Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Asuhan Ibu Dan Bayi Intrapatum Dan Post Natal Fisiologis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU DAN BAYI PADA MASA INTRAPARTUM


DAN POSTNATAL TANPA KOMPLIKASI

Disusun Oleh :
NAMA NIM

PROGRAM STUDI S1 DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas, dan neonates merupakan
faktor penting yang mempengaruhi AKI dan AKB. Angka Kematian ibu dan bayi dapat
terjadi karena komplikasi kebidanan selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir. Kehamilan yang fisiologis jika tidak dipantau dengan baik dapat mengarah
pada keadaan patologis yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. Asuhan Kebidanan
sesuai dengan standar perlu dilakukan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat pada
suatu negara dan mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB (KEMENKES RI,
2018)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indicator derajat kesehatan disuatu wilayah dan menjadi salah satu komponen
indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup. Menurut WHO. (2019) hasil
pencapaian AKI sebesar 23,88 per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebesar 12,41
per 1000 kelahiran hidup. Mengurangi AKI dan AKB merupakan salah satu indikator
dalam Goals ketiga dari program SDGs yang merupakan kelanjutan MDGs. Salah satu
sasaran SDGs adalah AKI diturunkan sampai 70 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030 dan menurunkan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2024. Keberhasilan dari upaya kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari AKI dan AKB
yang merupakan hal mendasar dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. (Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemkes
RI, 2020).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah
ternyata masih sangat tinggi. Data triwulan III tahun 2021, telah terlaporkan kematian
ibu mencapai 867 kasus. Sebelumnya, ada 530 kasus kematian ibu melahirkan pada
2020. Keterbatasan layanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil selama pandemi, potensi
keterpaparan virus, dan komplikasi kehamilan (perdarahan, hipertensi kehamilan,
jantung, diabetes) menjadi faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi naiknya
angka kematian ibu. Sementara Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah juga masih
tinggi. Pada 2021, hingga triwulan III telah tercatat sebanyak 2.851 kasus. Faktor
penyebab kematian bayi antara lain kurangnya asupan gizi bayi selama dalam
kandungan yang menyebabkan berat badan lahir rendah, kelainan konginetal pada bayi
dan komplikasi kehamilan, serta keterbatasan layanan kesehatan ibu dan anak pada
masa pandemi Covid-19 (Wibisono, 2022).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI dan AKB yaitu dengan
terlaksananya pemeriksaan Continuity of Care (COC). Asuhan Continuity of Care
(COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan keluarga
berencana sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Pelayanan yang dicapai dalam
Asuhan Continuity of Care (COC) adalah ketika terjalin hubungan dengan terus
menerus antara seorang ibu dan bidan. Asuhan berkelanjutan berkaitan dengan tenaga
profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai dari prakonsepsi, awal
kehamilan, selama trimester I hingga trimester III, dan melahirkan sampai 6 minggu
pertama postpastum. Menurut Ikatan Bidan Indonesia, Bidan diharuskan memberikan
pelayanan kebidanan yang kontinyu yaitu Continuity of Care (COC) mulai dari ANC,
INC, Asuhan BBL, Asuhan postpartum, Asuhan Neonatus dan Pelayanan KB yang
berkualitas (Diana Sulis, 2017)

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah “ bagaimana asuhan
kebidanan kepada ibu dan bayi pada masa intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi?’
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang asuhan
kebidanan kepada ibu dan bayi pada masa intrapartum dan postnatal tanpa
komplikasi
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang asuhan intranatal pada ibu bersalin tanpa
komplikasi
b. Memberikan informasi tentang asuhan ibu post natal tanpa komplikasi
c. Memberikan informasi tentang asuhan bayi baru lahir tanpa komplikasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan
didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif,dilatasi,atau
keduanya,akibat kontraksi Rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5
menit dan berlangsung samping 60 detik. (Lailiyana,dkk, 2018)
2. Teori penyebab persalinan
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas terse but,maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
b. Teori oxytosin
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
c. Teori penurunan Progesteron
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya,otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Konsentrasi prostagladin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu (Rohani, dkk 2014)
3. Tanda – Tanda Persalinan
a. Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk Pintu Atas Panggul(PAP) yang disebabkan
oleh:
1) kontraksi Braxtonhicks
2) Ketegangan dinding perutketegangan ligamentum rotundum
3) gaya berat janin dengan kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil sebagai
terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang,dibagian bawah
terasa sesak, terjadi kesulitan saat berjalan ,dan sering miksi
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan antara
power,passage,dan passenger. Pada multipara gambarannya tidak
jelas,karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
b. His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks. Kontraksi ini dapat
dianggap sebagai keluhan,karena dirasakan sakit dan mengganggu.
Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone,
dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Seiring usia
kehamilan ,pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga
oksitosin dapat memicu kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
c. His Persalinan
1) Sifat his persalinan meliputi :
2) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
4) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
5) Makin beraktivitas, kekuatan makin bertambah

d. Pengeluaran Lendir dan Darah


Terjadinya his persalinan mengakibatkan perubahan pada serviks yang
menyebabkan pendataran dan pembukaan,pembukaan menyebabkan lender yang
terdapat pada kanalis servikalis lepas,dan terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
e. Pengeluaran Cairan Ketuban
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. (Lailiyana,dkk ,2018)

4. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran. Ketika serviks
mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7- 8 jam.
Fase aktif (pembukaan serviks 4–10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase.
1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm
atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi bagian
penurunan bagian terbawah janin.

b. Kala II (Pengeluaran Bayi)


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengaan tgerjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan/atau vagina
3) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
4) Peningkatan pengeluaran lender dan darah

Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu : Eklampsi, kegawatdaruratan


janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu,
persalinan lama, rupture uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intrapartum,
inersia uteri dan lilitan tali pusat.

c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.Seluruh proses biasanya berlangsung 5 -30 menit
setelah bayi lahir. Tanda-tanda pelepasan plasenta itu sendiri adalah uterus
menjadi lebih kaku, umumnya sering keluar darah yang banyak dan tiba-tiba, tali
pusat menonjol dan bertambah panjang. Penatalaksanaan manajemen aktif kala
III yaitu pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir, mengklem tali
pusat,melakukan peregangan tali pusat dengan menahan fundus uterus secara
dorsokranial (arah ke atas daan kebelakang),serta begitu plasenta dilahirkan,
minta ibu meletakkan telapak tangannya pada dinding uteru dengan gerakan
sirkuler, untuk mencegah perdarahan postpartum.
d. Kala IV (Pengawasan)
Kala IV persalinan dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir dua jam
kemudian . Asuhan kebidan yang dilakukan dalam kala IV meliputi :
1) Evaluasi uterus
2) Inspeksi dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum
3) Inspeksi dan evaluasi plasenta,membrane, dan korda umbilikalis
4) Perbaikan episiotomi atau laserasi,jika ada (Lailiyana,dkk ,2018)

5. Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi pada ibu dan bayinya,melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat tidur terjaga pada tingkat yang optimal
(Rohani, dkk 2014).
Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal
a. Mengenali gejala dan tanda kala dua
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
3) Perenium tampak menonjol
4) Vulva dan sfigter ani membuka
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esnsial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
1) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
3) Pakai celemek plastic
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air yang bersih yang mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan Steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik)
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Membersihkan vulva dan perenium menyekanya dengan hati-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa dibasahi air DTT.
2) Jika introitus vagina, perenium atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
3) Buang kapas atau kasa Pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
4) Ganti sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi lepaskan dan rendam
larutan klorin
5) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput
ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
6) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
7) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi /saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120-160 x/menit)

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran


1) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
2) Minta Keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat. Bantu ibu ke posisi
setelah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya(kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu f)
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
f) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran
(multigravida)
4) Anjurkan ibu untuk meneran, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 c,
2) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
f. Pertolongan Melahiran Bayi
Lahirnya Kepala
1) Setelah tampak bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut
3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu

1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara


biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perenium ibu
untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah.
2) Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
3) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua
mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

g. Penanganan Bayi Baru Lahir


1) Lakukan penilaian
a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
c) Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi
baru lahir)
2) Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
h. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
i. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
j. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
k. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
l. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
m. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. Selimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
n. Penatalaksanaan Manajemen Aktif Persalinan Kala Tiga
1) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu., di tepi atas simfisis
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati- hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika
uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu.
o. Mengeluarkan plasenta
1) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirnya plasenta
3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
p. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
1) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
q. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
menit masase.
r. Menilai Perdarahan
1) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastic atau tempat khusus.
2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
3) Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
s. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
5) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuscular di paha kiri
anterolateral.
6) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral
7) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.

t. Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
5) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
6) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
7) emeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan.
8) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
9) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60bkali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5˚C)
u. Kebersihan dan Keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
2) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
3) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
4) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5
6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
7) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
v. Dokumentasi
Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV (JNPK-KR. 2017)
B. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari ,namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu
3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahas latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. (Anggraini ,2018).
2. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan,dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-
8 minggu
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
3. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Proses involusio adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses involusi uterus menurut vivian adalah
1) Iskemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia.
2) Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada
keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri
yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan menutup secara bertahap. Setelah
bayi lahir, tangan masih bias masuk ke rongga Rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum servik menutup.
c. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asa yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :
1) Lochea rubra / merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah
segar,jaringan sisa-sisa plasenta, dinding Rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan meconium.
2) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
3) Lochea serosa Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta, keluar pada hari ke tujuh
sampai hari ke 14.
4) Lochea alba
Lochea ini berwarna putih mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.berlangsung selama 2-6
minggu post partum (Wulandari dan Handayani, 2018).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum. Penurunan hormone estroge pada masa postpartum berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke 4 (Wulandari dan Handayani, 2018).
e. Perineum Adalah daerah antara vulva dan anus, biasanya setelah melahirkan
perineum menjadi agak bengkak, edema, memar akibat persalinan.
4. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusi terdiri atas zat tenaga
(hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein,vitamin,mineral,air) dan
zat pengatur atau pelindung (vitamin,air, dan mineral).
b. Eliminasi
Kencing hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya. Ibu terkadang
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan kepala janin dan spasme
akibat iritasi m, sfingterani selama persalinan . Selain itu, masalah buang air
kecil tersebut dapat juga disebabkan oleh edema kandung kemih yang terjadi
selama persalinan.
c. Personal Hygine
Selama pascapartum,ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu, kebersihan sangat penting untuk pencegahan infeksi. Apabila dijaga
kebersihannya, terutama kebersihan pribadi, ibu dapat terhindar dari infeksi
yang dapat mengancam jiwa.
d. Kebersihan Tubuh dan Kulit
Untuk menjaga kebersihan tubuh, ibu nifas minimal mandi dua kali sehari.
Setelah persalinan, cairan tubuh tambahan dibutuhkan dan ketika hamil. Cairan
tersebut akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh
karena itu, selama minggu-minggu pertama pascapartum, ibu merasa jumlah
keringatnya berlebihan.
e. Seksual
Secara fisik hubungan suami istri aman dilakukan begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu jari atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Apabila tidak keluar darah merah dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, hubungan suami istri dapat dimulai kapan saja, bila ibu siap.
Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan,
namun keputusan tersebut bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
f. Senam nifas
Manfaat senam nifas secara umum :
1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot panggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya organ-organ tersebut ke
bentuk normal.
2) Membantu menormalkan sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan
persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3) Menghasilkan manfaat psikologi, menambah kemampuan menghadapi
stress sehingga mengurangi depresi pasca-persalinan.
Senam nifas 24 jam pertama setelah melahirkan dapat dilakukan dengan
Latihan pernapasan :

a) Tubuh berbaring relaks dengan kedua tangan diletakkan di atas perut b.


Tarik napas dalam lewat hidung dengan perut dikembungkan
b) Setelah itu dikeluarkan napas dengan ditiupkan lewat mulut
c) Lakukan dengan aba-aba : tarik napas, kembungkan perut, tiup, kempeskan.
d) Ulangi gerakan tersebut 4-8 kali.

Latihan tungkai kaki

a) Tubuh tetap berbaring dengan menggerak-gerakkan kedua kaki.


b) Gerakan pertama,telapak kaki diretangkan lurus, lalu digerakkan ke
atas.
c) Lakukan gerakan tersebut 4-8 kali.
d) Gerakan kedua,telapak kaki memutar ke dalam dan ke luar.

Latihan otot—otot dasar panggul dan vagina

a) Tubuh berbaring dengan kedua kaki ditekuk, tangan diletakkan di


bawah pantat, dan kepala agak diangkat sedikit.
b) Kemudian kerutkan pantat ke dalam seperti orang yang buang angin besar.
c) Lakukan gerakkan 4-8 kali. (Roito, dkk, 2018)

5. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas


Asuhan pada masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu nifas tersebut
selama dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Sebagian besar asuhan
diberikan untuk memulihkan atau menyembuhkan dan mengembalikan alat-alat
kandungan keadaan sebelum hami.
a. Tujuan asuhan masa nifas yaitu :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi
sehat.
4) Memberikan pelayanan KB.
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
b. Kunjungan masa nifas
1) 6-8 jam setelah persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila
perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana pencegahan perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2) 6 hari setelah persalinan
g) Memastikan involusio uterus berjalan normal uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
h) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
i) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
j) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit.
k) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat
bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) 2 minggu setelah persalinan sama seperti kunjungan 6 hari setelah
persalinan.
4) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi
alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Anggraini, 2010)

Menurut jadwal kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 3 kali yang
meliputi untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan penanganan-
penanganan yang terjadi pada saat nifas.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan 2500- 4000 gram (Saputra, 2016). Bayi yang baru lahir normal
adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500- 4000 gram
(Saputra, 2016). Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah saat kelahiran sampai
umur 1 bulan, sedangkan masa bayi adalah saat bayi umur 1 bulan sampai 12
bulan (Prawirohardjo, 2014)
2. Ciri - Ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Berat badan 2500 - 4000 gram
b. Panjang badan 48 - 52 cm
c. Lingkar dada 30 - 38 cm
d. Lingkar kepala 33- 35 cm
e. Lingkar lengan atas 11-12 cm
f. Pernapasan ± 40-60 x/i
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/i
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas.
k. Reflex isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflex moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
m. Reflex grasp atau menggenggam sudah baik.
n. Genetalia pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang, pada perempuan ditandai dengan adanya uretra dan
vagina yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora.
o. Eleminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama bewarna hitam kecoklatan. (Tando, 2018)
3. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Perawatan segera bayi baru lahir :
1) pencegahan kehilangan panas
2) membersihkan jalan napas
3) memotong tali pusat
4) identifikasi
5) pengkajian kondisi bayi
6) pemberian vitamin K.

b. Pelayanan essensial pada bayi baru lahir oleh dokter/bidan/perawat menurut


(Kemenkes 2016) meliputi :
1) Jaga bayi tetap hangat
2) Bersihkan jalan napas
3) Keringkan dan jaga bayi tetap hangat
4) Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
5) Segera lakukan inisiasi dini
6) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah IMD
8) Beri imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml, intramuskular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemebeiran vitamin K1
9) Pemberian identitas
10) Anamnesis dan pemeriksaan fisik
11) Pemulangan bayi baru lahir normal, kinseling dan kunjungan ulang.

c. Asuhan bayi usia 2-6 hari :


1) Bayi harus selalu diberi ASI minimal setiap 2-3 jam.
2) Bayi cenderung sering tidur, berkemih dan defekasi
3) Selalu menjaga kebersihan, kehangatan dan keamanan bayi dengan
mengganti popok bayi seseuai keperluan, cuci tangan dan membersihkan
bayi secara teratur terutama setelah BAK dan BAB, serta tidak
meninggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga
4) Selalu perhatikan tanda-tanda bahaya pada bayi
d. Asuhan bayi pdaa 6 minggu pertama a. Bounding attachment
Menurut maternal neonatal health, bounding attachment merupakan kontak dini
secara langsung anatara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada
saat persalinan kala III sampai dengan psotpartum. Elemen-elemen bounding
attachment:
1) Sentuhan
2) Kontak mata
3) Suara
4) Aroma
5) Entraiment
6) Bioritme
7) Kontak dini
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI dan AKB yaitu
dengan terlaksananya pemeriksaan Continuity of Care (COC). Asuhan kepada
ibu, mulai hamil, bersalin, nifas dan asuhan terhadap bayi baru lahir adalah
salah satu Asuhan Continuity of Care (COC). Asuhan Continuity of Care
(COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan
keluarga berencana sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Pelayanan yang
dicapai dalam Asuhan Continuity of Care (COC) adalah ketika terjalin
hubungan dengan terus menerus antara seorang ibu dan bidan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogjakarta: Pustaka Rihama.


Asrina, shinta, S. P & Dewie, S. 2017.Asuhan Kebidanan Kehamilan.Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Arum, D. N. S & Sujiyatini. 2017. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.

Yogyakarta: Pustaka Rihana

Hani, U, Jiarti K,&Marjati 2015 .Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis

Jakarta: Salemba Medika.

JNPK-KR. (2017). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan

Klinik- Kesehatan Reproduksi Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. 2015. Indonesia/profil- kesehatan-


indonesia-2015.pdf

Kemenkes RI, 2017. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi

Lailiyana,Ani L,& Isrowiyatun D 2018 .Asuhan Kebidanan Persalinan Jakarta: EGC


Lockhart, A&Lyndon, S. 2018. Asuhan kebidanan Kehamilan fisiologis&Patologis.
Tangerang Selatan

Manuaba, I. B. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Rohani, dkk 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan Jakarta: Salemba

Medika

Roito J, Noor H. N,&Mardiah 2018. Asuhan kebidan Ibu Nifas& Deteksi Dini

Komplikasi Jakarta:EGC Setiyaningrum. E 2015

Tando. N. M 2018 .Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,&Anak Balita Jakarta : EGC


Tarwoto & Wasnidar 2018. Buku Saku ANEMIA PADA IBU HAMIL Konsep dan
penatalaksanan Jakarta : TIM 2018

Walyani. S. E. 2015 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Yogyakarta : Pustaka Baru

PressWulandari. S. R & Handayani S 2018 .Asuhan Kebidanan Ibu Masa


Nifas

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai