Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Amalia - BAB 2 Laporan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

“ FILUM PROTOZOA ”

LAPORAN

Disusun Oleh:

Amalia Ramadani M. Saleh


NIM : 431423035

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan berjudul “Filum Prptozoa” tepat pada waktunya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing mata kuliah yang
selalu memberikan dukungan dan bimbingannya. Tak hanya itu, kami juga
berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan laporan
ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya kata, kami berharap semoga laporan ini bisa memberikan
informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan
terima kami kepada para pembaca yang telah membaca laporan ini hingga akhir.

Penulis
Gorontalo, 22 Maret 2024

i
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Protozoa
Protozoa adalah hewan – hewan yang temasuk bersel tunggal, protozoa
memiliki struktur yang lebih majemuk dari pada sel tunggal hewan multiselular
dan meskipun hanya terdiri satu sel, namun protozoa termasuk organisme
sempurna, karena sifat strukturnya itu, maka beberapa para ahli zoologi
menamakan protozoa sebagai aselular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus
oleh plasma membran.1Sama seperti sifat sel hewan, umumnya protozoa
berdinding selaput plasma tipis. Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat organik
yang merupakan konsumen dalam komunitas, mereka menggunakan bakteri atau
mikroorganisme lain/ sisa-sisa organisme (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25).

Gambar 2.1. Protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25)


2.2. Karakteristik Protozoa
Berikut karakteristik protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25) :
1. Kebanyakan berukuran mikroskopis
2. Tidap mempunyai lapisan tubuh
3. Hidup bebas, dapat bersifat mutualisme, komensalisme, parasitisme.
 Simbiosis mutualisme merupakan interaksi antara dua individu yang
saling menguntungkan.
 Simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi di antara dua individu
yang tidak saling menguntungkan maupun merugikan.
 Simbiosis parasitisme adalah interaksi yang merugikan karena satu
spesies beruntung karena mendapat makanan dari spesies yang
ditumpanginya dan spesies tersebut akan menderita kerugian karenanya.
4. Sel dilindungi oleh pelindung sel sederhana.

1
5. Tidak mempunyai organ atau jaringan, tetapi ada beberapa yang memiliki
beberapa organ khusus.
6. Terdiri dari satu sel, beberapa berkoloni
7. Menampilkan seluruh simetri, bentuk berubah atau tetap (oval, sperikal)
8. Bergerak dengan kaki semu, flagel, silia

Gambar 2.2. Silia, Pseudopod, Flagel (Yulitasari, Nurma. 2021 25)


9. Bergerak bebas, beberapa menetap
10. Reproduksi seksual berupa Konjugasi
11. Reproduksi Aseksual : pembelahan, tunas, dan Kista
12. Holozoik, holofitik, saprozoik, saprofitik, intrasel (vakuola makanan).
a) Holozoik adalah suatu sifat makhluk hidup yang mengambil makanan
dari lingkungan sekitar dalam bentuk padat atau pemakan organisme.
b) Holofitrik adalah organisme yang dapat membuat makanannya sendiri
(autotrof).
c) Saprozoik adalah suatu makhluk hidup yang mengambil makanan dari
organisme yang telah mati.
d) Saprofitik adalah suatu sifat makhluk hidup yang mengambil makanan
dari sisa makhluk lain yang sudah mati.
e) Intrasel adalah proses perubahan zat makanan dari molekul kompleks
menjadi molekul sederhana dengan bantuan enzim didalam sel
organisme.
2.3. Struktur Protozoa
Dengan memakai mikroskop dapat dilihat bahwa sitoplasma terdiri dari
dua bagian. Bagian paling luar tampak homogen dan jernih (hyalin) yang disebut
ektoplasma, dan bagian dalamnya disebut endoplasma. Di dalam endoplasma
terlihat benda – benda semacam butir – butir dan serabut benang halus yang

2
ternyata merupakan materi yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, garam
mineral, serta organel (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25).
Protozoa juga termasuk mikroorganisme, yang memiliki ukuran atau
besarnya antara 3 mikron sampai 100 mikron. Protozoa hidup sebagai penghuni di
tempat berair atau basah, jika keadaan kering akan berubah atau membuat cyste
(kristal).Contoh tempat hidup protozoa yaitu hidup di dalam air tawar, dalam air
laut, tanah yang lembab atau di dalam tubuh hewan. Contoh protozoa yaitu Ciliata
Sprirostomum sp yang berukuran 3 mm, dan sporozoa gigantea yang berukuran
16 mm (Maya, Sri & Nurhidayah. 2020 : 7).
Pada umumnya protozoa bersel satu, tetapi ada beberapa spesies yang
membentuk koloni. Kebanyakan di dalam satu sel mempunyai satu inti, tetapi dari
beberapa spesies secara generatif berkonjugasi karena individu jantan dan betina
tidak jelas perbedaannya. Bentuk tubuh protozoa ada yang selalu berubah – ubah
ada juga yang tetap bentuknya seperti bentuk bola atau bentuk bulat panjang
dengan atau tidak dengan menggunakan suatu flagel atau silia. Protozoa tidak
memiliki organ sejati seperti alat pencernaan dan alat reproduksi sebagaimana
layaknya metazoa. Tetapi sangat mengherankan bahwa protozoa yang memiliki
ukuran mikroskopis dan terdiri dari satu sel mampu melakukan kegiatan biologis
seperti bergerak, makan, bernafas, dan reproduksi (Maya, Sri & Nurhidayah. 202).
Proses – proses tersebut dilakukan di dalam sel, yaitu organel seperti vakuola
kontraktil.

Gambar 2.3. Struktur Protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25)


2.4. Sistem Pernafasan dan Pergerakan
Pernafasan atau pertukaran oksigen dengan karbondioksida yang
berlangsung dengan cara difusi karena adanya perbedaan tekanan gas di dalam sel
dan di luar sel. Protozoa bergerak dengan menggunakan kaki palsu atau kaki semu

3
(pseudopodia), cilia, atau flagela. Pseudopodia berasal dari penjuluran sitoplasma,
yang bersifat sementara terutama untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan ini
timbul akibat adanya kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara
lambat (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25).

Gambar 2.4. Sistem Pernafasan protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25)


2.5. Sistem Pencernaan Makanan
Protozoa memiliki tiga macam cara makan, yaitu autotrof, heterotrop, dan
amfitrop. Autotrop ialah cara makan protozoa yang dapat mensintesis makanan
sendiri layaknya tumbuh – tumbuhan dengan jalan fotosintesis. Banyak flagelata
yang bersifat autotrof. Protozoa mendapatkan makanannya dengan cara menelan
benda padat, atau memakan organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa
lain bersifat heterotrof, itu untuk protozoa yang tdak dapat melakukan fotosintesis.
Protozoa yang bersifat autotrof dan heterotrof disebut amfitrof (Yulitasari, Nurma.
2021 : 25). Protozoa yang bersifat heterotrof memiliki dinding sel yang terdiri dari
suatu membran tipis, cara yang dilakukan saat mengambil makanannya yaitu
dengan cara membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma.
Cara ini disebut fagositosis. pada protozoa yang berdinding tebal (pelikula) cara
yang dilakukan saat mengambil makanannya yaitu dengan cara mengambil
mangsanya dengan menggunakan mulut sel yang disebut cytostome, dan biasanya
dilengkapi cilia untuk mengalirkan air hingga bila ada makanan yang lewat dapat
ditangkap dan dimasukkan ke dalam sitoplasma (Maya, Sri & Nurhidayah. 2020 ).
Makanan yang sudah masuk ke dalam sitoplasma bersama air akan
ditempatkan dalam suatu rongga kecil yang disebut gastriola atau vakuola
makanan. Makanan yang ada di dalam gastriola dicerna secara enzimatis. Dan

4
hasil pencernaannya disebarkan ke seluruh bagian protoplasma dengan proses
pynocytose, sedangkan sisa makanan yang sudah dicerna dibuang melalui lubang
sementara pada membran sel, pada flagelata dan ciliata ada kalanya terdapat
lubang permanen yang disebut cytopyge atau cytoproct. Air yang berlebih dalam
sel akan dikeluarkan oleh organel yang disebut vakuola kontraktril dengan
gerakan sistol dan diastolnya. Didalam suatu sel protozoa biasanya terdapat
beberapa vakuola kontraktil yang terdekat dengan dinding sel (Maya, Sri &
Nurhidayah. 2020 : 10). Vakuola kontraktil pada protozoa yang hidup di air tawar
berkembang dengan baik, sedangkan yang dilaut kurang berkembang dengan
baik.

Gambar 2.5. Pencernaan Protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25)


2.6. Sistem Reproduksi
Protozoa memiliki 2 cara dalam berkembang biak, yaitu dilakukan secara
aseksual maupun seksual. Reproduksi secara Aseksual dilakukan dengan cara
membelah diri menjadi dua atau banyak, dan pertunasan (budding), eksternal atau
internal. Pembelahan menjadi dua dapat terjadi secara melintang atau membujur,
sedangkan pembelahan menjadi banyak biasanya dimulai dari inti sel, kemudian
diikuti pembelahan individu. Protozoa air tawar yang hidup secara bebas sebagian
besar memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap kondisi
lingkungan yang buruk dan ekstrim, salah satu caranya yaitu dengan membentuk
siste (cyst) yang tahan terhadap kekeringan, dingin atau panas (Maya, Sri &
Nurhidayah. 2020 : 10). Sebagian spesies protozoa air tawar dilindungi oleh
selubung sebagai rumah atau cangkang yang terbuat dari selulosa atau
fosfoprotein, misalnya pada Arcella (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25).

5
Gambar 2.6. Reproduksi Protozoa (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25)
2.7. Klasifikasi Protozoa
a). Kelas Rhizopoda/Sarcodina
Rhizopoda bergerak dengan menjadikan protoplasma sebagai kaki semu
(pseudopodia ; pseudo = semu, pous = kaki) dan bergerak dengan gerakan
amoeboid (Yulitasari, Nurma. 2021 : 26).
Rhizopoda hidup di air tawar, di laut dan merupakan parasit pada hewan
dan manusia. Rhizopoda berkembang biak secara vegetatif dengan membelah diri.
Salah satu contoh spesies Rhizopoda yang paling terkenal adalah Amoeba proteus.
Amoeba berhabitat di tempat basah dan berair. Tubuhnya tersusun atas kulit luar
(ektoplasma) dan selaput luar yang disebut plasmolemma. Bagian dalam pada
tubuh Amoeba disebut endoplasma yang di dalamnya terdapat inti, rongga
makanan, rongga berdenyut, bagian plasmagel, bagian plasmasol, dan butiran
butiran lemak (Maya, Sri & Nurhidayah. 2020 : 12). Berdasarkan cara hidupnya
Amoeba dibagi menjadi 2 (Yulitasari, Nurma. 2021 : 25) :
1) Ecto Amoeba, yang merupakan amoeba yang hidup di luar tubuh organisme
atau makhluk hidup, contohnya Amoeba proteus
2) Ento Amoeba, yang merupakan kebalikan dari Ecto Amoeba. Amoeba ini
hidup di dalam tubuh organisme lain, contoh Entamoeba dysenteries di usus
halus dan Entamoeba coli di usus tebal.

Gambar 2.7. Amoeba proteus (Yulitasari, Nurma. 2021 : 26)

6
Contoh lain spesies dari kelas Rhizopoda (Yulitasari, Nurma. 2021 : 26):
1. Arcella vulgaris, tubuhnya tersusun dari rangka luar yang tersusun dari kitin
dan terdapat di air tawar.
2. Difflugia corona, rangka luarnya mengandung pasir dan berhabitat di air
tawar.
3. Foraminifera (Globigerina bulloides), rangka luar terdiri dari zat kapur dan
memiliki celah-celah tempat keluarnya benang-benang protoplasma sebagai
kaki semu (pseudopodia).
4. Heliozoa (Actinophrys sol), memiliki rangka luar yang tersusun dari kersik,
memiliki celah-celah teratur untuk tempat keluarnya pseudopodia dan hidup
di air tawar.
5. Radiolaria (Lichnaspis giltochii), sama seperti Heliozoa rangka luar
Radiolaria juga tersusun dari kersik, bercelah-celah sebagai tempat keluarnya
pseudopodia dan rangka luar yang telah kosong dan mengendap merupakan
tanah radiolaria yang dimanfaatkan sebagai alat penggosok.
b). Kelas Flagellata/ Mastigophora
Memiliki bentuk tubuh yang tetap tanpa adanya rangka luar, tubuhnya
dilindungi oleh suatu selaput fleksibel yang disebut pellicle, dan di bagian luar
terdapat selaput plasma. Flagellata memiliki alat gerak berupa bulu cambuk
(flagrum = mastix). Flagellata hidup di air tawar, di laut, atau parasit bagi
organisme lain. Berkembang biak secara vegetatif dengan membelah diri. Bentuk
yang paling umum dari flagellata adalah Euglena. Euglena memiliki tubuh yang
tumpul di bagian depan dan runcing di bagian belakang. Di dalam protoplasma
terdapat nukleus, kloroplast dengan pyrenoid dan pada bagian depan terdapat
bintik mata (stigma) yang berwarna merah serta rongga yang berdenyut
(Yulitasari, Nurma. 2021 : 26). Pada keadaan yang tidak menguntungkan dirinya
biasanya Euglena dapat membentuk kista.
Contoh-contoh Flagellata (Yulitasari, Nurma. 2021 : 26):
1) Euglena viridis (berklorofil) dan Astasia sp (tidak berklorofil). Jika Euglena
viridis (bewarna hijau) dipelihara dan diberi streptomysin, warna hijau akan
menghilang. Kedua protozoa ini dapat ditemukan di air tawar.

7
2) Noctiluca scintilluca/ Noctiluca miliaris, berhabitat di laut, memiliki 2 flagel
panjang dan pendek dan sering bersimbiosis dengan alga
3) Volvox globator, hidup di air tawar, merupakan koloni dari beribu-ribu hewan
bersel satu dengan mempunyai masing-masing 2 flagel
4) Trypanosoma, memiliki 1 flagel dan merupakan parasit pada hewan/ manusia
yang menyebabkan penyakit tidur.
c). Kelas Cilliata/ Infusoria
Cilliata berhabitat di air tawar yang di dalamnya banyak mengandung
bakteri atau zat-zat organik. Ciliata Memiliki bentuk seperti sandal (cenela) dan
memiliki bagian tumpul di depan dan meruncing di belakang. Respirasi dan
ekskresi berlangsung pada permukaan tubuhnya (selaput plasma). Walaupun
umumnya Cilliata hidup di air tawar tetapi ada juga yang hidup di tempat lain,
misalnya pada usus tebal manusia yang dapat menimbulkan gangguan pada perut.
Cilliata bergerak menggunakan silia untuk mencari makan. Silia tersebut dapat
menutupi seluruh permukaan sel. Ciliata memiliki Ciri khas yaitu adanya
keberadaan dua tipe nukleus yaitu mikronukleus yang kecil dan makronukleus
yang besar. Pada umunya satu sel memiliki satu nukleus atau lebih dari masing-
masing tipe. Cilliata umumnya berreproduksi secara aseksual melalui pembelahan
biner, ketika makronukleus yang sudah ada sebelumnya hancur dan makronukleus
yang baru terbentuk dari mikronukleus sel (Yulitasari, Nurma. 2021 : 27).
Contoh-contoh Cilliata (Yulitasari, Nurma. 2021 : 27) :
1. Paramecium caudatum, Paramecium telah memiliki selubung inti (Eukariot).
Uniknya Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil
(Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi,
dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan
metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
2. Didinium nasutum (Holotricha), spesies yang satu ini merupakan predator di
ekosistem perairan
3. Stentor coeruleus, spesies ini biasanya tidak berpindah-pindah alias menetap,
dan hanya berpindah tempat pada suatu waktu
4. Vorticella campanula (peritricha), memiliki bentuk yang spiral dan
bertangkai lurus serta hidup pada suatu tempat.

8
5. Stylonychia mytilus (Hypotricha) memiliki silia yang berkelompok, bentuknya
seperti spiral siput, berhabitat di dasar kolam dan bergerak dengan cara
merayap serta biasanya banyak dijumpai pada daun yang terendam air.
6. Podophrya collini, memiliki silia ketika masih muda dan saat dewasa berubah
menjadi tentakel untuk menghisap zat-zat dari tubuh mangsanya.
d). Kelas Sporozoa
Sporozoa kurang begitu dikenal dengan baik dibandingkan dengan
protozoa lainnya, karena hewan ini tidak terdapat pada kolam ataupun perairan.
Sporozoa juga merupakan protozoa parasit yang disekitar kehidupannya yang
rumit senantiasa melibatkan pembentukan spora yang terjangkit.Parasit yang
paling pentingdikalangan sporozoa ialah Plasmodium vivax, yaitu sumber
penyebab penyakit malaria yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles
(Yulitasari, Nurma. 2021 : 29).
Klasifikasi Protozoa
Kelas Rhizopoda/ Amoebozoa

9
10
11
2.8. Peranan Filum Protozoa Dalam Kehidupan Manusia
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Protozoa bersifat parasit
sehingga akan berdampak patologis pada inang yang ditumpanginya. Namun
ternyata tidak semua Protozoa menimbulkan kerugian, karena beberapa di

12
antaranya ada yang memberikan banyak manfaat. Lalu apa saja peranan protoza
ini bagi kehidupan. Berikut ini contoh-contohnya (Yulitasari, Nurma. 2021 : 37).
a). Contoh Protozoa yang Menguntungkan
1. Foraminifera, kerangkanya yang telah kosong mengendap di dasar laut
membentuk tanah globigerina, yang berguna globigerina sebagai petunjuk
adanya minyak bumi.
2. Radiolaria, hidup di dasar perairan akan membentuk tanah radiolarian. Tanah
ini mengandung zat kersik yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
3. Entamoeba coli, hidup dalam usus besar manusia dan membantu proses
pembusukan sisa-sisa makanan dan mensintesis vitamin K.
4. Tricomonas homini, hidup di dalam alat pencernaan tetapi tidak patogen
(tidak menyebabkan penyakit).
5. Paramecium caudatum, merupakan salah satu jenis Paramecium air tawar
yang banyak digunakan untuk penelitian. Selain itu, sebagian besar jenis
Paramecium dapat digunakan sebagai indikator air tawar yang tercemar.
6. Triconympha sp., hidup di dalam usus rayap membentuk simbiosis
mutualisme (saling menguntungkan). Kemampuan Triconympha adalah
menguraikan selulosa sehingga memberi kemapuan pada rayap untuk
mengonsumsi kayu. Jika dipikir-pikir, Triconympha memiliki peranan yang
sangat menguntungkan bagi rayap namun sangat merugikan bagi manusia,
tahu kenapa?
7. Noctiluca miliaris, memiliki cangkang fosfor yang dapat menghasilkan
cahaya berpendaran (bioluminesensi) di laut pada malam hari.
8. Didinium, predator pada ekosistem perairan, yaitu pemangsa Paramaecium.
Perannya tentu mengendalikan jumlah populasi Paramecium di ekosistem
akuatik (Yulitasari, Nurma. 2021 : 38).
b). Contoh Protozoa yang Merugikan
1. Entamoeba ginggivalis, merupakan Rhizopoda parasit dalam tubuh manusia.
Organisme ini menyebabkan kerusakan gigi dan gusi (penyakit ginggivitis).
2. Entamoeba hystolitica, juga merupakan kelompok Rhizopoda yang
menyebabkan penyakit disentri atau dikenal dengan penyakit amebiasis.

13
3. Trypanosoma gambiense, menyebabkan penyakit tidur pada manusia di benua
Afrika. Hospes perantaranya adalah lalat Tse tse jenis Glosina palpalis.
4. Trypanosoma rhodesiense, juga menyebabkan penyakit tidur pada manusia
dengan hospes (inang) perantaranya adalah lalat Tse tse jenis Glosina
morsitans.
5. Trypanosoma evansi, menyebabkan penyakit surra (malas) pada hewan
ternak. Hospes perantaranya adalah lalat Tabanus.
6. Trychomonas vaginalis, menyebabkan penyakit pada alat kelamin wanita
(keputihan) dan juga pada saluran kelamin pria.
7. Trychomonas homini, hidup di dalam alat pencernaan, namun tidak patogen.
8. Trychomonas foetus, menyebabkan abortus (keguguran) spontan pada ternak.
9. Trypanosoma cruzi, menyebabkan penyakit chagas (anemia) pada anak-anak.
10. Trypanosoma brucei, menyebabkan penyakit nagana pada hewan ternak
(Yulitasari, Nurma. 2021 : 39).

14
DAFTAR PUSTAKA

Maya, Sri & Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung : Widina Bhakti
Persada Bandung. ISBN: 978-623-6608-45-6. Hal 7 – 12.

Yulitasari, Nurma. 2021. Modul Taksonomi Invertebrata Pendidikan Biologi.


Lampung : Repository UIN Raden Intan Lampung. Hal 25 -39.

15

Anda mungkin juga menyukai