Kaidah Fikih Muamalah: Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kaidah Fikih Transaksi Bisnis Islam
Kaidah Fikih Muamalah: Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kaidah Fikih Transaksi Bisnis Islam
Kaidah Fikih Muamalah: Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kaidah Fikih Transaksi Bisnis Islam
Oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS SYARIAH
PURWOKERTO
2023
PENDAHULUAN
Muamalah secara luas adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam hidup dan kehidupan di
dunia (pergaulan sosisial) mencapai suksesnya kehidupan dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, Ibn Abidin memasukkan hukum kebendaan (muawadhah Maliyah),
hukum perkawinan (munakahat), hukum acara (Muhasanat), pinjaman (‘ariyah),
dan harta peninggalan (tirkah).
1
Abdul Madjid dalam Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam,
Bandung, IAIN Sunan Gunung Djati, 1986, h. 1
PEMBAHASAN
َ ص ُل فِي ْال ُم َعا َملَ ِة َاَل َبا َح ِة ِاَل أ َ ْن َيد ُ ُّل دَ ِل ْي ٌل
علَى تَحْ ِر ي ِْمها ْ َ اَأل
2
Habib Nazir dan Muhammad Hasanudin. Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah (Bandung:
Kafa Publishing, 2008), hal. 245
tanpa susah payah. Kedua, orang yang berjudi adalah cara
mendapatkan harta benda dan sebab menjadi kaya.
6) Ketidakabsahan Akad atau kurang lengkapnya akad. Suatu
transaksi dapat dikatakan tidak sah dan/atau tidak lengkap
akadnya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor-faktor
berikut ini, yakni: (1) rukun dan syarat akad tidak terpenuhi;
(2) terjadi ta’alluq; dan (3) terjadi dua akad dalam satu
transaksi.
c) Tidak sah atau tidak lengkap akadnya.
3. Sumber Kaidah
a) Dalil al-Qur’an :
1) Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 29:
ِ ََ ِم ْيعاا ْ ه َو الِ ِِ ََلََ لم ُُ َمافى
ِ ْاَل
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu”
2) Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 87:
ََّللاَ َلَ ي ُِحبُّ ْال ُم ْعت َ ِد ي
ِ ت َما أ َ َح ذل َ َْيا أَيُّها الذ ِِ يََ م َمُُواْ َلَت ُ َح ِر ُموا
ِ طيِ َبا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
b) Hadis Rasulullah Saw.
1) Hadis riwayat al-Baihaqi dari Ubaid bin Amir r.a:
ّللاُ فِى ِکت َابِ ِه وَلَ أ ُ َح ِر ُم
ِ ّللا عليه و سلُ أَنذى َلَ أ ُ ِح ُّل إِ َِلِ َما أَ َح ذل
ِ ّللا صلى ِ قال ْسول
ِ إَِلذ َما َح ذر ِم
ِّللاُ فِى ِکت َابِه
“Rasulullah Saw.berkata: Bahwasanya aku tidak menghalalkan
apa yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya. Dan tidak
mengharamkan kecuali apa yang diharamkan Allah dalam
kitab-Nya.”
2) Hadis riwayat Baihaqi dari Abi Darda r.a:
سمَتَ َع ُْهُ فَ ُهو َعافِيَةٌ فَا ْقبَلُوا ِ َما أ َ َح ذل
َ ّللاُ فِى ِکت َابِ ِه فَ ُه َو َحالَ ٌل َو َما َح ذر ِم فَ ُهو َح َرا ٌم َو َما
ّللاَ لَ ُْ يَ ُم َْ نَ ِسيًّا
ِ ّللاِ َعافِيَتَهُ فَإ ِ ذن
ِ ََِم
“Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal dan apa-apa yang
diharamkan Allah adalah haram dan apa-apa yang didiamkan-
Nya adalah dimaafkan. Maka terimalah dari Allah pemaafan-
Nya. Sesungguhnya Allah itu tidak melupakan sesuatu pun.”
3) Hadis riwayat Muslim dari Anas ra:
ُْ أ َ ْنت ُ ُْ أ َ ْعلَ ُُ بِأ َ ْم ِر دُ ْنيَا ُک
“Kamu lebih mengetahui tentang urusan keduniaanmu.”
4. Contoh Penerapan
a) Klasik
1) Syariat Islam menghalalkan jual beli, tetapi terhadap jual beli
sistem munabadzah dan mulamasah para ulama melarangnya.
Jual beli munabadzah yaitu jual beli dengan sistem melempar
suatu benda kepada barang yang akan dibeli, benda yang terkena
lemparan itu kemudian penjual berkata” Barang ini yang aku jual
kepadamu dengan syarat engkau hanya boleh melemparnya dan
tidak boleh melihatnya dan kamu harus membayar dengan harga
sekian”. Adapun jual beli mulamasah dikatakan oleh imam
Syafi’i yaitu dengan cara didatangkan kain yang dilipat atau di
dalam gelap, lalu orang yang menawar menyentuhnya. Penjual
berkata kepadanya “Aku menjualnya kepadamu dengan syarat,
engkau hanya boleh menyentuhnya dan tidak boleh melihatnya”.
2) Para ulama melarang jual beli dengan cara pembeli mencegat
para penjual barang untuk melakukan jual beli sebelum mereka
tiba di pasar. Pengharaman menjual buah-buahan sebelum
matang, Pengharaman menjual bahan makanan yang dibeli
sebelum menerimanya,pengharaman menjual kotoran. Dan lain-
lain.
b) Kontemporer
1) Apabila seseorang menabung di Bank Konvensional dengan
tujuan/niat untuk mengamankan uangnya karena belum ada
bank syariah di daerahnya, maka ia dibolehkan karena dharurat.
Akan tetapi jika ia menyimpan uang di Bank konvensional itu
dengan tujuan/niat memperoleh bunga dari bank itu, maka
hukumnya haram.3
2) Mudharabah boleh dilakukan pada Lembaga keuangan syari’ah
asalkan sesuai dengan prinsip syari’ah. Mudharabah perlu
dilakukan karena ada orang yang mempunyai modal atau dana,
tetapi tidak pandai berdagang, atau melakukan suatu usaha, atau
tidak mempunyai kesempatan untuk mengelolanya. Sedangkan
yang lainnya pandai dan cakap serta punya waktu yang cukup
untuk melakukan suatu usaha, tetapi ia tidak mempunyai modal.
Demikian pula disyariatkannya mudharabah adalah untuk
kemajuan dan kemaslahatan Bersama antara pemilik dana dan
pengelola dana.4
B. Al-Ashlu fi al-Manafi’ al-Hillu wa al-Mudharu al-Hurumah
1. Kaidah
اْ ْال ُح ْر َمةُبِأ َ ِدلذ ٍةش َْر ِعيذ ٍة
ِ ضَ َو ْال َم، ص َل فِي ْال َمَُا فِحِ ْال ِح ُّل
ْ َ األ
“Pada dasarnya semua yang bermanfaat halal dan yang
membahayakan haram dengan petunjuk syariat.”
Qaidah muamalah ini adalah masuk apa saja perbuatan muamalah
yang di dalamnya mengandung manfaat dan tidak mengandung
mudharat dibolehkan, tetapi jika perbuatan muamalah itu mengandung
mudharat, maka diharamkan.
Dalam syariat Islam, maka tujuan diadakannya hukum, termasuk
bagian muamalah adalah untuk mendapat kemaslahatan, dan menjauhi
3
Dr. H. Fathurrahman Azhar, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Banjarmasin, 2015, hlm. 67
4
Abidin Nurdi, et.al, Penerapan Kaidah Fiqhiyyah dalam Bidang Ekonomi dan Hukum Keluarga. El-
Usrah : Jurnal Hukum Keluarga. Vol 5 No. 1 Tahun 2022
kemudharatan. Setiap kemaslahatan mengandung manfaat, dan setiap
kemudharatan mengandung bahaya.
2. Terjemah
Kata mashlahat secara etimologi merupakan akar kata saluha. Kata
ini digunakan untuk menunjukkan jika seseorang menjadi (berkeadaan
atau tabiat) baik, tidak menyimpang, adil, saleh atau jujur. Kata ini
secara alternatif juga menunjukkan keadaan yang mengandung
kebajikan-kebajikan tersebut.5
Maslahah berarti juga sebab, cara atau tujuan yang baik, yang
bermanfaat. Penggunaan kata maslahat pada periode awal berarti
kebaikan dan kemanfaatan. Secara umum, maslahah biasa diberi muatan
pengertian dengan ungkapan yang masyhur mengusahakan keuntungan
dan menyingkirkan bahaya. Lawan dari maslahah adalah mafsadah
yaitu kerusakan. Mafsadat adalah sesuatu yang menimbulkan
kemudharatan.
Segala sesuatu yang disyariatkan oleh Islam tentu memiliki
kemaslahatan dan mengandung manfaat, sebaliknya segala sesuatu yang
dilarang oleh Islam adalah mafsadat dan mengandung bahaya.
Ketentuan syariat yang menyatakan ada manfaat dan mudharat akan
terkadang berbeda dengan ketentuan akal manusia. Seperti perbuatan
yang menurut akal adalah maslahat dan mengandung manfaat, karena
dengan riba mendapatkan keuntungan dalam bertransaksi didapat
dengan mudah, tetapi menurut syariat adalah mafsadat dan mengandung
bahaya, karena menyengsarakan bagi mereka yang bertransaksi.
Sebaliknya shadaqah, menurut akal mafsadat, karena menghabiskan
harta, tetapi menurut syariat adalah menyuburkan harta benda. Oleh
karena itu, yang menentukan ada manfaat dan mudharat adalah ditunjuki
oleh dalil syara’, bukan ditunjuki oleh akal semata-mata. Karena akal
terkadang tidak dapat menjangkau hikmah yang dikandung oleh syariat.
5
Abdul Mun’im Saleh, Hukum Manusia sebagai Hukum Tuhan.2009.Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
hlm 150
Dalam muamalah, seperti jual beli, utang piutang dan lainnya,
sebagaimana diterangkan pada qaidah fiqhiyyah muamalah yang
pertama, bahwa semua muamalah itu boleh karena bermuamalah itu
bermanfaat. Kebolehan muamalah itu selama tidak ada dalil yang
menyatakan keharaman, karena keharaman itu mengandung mafsadat
dan bahaya. Oleh karena dalam bermuamalah dilarang adanya unsur
kezhaliman, unsur gharar, unsur maysir dan riba. Karena semua itu
adalah membawa mudharat kepada orang yang bertransaksi.
3. Sumber Kaidah
a) Dalil Al-Qur’an
1) Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 219:
َا ِ َوإِْْ ُمه َما أَ ْکبَ ُر ِم ٌ ِيَ ْسأ َ لُو نَكَ َع َِ ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْيس ِِر قُ ْل فِيه َما إِْْ ٌُ َکب
ِ ير َو َمَُا فِ ُُ ِللُذ
َت لَعَلذ ُم ُْ تَتَ َف ِم ُرون ِ َُِنذ ْف ِعه َما َو َي ْسأَلُو نَكَ َماََا يُُ ِفُُو نَ قُ ِل ْالعَ ْف َو َکَِلِكَ يُبي
ِ ّللاُ لَ ُم ُُ ايآيَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat 160 dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari
keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir.”
2) Al-Qur’an surah Shad ayat 24:
ت ٍ ِإَلذ الذ ِِ م َمُُواْ َو َع ِملُواْ ال ذ
ِ َّا ِل َحا ٍ آء لَ َي ْب ِغي َب ْعضُه ُْ َعلَى َب ْع
ِ طَ ََو ِإ ذن َکثِيراا ِمََ ْال ُخل
َوقَ ِلي ٌل
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini"
3) Al-Qur’an surah al-Nisa ayat 111:
ِ ََو َمَ َي ْمسِبْ ِإْْ اما فَا ذن َما َي ْم ِسبُهُ َعلَى نَ ْف ِس ِه َوکَان
ّللاُ َع ِلي اما َح ِمي اما
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia
mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
4) Al-Qur’an surah al-An’am ayat 17:
َ ف لَهُ ِإَلذ ه َو َو ِإن َي ْم
ُسسْكَ ِب َخي ٍْر فَه َو َع َل ُک ِل َْ ْيءٍ قَد َ ّللاُ ِبض ُِر فَالَ کَا ِش
ِ َسسْك
َ َو ِإن َي ْم
ير
ٌ
“ Apabila Allah SWT. menimpakan suatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan
Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu,
maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
5) Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 279:
3. Sumber Kaidah
a) Al-Qur’an pada surah Yunus ayat 36:
َّللاِ َعلَي ٌُ بِ َما يَ ْفعَلُون
ِ شيْىا ا إِ ذن ِ ِ ظ ذَ َلَ يُ ْغُِي ِمََ ْال َح
َ َ َُِا ا إ َ ذن ال ذ
َ َو َما يَتذبِ ُُ أَ ْکثَ ُر ه ُْ إَِلذ
“Dan kebanyakan mereka itu tidak mengikuti kecuali persangkaan
saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk
mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka kerjakan.”
b) Hadis riwayat Muslim dari Abi Hurairah ra. Rasulullah Saw.
bersabda:
َإَا وَد أحد کُ في بطُه شيىا ا فأ شمل عليه أَرج مُه شي ٌء أم َل فال يخر ََ م
Abdul Madjid, 1986, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam
Islam, Bandung, IAIN Sunan Gunung Djati.
Abidin Nurdi, et.al, Penerapan Kaidah Fiqhiyyah dalam Bidang Ekonomi dan
Hukum Keluarga. El-Usrah : Jurnal Hukum Keluarga. Vol 5 No. 1 Tahun
2022