Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, halaman 1

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dje ISSN (Print) : 2337-3814

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN UMKM SENTRA BATIK
DI KOTA PEKALONGAN
Yuniarum Fatin Laili1
Achma Hendra Setiawan
Departemen IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
yuniarumfatinlaili@students.undip.ac.id

Abstract

The city of Pekalongan is well known to the public as a city with a center for
batik handicrafts, where batik is one of the leading products in Pekalongan City. The
purpose of this study is to analyze the factors that affect the income of SMEs Batik
Center in Pekalongan City. The income of SMEs Batik Center can be influenced by
various factors. This study uses capital, labor, education and working hours as
independent variables. This research used primary data with questionnaire data
collection method. The samples used in this study were 100 members of respondents
using purposive sampling technique. The results of this research indicate positive
and significant effect of capital, labor, education and working hours on the income of
SMEs Batik Centers in Pekalongan City. The independent variables jointly affect the
income of SMEs Batik Center in Pekalongan City by 81.5 percent. The dominant
variable affecting the income of SMEs Batik Center in Pekalongan City is capital.

Keywords: SMEs income, capital, labor, education, working hours

PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pengembangan ekonomi nasional. Berdasarkan hal tersebut,
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu
prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Perkembangan
UMKM mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan struktural di
masyarakat, salah satunya mampu meningkatkan perekonomian daerah dan
ketahanan ekonomi nasional terhadap krisis. UMKM di Jawa Tengah memiliki
potensi yang bagus apabila terus dikembangkan, karena jumlah unit usahanya yang
terus bertambah di setiap tahunnya. Potensi-potensi daerah yang dikelola dalam skala
UMKM diharapkan mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat secara adil dan
merata.
Salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki potensi untuk
pengembangan UMKM adalah Kota Pekalongan. Kota Pekalongan memiliki warisan
budaya lokal yang berpotensi bagus untuk terus dikembangkan. Kota Pekalongan
telah dikenal masyarakat luas sebagai kota dengan sentra kerajinan batik. Usaha
batik terus berkembang setiap tahunnya. Di tahun 2016 menurut Dinas Perdagangan,
Koperasi, dan UKM Kota Pekalongan jumlah usaha batik mencapai 1.077 unit usaha
dengan menyerap tenaga kerja sebesar 12.609. Namun di tahun 2017 usaha batik
mengalami penurunan yang ditandai dengan menurunnya jumlah usaha menjadi 861

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 2

unit usaha. Terjadi peningkatan hingga di tahun 2019 namun peningkatan jumlah
usaha batik belum diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja.
Jumlah unit usaha dan tenaga kerja UMKM Batik di Kota Pekalongan yang
menurun artinya dapat berdampak pada peningkatkan jumlah pengangguran yang ada
di Kota Pekalongan. Penurunan jumlah unit usaha batik ini dikarenakan beberapa
usaha batik mengalami gulung tikar yang di sebabkan karena naiknya biaya produksi
yang tidak diikuti dengan minat dan daya beli masyarakat. Turunnya minat dan daya
beli masyarakat terhadap batik Pekalongan dapat mempengaruhi pendapatan pelaku
UMKM Sentra Batik Pekalongan. Kesejahteraan pelaku usaha dapat diukur dari
pedapatannya, oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan UMKM
Sentra Batik di Kota Pekalongan harus diperhatikan agar pelaku UMKM Sentra
Batik mendapatkan pendapatan yang stabil serta kesejahteraannya meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) berdasarkan aset dan omzet dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah).
Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2011), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, penjelasan

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 3

mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya,


sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan.
Teori Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang
menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang bersumber
dari dalam suatu sistem. Model pertumbuhan endogen menerangkan peran aktif
kebijakan publik dalam meningkatkan pembangunan ekonomi melalui investasi
langsung maupun tidak langsung dalam human capital serta mendorong adanya
perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi ini akan mendorong inovasi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses learning by doing, yang dapat
memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi.
Efisiensi ini yang dapat meningkatkan produktivitas, sehingga diperlukan perbaikan
dalam kualitas sumber daya manusia untuk lebih mendorong produktivitas yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil dari seluruh penjualan barang atau jasa, suatu
komoditi. Pendapatan juga bisa diartikan sebagai penghasilan yang timbul dari
aktivitas sebuah usaha. Menurut Mankiw (2010) disebutkan bahwa pendapatan
dirumuskan sebagai hasil perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per
unit.
Modal
Menurut Tambunan (2002), modal adalah salah satu faktor paling penting bagi
setiap usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar. Maka dari itu modal
merupakan salah satu elemen penting yang harus mendapat perhatian oleh pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya karena perannya dalam menunjang
kegiatan usaha.
Menurut Sukirno (2006), modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1) Modal tetap, merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang
tidak habis dalam satu proses produksi tersebut.
2) Modal tidak tetap, merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut
Tenaga Kerja
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Pengertian lain dari tenaga kerja menurut Sumarsono (2009)
mengungkapkan bahwa tenaga kerja adalah kelompok penduduk dalam usia kerja
(15-64 tahun).
Pendidikan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar seseorang secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Konsep modal manusia (Human Capital) merupakan salah satu strategi yang
telah lama diterapkan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia menurut teori modal manusia dapat ditentukan oleh aspek
pendidikan setiap individu. Pendidikan dinilai dapat meningkatkan keahlian,
kreativitas, serta keterampilan tenaga kerja.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 4

Jam Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jam kerja adalah waktu yang
dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang
dijadwalkan bagi pegawai untuk pegawai. Jam kerja bagi seseorang sangat
menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif yaitu statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang
sudah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum atau generalisasi. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota
Pekalalongan diperoleh dari pengisian kuesioner dan wawancara dari populasi
jumlah usaha batik Kota Pekalongan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
pemilik usaha batik Kota Pekalongan yaitu sebanyak 100 respoden.
Variabel dalam penelitian ini yaitu pendapatan, modal, tenaga kerja, pendidikan,
dan jam kerja.
1. Pendapatan
Pendapatan dalam penelitian ini merupakan penghasilan dari usaha berupa
uang yang didapatkan oleh pelaku UMKM Sentra Batik di Kota
Pekalongan.
2. Modal
Dalam penelitian ini modal yang dimaksud adalah jumlah uang yang
digunakan oleh pelaku UMKM pada saat awal menjalankan usaha untuk
membeli barang dagangannya yang akan dijual kembali.
3. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan jumlah orang
yang bekerja untuk membantu produktivitas pelaku UMKM Sentra Batik di
Kota Pekalongan baik dari produksi maupun pemasaran.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal pelaku
UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan.
5. Jam Kerja
Jam kerja yang dimaksud adalah lamanya waktu yang digunakan pelaky
UMKM untuk melakukan usahanya sejak buka hingga tutup dalam satu hari
kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah
deteksi normalitas, deteksi multikolinearitas, dan deteksi heteroskedastisitas.

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 5

Deteksi Normalitas
Tabel 1
Hasil Deteksi Normalitas
Kolmogrov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual .075 100 .187 .980 100 .133
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Pada deteksi normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Hasil


pada uji ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,187. Dasar pengambilan
keputusan untuk uji normalita Kolmogorov-Smirnov adalah dengan melihat nilai
Asymp. Sig. (2-tailed). Jika nilai signifikansi > 0,05 maka nilai residual berdistribusi
normal. Dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi yang ditunjukkan pada Asymp
Sig. (2-tailed) adalah 0,187 atau > 0,05 yangberarti nilai residual berdistribusi
normal.

Deteksi Multikolinearitas
Tabel 2
Hasil Deteksi Multikolinearitas
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 3.002 .960 3.129 .002
X1 .299 .042 .366 7.104 .000 .703 1.422
X2 .163 .039 .213 4.177 .000 .715 1.398
X3 .283 .042 .348 6.708 .000 .694 1.440
X4 .204 .042 .261 4.913 .000 .662 1.510
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Dasar pengambilan keputusan untuk Deteksi Multikolinearitas adalah dengan


melihat nilai Tolerance dan VIF. Jika nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi
multikolinearitas. Kemudian langkah selanjutnyadengan melihat nilai VIF. Jika nilai
VIF < 10,00 maka tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil di atas
menunjukkan bahwa nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model
regresi ini.

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 6

Deteksi Heteroskedastisitas
Tabel 3
Hasil Deteksi Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Analisis Regresi Berganda


Berdasarkan pengolahan secara staistik, diperoleh persamaan sebagai berikut:
𝑌 3,002 0,299 𝑋1 0,163 𝑋2 0,283 𝑋3 0,204 𝑋4
Koefisien variabel pendapatan dalam persamaan regresi berganda sebesar
3,002, koefisien regresi variabel modal sebesar 0,299, koefisien regresi variabel
tenaga kerja sebesar ,163, koefisien regresi variabel pendidikan sebesar 0,283 dan
koefisien regresi variabel jam kerja sebesar 0,204.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen atau sering disebut uji kelinieran
persamaan regresi.
Tabel 4
Hasil Uji F
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 166.630 4 41.657 110.295 .000b
Residual 35.880 95 .378
Total 202.510 99
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Dasar pengambilan keputusan untuk uji F adalah dengan melihat nilai


signifikansinya. Dari hasil Tabel 4 di atas disimpulkan bahwa semua variabel
independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen karena nilai signifikansi = 0,000 < α = 0,05 ini berarti variabel modal,
tenaga kerja, pendidikan, dan jam kerja secara simultan benar-benar berpengaruh
signifikan terhadap variabel pendapatan UMKM Sentra Batik. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diartikan bahwa variabel-variabel independen modal, tenaga kerja,

6
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 7

pendidikan, jam kerja mampu menjelaskan besarnya variabel dependen pendapatan


UMKM Sentra Batik.

Uji Signifikansi Individual (Uji t)


Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan atau tidak.
Tabel 5
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constan
3.002 .960 3.129 .002
t)
X1 .299 .042 .366 7.104 .000 .703 1.422
X2 .163 .039 .213 4.177 .000 .715 1.398
X3 .283 .042 .348 6.708 .000 .694 1.440
X4 .204 .042 .261 4.913 .000 .662 1.510
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Dasar pengambilan keputusan dalam uji t adalah dengan melihat nilai


signifikansi dan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika nilai signifikansi <
0,05 atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Dengan tingkat kepercayaan = 95 persen atau (α) = 0,05. Derajat kebebasan
(df) = n-k-1 = 100-4-1 = 95, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t0,05=
1.985.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa variabel modal adalah variabel
paling dominan dalam hal memengaruhi pendapatan UMKM Sentra Batik karena
memiliki nilai koefisien beta dan t hitung paling besar.

Koefisien Determinasi (R2)


Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara keseluruhan.
Tabel 6
Hasil Koefisien Determinasi
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R
Square Square Estimate Watson
1 .907a .823 .815 .615 2.271
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Dasar pengambilan keputusan dengan melihat nilai Adjusted R Square.


Berdasarkan Tabel 6, nilai Adjusted R Square menunjukan 0,815 yang berarti
variabel bebas modal, tenaga kerja, pendidikan, jam kerja secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen pendapatan UMKM Sentra Batik sebesar 81,5
persen dan sisanya dipengaruhi oleh sebab lain yang tidak masuk dalam penelitian
ini yaitu sebesar 18,5 persen.

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 8

Pengaruh Modal terhadap Pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota


Pekalongan
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda
tersebut ditunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel modal terhadap
pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan sebesar 0,299 atau bermakna
positif apabila modal bertambah maka akan meningkatkan pendapatan. Variabel
modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan yang ditunjukkan
dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 5 persen. Dalam penelitian ini modal pelaku
UMKM bersumber dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal pelaku UMKM
Sentra Batik paling banyak berasal dari modal sendiri.
Bertambahnya modal akan semakin menunjang suatu usaha, seperti
menambah variasi produknya serta menambah jumlah stok produk. Selain itu modal
merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam menentukan pendapatan bagi
para pelaku UMKM Sentra Batik di Pekalongan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan ekonomi yang lebih baik. Pengaruh positif variabel modal terhadap pendapatan
pelaku UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan dalam penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Dewi (2014) yang menyatakan bahwa
berdasarkan hasil uji t yang dilakukan dalam penelitiannya menyatakan bahwa modal
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM di
Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat.

Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota


Pekalongan
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda
tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien regresi variabel tenaga kerja terhadap
pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan sebesar 0,163 atau bermakna
positif apabila tenga kerja bertambah maka akan meningkatkan pendapatan. Semakin
banyak tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Sentra Batik.
Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan yang
ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 5 persen.
Tenaga kerja dapat membantu dalam proses produksi maupun melayani
konsumen sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi. Jika permintaan
konsumen dapat terpenuhi maka pendapatan juga akan menjadi meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara tenaga kerja dengan pendapatan bersifat
positif, artinya semakin bertambahnya tenaga kerja akan meningkatkan produktivitas
sehingga dapat meningkatkan pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2017) di mana
pada penelitian tersebut variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap
pendapatan dengan nilai koefisien sebesar 0,762 Hasil analisis regresi dari uji parsial
juga menunjukan jumlah tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh signifkan
terhadap pendapatan pemilik usaha kedai kopi di Kota Malang.

Pengaruh Pendidikan terhadap Pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota


Pekalongan
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda
tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien regresi variabel pendidikan terhadap
pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan sebesar 0,283 atau bermakna
positif apabila pendidikan semakin baik maka akan meningkatkan pendapatan.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 9

Semakin tinggi tingkat pendidikan cenderung akan semakin tinggi pula pendapatan
UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan. Variabel pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar
0,000 < 5 persen.
Pengaruh positif variabel pendidikan terhadap pendapatan UMKM Sentra
Batik dalam penelitian ini sesuai dengan teori human capital yang menyatakan
bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya dengan melalui peningkatan
pendidikan. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan akan tetapi meningkatkan
keterampilan bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Diandrino dan
Pratomo (2018) bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel Pendapatan UMKM Kedai Kopi di Kota Malang.

Pengaruh Jam Kerja terhadap Pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota


Pekalongan
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda
tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien regresi variabel jam kerja terhadap
pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan sebesar 0,204, artinya apabila
jam kerja bertambah maka akan meningkatkan pendapatan UMKM Sentra Batik.
Semakin banyak jam kerja maka akan semakin besar pendapatan UMKM Sentra
Batik di Kota Pekalongan. Variabel jam kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 5
persen.
Jam kerja memberikan pengaruh terhadap pendapatan dikarenakan sebagian
besar pelaku UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan beranggapan bahwa semakin
banyak jam kerja yang dilakukan oleh pelaku UMKM dalam menjalankan aktivitas
produksi dan perdagangan, semakin besar peluang memperoleh pendapatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sasmitha dan Ayuningsari (2017), bahwa jam
kerja berpengaruh positif dengan nilai t hitung sebesar 1,819 lebih besar dari t tabel
1,671 dengan angka signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti bahwa jam kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pengrajin pada industri kerajinan bambu di Desa Belega Kota Gianyar.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel modal, tenaga kerja, pendidikan, jam kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan.
2. Variabel modal, tenaga kerja, pendidikan, dan jam kerja secara bersama-
sama mempengaruhi pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan.
3. Dalam penelitian ini faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
pendapatan UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan adalah modal.

SARAN
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka terdapat beberapa hal yang diajukan
sebagai saran sebagai berikut:
1. Peningkatan modal usaha bagi para pelaku UMKM Sentra Batik di Kota
Pekalongan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya adalah
dengan memanfaatkan program-program pembiayaan dari Pemerintah, seperti
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020, Halaman 10

skim kredit program yang memiliki persyaratan yang mudah dan suku bunga
yang rendah. Dengan bertambahnya modal diharapkan akan mampu
meningkatkan kapasitas produksi sehingga dapat mendorong peningkatan skala
usaha yang lebih besar dan sekaligus menciptakan daya saing yang lebih tinggi.
2. Terkait minat tenaga kerja yang masih kurang, pelaku UMKM Sentra Batik di
Kota Pekalongan diharapkan dapat mempertimbangkan kembali pemberian
upah dan insentif kepada para pekerjanya. Tingkat upah yang layak dan adanya
pemberian insentif maka akan memotivasi para pekerja untuk dapat
meningkatkan produktivitasnya. Nantinya akan menarik kembali minat generasi
muda untuk terjun di sektor usaha batik.
3. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyediakan program pelatihan, program
pendampingan, serta peningkatan promosi produk bagi para pelaku UMKM
Sentra Batik di Kota Pekalongan. Program pelatihan ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas, inovasi dan kreativitas para pengrajin batik.
Program pendampingan ditujukan untuk membantu meningkatkan kemampuan
manajerial dan pemasaran bagi para pengusaha batik. Peningkatan promosi
produk ditujukan untuk memperluas pangsa pasar sehingga bisa meningkatkan
omzet penjualan yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan
para pengusaha dan pengrajin batik di Kota Pekalongan.

REFERENSI

Anjani, N. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Pendapatan Sentra Industri Rotan Balearjosari. Jurnal Ilmiah Universitas
Brawijaya.
Diandrino, D. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
UMKM Kedai Kopi Di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.
Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Pekalongan. (2019). Jumlah Unit Usaha dan
Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Batik di Kota Pekalongan Tahun 2014-2019.
Mankiw, N. G. (2010). Pengantar Ekonomi Makro (Terjemahan). Erlangga.
Sasmitha, N., & Ayuningsasi, A. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pengrajin pada Industri Kerajinan Bambu di Desa Belega
Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana,
6(1).
Sukirno, S. (2006). Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Rajawali Press.
Sukirno, S. (2011). Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Rajawali Press.
Sumarsono, S. (2009). Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik.
Graha Ilmu.
Tambunan, T. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu
Penting. Salemba Empat.
Utari, T., & Dewi, P. M. (2014). Pengaruh Modal, Tingkat Pendidikan Dan
Teknologi Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3.

10

Anda mungkin juga menyukai