Tujuan, Fungsi, Dan Faktor
Tujuan, Fungsi, Dan Faktor
Tujuan, Fungsi, Dan Faktor
Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok menurut beberapa para ahli. Menurut
Halena tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mengembangkan langkah-
langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok, dengan
demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok, kemampuan
berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dapat
mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan
sebagaimana terungkap didalam kelompok.3Menurut Dinkmeyer & J.J Muro adalah
membantu masing-masing anggota kelompok untuk memahami dan mengenal diri,
membantu dalam proses mencari identitas diri, membantu anggota mengembangkan perasaan
berkelompok dan penerimaan oleh orang lain yang memberikan rasa aman dalam
menghadapi tantangan hidup, mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan
interpersonal pada diri anggota yang memungkinkan mereka untuk mengatasi tugas-tugas
perkembangannya dalam bidang pribadi dan sosial, membantu anggota merumuskan tujuan-
tujuan khusus yang dapat diukur dan diamati dari segi perilaku, dan membantu mereka
membuat komitmen.4
1
Jahju Hartanti, Bimbingan Kelompok, (Tulungagung: UD. DUTA SABLON, 2022), hal. 13-14.
2
Budi Astuti, Modul Konseling Individual, ( Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling
FIP UNY, 2012), hal. 6.
3
A. Hallen, Bimbingan dan Korneling. Edisi Revizi akarta: Quantum Teaching 2005).hal.73 dkutip oleh Affiyani
Pramono "Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Prikodrama Untuk Mengembangkan
Konsep Dui Positif Jurnal Bimbingan Konseling vol.2 (Februari 20013).hal. 100. Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/sjw/index.php/jubk.
4
Dinkmeyer, Don & Muro James J. 1978, Group Counseling, Itasca Illionis: F.E Peacock Publishers, Inc.
.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno agar setiap peserta mampu berbicara
di depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan dan perasaan
kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas
pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan emosi, dapat bertenggang
rasa, menjadi akrab satu sama lain, dan membahas masalah atau topik-topik umum yang
dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.5 Winkel & Hastuti juga mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan kelompok yaitu menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan
sosial masing- masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam
kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.6
1. Pengembangan
2. Pencegahan
3. Pengentasan
4. Fungsi layanan kuratif, yaitu layanan yang diarahkan untuk mengatasi persoalanyang
dialami individu.
5
Priyanto, layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, ( Padang: Ghalia Indonesia, 1995), hal. 175.
6
Winkel, W.S & Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004),
hal. 31..
7
Ibid, hal. 20
Jadi, Tujuan dan fungsi layanan bimbingan kelompok adalah agar setiap anggota
mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran,
tanggapan, perasaan kepada banyak orang, bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang
bersifat negative).8
a) Pemimpin harus betul-betul menyadari tujuan dan membawa diskusi ke arah tujuan tanpa
memaksa proses kelompok.
b) Anggota kelompok perlu dipilih dengan teliti dengan menyisihkan orang yang menderita
maladjusment yang berat.
a) Membina harapan.
Harapan akan menimbulkan perasaan optimis pada diri konseli untuk dapat
menyelesaikan masalahnya. Melalui harapan, konseli akan belajar memahami dan
mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimilikinya. Adanya keterlibatan dalam
kelompok juga akan menguatkan semangat konseli untuk saling membantu mewujudkan
tujuan bersama yang ingin dicapai.
8
Eka Sari Setianingsih, Anwar Sutoyo, Edy Purwanto, PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI SISWA, Jurnal
Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)
9
Ibid, hal. 179-180.
10
Namora Lumongga Lubis, Memahami Bimbingan dan Konseling, (Jakarta Kencana, 2014), hal. 207-209.
Universalitas akan mengurangi tingkat kecemasan konseli karena mengetahui bahwa
bukan hanya dirinya yang memiliki masalah. Teman-teman satu kelompoknya juga
memiliki masalah walaupun dalam dimensi yang berbeda. Untuk hal inilah memberikan
pemahaman pada diri konseli bahwa permasalahan adalah hal yang wajar dalam
kehidupan sangat diperlukan agar konseli tertantang untuk mengatasi masalahnya.
c) Pemberian informasi
Informasi dapat diperoleh melalui pimpinan kelompok (konselor) maupun dari anggota
kelompok lain. Informasi ini meliputi pengalaman dari anggota kelompok, pemecahan
masalah yang ditawarkan oleh konselor atau anggota kelompok dan hal yang bermakna
bagi kehidupan konseli.
Altruisme mengacu kepada proses memberi dan menerima. Konseli yang merasa bahwa
kelompoknya telah memberikan banyak masukan dan kebaikan pada dirinya selama
menjalani proses konseling, akan melakukan hal yang sama terhadap anggota
kelompoknya. Hal ini akan mendorong terjadinya umpan balik antar anggota
Tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman atau hasil identifikasi anggota kelompok
yang dianggap layak untuk ditiru. Mendapatkan model positif yang dapat ditiru akan
sangat menguntungkan anggota karena memudahkannya dalam mempelajari tingkah laku
baru yang lebih positif.
Kohesivitas tidak terjadi mulai saja. bentuk penerimaan yang hangat dari masing- masing
anggota serta keinginan untuk terus menjalin hubungan interpersonal yang akrab. Jika
kohesivitas telah terbentuk, masing-masing anggota akan dapat berinteraksi secara
optimal dan tanpa keraguan memberikan umpan balik demi kemajuan anggota kelompok.
Faktor-faktor eksistensial yang perlu dibicarakan dan bahan diskusi bagi anggota
kelompok. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman pada kelompok bahwa banyak
hal yang harus dicapai dalam hidup. Untuk itu, anggota kelompok dapat termotivasi
mengatasi masalah untuk mencapai kehidupan yang lebih banyak Menanamkan tanggung
jawab pada klien juga bagian dari faktor eksistensial yang harus dimainkan. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas tujuan maka konselor dapat
menyelaraskan kelompoknya dengan yang ingin membantu konseling. Karena keduanya
adalah aspek yang saling mendukung dan mendukung proses konseling.11
DAFTAR PUSTAKA
Izzati Wahyuningtyas,dll, Pelayanan Konseling Kelompok Dalam Menangani Kasus Bullying, Counseling As
11
Astuti, Budi. (2012). Modul Konseling Individual. Fakultas Ilmu Pendidikan, Program
Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNY.
Winkel, W.S & Sri Hastuti. (2004). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Hasanah liwatun., dkk. (2022). BIMBINGAN KELOMPOK; Teori dan Praktik. Duta media publishing.
,
Siregar, Siti Wahyuni. (2018). Konsep Dasar Konseling Kelompok. HIKMAH. Volume
12 Nomor 1. hal. 78-97.