisa

disembunyikan.

Lampiran

Mereka juga akan bicara dengan orangtua/wali saya, guru-guru saya dan teman-teman saya, saya merasa......

tentang hal itu.

Mereka berkata bahwa mereka telah meminta ijin dari orangtua/wali saya untuk berbicara dengan saya, saya merasa......

bahwa mereka telah melakukan hal tersebut.

Mereka berjanji mengijinkan saya memiliki salinan dari buku atau film di mana ada wajah saya di dalamnya, saya merasa......

tentang hal itu.

Ini adalah tanda tangan saya: _________________________________

Tanggal:

Tempat:

Contoh 9: penggunaan foto

124

Contoh ini disediakan oleh ECPAT International

Tidak boleh ada foto atau gambar dari seorang anak yang dapat diidentifikasi yang digunakan dalam publikasi ECPAT International manapun untuk mengilustrasikan aspek manapun dari

Lampiran

eksploitasi seksual komersil terhadap anak. Gambar dari seorang anak yang dapat diidentifikasi juga tidak boleh digunakan dalam publikasi ECPAT International manapun apabila hal tersebut dapat membuat para pembaca meyakini bahwa anak tersebut adalah korban dari eksploitasi seksual komersil. Larangan ini berlaku baik dengan atau tanpa persetujuan yang diberikan baik oleh anak tersebut, orang dewasa manapun yang secara hukum bertanggung jawab atas pengasuhan si anak, ataupun badan manapun yang memiliki foto tersebut.

Satu-satunya pengecualian adalah ketika anak dalam gambar tersebut, setelah mencapai usia 18 tahun, memberikan persetujuan secara sadar bagi dirinya untuk diidentifikasikan

sebagai korban eksploitasi seksual komersil dalam publikasi ECPAT. Sebuah mekanisme harus dibuat bagi individu tersebut agar dapat menarik persetujuannya kapanpun, dan untuk gambar tersebut agar dapat dicabut secepat mungkin dari publikasi.

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk melindungi privasi dan reputasi anak-anak korban eksploitasi seksual komersil dan untuk mencegah munculnya bahaya-bahaya lain bagi mereka melalui publikasi gambar mereka. Kebijakan ini juga bertujuan melindungi anakanak lain agar tidak dipersepsikan secara salah sebagai korban dari eksploitasi seksual komersil.

Dalam konteks ini, anak yang dapat diidentifikasi berarti seorang anak yang identitasnya mungkin terungkap dengan menunjukkan seluruh atau sebagian dari wajah atau tubuh mereka, atau lingkungan tertentu di sekeliling mereka. Sebuah publikasi dapat mencakup materi manapun yang disimpan atau ditransmisikan dalam hard-copy, film, format elektronik atau digital. Persetujuan berarti individu tersebut memahami keadaan di mana gambar tersebut akan digunakan dan kemungkinan efek buruk secara tidak langsung dari publikasi atau distribusi atau sirkulasinya.

Dalam publikasi-publikasi ECPAT International di mana gambar tersebut secara jelas tidak menggambarkan aspek-aspek eksploitasi seksual komersil (contohnya, kegiatan anak dan remaja, proyek pendidikan non-formal), gambar dari seorang anak yang dapat diidentifikasi dapat digunakan apabila persetujuan dengan kesadaran penuh telah diperoleh dari anak dan orangtua atau wali mereka yang sah. Apabila persetujuan dari anak dan orangtua/wali yang sah tidak diperoleh, karena alasan apapun, foto tersebut tidak boleh dipergunakan dengan cara yang mengidentifikasikan anak tersebut.

125
FOTO-FOTO KEKERASAN SEKS TERHADAP ANAK

ECPAT menentang penggunaan pornografi anak untuk tujuan pendidikan karena merupakan pelanggaran yang tidak perlu atas privasi anak korban abuse.

Pada keadaan tertentu, badan-badan penegak hukum mungkin menganggap penting untuk mengeluarkan foto anak korban pornografi, atau gambar abuse terhadap anak, kepada masyarakat umum agar pencarian dan penyelamatan anak tersebut berlangsung segera. ECPAT meyakini bahwa hal tersebut hanya dapat terjadi ketika pihak penegak hukum memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai bahwa bahaya yang mengancam si anak jauh lebih besar daripada bahaya yang muncul akibat publikasi. Dalam kasus-kasus semacam itu,

Lampiran

gambar yang diterbitkan tidak boleh berupa gambar abuse seks terhadap anak, keselamatan anak haruslah menjadi yang terpenting, dan pihak penegak hukum harus melakukan setiap usaha untuk berkonsultasi dengan profesional lain mengenai kepentingan terbaik bagi anak sebelum menerbitkan gambar tersebut.

Adalah bertentangan dengan kebijakan ECPAT apabila staf atau anggotanya memiliki pornografi anak, kecuali ini dilakukan dengan ijin khusus dan kerjasama dengan polisi lokal dan dalam lingkungan yang terkontrol dengan ketat seperti misalnya hotline atau monitoring, pelaporan atau operasi pelacakan serupa yang juga melibatkan penegak hukum.

Contoh 10: penggunaan foto

Contoh ini merupakan ringkasan dari kebijakan yang disediakan oleh Save the Children UK

Setiap gambar memiliki sebuah cerita


Kekuatan yang dimiliki sebuah foto tidaklah dapat diperdebatkan. Foto memainkan peranan yang sangat penting dalam menggambarkan siapa diri kita, nilai-nilai yang kita anut, dan kerja kita dengan anak.

Gambar-gambar yang kita gunakan harus menunjukkan situasi di mana anak tinggal, keadaan yang membuat mereka rentan, dan apa kerja yang kita lakukan untuk membantu membawa perubahan yang nyata dan berkelanjutan dalam kehidupan mereka.

126
Penggunaan gambar kita harus konsisten dan merupakan gambaran akurat dari kerja kita dan nama kita, dan harus menghindari munculnya stereotype dan klise yang merusak.

Lampiran

Agar pemirsa kita dapat memperoleh gambaran mengenai bagaimana kehidupan anak dengan siapa kita bekerja, foto harus memberikan kesan bahwa tidak ada kamera yang disiapkan dan, foto tersebut harus menghindari tampilan seolah-olah diatur.

Adalah merupakan tanggung jawab setiap orang yang menggunakan atau mengambil foto untuk Save the Children untuk menerapkan penilaian berdasarkan kerangka kerja panduan di atas. Hubungi Editor Foto pictureeditor@savethechildren.org.uk untuk mendapatkan dukungan tambahan.

1. Kerentanan dan martabat. Kita bekerja bersama sebagian anak dunia yang paling rentan. Kita perlu menunjukkan kerentanan ini, tanpa merampas martabat anak.

Jangan tampilkan anak sebagai korban yang tak berdaya misalnya gambar yang dipotong secara dekat menunjukkan anakanak dengan mata yang sedih menatap ke kamera. Kita harus jujur, bukan sentimental. Tampilkan keadaan yang membuat anak rentan. Tampilkan mereka sebagai anak-anak yang aktif dan penuh sumberdaya kalau mereka mampu. Apabila relevan, keluarga, orangtua dan pemberi asuhan harus ditampilkan juga.

2. Realitas dan konteks. Gambar-gambar kita harus menunjukkan realitas kehidupan anak, dan lingkungan di mana mereka tinggal.

Jangan tampilkan gambar di mana anak bisa berada di belahan dunia mana saja, dalam situasi apa saja. Hindari gambargambar di mana anak berpose, atau tersenyum ke arah kamera. Tampilkan gambar yang mengandung sebuah cerita dan yang dapat membuat pemirsa merasa terlibat. Tampilkan keadaan dan lingkungan di mana anak-anak dan keluarga mereka tinggal. Tampilkan anakanak yang sedang menjalani hidup mereka dan bukan bergaya untuk kamera.

127

Jangan tampilkan foto yang telah diatur sedemikian rupa sehingga menekankan sudut-sudut tertentu dan mendistorsikan perspektif (misalnya, memandang ke atas atau ke bawah ke arah anak). Tampilkan gambar yang memiliki gaya lalat di dinding, di ambil setinggi anak, atau gambar di mana mereka nampak tidak menyadari adanya kamera.

Lampiran

Jangan tampilkan fotografi hitam putih karena ini tidak menunjukkan dunia yang kita lihat yaitu berwarna. Tampilkan fotografi berwarna ini lebih realistis.

Ingatlah untuk selalu memastikan bahwa gambar-gambar yang anda gunakan diambil dengan persetujuan anak (apabila ia cukup umur untuk itu) dan persetujuan pemberi asuhan.Formulir persetujuan tersedia untuk penugasan dari UK (ini adalah persyaratan hukum). Untuk fotografi di UK dan luar negeri, anda juga dapat menggunakan booklet informasi kami yang berjudul Kisah Anda Adalah Penting dan majalah atau publikasi kami yang lain untuk membantu anda menjelaskan kepada orang-orang mengapa kita ingin memfoto mereka.

3. Inklusif. Mengkomunikasikan kerja kita dengan cara yang tidak diskriminatif, dan yang mempromosikan kesempatan yang setara.

Jangan tampilkan anak-anak dari satu kelompok etnis saja dalam situasi di mana Save the Children bekerja dengan komunitas yang beragam atau pada sejumlah

128

negara.

Tampilkan latar belakang budaya yang beragam dari anak-anak yang terlibat, terutama ketika anda menghasilkan materi generik serta dalam materi yang menggambarkan kerja kita dalam masyarakat multi etnis.

Lampiran

Jangan tampilkan foto anak perempuan dan laki-laki yang sedang menjalankan peranan stereotipikal kecuali anda ingin menegaskan poin mengenai diskriminasi atau foto tersebut merefleksikan realitas kehidupan mereka. Tampilkan anak laki-laki dan perempuan yang ikut serta dalam berbagai kegiatan misalnya dalam pendidikan atau sebagai peserta dalam kelompok anak-anak.

Jangan tampilkan anak-anak yang memiliki cacat sebagai anak yang pasif dan terisolasi dari komunitas mereka, kecuali anda ingin menegaskan sebuah poin mengenai situasi tersebut. Tampilkan gambar yang mempromosikan sikap positif terhadap kecacatan dengan menampilkan anak-anak penyandang cacat yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari mereka sebagai anggota komunitas.

Ketika anda memberikan tugas fotografi, selalu pastikan bahwa: Editor Foto memberikan briefing kepada fotografer atau memberikan anda panduan ada kewajiban hukum, organisasi dan etika yang harus dipertimbangkan. Koleksi apapun yang anda miliki dikirimkan kepada Editor Foto untuk diedit agar dapat digunakan secara umum dan disimpan dalam perpustakaan foto kami.

Area 6: Kebijakan dan prosedur


Contoh 11: persetujuan dengan para mitra

Contoh yang disediakan oleh Save the Children UK ini merupakan sebuah pernyataan yang diambil dari persetujuan pendanaan dengan sebuah mitra.

Persetujuan Kebijakan Perlindungan Anak

129
(Organisasi) mengakui telah menerima salinan dan telah membaca Kebijakan Perlindungan Anak SC UK (Child Protection Policy, CPP). Merupakan persyaratan mutlak dari SC UK dan sebuah persyaratan dalam persetujuan ini bahwa tidak ada seorangpun atau badan manapun yang melakukan pekerjaan atas nama SC UK berdasarkan persetujuan ini yang sedang atau telah atau akan terlibat dengan cara apapun atau terkait dengan abuse atau eksploitasi anak seperti digambarkan dalam CPP. (organisasi) menyetujui untuk menyebarluaskan CPP tersebut kepada seluruh staf dan pekerjanya dan menginstruksikan mereka untuk mematuhi dan menerapkan kebijakan tersebut secara ketat dalam berurusan dengan anak. Apabila kemudian diketahui bahwa staf (organisasi) terlibat dalam penganiayaan terhadap anak seperti digambarkan dalam CPP SC UK, maka hal tersebut akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap persyaratan dalam perjanjian ini dan akan memberikan SC UK hak untuk segera memutus perjanjian ini.

Lampiran

Lampiran
130

Daftar Pustaka

Ahmed, S., Bwana, J., Guga, E., Perangkatunga, D., Mgulambwa, A., Mtambalike, P., Mtunguja, L. and Mwandayi, E. 1998. Children in Need of Special Protection Measures: A Tanzanian Study: Fieldwork Protocol, Phase II. Dar es Salaam, UNICEF.

Finkelhor, D. 1984. Child Sexual Abuse: New Theory and Research. New York: Free Press.

Human Rights Watch. 2001. Scared at School: Sexual Violence Against Girls in South African Schools. HRW. Terdapat pada: http://www.hrw.org/reports/2001/safrica/

Human Rights Watch. 2001. South Africa: Sexual Violence Rampant in Schools. Johannesburg, Afrika Selatan: HRW. 27 Maret. Terdapat pada: http://hrw.org/english/ docs/ 2001/03/27/safric324.htm

Inter-Agency Standing Committee. Juni 2002. Report of the Task Force on Protection from Sexual Exploitation and Abuse in Humanitarian Crises. United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA). Terdapat pada: http://www.reliefweb.int/idp/ docs/referensis/protseksexpPoARep.pdf

Jackson, E. and Wernham, M. 2005. Child Protection Policies and Procedures Toolkit. London: ChildHope.

Mirror Art Group, The. Peoples of Mae Yao Hilltribe Issues. Thailand: The Mirror Art Group. Terdapat pada: http://www.mirrorartgroup.org/web/orangsofmaeyao/issues.htm

Muir, D. 2005. Violence against Children in Cyberspace, Bangkok, Thailand: ECPAT Internasional. Terdapat pada: http://www.ecpat.net

Naik, A. 2002. Protecting Children from the Protectors: Lessons from West Africa. In Forced Migration Review , Oxford, UK. No. 15. Oktober. hal.16-19. Terdapat pada: http:// www.reliefweb.int/library/RSC_Oxford/data/FMR%5CEnglish%5CFMR15%5Cfmr1 5full.pdf

NSPCC. 2003. It doesnt happen to disabled children: Child protection and disabled children. London, UK: NSPCC dan National Working Group on Child Protection and Disability

132

(NWGCPD). Terdapat pada: http://www.nspcc.org.uk/Inform/AboutUs/TeamsAndServices/ NWGCPD/ItDoesntHappenToDisabledChild_asp_ifega23601.html

Daftar Pustaka

Royal Government of Thailand. 2003. Thailand Child Protection Act 2003. Terdapat pada: http://www.tipinasia.info/files/law/8/2/28/Anak%20Perlindungan%20Act%20-%20Eng.doc

Save the Children. 2005. Ending Physical and Humiliating Punishment of Children: Making It Happen. Save the Children. Terdapat pada: http://www.rb.se/eng/Programme/TheUNStudy onViolenceagainstAnak.htm

Save the Children UK. 1999. Child Protection Policy: Protecting Children, Preventing Abuse. SC UK, London.

Save the Children UK. 2005. Corporal Punishment of Children: Views of Children in Some Schools, Kindergartens and Institutions. Ulan Bator, Mongolia: Save the Children UK.

Stairway Foundation. Animation for the Prevention of Child Sexual Abuse. Oriental Mindoro, Filipina: Stairway Foundation Inc. (buku petunjuk yang tidak diterbitkan.)

Tearfund and NSPCC. 2003. Setting the Standard: A Common Approach to Child Protection for International NGOs. London: Tearfund and NSPCC.

UNGA. 1989, Convention on the Rights of the Child, GA Res. 44/25, Annex, 44 UN GAOR. Supp. (No. 49) at 167, UN Doc. A/44/49 (1989). Berlaku mulai 2 September 1990. Terdapat pada: www.ohchr.org/english/law/crc.htm

UNHCR and Save the Children UK. 2002. Sexual Violence and Exploitation: The Experience of Refugee Children in Guinea, Liberia and Sierra Leone. UNHCR and Save the Children UK. Terdapat pada: http://www.unhcr.org/cgi-bin/texis/vtx/news/opendoc.htm?t

bl=NEWS&id=3c7bf8094

UNICEF. 2001. Profiting from Abuse. Geneva: UNICEF. Terdapat pada: http://www.unicef. org/publications/pub_profiting_en.pdf

UNICEF. 2006. Excluded and Invisible: State of the Worlds Children. Geneva: UNICEF.

WHO. 2003. World Report on Violence and Health. Geneva: World Health Organisation.

Sumber media yang digunakan untuk studi kasus :

133

Bangkok, Thailand: The Bangkok Post. 12 November.

Daftar Pustaka

Agence-Presse France. 2005. Thailand is among nations with the most free websites.

BBC News. 2000. The Moors murders. UK: BBC. 28 Februari. Terdapat pada:: http://news. bbc.co.uk/1/hi/uk/659266.stm

Clarridge, C. 2004. 8-year term levied in 1st prosecution under new child-sex law. The Seattle Times. 26 June. Terdapat pada: http://seattletimes.nwsource.com/html/ lokalnews/ 2001965981_molest26.html

CourtTV.com. 1998. Washington v. Letourneau: Original Sentencing from November 14, 1997. Courtroom Television Network. 18 Maret. Terdapat pada: http://www.courttv.com/ trials/ letourneau/

Deutsche Welle. 2005. Trial of Parents in Child Neglect Case Begins. Jerman: Deutsche Welle. 24 Agustus. Terdapat pada: http://www.dw-world.de/dw/article/0,1564,1689105,00. html

Manager Online. 2005. 48 Years Sentencing for Kru Nong, Sexually Abused Baan Saeng Tawan Children, Udon Thani. Manager Online. 5 Agustus. Terdapat pada: http://www. manager.co.th

News and Star. 2006. Perverted sex tourist jailed. UK: News and Star. 7 January. Terdapat pada: http://www.newsandstar.co.uk/news/viewarticle.aspx?id=318606

Stokes, P. 2000. Teenage victim of phone bullies died clutching mobile. UK: The Telegraph. August 19. Terdapat pada: http://www.telegraph.co.uk/news/main.jhtml?xml=/ news/2000/ 08/19/ndani19.xml

134

Daftar Pustaka

Save the Children


UK
Save the Children berjuang untuk anak-anak di UK dan di seluruh dunia yang menderita akibat kemiskinan, penyakit, ketidakadilan dan abuse. Kami bekerja bersama mereka untuk mencari jawaban seumur hidup terhadap masalah yang mereka hadapi ECPAT Internasional adalah sebuah jaringan organisasi di lebih dari 75 negara yang bekerja untuk menghapuskan seluruh bentuk eksploitasi seksual terhadap anak.

supported by

Anda mungkin juga menyukai