Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ayam Kampung

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

ANALIS LINGKUNGAN BISNIS

(PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG)

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

REZY BASTIAN
(02100021)

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INDONESIA


MEULABOH ACEH BARAT
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Meulaboh, 14 Juni 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pemeliharaan intensif Ayam Kampung.............................................3
1. Kandang......................................................................................4
2. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung Pedaging................5
B. Analisis Lingkungan Bisnis................................................................6
1. Definsi Operasional.....................................................................6
2. Analisis SWOT...........................................................................7
3. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal.......................7
4. Strategi S-O...............................................................................10
6. Strategi W – O (Weakness-Opportunity)..................................11
7. Strategi W – T (Weakness-Threat)............................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................12


A. Kesimpulan.......................................................................................12
B. Saran.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan nasional memerlukan berbagai sumber dan jenis pangan.
Salah satu sumber protein hewani dapat diperoleh dari ternak unggas. Rataan
konsumsi protein penduduk Indonesia5,8 gram/ kapita/hari, menempatkan
penyediaan pangan hewani bagi masyarakat bergantung pada komoditas ternak.
Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung cocok dibudidayakan sebagai
komoditas penyedia protein hewani (BPTP, 2016).
Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Peluang usaha ternak ayam Kampung sangat luas ditinjau
dari agroekosistem dan lingkungan hidup, seiring dengan meningkatnya
pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kuantitas dan kualitas
bahan pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Elizabeth & Rusdiana, 2012)
Ayam kampung atau ayam lokal (Gallus domesticus) adalah ayam hasil
domestikasi dan keturunan dari ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam
kampung atau biasa disebut ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal
Indonesia yang mudah beradaptasi. Ayam kampung Indonesia berasal dari
subspesies Gallus gallus bankiva yang berasal dari Lampung, Jawa, dan Bali
(Fumihito et al., 1996)
Keunggulan yang dimiliki ayam kampung adalah cita rasa daging yang
khas, mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan lebih tahan terhadap
penyakit serta tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan ayam pedaging/broiler
(Aman, 2011). Produksi daging ayam kampung saat ini masih tergolong rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Penyebab rendahnya tingkat
produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat
lambat
Menurut Saptati, dkk (2005) dalam Widjastuti, dkk. (2017), pengembangan
ayam kampung memiliki prospek yang cukup baik karena (1) tingginya preferensi
masyarakat terhadap produk ayam lokal karena rasa daging yang khas; (2)
terdapat kecenderungan beralihnya pangsa konsumen tertentu dari produk daging
berlemak ke produk daging yang lebih organik dan (3) adanya pangsa pasar ayam
lokal tersendiri yang tercermin dari semakin banyak restoran yang menggunakan

1
ayam lokal. Faktor harga jual yang cukup menjanjikan atau tinggi membuat
sebagian besar masyarakat memilih memelihara atau beternak ayam kampung.
Kelebihan yang dimiliki beternak ayam kampung adalah kualitas daging maupun
telur sangat baik , demand tidak fluktuatif, pemeliharaan mudah, tahan penyakit
dan harga jual yang tinggi. Namun banyak masyarakat yang memelihara ayam
kampung tanpa memperhatikan tata cara budidaya ternak yang baik, sehingga
kesehatan ayam kampung menurun hingga menyebabkan kematian yang cukup
banyak.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Analisis lingkungan bisnis tentang pemeliharaan ayam
kampung

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeliharaan intensif Ayam Kampung


Teknologi pemeliharaan merupakan faktor yang menentukan dalam usaha
ayam kampung (Elizabeth & Rusdiana, 2012). Teknologi ini meliputi: teknologi
perbibitan, pakan, dan pengendalian penyakit. Teknologi perbibitan usaha
peningkatan produktivitas ayam kampung dapat dilakukan melalui perbaikan
sistem pemeliharaan, pakan, pengendalian penyakit, dan perbaikan mutu genetik.
Secara sederhana, perbaikan mutu genetik dapat dilakukan dengan melakukan
seleksi terhadap sifat-sifat yang dikehendaki dan kawin silang (crossing).
Pemanfaatan keragaman genetikdilakukan untuk meningkatkan produksi telur dan
mengurangi sifat mengeram (Sartika, 2005), sedangkan persilangan dapat
meningkatkan produksi telur dan mempercepat pertumbuhan daging.
Ketersediaan dan dukungan teknologi spesifik lokasi, antara lain teknologi
perbibitan, pakan, dan pengendalian penyakit, diharapkan dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas ayam kampung. Untuk meningkatkan efisiensi usaha
tani ayam kampung, sebaiknya pemeliharaannya dilakukan secara semi intensif
atau intensif, perbaikan kualitas dan kuantitas pakan, skala pemeliharaan
ditingkatkan, vaksinasi ND dan pencegahan penyakit lainnya secara teratur, serta
sanitasi kandang dan lingkungan. Sanitasi kandang dan lingkungan dapat
dilakukan dengan desinfeksi dan fumigasi secara teratur untuk mencegah
timbulnya penyakit yang dapat merugikan dan menimbulkan mortalitas yang
lebih tinggi (Elizabeth & Rusdiana, 2012). Dalam kegiatan ini, pemeliharaan yang
dipilih adalah pemeliharaan secara intensif.
Pemeliharaan secara intensif artinya ayam kampung dipelihara dengan
dikurung/ dikandangkan sepanjang hari. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda
dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanyapakandiberikan
secara penuh, yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus secara
terus-menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini sangat
ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak, terutama untuk pembelian

3
pakan. Dengan cara ini, produktifitas dan pemanfaatan ayam kampung oleh petani
meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan
kesempatan mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam- ayam yang khusus
dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas
(Pramudyati, 2009).
Sarengat (1999) mengatakan bahwa pemeliharaan intensif adalah sistem
pemeliharaan ayam tanpa menyediakan areal umbaran, tetapi dengan cara
dikurung terusmenerus di dalam kandang sehingga semua kandungan zat-zat
makanan harus disediakan secara cukup dalam ransumnya.
1. Kandang
Kandang ayam kampung dalam program pengabdian ini didesain dalam
bentuk kandang postal, bahan bangunan yang kuat dan kokoh dengan
dinding batu bata, atap galvalum. Ventilasi dengan kawat ram yang
terpasang di sekeliling dinding kandang dipasang guna menjamin sirkulasi
udara. Bahan bangunan kandang yang digunakan disesuaikan dengan lama
waktu penggunaan kandang. Semakin lama penggunaan kandang, maka
bahan kandang yang dipilih adalah bahan-bahan yang kuat dan kokoh,
misalnya kayu, besi, baja dan lain-lain. Bahan-bahan yang digunakan ini
akan memberikan kandang yang nyaman untuk ternak.
Pemilihan bahan kandang mengacu pada masing-masing sifat bahan
yang mampu membuat ternak nyaman di dalamnya. Pembuatan tiang dari
beton (cor beton) diharapkan umur kandang relatif lama. Bahan tiang utama
kandang dari beton (cor beton) membuat kandang lebih kokoh dan
penggunaan bahan kandang untuk ventilasi dengan menggunakan kayu atau
bambu akan lebih mudah dalam perbaikannya. Atap kandang model
monitor dengan ventilasi terbuat dari bingkai kayu dan kawat harmonika.
Lantai kandang dari semen.
Bangunan kandang dibuat dengan ukuran 8m x 12m menyesuaikan
kapasitas tampung sejumlah 1.000 ekor yang dilengkapi dengan nipple
otomatis. Penentuan ukuran kandang disesuaikan kapasitas kandang yang
dibutuhkan. Luas kandang merupakan perkalian antara kebutuhan kandang
per ekor dengan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ketidaksesuaian ukuran
kandang dengan kapasitas kandang akan berakibat pada performa ternak

4
yang dipelihara. Kandang yang nyaman membuat aktivitas ternak lebih
nyaman dan memperbaiki efisiensi penggunaan nutrien bagi ayam.
Letak kandang juga jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya akibat dampak limbah. Kondisi
perkandangan yang ideal untuk densitas kepadatan kandang 8-11 ekor/m 2 ,
kondisi temperatur ruangan 32-35,50C dan kelembaban 60-70%
Nipple otomatis berfungsi sebagai tempat minum ayam yang airnya
tersedia sepanjang hari sehingga ayam tidak mengalami kekurangan air
minum. Hal ini menjamin ketersediaan air sepanjang hari. Nipple otomatis
berbeda dengan tempat minum yang pada umumnya tersedia, yang harus
diisi setiap pagi dan sore hari dan selalu dicek kondisinya karena bila
tempat minumnya terguling maka airnya tumpah

2. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung Pedaging


Untuk menghindari serangan penyakit, kandang harus dibuat bersih dan
tidak jorok dan selalu divaksin. Masalah pengiriman juga perlu diantisipasi,
misalnya dengan memberikan vaksin, vitamin, penyemprotan disenfektan
sebelum pemberangkatan. Pada musim pancaroba banyak ayam yang mati
terserang penyakit gumboro yang sangat mudah menular. Untuk
mengatasinya, bisa menggunakan obat herbal seperti jahe, kencur, dan lian-
lain. Selain itu, dapat jugadiberikan vitamin dan untuk mensiasati biaya
operasional, dapat diberikan pakan organik
Kualitas ayam kampung pedaging dimulai dari pemeliharan anak ayam
umur satu hari (DOC). Broder box disiapkan dimana setiap 1 m 2
berkapasitas 100 ekor dengan bolam lampu sebagai pemanas dengan suhu
350C yang dinyalakan 2 jam sebelum DOC dimasukkan. Pemanas (brooder)
berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu kandang dan sistem kekebalan
tubuh DOC yang belum stabil dalam fungsinya. Air minum pada hari
pertama ditambahkan antibiotik dan selanjutnya diberikan vitamin. Periode
starter di dalam brooder selama 14 hari. Setelah ayam berumur satu minggu
suhu diturunkan 30oC. DOC yang sehat akan tampak lincah dan bergerak
aktif. Pemberian pakan periode starter pada minggu pertama diberikan

5
sesering mungkin secara adlibitum. Pakan yang diberikan berupa pakan
crumble dengan kandungan protein 21%
Ayam diturunkan dari kandang brooder ke kandang postal setelah
berumur 2 minggu. Sebelumnya kandang postal telah dipersiapkan dengan
menutup lantai dengan kapur mati dan sekam. Sekam mempunyai daya
serap tinggi dan mempertahankan suhu kandang. Saat ayam diturunkan ke
kandang postal terlebih dahulu dipersiapkan pakan dan minum dan tirai
kandang.
Faktor utama penyebab kegagalan model pengembangan ternak ayam
kampung adalah rendahnya kandungan protein pakan dan kurangnya
kesadaran peternak dalam melaksanakan pengendalian penyakit, terutama
ND, cacingan, dan kutu (Gunawan & Sundari, 2003). Pemeliharaan ayam
kampung secara intensif harus diikuti dengan pencegahan ataupun
pengendalian penyakit (Adnyana, Dewi, & Wirapartha, 2016). Sesuai
dengan pendapat Payne, Kruger, dan Watkins (2002) yang menyatakan
bahwa pengendalian ataupun pencegahan penyakit pada ayam petelur
sangat penting sehingga dapat mengatasi atau mencegah terjadinya
penularan penyakit ataupun timbulnya penyakit. Secara rutin, dalam
budidaya ayam kampung ini dilakukan vaksinasi sehingga ayam terhindar
dari virus dan penyakit.
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah
faktor pakan, di samping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan.
Biaya pakan dalam suatu usaha peternakan, khususnya teknik pemeliharaan
secara intensif ternak ayam kampung merupakan komponen terbesar dari
total biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses
produksi, yaitu sekitar 60 sampai 70 persen. Oleh karena itu, agar usaha
peternakan ternak ayam kampung dapat berhasil dengan baik, yaitu ayam
dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal sesuai dengan yang
diharapkan dengan tingkat keuntungan yang maksimum, maka faktor pakan
harus mendapat perhatian yang cukup serius, terutama kualitas dan harga
pakan (Novianti, et al., 2015)

6
B. Analisis Lingkungan Bisnis

1. Definsi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk memudahkan dalam melakukan
penelitian terhadap variabel yang akan diteliti. Adapun definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelaku ternak merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan usaha
ternak dan pengambil keputusan utama atas apa yang diusahakannya
(beternak ayam kampung).
2. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna atau juga banyaknya hasil (bobot hewan ternak) yang didapatkan
dari kegiatan usaha ternak.
3. Potensi merupakan gambaran peluang yang ada serta adanya dukungan
sumber daya yang tersedia bagi peternak dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha.
4. Pola pemeliharaan ayam kampung yang dilakukan tanpa dikandangkan
merupakan pengembangan usaha ternak ayam kampung secara
tradisional.
5. Karakteristik responden adalah hal-hal yang berkaitan dengan identitas
responden yang dinilai dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan
dan jumlah tanggungan keluarga.

2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis (Siregar, 2012). Ke-empat faktor itulah
yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats)

3. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Identifikasi ini dilakukan guna mengetahui sampai sejauh mana
faktorfaktor yang berpengaruh terhadap permasalahan atau kendala yang
dihadapi sehingga akan terpecahkan semua permasalahan tersebut dengan

7
membuat suatu strategi. Faktor-faktor yang terdapat dalam strategi internal
potensi pengembangan usaha ternak ayam kampung di Desa Braja Dewa
dapat ketahui dari faktor strength dan factor weakness. Beberapa faktor
diantaranya adalah tersedianya pakan untuk ternak, tersedianya lahan atau
pekarangan untuk beternak, harga jual ayam kampung yang tinggi (mahal),
sarana dan prasarana sebagai penunjang dan ketersediaaan pekerja.

Untuk faktor-faktor weakness dalam pengembangan usaha ternak ayam


kampung diantaranya adalah tidak adanya modal, sulitnya bibit unggul,
minimnya penggunaan teknologi, budidaya masih tergolong tradisional.
Tabel 1. Faktor-Faktor Internal pengembangan usaha ternak ayam kampung
Faktor Internal Skala Konstan Skala Jumlah
Prioritas Prioritas x (bobot)
Konstan)
Strength :
1. Tersedianya pakan 1 1 4 4:40 = 0.1
untuk ternak
2. Tersedianya 3 3 12 12:40 = 0.3
lahan/pekarangan
untuk beternak
3. Harga jual ayam 4 4 16 16:40 = 0.4
kampung tinggi
(mahal)
4. Ketersediaan sarana dan 2 2 8 8:40 = 0.2
prasarana sebagai
penunjang (Air dan
jalan) 40 1.0
Skor
Weakness :
1. Bibit unggul sulit 1 4 4 4:40 = 0.1
didapat
2. Terbatasnya modal 2 4 8 8:40 = 0.2
3. Kurangnya informasi 4 4 16 16:40 = 0.4
dan pemanfaatan
teknologi.
4. Budidaya masih 3 4 12 12:40 = 0.3
tradisional
Skor (bobot) 1.0
Faktor Eksternal
Opportunities :
1. Permintaan pasar 4 4 16 16:40 = 0.4
(daging ayam
kampung) tinggi
2. Status Kepemilikan 3 4 12 12:40 = 0.3
(pribadi)

8
3. Adanya Kerjasama 2 4 8 8:40 = 0.2
antara peternak
dengan pedagang
4. Kemajuan IPTEK 1 4 4 4:40 = 0.1

Skor (bobot) 1.0


Threats :
1. Kurangnya penyuluhan 2 4 8 8:40 = 0.2
2. Kegiatan usaha tidak 3 4 12 12:40 = 0.3
optimal akibat
kurangnya
pengetahuan dalam
peningkatan produksi
3. Bertambahan penduduk 1 4 4 4:40 = 0.1
4. Kurangnya pakan 4 4 16 16:40 = 0.4
konsentrat
Skor (bobot) 1.0
Sumber : Data primer olahan 2023

Tabel 1. Memperlihatkan faktor internal dan eksternal terdapat 4


kekuatan dan 4 kelemahan yang ada di lokasi penelitian. Pada faktor internal
terlihat jelas bahwa harga memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan
kelemahan. Rating kekuatan diberikan pada skala terbesar 4 hingga terkecil 1
dan kelemahan diberikan rating 1 hingga 4.
Analisis Matriks Swot Matriks SWOT digunakan untuk menyusun
strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas
peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi/perusahaan sehingga dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan
(Rangkuti, 2015). Dalam Menganalisis Swot perlu disusun berdasarkan
identifikasi yang berasal dari faktor lingkungan internal maupun eksternal
dalam pengembangan usaha ternak ayam kampung, berpengaruh serta
homogen dilokasi penelitian. Adanya perpaduan faktor internal dan eksternal
akan menghasilkan strategi alternatif yang akan digunakan dalam
pengembangan usaha ternak ayam kampung. Empat (4) tipe strategi
alternatif, yaitu Strategi S-O, Strategi S-T, Strategi W-O, Strategi W-T.
Tabel 2. Analisis Matrik SWOT

Internal Kekuatan Kelemahan


1. Tersedianya pakan 1. Bibit unggul sulit
untuk ternak didapat
2. Tersedianya 2. Terbatasnya modal

9
lahan/pekarangan 3. Kurangnya informasi
untuk beternak dan pemanfaatan
3. Harga jual ayam teknologi.
kampung tinggi 4. Budidaya masih
(mahal) 4. tradisional
Eksternal Ketersediaan sarana
dan prasarana sebagai
penunjang (Air dan
jalan)

Peluang Strategi S-O Strategi W-O


1. Permintaan pasar Memperbanyak konsumen 1. Tersedianya modal
(daging ayam dari dalam maupun luar (pinjaman) bunga
kampung) tinggi desa dengan cara menjalin kecil serta persyaratan
2. Status Kepemilikan hubungan yang baik mudah.
(pribadi) dengan konsumen 2. Mempererat
3. Adanya Kerjasama Pengaplikasian tata cara Kerjasama dengan
antara peternak pemeliharaan budidaya pedagang pengepul
dengan pedagang ternak ayam kampung atau konsumen dari
4. Kemajuan IPTEK secara intensif dengan dalam maupun luar
pemanfaatan teknologi. desa.

Ancaman Strategi S-T Strategi W-T


1. Kurangnya 1. Pengenalan jenis 1. Kegiatan usaha ternak
penyuluhan Konsentrat tambahan yang dijalankan harus
2. Kegiatan usaha tidak pada peternak Terintegrasi.
optimal akibat 2. Memberi perlindungan - Memperkuat kerjasama
kurangnya bagi lahan pertanian guna menentukan
pengetahuan dalam khususnya peternakan harga yang sesuai
peningkatan produksi 1. Kesadaran dalam
3. Bertambahan beternak lebih
penduduk dioptimalkan.
4. Kurangnya pakan
konsentra
Sumber : Data primer olahan 2023

Berdasarkan table 2. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


strategi yang digunakan dalam pengembangan usaha ternak ayam kampung
yang dilakukan oleh masyarakat

4. Strategi S-O
Merupakan strategi dengan penggunaan kekuatan internal untuk dapat
memanfaatkan peluang eksternal dan dirumuskan berikut ini :

10
1. Memperbanyak konsumen dari dalam maupun luar desa dengan cara
menjalin hubungan yang baik dengan konsumen luar desa, sehingga akan
tercapai dalam memperluas pemasaran ayam kampung.
2. Cara pemeliharaan dalam usaha ternak ternak ayam kampung secara
intensif agar peternak lebih mudah dalam pemeliharaan dan juga
pemanfaatan teknologi lebih dioptimalkan

5. Strategi S – T (Strenght-Threat)
Strategi yang digunkan untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang
dimiliki dalam menghindari suatu ancaman dan dapat dirumuskan antara lain:
1. Memberi perlindungan bagi lahan pertanian khususnya peternakan
2. Pengenalan jenis konsentrat tambahan pada peternak
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fitri (2021) bahwa hasil strategi ST
dalam mengembangkan keterampilan masyarakat dalam beternak sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

6. Strategi W – O (Weakness-Opportunity)
Meminimalkan kelemahankelemahan yang ada dalam pemanfaatan
peluang eksternal dan dirumuskan berikut ini :
1. Tersedianya modal (pinjaman) bunga kecil serta persyaratan mudah agar
peternak tidak kesulitan dalam hal permodalan karena proses yang cepat,
mudah dan tidak memberatkan.
2. Memperkuat adanya kerjasama dengan pedagang pengepul ataupun
konsumen baik dari dalam maupun luar desa agar penyampaian
informasi dan teknologi cepat diterima, sehingga proses pemasaran akan
lebih mudah.

7. Strategi W – T (Weakness-Threat)
Merupakan strategi yang defensif dalam meminimalkan kelemahan
factor internal yang ada dan menghindari segala ancaman factor eksternal dan
dirumuskan sebagai berikut :
1. Kegiatan usaha ternak yang dijalankan terintegrasi dengan baik

11
2. Memperkuat kerjasama dalam penentuan harga serta peningkatan
kesadaran peternak agar usaha yang dijalankan lebih optimal.
Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian Kasworo, et al., (2013)
yang mengatakan bahwa strategi yang dapat dirumuskan antara lain adalah
memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar
yang kuat. Strategi W-T juga sesuai dengan hasil penelitian Siti (2021)
seperti rumusan strategi, untuk meningkatkan kesadaran dan usaha dalam
beternak. Peternak harus memiliki kesadaran bahwa beternak ayam kampung
bukan saja merupakan pekerjaan sampingan namun bisa dikembangkan demi
mengubah taraf kehidupan masyarakat pedesaan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budidaya ayam secara intensif memberikan dampak pertumbuhan ayam
kampung yang lebih tinggi dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat, yaitu
10-12 minggu dan tingkat kematian kurang lebih 10 % dan R/C ratio sebesar 1,12.
Tingkat efisiensi yang lebih besar dari satu ini mengindikasikan bahwa usaha
budidaya ayam kampung secara intensif ini dikelola secara efisien.

Strategi pengembangan usaha ternak ayam kampung yang dijalankan


masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tingginya peluang
budidaya, permintaan pasar dan minat masyarakat terhadap daging ayam
kampung. Sedangkan faktor internal, terlihat yang memiliki niali tinggi adalah
harga jual ayam kampung yang tinggi dipasaran. Artinya posisi internal
pengembangan usaha ternak ayam kampung mempunyai posisi yang kuat
terhadap strength dan weakness.

B. Saran
Tingkat kematian yang relatif tinggi (kurang lebih 10%), masih dapat
diminimalisasi dengan mengubah periode pemeliharaan. Seyogyanya
menghindari masa awal pemeliharaan pada Bulan Agustus karena masih dalam
musim pancaroba. Pemeliharaan dapat dimulai pada Bulan Juni sehingga pada
Bulan Agustus, ayam yang sedang dipelihara dalam kondisi mampu bertahan
dalam kondisi pancaroba.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2012. Potensi Pengembangan Agribisnis Ayam Kampung Di


Kecamatan Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Makasar

Badan Pusat Statistik. 2021. Populasi Unggas (Ayam Kampung) 2019- 2021.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Direktorat Jendral Peternakan, 2010. Menjadikan Unggas Lokal Tuan Rumah di


Negeri Sendiri

Perwitasari, Fitri Dian. 2021. Analisis SWOT Usaha Ternak Domba Di


Kelompok Tani Ternak Domba Kabupaten Cirebon. e-journal
KANDANG Vol XIII (2) : 14-20,

Kasworo, B. A, Munifatul Izzati dan Kismartini. 2013. Pengelolaan


Penggemukan Sapi Potong Yang Berkelanjutan Di Desa Jogonayan
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. TESIS. Program Pascasarjana
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang

Widjastuti, dkk. 2017. Peningkatan Keterampilan Budidaya Ternak ayam melalui


Penerapan Teknologi Peternakan di Desa Gagasari dan Kalimaro
Kabupaten Cirebon. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 1 No. 4.
Aguatus 2017 : 266-270.

13
Adnyana., K.B., Dewi, G.A.M.K., & Wirapartha, M. 2016. “Pengaruh Lama
Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung dari Kelompok
Peternak Ayam Buras Mertasari di Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung”. Journal of Tropical Animal Science. Vol. 4 No. 3.

Sarengat, W. 1999. Perkandangan Ternak Unggas. Universitas Diponegoro.


Semarang.

14

Anda mungkin juga menyukai