Laporan Pratikum Jumputan Kelompok 5
Laporan Pratikum Jumputan Kelompok 5
Laporan Pratikum Jumputan Kelompok 5
PEWARNAAN TEKSTIL
PEMBUATAN BATIK TEKNIK JUMPUTAN (SHIBORI)
DOSEN PENGAMPU:
DI SUSUN OLEH :
SESI : 202320770016
(2024)
PROSES PEWARNAAN KAIN
II. Teori
a. Pengertian Batik Jumputan
Menurut Handoyo (2008) nama jumputan barasal dari kata “jumput”. Kata ini
mempunyai pengertian berhubungan dengan cara pembuatan kain yang dijumput (bahasa
Jawa). Ningsih (2001) juga mengungkapkan pendapat yang hampir sama yaitu kata
jumputan berasal dari bahas Jawa yang berarti memungut atau mengambil dengan semua
ujung jari tangan. Sesuai namanya, jumputan dibuat dengan cara menjumput kain yang
diisi bijibijian sesuai motif yang dikehendaki, dilanjutkan mengikat dan menelupkan ke
dalam pewarna.
Jadi, batik jumputan adalah batik yang dibuat melalui teknik ikat dan celup pada
warna yang diinginkan. Kain yang digunakan untuk membatik diikat atau dijahit dan
dikerut dengan menggunakan tali. Ada dua teknik membuat batik jumputan, yang
pertama teknik ikat, dan yang ke dua teknik jahitan. Benang yang digunakan untuk
mengikat kain sebaiknya merupakan benang tebal dan kuat sehingga menghalangi warna
masuk kain, benang yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti benang
plastik/sintesis, benang jins, atau benang sepatu.
b. Sejarah Teknik Batik Jumputan di Indonesia
Dari bahasanya, batik jumputan memang banyak dikenal di Jawa, meski ada juga
daerah di luar Jawa yang mampu memproduksinya. Jumputan dari Bahasa Jawa artinya
mengambil atau memungut dengan menggunakan semua ujung jari jangan. Awalnya
batik jumputan dibuat dengan menjumput kain yang diisi biji-bijian sesuai motif yang
akan diciptakan. Kemudian kain diikat lalu dicelupkan ke dalam bahan pewarna. Sangat
sederhana memang pembuatannya, namun hasilnya tak kalah dengan jenis batikyang
lain. Pada batik jumputan, teknik ikat celup mempu melahirkan gradasi warna yang
memikat. Tidak dibutuhkan malam seperti yang digunakan pembatik lain. Hanya
melibatkan kain yang dicelup ke dalam warna. Ada beberapa teknik yang digunakan
pada pembuatan batik jumputan. Sementara agar batik jumputan tak monoton motifnya,
dikembangkan teknik jahit. Sebelumnya, kain harus diberi gambar pola, lalu pola tadi
dijahit hingga bagian tersebut mengerut. Ketika bahan dicelupkan ke pewarna, bagian
yang dijahit tidak akan terkena warna. Baik menggunakan tali atau jahit, terbukti bahwa
kreator batik jenis ini telah melahirkan motif batik yang modern. Kehadirannya
memberikan lebih banyak pilihan bagi penggemar batik. Bahkan batik Jumputan dengan
motifnya yang terkesan abstrak, mengekspresikan semangat yang kuat, banyak digemari
orang asing. Ada yang menggunakan teknik celup rintang, yakni teknik yang
memanfaatkan tali. Tali ini gunanya menghalangi bagian pada kain agar tidak menyerap
warna sehingga menciptakan motif.
Kurun waktu abad 7 Masehi, pada kerajaan Sriwijaya berkembang ornament pada
kain tenun yang berasal dari India dan Cina, sehingga terjadilah akulturasi kebudayaan
Indonesia yang memberikan pengaruh terhadap corak atau gaya dalam kebudayaan
Sumatera Selatan. Menurut Robyn dan Jhon tradisi tenun sutera dibawa oleh pedagang
Cina dan India yang menguasai perdagangan Asia Tenggara melalui selat Malaka,
pelabuhan-pelabuhan Sumatera dan pantai Utara pulau Jawa sekitar abad VIIXV.
Sejarah batik ini berasal dari Tiongkok. Karena zaman dahulu perdagangan melalui
lautan sudah lumayan maju. Banyak manusia dari sebuah wilayah menjelajah lautan
untuk menyinggahi wilayah lain dan mengadopsi budayannya, termasuk batik. Salah
satu kelompok saudagar yang dianggap berjasa membawa teknik batik jumputan ke
Nusantara ialah para penyintas dari India. Teknik ini kemudian menyebar di India dan
oleh para sudagar India dibawa masuk ke Indonesia. Perkenalan Batik Jumputanini
menggunakan misi perdagangan. Di Indonesia, teknik tersebut disambut gembira. Salah
satu penyebabnya, hasil batiknya beragam dengan rangkaian warna-warna yang bagus.
Karena disebarkan oleh saudara India, maka batik ini diterima dengan baik di banyak
daerah. Diantaranya Sumatra, khususnya Palembang, di Kalimantan Selatan, Jawa dan
Bali. Di Jawa, daerah yang mengembangkan batik jumputan ialah Solo, Yogyakarta dan
Pekalongan. Meski akarnya sama, dari Tiongkok, namun dalam perkambangannya
dipengaruhi kondisi daerahnya masing-masing. Dan itu sangat berpengaruh pada
motifnya.
Dengan adanya pengaruh pengetahuan mengenai tekstil telah membawa berbagai
kekayaan budaya dan bermacam-macam jenis kain Indonesia karena diperkenalkan
dengan benang emas dan sutera. Manusia selalu mencipta sesuatu yang menjadi ciri dari
kebudayaan daerahnya, terdapat berbagai kesenian tenun seperti songket, kain jumputan,
kain blongsong/tajung. Kain jumputan menggunakan bahan sutera yang jenisnya sangat
halus, lembut dan dingin. Kain sutera memiliki dasar berwarna putih. Kain dapat
dihasilkan dari berbagai alat seperti tenun. Dimensi budaya dalam seni jumputan yaitu
bagian dari sesuatu yang mempunyai nilai jual dan kekayaan karya cipta manusia di
Palembang, dalam hal ini seni jumputan sebagai kekayaan budaya Palembang. Kain
jumputan adalah kerajinan tenun ikat yang terdapat motif tertentu pada kain yang
berwarna putih polos. Kain jumputan umumnya menggunakan bahan sutera dan
memiliki berbagai macam motif, antara lain “motif bintik tujuh, kembang janur, bintik
lima, bintik sembilan, bintang tujuh dan bintik-bintik”.
Menurut sejarah, teknik yang dilakukan dalam pembuatan kain jumputan adalah
teknik celup ikat yang berasal dari Tiongkok dan berkembang hingga India dan wilayah-
wilayah di Nusantara. Teknik celup ikat diperkenalkan ke Nusantara oleh orang- orang
India melalui misi perdagangan. Penggunaan teknik celup ikat terdapat di beberapa
daerah antara lain Sumatera khususnya Palembang, Kalimantan Selatan, Jawa dan Bali.
Kain jumputan mempunyai nilai seni tinggi karena dipengaruhi keanggunan corak dan
warna yang digambarkan sesuai dengan keterampilan pengrajin.
b. Perhitungan Resep
1) Vlot
= 1 : 20
= 222,09 x 20
= 4441,8
3) Pembasah
=
=2,2209
4) Na2CO3
=
= 4,4418
5) NaCl
=
= 66,627
V. Metode Percobaan
Secara umum pembuatan batik dengan Teknik jumputan dilakukan dengan membuat
perintangan pada bahan dengan menggunakan Teknik jumputan, yang selanjutnya dilakukan
proses pewarnaan dengan zat warna sintetik berupa zat warna direk dan dilakukan proses
fiksasi sebagai cara untuk mencegah kelunturan pada bahan, dan dilanjutkan dengan proses
pengeringan yang dapat kita lihat pada diagram alir proses berikut ini :
Buat Pasta Zat Warna
Siapkan air
Berdasarkan praktik yang sudah kami laksanakan, dapat diperoleh kain yang cantik,
warna yang dihasilkan pun bagus. Kelompok kami memilih 2 warna yaitu warna pin/merah
muda dan merah cabai, setelah 2 pewarna dicampurkan menghasilkan warna merah
keorenan/merah terang dan setelah di aplikasikan pada kain yang dijumput, warna terlihat
bagus dan indah. Motif yang dihasilkan yakni 2 lingkaran, lingkaran kecil ditengah serta 1
lingkaran besar yang mengelilinginya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada dokumentasi
gambar.
Bahan pembantu yang diperlukan yakni teepol/pembasah , soda abu dan NaCl, soda abu
berfungsi untuk mengikat warna juga menyerap pewarna dengan baik. NaCl berperan
penting disini, yaitu berfungsi untuk memperkuat warna juga menjaga kelunturan supaya
kain yang sudah dijumput dan diberi warna tidak mudah luntur sehingga motif kain tetap
terjaga dengan baik. Namun, setelah sampai pada tahap akhir ketika dicuci kain sedikit
luntur.
VIII. Evaluasi
Ketahanan luntur warna terhadap pencucian.
Saat pencucian pertama kain sedikit luntur. Namun untuk mengetahui apakah kain masih
luntur, diperlukan pencucian selanjutnya agar terlihat ketahanan luntur yang dihasilkan.
Untuk saat ini warna kain masih terlihat bagus dan pekat sesuai dengan warnan yang
diahsilkan.
IX. Dokumentasi
No GAMBAR KETERANGAN
zat pewarna
3.
X. Kesimpulan
Untuk melakukan praktik ini diharuskan mengikuti step by step dengan baik dan teratur,
supaya hasil dari praktik jumputan terlihat baik. Kemudian, ketika sedang melakukan proses
pengikatan pada kain ikatan harus kuat dan tidak longgar, hal ini agar kain yang sudah diikat
untuk membentuk motif tidak menyerap warna sehingga motif tidak terbentuk. Jadi, tahap
penting yang dilakukan terdapat pada saat pengikatan yang harus kuat dan tidak longgar.