Asuhan Ibu Dan Bayi Intrapatum Dan Post Natal Fisiologis
Asuhan Ibu Dan Bayi Intrapatum Dan Post Natal Fisiologis
Asuhan Ibu Dan Bayi Intrapatum Dan Post Natal Fisiologis
Disusun Oleh :
NAMA NIM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas, dan neonates merupakan
faktor penting yang mempengaruhi AKI dan AKB. Angka Kematian ibu dan bayi dapat
terjadi karena komplikasi kebidanan selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir. Kehamilan yang fisiologis jika tidak dipantau dengan baik dapat mengarah
pada keadaan patologis yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. Asuhan Kebidanan
sesuai dengan standar perlu dilakukan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat pada
suatu negara dan mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB (KEMENKES RI,
2018)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indicator derajat kesehatan disuatu wilayah dan menjadi salah satu komponen
indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup. Menurut WHO. (2019) hasil
pencapaian AKI sebesar 23,88 per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebesar 12,41
per 1000 kelahiran hidup. Mengurangi AKI dan AKB merupakan salah satu indikator
dalam Goals ketiga dari program SDGs yang merupakan kelanjutan MDGs. Salah satu
sasaran SDGs adalah AKI diturunkan sampai 70 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030 dan menurunkan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2024. Keberhasilan dari upaya kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari AKI dan AKB
yang merupakan hal mendasar dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. (Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemkes
RI, 2020).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah
ternyata masih sangat tinggi. Data triwulan III tahun 2021, telah terlaporkan kematian
ibu mencapai 867 kasus. Sebelumnya, ada 530 kasus kematian ibu melahirkan pada
2020. Keterbatasan layanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil selama pandemi, potensi
keterpaparan virus, dan komplikasi kehamilan (perdarahan, hipertensi kehamilan,
jantung, diabetes) menjadi faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi naiknya
angka kematian ibu. Sementara Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah juga masih
tinggi. Pada 2021, hingga triwulan III telah tercatat sebanyak 2.851 kasus. Faktor
penyebab kematian bayi antara lain kurangnya asupan gizi bayi selama dalam
kandungan yang menyebabkan berat badan lahir rendah, kelainan konginetal pada bayi
dan komplikasi kehamilan, serta keterbatasan layanan kesehatan ibu dan anak pada
masa pandemi Covid-19 (Wibisono, 2022).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI dan AKB yaitu dengan
terlaksananya pemeriksaan Continuity of Care (COC). Asuhan Continuity of Care
(COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan keluarga
berencana sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Pelayanan yang dicapai dalam
Asuhan Continuity of Care (COC) adalah ketika terjalin hubungan dengan terus
menerus antara seorang ibu dan bidan. Asuhan berkelanjutan berkaitan dengan tenaga
profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai dari prakonsepsi, awal
kehamilan, selama trimester I hingga trimester III, dan melahirkan sampai 6 minggu
pertama postpastum. Menurut Ikatan Bidan Indonesia, Bidan diharuskan memberikan
pelayanan kebidanan yang kontinyu yaitu Continuity of Care (COC) mulai dari ANC,
INC, Asuhan BBL, Asuhan postpartum, Asuhan Neonatus dan Pelayanan KB yang
berkualitas (Diana Sulis, 2017)
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah “ bagaimana asuhan
kebidanan kepada ibu dan bayi pada masa intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi?’
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang asuhan
kebidanan kepada ibu dan bayi pada masa intrapartum dan postnatal tanpa
komplikasi
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang asuhan intranatal pada ibu bersalin tanpa
komplikasi
b. Memberikan informasi tentang asuhan ibu post natal tanpa komplikasi
c. Memberikan informasi tentang asuhan bayi baru lahir tanpa komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan
didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif,dilatasi,atau
keduanya,akibat kontraksi Rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5
menit dan berlangsung samping 60 detik. (Lailiyana,dkk, 2018)
2. Teori penyebab persalinan
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas terse but,maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
b. Teori oxytosin
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
c. Teori penurunan Progesteron
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya,otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Konsentrasi prostagladin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu (Rohani, dkk 2014)
3. Tanda – Tanda Persalinan
a. Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk Pintu Atas Panggul(PAP) yang disebabkan
oleh:
1) kontraksi Braxtonhicks
2) Ketegangan dinding perutketegangan ligamentum rotundum
3) gaya berat janin dengan kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil sebagai
terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang,dibagian bawah
terasa sesak, terjadi kesulitan saat berjalan ,dan sering miksi
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan antara
power,passage,dan passenger. Pada multipara gambarannya tidak
jelas,karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
b. His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks. Kontraksi ini dapat
dianggap sebagai keluhan,karena dirasakan sakit dan mengganggu.
Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone,
dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Seiring usia
kehamilan ,pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga
oksitosin dapat memicu kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
c. His Persalinan
1) Sifat his persalinan meliputi :
2) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
4) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
5) Makin beraktivitas, kekuatan makin bertambah
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran. Ketika serviks
mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7- 8 jam.
Fase aktif (pembukaan serviks 4–10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase.
1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm
atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi bagian
penurunan bagian terbawah janin.
Lahirnya Bahu
1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perenium ibu
untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah.
2) Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
3) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua
mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
t. Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
5) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
6) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
7) emeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan.
8) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
9) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60bkali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5˚C)
u. Kebersihan dan Keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
2) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
3) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
4) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5
6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
7) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
v. Dokumentasi
Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV (JNPK-KR. 2017)
B. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari ,namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu
3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahas latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. (Anggraini ,2018).
2. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan,dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-
8 minggu
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
3. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Proses involusio adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses involusi uterus menurut vivian adalah
1) Iskemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia.
2) Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada
keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri
yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan menutup secara bertahap. Setelah
bayi lahir, tangan masih bias masuk ke rongga Rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum servik menutup.
c. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asa yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :
1) Lochea rubra / merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah
segar,jaringan sisa-sisa plasenta, dinding Rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan meconium.
2) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
3) Lochea serosa Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta, keluar pada hari ke tujuh
sampai hari ke 14.
4) Lochea alba
Lochea ini berwarna putih mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.berlangsung selama 2-6
minggu post partum (Wulandari dan Handayani, 2018).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum. Penurunan hormone estroge pada masa postpartum berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke 4 (Wulandari dan Handayani, 2018).
e. Perineum Adalah daerah antara vulva dan anus, biasanya setelah melahirkan
perineum menjadi agak bengkak, edema, memar akibat persalinan.
4. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusi terdiri atas zat tenaga
(hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein,vitamin,mineral,air) dan
zat pengatur atau pelindung (vitamin,air, dan mineral).
b. Eliminasi
Kencing hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya. Ibu terkadang
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan kepala janin dan spasme
akibat iritasi m, sfingterani selama persalinan . Selain itu, masalah buang air
kecil tersebut dapat juga disebabkan oleh edema kandung kemih yang terjadi
selama persalinan.
c. Personal Hygine
Selama pascapartum,ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu, kebersihan sangat penting untuk pencegahan infeksi. Apabila dijaga
kebersihannya, terutama kebersihan pribadi, ibu dapat terhindar dari infeksi
yang dapat mengancam jiwa.
d. Kebersihan Tubuh dan Kulit
Untuk menjaga kebersihan tubuh, ibu nifas minimal mandi dua kali sehari.
Setelah persalinan, cairan tubuh tambahan dibutuhkan dan ketika hamil. Cairan
tersebut akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh
karena itu, selama minggu-minggu pertama pascapartum, ibu merasa jumlah
keringatnya berlebihan.
e. Seksual
Secara fisik hubungan suami istri aman dilakukan begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu jari atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Apabila tidak keluar darah merah dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, hubungan suami istri dapat dimulai kapan saja, bila ibu siap.
Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan,
namun keputusan tersebut bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
f. Senam nifas
Manfaat senam nifas secara umum :
1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot panggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya organ-organ tersebut ke
bentuk normal.
2) Membantu menormalkan sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan
persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3) Menghasilkan manfaat psikologi, menambah kemampuan menghadapi
stress sehingga mengurangi depresi pasca-persalinan.
Senam nifas 24 jam pertama setelah melahirkan dapat dilakukan dengan
Latihan pernapasan :
Menurut jadwal kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 3 kali yang
meliputi untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan penanganan-
penanganan yang terjadi pada saat nifas.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI dan AKB yaitu
dengan terlaksananya pemeriksaan Continuity of Care (COC). Asuhan kepada
ibu, mulai hamil, bersalin, nifas dan asuhan terhadap bayi baru lahir adalah
salah satu Asuhan Continuity of Care (COC). Asuhan Continuity of Care
(COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan
keluarga berencana sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Pelayanan yang
dicapai dalam Asuhan Continuity of Care (COC) adalah ketika terjalin
hubungan dengan terus menerus antara seorang ibu dan bidan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Graha Ilmu.
Kemenkes RI, 2017. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi
Rohani, dkk 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan Jakarta: Salemba
Medika
Roito J, Noor H. N,&Mardiah 2018. Asuhan kebidan Ibu Nifas& Deteksi Dini