Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kelompok 3 Minggu 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MINGGU KEDUA

MANAJEMEN PEMASARAN

Dosen Pengampu : Whyosi Septrizola, S.E. M.M.

Kelompok 3

Nama Anggota

1. Ariq Salma Ajmala (23079114)


2. Ayani Putri (22134012)
3. Azizah Murni (22134013)
4. Bima Kurnia Febrizal (22134014)
5. Dimas Dwi Putra (22134016)

Departemen Manajemen Perdagangan


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri
Padang 2024
Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Manajemen Pemasaran 2. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat penyelesaian studi pada semester ini, serta sebagai sarana untuk mendalami dan
memahami konsep-konsep penting dalam manajemen pemasaran, khususnya berkaitan
dengan design produk, labelling produk, dan siklus hidup produk.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada buk Whyosi
Septrizola, S.E. M.M. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran 2, yang
telah memberikan kami bimbingan, arahan, serta sumber belajar yang sangat bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah ini. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dalam proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini menyajikan pembahasan mendalam mengenai pentingnya design
produk, labelling produk, dan siklus hidup produk dalam strategi pemasaran. Kami
berusaha untuk menyajikan analisis yang komprehensif dan terkini, yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca, khususnya dalam meningkatkan
pemahaman tentang cara-cara efektif dalam mengelola dan memasarkan produk.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca, agar makalah ini dapat lebih diperbaiki di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru bagi
semua pihak yang membacanya.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumbangsih kecil kami
dalam dunia akademik, khususnya dalam bidang manajemen pemasaran. Semoga usaha
kami ini dapat memberikan nilai tambah dan inspirasi bagi kita semua.
1. Desain Produk
a. Definisi
Desain produk merupakan sebuah proses dalam mengidentifikasi peluang
pasar, mencari tahu sumber permasalahan, menciptakan jalan keluar dari masalah
tersebut, dan meminta validasi dari audiens. Untuk menyelesaikan sebuah
masalah, dibutuhkan sebuah metode yang disebut design thinking.
David Kelley dan Tim Brown dari IDEO, sebagaimana dikutip dari Smashing
Magazine menyatakan bahwa design thinking adalah salah satu cara pendekatan
yang paling populer dalam menciptakan sebuah produk. Seorang desainer yang
baik akan menerapkan design thinking dalam sebuah produk desain baik itu
produk digital maupun produk fisik.
Hal ini dikarenakan desain produk fokus terhadap end-to-end product
development bukan hanya sekadar fase merancang saja. Merancang sebuah
produk tidak selalu mengenai business thinking. Dapat dilihat adanya perbedaan
mengenai business thinking dan design thinking. Design thinking memiliki proses
yang lebih kompleks dibandingkan dengan business thinking.
Dalam design thinking, masalah yang relevan akan dipikirkan dan diproses
untuk menjadi sebuah solusi. Maka dari itu, sebelum membuat desain produk
akan dilakukan langkah panjang terlebih dahulu. Dalam membuat sebuah produk,
desainer harus mengetahui tujuan dari sebuah bisnis yang ia kerjakan. Untuk
mengetahuinya, desainer dapat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
berikut:
 Masalah apa yang akan kita selesaikan?
 Siapa yang memiliki masalah ini?
 Apa yang mau kita capai?

Menjawab ketiga pertanyaan krusial di atas akan membantu para desainer


mengerti user experience dari keseluruhan produk baik dari interaksi sampai
bentuk visual dari sebuah produk yang akan dibuat.
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, desainer akan mampu dan
menimbang kembali apakah product design yang dikerjakan bernilai dalam
menyelesaikan masalah.

b. Fungsi dan Tujuan Desain Produk

Adapun fungsi dari desain produk sendiri, menurut Hashmicro, adalah


sebagai berikut.

 Meningkatkan kepuasan konsumen: Adanya proses desain produk menjamin kualitas


dari sebuah produk, sehingga membuat konsumen memiliki pengalaman baik ketika
menggunakannya.
 Meningkatkan penjualan suatu produk: Proses ini pun mendorong terjadinya inovasi
dan kreativitas dari sebuah desain. Keunikan dari hasil produk dari proses ini pun
dapat meningkatkan penjualannya.
 Penentu kesuksesan sebuah produk: Karena mendorong inovasi dalam proses
produksi, hal ini membantu sebuah perusahaan menentukan standar dari produk lain
yang akan dihasilkan.
 Meningkatkan kualitas perusahaan: Maksudnya, perusahaan pun akan berhati-hati
ketika akan memproduksi sesuatu. Dengan begitu, hal ini akan mendorong
perusahaan untuk menggunakan bahan baku secara optimal, mengurangi biaya
produksi dan juga limbah.
 Membantu perkembangan bisnis: Seiring penjualan produk yang meningkat, hal ini
juga turut membantu sebuah bisnis untuk terus berkembang mencapai tujuan
bisnisnya.

c. Proses Desain Produk


1. Menetapkan visi produk
Sebelum proses desain dimulai, kamu harus mengetahui terlebih dahulu mengapa
kamu ingin mengusahakan adanya produk ini.
Membuat strategi dan visi produk akan membantu memberikan arahan kepada
semua anggota tim yang terlibat.
Pembuatan visi dan strategi ini dapat dibuat sederhana dengan menuliskan
pengertian umum apa yang ingin kamu usahakan serta alasannya.
2. Mengadakan riset produk
Setelah visi dan juga strategi produk sudah terkumpul, kumpulkan user dan
lakukan riset pada pasar untuk menginformasikan keputusan produk.
Melakukan riset produk lebih awal akan membantumu untuk menghemat waktu
dan sumber jika nantinya masih ada perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
Contoh dari riset produk adalah interview, survei, dan riset pasar.
3. Brainstorming dan membuat ide
Brainstorming yang dilakukan meliputi: tujuan dari proyek dan solusi apa yang
bisa diberikan kepada customer untuk menyelesaikan masalahnya. Kamu bisa
menggunakan berbagai macam teknik untuk mengumpulkan berbagai ide
seperti sketching, wireframing atau membuat storyboard.
4. Pembuatan prototype
Dalam tahap ini, kamu sudah harus mengetahui apa yan ingin kamu bangun dan
ciptakan. Dalam proses ini, kamu juga sudah memulai untuk menciptakan sebuah
solusi dan menginteplementasikan konsepnya ke dalam sebuah prototipe.
Prototipe bertujuan agar kamu bisa mencobanya sebelum produk selesai dibuat
dan melihat respons dari user sebelum melangkah ke langkah selanjutnya. Kamu
bisa membuat prototipe sederhana maupun prototipe dengan ketelitian yang
tinggi, tergantung respons yang kamu inginkan dari user.
5. Tes pasar dan validasi
Dalam product design di tahap ini, kamu menggunakan prototipe yang sudah
kamu buat untuk diluncurkan dan dites ke publik. Jika kamu menggunakan
prototip dengan ketilitian tinggi, kamu bisa menyelami respons user dari segi
kegunaan dan workflow.
Sedangkan prototipe sederhana memungkinkanmu untuk memvalidasi seluruh
konsep rancangan produk. Penggunaan prototipe sederhana juga bisa kamu
gunakan untuk memantapkan terlebih dahulu respons dari para user dari segi
konsep. Hal ini bisa membantumu masuk ke tahap selanjutnya kamu bisa
membuat prototipe dengan ketelitian lebih tinggi untuk memvalidasi kembali
kegunaan dari
produk. Walaupun akan lebih memakan waktu, cara ini akan lebih efisien
dibandingkan harus melakukan perbaikan berkali-kali.
6. Peluncuran
Jika kamu sudah mendapatkan hasil yang kmu inginkan dari percobaan kegunaan,
mulailah bekerja dengan developer untuk membuat produknya. Kamu juga akan
bekerjasama dengan tim marketing untuk bekerjasama dalam peluncuran produk
yang sudah kamu buat. Sebelum peluncuran ke publik, pastikan semua pesan dan
nilai yang akan diberikan dari produkmu sudah sesuai, konsisten, dan akurat.
7. Aktivitas setelah peluncuran
Sebuah produk tidak selesai dalam tahap peluncuran. Agar produkmu terus
digunakan dan diingat oleh para user ada proses yang harus terus-menerus kamu
lakukan.
Kamu akan bekerja untuk mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan customer,
mengadakan percobaan lagi, serta mendengarkan segala keluhan dan review dari
setiap user.
Perubahan atau update bisa saja dilakukan lagi setelah produk sudah diluncurkan.
Hal ini tentunya untuk meningkatkan kualitas dari produk yang dibuat serta
menjadi one-stop-solution bagi penggunanya.
d. Jenis Desain Produk
1. System design
System design ini berkaitan dengan konseptualisasi ide produk dan
hubungan dengan penggunaannya di dunia nyata. Misalnya, kamu membuat
desain untuk produk toko offline. Maka, langkah pertama yang bisa kamu lakukan
adalah mengkategorikan barang yang dijual. Kemudian, dari kategori itu, kamu
bisa menerapkan ide untuk mempermudah proses pembelian barang bagi
pelanggan.
Contoh sederhananya adalah mengatur produk di rak sesuai dengan
kategori. Atau kamu bisa mengatur barang pelengkap dengan barang utama dalam
rak yang sama, tapi letak yang berbeda.
2. Process design
Process design terlibat langsung dalam perancangan produk.
Sederhananya, konsep process design digunakan untuk menentukan langkah-
langkah yang tepat saat pembeli melakukan transaksi. Misalnya, e-commerce
harus dirancang user-friendly agar memudahkan pelanggan melakukan transaski.
Proses panjang untuk menjelajahi, memilih, hingga check out produk termasuk ke
dalam proses desain produk yang membutuhkan strategi.
3. Interface design
Interface design ini berfokus pada estetika produk. Interface
design bertanggung jawab pada human-first approach atau impresi pertama dari
pengguna/pembeli.
Tampilan suatu desain produk harus jelas dan memberi solusi atau
memandu pengguna dengan baik.
Contohnya petunjuk rute transportasi umum, desainnya harus
memudahkan bahkan untuk orang yang baru pertama menggunakannya.

2. Pelabelan
a. Pengertian Label
Label merupakan salah satu bagian dari sebuah produk. Label terdiri dari
keterangan yang direpresentasikan dengan kata-kata maupun berupa gambar
dimana perannya ialah sebagai sumber informasi mengenai produk tersebut
lengkap dengan penjualnya. Label pada produk umumnya memang berupa nama
atau singkatnya merek produk. Bisa juga berupa keterangan bahan maupun
komposisi produk, bahan baku, informasi gizi, isi produk, tanggal kadaluarsa
hingga keterangan legalitas. Singkatnya, pengertian dan fungsi label produk dapat
dilihat dari isian label itu sendiri. Secara umum label adalah informasi penting
yang tertera pada produk. Di Indonesia perihal mengenai penyematan label dalam
produk sudah diatur di dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1996 yang isinya
tentang pangan
b. Fungsi dan Tujuan Label
Label bukan hanya sebagai alat penyampai informasi, namun juga
berfungsi sebagai iklan dan branding sebuah produk. Menurut Kotler (2000:478),
fungsi label adalah sebagai berikut:
1. Label mengidentifikasi produk atau merek.
2. Label menentukan kelas produk.
3. Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa pembuatnya,
dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana menggunakannya, dan
bagaimana menggunakan secara aman).
4. Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang
menarik. Adapun tujuan label adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan.
2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-
hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal
yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik.
3. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk
yang optimum.
4. Sarana periklanan bagi produsen.
5. Memberi rasa aman bagi konsumen.
c. Jenis – jenis Label
Menurut Marinus (2002:192), terdapat tiga tipe label berdasarkan
fungsinya, yaitu sebagai berikut:
1. Brand label adalah penggunaan label yang semata-mata digunakan sebagai
brand.
2. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu
barang. Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau katakata.
3. Label Deskriptif (Descriptive Label) adalah informasi objektif tentang
penggunaan, konstruksi, pemeliharaan penampilan dan cirri-ciri lain dari
produk.
Sedangkan menurut Simamora (2000:502), label diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan sebuah produk
yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan produk.
2. Label merek (brand label) adalah nama merek yang diletakkan pada
pengemasan produk.
3. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa terdiri
dari huruf, angka atau metode lainya untuk menunjukkan tingkat kualitas dari
produk itu sendiri.
4. Label deskriptif (descriptive label) menggambarkan isi, pemakaian dan ciri-
ciri produk. Pemberian label (labeling) merupakan elemen produk yang
sangat penting yang patut memperoleh perhatian saksama dengan tujuan
untuk menarik para konsumen.
d. Ketentuan dan Peraturan Label
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan
iklan pangan, label produk sekurang-kurangnya memuat nama produk, berat
bersih atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
1. Nama Produk Pangan. Pada setiap produk pangan terdapat nama produk.
Nama produk pangan tersebut memberikan keterangan mengenai identitas
produk pangan yang menunjukkan sifat dan keadaan produk pangan yang
sebenarnya. Untuk produk pangan yang sudah terdapat dalam Standar
Nasional Indonesia penggunaan nama produk menjadi bersifat wajib.
2. Keterangan Bahan yang Digunakan dalam Pangan. Keterangan ini diurutkan
dari bahan yang paling banyak digunakan kecuali vitamin, mineral dan zat
penambah gizi lainnya. Bahan tambahan pangan atau pengawet yang
digunakan juga harus dicantumkan. Pernyataan mengenai bahan yang
ditambahkan, diperkaya, atau difortifikasi juga harus dicantumkan selama itu
benar dilakukan pada proses produksi dan tidak menyesatkan.
3. Berat Bersih Atau Isi Bersih Pangan. Berat bersih atau isi bersih menerangkan
jumlah produk pangan yang terdapat dalam kemasan produk tersebut.
Keterangan tersebut dinyatakan dalam satuan metrik seperti gram, kilogram,
liter atau mililiter. Untuk produk makanan padat dinyatakan dalam ukuran
berat, produk makanan cair dinyatakan dalam ukuran isi dan produk makanan
semi padat atau kental dinyatakan dalam ukuran isi atau berat.
4. Nama dan Alamat Pabrik Pangan. Keterangan mengenai nama dan alamat
pabrik pada produk pangan berisi keterangan mengenai nama dan alamat
pihak yang memproduksi, memasukkan dan mengedarkan pangan ke wilayah
Indonesia. Untuk nama kota, kode pos dan Indonesia dicantumkan pada
bagian utama label sedangkan nama dan alamat dicantumkan dalam bagian
informasi.
5. Tanggal Kedaluwarsa Pangan. Setiap produk pangan mempunyai keterangan
kedaluwarsa yang tercantum pada label pangan. Keterangan kedaluwarsa yaitu
batas akhir suatu pangan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Keterangan kedaluwarsa
dicantumkan terpisah dari tulisan "Baik Digunakan Sebelum" dan disertai
dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal kedaluwarsa.
6. Nomor Pendaftaran Pangan. Dalam hal peredaran pangan, pada label pangan
tersebut wajib mencantumkan nomor pendaftaran pangan. Adapun tanda yang
diberikan untuk pangan yang diproduksi baik di dalam negeri maupun yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia adalah tanda MD untuk pangan
olahan yang diproduksi di dalam negeri dan tanda ML untuk pangan olahan
yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia.
7. Kode Produksi Pangan. Kode produksi yang dimaksud adalah kode yang
dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat suatu produksi pangan yang
diproses pada kondisi dan waktu yang sama. Kode produksi tersebut disertai
dengan atau tanggal produksi. Tanggal produksi yang dimaksud adalah
tanggal, bulan dan tahun pangan tersebut diolah.
8. Penggunaan atau Penyajian dan Penyimpanan Pangan. Keterangan tentang
petunjuk penggunaan dan atau petunjuk penyimpanan dicantumkan pada
pangan olahan yang memerlukan penyiapan sebelum disajikan atau
digunakan. Selain itu, cara peyimpanan setelah kemasan dibuka juga harus
dicantumkan pada pangan kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam
satu kali makan. Kemudian pada pangan yang memerlukan saran penyajian
atau saran penggunaan dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya
yang sesuai dan disertai dengan tulisan "saran penyajian".
3. Siklus hidup produk
Siklus Hidup Produk atau Product Life Cycle ini yakni suatu grafik yang
menggambarkan suatu riwayat produk sejak diperkenalkan ke dalam pasar sampai
dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini adalah suatu
konsep yang penting didalam pemasaran dikarenakan memberikan pemahaman yang
mendalam tentang dinamika bersaing suatu produk. Konsep Siklus Hidup Produk atau
Product Life Cycle dipopulerkan oleh levitt (1978) yang setelah penggunaannya
dikembangkan dan juga diperluas oleh para ahli lainnya.
Pada dasarnya, Siklus Hidup Produk adalah tahapan-tahapan proses perjalanan
hidup suatu produk mulai dari diperkenalkannya kepada pasar (market) hingga pada
akhirnya hilang dari pasaran. Untuk memperpanjang umur hidup suatu produk, produsen
harus bekerja keras melakukan berbagai strategi agar produknya dapat bertahan lebih
lama lagi di pasar (market).
Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu terbagi menjadi
4tahap, yakni:
1. Tahap perkenalan (introduction)
Dalam tahap perkenalan , barang mulai dipasarkan kedalam jumlah yang besar
meskipun volume penjualannya belum sesuai . Barang yang di jual dasarnya
barang baru (yang betul-betul baru) dikarenakan masih berada ditahap
permulaan, dan biasanya ongkos yang dikeluarkan ini juga tinggi terutama
biaya periklanan (Promosi). Promosi yang dilakukan tersebut memang harus
agfesif serta juga mengarah kepada merek penjual. Di samping hal itu
distribusi barang itu juga masih terbatas serta laba yang diperoleh juga masih
rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth)
Dalam tahap ini, penjualan serta juga laba akan meningkat dengan sangat
cepat. disebabkan permintaan sudah sangat meningkat serta juga masyarakat
sekitara sudah mengetahui produk bersangkutan, maka dari usaha promosi
yang dilakukan oleh suatu perusahaan tersebut tidak seagresif tahap
sebelumnya. Di dalam tahap ini laha pesaing sudah mulai memasuki pasar
sehingga terdapat persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat
dilakukan untuk dapat
memperluas serta juga meningkatkan distribusinya adalah dengan cara
menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada kedewasaan ini, kita semua dapat melihat bahwa penjualan masih
meningkat serta juga pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba
produsen ataupun laba pengecer mulai turun. Persaingan pada harga menjadi
sangat tajam sehingga suatu perusahaan perlu memperkenalkan produktivitas
dengan kreativitas model yang baru. Dalam tahap kedewasaan ini, usaha
dalam periklanan(promosi) biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk dapat
menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir di semua macam jenis barang yang dihasilkan suatu perusahaan selalu
mengalami kekunoan atau juga keusangan serta juga harus di ganti dengan
barang yang baru. Dalam tahap kemuduran ini, barang baru harus sudah
dipasarkan untuk dapat menggantikan barang lama yang sudah jadul .
walaupun dalam jumlah pesaing sudah berkurang namaun pengawasan biaya
menjadi sangat penting diosebabkan karena permintaan sudah jauh menurun.
Jika barang yang lama itu tidak segera ditinggalkan tanpa digantikan dengan
barang baru, maka perusahaan tersebut hanya dapat beroperasi disuatu pasar
tertentu yang sangat terbatas.’
Alternatif-alternatif yang bisa dilakukan oleh manajemen disaat penjualan
menurun antara lain sebagai berikut:
a. Memperbarui barang (fungsinya).
b. Meninjau kembali serta juga memperbaiki program pemasaran dan
juga program produksinya agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, serta juga model yang kurang baik.
d. mengurangi sebagian jenis barang untuk dapat mencapai laba optimum
pada barang yang telah ada.
e. Membuat kreativitas baru.
Kesimpulan

Desain produk, pelabelan, dan siklus hidup produk adalah tiga konsep kunci dalam
pengembangan produk yang sukses di pasar. Desain produk tidak hanya melibatkan proses
kreatif dalam menciptakan solusi inovatif untuk masalah yang dihadapi pengguna, tetapi juga
memastikan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan bisnis dan kebutuhan pengguna melalui
pendekatan design thinking.
Fungsi desain produk sangat luas, mulai dari meningkatkan kepuasan pengguna hingga
membantu perkembangan bisnis. Pelabelan, di sisi lain, bertindak sebagai jembatan komunikasi
antara produsen dan konsumen, menyediakan informasi penting tentang produk, seperti
komposisi, manfaat, dan keamanan, yang esensial untuk transparansi dan kepercayaan
konsumen. Regulasi yang ketat mengenai pelabelan memastikan bahwa konsumen menerima
informasi yang jelas dan akurat.
Siklus hidup produk menggambarkan perjalanan sebuah produk dari pengenalan
hingga pengunduran diri dari pasar, dengan setiap tahap membutuhkan strategi yang berbeda
untuk memaksimalkan keberhasilan dan umur pasar produk. Pengertian yang mendalam
tentang ketiga konsep ini memungkinkan produsen untuk tidak hanya menciptakan produk
yang memenuhi kebutuhan pasar tetapi juga memelihara dan meningkatkan keberhasilan
produk sepanjang waktu di pasar yang kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai