Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Pratikum Jumputan Kelompok 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN TEKSTIL
PEMBUATAN BATIK TEKNIK JUMPUTAN (SHIBORI)

DOSEN PENGAMPU:

1. SRI ZULFIA NOVRITA, S.Pd, M.Si


2. SAMUEL MARTIN PRADANA, S.ST, M.Tr.T

DI SUSUN OLEH :

ENDAH NUR FADILAH (23077022)


ALYA RAHMADINA (23077017)
FATHINA FIRDA ISTORIA (22077023)
NAZIFATUL FITRI (23077053)

SESI : 202320770016

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TATA BUSANA

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2024)
PROSES PEWARNAAN KAIN

DENGAN ZAT WARNA REAKTIF PANAS


I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Praktikum ini dilakukan dengan maksud untuk mempelajari perencanaan dan melakukan
pembuatan batik dengan Teknik jumputan dengan bahan dasar kain katun dengan
pewarnaan zat warna direk, menghitung kebutuhan zat warna dan zat pembantu yang akan
digunakan, serta melaksanakan proses pembuatan batik dengan Teknik Jumputan serta
mengevaluasi kualitas hasil proses.
b. Tujuan
 Mengetahui dengan baik prinsip dasar proses pembuatan batik dengan Teknik
Jumputan.
 Memahami karakteristik k dari masing – masing Teknik Jumputan.
 Dapat membuat perencanaan proses pembuatan batik dengan Teknik Jumputan.
 Mampu melakukan proses pembuatan batik dengan Teknik Jumputan yang memiliki
ketahanan luntur warna yang sesuai dengan target.
 Mampu mengevaluasi dan menganalisa kualitas hasil produk batik dengan Teknik
Jumputan.
 Melaksanakan prinsip – prinsip Kesehatan dan keselamatan kerja.

II. Teori
a. Pengertian Batik Jumputan
Menurut Handoyo (2008) nama jumputan barasal dari kata “jumput”. Kata ini
mempunyai pengertian berhubungan dengan cara pembuatan kain yang dijumput (bahasa
Jawa). Ningsih (2001) juga mengungkapkan pendapat yang hampir sama yaitu kata
jumputan berasal dari bahas Jawa yang berarti memungut atau mengambil dengan semua
ujung jari tangan. Sesuai namanya, jumputan dibuat dengan cara menjumput kain yang
diisi bijibijian sesuai motif yang dikehendaki, dilanjutkan mengikat dan menelupkan ke
dalam pewarna.
Jadi, batik jumputan adalah batik yang dibuat melalui teknik ikat dan celup pada
warna yang diinginkan. Kain yang digunakan untuk membatik diikat atau dijahit dan
dikerut dengan menggunakan tali. Ada dua teknik membuat batik jumputan, yang
pertama teknik ikat, dan yang ke dua teknik jahitan. Benang yang digunakan untuk
mengikat kain sebaiknya merupakan benang tebal dan kuat sehingga menghalangi warna
masuk kain, benang yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti benang
plastik/sintesis, benang jins, atau benang sepatu.
b. Sejarah Teknik Batik Jumputan di Indonesia
Dari bahasanya, batik jumputan memang banyak dikenal di Jawa, meski ada juga
daerah di luar Jawa yang mampu memproduksinya. Jumputan dari Bahasa Jawa artinya
mengambil atau memungut dengan menggunakan semua ujung jari jangan. Awalnya
batik jumputan dibuat dengan menjumput kain yang diisi biji-bijian sesuai motif yang
akan diciptakan. Kemudian kain diikat lalu dicelupkan ke dalam bahan pewarna. Sangat
sederhana memang pembuatannya, namun hasilnya tak kalah dengan jenis batikyang
lain. Pada batik jumputan, teknik ikat celup mempu melahirkan gradasi warna yang
memikat. Tidak dibutuhkan malam seperti yang digunakan pembatik lain. Hanya
melibatkan kain yang dicelup ke dalam warna. Ada beberapa teknik yang digunakan
pada pembuatan batik jumputan. Sementara agar batik jumputan tak monoton motifnya,
dikembangkan teknik jahit. Sebelumnya, kain harus diberi gambar pola, lalu pola tadi
dijahit hingga bagian tersebut mengerut. Ketika bahan dicelupkan ke pewarna, bagian
yang dijahit tidak akan terkena warna. Baik menggunakan tali atau jahit, terbukti bahwa
kreator batik jenis ini telah melahirkan motif batik yang modern. Kehadirannya
memberikan lebih banyak pilihan bagi penggemar batik. Bahkan batik Jumputan dengan
motifnya yang terkesan abstrak, mengekspresikan semangat yang kuat, banyak digemari
orang asing. Ada yang menggunakan teknik celup rintang, yakni teknik yang
memanfaatkan tali. Tali ini gunanya menghalangi bagian pada kain agar tidak menyerap
warna sehingga menciptakan motif.
Kurun waktu abad 7 Masehi, pada kerajaan Sriwijaya berkembang ornament pada
kain tenun yang berasal dari India dan Cina, sehingga terjadilah akulturasi kebudayaan
Indonesia yang memberikan pengaruh terhadap corak atau gaya dalam kebudayaan
Sumatera Selatan. Menurut Robyn dan Jhon tradisi tenun sutera dibawa oleh pedagang
Cina dan India yang menguasai perdagangan Asia Tenggara melalui selat Malaka,
pelabuhan-pelabuhan Sumatera dan pantai Utara pulau Jawa sekitar abad VIIXV.
Sejarah batik ini berasal dari Tiongkok. Karena zaman dahulu perdagangan melalui
lautan sudah lumayan maju. Banyak manusia dari sebuah wilayah menjelajah lautan
untuk menyinggahi wilayah lain dan mengadopsi budayannya, termasuk batik. Salah
satu kelompok saudagar yang dianggap berjasa membawa teknik batik jumputan ke
Nusantara ialah para penyintas dari India. Teknik ini kemudian menyebar di India dan
oleh para sudagar India dibawa masuk ke Indonesia. Perkenalan Batik Jumputanini
menggunakan misi perdagangan. Di Indonesia, teknik tersebut disambut gembira. Salah
satu penyebabnya, hasil batiknya beragam dengan rangkaian warna-warna yang bagus.
Karena disebarkan oleh saudara India, maka batik ini diterima dengan baik di banyak
daerah. Diantaranya Sumatra, khususnya Palembang, di Kalimantan Selatan, Jawa dan
Bali. Di Jawa, daerah yang mengembangkan batik jumputan ialah Solo, Yogyakarta dan
Pekalongan. Meski akarnya sama, dari Tiongkok, namun dalam perkambangannya
dipengaruhi kondisi daerahnya masing-masing. Dan itu sangat berpengaruh pada
motifnya.
Dengan adanya pengaruh pengetahuan mengenai tekstil telah membawa berbagai
kekayaan budaya dan bermacam-macam jenis kain Indonesia karena diperkenalkan
dengan benang emas dan sutera. Manusia selalu mencipta sesuatu yang menjadi ciri dari
kebudayaan daerahnya, terdapat berbagai kesenian tenun seperti songket, kain jumputan,
kain blongsong/tajung. Kain jumputan menggunakan bahan sutera yang jenisnya sangat
halus, lembut dan dingin. Kain sutera memiliki dasar berwarna putih. Kain dapat
dihasilkan dari berbagai alat seperti tenun. Dimensi budaya dalam seni jumputan yaitu
bagian dari sesuatu yang mempunyai nilai jual dan kekayaan karya cipta manusia di
Palembang, dalam hal ini seni jumputan sebagai kekayaan budaya Palembang. Kain
jumputan adalah kerajinan tenun ikat yang terdapat motif tertentu pada kain yang
berwarna putih polos. Kain jumputan umumnya menggunakan bahan sutera dan
memiliki berbagai macam motif, antara lain “motif bintik tujuh, kembang janur, bintik
lima, bintik sembilan, bintang tujuh dan bintik-bintik”.
Menurut sejarah, teknik yang dilakukan dalam pembuatan kain jumputan adalah
teknik celup ikat yang berasal dari Tiongkok dan berkembang hingga India dan wilayah-
wilayah di Nusantara. Teknik celup ikat diperkenalkan ke Nusantara oleh orang- orang
India melalui misi perdagangan. Penggunaan teknik celup ikat terdapat di beberapa
daerah antara lain Sumatera khususnya Palembang, Kalimantan Selatan, Jawa dan Bali.
Kain jumputan mempunyai nilai seni tinggi karena dipengaruhi keanggunan corak dan
warna yang digambarkan sesuai dengan keterampilan pengrajin.

c. Inovasi Motif Batik Jumputan


Inovasi motif jumputan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan macam-macam
teknik jumputan yang akan menghasilkan motif motif yang baru dan belum ada di
pasaran, sehingga akan menambah deversifikasi produk. Teknik yang digunakan yaitu
teknik lipatan dan lilitan benang sebagai perintang warna, dan akan terbentuk motif-
motif tertentu. Proses ini lebih efisien dibanding dengan proses batik yang menggunakan
lilin batik.
Untuk menghadapi era globalisasi dituntut produk yang inovatif dan kreatif sehingga
mampu bersaing di pasaran. Dari hasil survei ke IKM jumputan di Yogyakarta dan
survei pasar tentang produk jumputan, terlihat produk jumputan yang masih
menggunakan teknik yang sederhana belum ada produk jumputan hasil inovasi motif
tersebut, sehingga sangat perlu untuk dikembangkan. Saat ini Balai Besar Kerajinan dan
Batikmembuat inovasi motif jumputan dengan teknik lipatan dan lilitan benang, akan
menghasilkan motif yang beraneka macam juga. Produk jumputan yang dihasilkan akan
dialih teknologikan ke IKM jumputan di berbagai daerah dengan harapan produk
jumputan di Indonesia mampu bersaing di pasar luar Negeri, karena produknya lebih
variatif dan inovatif. Motif– motif jumputan tersebut merupakan inovasi baru karena di
pasar belum ada dan hasil yang diperoleh telah ditunggu olek IKM Jumputan di
Yogyakarta sebagai mitra kerja.
Sampai saat ini teknologi proses jumputan masih terbatas dengan lilit benang belum
variatif, motifmotif yang dihasilkan hanya motif kotak–kotak dan bulat-bulat, padahal
dengan inovasi teknologi proses jumputan akan menghasilkan berbagai macam model
atau motif jumput yang lebih variatif dan lebih beraneka macam sehingga desain produk
akan berkembang. Untuk menghadapi era globalisasi dituntut produk yang inovatif dan
kreatif sehingga mampu bersaing dipasar global atau pasar Luar Negeri. Motif-motif
tersebut merupakan penemuan baru karena dari hasil survei ke IKM jumputan di
Yogyakarta dan survei pasar belum ditemukan produk jumputan dengan motif –motif
tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas perlu dilakukan proses pembuatan
jumputan untuk berbagai macam model/motif jumputan dari hasil teknik lipatan dan
lilitan benang yang berlainan satu sama lain., juga dengan teknik lipatan dan lilitan.
Adapun tujuan dari inovasi motif-motif tersebut.
Mendapatkan produk jumputan dengan motif-motif yang beraneka macam yang
tentunya merupakan produk jumputan yang lebih variatif dan deversifikatif.
Mengembangkan produk jumputan yang lebih variatif dan inovatif sehingga mampu
bersaing dipasar Global dan pasar luar negeri.
Teknik perintangan warna yang terjadi pada dasarnya karena adanya ikatan atau
lilitan benang maka zat warna tidak tembus dan terintangi sehingga akan menghasilkan
motif jumputan. Perintangan warna secara lipatan dan lilitan dipengaruhi oleh beberapa
hal untuk mendapatkan motif tertentu. Beberapa faktor tersebut antara lain sifat-sifat
jenis benang, sifat-sifat bahan, banyaknya lilitan dan lain-lain. Bahan perintang benang
atau tali sebaiknya resis terhadap zat warna sehingga tidak mudah terwarnai oleh zat
warna misal benang nilon, tali raffia.
Teknik perintangan jumputan ada beberapa cara diantaranya :
1. Sistem ikat langsung: Kain dijumput pada tempattempat tertentu dan langsung
diikat.
2. Kain dilipat-lipat kemudian diikat, dimana variasi lipatan akan menghasilkan
bentukbentuk motif tertentu dengan berbagai macam model
3. Kain dilipat kemudian dijahit jelujur akan memberikan hasil jumputan model
tertentu.
Berikut Merupakan beberapa cara Teknik dalam pembuatan perintangan sehingga akan
memberikan beberapa motif pada bahan.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
 Jarum jahit, manik-manik, atau kelereng
 Tali Rafia
 Ember
 Sarung tangan
 Plastik
 Kompor
 Panci
 Gunting
 Sendok Kayu
b. Bahan
 Kain mori primisima
 zat pewarna sintetis berupa zat warna Direk
 Teepol atau pembasah
 Natrium Karbonat (Na2CO3)
 Asam Asetat (CH3COOH)
 Garam Dapur (NaCl)

IV. Resep dan Perhitungan Resep


a. Resep
 Resep Pencelupan
1) Zat warna direk : 2%
2) Pembasah : 1 mL/L
3) Na2CO3 : 1 – 2 g/L
4) NaCl : 30 – 60 g/L
5) CH3COOH : 1 – 3 mL/L
6) Vlot : 1:20
7) Berat kain : 222,09
 Resep Pencucian
1) Teepol / Sabun : 0,5 – 1 g/L
2) Na2CO3 : 1 – 2 g/L
3) Vlot : 1:20

b. Perhitungan Resep
1) Vlot
= 1 : 20
= 222,09 x 20
= 4441,8

2) Zat warna Direk


=
= 4,44

3) Pembasah
=
=2,2209

4) Na2CO3
=
= 4,4418

5) NaCl
=
= 66,627

V. Metode Percobaan
Secara umum pembuatan batik dengan Teknik jumputan dilakukan dengan membuat
perintangan pada bahan dengan menggunakan Teknik jumputan, yang selanjutnya dilakukan
proses pewarnaan dengan zat warna sintetik berupa zat warna direk dan dilakukan proses
fiksasi sebagai cara untuk mencegah kelunturan pada bahan, dan dilanjutkan dengan proses
pengeringan yang dapat kita lihat pada diagram alir proses berikut ini :
Buat Pasta Zat Warna

Larutkan Zat Warna didalam 50 – 60 mL air panas

Siapkan air

Masukkan 20 mL Pasta, teepol, dan Kain kemudian


diaduk selama 20 menit

Masukkan Kembali Pasta sebanyak 20 mL

Masukkan Kembali Pasta sebanyak 20 mL

Panaskan hingga mendidih

Angkat kain dan tambahkan NaCl ke dalam larutan lalu


aduk selama 30 menit

Tambah soda abu (Na2CO3) lalu aduk selama 30 menit

Kain di atus / diangin-anginkan

Buka ikatan kemudian cuci kain


VI. Langkah Percobaan
1) Pastikan kain dalam kondisi bersih
2) Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng Uang koin, atau Batu pada
beberapa bagian kain menggunakan tali secara kencang dan bervariatif.
3) Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih.
4) Buatlah pasta zat warna Dylon dengan menambahkan 30 ml air panas kedalam zat
warna. Pastikan zat warna larut secara merata
5) Masukkan pasta zat warna kedalam larutan secara bertahap.
6) Celupkan kain yang telah di jumput tersebut pada cairan wama. Bila menginginkan satu
warna, celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
7) Aduk dalam waktu 20-30 menit agar wama merata dan merekat kuat.
8) Tambahkan garam dan larutan fiksasi pada larutan zat warna
9) Aduk kembali hingga kain tercelup secara merata
10) Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan sebagian
pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum terkena warna pada
cairan pewarna lainnya.
11) Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki.
12) Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas menggunakan air
dingin yang bersih
13) Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan
14) Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut
VII. Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktik yang sudah kami laksanakan, dapat diperoleh kain yang cantik,
warna yang dihasilkan pun bagus. Kelompok kami memilih 2 warna yaitu warna pin/merah
muda dan merah cabai, setelah 2 pewarna dicampurkan menghasilkan warna merah
keorenan/merah terang dan setelah di aplikasikan pada kain yang dijumput, warna terlihat
bagus dan indah. Motif yang dihasilkan yakni 2 lingkaran, lingkaran kecil ditengah serta 1
lingkaran besar yang mengelilinginya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada dokumentasi
gambar.
Bahan pembantu yang diperlukan yakni teepol/pembasah , soda abu dan NaCl, soda abu
berfungsi untuk mengikat warna juga menyerap pewarna dengan baik. NaCl berperan
penting disini, yaitu berfungsi untuk memperkuat warna juga menjaga kelunturan supaya
kain yang sudah dijumput dan diberi warna tidak mudah luntur sehingga motif kain tetap
terjaga dengan baik. Namun, setelah sampai pada tahap akhir ketika dicuci kain sedikit
luntur.

VIII. Evaluasi
Ketahanan luntur warna terhadap pencucian.
Saat pencucian pertama kain sedikit luntur. Namun untuk mengetahui apakah kain masih
luntur, diperlukan pencucian selanjutnya agar terlihat ketahanan luntur yang dihasilkan.
Untuk saat ini warna kain masih terlihat bagus dan pekat sesuai dengan warnan yang
diahsilkan.

IX. Dokumentasi

No GAMBAR KETERANGAN

Kain diikat menggunakan tali dengan sekuat


1. tenaga agar ikatan kuat dan zat warna tidak
menyerap kebagian yang diikat.
Hasil ikatan jumputan yang te;ah dibuat
2. sesuai pola

zat pewarna
3.

Larutan air dengan ditetetskan teepol atau


4. sejenis (sabun cair)

5. Zat warna yang dicampurkan dengan larutan


diaduk hingga rata

7. Proses pemasukkan kain kedalam larutan


air yang telah diberi teepol dan zat warna
8. Proses Pengadukan hingga rata pada
permukaan kain

9. Proses menunggu sampai air mendidih

10. Hasil ahkir batik jumputan kelompok 5

X. Kesimpulan
Untuk melakukan praktik ini diharuskan mengikuti step by step dengan baik dan teratur,
supaya hasil dari praktik jumputan terlihat baik. Kemudian, ketika sedang melakukan proses
pengikatan pada kain ikatan harus kuat dan tidak longgar, hal ini agar kain yang sudah diikat
untuk membentuk motif tidak menyerap warna sehingga motif tidak terbentuk. Jadi, tahap
penting yang dilakukan terdapat pada saat pengikatan yang harus kuat dan tidak longgar.

Anda mungkin juga menyukai