Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

MODUL 1.4.a.

8 KONEKSI ANTAR MATERI

Ferdinandus Tenga

CGP ANGKATAN 7

UPTD SMPN 20 KOTA KUPANG

Pada modul 1.1 membahas tentang Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.
Sangat menarik reflektif filosofis ini yang mengajarkan bahwa sebagai guru kita harus bisa
melihat Kodrat pada anak yaitu kodrat alam dan kodrat zaman dalam pertumbuhan,
perkembangan dan pembentukan karakter peserta didik agar mereka mendapat kebahagiaan
setinggi – tingginya dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak dianggap sebagai lembaran
kosong, tetapi lembaran yang sudah terisi sehingga guru yang harus menghamba pada murid
yang artinya guru dengan berbagi potensi dan kompetensinya bisa menjadi fasilitator dan
motivator bagi peserta didik dalam menumbuhkan semangat dan rasa keingintahuan yang tinggi
bagi peserta didik. Untuk dapat memfasilitasinya adapun 5 nilai – nilai guru penggerak yaitu
berpihak pada murid, mandiri,reflektif,kolaboratif, dan inovatif yang seyogianya melekat dalam
diri guru penggerak, agar mampu menjalankan perannya dengan baik demi mewujudkan visinya,
yaitu Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang system Pendidikan nasional pasal 3 melalui merdeka belajar. Disamping guru penggerak
harus mengetahui perannya yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi antar
guru, menjadi coach bagi guru lain dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Kaitan visi guru dengan pemikiran KHD adalah, seorang pendidik harus bisa
mengimplementasikan konsep pemikiran KHD dengan selalu memberikan tauladan yang baik
bagi peserta didik, mendampingi mereka dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada di
dalam diri mereka sesuai dengan kodrat mereka masing – masing. Guru juga harus melayani
dengan tulus hati agar dapat menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia,
dan bijaksana sehingga mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Visi guru seyogyanya
harus sejalan dengan pemikiran KHD yang bisa diwujudkan dengan Inkuiri Apresiatif ( IA )
dengan tahapan BAGJA yang akan melahirkan budaya positif disekolah.

Dalam modul 1.4 membahas tentang budaya positif yang mencakup materi tentang
disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi,
keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi. Membentuk disiplin positif di lingkungan kelas
diperlukan keyakinan kelas. Disiplin positif beda dengan disiplin yang biasa kita lihat sehari –
hari. Jika disiplin menyangkut dengan aturan, tata tertib, bahkan hukuman, disiplin positif
melihatnya sebagai bentuk mengarahkan murid kearah yang benar dengan membentuk motivasi
interinsik di dalam diri mereka. Motivasi yang dibentuk yaitu, motivasi yang menumbuhkan nilai
– nilai positif dan nilai – nlai kebajikan agar mereka mempercayai nilai – nilai tersebut di dalam
diri mereka masing – masing. Peserta didik akan lebih tergerak dan bersemangat untuk
menjalankan keyakinanya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis
tanpa makna.

Dalam penerapannya pendidik akan dihadapkan pada konflik yang compleks. Pendidik
bisa melihat kebutuhan dasar apa yang perlu bagi siswa. Terdapat 5 kebutuhan dasar manusia
menurut Dr. William Glasser yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan
rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan
(power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi
kebutuhan dasar mereka. di lapangan. Oleh karenanya, pendidik perlu membekali diri dengan
control diri. Terdapat 5 posisi control diri diantaranya: penghukum, pembuat rasa bersalah,
teman, pemantau, dan manager. Posisi control yang perlu digunakan oleh setiap tenaga pendidik
dalam proses budaya disiplin positif adalah posisi control manager. Posisi control manajer.
Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan
murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi
atas permasalahannya sendiri.Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya,
maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi,
namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Guru
dengan kualitas manajerial yang baik dapat menerapkan nilai – nilai dalam peran guru yang baik
dalam mengelolah kelas dan peserta didik.

Guru sebagai tenaga pendidik juga diharapkan mampu mempraktekan segitiga restitusi
untuk menyelesaiakan setiap permasalahan murid. Restitusi adalah proses kolaboratif guru-murid
untuk mencari solusi untuk suatu masalah. Restitusi mebentuk murid untuk menjadi lebih
memiliki keyakinan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah dan keluar
dengan karakter yang lebih kuat. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan
menanggapi dengan tiga tahapan segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi
kesalahan dan menanyakan keyakinan kelas/sekolah dan sampai pada pemecahan masalahnya.

Keterkaitan antara budaya positif dengan materi materi sebelumnnya yaitu pada
penerapan filosofi KHD yang sesuai dengan UU tentang system Pendidikan nasional pasal 3
tentang tujuan Pendidikan nasional yaitu Profil Pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan
kesemuanya itu, seorang guru harus memilliki visi di masa depan dengan mmperdalam nilai dan
peran guru sesungguhnya agar menjadi guru yang professional. Setelah guru sudah memiliki
semuanya itu di dalam dirinya, ia pun akan berhadapan langsung dengan peserta didik. Disinilah
pentingnya budaya positif dalam lingkungan sekolah. Jika seorang tenaga pendidik bisa
menciptakan budaya positif baik di lingkungan sekolah dan di dalam proses pembelajaran,
tentunya siswa akan merasa aman, nyaman dan senang yang membuat siswa tersebut memiliki
keyakinan dan motivasi intrinsik positif di dalam dirinya sehingga akan memaksimalkan mereka
dalam mengembangkan potensi – potensi yang ada di dalam diri mereka sehingga setiap peserta
didik dapat menjadi insan yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkebinekaan
global, gotong royong, mandiri dan bernalar kritis dan mereka dapat berguna dalam
perkembangan bangsa dan negara ini kearah yang lebih baik lagi.

Setelah mempelajari modul ini, banyak perubahan yang terjadi di dalam diri saya sebagai
seorang guru. Cara berpikir yang dulu dimana guru menjadi center of learng kini telab berubah
menjadi students center learning. Banyak pengalaman – pengalam positif tentunya yang saya
rasakan yang membuat saya merasa senang dan bangga. Saya sudah bisa menciptakan budaya
positif dan tentunya secara menajerial saya sudah mampu mnjadi guru yang profesioal. Sebelum
saya mempelajari modul ini saya, dalam proses pembelaran di kelas yang berkaitan dengan
tingkah laku murid saya sering menggunakan posisi control penghukum yang membuat murid
merasa tidak nyaman. Setelah saya mempelajari modul ini saya akan menerapkan posisi control
manajer. Perbedaan antara posisi control manajer dan keempat posisi control lainnya yaitu hanya
posisi control manajer yang membuat siswa merasa nyaman dan mendapat kebebasan dalam
pemecahan dan pencarian solusi masalah yang mereka lakukan sedangkan keempat posisi
control lainnya mmbuat siswa merasa tidak nyaman dan bahkan ada yang membuat siswa
menjadi marah dan kecewa atas dirinya sendiri yang membuat psikologisnya terganggu.

Menurut saya semua konsep dalam modul ini penting, tetapi ada satu yang menarik bagi
saya yaitu segitiga restitusi. Hal ini karena guru akan menanggapi dengan cara yang
memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan
untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Disini ada
peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh dan berkembang ketika mereka melakukan
kesalahan yaitu mereka akan lebih bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih.

Anda mungkin juga menyukai