Ayam Kampung
Ayam Kampung
Ayam Kampung
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
REZY BASTIAN
(02100021)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pemeliharaan intensif Ayam Kampung.............................................3
1. Kandang......................................................................................4
2. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung Pedaging................5
B. Analisis Lingkungan Bisnis................................................................6
1. Definsi Operasional.....................................................................6
2. Analisis SWOT...........................................................................7
3. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal.......................7
4. Strategi S-O...............................................................................10
6. Strategi W – O (Weakness-Opportunity)..................................11
7. Strategi W – T (Weakness-Threat)............................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan nasional memerlukan berbagai sumber dan jenis pangan.
Salah satu sumber protein hewani dapat diperoleh dari ternak unggas. Rataan
konsumsi protein penduduk Indonesia5,8 gram/ kapita/hari, menempatkan
penyediaan pangan hewani bagi masyarakat bergantung pada komoditas ternak.
Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung cocok dibudidayakan sebagai
komoditas penyedia protein hewani (BPTP, 2016).
Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Peluang usaha ternak ayam Kampung sangat luas ditinjau
dari agroekosistem dan lingkungan hidup, seiring dengan meningkatnya
pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kuantitas dan kualitas
bahan pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Elizabeth & Rusdiana, 2012)
Ayam kampung atau ayam lokal (Gallus domesticus) adalah ayam hasil
domestikasi dan keturunan dari ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam
kampung atau biasa disebut ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal
Indonesia yang mudah beradaptasi. Ayam kampung Indonesia berasal dari
subspesies Gallus gallus bankiva yang berasal dari Lampung, Jawa, dan Bali
(Fumihito et al., 1996)
Keunggulan yang dimiliki ayam kampung adalah cita rasa daging yang
khas, mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan lebih tahan terhadap
penyakit serta tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan ayam pedaging/broiler
(Aman, 2011). Produksi daging ayam kampung saat ini masih tergolong rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Penyebab rendahnya tingkat
produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat
lambat
Menurut Saptati, dkk (2005) dalam Widjastuti, dkk. (2017), pengembangan
ayam kampung memiliki prospek yang cukup baik karena (1) tingginya preferensi
masyarakat terhadap produk ayam lokal karena rasa daging yang khas; (2)
terdapat kecenderungan beralihnya pangsa konsumen tertentu dari produk daging
berlemak ke produk daging yang lebih organik dan (3) adanya pangsa pasar ayam
lokal tersendiri yang tercermin dari semakin banyak restoran yang menggunakan
1
ayam lokal. Faktor harga jual yang cukup menjanjikan atau tinggi membuat
sebagian besar masyarakat memilih memelihara atau beternak ayam kampung.
Kelebihan yang dimiliki beternak ayam kampung adalah kualitas daging maupun
telur sangat baik , demand tidak fluktuatif, pemeliharaan mudah, tahan penyakit
dan harga jual yang tinggi. Namun banyak masyarakat yang memelihara ayam
kampung tanpa memperhatikan tata cara budidaya ternak yang baik, sehingga
kesehatan ayam kampung menurun hingga menyebabkan kematian yang cukup
banyak.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Analisis lingkungan bisnis tentang pemeliharaan ayam
kampung
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pakan. Dengan cara ini, produktifitas dan pemanfaatan ayam kampung oleh petani
meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan
kesempatan mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam- ayam yang khusus
dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas
(Pramudyati, 2009).
Sarengat (1999) mengatakan bahwa pemeliharaan intensif adalah sistem
pemeliharaan ayam tanpa menyediakan areal umbaran, tetapi dengan cara
dikurung terusmenerus di dalam kandang sehingga semua kandungan zat-zat
makanan harus disediakan secara cukup dalam ransumnya.
1. Kandang
Kandang ayam kampung dalam program pengabdian ini didesain dalam
bentuk kandang postal, bahan bangunan yang kuat dan kokoh dengan
dinding batu bata, atap galvalum. Ventilasi dengan kawat ram yang
terpasang di sekeliling dinding kandang dipasang guna menjamin sirkulasi
udara. Bahan bangunan kandang yang digunakan disesuaikan dengan lama
waktu penggunaan kandang. Semakin lama penggunaan kandang, maka
bahan kandang yang dipilih adalah bahan-bahan yang kuat dan kokoh,
misalnya kayu, besi, baja dan lain-lain. Bahan-bahan yang digunakan ini
akan memberikan kandang yang nyaman untuk ternak.
Pemilihan bahan kandang mengacu pada masing-masing sifat bahan
yang mampu membuat ternak nyaman di dalamnya. Pembuatan tiang dari
beton (cor beton) diharapkan umur kandang relatif lama. Bahan tiang utama
kandang dari beton (cor beton) membuat kandang lebih kokoh dan
penggunaan bahan kandang untuk ventilasi dengan menggunakan kayu atau
bambu akan lebih mudah dalam perbaikannya. Atap kandang model
monitor dengan ventilasi terbuat dari bingkai kayu dan kawat harmonika.
Lantai kandang dari semen.
Bangunan kandang dibuat dengan ukuran 8m x 12m menyesuaikan
kapasitas tampung sejumlah 1.000 ekor yang dilengkapi dengan nipple
otomatis. Penentuan ukuran kandang disesuaikan kapasitas kandang yang
dibutuhkan. Luas kandang merupakan perkalian antara kebutuhan kandang
per ekor dengan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ketidaksesuaian ukuran
kandang dengan kapasitas kandang akan berakibat pada performa ternak
4
yang dipelihara. Kandang yang nyaman membuat aktivitas ternak lebih
nyaman dan memperbaiki efisiensi penggunaan nutrien bagi ayam.
Letak kandang juga jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya akibat dampak limbah. Kondisi
perkandangan yang ideal untuk densitas kepadatan kandang 8-11 ekor/m 2 ,
kondisi temperatur ruangan 32-35,50C dan kelembaban 60-70%
Nipple otomatis berfungsi sebagai tempat minum ayam yang airnya
tersedia sepanjang hari sehingga ayam tidak mengalami kekurangan air
minum. Hal ini menjamin ketersediaan air sepanjang hari. Nipple otomatis
berbeda dengan tempat minum yang pada umumnya tersedia, yang harus
diisi setiap pagi dan sore hari dan selalu dicek kondisinya karena bila
tempat minumnya terguling maka airnya tumpah
5
sesering mungkin secara adlibitum. Pakan yang diberikan berupa pakan
crumble dengan kandungan protein 21%
Ayam diturunkan dari kandang brooder ke kandang postal setelah
berumur 2 minggu. Sebelumnya kandang postal telah dipersiapkan dengan
menutup lantai dengan kapur mati dan sekam. Sekam mempunyai daya
serap tinggi dan mempertahankan suhu kandang. Saat ayam diturunkan ke
kandang postal terlebih dahulu dipersiapkan pakan dan minum dan tirai
kandang.
Faktor utama penyebab kegagalan model pengembangan ternak ayam
kampung adalah rendahnya kandungan protein pakan dan kurangnya
kesadaran peternak dalam melaksanakan pengendalian penyakit, terutama
ND, cacingan, dan kutu (Gunawan & Sundari, 2003). Pemeliharaan ayam
kampung secara intensif harus diikuti dengan pencegahan ataupun
pengendalian penyakit (Adnyana, Dewi, & Wirapartha, 2016). Sesuai
dengan pendapat Payne, Kruger, dan Watkins (2002) yang menyatakan
bahwa pengendalian ataupun pencegahan penyakit pada ayam petelur
sangat penting sehingga dapat mengatasi atau mencegah terjadinya
penularan penyakit ataupun timbulnya penyakit. Secara rutin, dalam
budidaya ayam kampung ini dilakukan vaksinasi sehingga ayam terhindar
dari virus dan penyakit.
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah
faktor pakan, di samping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan.
Biaya pakan dalam suatu usaha peternakan, khususnya teknik pemeliharaan
secara intensif ternak ayam kampung merupakan komponen terbesar dari
total biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses
produksi, yaitu sekitar 60 sampai 70 persen. Oleh karena itu, agar usaha
peternakan ternak ayam kampung dapat berhasil dengan baik, yaitu ayam
dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal sesuai dengan yang
diharapkan dengan tingkat keuntungan yang maksimum, maka faktor pakan
harus mendapat perhatian yang cukup serius, terutama kualitas dan harga
pakan (Novianti, et al., 2015)
6
B. Analisis Lingkungan Bisnis
1. Definsi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk memudahkan dalam melakukan
penelitian terhadap variabel yang akan diteliti. Adapun definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelaku ternak merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan usaha
ternak dan pengambil keputusan utama atas apa yang diusahakannya
(beternak ayam kampung).
2. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna atau juga banyaknya hasil (bobot hewan ternak) yang didapatkan
dari kegiatan usaha ternak.
3. Potensi merupakan gambaran peluang yang ada serta adanya dukungan
sumber daya yang tersedia bagi peternak dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha.
4. Pola pemeliharaan ayam kampung yang dilakukan tanpa dikandangkan
merupakan pengembangan usaha ternak ayam kampung secara
tradisional.
5. Karakteristik responden adalah hal-hal yang berkaitan dengan identitas
responden yang dinilai dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan
dan jumlah tanggungan keluarga.
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis (Siregar, 2012). Ke-empat faktor itulah
yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats)
7
membuat suatu strategi. Faktor-faktor yang terdapat dalam strategi internal
potensi pengembangan usaha ternak ayam kampung di Desa Braja Dewa
dapat ketahui dari faktor strength dan factor weakness. Beberapa faktor
diantaranya adalah tersedianya pakan untuk ternak, tersedianya lahan atau
pekarangan untuk beternak, harga jual ayam kampung yang tinggi (mahal),
sarana dan prasarana sebagai penunjang dan ketersediaaan pekerja.
8
3. Adanya Kerjasama 2 4 8 8:40 = 0.2
antara peternak
dengan pedagang
4. Kemajuan IPTEK 1 4 4 4:40 = 0.1
9
lahan/pekarangan 3. Kurangnya informasi
untuk beternak dan pemanfaatan
3. Harga jual ayam teknologi.
kampung tinggi 4. Budidaya masih
(mahal) 4. tradisional
Eksternal Ketersediaan sarana
dan prasarana sebagai
penunjang (Air dan
jalan)
4. Strategi S-O
Merupakan strategi dengan penggunaan kekuatan internal untuk dapat
memanfaatkan peluang eksternal dan dirumuskan berikut ini :
10
1. Memperbanyak konsumen dari dalam maupun luar desa dengan cara
menjalin hubungan yang baik dengan konsumen luar desa, sehingga akan
tercapai dalam memperluas pemasaran ayam kampung.
2. Cara pemeliharaan dalam usaha ternak ternak ayam kampung secara
intensif agar peternak lebih mudah dalam pemeliharaan dan juga
pemanfaatan teknologi lebih dioptimalkan
5. Strategi S – T (Strenght-Threat)
Strategi yang digunkan untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang
dimiliki dalam menghindari suatu ancaman dan dapat dirumuskan antara lain:
1. Memberi perlindungan bagi lahan pertanian khususnya peternakan
2. Pengenalan jenis konsentrat tambahan pada peternak
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fitri (2021) bahwa hasil strategi ST
dalam mengembangkan keterampilan masyarakat dalam beternak sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
6. Strategi W – O (Weakness-Opportunity)
Meminimalkan kelemahankelemahan yang ada dalam pemanfaatan
peluang eksternal dan dirumuskan berikut ini :
1. Tersedianya modal (pinjaman) bunga kecil serta persyaratan mudah agar
peternak tidak kesulitan dalam hal permodalan karena proses yang cepat,
mudah dan tidak memberatkan.
2. Memperkuat adanya kerjasama dengan pedagang pengepul ataupun
konsumen baik dari dalam maupun luar desa agar penyampaian
informasi dan teknologi cepat diterima, sehingga proses pemasaran akan
lebih mudah.
7. Strategi W – T (Weakness-Threat)
Merupakan strategi yang defensif dalam meminimalkan kelemahan
factor internal yang ada dan menghindari segala ancaman factor eksternal dan
dirumuskan sebagai berikut :
1. Kegiatan usaha ternak yang dijalankan terintegrasi dengan baik
11
2. Memperkuat kerjasama dalam penentuan harga serta peningkatan
kesadaran peternak agar usaha yang dijalankan lebih optimal.
Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian Kasworo, et al., (2013)
yang mengatakan bahwa strategi yang dapat dirumuskan antara lain adalah
memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar
yang kuat. Strategi W-T juga sesuai dengan hasil penelitian Siti (2021)
seperti rumusan strategi, untuk meningkatkan kesadaran dan usaha dalam
beternak. Peternak harus memiliki kesadaran bahwa beternak ayam kampung
bukan saja merupakan pekerjaan sampingan namun bisa dikembangkan demi
mengubah taraf kehidupan masyarakat pedesaan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budidaya ayam secara intensif memberikan dampak pertumbuhan ayam
kampung yang lebih tinggi dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat, yaitu
10-12 minggu dan tingkat kematian kurang lebih 10 % dan R/C ratio sebesar 1,12.
Tingkat efisiensi yang lebih besar dari satu ini mengindikasikan bahwa usaha
budidaya ayam kampung secara intensif ini dikelola secara efisien.
B. Saran
Tingkat kematian yang relatif tinggi (kurang lebih 10%), masih dapat
diminimalisasi dengan mengubah periode pemeliharaan. Seyogyanya
menghindari masa awal pemeliharaan pada Bulan Agustus karena masih dalam
musim pancaroba. Pemeliharaan dapat dimulai pada Bulan Juni sehingga pada
Bulan Agustus, ayam yang sedang dipelihara dalam kondisi mampu bertahan
dalam kondisi pancaroba.
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2021. Populasi Unggas (Ayam Kampung) 2019- 2021.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
13
Adnyana., K.B., Dewi, G.A.M.K., & Wirapartha, M. 2016. “Pengaruh Lama
Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung dari Kelompok
Peternak Ayam Buras Mertasari di Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung”. Journal of Tropical Animal Science. Vol. 4 No. 3.
14