Lita Skripsi
Lita Skripsi
Lita Skripsi
SKRIPSI
OLEH
LITA O. PELLETIMU
201840040
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2022
MOTTO
ii
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab
aku ini Allahmu, aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau,
Aku akan memegang engkau dengan tangan kananku yang membawa
kemenangan
(Yesaya 41:10)
LEMBAR PERSEMBAHAN
iii
Dengan penuh kerendahan dan segenap hati, skripsi ini penulis persembahkan
kepada :
Tuhan Yesus Kristus, Sang pemberi hidup yang selalu melindungi dan
menyertai penulis hingga sampai di tahap penyelesaian skripsi ini.
Sosok yang sangat luar biasa mama Pau pelletimu yang selalu mencintai,
mendoakan menasehati, memotivasi penulis dan selalu membantu penulis
dalam segala aspek kehidupan. bapa Yapi (alm) yang setia mencintai
penulis sampai akhir hidup. kaka Lea, ade En dan bu Iger yang selalu
mendoakan, memberikan semangat,motivasi untuk penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua Cinta kasih yang
diberikan.
KATA PENGANTAR
iv
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih karunia dan cinta-Nya yang sangat besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Faktor Fisik
Kimia Lingkungan Dengan Kepadatan Spesies Cypraea tigris Pada Perairan
Pantai Pulau Saparua dan Implikasinya bagi Masyarakat dalam Bentuk
Leaflet” sebagai persyaratan untu memperoleh gelar kesarjanaan pada Program
Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura Ambon.
v
II yang telah memberikan masukan dan saran, serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pembina mata kuliah di Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu kepada
Penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Ibu Louvenska Latupeirissa, M. Pd yang dengan setia dan sabar membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Yang tercinta mama Pau Pelletimu yang selalu memberikan dukungan materi
dan bapa Yapi Pelletimu(alm), kaka lea, ade en, dan bu iger yang dengan
penuh ketulusan hati selalu memberikan cinta dan doa, motivasi, semangat
kepada penulis selama perkuliahan hingga penulisan skripsi.
11. Opa pit, oma na, kk andre, kk len, kk elon, ua ina, ade nyong, ade dea dan ade
jis yang selalu mendoakan, memotivasi serta membantu penulis dalam proses
perkuliahan hingga skripsi.
12. Semua keluarga Besar Pelletimu-Pirsouw khususnya kaka Uli, Ales, ade Sela,
bong Jen, Yang memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
13. Fitzgerald kaitjily yang juga selalu mendoakan, membantu dan memotivasi
penulis dalam proses perkuliahan hingga skripsi.
14. Team Cypraea : Jesa ahijate , kk Ida, Gabby, kk Essy, Sany, Samy, kk Yesa,
dan Valen yang telah dengan kerelaan hati meluangkan waktu membantu
penulis dalam proses penelitian.
15. Mama Pau, Eni, Etus, yang sudah dengan senang hati menerima penulis
untuk tinggal bersama dan melayani penulis selama melakukan proses
penelitian serta kk Ryl, bapa Ampi, kk Calvin, kk Sherty, Renaldy dan Kk
Teko cs yang juga turut membantu penulis dengan penuh sukarela dalam
melakukan proses penelitian di Pulau Saparua.
16. Claudia lelapary dan Eta rumahmury yang selalu memberikan semangat dan
setia membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
17. Yulinda, Ria, Yuli, Tania, Dessy, dan renaldy yang selalu menemani dan
membantu penulis dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
vi
18. Teman – teman Kelas B’18 dan teman-teman seperjuanganKu dalam Program
Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2018 yang selalu sama – sama menjalin
kebersamaan dari proses perkuliahan hingga saat ini.
19. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per satu yang
telah membantu penulis dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Kiranya Tuhan Yesus Kristus selalu memberikan berkat kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.
Lita O. Pelletimu
vii
ABSTRAK
Cypraea tigris merupakan salah satu spesies dari kelas gastropoda, berbentuk
seperti helem yang ditelengkupkan, dengan cangkang yang keras, Warna bagian
dorsal bintik-bintik coklat corak putih, dan warna bagian ventral putih dengan
mosaik bintik-bintik coklat. spesies Cypraea tigris ini banyak ditemukan pada
hamparan pasir, lamun dan patahan karang. Kehidupan Cypraea tigris tergantung
oleh faktor fisik kimia lingkungan suhu, salinitas, pH, dan DO sangat menentukan
kepadatan spesies Cypraea tigris ini. Kepadatan merupakan jumlah individu dari
suatu populasi pada setiap unit area atau volume. Kepadatan sangat penting untuk
diamati karena dapat mengetahui stabilitas kehidupan populasi. Hubungan yang
signifikan antara faktor fisik kimia lingkungan dengan kepadatan menunjukan
bahwa seberapa besar pengaruh yang diberikan terhadap kepadatan spesies
Cypraea tigris ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor
fisik kimia lingkungan dengan kepadatan spesies Cypraea tigris. Kondisi faktor
fisik kimia lingkungan pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia dalam
kondisi yang masih wajar untuk kehidupan spesies Cypraea tigris. Dengan
kisaran Suhu (30,00℃), Salinitas (26%), pH (7,86) dan DO (5,48 mg/L). Hasil
analisis regresi pada spss menunjukkan bahwa adanya hubungan korelasi yang
kuat antara faktor lingkungan dengan kepadatan spesies Cypraea tigris. DO
memberikan SE terbesar (5,34%) dan pH memberikan SE terkecil (3,5%)
terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto.
Salinitas memberikan SE terbesar (4,11%) dan DO memberikan SE terkecil
(2,03%) terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Dusun
Pia. Hasil perhitungan kepadatan spesies Cypraea tigris di pantai Negeri Porto
yaitu (0,1) KR (67%) tidak ada kepadatan. Kepadatan spesies Cypraea tigris di
perairan pantai Dusun Pia (0,05) KR (33%) tidak ada kepadatan.
viii
ABSTRACT
Salmanu, M.Pd.
Cypraea tigris is one of the species of the gastropod class, shaped like a folded
helmet, with a hard shell, the dorsal color of the brown spots is white, and the
ventral color is white with a mosaic of brown spots. species of Cypraea tigris is
found in sand, seagrass and coral fractures. The life of Cypraea tigris depends on
physical and chemical environmental factors, temperature, salinity, pH, and DO
greatly determine the density of this Cypraea tigris. Density is the number of
individuals from a population in each unit area or volume. Density is very
important to observe because it can determine the stability of population life. A
significant relationship between physical and chemical environmental factors with
density shows that how much influence is given to the density of this Cypraea
tigris. This study aims to determine the relationship between physical and
chemical environmental factors with the density of Cypraea tigris species. The
condition of the physical and chemical environmental factors in the coastal waters
of the State of Porto and Dusun Pia are still in reasonable condition for the life of
the Cypraea tigris. With a range of Temperature (30.00℃), Salinity (26%), pH
(7.86) and DO (5.48 mg/L). The results of the regression analysis on spss show
that there is a strong correlation between environmental factors and the density of
Cypraea tigris. DO gave the largest SE (5.34%) and pH gave the lowest SE
(3.5%) for the density of Cypraea tigris in the coastal waters of the State of Porto.
Salinity gave the largest SE (4.11%) and DO gave the lowest SE (2.03%) to the
density of Cypraea tigris in the coastal waters of Dusun Pia. The results of the
calculation of the density of Cypraea tigris on the coast of the State of Porto,
namely (0.1) KR (67%) there is no density. The density of Cypraea tigris in the
coastal waters of Dusun Pia (0.05) KR (33%) was not dense. .
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAAN......................................................................................ii
MOTTO ................................................................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................5
F. Keterbatasan Penelitian....................................................................................5
G. Defenisi Operasional.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Klasifikasi Cypraea tigris................................................................................7
B. Faktor fisik kimia lingkungan..........................................................................8
C. Kepadatan......................................................................................................11
D. Leaflet............................................................................................................11
E. Kerangka Berpikir..........................................................................................12
F. Hipotesis.........................................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................14
A. Jenis Penelitian..............................................................................................14
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................14
C. Populasi dan Sampel......................................................................................14
D. Variabel Penelitian........................................................................................14
E. Alat dan Bahan...............................................................................................14
F. Prosedur Kerja................................................................................................15
G. Teknik Analisis Data.....................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19
A. Hasil...............................................................................................................19
B. Pembahasan...................................................................................................29
x
BAB V PENUTUP................................................................................................38
A. Kesimpulan....................................................................................................38
B. Saran..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LEAFLET.............................................................................................................61
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
7 Dokumentasi Penelitian..................................................................57
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
organisme ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk kebutuhan pangan dan
perairan pantai Dusun Pia merupakan perairan pantai yang cukup baik . Ekosistem
pesisir yang lengkap dan kompleks meliputi ekosistem mangrove, lamun, dan
dan tumbuhan yang hidupnya untuk tinggal di ekosistem ini (Schaduw, 2015).
Salah satu biota yang sering ditemui di ekosistem perairan adalah moluska.
memiliki penyebaran yang sangat luas , mulai dari wilayah pasang surut sampai
1
Keberadaan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan yang
terdiri dari factor biotik dan abiotik (Mathius et al, 2018). Kemampuan
mendukung seperti tipe substrat dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi
(Jailani, 2012). Faktor biotik terdiri dari habitat dan substrat atau sumber makanan
yang memadai sedangkan factor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, pH dan kadar
Kepadatan Merupakan rata-rata dari jumlah individu dari suatu populasi pada
setiap unit area atau volume (Saroyo dan Roni, 2016). Kepadatan lebih bermakna
jika dinyatakan dalam satuan ruang (area atau habitat) (Salmanu, 2015).
gastropoda yang terdapat pada perairan pulau Saparua. Cypraea merupakan salah
satu siput laut yang besar. Hasil penelitian UPT, Balai Konservasi Biota Laut -
LIPI Ambon pada tahun 2009 menunjukkan bahwa ditemukan 10 spesies dari
genus Cypraea di perairan Saparua. Famili yang biasanya dikenal dengan nama
cowry ini memiliki cangkang yang halus, licin, terdapat bintik-bintik, bercak-
bercak dan berwarna-warni dan umumnya ditemukan pada zona pasang surut.
Cowry harimau adalah salah satu dari banyak spesies yang awalnya
2
tigris . Berbentuk seperti telur dan dextral, cangkangnya yang mengkilap .
saat terancam.
Pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia kepadatan Cypraea tigris
bisa dikatakan banyak, sehingga umumnya masyarakat Negri Porto sejak dulu
telah memanfaatkan daging Cypraea tigris sebagai bahan makanan saja. Akan
tetapi mereka belum tahu bahwa manfaat dari cangkang Cypraea tigris dapat
organisme ini sebagai salah satu sumber daya yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat Negeri Porto untuk dikonsumsi, serta minimnya data hasil penelitian
tentang kepadatan Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan
pantai Dusun Pia, maka penelitian ini perlu untuk dilakukan agar dapat diperoleh
data terkait status Cypraea tigris yang meliputi kepadatan serta faktor fisik kimia
perairan.
dalam bentuk leaflet yang akan membantu pemahaman masyrakat Negeri Porto da
Berdasarkan uraian ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
3
Cypraea tigris pada Perairan Pantai Pulau Saparua dan Impilkasinya pada
B. Rumusan Masalah
Saparua?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui :
1. Kondisi faktor fisik kimia lingkungan terhadap spesies Cyprea tigris pada
3. Hubungan faktor fisik kimia lingkungan spesies Cyprea tigris pada perairan
4. Hasil penelitian yang dibuat dalam bentuk leaflet yang dijadikan informasi bagi
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat bermanfaat bagi masyarakat di
F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas hanya pada Cypraea tigris yang berlokasi di perairan
G. Defenisi Operasional
5
1. Cypraea tigris : Cypraea tigris, umumnya dikenal sebagai macri cowrie,
adalah spesies cowry, siput laut besar, moluska gastropoda laut dalam keluarga
Cypraeidae, cowry.
3. Kepadatan merupakan rata-rata dari jumlah individu dari suatu populasi pada
4. Leaflet merupakan Lembaran kertas atau media tertulis yang dicetak pada
kertas berukuran kecil, yang dapat dilipat agar mudah dibagikan dan mudah
dibawa oleh semua orang dan mengandung pesan tercetak untuk disebarkan
kepada khalayak umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Family : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea tigris
dalam kelas Gastropoda yang banyak ditemukan di laut. Siput laut ini memiliki
cangkang yang keras dan berbentuk mirip seperti helm yang ditelungkupkan.
corak putih, dan warna bagian ventral putih dengan mosaik bintik-bintik coklat.
Cangkang siput laut ini memiliki tekstur permukaan yang licin, mengkilap dan
memiliki motif yang sangat indah Bentuk apex memendek. Bentuk bibir bagian
dalam dan luar bergerigi. Memiliki apecture sempit memanjang. Bagian atas,
cangkang tubuhnya berbentuk oval dan bagian bawahnya rata bergerigi. Pada
bagian dalam kerangnya dikelilingi oleh mantel dan dilengkapi oleh filament
tentakuler. Pada kerang ini tidak terdapat operkulum. Pada waktu muda kerangnya
7
untuk kerajinan kerang. Karena seringnya pengumpulan dan perusakan
lingkungan terumbu karang oleh nelayan dinamit, spesies ini mungkin hampir
punah secara lokal atau terbatas pada bagian yang lebih dalam dari habitatnya.
mati. Secara umum, cowry diamati untuk memakan spons, gastropoda hidup,
a) Suhu
Suhu dapat membatasi sebaran hewan secara geografik dan suhu yang baik untuk
badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan
laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran
8
serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia dan biologi badan air. Semakin tinggi suhu pada suatu perairan,
maka semakin sedikit oksigen yang larut dalam air. Suhu yang tinggi akan
menurunkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, akibatnya Gastropoda dan
organisme air lainnya akan mati karena kurangnya oksigen. Suhu air yang relatif
tinggi pada suatu perairan ditandai dengan munculnya ikan dan organisme laut
b) Salinitas
Salinitas adalah jumlah garam terlarut dalam 1000 gram air laut. Salinitas
oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida dan semua bahan
organik yang telah dioksidasi. Salinitas juga merupakan salah satu parameter yang
terjadi interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain,
seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air. Menurut
berkisar antara 25-40 ppt. Karena pengaruh salinitas secara tidak langsung
CO2 yang terlarut dalam perairan tersebut dan aktivitas fotosintesa merupakan
proses yang sangat menentukan kadar CO2 dalam suatu perairan (Salim et al.,
9
2017). pH sangat penting dalam menentukan nilai guna perairan untuk
Gastropoda meningkat dan selera makan menurun. Hal sebaliknya terjadi pada
perairan yang memiliki nilai pH yang tinggi dapat menyebabkan kadar amonia
dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh
mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan,
terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.jika
kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik
proses respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba
10
(Siburian et al., 2017). Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara
6 – 8 mg/L.
C. Kepadatan
luasan tertentu dan waktu tertentu (Persulessy & Arini, 2018). Kepadatan populasi
satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah
atau biomassa per-unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan
lainnya. parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan
jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan
tinggi nilai kepadatan dari suatu organisme menunjukan bahwa jenis organisme
D. Leaflet
Agar materi edukasi dapat diterima semaksimal mungkin diperlukan suatu alat
yang diberi gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak berisi tulisan).
11
Selebaran tersebut berisikan tentang informasi yang perlu disebarkan oleh
khalayak ramai dan terdiri dari 200 sampai 400 karakter (huruf). Huruf-huruf
tersebut ditata dengan ditambahkan gambar sebagai pendukung isi leaflet tersebut.
Leaflet yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan informasi
E. Kerangka Berpikir
ini yang pertama dilakukan adalah melihat kepadatan spesies cypraea tigris yang
ada di lokasi tersebut selanjutnya kegiatan pengukuran faktor fisik kimia yaitu
suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut (DO). Berdasarkan analisis kebutuhan,
materi ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk masyarakat sekitar, yang akan
12
Cypraea tigris
Kepadatan Suhu
populasi pH
Kepadatan Salinitas
relatif DO
Impliksinya Kepada
Masyarakat Desa Porto
dalam bentuk
pembuatan leaflet
F. Hipotesis
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 17 maret – 17 april 2022 dengan
lokasi penelitian adalah perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun
a) Populasi : Semua spesies Cypraea tigris yang ada dilokasi penelitian perairan
D. Variabel Penelitian
a) Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya
No Alat Kegunaan
1 Coolbox Pengawetan sampel
2 Kantong plastik Menyimpan sampel
3 Rol meter Untuk mengukur luas pantai
4 Alat tulis/papan Untuk mencatat
oles
14
5 pH Meter Mengukur derajat keasaman
6 Termometer Mengukur suhu
7 Refraktometer Mengukur salinitas
8. DO meter Untuk mengukur kadar oksigen
terlarut
9 Alattulis Pencatatan data
menulis
10 Kertas label Memberikan tanda pada plastic label
11 Pipa/ tali ravia Membuat plot
12 Kamera Untuk memotret spesies
13 Spidol Untuk mencatat tanda pada kertas
permanen label
14 Karet gelang Untuk mengikat plastik sampel
b) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut:
F. Prosedur Kerja
a) Tahap observasi
penelitian, yaitu perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia,
untuk mencari informasi dan memastikan bahwa lokasi tersebut yang akan
digunakan sudah sesuai untuk melakukan penelitian tentang Cypraea tigris dan
15
b) Tahap pelaksanaan
habitat dari Cypraea tigris dan menggunakan metode transek linear kuadran.
Teknik ini dimodifikasi dari Kho (2017) dan Leiwakabessy (1997). Lokasi
penentuan sampel ditetapkan di tempat dimana terdapat Cypraea tigris , Luas area
yang akan dicuplik adalah 300 m 2 yang dibagi menjadi 5 transek masing-masing
garis transek ditarik tegak lurus terhadap garis pantai sepanjang 5 meter, dan
pada setiap garis transek dibuat 4 plot, ukuran tiap plot 1 x 1 m 2. Dengan
demikian total jumlah transek sebanyak 5 transek dan jumlah kudran (plot)
sebanyak 20 buah.
Sampel yang terdapat dalam setiap kuadran (plot) diambil dan dimasukkan
kedalam kantong sampel yang telah diberi label sesuai transek dan plot.
Faktor fisik-kimia lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu,
termometer secara langsung kedalam air laut. Salinitas diukur dengan cara
menempatkan air pada refraktometer dan amati sesuai dengan skala yang tertera.
pH diukur dengan pH meter yang diukur dengan mencelupkan alat pada air laut
16
dan mencatat semua parameter lingkungan yang diperlukan, semua alat harus di
inferensial. Untuk mengetahui hubungan suhu, salinitas, DO, dan pH, terhadap
kepadatan dapat digunakan rumus regresi linear berganda karena penelitian ini
memiliki 4 predikator yakni suhu, salinitas, DO, dan pH. Persamaan regresi
Dimana
Y1 : Prakiraan nilai independent variable
a : Perkiraan terhadap konstanta
b1 b2 b3 : Perkiraan tentang koefisien regresi
X1 : predictor suhu
X2 : predictor salinitas
X3 : predictor DO
X4 : predictor pH
a) Data pengukuran faktor fisik kimia lingkungan (suhu, salinitas, pH dan DO)
b) Untuk menghitung kepadatan rumus yang digunakan adalah :
17
Nilai 1-10 = Kepadatan kurang
Nilai 11-20 = Kepadatan tinggi/sangat banyak
c) Untuk mencari sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR) rumus
yang digunakan adalah :
SE ( X ) %
SR(X)% =
R2
18
BAB IV
A. Hasil
1. Kondisi Faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai Negeri Porto
1) Suhu
Hasil pengukuran suhu air laut pada perairan pantai Negeri Porto dan
perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2. Dimana tabel 4.1
menunjukan nilai suhu perairan pantai negeri Porto pada transek I dengan rata-rata
transek V (30,01oC). Dan tabel 4.2 menunjukan nilai suhu perairan pantai Dusun
Pia pada transek I dengan rata-rata (30,01oC) , transek II (30,00oC) , transek III
a) Negeri Porto
Tabel 4.1 Hasil pengukuran suhu di Negeri Porto
Suhu (oC)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 30 30,01 30,01 30,02 30,01
2 II 30 30 30,01 30,02 30,00
3 III 30 30 30,01 30,02 30,00
4 IV 30 30 30,01 30,02 30,00
5 V 30 30 30,02 30,02 30,01
b) Dusun Pia
Tabel 4.2 Hasil pengukuran suhu di Dusun Pia
Suhu (oC)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata-rata
1 I 30 30,01 30,01 30,02 30,01
2 II 30 30 30,01 30,02 30,00
3 III 30 30 30,01 30,02 30,00
4 IV 30 30 30,01 30,02 30,00
5 V 30 30 30,02 30,02 30,01
2) Salinitas
19
Hasil pengukuran salinitas air laut pada perairan pantai Negeri Porto dan
perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. Dimana Tabel 4.3
menunjukan nilai salinitas perairan pantai negeri Porto pada pada transek I dengan
rata-rata (25,75%), transek II (27%), transek III (25,75%), transek IV (26%), dan
transek V (26,75%). Dan tabel 4.4 menunjukkan nilai salinitas perairan pantai
Dusun Pia. Pada transek I (25,75%), transek II (26,25%), transek III (27,25%),
a) Negeri Porto
Tabel 4.3 Hasil pengukuran salinitas di Negeri Porto
Salinitas (%)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata-rata
1 I 25 25 26 27 25,75
2 II 25 27 28 28 27
3 III 25 25 26 27 25,75
4 IV 25 26 26 27 26
5 V 26 26 27 28 26,75
b) Dusun Pia
Tabel 4.4 Hasil pengukuran salinitas di Dusun Pia
Salinitas (%)
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 25 25 26 27 25,75
2 II 25 26 27 27 26,25
3 III 26 27 28 28 27,25
4 IV 26 27 27 28 27
5 V 26 27 27 28 27
Hasil pengukuran pH air laut pada perairan pantai negeri Porto dan
perairan pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Dimana
Tabel 4.5 menunjukan nilai pH air laut perairan pantai negeri Porto pada transek I
dengan rata-rata ( 7,87), transek II, III dan IV (7,86), dan transek 5 (7,87).
Sementara pada tabel 4.6 menunjukan nilai pH perairan pantai Dusun Pia pada
20
transek I ( 7,86), transek II (7,85), transek III (7,86), transek IV dan transek V
(7,87) .
a) Negeri Porto
Tabel 4.5 Hasil pengukuran pH di Negeri Porto
pH
Rata- rata
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV
1 I 7,85 7,87 7,88 7,88 7,87
2 II 7,85 7,85 7,87 7.88 7,86
3 III 7,85 7,86 7,87 7,88 7,86
4 IV 7,86 7,86 7,86 7,88 7,86
5 V 7,86 7,87 7,87 7,88 7,87
b) Dusun Pia
4) Oksigen Terlarut ( DO )
Hasil pengukuran DO pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai
Dusun Pia dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Dimana tabel 4.7
menunjukan nilai DO perairan negeri Porto pada transek I dengan rata-rata (5,44
mg/L), transek II dan transek III (5,48 mg/L) transek IV (5,50 mg/L), transek V
(5,48 mg/L). Sementara Tabel 4.8 menunjukan nilai DO perairan Dusun Pia pada
transek 1 (5,32 mg/L), transek 2 ( 5,34 mg/L), transek 3 ( 5,37 mg/L) , transek 4
a) Negeri Porto
Tabel 4.7 Hasil pengukuran DO di Negeri Porto
DO (mg/L)
21
No Transek Plot I Plot II Plot III Plot IV Rata- rata
1 I 5,30 5,42 5,45 5,60 5,44
2 II 5,30 5,52 5,53 5,60 5,48
3 III 5,41 5,42 5,51 5,60 5,48
4 IV 5,42 5,50 5,50 5,60 5,50
5 V 5,41 5,42 5,50 5,60 5,48
b) Dusun Pia
Tabel 4.8 Hasil pengukuran DO di dusun Pia
DO (mg/L)
No Transek Plot Rata- rata
Plot I Plot II Plot III
IV
1 I 5,30 5,30 5,35 5,35 5,32
2 II 5,30 5,35 5,36 5,36 5,34
3 III 5,35 5,36 5,40 5,40 5,37
4 IV 5,42 5,45 5,50 5,50 5,46
5 V 5,40 5,42 5,42 5,50 5,43
negeri Porto dan negeri Pia dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil perhitungan kepadatan spesies Cypraea tigris pada
lokasi penelitian di perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia
memiliki nilai kepadatan sebagai berikut: keberadaan spesies cypraea tigris
yang paling banyak terdapat pada negeri Porto (0,1) dan berikutnya pada
Dusun Pia (0,05).
33%
Negri Porto
Dusun Pia
67%
22
4.1 Gambar Diagram nilai Kepadatan Relative
memperoleh nilai sebagai berikut : Negeri Porto (67%) dan Dusun Pia (33%).
Faktor fisik kimia yang di lihat dan di analisis dalam penelitian ini adalah suhu,
salinitas, pH, dan DO sebagai faktor yang menentukan kepadatan spesies Cypraea
a) Suhu ( X1)
Hasil analisis variabel bebas (suhu) terhadap kepadatan spesies Cypraea
tigris diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0.604 nilai ini dapat di
korelasi yang kuat. Hal ini sesuai dengan Sarwono (2006), bahwa korelasi
23
berarti variabel bebas (suhu) memiliki pengaruh sebesar 36,5% terhadap
untuk uji statistik menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (suhu
b) Salinitas (X2)
hitung yaitu 17,496 dengan tingkat sifnifikan 0,001 maka masih di bawah
Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,592. Sementara Nilai
24
9,693 dengan tingkat sifnifikan 0,006 maka masih di bawah 0.05 . dengan
Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,731. Sementara Nilai
R2 yang di peroleh sebesar (0,534) yang berarti variabel bebas (DO) memiliki
1.837X4 .
bebas terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri
25
dengan sumbangan relatif sebesar (100%). Salinitas memberikan sumbangan
tigris.
a) Suhu (X1)
Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,51 . Sementara Nilai
6,023 dengan tingkat sifnifikan 0,025 maka masih di bawah 0.05. dengan
26
menghasilkan model formulasi untuk variabel bebas (suhu X1) : Y = a + b1X1
b) Salinitas (X1)
hitung yaitu 12,55 dengan tingkat sifnifikan 0,002 maka masih di bawah 0.05.
Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,564. Sementara Nilai
8,394 dengan tingkat sifnifikan 0,01 maka masih di bawah 0.05 . dengan
27
d) Oksigen terlarut/DO (X4)
Cypraea tigris) diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,45. Sementara Nilai
R2 yang di peroleh sebesar (0,203) yang berarti variabel bebas (DO) memiliki
1.301X4.
Tabel 4.13 Hasil analisis Sumbangan evektif setiap variabel bebas terhadap
kepadatan spesies Cypraea tigris
Karakteristik lingkungan
(PIA) SE SR
DO 20,25 99,75369458
Suhu 25,1001 100,0003984
Salinitas 41,0881 99,97104623
pH 31,8096 100,0301887
variabel bebas terhadap kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai
28
dengan sumbangan relatif sebesar (99,75) terhadap kepadatan spesies Cypraea
tigris.
B. Pembahasan
1. Kondisi faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai negeri Porto
beranekaragam yaitu berpasir, pasir patahan karang, batu berpasir, patahan karang
mati dan karang hidup. Selain itu ada juga ekosistem pantai yang ada pada daerah
pesisir yaitu berupa mangrove, lamun dan algae (Lewerissa, 2014). Kondisi
substrat Perairan pantai Dusun Pia juga sangat beranekaragam dan dijadikan
sebagai tempat wisata, dengan tipe substrat yaitu pasir, lumpur dan juga ada
patahan karang, karang papan, karang mati, manggrove, ada juga hamparan lamun
terdiri dari factor biotik dan abiotik (Mathius et al, 2018). Kemampuan
mendukung seperti tipe substrat dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi
(Jailani, 2012). Faktor biotik terdiri dari habitat dan substrat atau sumber makanan
yang memadai sedangkan factor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, pH dan kadar
oksigen terlarut (DO). Faktor fisik kimia lingkungan pada perairan pantai negeri
Porto dan perairan pantai Dusun Pia yang diukur diantaranya ialah Suhu, salinitas,
1) Suhu
29
Hasil pengukuran suhu pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai
Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2. Dimana Tabel 4.1 menunjukan
nilai suhu pada perairan pantai Negeri Porto berkisar antara (30,00-30,01 oC).
sementara pada tabel 4.2 menunjukan bahwa suhu pada perairan pantai Dusun Pia
2) Salinitas
Hasil pengukuran salinitas pada perairan pantai negeri Porto dan perairan
pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. Dimana Tabel 4.3
menunjukan nilai salinitas pada perairan pantai negeri Porto berkisar antara
(25,75–26,75%). Dan Tabel 4.4 menunjukan nilai salinitas pada perairan pantai
Hasil pengukuran pH air laut pada perairan pantai negeri Porto dan perairan
pantai Dusun Pia dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Dimana Tabel 4.5
menunjukan nilai pH air laut pada perairan pantai negeri Porto berkisar antara
(7,86-7,87). Tabel 4.6 menunjukan nilai pH pada perairan pantai Dusun Pia
perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai negeri Pia adalah basah lemah.
Hasil pengukuran DO pada perairan pantai negeri Porto dan perairan pantai
Dusun Pia dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Dimana tabel 4.7
mg/L). Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan nilai DO pada perairan Dusun Pia
30
2. Tingkat Kepadatan Cypraea tigris di Perairan Pantai Negeri Porto dan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada kedua lokasi penelitian yaitu
Perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia. Yang dapat dilihat
pada tabel 4.9. Dari perbandingan jumlah keseluran spesies Cypraea tigris yang
spesies Cypraea tigris tertinggi ditemukan pada perairan pantai Negeri Porto,
dengan nilai kepadatan 0,1 ind/m2 dengan nilai kepadatan relatif 67% . Spesies
Cypraea tigris ini banyak ditemukan di perairan pantai Negeri Porto diduga
tigris memakan lamun, dan juga kondisi habitat pada perairan pantai Negeri Porto
yang berpasir disertai patahan karang dan terumbu karang yang merupakan habitat
dari spesies Cypraea tigris ini. Dengan demikian tingkat kepadatan suatu individu
sangat dipengaruhi oleh habitat hidup dan ketersedian makanan yang memadai.
31
berkembang semakin luas. Berdasarkan kriteria nilai kepadatan yang telah
ditentukan maka kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri
Sedangkan kepadatan terendah pada perairan pantai Dusun Pia dengan nilai
kepadatan 0.05 ind/m2 dan nilai kepadatan relatif 33%. Berdasarkan hasil
penelitian, diduga hal ini terjadi karena pada perairan pantai Dusun Pia
tersambung dengan aliran air tawar yang juga menjadi salah satu tempat wisata.
kegiatan yang terdapat pada ekosistem dan dapat memberikan efek pada
kelangsungan hidup suatu organisme. hal ini juga diduga karena pada saat
penelitian berlangsung keadaan surut tidak terlalu jauh dan tidak lama sehingga
sedikit sulit untuk menjangkau habitat spesies Cypraea tigris ini. Kepadatan
populasi suatu organisme dapat dipengaruhi oleh luas habitat dan berapa banyak
pencatatan yang dilakukan dalam penelitian (Suin, 2003). Pada perairan pantai
negeri Pia juga hanya terdapat sedikit patahan karang, sedangkan spesies Cypraea
tigris ini lebih banyak ditemukan pada patahan karang. Hal ini sesuai dengan
kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Pia dengan nilai
32
1) Suhu ( X1)
Hasil analisis variabel bebas (suhu) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (36,4816%) sumbangan
relatif (99,94%) . Sementara pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 menunjukan bahwa kisaran suhu pada perairan
pantai Negeri Porto dan perairan pantai Negeri Pia mempunyai kisaran suhu yang
sama antara (30,00 – 30,01oC). Suhu alami untuk perairan tropis yang layak untuk
oleh Salim et al (2017), suhu dengan kisaran yang berbeda bisa disebabkan oleh
faktor perbedaan waktu pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian suhu
pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia masih dikatakan
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan gastropoda, dalam hal ini adalah
Cypraea tigris. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif
(-489,454) dan (-314,347) yang artinya apabila varibel bebas (suhu) tidak
penurunan sebesar (-489,454) pada perairan pantai Negeri Porto dan (-314,347)
pada perairan pantai Dusun Pia. Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk
variabel bebas (suhu) pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai
Dusun Pia bertanda positif. Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara
2) Salinitas (X2)
33
Hasil analisis variabel bebas (salinitas) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (49,2804%) . Sementara
pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (salinitas)
sebesar (41,0881%). Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa kisaran
salinitas pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar
menyatakan bahwa kisaran salinitas pada tiap daerah berbeda berdasarkan kondisi
pengamatan diduga karena terdapat aliran air tawar di sekitaran perairan pantai
bervariasi karena terjadi interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor
yang lain, seperti run-off dari sungai,hujan,evaprosi, dan sirkulasi masa air.
Seiring dengan pendapat Hutabarat dan Evans (1984), bahwa daerah estuaria
adalah daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya pengaruh air
tawar yang masuk dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut di daerah itu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif (-3,698) dan
(-2,865) . Yang artinya apabila varibel bebas (salinitas) tidak mempengaruhi maka
pada perairan pantai Negeri Porto dan (-2,865) pada perairan pantai Dusun Pia.
Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk variabel bebas (salinitas) pada
perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia bertanda positif.
34
Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Hasil analisis variabel bebas (pH) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (35,0464%) . Sementara
pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (salinitas)
sebesar (31,8096%). Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan bahwa kisaran
pH pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar
antara (7,86–7,87) dan (7,85–7,87). pH pada perairan pantai Negeri Porto dan
perairan pantai Dusun Pia bersifat basah lemah .Nilai pH yang ideal bagi perairan
adalah 7 – 8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun sangat asam akan
hidup organisme akutik. Hal ini disebabkan pH dapat mempengaruhi jenis dan
tersedianya unsur hara, serta toksisitas unsur renik. Berdasarkan hasil penelitian
kisaran pH pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Negeri Pia
Dalam hal ini adalah Cypraea tigris. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
konstanta bernilai negatif (-97,150) dan (-74,000). Yang artinya apabila varibel
bebas (pH) tidak mempengaruhi maka kepadatan spesies Cypraea tigris akan
mengalami penurunan sebesar (-97,150) pada perairan pantai Negeri Porto dan (-
35
74,000) pada perairan pantai Dusun Pia. Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R
untuk variabel bebas (pH) pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai
Dusun Pia bertanda positif. Artinya adanya hubungan yang meningkatkan antara
Hasil analisis variabel bebas (DO) Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
Cypraea tigris pada perairan pantai Negeri Porto sebesar (53,4361%) . Sementara
pada perairan pantai Dusun Pia sumbangan efektif variabel bebas (DO) sebesar
(20,25%). Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa kisaran DO pada
perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia berkisar antara (5,44-
5mg/l dan untuk mendukung kehidupan biologi secara normal air harus cukup
konsentrasi DO pada perairan pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia
pengukuran terdapat biota vegetasi laut (lamun) yang cukup banyak. Kondisi
tersebut sesuai dengan pernyataan Salmin (2005), bahwa sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut, selain dari proses difusi dari udara bebas. Sumber oksigen
terlarut diperairan berasal dari difusi oksigen yang berada di atmosfer serta
aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Febrian et al., 2016).
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai konstanta bernilai negatif (-9,691) dan (-
36
6,836) . yang artinya apabila varibel bebas (DO) tidak mempengaruhi maka
pada perairan pantai Negeri Porto dan (-6,836) pada perairan pantai Dusun Pia.
Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.12 nilai R untuk variabel bebas (DO) pada perairan
pantai Negeri Porto dan perairan pantai Dusun Pia bertanda positif. Artinya
terikat.
37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang masih berada pada rentangan wajar untuk kehidupan Cypraea tigris.
Dengan kisaran suhu yang sama pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun
Pia (30,00 oC -30,01oC) . Kisaran salinitas pada perairan pantai Negeri Porto
dan Dusun Pia (25,75% - 27%) dan (25,75% - 27,25%). Kisaran pH pada
perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia (7,86 - 7,87) dan (7,85 – 7,87).
Kisaran DO pada perairan pantai Negeri Porto dan Dusun Pia (5,44 -5,50
2) Tingkat kepadatan tertinggi pada perairan pantai Pulau Saparua terdapat Pada
perairan pantai Negeri Porto dengan nilai kepadatan 0,1 (tidak ada kepadatan).
Dan kepadatan terendah terdapat pada perairan pantai Negeri Pia dengan nilai
kepadatan 0,05 ( tidak ada kepadatan). Dengan rata-rata nilai kepadatan relatif
100%.
dengan kepadatan spesies Cypraea tigris pada perairan pantai Pulau Saparua.
Dengan nilai korelasi variabel bebas (suhu) dengan kepadatan spesies Cypraea
tigris (0,604). nilai korelasi variabel bebas (salinitas) dengan kepadatan spesies
Cypraea tigris (0,702). nilai korelasi variabel bebas (pH) dengan kepadatan
spesies Cypraea tigris (0,592). nilai korelasi variabel bebas (DO) dengan
38
kepadatan spesies Cypraea tigris (0,731). Variabel bebas (DO) memberikan SE
terbesar pada perairan pantai Negeri Porto dengan nilai (53,4361%) dan
sebesar (20,25%).
B. Saran
Kepada pemerintah Negeri Porto dan Dusun Pia, agar lebih meningkatkan
upaya pelestarian laut yang berupa biota ataupun organisme laut pada daerah
pesisir pantai Negeri Porto dan Dusun Pia Pulau Saparua agar dikemudian hari
masih tetap menjadi objek penelitian maupun pengembangan ilmu yang berkaitan
39
DAFTAR PUSTAKA
Larasati Yuli, Soenardjo Nirwani, Setyati Ari Wills. 2020. Komposisi dan
Kelimpahan Gatropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Tiramen,
40
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Journal of Marine Research. Vol 9,
No 1, hlm. 1-48.
Lewerissa Yona, 2014. Studi Ekologi Sumber Daya Taripang di Negeri Porto
Pulau Saparua Maluku Tengah. Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Oktober
2014, hal. 32-34.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana, Vol.XXX (3): 21 - 26.
Samir, Wa. N dan Romy K., 2016, Studi Kepadatan dan Pola Distribusi Bivalvia
di Kawasan Mangrove Desa Balimu Kecamatan Lasalimu Selatan
Kabupaten Buton, J. Manajemen sumber daya perairan, 1: 169-181.
41
Saptarini D, dkk, 2010. Struktur Komunitas Gastropoda (Moluska) Hutan
Mangrove Sendang Biru, Malang Selatan. Jurusan Biologi, FMIPA_ITS
Surabaya, Indonesia
Saroyo, Roni, 2016. Ekologi Hewan. Bandung : CV. PATRA MEDIA
GRAFINDO.
Siburian, R., Lisnawaty, S., & Minsyahril, B. (2017). Analisis Kualitas Perairan
Laut Terhadap Aktivitas Di Lingkungan Pelabuhan WaingapuAlor Sumba
Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 23 (1), 225-232.
Sinyo 2013. Studi Kepadatan dan keanekaragaman jenis Organisme Bentos pada
Daerah Padang Lamun di Perairan Pantai Keluruhan Kastela Kecamatan
Pulau Ternate: Unkhair Ternate.
Yunita Supusepa. 2018. Inventaris Jenis Dan Potensi Gastropoda Di Negeri Suli
Dan Negeri Tial. Jurnal TRITON. 14(1).
42
LAMPIRAN
43
Lampiran 2 : Surat izin peneletian
44
45
46
Lampiran 3 : Penentuan Plot dan Transek pada Lokasi Penelitian
1x1
m
5m
5m
47
Lampiran 4 : Data Hasil Penelitian Cypraea tigris Yang ditemukan di
Perairan Pantai Negeri Porto dan Negeri Pia Pulau
Saparua.
Transek 1
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto - - 1 1 2
Negeri pia - - - 1 1
Total 1 2 3
Transek 2
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto - 1 2 2 5
Negeri pia - 1 - 1 2
Total 2 2 3 7
Transek 3
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 1 2 2 6
Negeri pia - 1 - 2 3
Total 1 2 2 4 9
Transek 4
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 2 2 3 8
Negeri pia 1 1 - 2 4
Total 2 3 2 5 12
Transek 5
Lokasi Plot Jumlah
I II III IV
Negeri porto 1 2 3 3 9
Negeri pia - 1 2 1 4
Total 1 3 5 4 13
48
Lampiran 5 : Perhitungan Kepadatan Cypraea tigris di Perairan Pantai
Negeri Porto dan Negeri Pia Pulau Saparua.
Lokasi Transek Transek Transek Transek Transek Total
I II III IV V
Negeri porto 2 5 6 8 9 30
Negeri Pia 1 2 3 4 5 15
Total : 100%
*Luas area penelitian : 300 m2
49
Lampiran 6: Pengolahan Data Menggunakan SPSS
1. Analisis variabel bebas (Suhu) pada perairan pantai Negeri Porto
Correlations
Kepadatan Suhu
kepadatan 1.000 .604
Pearson Correlation
suhu .604 1.000
kepadatan . .002
Sig. (1-tailed)
suhu .002 .
kepadatan 20 20
N
suhu 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .604a .365 .330 .19362
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .388 1 .388 10.341 .005b
1 Residual .675 18 .037
Total 1.063 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
50
a. Dependent Variable: kepadatan
Correlations
Kepadatan Suhu
kepadatan 1.000 -.096
Pearson Correlation
suhu -.096 1.000
kepadatan . .344
Sig. (1-tailed)
suhu .344 .
kepadatan 20 20
N suhu 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .096a .009 -.046 .18733
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .006 1 .006 .166 .689b
1 Residual .632 18 .035
Total .637 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .258 .208 1.239 .231
1
Suhu -.003 .007 -.096 -.407 .689
51
a. Dependent Variable: kepadatan
Correlations
kepadatan Salinitas
kepadatan 1.000 .702
Pearson Correlation
salinitas .702 1.000
kepadatan . .000
Sig. (1-tailed)
salinitas .000 .
kepadatan 20 20
N
salinitas 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .702a .493 .465 .17301
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .524 1 .524 17.496 .001b
1 Residual .539 18 .030
Total 1.063 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.698 .975 -3.795 .001
52
Salinitas .155 .037 .702 4.183 .001
Correlations
kepadatan Salinitas
Pearson kepadatan 1.000 .641
Correlation salinitas .641 1.000
kepadatan . .001
Sig. (1-tailed)
salinitas .001 .
kepadatan 20 20
N
salinitas 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .641a .411 .378 .14446
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .262 1 .262 12.550 .002b
1 Residual .376 18 .021
Total .637 19
53
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -2.865 .859 -3.336 .004
1
salinitas .114 .032 .641 3.543 .002
Correlations
kepadatan pH
kepadatan 1.000 .592
Pearson Correlation
pH .592 1.000
kepadatan . .003
Sig. (1-tailed)
pH .003 .
kepadatan 20 20
N
pH 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .592a .350 .314 .19587
a. Predictors: (Constant), pH
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .372 1 .372 9.693 .006b
1 Residual .691 18 .038
Total 1.063 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
54
B Std. Error Beta
(Constant) -97.150 31.324 -3.101 .006
1
pH 12.397 3.982 .592 3.113 .006
Correlations
a. Dependent Variable: kepadatan kepadatan pH
kepadatan 1.000 .564
Pearson Correlation
pH .564 1.000
kepadatan . .005
Sig. (1-tailed)
pH .005 .
kepadatan 20 20
N
pH 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .564a .318 .280 .15541
a. Predictors: (Constant), pH
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .203 1 .203 8.394 .010b
1 Residual .435 18 .024
Total .637 19
b. Predictors: (Constant), pH
55
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -74.000 25.602 -2.890 .010
1
pH 9.430 3.255 .564 2.897 .010
Correlations
Kepadatan DO
kepadatan 1.000 .731
Pearson Correlation
DO .731 1.000
kepadatan . .000
Sig. (1-tailed)
DO .000 .
kepadatan 20 20
N
DO 20 20
Model Summary
Model R R Square Adjusted RStd. Error of the
Square Estimate
1 .731a .534 .508 .16590
a. Predictors: (Constant), DO
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .567 1 .567 20.605 .000b
1 Residual .495 18 .028
Total 1.063 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -9.691 2.218 -4.370 .000
1
DO 1.837 .405 .731 4.539 .000
56
a. Dependent Variable: kepadatan
Correlations
kepadatan DO
kepadatan 1.000 .450
Pearson Correlation
DO .450 1.000
kepadatan . .023
Sig. (1-tailed)
DO .023 .
8. Analisis kepadatan 20 20 variabel
N
DO 20 20
bebas (DO) pada
perairan pantai Dusun Pia
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .450a .203 .158 .16806
a. Predictors: (Constant), DO
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression .129 1 .129 4.571 .046b
1 Residual .508 18 .028
Total .638 19
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.836 3.279 -2.085 .052
57
DO 1.301 .608 .450 2.138 .046
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pantai Negeri Porto dan Pantai Dusun Pia
58
Proses selanjutnya, lakukan pengamatan lapangan setelah itu lakukan pengukuran
luas area pada lokasi penelitian yaitu Negeri Porto dan Dusun Pia
3. Pengambilan Sampel
Kemudian lakukan proses pengambilan sampel (Cypraea tigris) pada siang hari
Lakukan proses pengambilan sampel (Cypraea tigris) kembali pada malam hari
59
4. Proses Pengukuran Parameter Lingkungan
60
Kemudian ukur salinitas dengan cara menempatkan air pada refraktometer an
diamati sesuai dengan skala yang tertera
61
LEAFLET
62
63