Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Tim 5 SBM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN FISIKA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar

Dosen Pengampuh : Tri Ariani,M.Pd.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

WINDA SURATI 102220017

LINDA NURFALAH 102220018

DINA PUSPITA SARI 102220025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan tepat pada
waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar. Makalah ini berjudul “Model-Model Pembelajaran Fisika”.
Kami berterima kasih kepada dosen pengampu Ibu Tri Ariani,M.Pd.Si telah mengajar
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dan kami juga berterima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

Lubuk Linggau, Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction)..............................................3
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction, PBI)............8
C. Model Pembelajaran Kooperatif..............................................................................15
1. Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division STAD
2. Model Pembelajaran Kooperatif Zigsaw...........................................................19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam makalah ini Anda akan mempelajari tentang model pembelajaran fisika yang
merupakan penerapan dari pendekatan dan metode pembelajaran fisika. Perkembangan-
perkembangan baru dalam berbagai macam model pembelajaran fisika terus dikembangkan
oleh para ahli pendidikan fisika, di antaranya beberapa hasil pengembangannya akan
dipelajari pada makalah ini.

Penerapan berbagai pendekatan, metode dan model pembelajaran dalam proses belajar-mengajar
fisika akan memberikan keberhasilan dan kepuasan, baik bagi siswa maupun bagi gurunya, jika setiap
guru memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menerapkannya.. Anda sebagai guru diharapkan
kreatif dan imajinatif melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
siswa, serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Dalam pembelajaran fisika terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif, tetapi


pada makalah ini akan dibahas tentang model kooperatif Student Team Achierement
Division (STAD) dan model kooperatif zigsaw.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Fase-Fase Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instuction)?
2. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Fisika?
3. Apa Saja Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based
Instuction)?
4. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pembelajaran
Fisika?
5. Jelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD)!
6. Jelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Zigsaw!
7. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Zigsaw Pada Pembelajaran Fisika?
8. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Zigsaw Pada Pembelajaran
Fisika?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Pada Pembelajaran Fisika.
1
2. Menerapkannya Model Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Fisika
3. Menjelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem
Based Instruction).
4. Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pembelajaran
Fisika.
5. Menjelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD)
6. Menerapkan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) Pada Pembelajaran Fisika.
7. Menjelaskan Fase-Fase Model Pembelajaran Zigsaw.
8. Menerapkan Model Pembelajaran Zigsaw Pada Pembelajaran Fisika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berlandaskan prinsip-


prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial atau teori pemodelan tingkah laku. Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar bagi siswa tentang
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan
tentang sesuatu, biasanya diperoleh deng.an diawali pertanyaan apa? Sebagai contoh tentang
pengetahuan deklaratif, apa alat ukur panjang, suhu, arus, hambatan, dan sebagainya atau
apa rumus tekanan, Hukum Newton I, II, Ill? Pengetahuan prosedur yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah, biasanya diawali dengan pertanyaan bagaimana? Pengetahuan prosedural yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif tersebut di atas ialah bagaimana cara menggunakan alat-alat
tersebut? Bagaimana menggunakan rumus-rumus? Model ini dalam pembelajaran fisika masih
diperlukan karena banyak penggunaan alat ukur yang harus dimiliki siswa dan untuk mengetahuinya
diperlukan pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif. Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang beniPa pengetahuan deklaratif.
Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut,
supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
Langkah-Iangkah model pembelajaran langsung.

2. Langkah-langkah model pembelajaran langsung

Fase Peran Guru

Fase 1 Guru menjelaskan standar kompetensi-kompetensi


dasar dan indikator yang diharapakan,pentingnya
Menyampaikan tujuan
pelajaran fisika bagi kehidupan sehari-hari.

Fase 2 Guru mendemonstrasikan dengan benar materi


yang akan diajarkan, atau menyajikan informasi
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3
tahap demi tahap secara procedural dan rinci.

Fase 3 Guru memberikan bimbingan kepada siwa untuk


melakukan keterampilan yang telah dicontohkan
Membimbing siswa
dan pemahaman materi yang diajarkan.

Fase 4 Guru memberikan evaluasi untuk mengukur


keberhasilan belajar sesuai dengan materi yang
Mengevaluasi dan memberikan umpan balik
diajarkan dan memberikan komentar tentang
keberhasilan belajar.

Fase 5 Guru memberikan kesempatan melakukan


pengembangan materi melalui tugas-tugas dan
Memberikan kesempatan untuk pengembangan
latihan lanjutan dan penerapanya dalam kehidupan
materi dan penerapan materi dalam kehidupan
sehari-hari.
sehari-hari

4
Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus
menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui perhatian
siswa, penggunaan alat peraga, demonstrasi, dan tanya jawab.
Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode yang
bervariasi, misalnya: menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, dan demonstrasi. Pembelajaran langsung berorientasi pada
tugas dan siswa dapat bekerja sama dengan teman-temannya untuk
melaksanakan tugas tersebut.

1. Contoh Rencana Pelajaran pada Pembelajaran Langsung


Untuk memberikan gambaran bagaimana penerapan model
pembelajaran langsung di kelas, berikut ini suatu contoh
kegiatan belajar mengajar dalam satu Rencana Pelajaran
(RP).

Tingkat SMA

Kelas X

Standar Kompetensi:

Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan, dan


menyatakannya dalam satuan S1 dengan baik dan benar
(meliputi lambang, nilai, dan satuan).

Kompetensi Dasar:

Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan


mengolah data hasil dengan menggunakan aturan angka.

Indikator:

1. Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan


pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran

5
pokok panjang, massa, waktu, dengan
mempertimbangkan aspek ketepatan (akurasi),
kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi,
ketelitian (presisi) dan kepekaan (sensitivitas).
2. Merangkaikan instrumen secara benar, menentukan
langkah-langkah pengukuran dengan benar,
membaca nilai yang ditunjukkan alat ukur secara
tepat, serta menuliskan hasil pengukuran sesuai
aturan penulisan angka penting disertai
ketidakpastiannya (batas ketelitian alat) dengan
tepat.
3. Mendefinisikan angka penting dan menerapkannya.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Fase 1 Menyampaikan Tujuan

1. Guru menggali pengetahuan awal tentang alat-alat


ukur dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa perlunya
kemampuan mengukur secara akurat.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
diharapkan beserta indikator keberhasilan belajar
siswa.
4. Guru memberikan stimulus kepada siswa untuk
melakukan kegiatan pengukuran yang sederhana

Fase 2 Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Alat Ukur Stopwatch atau Jam tangan

1. Guru menjelaskan bagian-bagian dari stopwatch atau


jam tangan dan skala ukurnya.

6
2. Guru mendemonstrasikan pengunaan stopwatch/jam
tangan dengan langkah-langkah yang benar untuk
mengukur waktu yang diperlukan oleh seorang siswa
membaca satu paragraf.
3. Guru menjelaskan membaca hasil pengukuran secara
tepat, serta menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan
penulisan angka penting dengan tepat beserta
ketelitiannya.

Fase 3 Membimbing Siswa dalam Kerja Kelompok

3. Guru meminta siswa untuk belajar dalam bentuk


kelompok maksimal 6 orang tiap kelompok.
4. Siswa mengamati bagian-bagian stopwatch sesuai dengan
yang didemonstrasikan guru.
5. Setiap kelompok menugaskan seorang siswa anggotanya
untuk membaca satu paragraf, sedangkan siswa lainnya
mengukur waktu yang diperlukan oleh siswa tersebut
membaca satu paragraf dengan menggunakan stopwatch.
6. Guru membimbing lagi langkah-langkah penggunaan
stopwatch jika masih salah
7. Guru membimbing membaca nilai yang ditunjukkan
stopwatch secara tepat.

Fase 4 Mengevaluasi dan Memberikan Umpan Balik

1. Guru memeriksa pekerjaan siswa dalam kelompok, apakah


telah mengukur dengan benar

7
2. Berikan komentar dan masukan jika masih ada yang salah
serta memberikan pujian bagi yang telah melakukan dengan
benar

Fase 5 Memberikan Kesempatan untuk Pengembangan Materi


dan Penerapan Materi dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Guru memberikan kesempatan untuk mengembangkan


pengukuran apa saja yang dapat dilakukan dengan
menggunakan dengan stopwatch misalnya meminta siswa
mengukur waktu yang diperlukan siswa untuk berlari
dengan jarak 20 m dengan menggunakan stopwatch.

Penutup Pembelajaran.

1. Guru membimbing siswa membuat rangkuman pembelajaran

Rangkuman pembelajaran berisi bagian-bagian dari alat-alat ukur


yang telah dipelajari, serta langkah-langkah penggunaannya serta
penulisan angka penting.

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Instructions, Pbi)

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah


(Problem Based Instructions, Pbi)

Model pembelajaran berbasis masalah (PBI) memiliki ciri


yang berbeda dengan model pembelajaran langsung, pada
pembelajaran langsung guru mendemonstrasikan dan
menginformasikan secara detail langkah-langkah yang harus
dikerjakan Tetapi pada model pembelajaran berbasis masalah
diawali dengan menyajikan masalah kepada siswa. Masalah ini harus

8
otentik atau nyata dalam kehidupan sehari-hari berupa fakta-fakta
atau fenomena yang sering dijumpai siswa. Model pembelajaran
berbasis masalah ini disajikan dalam bentuk penyelidikan dan
inkuiri sehingga dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk
memperoleh konsep-konsep. Peranan guru dalam PBI adalah
mengajukan masalah dan memfasilitasi penyelidikan serta
melakukan dialog dengan siswa sampai masalah tersebut
terpecahkan. Masalah yang diajukan guru diperoleh dari situasi
kehidupan nyata dan memerlukan berpikir tingkat tinggi untuk
mengundang berbagai pemecahan masalah Adapun ciri-ciri utama
PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, melakukan
penyelidikan autentik dan kerja sama antar siswa.
Model pembelajaran ini berdasarkan pada teori belajar
psikologi kognitif dan pendekatan konstruktivis mengenai belajar
dan sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat
tinggi. Diharapkan dengan model PBI ini siswa dapat memproses
informasi yang baru diperolehnya menjadi bermakna.

PBI merupakan model pembelajaran yang dikembangkan


untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual serta menjadi
siswa yang belajar mandiri. Peran guru dalam pembelajaran PBI
lebih banyak sebagai fasilitator dan tidak banyak memberikan
informasi artinya bukan dengan metode ceramah.

2. Tahapan model pembelajaran berbasis masalah

Fase Peran Guru

Fase 1 Guru menjelaskan kompetensi standar,


kompetensi dasar indikator yang

9
Tujuan pembelajaran dan penyajian masalah diharapakan,pentingnya dan memotivasi
siswa terlibat dalam pembelajaran dengan
memberikan masalah otentik kepada siswa
untuk di diskusikan.

Fase 2 Guru mengorganisasikan siswa dalam


kelompok maksimal 6 orang tiap kelompok.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru memfasilitasi untuk membantu siswa
mengidentifikasi konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase 3 Guru mendorong siswa untuk


mengumpulkan informasi yang
Membimbing penyelidikan individu maupun
sesuai,melaksanakan
kelompok
eksperimen ,mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.

Fase 4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk mempresentasikan hasil diskusi untuk
Mengembangkan dan menyajikan diskusi
setiap kelompok.

Fase 5 Guru melakukan refleksi atau evaluasi


terhadap penyelidikan yang siswa lakukan dan
Menganalisis dan mengevaluasi proses
proses-proses yang digunakan.
pemecahan masalah

Lingkungan belajar pada PBI harus dirancang sesuai dengan materi


yang dibahas dan memberikan kesempatan untuk proses diskusi

10
yang demokrasi sehingga siswa memiliki peranan yang aktif. Dalam
pelaksanaan keseluruhan proses, guru membantu siswa untuk
menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan
intelektualnya; dan terlibat aktif dalam diskusi yang berorientasi
inkuiri. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa
bukan guru.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

RENCANA PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan

SMP dan MTs

Mata Pelajaran Fisika

Kelas VII

Wujud Zat Massa jenis zat

Materi Pokok Alokasi Waktu

Sub Materi Pokok 3 x 45 menit

1. Kompetensi Dasar

Menerapkan konsep zat dan kalor serta penerapannya dalam


permasalahan sehari-hari.

2. Indikator

Siswa dapat:

1. Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah


salah satu ciri khas suatu zat.
2. Menghitung massa jenis zat

11
3. Menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai
penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Model Pembelajaran

Problem Based Instruction (PBI).

4. Sumber Pembelajaran

1. Buku Siswa untuk SMP kelas VII.

2. LKS "Menghitung massa jenis suatu zat"

5. Alat dan Bahan

1. Kebutuhan tiap kelompok. Satu set alat dan bahan percobaan


yang sesuai dengan LKS "Menghitung massa jenis suatu zat"

6. Kegiatan Belajar Mengajar

Fase 1 Pendahuluan

1. Memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan kepada


siswa "sebutkan ciri khas dari suatu zat?"
2. Pada papan tulis, tulislah kata MASSA JENIS ZAT
3. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran

Fase 2 Inti

1. Guru memberikan masalah untuk didiskusikan secara


kelompok tentang mengapa kubus kayu dan kubus besi yang
volumenya sama memiliki berat yang berbeda?

Fase 3

1. Meminta siswa untuk membagi kelompok maksimal 6 orang


setiap kelompok dan heterogen artinya terdiri perempuan dan
laki-laki.

12
2. Membagikan LKS:" Menghitung massa jenis suatu zat", dan
tiap- tiap kelompok diberi seperangkat alat dan bahan untuk
melakukan kegiatan dari LKS tersebut.
3. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan petunjuk dalam LKS.

Penutup

1. Membimbing siswa untuk membuat rangkuman serta


kesimpulan hasil percobaan.

Lembar Kerja Siswa "Menghitung massa jenis suatu zat"

1. Tujuan Percobaan Siswa dapat menghitung besarnya massa


jenis suatu zat.

Masalah:

"mengapa kubus kayu, kubus besi, kubus aluminium yang


volumenya sama memiliki berat yang berbeda?

Hipotesis:

Hipotesis ini dibuat siswa, kemungkinan isinya bervariasi, dan


itulah tugas guru untuk meluruskan kebenarannya.

Contoh:

Kubus kayu, kubus besi, kubus aluminium yang volumenya sama


memiliki berat yang berbeda, karena massa jenis besi, aluminium
dan kayu berbeda-beda.

2. Alat dan Bahan

13
1. Gelas ukur 100 ml. 5. Gunting
2. Neraca. 6. Kubus kayu,
3. Aquades. aluminium, besi.
4. Tali/benang 7. Batu keriki

3. Cara Kerja

1. Siapkanlah neraca diatas meja kemudian ukurlah masin-


masing kubus dan batu kerikil secara bergantian catat hasil
kedalam table pengamatan.
2. Isilah gelas ukur dengan aquades sebanyak 80 ml.
3. Ikatlah ketiga buah kubus dan batu kerikil dengan
menggunakan tali atau benang, kemudian celupkan ke dalam
gelas ukur yang berisi aquades secara bergantian. Catat
kenaikan tinggi aquades pada tabel pengamatan (kenaikan
tinggi aquades menyatakan volume kubus logam).
4. Hitunglah besarnya massa jenis masing-masing benda (kubus
logam dan batu kerikil).

4.Tabel Pengamatan
Tabel massa

Jumlah Benda Massa (gram)

Kubus alumunium

Kubus besi

Kubus kayu

Batu kerikil

Tabel Volume

14
Jumlah Benda Volume (ml)

Kubus alumunium

Kubus besi

Kubus kayu

Batu kerikil

5. Analisis
Siswa ditugaskan menganalisis mengapa hal di atas terjadi.
6. Kesimpulan
Siswa ditugaskan untuk memberikan kesimpulan.

C. Model Pembelajaran Kooperatif


Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan
berdasarkan teori multiple intelegensi dari Gadner tentang
kemampuan interpersonal dan intra personal, yang
menyatakan bahwa kemampuan untuk memahami
karakteristik teman dan belajar introspeksi diri, refleksi diri
perlu dikembangkan. Selain itu menurut Vygotsky bahwa
hakikat sosiokultural perlu dikembangkan dalam
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa fungsi mental
yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerja
sama antar individu.
Implikasi dari teori-teori tersebut di atas, pembelajaran
dapat dikembangkan dalam bentuk pembelajaran kooperatif

15
yaitu pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok-
kelompok kecil.
Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif, yaitu
model kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD) dan model kooperatif zigsaw.

1. Model Pembelajaran Kooperatif Student Team


Achievement Division (Stad)

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Student


Team Achievement Division (STAD)

Fase 1 Guru menyampaikan kompetensi


Menyampaikan kompetensi yang standar, kompetensi dasar indikator
diharapkan dan memotivasi siswa yang diharapakan,dan memotivasi
siswa belajar.

Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada


Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan dan memberi
tugas dengan topic yang sama untuk
setiap kelompok.

Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa


Mengorganisasikan untuk belajar bagaimana caranya membentuk
dalam kelompok kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
diskusi secara efisien.

Fase 4 Guru membimbing kelompok-


Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat siswa
belajar mengerjakan tugas kelompok.

16
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.

Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk


Memberikan penghargaan menghargai upaya hasil belajar
individu maupun kelompok.

Student Teams achievement Division (STAD) merupakan


model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru
yang menggunakan STAD, mengacu kepada belajar kelompok
siswa. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota antara 5-6 orang setiap kelompok,
sebaiknya setiap kelompok terdiri dari anggota yang
heterogen, artinya ada siswa laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Guru sebaiknya menyiapkan lembar kerja siswa
(LKS) untuk kerja kelompok sebagai perangkat
pembelajaran.

Contoh Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Kelas X
Tingkat SMA
Standar Kompetensi:

17
Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik
sistem diskret (partikel).
Kompetensi Dasar:
Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika,
dan mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika
sederhana.
Indikator:

1. Memberikan contoh penerapan hukum Newton dengan


menggunakan berbagai media
2. Melakukan percobaan yang berhubungan dengan hukum
Newton.
3. Melukiskan diagram gaya-gaya yang bekerja pada suatu
benda.

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran


Fase 1 Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan
memotivasi siswa.

1. Guru mengingatkan kepada siswa tentang pelajaran yang


lalu sehubungan dengan hukum Newton.
2. Guru memotivasi siswa dengan menanyakan pengalaman
siswa tentang apa yang dilihat siswa atau dialaminya
sehubungan dengan masalah yang berhubungan dengan
hukum Newton.
3. Guru mengarahkan siswa melakukan kegiatan sesuai bahan
bacaan Hukum Newton I,II dan III serta membuat
pertanyaan di kelompok masing-masing.

Fase 5 Evaluasi

1. Guru meminta kelompok-kelompok siswa mempresentasikan


hasil diskusi sementara kelompok lain menanggapi
2. Guru menjadi moderator diskusi.

18
Fase 6 Memberikan penghargaan

1. Guru memberi penghargaan kepada siswa dapat berupa


pujian atau hadiah bagi kelompok yang kinerjanya bagus.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Zigsaw

Model pembelajaran kooperatif zigsaw adalah model


pembelajaran yang menekankan kerja sama dan inter personal
dan intura personal. Pelaksanaannya siswa dibagi menjadi
kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa untuk setiap
kelompok dan heterogen. Materi pembelajaran diberikan
kepada siswa dapat berbentuk teks, alat dan bahan untuk
melakukan praktikum. Pada model pembelajaran zigsaw
setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari materi pelajaran yang diberikan guru. Sebagai
contoh jika materi yang diajarkan itu adalah tentang optik,
seorang siswa mempelajari tentang pemantulan, siswa lain
mempelajari tentang pembiasan, siswa yang lain lagi belajar
tentang alat-alat optik. Anggota dari kelompok lain yang
mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi
tentang topik tersebut. Kelompok disebut kelompok ahli

Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok


asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan
didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan
kepada teman kelompoknya sendiri. Gambar di bawah ini
menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok
asli. Menyusul pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-
siswa itu diberi kuis secara individual sesuai dengan materi
yang diberikan.

19
Contoh Pembelajaran Kooperatif Zigsaw
Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dan optic
dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar
Menganalisis sifat-sifat cahaya.
Indikator

1. Menunjukkan percobaan-percobaan yang mendukung atau


melemahkan teori-teori Newton, Huygens, dan Maxwell.
2. Menggunakan persamaan tentang optika geometrik untuk
menyelesaikan masalah peralatan optik.

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran


Fase 1 Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan
memotivasi siswa

1. Gurú meminta siswa untuk mengungkapkan tentang peristiwa


sehari- hari yang berhubungan dengan optic.
2. Guru memotivasi siswa untuk menyatakan pengalaman siswa
sehubungan dengan masalah optik.
3. Guru menyampaikan kompetensi standar, kompetensi dasar
dan indikator yang diharapkan.
4. Guru membagi kelompok maksimal 6 orang untuk setiap
kelompok.

Fase 2 Menyajikan informasi

1. Guru menyajikan informasi tentang hukum Newton I, II, dan


III melalui demonstrasi.
2. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan simulasi
sederhana untuk memperagakan hukum Newton I, II, dan III.

20
3. Guru mengarahkan diskusi dengan dilengkapi bahan bacaan
mengenai percobaan yang harus dilakukan sehubungan
dengan hukum Newton 1, 11, dan III.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam


kelompok

1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok sesuai


dengan kelompok yang telah di tentukan.
2. Guru membantu setiap kelompok agar bekerja dan berdiskusi
secara efisien.

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

1. Guru meminta setiap kelompok melakukan praktik sederhana


tentang hukum Newton 1, II, dan III.
2. Guru Înembimbing siswa melakukan diskusi kelompok.
3. Siswa mendiskusikan hasil eksperimen serta kajiannya secara
teoretis bersama dengan kelompoknya masing-masing.
4. Masing-masing anggota kelompok ahli saling bertukar
informasi tentang hasil eksperimen lengkap dengan kajiannya
secara teori sehingga menjadi ahli dari perwakilan
kelompoknya 1 sampai dengan 6.

5. Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-


masing kemudian menjelaskan kepada kelompoknya
mengenai hasil eksperimen dan kajiannya secara teori dari
kelompok yang lainnya.

Fase 5 Evaluasi

1. Guru membimbing kelompok asal berdiskusi agar tidak


terjadi miskonsepsi.

21
2. Guru memberikan penilaian secara lisan maupun tulisan
kepada setiap anggota kelompok asal.

Fase 6 Memberikan penghargaan

1. Guru memberi penghargaan pada siswa/ kelompok yang


kinerjanya bagus.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif memberikan kerangka


pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai
tujuan sosial dan hubungan antar manusia dengan
mengajarkan siswa terampil kerja sama dan kolaborasi Dalam
penerapannya mengikuti langkah-langkah, fase Menyampaikan
ikan kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa,
Menyajikan Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
bekerja dan belajar, Membimbing kelompok bekerja dan
belajar, Evaluasi, dan Memberikan penghargaan.
Model pembelajaran kooperatif Zigsaw pada prinsipnya
sama dengan model pembelajaran kooperatif STAD yaitu
memberikan kerangka pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru untuk mencapai tujuan sosial dan hubungan antar
manusia dengan mengajarkan siswa terampil kerja sama dan
kolaborasi. Tetapi dalam pembagian tugas kelompok memiliki
spesifikasi yang berbeda. Kelompok asal dipecah menjadi
kelompok ahli dan setiap kelompok ahli diberi tugas
pembahasan yang berbeda. Setelah diskusi di kelompok ahli
kembali ke kelompok asal untuk diskusi sebagai ahli dalam
bidang yang dibahas pada kelompok ahli. Dalam
penerapannya mengikuti langkah-langkah, fase Menyampaikan
kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa,
Menyajikan informasi, Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok bekerja dan belajar, Membimbing kelompok bekerja
dan belajar, Evaluasi, dan Memberikan penghargaan.

23
B. Saran
Model pembelajaran fisika sangatlah penting untuk kita menjadi
tenaga pendidik yang professional,berdasarkan dari makalah penulis
bermaksud untuk memberikan saran yang mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi yang terkait dengan model-model pembelajaran fisika
agar hasil makalah dapat lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Buku Materi pokok PEF4201 MODUL 1-12/ yeti supriyati,sri anita W/Strategi
pembelajaran fisika/UNIVERSITAS TERBUKA.

Carin, Arthur A., dan Sund, Robert B. (1980). Teaching Science Through
Discovery fourth edition. Columbus. Charles E. Merrill Publishing Co.

Dahlan, M. D. (1990) Model-model Mengajar Bandung: Penerbit Diponegoro


DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1992) Quantum Learning. New York.
Dell Pubishing.

25

Anda mungkin juga menyukai