Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lita Skripsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 77

HUBUNGAN FAKTOR FISIK KIMIA LINGKUNGAN DENGAN

KEPADATAN SPESIES Cypraea tigris PADA PERAIRAN PANTAI


PULAU SAPARUA DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT
DALAM BENTUK LEAFLET

SKRIPSI

OLEH
LITA O. PELLETIMU
201840040

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2022
MOTTO

ii
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab
aku ini Allahmu, aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau,
Aku akan memegang engkau dengan tangan kananku yang membawa
kemenangan
(Yesaya 41:10)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadanya, sebab ia yang memelihara


kamu
(1 Petrus : 5)

LEMBAR PERSEMBAHAN

iii
Dengan penuh kerendahan dan segenap hati, skripsi ini penulis persembahkan
kepada :

 Tuhan Yesus Kristus, Sang pemberi hidup yang selalu melindungi dan
menyertai penulis hingga sampai di tahap penyelesaian skripsi ini.

 Sosok yang sangat luar biasa mama Pau pelletimu yang selalu mencintai,
mendoakan menasehati, memotivasi penulis dan selalu membantu penulis
dalam segala aspek kehidupan. bapa Yapi (alm) yang setia mencintai
penulis sampai akhir hidup. kaka Lea, ade En dan bu Iger yang selalu
mendoakan, memberikan semangat,motivasi untuk penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua Cinta kasih yang
diberikan.

 Almamaterku tercinta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan


Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi
Pendidikan Biologi

KATA PENGANTAR

iv
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih karunia dan cinta-Nya yang sangat besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Faktor Fisik
Kimia Lingkungan Dengan Kepadatan Spesies Cypraea tigris Pada Perairan
Pantai Pulau Saparua dan Implikasinya bagi Masyarakat dalam Bentuk
Leaflet” sebagai persyaratan untu memperoleh gelar kesarjanaan pada Program
Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura Ambon.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini adalah berkat


dukungan, motivasi bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :

1. Prof. Dr. M. J. Sapteno, M. Hum selaku Rektor Universitas Pattimura Ambon


beserta staf dan seluruh civitas Akademik Universitas Pattimura.
2. Prof. Dr. I.H. Weno S. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Pattimura.
3. Dr. A. Palinusa, M. Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pattimura.
4. Dr. M. Pattipeilohy, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah memberikan ilmu, serta pengalaman belajar selama masa
perkuliahan.
5. Prof. Dr. F. Leiwakabessy, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah membantu
penulis dalam memberikan masukan, saran, arahan serta bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. S. I. A. Salmanu, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah membantu penulis
dalam memberikan masukan, saran, arahan serta bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Dr. S. Liline M.Pd selaku Penguji I yang telah memberikan masukan dan
saran untuk melengkapi skripsi ini, dan Kristin Sangur., M.Pd selaku Penguji

v
II yang telah memberikan masukan dan saran, serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pembina mata kuliah di Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu kepada
Penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Ibu Louvenska Latupeirissa, M. Pd yang dengan setia dan sabar membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Yang tercinta mama Pau Pelletimu yang selalu memberikan dukungan materi
dan bapa Yapi Pelletimu(alm), kaka lea, ade en, dan bu iger yang dengan
penuh ketulusan hati selalu memberikan cinta dan doa, motivasi, semangat
kepada penulis selama perkuliahan hingga penulisan skripsi.
11. Opa pit, oma na, kk andre, kk len, kk elon, ua ina, ade nyong, ade dea dan ade
jis yang selalu mendoakan, memotivasi serta membantu penulis dalam proses
perkuliahan hingga skripsi.
12. Semua keluarga Besar Pelletimu-Pirsouw khususnya kaka Uli, Ales, ade Sela,
bong Jen, Yang memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
13. Fitzgerald kaitjily yang juga selalu mendoakan, membantu dan memotivasi
penulis dalam proses perkuliahan hingga skripsi.
14. Team Cypraea : Jesa ahijate , kk Ida, Gabby, kk Essy, Sany, Samy, kk Yesa,
dan Valen yang telah dengan kerelaan hati meluangkan waktu membantu
penulis dalam proses penelitian.
15. Mama Pau, Eni, Etus, yang sudah dengan senang hati menerima penulis
untuk tinggal bersama dan melayani penulis selama melakukan proses
penelitian serta kk Ryl, bapa Ampi, kk Calvin, kk Sherty, Renaldy dan Kk
Teko cs yang juga turut membantu penulis dengan penuh sukarela dalam
melakukan proses penelitian di Pulau Saparua.
16. Claudia lelapary dan Eta rumahmury yang selalu memberikan semangat dan
setia membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
17. Yulinda, Ria, Yuli, Tania, Dessy, dan renaldy yang selalu menemani dan
membantu penulis dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

vi
18. Teman – teman Kelas B’18 dan teman-teman seperjuanganKu dalam Program
Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2018 yang selalu sama – sama menjalin
kebersamaan dari proses perkuliahan hingga saat ini.
19. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per satu yang
telah membantu penulis dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus selalu memberikan berkat kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.

Ambon, 20 juli 2022

Lita O. Pelletimu

vii
ABSTRAK

Pelletimu, Lita. 2022. Hubungan Faktor Fisik Kimia Lingkungan dengan


Kepadatan Spesies Cypraea tigris pada Perairan Pantai Pulau Saparua dan
Implikasinya bagi Masyarakat dalam Bentuk Leaflet. Skripsi, Jurusan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pattimura. Dibimbing oleh (1) Prof. Dr. F.
Leiwakabessy, M.Pd. (2) S. I. A. Salmanu, M.Pd.

Cypraea tigris merupakan salah satu spesies dari kelas gastropoda, berbentuk
seperti helem yang ditelengkupkan, dengan cangkang yang keras, Warna bagian
dorsal bintik-bintik coklat corak putih, dan warna bagian ventral putih dengan
mosaik bintik-bintik coklat. spesies Cypraea tigris ini banyak ditemukan pada
hamparan pasir, lamun dan patahan karang. Kehidupan Cypraea tigris tergantung
oleh faktor fisik kimia lingkungan suhu, salinitas, pH, dan DO sangat menentukan
kepadatan spesies Cypraea tigris ini. Kepadatan merupakan jumlah individu dari
suatu populasi pada setiap unit area atau volume. Kepadatan sangat penting untuk
diamati karena dapat mengetahui stabilitas kehidupan populasi. Hubungan yang
signifikan antara faktor fisik kimia lingkungan dengan kepadatan menunjukan
bahwa seberapa besar pengaruh yang diberikan terhadap kepadatan spesies
Cypraea tigris ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor
fisik kimia lingkungan dengan kepadatan spesies Cypraea tigris. Kondisi faktor
fisik kimia lingkungan pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia dalam
kondisi yang masih wajar untuk kehidupan spesies Cypraea tigris. Dengan
kisaran Suhu (30,00℃), Salinitas (26%), pH (7,86) dan DO (5,48 mg/L). Hasil
analisis regresi pada spss menunjukkan bahwa adanya hubungan korelasi yang
kuat antara faktor lingkungan dengan kepadatan spesies Cypraea tigris. DO
memberikan SE terbesar (5,34%) dan pH memberikan SE terkecil (3,5%)
terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto.
Salinitas memberikan SE terbesar (4,11%) dan DO memberikan SE terkecil
(2,03%) terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Dusun
Pia. Hasil perhitungan kepadatan spesies Cypraea tigris di pantai Negeri Porto
yaitu (0,1) KR (67%) tidak ada kepadatan. Kepadatan spesies Cypraea tigris di
perairan pantai Dusun Pia (0,05) KR (33%) tidak ada kepadatan.

Kata Kunci: Cypraea tigris, Faktor Fisik Kimia Lingkungan, Kepadatan

viii
ABSTRACT

Pelletimu, Lita. 2022. Relationship between Physical and Chemical Environmental


Factors with Species Density of Cypraea tigris in the coastal waters of Saparua Island
and its implications for the community in the form of leaflets. Thesis, Department of
Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,
University of Pattimura. Supervised by Prof. Dr. F. Leiwakabessy, M.Pd. S. I. A. 
(1) (2)

Salmanu, M.Pd.

Cypraea tigris is one of the species of the gastropod class, shaped like a folded
helmet, with a hard shell, the dorsal color of the brown spots is white, and the
ventral color is white with a mosaic of brown spots. species of Cypraea tigris is
found in sand, seagrass and coral fractures. The life of Cypraea tigris depends on
physical and chemical environmental factors, temperature, salinity, pH, and DO
greatly determine the density of this Cypraea tigris. Density is the number of
individuals from a population in each unit area or volume. Density is very
important to observe because it can determine the stability of population life. A
significant relationship between physical and chemical environmental factors with
density shows that how much influence is given to the density of this Cypraea
tigris. This study aims to determine the relationship between physical and
chemical environmental factors with the density of Cypraea tigris species. The
condition of the physical and chemical environmental factors in the coastal waters
of the State of Porto and Dusun Pia are still in reasonable condition for the life of
the Cypraea tigris. With a range of Temperature (30.00℃), Salinity (26%), pH
(7.86) and DO (5.48 mg/L). The results of the regression analysis on spss show
that there is a strong correlation between environmental factors and the density of
Cypraea tigris. DO gave the largest SE (5.34%) and pH gave the lowest SE
(3.5%) for the density of Cypraea tigris in the coastal waters of the State of Porto.
Salinity gave the largest SE (4.11%) and DO gave the lowest SE (2.03%) to the
density of Cypraea tigris in the coastal waters of Dusun Pia. The results of the
calculation of the density of Cypraea tigris on the coast of the State of Porto,
namely (0.1) KR (67%) there is no density. The density of Cypraea tigris in the
coastal waters of Dusun Pia (0.05) KR (33%) was not dense. .

Keywords: Cypraea tigris, Physical Chemical Environmental Factors, Density

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAAN......................................................................................ii
MOTTO ................................................................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................5
F. Keterbatasan Penelitian....................................................................................5
G. Defenisi Operasional.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Klasifikasi Cypraea tigris................................................................................7
B. Faktor fisik kimia lingkungan..........................................................................8
C. Kepadatan......................................................................................................11
D. Leaflet............................................................................................................11
E. Kerangka Berpikir..........................................................................................12
F. Hipotesis.........................................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................14
A. Jenis Penelitian..............................................................................................14
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................14
C. Populasi dan Sampel......................................................................................14
D. Variabel Penelitian........................................................................................14
E. Alat dan Bahan...............................................................................................14
F. Prosedur Kerja................................................................................................15
G. Teknik Analisis Data.....................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19
A. Hasil...............................................................................................................19
B. Pembahasan...................................................................................................29

x
BAB V PENUTUP................................................................................................38
A. Kesimpulan....................................................................................................38
B. Saran..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LEAFLET.............................................................................................................61

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya............14

3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya...............15

4.1 Hasil pengukuran suhu di Negeri Porto..............................................19

4.2 Hasil pengukuran suhu di Dusun Pia..................................................19

4.3 Hasil pengukuran salinitas di Negeri Porto.........................................20

4.4 Hasil pengukuran salinitas di Dusun Pia.............................................20

4.5 Hasil pengukuran pH di Negeri Porto.................................................21

4.6 Hasil pengukuran pH di Dusun Pia.....................................................21

4.7 Hasil pengukuran do di Negeri Porto..................................................22

4.8 Hasil pengukuran do di dusun Pia......................................................22

4.9 Hasil Perhitungan Kepadatan Cypraea tigris......................................22

4.10 Ringkasan anova pengaruh faktor fisik kimia lingkungan terhadap

kepadatan spesies cypraea tigris.........................................................23

4. 11 Hasil analisis Sumbangan setiap variabel bebas terhadap kepadatan

spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto..................25

4.12 Ringkasan anova hubungan faktor fisik kimia lingkungan terhadap

kepadatan spesies cypraea tigris..........................................................26

4.13 Hasil analisis Sumbangan efektif dan sumbangan relatuf setiap

variabel bebas terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris.................28

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Cypraea tigris.....................................................................................8

2.2 Kerangka Berpikir............................................................................13

4.1 Diagram nilai Kepadatan Relatif......................................................23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian Peta perairan pantai Negeri Porto..............43

2 Surat izin Penelitian ……………………………………………..44

3 Penentuan Plot dan Transek pada Lokasi Penelitian.....................44

4 Data Hasil Penelitian Cypraea tigris Yang ditemukan di Perairan

Pantai Negeri Porto dan Negeri Pia Pulau Saparua.......................47

5 Perhitungan Kepadatan Cypraea tigris di Perairan Pantai Negeri

Porto dan Negeri Pia Pulau Saparua..............................................48

6 Pengolahan Data Menggunakan SPSS............................................49

7 Dokumentasi Penelitian..................................................................57

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perairan Maluku merupakan perairan yang kaya organisme bentik. Jenis

organisme ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk kebutuhan pangan dan

dapat memberikan dorongan untuk mencari sumberdaya perikanan baru dilaut.

Adanya sumber daya tersebut tentunya memberikan harapan khusus bagi

masyarakat yang hidup didaerah pesisir guna memanfaatkan sumberdaya tersebut

untuk konsumsi sehari-hari.

Saparua merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah

administratif Kabupaten Maluku Tengah. Perairan pantai negeri Porto dan

perairan pantai Dusun Pia merupakan perairan pantai yang cukup baik . Ekosistem

pesisir yang lengkap dan kompleks meliputi ekosistem mangrove, lamun, dan

terumbu karang. Ekosistem perairan sangat penting dikarenakan banyak hewan

dan tumbuhan yang hidupnya untuk tinggal di ekosistem ini (Schaduw, 2015).

Salah satu biota yang sering ditemui di ekosistem perairan adalah moluska.

Moluska merupakan salah satu penyusun ekosistem laut yang mempunyai

keanekaragaman spesies tinggi dan menyebar di berbagai habitat laut.

Gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum Moluska. Gastropoda

memiliki penyebaran yang sangat luas , mulai dari wilayah pasang surut sampai

kedalaman 8200 M (Siwi et al., 2017). gastropoda dapat di katakan sebagai

bioindikator yang mempunyai kemampuan dalam merespon kondisi peairan

secara terus-menerus (Samir et al., 2016).

1
Keberadaan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan yang

terdiri dari factor biotik dan abiotik (Mathius et al, 2018). Kemampuan

gastropoda bertahan pada suatu lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan

mendukung seperti tipe substrat dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi

(Jailani, 2012). Faktor biotik terdiri dari habitat dan substrat atau sumber makanan

yang memadai sedangkan factor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, pH dan kadar

oksigen terlarut (DO).

Kepadatan Merupakan rata-rata dari jumlah individu dari suatu populasi pada

setiap unit area atau volume (Saroyo dan Roni, 2016). Kepadatan lebih bermakna

jika dinyatakan dalam satuan ruang (area atau habitat) (Salmanu, 2015).

Kepadatan sangat penting untuk diamati karena dapat mengetahui stabilitas

kehidupan populasi (Dayanti, 2017).

Cypraea merupakan salah satu genus dari family Cypraedae, kelas

gastropoda yang terdapat pada perairan pulau Saparua. Cypraea merupakan salah

satu siput laut yang besar. Hasil penelitian UPT, Balai Konservasi Biota Laut -

LIPI Ambon pada tahun 2009 menunjukkan bahwa ditemukan 10 spesies dari

genus Cypraea di perairan Saparua. Famili yang biasanya dikenal dengan nama

cowry ini memiliki cangkang yang halus, licin, terdapat bintik-bintik, bercak-

bercak dan berwarna-warni dan umumnya ditemukan pada zona pasang surut.

Sama dengan gastropoda lainnya, cowry menunjukkan tingkat keragaman

morfologi cangkang yang tinggi.

Cowry harimau adalah salah satu dari banyak spesies yang awalnya

dideskripsikan oleh Carl Linnaeus dalam Systema Naturae edisi ke-10

tahun 1758 , dan spesies tersebut masih menyandang nama aslinya Cypraea

2
tigris . Berbentuk seperti telur dan dextral, cangkangnya yang mengkilap .

Kadang-kadang ada garis merah kabur di sepanjang cangkang di garis tengah

permukaan punggung. Sisi perut berwarna putih atau keputihan, dan bukaan

cangkang dilapisi dengan gerigi seperti gigi.  Dua ekstensi lateral mantel dapat

memanjang sehingga menutupi cangkang sepenuhnya, bertemu di garis tengah

permukaan punggung. Mantel juga dapat menarik diri ke dalam bukaan cangkang

saat terancam.

Pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia kepadatan Cypraea tigris

bisa dikatakan banyak, sehingga umumnya masyarakat Negri Porto sejak dulu

telah memanfaatkan daging Cypraea tigris sebagai bahan makanan saja. Akan

tetapi mereka belum tahu bahwa manfaat dari cangkang Cypraea tigris dapat

dijadikan sebagai perhiasan yang bisa menghasilkan uang. Mengingat pentingnya

organisme ini sebagai salah satu sumber daya yang sering dimanfaatkan oleh

masyarakat Negeri Porto untuk dikonsumsi, serta minimnya data hasil penelitian

tentang kepadatan Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan

pantai Dusun Pia, maka penelitian ini perlu untuk dilakukan agar dapat diperoleh

data terkait status Cypraea tigris yang meliputi kepadatan serta faktor fisik kimia

perairan.

Melalui data tersebut diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah bagi

penelitian selanjutnya dibidang terkait. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan

dalam bentuk leaflet yang akan membantu pemahaman masyrakat Negeri Porto da

masyarakat Dusun Pia dalam pelestarian dan pemanfaatan Cypraea tigris.

Berdasarkan uraian ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Faktor Fisik Kimia Lingkungan Dengan Kepadatan Spesies

3
Cypraea tigris pada Perairan Pantai Pulau Saparua dan Impilkasinya pada

Masyarakat dalam Bentuk Leaflet” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah kondisi faktor fisik kimia lingkungan terhadap spesies Cyprea

tigris pada perairan pantai pulau Saparua ?

2. Bagaimanakah kepadatan spesies Cyprea tigris pada perairan pantai Pulau

Saparua?

3. Bagaimanakah hubungan faktor fisik kimia lingkungan dengan kepadatan

spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Pulau Saparua?

4. Bagaimanakah cara menyusun hasil penelitian dalam bentuk leaflet yang di

jadikan informasi bagi masyarakat pulau Saparua?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah untuk

mengetahui :

1. Kondisi faktor fisik kimia lingkungan terhadap spesies Cyprea tigris pada

perairan pantai pulau Saparua.

2. Kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Pulau Saparua.

3. Hubungan faktor fisik kimia lingkungan spesies Cyprea tigris pada perairan

pantai pulau Saparua.

4. Hasil penelitian yang dibuat dalam bentuk leaflet yang dijadikan informasi bagi

masyarakat perairan pantai Pulau Saparua.

4
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan khususnya pada hubungan faktor fisik kimia lingkungan dengan

kepadatan spesies Cypraea tigris di perairan pantai pulau Saparua

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat bermanfaat bagi masyarakat di

sekitar perairan pantai pulau Saparua agar dapat mengetahui bagaimana

pemanfaatan dan pelestarian Cyprea tigris agar tetap terjaga.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari luasnya ruang lingkup, maka perlu ditegaskan batasan–

batasan dalam penelitian ini yaitu :

1. Spesies yang diteliti: Cypraea tigris

2. Indikator yang akan diteliti: Parameter lingkungan yang meliputi suhu,

salinitas, derajat keasaman (pH), dan oksigen terlarut (DO)

3. Kepadatan Cypraea tigris

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas hanya pada Cypraea tigris yang berlokasi di perairan

pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia

G. Defenisi Operasional

Penjelasan istilah dari judul penelitian ini yaitu:

5
1. Cypraea tigris : Cypraea tigris, umumnya dikenal sebagai macri cowrie,

adalah spesies cowry, siput laut besar, moluska gastropoda laut dalam keluarga

Cypraeidae, cowry.

2. Faktor fisik kimia : Faktor fisika merupakan faktor di dalam tempat kerja yang

bersifat fisika. Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat

berupa kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatur ekstrim, cuaca dan

bau. Faktor kimia merupakan faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia.

3. Kepadatan merupakan rata-rata dari jumlah individu dari suatu populasi pada

setiap unit area atau volume. (KBBI)

4. Leaflet merupakan Lembaran kertas atau media tertulis yang dicetak pada

kertas berukuran kecil, yang dapat dilipat agar mudah dibagikan dan mudah

dibawa oleh semua orang dan mengandung pesan tercetak untuk disebarkan

kepada khalayak umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Cypraea tigris

Kingdom : Animalia

Phylum    : Mollusca

Class        : Gastropoda

Ordo        : Littorinimorpha

Family     : Cypraeidae

Genus      : Cypraea

Spesies    : Cypraea tigris

Cypraea tigris merupakan salah satu jenis filum Mollusca yang termasuk

dalam kelas Gastropoda yang banyak ditemukan di laut. Siput laut ini memiliki

cangkang yang keras dan berbentuk mirip seperti helm yang ditelungkupkan.

Panjangnya mencapai 15 cm (6 inci), Warna bagian dorsal bintik-bintik coklat

corak putih, dan warna bagian ventral putih dengan mosaik bintik-bintik coklat.

Cangkang siput laut ini memiliki tekstur permukaan yang licin, mengkilap dan

memiliki motif yang sangat indah  Bentuk apex memendek. Bentuk bibir bagian

dalam dan luar bergerigi. Memiliki apecture sempit memanjang. Bagian atas,

cangkang tubuhnya berbentuk oval dan bagian bawahnya rata bergerigi. Pada

bagian dalam kerangnya dikelilingi oleh mantel dan dilengkapi oleh filament

tentakuler. Pada kerang ini tidak terdapat operkulum. Pada waktu muda kerangnya

mempunyai siphon yang panjang. Habitat di pantai dengan substrat berpasir, di

padang lamun, karang, alga. Umumnya dikumpulkan untuk makanan di banyak

bagian wilayah, terutama di zona perairan dangkal.  Cangkang yang digunakan

7
untuk kerajinan kerang.  Karena seringnya pengumpulan dan perusakan

lingkungan terumbu karang oleh nelayan dinamit, spesies ini mungkin hampir

punah secara lokal atau terbatas pada bagian yang lebih dalam dari habitatnya.

Cypraea tigris ditemukan pada kedalaman 10 – 40 m . Biasanya pada karang

mati. Secara umum, cowry diamati untuk memakan spons, gastropoda hidup,

lamun, dan bangkai.

Gambar 2.1. Cypraea tigris


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

B. Faktor fisik kimia lingkungan

a) Suhu

Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan

organisme perairan. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme

organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat.

Suhu dapat membatasi sebaran hewan secara geografik dan suhu yang baik untuk

pertumbuhan berkisar antara 25 - 31°C. Apabila melampaui batas tersebut akan

mengakibatkan berkurang aktivitas kehidupannya (Septiana, 2017). Suhu suatu

badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan

laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran

8
serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses

fisika, kimia dan biologi badan air. Semakin tinggi suhu pada suatu perairan,

maka semakin sedikit oksigen yang larut dalam air. Suhu yang tinggi akan

menurunkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, akibatnya Gastropoda dan

organisme air lainnya akan mati karena kurangnya oksigen. Suhu air yang relatif

tinggi pada suatu perairan ditandai dengan munculnya ikan dan organisme laut

lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.

b) Salinitas

Salinitas adalah jumlah garam terlarut dalam 1000 gram air laut. Salinitas

menggambarkan padatan total dalam air setelah karbonat dikonfensi menjadi

oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida dan semua bahan

organik yang telah dioksidasi. Salinitas juga merupakan salah satu parameter yang

berperan penting dalam kehidupan di laut karena perubahan salinitas dapat

mempengarui kepadatan dari suatu organisme di perairan (Odum, 1996). Menurut

Pratama et al (2015), distribusi salinitas menjadi sangat bervariasi karena

terjadi interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain,

seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air. Menurut

Ariska (2012) menyatakan bahwa Gastrpoda umumnya mentoleransi salinitas

berkisar antara 25-40 ppt. Karena pengaruh salinitas secara tidak langsung

mengakibatkan adanya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem.

c) Derajat keasamaan (pH)

Tinggi rendahnya nilai pH di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar

CO2 yang terlarut dalam perairan tersebut dan aktivitas fotosintesa merupakan

proses yang sangat menentukan kadar CO2 dalam suatu perairan (Salim et al.,

9
2017). pH sangat penting dalam menentukan nilai guna perairan untuk

kehidupan organisme perairan. pH yang ideal untuk kehidupan biota akuatik

adalah berkisar 6,5-8,5 (Siburian et al., 2017). Menurut Ariska (2012),

menambahkan bahwa nilai pH yang rendah menyebabkan menurunnya jumlah

oksigen terlarut pada suatu perairan, sehingga menyebabkan aktifitas pernafasan

Gastropoda meningkat dan selera makan menurun. Hal sebaliknya terjadi pada

perairan yang memiliki nilai pH yang tinggi dapat menyebabkan kadar amonia

meningkat, sehingga secara tidak langsung telah membahayakan organisme yang

berada pada perairan tersebut.

d) Oksigen  terlarut (DO)

Oksigen  terlarut atau DO (Dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut

dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen

terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh

mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan,

dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen

terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.jika

kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak

sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO

dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua

jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang

kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping

itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik

dalam proses aerobik. Kondisi DO di suatu perairan dipengaruhi oleh

proses respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba

10
(Siburian et al., 2017). Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara

6 – 8 mg/L.

C. Kepadatan

Kepadatan menunjukkan jumlah individu yang hidup pada habitat tertentu,

luasan tertentu dan waktu tertentu (Persulessy & Arini, 2018). Kepadatan populasi

satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah

atau biomassa per-unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan

penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung

produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas

lainnya. parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan

relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu

jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan

relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Kepadatan populasi suatu

organisme adalah memperlihatkan besar kecilnya ukuran populasi. Menurut

Irawan (2008), nilai kepadatan menjadi parameter kualitas tertentu. Semakin

tinggi nilai kepadatan dari suatu organisme menunjukan bahwa jenis organisme

tersebut memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang ditempatinya,

sehingga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi (Sinyo et al., 2013).

D. Leaflet

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui edukasi.

Agar materi edukasi dapat diterima semaksimal mungkin diperlukan suatu alat

bantu mengajar (Amila, 2013). Metode penyebaran leaflet dapat digunakan

untuk edukasi. Leaflet merupakan media berbentuk selembaran kertas

yang diberi gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak berisi tulisan).

11
Selebaran tersebut berisikan tentang informasi yang perlu disebarkan oleh

khalayak ramai dan terdiri dari 200 sampai 400 karakter (huruf). Huruf-huruf

tersebut ditata dengan ditambahkan gambar sebagai pendukung isi leaflet tersebut.

Leaflet yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan informasi

mengenai Cypraea tigris di perairan pantai pulau Saparua dan pentingnya

menjaga stabilitas lingkungan pantai yang merupakan habitat dan untuk

meminilisir eksploitasi Cypraea tigris sebagai biota perairan yang mempunyai

nilai komersial dan estetika yang tinggi.

E. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berlokasi di perairan pantai Pulsu Saparua. Dalam penelitian

ini yang pertama dilakukan adalah melihat kepadatan spesies cypraea tigris yang

ada di lokasi tersebut selanjutnya kegiatan pengukuran faktor fisik kimia yaitu

suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut (DO). Berdasarkan analisis kebutuhan,

materi ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk masyarakat sekitar, yang akan

dibuat dalam bentuk selebaran (leaflet) . Berdasarkan penjelasan tersebut maka di

buat kerangka berpikir sebagai berikut.

12
Cypraea tigris

Perairan pantai pulau Saparua

Negeri Porto Negeri Pia

Kepadatan Faktor Fisik Kimia


spesies Lingkungan

 Kepadatan  Suhu
populasi  pH
 Kepadatan  Salinitas
relatif  DO

Impliksinya Kepada
Masyarakat Desa Porto
dalam bentuk
pembuatan leaflet

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

F. Hipotesis

Adapun hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah :

 H0 : Tidak adanya hubungan faktor fisik kimia lingkungan dengan kepadatan

spesies Cypraea tigris.

 H1 : Adanya hubungan faktor fisik kimia limgkungan dengan kepadatan

spesies Cypraea tigris.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 17 maret – 17 april 2022 dengan

lokasi penelitian adalah perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun

Pia Pulau Saparua.

C. Populasi dan Sampel

a) Populasi : Semua spesies Cypraea tigris yang ada dilokasi penelitian perairan

pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia

b) Sampel : Spesies Cypraea tigris yang ditemukan pada plot pengamatan.

D. Variabel Penelitian

a) Variable bebas : Suhu, salinitas, pH, DO

b) Variable terikat : Kepadatan spesies Cypraea tigris

E. Alat dan Bahan

a) Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya

No Alat Kegunaan
1 Coolbox Pengawetan sampel
2 Kantong plastik Menyimpan sampel
3 Rol meter Untuk mengukur luas pantai
4 Alat tulis/papan Untuk mencatat
oles

14
5 pH Meter Mengukur derajat keasaman
6 Termometer Mengukur suhu
7 Refraktometer Mengukur salinitas
8. DO meter Untuk mengukur kadar oksigen
terlarut
9 Alattulis Pencatatan data
menulis
10 Kertas label Memberikan tanda pada plastic label
11 Pipa/ tali ravia Membuat plot
12 Kamera Untuk memotret spesies
13 Spidol Untuk mencatat tanda pada kertas
permanen label
14 Karet gelang Untuk mengikat plastik sampel

b) Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya.


No Bahan Kegunaan
1 Tisu Untuk mengeringkan peralatan lab
2 Aquades Membersihkan sampel dan kalibrasi serta
Pencucian peralatan
3 Es batu Untuk mengawetkan sampel

F. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi :

a) Tahap observasi

Tahap ini peneliti melakukan observasi pada lokasi yang digunakan

penelitian, yaitu perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia,

untuk mencari informasi dan memastikan bahwa lokasi tersebut yang akan

digunakan sudah sesuai untuk melakukan penelitian tentang Cypraea tigris dan

Observasi yang dilakukan juga meliputi keadaan pasang surut.

15
b) Tahap pelaksanaan

 Penentuan lokasi pengambilan sampel

Penentuan lokasi pengambilan sampel secara purposive sampling berdasarkan

habitat dari Cypraea tigris dan menggunakan metode transek linear kuadran.

Teknik ini dimodifikasi dari Kho (2017) dan Leiwakabessy (1997). Lokasi

penentuan sampel ditetapkan di tempat dimana terdapat Cypraea tigris , Luas area

yang akan dicuplik adalah 300 m 2 yang dibagi menjadi 5 transek masing-masing

garis transek ditarik tegak lurus terhadap garis pantai sepanjang 5 meter, dan

pada setiap garis transek dibuat 4 plot, ukuran tiap plot 1 x 1 m 2. Dengan

demikian total jumlah transek sebanyak 5 transek dan jumlah kudran (plot)

sebanyak 20 buah.

 Pengambilan sampel Cypraea tigris

Sampel yang terdapat dalam setiap kuadran (plot) diambil dan dimasukkan

kedalam kantong sampel yang telah diberi label sesuai transek dan plot.

 Pengukuran faktor lingkungan

Faktor fisik-kimia lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu,

salinitas, pH dan DO . Teknik ini dimodifikasi Rumahlatu (2008) dan

Leiwakabessy (1997). Pengukuran dilakukan pada saat pengambilan sampel.

Suhu diukur dengan menggunakan termometer dengan cara mencelupkan

termometer secara langsung kedalam air laut. Salinitas diukur dengan cara

menempatkan air pada refraktometer dan amati sesuai dengan skala yang tertera.

pH diukur dengan pH meter yang diukur dengan mencelupkan alat pada air laut

dan amati. Kadar oksigen diukur menggunakan DO meter m Pengukuran faktor

lingkungan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel. Setelah mengukur

16
dan mencatat semua parameter lingkungan yang diperlukan, semua alat harus di

kalibrasi menggunakan aquades.

G. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini, akan dianalisis secara statistik

inferensial. Untuk mengetahui hubungan suhu, salinitas, DO, dan pH, terhadap

kepadatan dapat digunakan rumus regresi linear berganda karena penelitian ini

memiliki 4 predikator yakni suhu, salinitas, DO, dan pH. Persamaan regresi

dituliskan sebagai berikut :

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana
Y1 : Prakiraan nilai independent variable
a : Perkiraan terhadap konstanta
b1 b2 b3 : Perkiraan tentang koefisien regresi
X1 : predictor suhu
X2 : predictor salinitas
X3 : predictor DO
X4 : predictor pH

Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Deskriptif

Kuantitatif digunakan untuk menghitung kepadatan Cypraea tigris. Data yang

akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu:

a) Data pengukuran faktor fisik kimia lingkungan (suhu, salinitas, pH dan DO)
b) Untuk menghitung kepadatan rumus yang digunakan adalah :

Jumlah individu suatu jenis


 Kepadatan Populasi (ind/m2):
Luas area yang berisi jenis

 Kepadatan Relatif (%):


Densitas suatu jenis
× 100 %
Jumlah total densitas seluruh jenis

Dengan kriteria sebagai berikut.


Nilai 0 = Tidak ada kepadatan

17
Nilai 1-10 = Kepadatan kurang
Nilai 11-20 = Kepadatan tinggi/sangat banyak

c) Untuk mencari sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR) rumus
yang digunakan adalah :

SE(X)% = Betax × Koefisien Korelasi × 100%


atau
SE(X)% = Betax × rxy × 100%

SE ( X ) %
SR(X)% =
R2

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kondisi Faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai Negeri Porto

dan perairan pantai Dusun Pia.

1) Suhu

Hasil pengukuran suhu air laut pada perairan pantai Negeri Porto dan

perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2. Dimana tabel 4.1

menunjukan nilai suhu perairan pantai negeri Porto pada transek I dengan rata-rata

(30,01oC) , transek II (30,00 oC),transek III (30,00oC), transek IV (30,00oC) , dan

transek V (30,01oC). Dan tabel 4.2 menunjukan nilai suhu perairan pantai Dusun

Pia pada transek I dengan rata-rata (30,01oC) , transek II (30,00oC) , transek III

(30,00 oC), transek IV (30,00 oC) , dan transek V (30,01 oC).

a) Negeri Porto
Tabel 4.1 Hasil pengukuran suhu di Negeri Porto
Suhu (oC)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 30 30,01 30,01 30,02 30,01
2 II 30 30 30,01 30,02 30,00
3 III 30 30 30,01 30,02 30,00
4 IV 30 30 30,01 30,02 30,00
5 V 30 30 30,02 30,02 30,01

b) Dusun Pia
Tabel 4.2 Hasil pengukuran suhu di Dusun Pia
Suhu (oC)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata-rata
1 I 30 30,01 30,01 30,02 30,01
2 II 30 30 30,01 30,02 30,00
3 III 30 30 30,01 30,02 30,00
4 IV 30 30 30,01 30,02 30,00
5 V 30 30 30,02 30,02 30,01
2) Salinitas

19
Hasil pengukuran salinitas air laut pada perairan pantai Negeri Porto dan

perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. Dimana Tabel 4.3

menunjukan nilai salinitas perairan pantai negeri Porto pada pada transek I dengan

rata-rata (25,75%), transek II (27%), transek III (25,75%), transek IV (26%), dan

transek V (26,75%). Dan tabel 4.4 menunjukkan nilai salinitas perairan pantai

Dusun Pia. Pada transek I (25,75%), transek II (26,25%), transek III (27,25%),

transek IV (27%) dan transek V ( 27%).

a) Negeri Porto
Tabel 4.3 Hasil pengukuran salinitas di Negeri Porto
Salinitas (%)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata-rata
1 I 25 25 26 27 25,75
2 II 25 27 28 28 27
3 III 25 25 26 27 25,75
4 IV 25 26 26 27 26
5 V 26 26 27 28 26,75

b) Dusun Pia
Tabel 4.4 Hasil pengukuran salinitas di Dusun Pia
Salinitas (%)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 25 25 26 27 25,75
2 II 25 26 27 27 26,25
3 III 26 27 28 28 27,25
4 IV 26 27 27 28 27
5 V 26 27 27 28 27

3) Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran pH air laut pada perairan pantai negeri Porto dan

perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Dimana

Tabel 4.5 menunjukan nilai pH air laut perairan pantai negeri Porto pada transek I

dengan rata-rata ( 7,87), transek II, III dan IV (7,86), dan transek 5 (7,87).

Sementara pada tabel 4.6 menunjukan nilai pH perairan pantai Dusun Pia pada

20
transek I ( 7,86), transek II (7,85), transek III (7,86), transek IV dan transek V

(7,87) .

a) Negeri Porto
Tabel 4.5 Hasil pengukuran pH di Negeri Porto
pH
Rata- rata
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV
1 I 7,85 7,87 7,88 7,88 7,87
2 II 7,85 7,85 7,87 7.88 7,86
3 III 7,85 7,86 7,87 7,88 7,86
4 IV 7,86 7,86 7,86 7,88 7,86
5 V 7,86 7,87 7,87 7,88 7,87

b) Dusun Pia

Tabel 4.6 Hasil pengukuran pH di Dusun Pia


pH
Rata-rata
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV
1 I 7,85 7,86 7,87 7,87 7,86
2 II 7,85 7,85 7,86 7,87 7,85
3 III 7,85 7,86 7,87 7,88 7,86
4 IV 7,86 7,87 7,88 7,88 7,87
5 V 7,86 7,87 7,88 7,88 7,87

4) Oksigen Terlarut ( DO )

Hasil pengukuran DO pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai

Dusun Pia dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Dimana tabel 4.7

menunjukan nilai DO perairan negeri Porto pada transek I dengan rata-rata (5,44

mg/L), transek II dan transek III (5,48 mg/L) transek IV (5,50 mg/L), transek V

(5,48 mg/L). Sementara Tabel 4.8 menunjukan nilai DO perairan Dusun Pia pada

transek 1 (5,32 mg/L), transek 2 ( 5,34 mg/L), transek 3 ( 5,37 mg/L) , transek 4

( 5,46 mg/L), transek 5 ( 5,43 mg/L).

a) Negeri Porto
Tabel 4.7 Hasil pengukuran DO di Negeri Porto
DO (mg/L)

21
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 5,30 5,42 5,45 5,60 5,44
2 II 5,30 5,52 5,53 5,60 5,48
3 III 5,41 5,42 5,51 5,60 5,48
4 IV 5,42 5,50 5,50 5,60 5,50
5 V 5,41 5,42 5,50 5,60 5,48

b) Dusun Pia
Tabel 4.8 Hasil pengukuran DO di dusun Pia
DO (mg/L)
No Transek Plot Rata- rata
Plot I Plot II Plot III
IV
1 I 5,30 5,30 5,35 5,35 5,32
2 II 5,30 5,35 5,36 5,36 5,34
3 III 5,35 5,36 5,40 5,40 5,37
4 IV 5,42 5,45 5,50 5,50 5,46
5 V 5,40 5,42 5,42 5,50 5,43

2. Kepadatan Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Saparua

Hasil perhitungan indeks kepadatan Cypraea tigris pada lokasi penelitian di

negeri Porto dan negeri Pia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Kepadatan Cypraea tigris


No Lokasi Jumlah luas KA KR
individu area
1 Negeri Porto 30 300m2 0,1 67%
2 Dusun Pia 15 300m2 0,05 33%
Total 45 300m2 0,15 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil perhitungan kepadatan spesies Cypraea tigris pada
lokasi penelitian di perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia
memiliki nilai kepadatan sebagai berikut: keberadaan spesies cypraea tigris
yang paling banyak terdapat pada negeri Porto (0,1) dan berikutnya pada
Dusun Pia (0,05).

33%
Negri Porto
Dusun Pia
67%

22
4.1 Gambar Diagram nilai Kepadatan Relative

Berdasarkan diagram diatas, hasil perhitungan kepadatan relative (KR)

memperoleh nilai sebagai berikut : Negeri Porto (67%) dan Dusun Pia (33%).

3. Hubungan faktor fisik kimia lingkungan

Faktor fisik kimia yang di lihat dan di analisis dalam penelitian ini adalah suhu,

salinitas, pH, dan DO sebagai faktor yang menentukan kepadatan spesies Cypraea

tigris pada lokasi penelitian.

1) Hasil analisis hubungan faktor fisik kimia lingkungan pada perairan

pantai Negeri Porto .

Tabel 4.10 Ringkasan anova hubungan faktor fisik kimia lingkungan


terhadap kepadatan spesies cypraea tigris
Karakteristik
R R2 F F sig (p)
lingkungan (PORTO)
0,73 0,53 20,60
Do 1 4 5 0
0,60 0,36 10,34
Suhu 4 5 1 0,005
0,70 0,49 17,49
0,001
Salinitas 2 3 6
0,59
0,35 9,693 0,006
PH 2

a) Suhu ( X1)
Hasil analisis variabel bebas (suhu) terhadap kepadatan spesies Cypraea

tigris diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0.604 nilai ini dapat di

interpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada hubungan

korelasi yang kuat. Hal ini sesuai dengan Sarwono (2006), bahwa korelasi

dengan nilai 0,5 – 0,75 merupakan kategori kuat. Sedangkan R 2 yang

menunjukan seberapa bagus atau seberapa banyak model regresi yang

dibentuk oleh interaksi variabel bebas (suhu) dan variabel terikat

( kepadatan Cypraea tigris ). Nilai R2 yang di peroleh sebesar (0,365) yang

23
berarti variabel bebas (suhu) memiliki pengaruh sebesar 36,5% terhadap

variabel terikat (kepadatan Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F

didapatkan F hitung yaitu 10,341 dengan tingkat sifnifikan 0,005 maka

masih di bawah 0.05 . dengan demikian variabel bebas (suhu) berpengaruh

terhadap variabel terikat ( kepadatan Cypraea tigris ). Persamaan regresi

untuk uji statistik menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (suhu

X1) : Y = a + b1X1 jadi Y = - 489.454 + 16.323 X1

b) Salinitas (X2)

Hasil analisis variabel bebas (Salinitas) terhadap varibel terikat

(kepadatan Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0.702.

Sementara Nilai R2 yang di peroleh sebesar (0,493) yang berarti variabel

bebas (salinitas) memiliki pengaruh sebesar 4,93% terhadap variabel terikat

(kepadatan Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F didapatkan F

hitung yaitu 17,496 dengan tingkat sifnifikan 0,001 maka masih di bawah

0.05 . dengan demikian variabel bebas (salinitas) berpengaruh terhadap

variabel terikat (kepadatan Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji

statistik menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (salinitas X2) Y

= a + b2X2 jadi Y = -3.698 + 155X2.

c) Derajat keasaman/pH (X3)

Hasil analisis variabel bebas (pH) terhadap varibel terikat (kepadatan

Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,592. Sementara Nilai

R2 yang di peroleh sebesar (0,35) yang berarti variabel bebas (salinitas)

memiliki pengaruh sebesar 3,5% terhadap variabel terikat (kepadatan

Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F, didapatkan F hitung yaitu

24
9,693 dengan tingkat sifnifikan 0,006 maka masih di bawah 0.05 . dengan

demikian variabel bebas (pH) berpengaruh terhadap variabel terikat.

(kepadatan Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji statistik

menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (pH X 3) Y = a + b3X3

jadi Y = -97.150 + 12.397X3 .

d) Oksigen terlarut/DO ( X4)

Hasil analisis variabel bebas (DO) terhadap varibel terikat (kepadatan

Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,731. Sementara Nilai

R2 yang di peroleh sebesar (0,534) yang berarti variabel bebas (DO) memiliki

pengaruh sebesar 5,34% terhadap variabel terikat (kepadatan Cypraea tigris).

Selanjutnya hasil analisis uji F, didapatkan F hitung yaitu 20,605 dengan

tingkat sifnifikan 0,000 maka masih di bawah 0.05. Dengan demikian

variabel bebas (DO) berpengaruh terhadap variabel terikat (kepadatan

Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji statistik menghasilkan model

formulasi untuk variabel bebas (DO X4) : Y = a + b4X4 jadi Y = -9.691 +

1.837X4 .

Tabel 4. 11 Hasil analisis Sumbangan efektif setiap variabel bebas terhadap


kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri
Porto.
Karakteristik lingkungan
(PORTO) SE SR
DO 53,4361 100,067603
Suhu 36,4816 99,94958904
Salinitas 49,2804 99,96024341
PH 35,0464 100,1325714

Tabel 4.11 menunjukan bahwa hasil analisis sumbangan setiap variabel

bebas terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri

Porto sebagai berikut : DO memberikan sumbangan efektif terbesar (53,4361%)

25
dengan sumbangan relatif sebesar (100%). Salinitas memberikan sumbangan

efektif sebesar (49.2804%) dengan sumbangan relatif sebesar (99,96%) suhu

memberikan sumbangan efektif sebesar (36,4816%) dengan sumbangan relatif

sebesar (99,94%) dan pH memberikan sumbangan efektif terkecil (35.0464%)

dengan sumbangan relatif sebesar (100%) terhadap kepadatan spesies Cypraea

tigris.

2) Hasil analisis hubungan faktor fisik kimia lingkungan pada perairan

pantai Dusun Pia .

Tabel 4.12 Ringkasan anova hubungan faktor fisik kimia lingkungan


terhadap kepadatan spesies cypraea tigris
Karakteristik lingkungan
(PIA) R R2 F F sig (p)
0,20
DO 0,45 3 4,571 0,046
0,25
Suhu 0,51 1 6,023 0,025
0,64 0,41
Salinitas 1 1 12,55 0,002
0,56 0,31
pH 4 8 8,394 0,01

a) Suhu (X1)

Hasil analisis variabel bebas (suhu) terhadap varibel terikat (kepadatan

Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,51 . Sementara Nilai

R2 yang di peroleh sebesar (0,251) yang berarti variabel bebas (salinitas)

memiliki pengaruh sebesar 2,51 % terhadap variabel terikat (kepadatan

Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F, didapatkan F hitung yaitu

6,023 dengan tingkat sifnifikan 0,025 maka masih di bawah 0.05. dengan

demikian variabel bebas (suhu) berpengaruh terhadap variabel terikat

(kepadatan Cypraea tigris ). Persamaan regresi untuk uji statistik

26
menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (suhu X1) : Y = a + b1X1

jadi Y = -314.347 + 10.481 X1

b) Salinitas (X1)

Hasil analisis variabel bebas (salinitas) terhadap varibel terikat

(kepadatan Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0.641.

Sementara Nilai R2 yang di peroleh sebesar (0,411) yang berarti variabel

bebas (salinitas) memiliki pengaruh sebesar 4,11% terhadap variabel terikat

(kepadatan Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F didapatkan F

hitung yaitu 12,55 dengan tingkat sifnifikan 0,002 maka masih di bawah 0.05.

Dengan demikian variabel bebas (salinitas) berpengaruh terhadap variabel

terikat (kepadatan Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji statistik

menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (salinitas X 2) : Y = a +

b2X2 jadi Y = -2.865 + 114X2.

c) Derajat keasaman/pH (X3)

Hasil analisis variabel bebas (pH) terhadap varibel terikat (kepadatan

Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,564. Sementara Nilai

R2 yang di peroleh sebesar (0,318) yang berarti variabel bebas (salinitas)

memiliki pengaruh sebesar 3,18% terhadap variabel terikat (kepadatan

Cypraea tigris). Selanjutnya hasil analisis uji F, didapatkan F hitung yaitu

8,394 dengan tingkat sifnifikan 0,01 maka masih di bawah 0.05 . dengan

demikian variabel bebas (pH) berpengaruh terhadap variabel terikat

(kepadatan Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji statistik

menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (pH X 3) : Y = a + b3X3

jadi Y = -74.000 + 9.430X3

27
d) Oksigen terlarut/DO (X4)

Hasil analisis variabel bebas (DO) terhadap varibel terikat (kepadatan

Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,45. Sementara Nilai

R2 yang di peroleh sebesar (0,203) yang berarti variabel bebas (DO) memiliki

pengaruh sebesar 2,03% terhadap variabel terikat (kepadatan Cypraea tigris).

Selanjutnya hasil analisis uji F, didapatkan F hitung yaitu 4,571 dengan

tingkat sifnifikan 0,046 maka masih di bawah 0.05 . Dengan demikian

variabel bebas (DO) berpengaruh terhadap variabel terikat (kepadatan

Cypraea tigris). Persamaan regresi untuk uji statistik menghasilkan model

formulasi untuk variabel bebas (DO X4) : Y = a + b4X4 jadi Y = -6.836 +

1.301X4.

Tabel 4.13 Hasil analisis Sumbangan evektif setiap variabel bebas terhadap
kepadatan spesies Cypraea tigris
Karakteristik lingkungan
(PIA) SE SR
DO 20,25 99,75369458
Suhu 25,1001 100,0003984
Salinitas 41,0881 99,97104623
pH 31,8096 100,0301887

Tabel 4.13 menunjukan bahwa hasil analisis sumbangan efektif setiap

variabel bebas terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai

Negeri Pia sebagai berikut : Salinitas memberikan sumbangan efektif terbesar

( 41,0881%) dengan sumbangan relatif sebesar (99,97) pH memberikan

sumbangan efektif (31,8096%) dengan sumbangan relatif sebesar (100%) . suhu

memberikan sumbangan efektif sebesar (25,1001%) dengan sumbangan relatif

sebesar (100%) Dan DO memberikan sumbangan efektif terkecil yaitu (20,25%)

28
dengan sumbangan relatif sebesar (99,75) terhadap kepadatan spesies Cypraea

tigris.

B. Pembahasan

1. Kondisi faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai negeri Porto

dan perairan pantai dusun Pia.

Kondisi substrat yang ada di perairan pantai Negeri Porto sangat

beranekaragam yaitu berpasir, pasir patahan karang, batu berpasir, patahan karang

mati dan karang hidup. Selain itu ada juga ekosistem pantai yang ada pada daerah

pesisir yaitu berupa mangrove, lamun dan algae (Lewerissa, 2014). Kondisi

substrat Perairan pantai Dusun Pia juga sangat beranekaragam dan dijadikan

sebagai tempat wisata, dengan tipe substrat yaitu pasir, lumpur dan juga ada

patahan karang, karang papan, karang mati, manggrove, ada juga hamparan lamun

dan juga alga.

Keberadaan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan yang

terdiri dari factor biotik dan abiotik (Mathius et al, 2018). Kemampuan

gastropoda bertahan pada suatu lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan

mendukung seperti tipe substrat dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi

(Jailani, 2012). Faktor biotik terdiri dari habitat dan substrat atau sumber makanan

yang memadai sedangkan factor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, pH dan kadar

oksigen terlarut (DO). Faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai negeri

Porto dan perairan pantai Dusun Pia yang diukur diantaranya ialah Suhu, salinitas,

pH, dan kadar oksigen terlarut (DO).

1) Suhu

29
Hasil pengukuran suhu pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai

Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2. Dimana Tabel 4.1 menunjukan

nilai suhu pada perairan pantai Negeri Porto berkisar antara (30,00-30,01 oC).

sementara pada tabel 4.2 menunjukan bahwa suhu pada perairan pantai Dusun Pia

berkisar antara (30,00 oC - 30,01 oC)

2) Salinitas

Hasil pengukuran salinitas pada perairan pantai negeri Porto dan perairan

pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. Dimana Tabel 4.3

menunjukan nilai salinitas pada perairan pantai negeri Porto berkisar antara

(25,75–26,75%). Dan Tabel 4.4 menunjukan nilai salinitas pada perairan pantai

Dusun Pia bekisar antara (25,75- 27,25%).

3) Derajat keasaman (Ph)

Hasil pengukuran pH air laut pada perairan pantai negeri Porto dan perairan

pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Dimana Tabel 4.5

menunjukan nilai pH air laut pada perairan pantai negeri Porto berkisar antara

(7,86-7,87). Tabel 4.6 menunjukan nilai pH pada perairan pantai Dusun Pia

berkisar antara (7,85–7,87). Secara umum dapat dikatakan bahwa pH pada

perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai negeri Pia adalah basah lemah.

4)Oksigen terlarut (DO)

Hasil pengukuran DO pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai

Dusun Pia dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Dimana tabel 4.7

menunjukan nilai DO pada perairan negeri Porto berkisar antara (5,44–5.50

mg/L). Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan nilai DO pada perairan Dusun Pia

berkisar antara (5,42-5,46 mg/L).

30
2. Tingkat Kepadatan Cypraea tigris di Perairan Pantai Negeri Porto dan

perairan Pantai Negeri Pia Pulau Saparua.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada kedua lokasi penelitian yaitu

Perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia. Yang dapat dilihat

pada tabel 4.9. Dari perbandingan jumlah keseluran spesies Cypraea tigris yang

ditemukan pada kedua lokasi tersebut menunjukan bahwa tingkat kepadatan

spesies Cypraea tigris tertinggi ditemukan pada perairan pantai Negeri Porto,

dengan nilai kepadatan 0,1 ind/m2 dengan nilai kepadatan relatif 67% . Spesies

Cypraea tigris ini banyak ditemukan di perairan pantai Negeri Porto diduga

karena tersedianya sumber makanan yang berlimpah, dimana Spesies Cypraea

tigris memakan lamun, dan juga kondisi habitat pada perairan pantai Negeri Porto

yang berpasir disertai patahan karang dan terumbu karang yang merupakan habitat

dari spesies Cypraea tigris ini. Dengan demikian tingkat kepadatan suatu individu

sangat dipengaruhi oleh habitat hidup dan ketersedian makanan yang memadai.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Florensia at al (2020), bahwa ketersediaan

sumber makanan menjadi faktor penting yang berhubungan dengan tingkat

kepadatan. Odum (1993) dalam Sinyo et al (2013), menyatakan bahwa

organisme yang memiliki nilai kepadatan tinggi menunjukan bahwa jenis

organisme tersebut memiliki kemampuan beradapatasi dengan lingkungan

yang di tempatinya, sehingga memiliki kemampuan reproduksi yang

tinggi. Lebih lanjut dinyatakan oleh Rahmawati (2004), organisme yang

memiliki nilai kepadatan tinggi menunjukan bahwa jenis tersebut memiliki

kemampuan menempati ruang yang lebih luas sehingga kesempatan untuk

31
berkembang semakin luas. Berdasarkan kriteria nilai kepadatan yang telah

ditentukan maka kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri

Porto, dengan nilai kepadatan 1-10 = kepadatan kurang.

Sedangkan kepadatan terendah pada perairan pantai Dusun Pia dengan nilai

kepadatan 0.05 ind/m2 dan nilai kepadatan relatif 33%. Berdasarkan hasil

penelitian, diduga hal ini terjadi karena pada perairan pantai Dusun Pia

tersambung dengan aliran air tawar yang juga menjadi salah satu tempat wisata.

Larasati et al (2020), yang menyatakan bahwa kepadatan dipengaruhi oleh

kegiatan yang terdapat pada ekosistem dan dapat memberikan efek pada

kelangsungan hidup suatu organisme. hal ini juga diduga karena pada saat

penelitian berlangsung keadaan surut tidak terlalu jauh dan tidak lama sehingga

sedikit sulit untuk menjangkau habitat spesies Cypraea tigris ini. Kepadatan

populasi suatu organisme dapat dipengaruhi oleh luas habitat dan berapa banyak

pencatatan yang dilakukan dalam penelitian (Suin, 2003). Pada perairan pantai

negeri Pia juga hanya terdapat sedikit patahan karang, sedangkan spesies Cypraea

tigris ini lebih banyak ditemukan pada patahan karang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Silaen et al (2013), kepadatan dan distribusi gastropoda dipengaruhi

oleh lingkungan habitatnya, ketersediaan makanan, pemangsaan, dan juga

kompetisi. Berdasarkan kriteria nilai kepadatan yang telah ditentukan maka

kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Pia dengan nilai

kepadatan 0 = kepadatan kurang.

3. Hubungan Faktor Fisik Kimia Lingkungan dengan Kepadatan Spesies

Cypraea tigris diperairan Pantai Pulau Saparua.

32
1) Suhu ( X1)

Hasil analisis variabel bebas (suhu) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa

besarnya sumbangan efektif variabel bebas (suhu) terhadap kepadatan spesies

Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (36,4816%) sumbangan

relatif (99,94%) . Sementara pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif

variabel bebas (suhu) sebesar (25,1001%) sumbangan relatif sebesar .

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 menunjukan bahwa kisaran suhu pada perairan

pantai Negeri Porto dan perairan pantai Negeri Pia mempunyai kisaran suhu yang

sama antara (30,00 – 30,01oC). Suhu alami untuk perairan tropis yang layak untuk

organisme berkisar antara 23-32 oC (Siburian et al., 2017). Selanjutnya di jelaskan

oleh Salim et al (2017), suhu dengan kisaran yang berbeda bisa disebabkan oleh

faktor perbedaan waktu pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian suhu

pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia masih dikatakan

ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan gastropoda, dalam hal ini adalah

Cypraea tigris. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif

(-489,454) dan (-314,347) yang artinya apabila varibel bebas (suhu) tidak

mempengaruhi maka kepadatan spesies Cypraea tigris akan mengalami

penurunan sebesar (-489,454) pada perairan pantai Negeri Porto dan (-314,347)

pada perairan pantai Dusun Pia. Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk

variabel bebas (suhu) pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai

Dusun Pia bertanda positif. Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Salinitas (X2)

33
Hasil analisis variabel bebas (salinitas) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa

besarnya sumbangan efektif variabel bebas (salinitas) terhadap kepadatan spesies

Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (49,2804%) . Sementara

pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (salinitas)

sebesar (41,0881%). Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa kisaran

salinitas pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar

antara (25,75 – 26,75%) dan (25,75- 27,25%)). Menurut Siregar et al (2013),

menyatakan bahwa kisaran salinitas pada tiap daerah berbeda berdasarkan kondisi

masing-masing perairan. Menurut Ariska (2012) menyatakan bahwa Gastropoda

umumnya mentoleransi salinitas berkisar antara 25-40 ppt. Berdasarkan

pengamatan diduga karena terdapat aliran air tawar di sekitaran perairan pantai

Dusun Pia. Menurut Pratama et al (2015), distribusi salinitas menjadi sangat

bervariasi karena terjadi interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor

yang lain, seperti run-off dari sungai,hujan,evaprosi, dan sirkulasi masa air.

Seiring dengan pendapat Hutabarat dan Evans (1984), bahwa daerah estuaria

adalah daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya pengaruh air

tawar yang masuk dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut di daerah itu.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif (-3,698) dan

(-2,865) . Yang artinya apabila varibel bebas (salinitas) tidak mempengaruhi maka

kepadatan spesies Cypraea tigris akan mengalami penurunan sebesar (-3,698)

pada perairan pantai Negeri Porto dan (-2,865) pada perairan pantai Dusun Pia.

Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk variabel bebas (salinitas) pada

perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia bertanda positif.

34
Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

3) Derajat keasaman/pH (X3)

Hasil analisis variabel bebas (pH) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa

besarnya sumbangan efektif variabel bebas ( pH ) terhadap kepadatan spesies

Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (35,0464%) . Sementara

pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (salinitas)

sebesar (31,8096%). Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan bahwa kisaran

pH pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar

antara (7,86–7,87) dan (7,85–7,87). pH pada perairan pantai Negeri Porto dan

perairan pantai Dusun Pia bersifat basah lemah .Nilai pH yang ideal bagi perairan

adalah 7 – 8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun sangat asam akan

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan mengganggu proses

metabolisme dan respirasi. Mahyuddin (2010), menyatakan bahwa secara alamiah,

pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa yang

bersifat asam. Derajat keasaman (pH) penting untuk mendukung kelangsungan

hidup organisme akutik. Hal ini disebabkan pH dapat mempengaruhi jenis dan

tersedianya unsur hara, serta toksisitas unsur renik. Berdasarkan hasil penelitian

kisaran pH pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Negeri Pia

masih dikatakan ideal untuk proses pertumbuhan dan perkembangan gastropoda.

Dalam hal ini adalah Cypraea tigris. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai

konstanta bernilai negatif (-97,150) dan (-74,000). Yang artinya apabila varibel

bebas (pH) tidak mempengaruhi maka kepadatan spesies Cypraea tigris akan

mengalami penurunan sebesar (-97,150) pada perairan pantai Negeri Porto dan (-

35
74,000) pada perairan pantai Dusun Pia. Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R

untuk variabel bebas (pH) pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai

Dusun Pia bertanda positif. Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

4) Oksigen terlarut/DO ( X4)

Hasil analisis variabel bebas (DO) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa

besarnya sumbangan efektif variabel bebas (DO) terhadap kepadatan spesies

Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (53,4361%) . Sementara

pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (DO) sebesar

(20,25%). Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa kisaran DO pada

perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar antara (5,44-

5.50 mg/L) dan (5,42-5,46 mg/L). Saptarini et al (2010), menyatakan bahwa

standar oksigen terlarut untuk perairan yang mengandung kehidupan sebesar

5mg/l dan untuk mendukung kehidupan biologi secara normal air harus cukup

mengandung oksigen terlarut sebesar 5-7 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian

konsentrasi DO pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia

memiliki konsentrasi DO yang tinggi diduga karena pada setiap transek

pengukuran terdapat biota vegetasi laut (lamun) yang cukup banyak. Kondisi

tersebut sesuai dengan pernyataan Salmin (2005), bahwa sumber utama oksigen

dalam suatu perairan berasal hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

perairan tersebut, selain dari proses difusi dari udara bebas. Sumber oksigen

terlarut diperairan berasal dari difusi oksigen yang berada di atmosfer serta

aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Febrian et al., 2016).

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif (-9,691) dan (-

36
6,836) . yang artinya apabila varibel bebas (DO) tidak mempengaruhi maka

kepadatan spesies Cypraea tigris akan mengalami penurunan sebesar (-9,691)

pada perairan pantai Negeri Porto dan (-6,836) pada perairan pantai Dusun Pia.

Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk variabel bebas (DO) pada perairan

pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia bertanda positif. Artinya

adanya hubungan yang meningkatkan antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

37
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada perairan pantai Pulau

Saparua maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1) Kondisi faktor fisik kimia lingkungan (suhu,salinitas,Ph,DO) memiliki kisaran

yang masih berada pada rentangan wajar untuk kehidupan Cypraea tigris.

Dengan kisaran suhu yang sama pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun

Pia (30,00 oC -30,01oC) . Kisaran salinitas pada perairan pantai Negeri Porto

dan Dusun Pia (25,75% - 27%) dan (25,75% - 27,25%). Kisaran pH pada

perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia (7,86 - 7,87) dan (7,85 – 7,87).

Kisaran DO pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia (5,44 -5,50

mg/L) dan (5,32 mg/L – 5,46 mg/L) .

2) Tingkat kepadatan tertinggi pada perairan pantai Pulau Saparua terdapat Pada

perairan pantai Negeri Porto dengan nilai kepadatan 0,1 (tidak ada kepadatan).

Dan kepadatan terendah terdapat pada perairan pantai Negeri Pia dengan nilai

kepadatan 0,05 ( tidak ada kepadatan). Dengan rata-rata nilai kepadatan relatif

100%.

3) Terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas (suhu,salinitas,pH,DO)

dengan kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Pulau Saparua.

Dengan nilai korelasi variabel bebas (suhu) dengan kepadatan spesies Cypraea

tigris (0,604). nilai korelasi variabel bebas (salinitas) dengan kepadatan spesies

Cypraea tigris (0,702). nilai korelasi variabel bebas (pH) dengan kepadatan

spesies Cypraea tigris (0,592). nilai korelasi variabel bebas (DO) dengan

38
kepadatan spesies Cypraea tigris (0,731). Variabel bebas (DO) memberikan SE

terbesar pada perairan pantai Negeri Porto dengan nilai (53,4361%) dan

variabel bebas (pH) memberikan SE terkecil sebesar (35,0464%). Sementara

variabel bebas (salinitas) memberikan SE terbesar pada perairan pantai Dusun

pia sebesar(41,0881 %). Dan varibael bebas (DO) memberikan SE terkecil

sebesar (20,25%).

B. Saran

Kepada pemerintah Negeri Porto dan Dusun Pia, agar lebih meningkatkan

upaya pelestarian laut yang berupa biota ataupun organisme laut pada daerah

pesisir pantai Negeri Porto dan Dusun Pia Pulau Saparua agar dikemudian hari

masih tetap menjadi objek penelitian maupun pengembangan ilmu yang berkaitan

dengan perairan laut.

39
DAFTAR PUSTAKA

Amila, L. E. (2013). Artikel Ilmiah Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Metode


Ceramah Dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Remaja
Tentang Narkoba Di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten
Nias Selatan Tahun 2013. Universitas Sari Mutiara Indonesia

Ariska. 2012. Keanekaragaman dan Distribusi Gastropoda dan Bivalvia


(Moluska) di Muara Karang Tirta Pangandaran. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Beby Aulia Kesuma Wardani. 2018. Studi Keanekaragaman Gastropoda Sebagai


Bioindikator Perairan Di Pantai Sialang Buah Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara. Skripsi.

Febrian, F., Pratomo, A dan F. Lestari. 2016. Kelimpahan dan Keanekaragaman


Gastropoda di Perairan Desa Pegudang, Kabupaten Bintan, Riau.

Irawan.2008. Struktur Komunitas Moluskpa (Gastropoda dan Bivalvia) serta


Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari.

Jailani, M. Nur. 2012. Studi Biodiversitas Bentos di Krueng Daroy Kecamatan


Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Rona Lingkungan Hidup, 5
(1) : 8-15.

Joshian Nicolas William Schaduw. 2018. Distribusi Dan Karakteristik Kualitas


Perairan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken.
Majalah Geografi Indonesia. 32(1) : 40-49
.
Komang Triwiyanto, Ni Made Suartini, Job Nico Subagio. 2015.
Keanekaragaman Moluska Di Pantai Serangan, Desa Serangan,
Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Jurnal Biologi. 19(2).

Larasati Yuli, Soenardjo Nirwani, Setyati Ari Wills. 2020. Komposisi dan
Kelimpahan Gatropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Tiramen,

40
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Journal of Marine Research. Vol 9,
No 1, hlm. 1-48.

Lewerissa Yona, 2014. Studi Ekologi Sumber Daya Taripang di Negeri Porto
Pulau Saparua Maluku Tengah. Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Oktober
2014, hal. 32-34.

Mathius Rosiana Sari, Lantang Bonny, Maturbongs R. Modesta. 2018. Pengaruh


Faktor Lingkungan Terhadap Keberadaan Gastropoda Pada Ekosistem
Mangrove di Dermaga Lantamal Kelurahan Karang Indah Distrik Marauke
Kabupaten Merauke. Musamus Fisheries and Marine Journal. Vol 1 (2),
hlm. 33-48.

Persulessy Marlen, Arini Ine. 2018. Keanekaragaman Jenis dan Kepadatan


Gastropoda Di Berbagai Substrat Berkarang di Perairan Pantai Tihunitu
Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah. Biopendix, Vol 5,
Nomor 1, hlm 45-52.

Pratama, G. A., Pranowo, W. S., Sunarto, & Purba, N. P. (2015). Keterkaitan


Kondisi Parameter Fisika Dan Kimia Perairan Dengan Distribusi Klorofil-
A Di Perairan Barat Sumatera. Omni Akuatika, XIV (20), 33-43.

Rahmawaty, 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan


Wisata Alam Sibolangit. e-Usurepository Sumatera Utara.

Salim, D., Yuliyanto, & Baharuddin. (2017). Karakteristik Parameter Oseanografi


Fisika-Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru
Kalimantan Selatan. Jurnal Enggano, 2(2), 218-228.

Salmanu. S .2018. Kekayaan dan Kepadatan Gastropoda Berdasarkan Tipe Pantai


di Perairan Pantai Desa Suli dan Waai Kabupaten Maluku Tengah, Jurnal
Biopendix, Volume 1, No 2, Hlm.112-116.

Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana, Vol.XXX (3): 21 - 26.

Samir, Wa. N dan Romy K., 2016, Studi Kepadatan dan Pola Distribusi Bivalvia
di Kawasan Mangrove Desa Balimu Kecamatan Lasalimu Selatan
Kabupaten Buton, J. Manajemen sumber daya perairan, 1: 169-181.

41
Saptarini D, dkk, 2010. Struktur Komunitas Gastropoda (Moluska) Hutan
Mangrove Sendang Biru, Malang Selatan. Jurusan Biologi, FMIPA_ITS
Surabaya, Indonesia
Saroyo, Roni, 2016. Ekologi Hewan. Bandung : CV. PATRA MEDIA
GRAFINDO.

Siburian, R., Lisnawaty, S., & Minsyahril, B. (2017). Analisis Kualitas Perairan
Laut Terhadap Aktivitas Di Lingkungan Pelabuhan WaingapuAlor Sumba
Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 23 (1), 225-232.

Silaen, I.F., B. Hendrarto, M. N. Supardjo. 2013. Distribusi dan Kepadatan


Gastropoda pada Hutan Mangrove. Journal of Management of Aquatic
Resources. 2 (3): 93-103.

Sindi Mardatila, Izmiarti, Jabang Nurdin. 2016. Kepadatan, Keanekaragaman Dan


Pola Distribusi Gastropoda Di Danau Diatas, Kabupaten Solok, Provinsi
Sumatera Barat. Biocelebes. 10(2): 25-31.

Sinyo 2013. Studi Kepadatan dan keanekaragaman jenis Organisme Bentos pada
Daerah Padang Lamun di Perairan Pantai Keluruhan Kastela Kecamatan
Pulau Ternate: Unkhair Ternate.

Siregar, R. A., Yunasfi., A. Suryanti. 2013. Komunitas Bivalvia Dan Gastropoda


di Pantai Cermin Sumatera Utara. Jurnal aquacoastmarine. 2(1):150-162

Siwi, F. R.; Sudarmadji dan Suratno, 2017, Keanekaragaman dan Kepadatan


Gastropoda di Hutan Mangrove Pantai Si Runtoh Taman Nasional
Baluran, J. Ilmu Dasar. 18:119-124.

Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasi.Universitas Andalas. Padang.

Yunita Supusepa. 2018. Inventaris Jenis Dan Potensi Gastropoda Di Negeri Suli
Dan Negeri Tial. Jurnal TRITON. 14(1).

42
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta Lokasi Penelitian

1. Peta Lokasi Penelitian Peta perairan pantai Negeri Porto

2. Peta Lokasi Penelitian Peta Perairan Pantai Dusun Pia

43
Lampiran 2 : Surat izin peneletian

44
45
46
Lampiran 3 : Penentuan Plot dan Transek pada Lokasi Penelitian

Transek 1 Transek 2 Transek 3 Transek 4 Transek 5

1x1
m

5m

5m

47
Lampiran 4 : Data Hasil Penelitian Cypraea tigris Yang ditemukan di
Perairan Pantai Negeri Porto dan Negeri Pia Pulau
Saparua.
Transek 1
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto - - 1 1 2
Negeri pia - - - 1 1
Total 1 2 3

Transek 2
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto - 1 2 2 5
Negeri pia - 1 - 1 2
Total 2 2 3 7

Transek 3
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 1 2 2 6
Negeri pia - 1 - 2 3
Total 1 2 2 4 9

Transek 4
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 2 2 3 8
Negeri pia 1 1 - 2 4
Total 2 3 2 5 12

Transek 5
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 2 3 3 9
Negeri pia - 1 2 1 4
Total 1 3 5 4 13

48
Lampiran 5 : Perhitungan Kepadatan Cypraea tigris di Perairan Pantai
Negeri Porto dan Negeri Pia Pulau Saparua.
Lokasi Transek Transek Transek Transek Transek Total
I II III IV V
Negeri porto 2 5 6 8 9 30
Negeri Pia 1 2 3 4 5 15

Kepadatan Absolut : Kepadatan Relatif :

Jumlah individu suatu jenis Densitas suatu jenis


KA = KR = x 100 %
luas area yang berisi jenis jumlah total densitas seluruh jenis
Negeri Porto
Negeri porto
30 0,1
KA = = 0,1 KR = x 100 %
300 0,15

Negeri Pia = 0,67 x 100% = 67 %


15 Negeri Pia
KA = = 0,05
300 0,05
KR = x 100%
0.15
= 0,33 x 100% = 33 %
Total : 0,15

Total : 100%
*Luas area penelitian : 300 m2

49
Lampiran 6: Pengolahan Data Menggunakan SPSS
1. Analisis variabel bebas (Suhu) pada perairan pantai Negeri Porto

Correlations
Kepadatan Suhu
kepadatan 1.000 .604
Pearson Correlation
suhu .604 1.000
kepadatan . .002
Sig. (1-tailed)
suhu .002 .
kepadatan 20 20
N
suhu 20 20

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .604a .365 .330 .19362

a. Predictors: (Constant), suhu

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .388 1 .388 10.341 .005b
1 Residual .675 18 .037
Total 1.063 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), suhu

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta

(Constant) -489.454 152.326 -3.213 .005


1
Suhu 16.323 5.076 .604 3.216 .005

50
a. Dependent Variable: kepadatan

2. Analisis variabel bebas (Suhu) pada perairan pantai Negeri Pia

Correlations
Kepadatan Suhu
kepadatan 1.000 -.096
Pearson Correlation
suhu -.096 1.000
kepadatan . .344
Sig. (1-tailed)
suhu .344 .
kepadatan 20 20
N suhu 20 20

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .096a .009 -.046 .18733

a. Predictors: (Constant), suhu

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .006 1 .006 .166 .689b
1 Residual .632 18 .035
Total .637 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), suhu

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .258 .208 1.239 .231
1
Suhu -.003 .007 -.096 -.407 .689

51
a. Dependent Variable: kepadatan

3. Analisis variabel bebas (Salinitas) pada perairan pantai Negeri Porto

Correlations

kepadatan Salinitas
kepadatan 1.000 .702
Pearson Correlation
salinitas .702 1.000
kepadatan . .000
Sig. (1-tailed)
salinitas .000 .
kepadatan 20 20
N
salinitas 20 20

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .702a .493 .465 .17301

a. Predictors: (Constant), salinitas

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .524 1 .524 17.496 .001b
1 Residual .539 18 .030
Total 1.063 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), salinitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.698 .975 -3.795 .001

52
Salinitas .155 .037 .702 4.183 .001

a. Dependent Variable: kepadatan

4. Analisis variabel bebas (Salinitas) pada perairan pantai Dusun Pia

Correlations
kepadatan Salinitas
Pearson kepadatan 1.000 .641
Correlation salinitas .641 1.000
kepadatan . .001
Sig. (1-tailed)
salinitas .001 .
kepadatan 20 20
N
salinitas 20 20

a. Dependent Variable: kepadatan

b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .641a .411 .378 .14446

a. Predictors: (Constant), salinitas

ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .262 1 .262 12.550 .002b
1 Residual .376 18 .021
Total .637 19

a. Dependent Variable: kepadatan

b. Predictors: (Constant), salinitas

53
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -2.865 .859 -3.336 .004
1
salinitas .114 .032 .641 3.543 .002

a. Dependent Variable: kepadatan

5. Analisis variabel bebas (pH) pada perairan pantai Negeri Porto

Correlations
kepadatan pH
kepadatan 1.000 .592
Pearson Correlation
pH .592 1.000
kepadatan . .003
Sig. (1-tailed)
pH .003 .
kepadatan 20 20
N
pH 20 20

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .592a .350 .314 .19587

a. Predictors: (Constant), pH

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .372 1 .372 9.693 .006b
1 Residual .691 18 .038
Total 1.063 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), pH

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

54
B Std. Error Beta
(Constant) -97.150 31.324 -3.101 .006
1
pH 12.397 3.982 .592 3.113 .006
Correlations
a. Dependent Variable: kepadatan kepadatan pH
kepadatan 1.000 .564
Pearson Correlation
pH .564 1.000
kepadatan . .005
Sig. (1-tailed)
pH .005 .
kepadatan 20 20
N
pH 20 20

6. Analisis variabel bebas (pH) pada perairan pantai Dusun Pia

a. Dependent Variable: kepadatan

b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .564a .318 .280 .15541

a. Predictors: (Constant), pH

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .203 1 .203 8.394 .010b
1 Residual .435 18 .024
Total .637 19

a. Dependent Variable: kepadatan

b. Predictors: (Constant), pH

55
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -74.000 25.602 -2.890 .010
1
pH 9.430 3.255 .564 2.897 .010

a. Dependent Variable: kepadatan


7. Analisis variabel bebas (DO) pada perairan pantai Negeri Porto

Correlations
Kepadatan DO
kepadatan 1.000 .731
Pearson Correlation
DO .731 1.000
kepadatan . .000
Sig. (1-tailed)
DO .000 .
kepadatan 20 20
N
DO 20 20

Model Summary
Model R R Square Adjusted RStd. Error of the
Square Estimate
1 .731a .534 .508 .16590

a. Predictors: (Constant), DO

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .567 1 .567 20.605 .000b
1 Residual .495 18 .028
Total 1.063 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), DO

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -9.691 2.218 -4.370 .000
1
DO 1.837 .405 .731 4.539 .000

56
a. Dependent Variable: kepadatan
Correlations
kepadatan DO
kepadatan 1.000 .450
Pearson Correlation
DO .450 1.000
kepadatan . .023
Sig. (1-tailed)
DO .023 .
8. Analisis kepadatan 20 20 variabel
N
DO 20 20
bebas (DO) pada
perairan pantai Dusun Pia

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .450a .203 .158 .16806

a. Predictors: (Constant), DO

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression .129 1 .129 4.571 .046b
1 Residual .508 18 .028
Total .638 19

a. Dependent Variable: kepadatan


b. Predictors: (Constant), DO

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.836 3.279 -2.085 .052

57
DO 1.301 .608 .450 2.138 .046

a. Dependent Variable: kepadatan

Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Pantai Negeri Porto dan Negeri Pia

Penelitian ini dilakukan di Pantai Negeri Porto dan Pantai Dusun Pia

2. Pengamatan dan Pengukuran Lapangan

58
Proses selanjutnya, lakukan pengamatan lapangan setelah itu lakukan pengukuran
luas area pada lokasi penelitian yaitu Negeri Porto dan Dusun Pia

3. Pengambilan Sampel

Kemudian lakukan proses pengambilan sampel (Cypraea tigris) pada siang hari

Lakukan proses pengambilan sampel (Cypraea tigris) kembali pada malam hari

59
4. Proses Pengukuran Parameter Lingkungan

Proses selanjutnya, pengukuran faktor lingkungan. Tetapi, sebelum melakukan


pengukuran semua alat harus dikalibrasi menggunakan aquades. Suhu diukur
dengan menggunakan termometer dengan cara mencelupkan termometer secara
langsung kedalam air laut.

60
Kemudian ukur salinitas dengan cara menempatkan air pada refraktometer an
diamati sesuai dengan skala yang tertera

Setelah itu, kadar oksigen diukur menggunakan DO meter. Pengukuran faktor


lingkungan dilakukan berdamaan dengan pengambilan sampel. Setelah mengukur
dan mencatat semua parameter lingkungan yang diperlukan, semua alat harus
dikalibrasi menggunakan aquades.

61
LEAFLET

62
63

Anda mungkin juga menyukai