Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Keanekaragaman Testudinata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM HERPETOLOGI KEANEKARAGAMAN JENIS ANGGOTA ORDO TESTUDINATA

Disusun oleh Nama : Agus Yulianto NIM : 08/267382/BI/8141

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN FAKULTAS BIOLOGI UNVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

KEANEKARAGAMAN JENIS ANGGOTA ORDO TESTUDINATA

I. Pendahuluan Anggota Ordo testudinata diperkirakan telah ada di dunia sejak zaman Triasik sekitar 225 juta tahun yang lalu. (Iskandar, 2000). Anggota Ordo ini mudah dikenali dengan adanya lempengan tulang di bagian dorsal yang disebut karapaks dan di bagian ventral yang disebut plastron. (Hutchins et. al, 2003). Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. (Pough et. al, 1998). Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al., 1998 ; Iskandar, 2000) Ekstrimitasnya anggota ordo ini termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam berenang. Sedangkan untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk seperti tonggak tanpa selaput sementara untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat selaput renang diantara jarijarinya. Untuk yang hidup di darat, jari-jarinya dilengkapi dengan cakar yang pada jantan cakar ini lebih panjang yang berfungs antara lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi (Zug et al., 2001). Reproduksi anggota Ordo Testudinata terjadi secara ovipar dengan pembuahan secara internal. Telur yang dihasilkan disimpan dalam tanah, pasir atau serasah. Pada penyu, biasanya dalam periode tertentu mereka akan mendarat di pantai untuk meletakkan telurtelurnya. (Hutchins et al., 2003)

Musim kawin kura-kura berlangsung selama musim semi. Yang jantan biasanya mengeluarkan suara mencicit selama kawin dan yang betina mengeluarkan telur berbentuk bulat dengan kulit atau cangkang dari zat kapur di lubang-lubang dalam tanah yang digalinya sendiri (Ensiklopedi Indonesia.1989). Telur yang dihasilkan disimpan dalam tanah, pasir atau serasah. Reproduksi anggota Ordo Testudinata terjadi secara ovipar dengan pembuahan secara internal. Pada penyu, biasanya dalam periode tertentu mereka akan mendarat di pantai untuk meletakkan telur-telurnya. (Hutchins et al., 2003) Persebaran kura-kura terbanyak di daerah tropis dan subtropis seperti. Labi-labi moncong babi hanya terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara. Sedangkan penyu belimbing ( Dermochelys coriacea) dan sebagian besar penyu lain dapat hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah iklim sedang dan dingin. (Hutchins et al., 2003)

II. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal beberapa jenis anggota Ordo Testudinata serta mempelajari ciri-ciri penting untuk identifikasi Ordo Testudinata.

III. Metode 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pinset untuk mengambil spesimen, sarung tangan sebagai pelindung tangan, kaca pembesar dan mikroskop untuk memudahkan melihat objek yangan kecil, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, serta kamera untuk mendokumentasikan spesimen. 2. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini analah anggota dari ordo testudinata awetan yang digunakan sebagai objek pengamatan.

3. Cara kerja

Masing-masing spesimen diletakkan di meja praktikum, kemudian pengamatan dan identifikasi dilakukan berdasarkan karakter morfologinya dengan menggunakan kunci determinasi yang tersedia. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan : a. Postur tubuh (ambil foto untuk masing-masing spesimen) b. Bentuk, pola dan warna corak pada karapas dan plastron c. Karakter kepala d. Karakter tungkai dan jari e. Karakter tubuh f. Karakter spesifik lain, misal: selaput renang, keratinasi rahang, sisik, dll. Kemudian hasil yang didapat dicatat.

IV. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil

No 1 2 3 4 5

Nama Spesies Celonia mydas Cuora amboinensis Malayemis subtrijuga Celodina sp. Malayemis insclupta

Karapaks Kepala M 22 24 22 20 N 1 2 1 2 V 5 5 5 5 C 4 8 8 8 SC 5 2 2 2 G 1 2 2 2 H 2 2 2 2 AB 2 2 2 2

Plastron PC AN 2 2 2 2 2 2 2 2 1 IG 4 I PP 2 F 1

Cranium Keterangan PA 1 SO 7 PO 4 PRO 4

2. Pembahasan 1. Chelonia mydas Sesuai dengan namanya jenis penyu ini memiliki warna tubuh, lemak, dan daging agak kehijau-hijauan. Perisai berbentuk hati dengan tepi rata. Kepalanya memiliki sepasang sisik pre frontal. Semua sisik kepalanya mempunyai tepi berwarna

putih. Kaki depan dipenuhi sisik-sisik yang berukuran relatif sama sehingga jari-jari tidak terlihat jelas. Keping karapaks terdiri atas : 5 buah keping vertebral, 4 pasang keping costal, 11 pasang keping marginal, 1 pasang keping nuchal, 1 pasang keping supra caudal. Kemudian keping plastron terdiri atas : 1 buah keping gular, 1 pasang keping inter gular, 1 pasang keping humeral, 1 pasang keping pectoral, 1 pasang keping abdominal, 1 pasang keping fermoral, 1 pasang keping anal, dan 4 pasang keping infra marginal. Sisik kepala terdiri atas 1 pasang sisik pre frontal, 1 buah sisik frontal, 1 pasang sisik supra orbital, 1 buah sisik fronto parietal, 1 pasang sisik parietal, dan 1 buah sisik inter parietal.

Gambar 13. Dorsal Chelonia mydas (Asti)

Gambar 14. Ventral Chelonia mydas (Asti)

2. Cuora amboinensis Disebut juga sebagai kuya batok, dapat dibedakan dari jenis-jenis lainnya dari perisai perutnya yang dapat ditutup sepenuhnya. Perisai punggungnya relatif tinggi, dengan tiga buah lunas pada keping vertebral dan keping costal. Terdapat garis kuning di kepala yang melingkar mengikuti tepi bagian atas kepala. Pada bagian pipi juga terdapat garis kuning. Perisai perut umumnya berwarna putih kotor atau krem dengan bercak-bercak hitam besar. Pada bagian kaki depan terdapat garis kuning memanjang. Keping karapaks terdiri atas 1 pasang keping nuchal, 10 pasang keping margianal, 1 pasang keping supracaudal, 5 buah keping vertebral, dan 4 pasang keping costal. Sedangkan keping plastron terdiri atas 1 pasang keping gular, 1 pasang keping humeral, 1 pasang keping pectoral, 1 pasang keping abdominal, 1 pasang keping femoral, 1 pasang keping anal, dan 2 pasang keping inter marginal. Warna keping karapaks seragam (1 warna), ekstremitas bercakar tanpa selaput, adaptif untuk berjalan di darat. Cakar pada ekstremitas depan berjumlah 5 buah, sedangkan pada ekstremitas belakang 4 buah. Bagian kepala mengalami keratinasi, pada bagian dorsolateral kepala terdapat garis.

Gambar 5. Dorsal Cuora amboinensis (Asti)

Gambar 6. Ventral Cuora amboinensis (Asti)

1. Malayemys subtrijuga Merupakan kura-kura pemakan siput. Jenis ini dapat dibedakan dari hidungnya yang dilingkari garis putih. Pada tepi kepala bagian atas, di depan mata dan di bawah mata terdapat garis-garis putih. Perisai punggung mempunyai tiga buah lunas, di tengah keping vertebaral dan di tepi atas keping costal. Perisai punggung berwarna merah coklat, disetiap keping vertebral terdapat bercak berukuran besar dengan bentuk tidak teratur terletak agak ke belakang. Bagian pinggirnya dibatasi warna hitam, bentuk karapaks lonjong Keping costal dengan bercak. Setiap keping marginal terdapat bintik hitam agak ke tepi luar. Perisai perut berwarna kuning hingga oranye dengan bercak hitam berukuran relatif besar di setiap kepingnya. Dagu berwarna hitam dengan sepasang bercak putih di dekat sudut mulut bagian bawah. Mulut mengalami keratinasi. Leher dihiasi dengan beberapa garis putih memanjang dari depan ke belakang. Pada kaki terdapat beberapa garis putih. Ekstremitas bercakar dan tanpa selaput, pada ekstremitas depan dan belakang terdapat 5 buah cakar. Keping karapaks terdiri atas: 5 buah keping vertebral, 4 pasang keping costal, 10 pasang keping marginal, 1 buah keping nuchal, 1 keping supra caudal. Kemudian keping plastron terdiri atas : 1 buah keping gular, 1 pasang keping humeral, 1 pasang keping pectoral, dan 2 pasang keping inter marginal.

Gambar 9. Dorsal Malayemys subtrijuga (Kuswantoro)

Gambar 10. Lateral Malayemys subtrijuga (Asti)

Gambar 11. Ventral Malayemys subtrijuga (Asti)

V. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan dengan menggunakan kunci identifikasi, preparat yang diamati adalah Eretmocelys imbricata dari Familia Cheloniidae, Cuora amboinensis dari Familia Geoemydidae, Chelodina siebenrocki dari Familia

Chelidae, Malayemys subtrijuga dari Familia Geoemydidae, Amyda sp. dari Familia

Trionychidae, Chelonia mydas dari Familia Cheloniidae, Carettochelys insculpta dari Familia Carretochelydidae. Ciri-ciri luar seperti keping perisai, kepala, sisik, dan warna dapat digunakan untuk mengidentifikasi anggota Ordo Testudinata, selain itu tulang perisai kura-kura ikut disertakan karena suku bulus tidak memiliki keping-keping perisai.

VI. Daftar Pustaka Ernst, C.H., R.G.M. Altenburg & R.W. Barbour. . Turtles of The World.

http://nlbif.eti.uva.nl/bis/turtles.php?selected=beschrijving&menuentry=soorten&id . akses 29 januari 2008. Hutchins, M., J.B Murphy, Neil Schlager 2003. Grizimeks Animal Life Encyclopedia second edition Volume 7 Reptiles. Gale Group. Farmington Hill, p.66, 69. Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura&Buaya Indonesia&Papua Nugini. PALMedia Citra. Bandung, hal. 35, 57, 60, 74, 103, 122. McKay, J.L. 2006. Reptil dan Amphibi di Bali(terjemahan Laksmi Holland). Krieger Publishing Company.hal.31-32 Pough, F.H, et al.1998. Herpetology. Prentice-Hall, Inc. New Jersey, pp : 215 ; 271 275. Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 358.

Anda mungkin juga menyukai