RPL Explorasi Bakat Secara Mandiri
RPL Explorasi Bakat Secara Mandiri
RPL Explorasi Bakat Secara Mandiri
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses Guru BK atau konselor melakukan evaluasi dengan
memperhatikan proses yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan di
kertas yang sudah disiapkan.
2. Sikap atau atusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan
3. Cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau
bertanya
4. Cara peserta didik memberikan penjelasan dari pertanyaan
guru BK
2. Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain :
1. Merasakan suasana pertemuan : menyenangkan/kurang
menyenangkan/tidak menyenangkan.
2. Topik yang dibahas : sangat penting/kurang penting/tidak
penting
3. Cara Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
menyampaikan : mudah dipahami/tidak mudah/sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti : menarik/kurang menarik/tidak menarik
untuk diikuti
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian materi
2. Lembar kerja siswa
3. Instrumen penilaian
Drs. …………………………………………
Dra……………………………………..
NIP ……………………………………………. NIP.
……………………………………………
Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. S.C. Utami Munandar (1985)
Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Harvard University yang sering berkolaborsi dengan
Howard Gardner dalam membahas kecerdasan. Dalam tulisannya, Little Geniuses, yang pernah diterbitkan
majalah Parenting (1989), ia menjelaskan, bakat manusia bisa muncul dalam berbagai bentuk. Perhatikan
daftar kemampuan (ability) di bawah ini lalu deteksi mana yang paling kuat di dalam diri Anda :
Jenis-Jenis Bakat
Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap
orang memiliki.
Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki
misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga. Bakat khusus ini terbagi lagi menjadi beberapa
macam, diantaranya:
Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk angka.
Bakat bahasa (linguistik), yaitu bakat tentang penalaran analitis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk
jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain-lainnya.
Bakat kecepatan, ketelitian, klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk
laboratorium, kantor dan dalam kerohanian.
Bakat Relasi Ruang (spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau
berpikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta
dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat-alat
lainnya.
Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram,
ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
Bakat Skolastik, yaitu kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka. (Termasuk didalamnya
kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis,
mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional).
Untuk meng-aktual-kan energi potensial itu dibutuhkan pembangkit, pengolahan atau pendeknya bisa
disebut proses aktualisasi. Proses aktualisasi seperti apa saja yang bisa kita lakukan? Berdasarkan temuan
ilmiyah para ahli atau juga pengalaman orang lain yang sudah menemukannya :
Di sini yang perlu kita lakukan adalah menemukan keinginan-keinginan yang selalu mendorong kita
untuk meraihnya atau melakukannya. Konon, di setiap diri manusia sudah dipasang semacam stasiun radio
yang selalu menyuarakan dorongan kepada kita untuk melakukan sesuatu yang sifatnya sangat spesifik.
Inilah yang disebut hasrat sejati – yaitu sebuah hasrat yang terus menggelora di dalam diri kita. Supaya
hasrat sejati itu teratur dan tersalurkan, cobalah merumuskan dan memperjuangkan tujuan hidup yang
sudah kita buat berdasarkan kemampuan kita hari ini. Kesimpulan Mary Lou Retton mengatakan,“Setiap
orang memiliki bara api yang menyala-nyala di dalam hatinya untuk meraih sesuatu. Tujuan hidup adalah
alat untuk menemukannya dan menjaganya supaya tetap menyala.”
2. Pembuktian diri
Membuktikan diri artinya kita memunculkan ide, gagasan atau keinginan lalu kita
memperjuangkannya sampai berhasil. Agar kita tidak terlalu sering gagal, pilihlah yang kira-kira bisa kita
lakukan dengan kapasitas yang kita miliki hari ini. Semakin banyak yang bisa kita realisasikan, semakin
tahu di mana sebetulnya keunggulan dan kelemahan kita. “Selama Anda belum bisa melihat hasil karya
Anda, selama itu pula Anda belum tahu kemampuan Anda”, pengalaman Martine Grime. Biasanya, selama
kita belum bisa membuktikan apa yang sanggup kita lakukan (menghasilkan kreasi atau karya), penilaian
kita tentang kemampuan kita masih belum akurat. Terkadang kita hanya merasa mampu padahal belum
tentu kita memiliki kemampuan. Pembuktian adalah jalan untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki
kemampuan atau baru merasa mampu.
3. Perbandingan positif
Ini juga bisa kita lakukan. Tehniknya, kita dapat membuat perbandingan antara kita dengan orang lain.
Orang lain itu bagaikan cermin buat kita. Mengetahui di mana keunggulan dan kelemahannya, biasanya
akan menunjukkan di mana keunggulan dan kelemahan kita. Tehnik melihat dan melakukan sesuatu
dengan orang lain (bersinergi atau bekerja sama) inilah yang pernah dilakukan Bruce Lee. Cuma ada satu
yang perlu dicatat. Model perbandingan yang kita butuhkan adalah perbandingan positif. Maksudnya, kita
membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan untuk tujuan yang macam-macam, tetapi murni untuk
memperbaiki diri.
4. Pengasahan (Practicing)
Konon, sekitar tahun 1998, tim ahli dari Universitas Exter di Amerika pernah melakukan studi
terhadap kehidupan orang-orang berprestasi, seperti Mozart, Picasco, dan macam-macam. Hasilnya,
mereka merekomendasikan kepada umat manusia untuk membuang mitos yang selama ini diyakini. Mitos
seperti apa yang biasa kita yakini? Kita sering meyakini bahwa orang-orang berprestasi tinggi itu meraih
prestasinya karena Tuhan “mengistimewakan” mereka dengan bakat yang dimiliki sementara kita bukan
seperti mereka.
Mengapa keyakinan semacam ini disebut mitos? Telaah di lapangan menyimpulkan, ternyata bukan
karena bakat semata yang membuat mereka berhasil. Memang benar, mereka meraih prestasi tinggi karena
punya bakat, ada peluang, ada dukungan dan ada pelatihan, tetapi faktor yang paling banyak mendukung
keberhasilan mereka adalah “practicing” atau mengasah bakat, keunggulan atau kelebihan alamiah yang
melekat pada dirinya.
“Orang selalu berkata kepada saya bahwa bakat saya dan kejelian saya yang menjadi alasan kesuksesan
saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek, dan praktek yang saya jalankan .” (Ted
Williams, 1918)
5. Penempatan / penyaluran
Tidak semua keunggulan alamiah itu berada di lokasi yang sangat jauh dari kita sehingga kita perlu
mencarinya setengah mati. Ada kalanya bisa muncul dari hobi, kegemaran-kegemaran kecil, kegiatan
tertentu yang kita lakukan tanpa beban seperti orang main-main atau dari hal-hal yang sangat dekat dengan
kebiasaan kita sehari-hari. Di sini yang dibutuhkan adalah menyalurkan atau menempatkannya pada
saluran atau bidang-bidang yang kira-kira menguntungkan kita lalu kita perbaiki dan kita kembangkan.
Sebagai tambahan, saya ingin mengutip hasil telaah dua orang pakar dari dunia yang berbeda. Mudah-
mudahan ini juga bisa kita jadikan referensi. Pertama, dari seorang konsultan olahraga yang banyak
menggeluti kehidupan atlet, Marie Dalloway, Ph.D, (2000-2004). Ia mensyaratkan adanya lima hal
mendasar bagi seorang atlet untuk mengaktualkan bakat potensialnya, seperti berikut:
1. Bakat (Talent)
5. Training – diri
Sidney Moon dalam konferensi tahunan kedelapan tentang bakat di Yunani (2002) menjelaskan
bahwa supaya bakat seseorang itu muncul dan bermanfaat bagi orang itu (ter-aktualkan), maka ini
menuntut tiga hal, yaitu :
2. Kemampuan membuat keputusan hidup yang bagus (berpikir positif, ber-aksi positif, bergaul di
lingkungan kondusif, dst)
Harus diakui memang bahwa ada rahasia Tuhan di balik istilah bakat itu. Maksudnya, bakat dalam arti
keunggulan alamiah (potensi) memang dimiliki oleh semua orang, tetapi kenyataannya ada orang yang tahu
(“ditunjukkan”) harta karunnya lebih dini sementara yang lain tidak. Ada bakat tertentu yang punya nilai
sendiri untuk masa tertentu sementara yang lain tidak atau belum. Mengapa ini harus terjadi, tentu kita tidak
tahu seratus persennya. Selamat mengeksplorasi bakat Anda