Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif Dalam Perkembangan Karakter Anak Di Pekanbaru
Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif Dalam Perkembangan Karakter Anak Di Pekanbaru
Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif Dalam Perkembangan Karakter Anak Di Pekanbaru
M. REHSYA AMALA
NPM : 149110085
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI : MEDIA MASSA
Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sampai pada waktu yang sudah lama
dinantikan, karya ini bisa Anggi
persembahkan untuk yang terkhusus,
tersayang, ciptaan Allah yang paling
sempurna yang Allah kasih untuk Anggi,
Ayah dan Ibu. Terima kasih atas kasih
sayang, doa, dan dukungan yang Ayah dan
Ibu kasih untuk Anggi Maafkan anakmu
sedikit terlambat menyelesaikan
perkuliahan ini. Jika Allah mengizinkan
nanti, semoga Ibu berkesempatan untuk
melihat Anggi wisuda. Dan untuk Ayah
semoga diberi kelapangan dikuburnya, dan
dipermudah segala urusan nya, doa anakmu
tak henti-henti nya untukmu Ayah. Semoga
ini semua bisa buat Ayah dan Ibu bangga
sama Anggi.
ii
Motto
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata dan ucapan yang bisa penulis ucapkan selain puji syukur
sedalam-dalamnya kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya lah
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Mudah-
mudahan ilmu yang yang penulis dapatkan selama masa perkuliahan bermanfaat
bagi diri penulis, keluarga serta masyarakat dan semoga di Ridhoi oleh Allah SWT.
Sholawat dan salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan alam yakni nabi
dan skripsi ini di aujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Riau, yaitu “Pola Komunikasi Orang Tua dengan
Pekanbaru”.
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi tata bahasa dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak yang memungkinkan skripsi ini dapat terselesaikan untuk itu rasa
1. Dr. Abdul Aziz, S. Sos ., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
iv
2. Dr. Muhd.AR.Imam Riauan, M.I.Kom, selaku Kepala Program Studi
4. Seluruh dosen serta staf Tata usaha Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
kasih sudah membimbing penulis sejauh ini. Intinya klen heboh dah.
6. Dan semua rekan kerabat penulis yang sudah ikut andil membantu dan
kasih.
M. REHSYA AMALA
149110085
v
DAFTAR ISI
Cover
Persetujuan Tim Pembimbing Skripsi
Lembaran Pernyataan
Halaman Persembahan ............................................................................. ii
Motto ......................................................................................................... iii
Kata Pengantar ......................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................... vi
Daftar Tabel ............................................................................................... viii
Daftar Lampiran ........................................................................................ ix
Abstrak ....................................................................................................... x
Abstract ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian .................................................... 9
C. Fokus Penelitian........................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 48
1. Profil Kecamatan Kota Pekanbaru ......................................... 48
2. Letak Geografis ..................................................................... 48
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 50
1. Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget
Aktif Dalam Perkembangan Karakter Anak Di
Pekanbaru
..............................................................................................
50
C. Pembahasan ................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 69
B. Saran............................................................................................ 70
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar lampiran
Lampiran 1 : SK Pembimbing
ix
Abstrak
M. Rehsya Amala
NPM. 149110085
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dengan anak
pengguna gadget aktif dalam perkembangan karakter anak di Pekanbaru.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Informan dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak berusia 0-14 tahun yang
menjadi pengguna gadget aktif di Pekanbaru dengan rata-rata menggunakan
gadget minimal 5 jam dalam sehari. Data penelitian ini sumber data berupa data
primer dan data sekunder dalam mendapatkan data untuk mengetahui Pola
Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pengguna Gadget Aktif dalam
Perkembangan Karakter Anak di Pekanbaru. Data primer dalam penelitian ini
berupa melalui wawancara yang dilakukan kepada informan. Kemudian Data
sekunder penelitian ini adalah data yang telah tersedia atau data pendukung dalam
penelitian adalah dokumen, monografi, buku-buku dan hasil penelitian lainnya.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari wawancara dilakukan
kepada orang tua dan anak, dokumentasi foto lapangan, dokumentasi dari situs
web, undang-undang, artikel serta teori dan observasi secara langsung ke lapangan
untuk memperoleh data. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Berdasarkan olahan
data yang peneliti lakukan tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak
Pengguna Gadget Aktif dalam Perkembangan Karakter Anak di Pekanbaru maka
penulis menyimpulkan bahwa pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna
gadget aktif dalam perkembangan karakter anak di Pekanbaru termasuk kepada
kategori pola komunikasi demokratis (Authoritative).
x
Abstract
M. Rehsya Amala
NPM 149110085
xi
BAB I
PENDAHULUAN
dan lain-lain. Kehadiran globalisasi tentu tidak dipungkiri lagi berpengaruh pada
kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat. Kemajuan teknologi juga tidak
informasi.
Secara garis besar, teknologi informasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
teknologi pun dapat dirasakan dengan munculnya alat komunikasi yang terus
saat ini muncul yaitu teknologi berbentuk gadget. Istilah gadget makin dikenal
seiring dengan perkembangan gaya hidup yang trendi, praktis dan canggih serta
1
2
319) menyatakan bahwa sering kita temui orang tua membelikan gadget yang
canggih dengan model yang sesuai dengan keinginan anak. Orang tua yang
memiliki karir diluar rumah gadget digunakan untuk memantau aktifitas dan
berkomunikasi dengan anak yang ada dirumah. Sedangkan ibu yang standby
Awalnya tujuan mereka berhasil, untuk komunikasi dan sebagai pengalih perhatian.
Namun lama-kelamaan anak akan bosen dan lebih aktif untuk mencoba fitur serta
aplikasi lain yang lebih menarik. Dimualai dari sinilah, anak akan lebih terfokus
pada gadgetnya dan mulai meninggalakan dunia bermain mereka. Anak akan lebih
Gadget dapat menerima segala informasi baik berbentuk teks, audio, visual
atau pun ketiganya sekaligus. Segala informasi yang masuk ini dapat disimpan,
diproses atau dikirim dengan sangat mudah, cepat dan praktis. Selain itu, gadget
juga didesain dapat mengatasi kejenuhan atau sekedar mengisi waktu dengan fitur
game satau permainan yang ada di dalamnya. Gadget telah menjadi bagian dari
untuk games atau online saja misalnya, di dalam diri mereka hanya akan tertanam
jiwa pemalas dan sulit untuk berkembang. Siswa yang seperti itu akan cenderung
untuk memilih game atau online daripada mengikuti kuliah dan akhirnya nilai
3
mereka tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Gadget akan sangat berpengaruh
karena gadget menjadi sarana yang sangat mudah untuk mengakses kecanduan
games atau online mereka yang kurang mendatangkan manfaat. Sikap pemalas juga
bentuk gadget lain seperti ipod, mp4, mp3 secara berlebihan. Gadget tersebut akan
dirasa bagi beberapa siswa dapat membantu menghilangkan rasa bosan dan dapat
diberikan gadget lebih menarik dan sayang untuk dilewatkan daripada mengerjakan
kewajiban mereka.
tidak mengenal usia dan status sosial, baik dari anak kecil sampai orang dewasa dan
dari golongan menengah ke bawah sampai golongan menengah ke atas. Salah satu
gadget yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah smartphone.
“Posisi pertama jelas diduduki oleh China. Dengan populasi lebih dari 1
miliar penduduk, Negeri Tirai Bambu memiliki jumlah pengguna
smartphone terbesar, mencapai 422 juta. Di bawah China, ada Amerika
Serikat dengan jumlah pengguna mencapai 188 juta. Tepat di urutan ketiga
dan selanjutnya adalah India, Brazil dan Jepang. Dalam data tersebut
disebutkan pula Indonesia menduduki posisi 5 besar dengan pengguna aktif
sebanyak 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel”. 1
1
https://inet.detik.com/consumer/d-2485920/indonesia-masuk-5-besar-negara-pengguna-
smartphone (dikses pada Jumat 31 Januari 2019 pukul 13.21 Wib)
4
dengan fasilitas internet. Maka, tak mengherankan jika kini sudah jadi
hidup anak ini, bisa dilihat dari hasil survei Indonesia Hottest Insight (IHI) 2013
dari Kompas-Gramedia dan IPSOS pada 3.000 anak Indonesia, berusia di bawah
17, Ketika ditanya tentang hadiah apa yang diinginkan saat naik kelas, 35% anak
menjawab ingin smartphone atau handphone terbaru. Tak heran jika 40% anak
diketahui sudah memiliki handphone sendiri. Bahkan, 51% dari mereka memilih
Fenomena ini jauh berbeda jika melihat di era tahun 90an sampai tahun
tradisional sudah luntur dimakan oleh waktu. Anak-anak di zaman modern ini lebih
menyukai permainan yang ada pada gadget ketimbang permainan tradisional yang
2
https://www.tribunnews.com/iptek/2013/05/06/waduh-35-persen-anak-menuntut orang
tua -belikan- smartphone-terbaru (dikses pada Jumat 31 Februari 2019 pukul 13.30 Wib)
5
fasilitas internet yang ada pada gadget untuk mencari informasi apa yang mereka
suka dan mereka butuhkan, termasuk juga dalam menggunakan media sosial untuk
berkomunikasi secara online. Berdasarkan hasil survei melalui siaran pers pada
tanggal 18 Februari 2014 tentang riset Kominfo dan UNICEF mengenai perilaku
anak dan remaja dalam menggunakan internet usia 10-19 tahun, menemukan salah
satu fakta terbaru yaitu sebagaimana yang di uangkapkan oleh kominfo Penggunaan
media sosial dan media digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan
sehari-hari anak muda Indonesia. Studi ini menemukan bahwa 98 persen dari anak-
anak dan remaja yang disurvei tahu tentang internet dan bahwa 79,5 persen
pandang anak, khusunya pada anak yang menggunakan gadget. Banyak orangtua
seperti smartphone, laptop dan tablet milik orangtuanya sehari-hari. Banyak juga
orangtua yang telah memberikan gadget pada anaknya yang masih duduk di sekolah
dasar dikarenakan latar belakang, maksud dan tujuan tertentu. Orangtua harus
3
https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-17pihkominfo22014-tentang-
riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-dan-remaja-dalam-menggunakan-
internet/0/siaran_pers (dikses pada Jumat 01 Februari 2019 pukul 11.45 Wib)
6
Selain itu, orangtua juga dapat mengontrol kecanduan gadget pada anak sehingga
diharapkan agar anak menjadi lebih terbatas dalam menggunakan gadget serta
Di dalam keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, komunikasi yang
setiap individu dapat berperan sebagai sumber maupun penerima secara bergantian.
Apabila komunikasi yang terjadi antar manusia tersebut dilakukan saling tatap
Komunikasi yang dilakukan secara tatap muka dapat secara langsung dirasakan
komunikator akan umpan balik dari komunikan, baik secara verbal maupun non
verbal.
mempengaruhi pikiran dan tingkah laku anak agar sesuai dengan apa yang
diinginkan. Hal tersebut senada seperti yang diungkapkan oleh Liliweri (1991: 11),
konteks keluarga yang sangat erat kaitannya dengan unsur komunikasi. Hubungan
7
yang baik disebabkan oleh komunikasi yang baik pula. Komunikasi dikatakan
berjalan efektif dan berhasil apabila orang lain atau komunikan menjalankan apa
gadget.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau,
Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota
memiliki jumlah penduduk yang cukup padat di Provinsi Riau khususnya jumlah
anak pengguna gadget. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Kelamin
No Tingkatan Umur Total Jiwa
Laki-Laki Perempuan
1 0-14 (Anak) 153.084 141.277 294.361
2 15-19 (Remaja) 51.290 52.497 103.787
3 20-49 (Dewasa) 283.882 270.010 553.892
4 50-70 Keatas (Lansia) 71.061 67.387 138.448
Jumlah 1.090.488
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2018
klasifikasi penduduk berdasarkan dengan rentang usia yaitu rentang usia 0 Tahun
kasifikasikan sebagai orang dewasa dan rentang usia 50 Tahun hingga 70 tahun
usia 0 tahun hingga 14 tahun sebanyak 294.361. Dalam hal ini anak yang berusia
0-14 tahun di Pekanbaru telah memiliki gadget yang dalam hal ini mereka masih
dalam pengawasan orang tua karena masih tergolong usia sekolah menengah
pertama.
diketahui bahwa :
1. Banyak waktu yang sia-sia dihabiskan oleh anak ketika hanya sibuk dengan
seumur anak.
gadget sehingga tidak mau lagi dengan mainan lainnya yang bisa digunakan
4. Pola komunikasi dari orang tua yang tidak efektif dalam memberikan
bijaksana, yang bisa meningkatkan kualitas pribadi anak kearah yang lebih
penelitian dengan judul Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pengguna
1. Waktu yang dihabiskan oleh anak terbuat sia-siaketika hanya sibuk dengan
gadget.
C. Fokus Penelitian
penelitian ini untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna
yang mempengaruhinya.
10
D. Rumusan Masalah
orang tua dengan anak pengguna gadget aktif dalam perkembangan karakter anak
1. Tujuan Penelitian
Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
anak.
b. Secara praktis
dengan anak.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Literatur
1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
bersifat “informatif”, yaitu agar orang mengerti dan mengetahui, tetapi juga
dilakukan oleh seorang (1) terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang (2)
11
12
pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Komunikasi bisa dilakukan
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
2005: 295).
Disisi lain komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia dan
suatu topik yang amat sering diperbincangkan sehingga kata komunikasi itu
rujukan yang tidak terhingga seperti: saling berbicara satu sama lain, televisi,
penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.
Hal ini adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pakar akademisi
istilah “sebuah subjek kajian ilmu” atas sesuatu yang sangat beragam dan
13
penyampaian ide atau pesan arti dari suatu pihak ke pihak ke pihak lain
orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui simbol-simbol ataupun
kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan
b. Tujuan Komunikasi
baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa
2009: 171)
menjadi tujuan kita. Selain dari pada itu, komunikasi juga menyertakan
c. Fungsi Komunikasi
yang efektif
dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang
utama dan menggambarkan peserta yang saling bergantungan satu sama lain
dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan suatu percakapan atau
studi sendiri, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan
organisasi.
besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini
komunikan (face to face). Oleh karena saling berhadapan muka, maka masing-
interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagai
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di
orang secara tatap muka, masing-masing orang yang terlibat dalam komuniasi
orang yang telah memiliki hubungan yang jelas, yang terhubungkan dengan
antara ibu dengan anak, dokter dengan pasien, dua orang dalam suatu
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”
(Sapril, 2011)
orang lain dengan corak komunikasi yang lebih bersifat pribadi. Dalam
komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya dapat lebih dari dua
orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. Adapun
berikut:
f. Daya tarik : cara pandang orang lain terhadap diri individu dibentuk
melalui cara berfikir, bahasa, dan perilaku yang khas. Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang, baik fisik
maupun karakter mempengaruhi tanggapan dan penerimaan personal.
g. Ganjaran atau pujian: pergaulan dengan orang-orang disekitar yang
sangat menyenangkan akan sangat menguntungkan ditinjau dari
keberhasilan program, menuntungkan secara ekonomis, psikologis
dan socsal.
h. Kompetensi: masyarakat cenderung menanggapi informasi dan pesan
dari orang berpengalaman, ahli, dan professional, serta mampu
memberikan kontribusi..
dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun
non verbal. Komunikasi interpersonal yang efektif diawali hubungan yang baik.
Umumnya hubungan interpersonal suami istri atau dengan yang lainnya adalah
3. Keluarga
masyarakat. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial
yang terdiri atas suami istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini
fungsi-fungsi ekspresi keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu
jaringan.
ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Koerner dan Fizpatrick (Lestari, 2012:
a. Defenisi struktural
b. Defenisi fungsional
c. Defenisi transaksional
bersama, memiliki hubungan yang kuat baik secara emosi maupun materi antara
setiap indivudu. Dengan kata lain setiap orang dalam kelompok memiliki
Arifin (2015: 230) menyatakan bahwa ada beberapa fungsi keluarga, yaitu
sebagai berikut:
a. Fungsi pendidikan
Secara informal, fungsi keluarga tetap penting, tetapi secara formal fungsi
b. Fungsi rekreasi
sehari-hari.
c. Fungsi keagamaan
d. Fungsi perlindungan
e. Fungsi biologis
Keluarga adalah institusi untuk lahirnya generasi manusia. Pada sisi lain,
f. Fungsi sosialisasi
perkembangan kepribadian.
g. Fungsi afeksi
Afeksi muncul sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar
perkawinan
Arifin (2015: 232) menyatakan bahwa jika dilihat dari segi sifatnya,
a. Keluarga terbuka
masalah-masalah sosial.
b. Keluarga tertutup
Peran keluarga tertutup, yaitu menutup diri terhadap hubungan dunia luar.
23
kesejahteraan psikososial pada diri anak. Clark dan Shileds (Lestari, 2012: 61)
Ginott (Mufidah, 2008: 28), cara baru berkomunikasi dengan anak harus
Orang tua dalam hal ini bertindak sebagai pendidik yang pertama harus
memberikan contoh dan sikap pengertian kepada anak, baru kemudian member
nasehat. Komunikasi orang tua-anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya
melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua
positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua
berkomunikasi. Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih
dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan
suatu penghubung antara anak dan orang tua atau orang lain baik secara verbal
dan non verbal melalui tulisan, lisan, media, tatap muka, perilaku, dan sikap
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djamarah (Bahri, 2004: 51),
kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.
Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba
perduli dengan apa yang akan terjadi kepada anaknya. Orang tua
atau mengutarakan masalahnya. Dalam banyak hal juga anak tidak merasa
dimana letak kesalahan yang telah ia perbuat atau hal-hal yang semestinya
tidak terjadi dapat terulang berkali-kali. Maka anak tersebut akan merasa
bahwa masih banyak yang kurang atau anak tersebut masih merasa dirinya
tidak mampu, maka anak pun menjadi kehilangan rasa percaya diri. Bukan
hanya itu, anak akan memiliki sifat suka mendominasi, tidak jelas arah
orang lain selalu mementingkan dirinya, anak tersebut tidak memiliki rasa
keinginannya.
anak.
5) Kurang membimbing.
terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta
tidak bersahabat.
kata-kata yang diucapkan orang tua adalah hukum atau peraturan dan
(berlawanan). Pola komunikasi ini sangat cocok untuk anak PAUD dan
4) Orang tua tidak atau jarang memberikan hadiah, baik yang berupa
dengan harapan.
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat
terbaik dari semua tipe pola komunikasi yang ada. Hal ini disebabkan tipe
kepentingan individu anak. Tipe ini adalah tipe pola asuh orang tua yang
tidak banyak menggunakn control terhadap anak. Pola ini dapat digunakan
dari anak.
6) Orang tua selalu berusaha untuk menjadi anak lebih sukses dirinya.
Dari ketiga macam pola asuh tersebut, pola asuh demokratis yang baik,
terutama yang berkaitan dengan agama Islam. Pola otoriter layak dilakukan jika
terkait dengan persoalan aqidah dan ibadah serta hal-hal yang dianggap
membahayakan bagi si anak. Pola asuh permisif ini sebaiknya diterapkan oleh
orang tua ketika anak telah dewasa, di mana anak dapat memikirkan untuk
Peran orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas
sebagai orang tua. Sesekali orang tua perlu berperan sebagai polisi yang selalu
siap menegakkan keadilan dan kebenaran, dan sesekali pula orang tua berperan
sebagai teman, orang tua perlu menciptakan dialog yang sehat, tempat untuk
mencurahkan isi hati (Amin, 2007:47). Orang tua dituntut juga memilik
wawasan dan pengetahuan yang luas. Orang tua harus memberikan suritauladan
yang baik, karena anak akan mudah mentransfer ucapan dan tindakan orang tua.
Dengan demikian, pola asuh orang tua harus bisa menciptakan suasana yang
29
dengan perkembangan anak. Karena hanya dengan pembiasaan dan latihan akan
membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah
5. Gadget
a. Pengertian Gadget
era globalisasi yang serba maju dan modern. Pada zaman yang serba modern
kehidupan menjadi serba praktis, efektif, dan efisien. Hal ini dikarenakan oleh
kebutuhan hidup yang semakin banyak dan kompleks. Oleh karena itu
(benda atau barang elektronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus,
tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Jenis
handphone, laptop, kamera digital, music player, (Mp3, Mp4, ipod), tablet, PSP
(Play Station Portable), jam digital canggih dan lain-lain (Nadhila, 2013: 13).
1) Dampak positif
better sources for learning for the youth and these are the
anak.
dalam pembelajaran.
31
Flicker, blogs, wikis, and many more which let people of all ages
2) Dampak Negatif
youth strong in technical skills but make them weak in real life
young mass away from the reality helping them to live in their
imaginary world. Due to the time spent on the devices the youth
Josef (2017) mengatakan “The more they use the gadgets, the
more they are crazy about it which may distract them from
belajar.
33
d) Mempengaruhi kesehatan
games when they can’t achieve the set target, it may raise their
B. Definisi Operasional
kesalahan dalam pelaksanaan penelitian ini, maka penulis perlu untuk memberikan
konsep operasionalnya :
1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam
penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan
dapat dipahami.
2. Orang Tua
Orang tua dalam hal ini bertindak sebagai pendidik yang pertama harus
member nasehat. Komunikasi orang tua-anak sangat penting bagi orang tua
dapat dipersepsi positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh
3. Gadget
Gadget adalah sebuah benda (benda atau barang elektronik) teknologi kecil
C. Penelitian Terdahulu
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
1 Mila Pola Berdasarkan Secara garis besar hasil
Fajarwati Komunikasi analisa data dan pembahasan penelitian ini adalah
(2011) Orang Tua hasil penelitian, maka dapat menunjukkan bahwa
Dengan Anak dikemukakan bahwa terdapat tigaorangtua terhadap
Remaja 3 jenis pola komunikasi pada anaknya menganut pola
35
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
Dalam orangtua dengan anak, yaitu komuniksi pemissive,
Berinternet Authoritarian, Permissive, sedangkan satu
Sehat Di dan Authoritativ keluarga lainnya
Surabaya menganut pola
(Studi komunikasi otoriter dan
Kualitatif satu keluarga sisanya
Tentang Pola menganut pola
Komunikasi komunikasi demokratis.
Orang Tua Pola komunikasi yang
Dengan Anak harus digunakan
Remaja orangtua pada anak
Dalam remaja adalah pola
Berinternet komunikasi
Sehat Di authoritative atau pola
Surabaya) komunikasi demokratis.
Sehingga komunikasi
interpersonal antara
orangtua dengan anak
dapat terjalin dengan
baik sebagai
komunikator maupun
sebagai komunikan.
Orangtua harusnya
mampu memelihara
hubungan yang
harmonis antar anggota
keluarga. Hubungan
yang harmonis penuh
pengertian, dan kasih
sayang akan
membuahkan
perkembangan perilaku
anak yang baik.
2 Yosep Komunikasi Hasil penelitian 1. Pemahaman Orang
Kaprino Orang Tua menunjukkan pengetahuan Tua terhadap
Parto Kepada Anak keluarga khususnya orang Pemanfaatan
(2017) dalam tua tentang pemanfaatan Gadget yang Tepat
Mencegah gadget dalam keluarga. pada Anak. Secara
Terjadinya Pemanfaatan gadget dalam umum orang tua
Dampak hal ini meliputi dampak yang sudah mengetahui
Negatif ditimbulkan dari gadget bagi beberapa hal
Gadget keluarga khususnya anak, tentang gadget
bagaimana orang tua 2. Cara
berkomunikasi dengan anak Berkomunikasi,
berkaitan mencegah dampak Memberikan
gadget yang negative, Pemahaman
hambatan yang dirasakan tentang
orang tua dalam mencegah Penggunaan
36
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
dampah gadget yang Gadget yang Tepat
negative, dan usaha-usaha oleh Orang Tua
yang dilakukan oleh orang pada Anak. Orang
tua sebagai upaya mengatasi tua dalam
dan mencegah dampak memberikan
negative gadget khususnya pemahaman
pada anak tentang
penggunaan gadget
yang tepat pada
anak yaitu dengan
memberikan
contoh komunikasi
yang baik.
3. Hambatan yang
Dirasakan Orang
Tua dalam
Berkomunikasi
kepada anak
Terkait Upaya
Mencegah Dampak
Negatif Gadget.
Ada beberapa
hambatan yang
terdapat dalam
proses komunikasi.
4. Usaha yang
Dilakukan untuk
Mencegah Dampak
Negatif Gadget
Terhadap Anak.
Usaha yang
seharusnya
dilakukan oleh
anggota dalam
mencegah dampak
negative gadget
yaitu tidak hanya
menetapkan aturan
terkait penggunaan
gadget pada anak
3 Ayu Pola 1. Hasil penelitian ini 1. Pola komunikasi
Rahayu Komunikasi menunjukkan bahwa ada orang tua dengan
Andirah Orang Tua 2 pola komunikasi yang anak remaja dalam
(2018) Dengan Anak digunakan orang tua ketergantungan
Remaja dalam ketergantungan media internet
Terhadap internet di BTN Gowa ditunjukkan dengan
Ketergantunga Lestari Batangkaluku beragam pola
n Media yaitu pola komunkasi komunikasi yaitu
37
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
Internet Di Btn permissive yang permissive, dan
Gowa Lestari membebaskan anak authoritative. Satu
Batangkaluku untuk melakukan apapun orang tua terhadap
dan pola komunikasi anaknya menganut
authoritative dimana pola komuniksi
orang tua dan anak pemissive,
mendiskusikan segala sedangkan dua
aturan dalam rumah. keluarga lainnya
Dalam berkomuniksi menganut pola
dengan anak remaja tentu komunikasi
terdapat hambatan- demoktaris. Pola
hambatan yang dialami komunikasi
orang tua. membebaskan
2. Hambatan komunikasi (permissive) sikap
antara orang tua dan anak orang tua untuk
remaja yaitu kurangnya menerima tinggi
waktu untuk bertemu namun kontrolnya
dengan anak, kesibukan rendah, memberikan
dengan pekerjaan, kebebasan pada
kurangnya pengetahuan anak untuk
tentang internet, mudah menyatakan
marah karena capek keinginannya. Pola
setelah bekerja, dan komunikasi
kegoisan anak maupun demokratis
orang tua. Orang tua (authoritative) sikap
menjadi tidak fokus orangtua untuk
dalam merawat dan menerima dan
mengawasi anak kontrolnya tinggi.
Orangtua
memberikan
penjelasan tentang
dampak perbuatan
yang baik dan
buruk. Sedangkan
anak bersikap
bersahabat,
memiliki rasa
percaya diri, mampu
mengendalikan diri,
bersikap sopan,
memiliki tujuan atau
arah hidup yang
jelas dan
berorientasi
terhadap prestasi.
2. Hambatan
komunikasi antara
orang tua dan anak
38
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
remaja karena
kurangnya waktu
untuk bertemu
dengan anak,
kesibukan orang tua
dengan
pekerjaannya
membuat orang tua
mudah marah
karena capek setelah
bekerja. Hal ini
biasa terjadi
saatanak tidak mau
mendengarkan
perkataan orang tua.
Sifat ego antara
orang tua dan anak
atau terkesan cuek
dengan sesama
anggota keluarga
juga merupakan
hambatan yang
terjadi dalam
berkomunikasi.
akibatnya orang tua
menjadi tidak fokus
dalam merawat dan
mengawasi anak.
4 Magwa Dampak Teknologi modern Rekomendasi dibuat
Simuforosa teknologi mengubah pengalaman untuk orang tua,
/ 2013 modern pada tumbuh dewasa remaja. Ini pendidik, media, dan
pencapaian membawa yang baik dan pembuat kebijakan
pendidikan yang buruk bagi remaja. Pada antara lain, untuk cara-
remaja kondisi terbaiknya seperti cara untuk
dinyatakan secara meningkatkan manfaat
meyakinkan, teknologi dapat dan mengurangi bahaya
memfasilitasi eksplorasi dan yang dapat dimiliki
integrasi informasi yang teknologi bagi remaja.
mendalam, pemikiran tingkat
tinggi dan keterlibatan
mendalam dengan
memungkinkan siswa untuk
merancang, mengeksplorasi,
bereksperimen, mengakses
informasi, dan memodelkan
fenomena yang kompleks.
Keterlibatan tingkat tinggi
dalam jejaring sosial
39
Nama / Judul
No Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
menyebabkan siswa
kehilangan fokus pada tugas
akademik dan secara negatif
mempengaruhi hasil
akademik mereka.
Menggunakan media sebagai
sumber informasi dan sarana
komunikasi adalah bagian
integral dari kurikulum di
banyak negara berkembang.
Karenanya, kompetensi
dalam penggunaan teknologi
adalah kunci pencapaian
akademik remaja di sekolah.
Dengan teknologi yang terus
berkembang, ada kebutuhan
yang belum pernah terjadi
sebelumnya untuk
memahami resep untuk
sukses, yang melibatkan
pelajar, guru, konten dan
lingkungan di mana
teknologi digunakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
tersebut biasanya berupa kata atau teks yang kemudian dianalisis. Hasil analisis itu
dapat berupa deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data tersebut
deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat
40
41
perilaku yang dicermati, dalam keadaan yang berlangsung secara wajar dan
ilmiah dan bukan dalam kondisi yang terkendali (Sanafiah, 2005: 18).
1. Subjek Penelitian
penelitian.
yang dimilikinya dari peneliti (Nasution, 2005: 98). Adapun kriteria informan
b. Informan dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak berusia 0-14
2. Objek Penelitian
diteliti (Bungin, 2009: 127). Objek penelitian ini adalah Pola Komunikasi
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Februari tahun 2019. Persiapan penelitian di mulai pada tabel berikut ini:
44
Konsultasi Bimbingan
6 x x x x x x x x x x x
Skripsi
7 Ujian Skripsi x
Revisi dan Pengesahan
8 x x x x x x x x
Skripsi
Pengadaan Serta
9 x x x x
Penyerahan Skripsi
45
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2010: 172). Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data
berupa data primer dan data sekunder dalam mendapatkan data untuk mengetahui
Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pengguna Gadget Aktif dalam
1. Data primer merupakan data yang dihimpun dari sumbernya dan diolah
sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk dimanfaatkan dalam hal ini untuk
2. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang sudah ada baik di publikasikan dan
informasi utama. Data sekunder penelitian ini adalah data yang telah tersedia
buku dan hasil penelitian lainnya. Sumber tersebut dapat berupa literatur-
1. Wawancara
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
orang tua dan anak untuk mengetahui Pola Komunikasi Orang Tua dengan
Pekanbaru.
2. Dokumentasi
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam penelitian ini
undang, artikel serta teori yang berkaitan dengan Pola Komunikasi Orang Tua
di Pekanbaru.
3. Observasi
Analisis data yang dimaksud yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi
data atau penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah mengelola dengan bentuk
maka dapat dengan mudah menyajikan atau memaparkan data-data yang diperlukan
yang disimpulkan dengan cara induktif pada penelitian, dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan atau verifikasi dalam menganasis data penelitian (Bungin, 2009:
69)
keikutsertaan menuntut peneliti untuk ikut langsung kedalam lokasi dan dalam
yang mungkin mengotori data. Selain itu perpanjangan keikut sertaan juga
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau,
Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota
mempunyai satu bandar udara internasional yaitu Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II. Dan juga mempunyai terminal bus terminal antar kota dan antar provinsi
Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai
dan Sungai Duku. Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota
dagang yang multietnik, keberagaman ini telah menjadi kepentingan bersama untuk
Hal ini dapat kita lihat pada Sasana Purna MTQ yang sangat artistik dan
indah dari segi arsitekturnya. Saat ini gedung ini sering diapakai sebagai pusat
2. Letak Geografis
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur
Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang
dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian
48
49
utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten
Kampar. Kota ini dibelah Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur danberada
pada ketinggian berkisar 5-50 meter diatas permukaan laut. Kota ini termasuk
beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1⁰C hingga 35,6⁰C
Kota Pekanbaru terletak antara 101⁰C 14’–101⁰C 34’ Bujur Timur dan
kecamatan yang terluas yaitu 171,27 km2 dengan persentase 27,09% dari luas Kota
B. Hasil Penelitian
penelitian tentang Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget
dari hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki anak pengguna gadget aktif
Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif Dalam Perkembangan Karakter
mengambil kesimpulan. Adapun data dan hasil informasi yang dilakukan dalam
1. Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif Dalam
Perkembangan Karakter Anak Di Pekanbaru
Berdasarkan hasil wawancara kepada orang tua yang memiliki anak yang
“Kadang ya dikontrol kadang nggak, tergantung waktu ada atau tidak dan
saya juga percaya dengan anak saya” (Wawancara dengan ibu Nurhayati
September 2019)
tidak melakukan kontrol terhadap anak yang menggunakan gadget. Hal ini sejalan
51
dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa tidak ketatnya
kontrol yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang anak yang menggunakan
dapat membuat lalai anak karena anak cenderung fokus pada gadgetnya.
“Nggak, mama nggak pernah periksa hp aku, hp aku juga aku kasih
password jadi nggak ada yang bisa buka hp aku selain aku, itu kan privasi
2019)
menggunakan gadget mengaku tidak adanya kontrol yang ketat oleh orang tua serta
isi dari gadget mereka. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
anak yang terlalu sering bermain gadget. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:
“Hukuman tidak cenderung saya berikan omelan saja dan saya tunda
kemarahan orang tua terhadap anaknya yang terlalu sering bermain gadget. Selain
itu bentuk hukuman yang diberikan juga berupa penahanan terhadap gadget yang
digunakan oleh anak. Pemberian hukuman dalam hal ini berfungsi untuk
memberikan efek jera terhadap anak yang terlalu sering bermain gadget pada anak.
arahan dan terkesan terjadi pembiaran atas apa yang dilakukan anak mereka dengan
Senada dengan hasil wawancara di atas juga di ungkapkan oleh anak yang
“Di marahin aja tapi pernah juga hp saya nggak dibelikan paket seminggu
karena saya sibuk sama hp jadi sekolah nilai turun” (Wawancara dengan
yang pernah dirasakan oleh anak yang menggunakan gadget aktif seperti adanya
luapan kemarahan orangtua terhadap anak yang terlalu sering menggunakan gadget
sehingga lupa waktu. Bentuk lainnya yang pernah dirasakan oleh anak adalah
hukuman atas penggunaan gadet yang disalah gunakan oleh anak yang biasanya
berupa penghentian subsidi paket dari orang tua yang bertujuan untuk memberikan
“Nggak ada, saya beri kebebasan karena anak saya lebih sering main game
alasan telah memiliki anak yang cukup dewasa untuk mengetahui tentang baik
buruk. Berdasarkan observasi terlihat bahwa tidak semua orang tua yang
memberikan hukuman kepada anak mereka karena penggunaan gadget yang lalai
karena menganggap bahwa anak mereka bisa bertanggung jawab atas kesalahan
mereka.
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djamarah (Bahri, 2004: 51) Pola
dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap tidak perduli dengan apa yang akan
54
menanggapi, jika anak berbicara atau mengutarakan masalahnya. Dalam banyak hal
juga anak tidak merasa di perdulikan oleh orang tuanya, bahkan ketika anak
melakukan suatu kesalahan orang tua tidak menanggapi sehingga anak tidak
mengetahui dimana letak kesalahan yang telah ia perbuat atau hal-hal yang
semestinya tidak terjadi dapat terulang berkali-kali. Maka anak tersebut akan
merasa bahwa masih banyak yang kurang atau anak tersebut masih merasa dirinya
tidak mampu, maka anak pun menjadi kehilangan rasa percaya diri. Bukan hanya
itu, anak akan memiliki sifat suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya,
prestasinya yang rendah dan terkadang anak tidak menghargai orang lain selalu
mementingkan dirinya, anak tersebut tidak memiliki rasa empati terhadap orang
lain.
“Saya membebaskan yang penting tetap harus sesuai dengan jalur dan tetap
saya awasi dari jauh” (Wawancara dengan Rismatwati selaku orang tua
kegiatan yang ingin diikuti oleh anaknya meskipun dengan catatan bahwa si anak
harus tetap berada di jalurnya yakni terkait dengan usianya. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa kelonggaran orang tua terhadap anak mereka karena
55
mereka menganggap bahwa anak mereka bisa bertanggung jawab atas kesalahan
mereka.
Hal yang senada juga di utarakan oleh anak yang menggunakan gadget yang
“Mama kasih kebebasan tapi aku tetap izin sama mama” (Wawancara
menggunakan gadget diberikan di bebaskan oleh orang tuanya jika ingin mengikuti
kegiatan apapun dengan catatanya adanya izin oleh orang tuanya. Jika dilihat pada
karena izin dari orang tua mereka dan kelonggaran dalam penggunaan gadget pada
anak mereka.
Disisi lain di ketahui juga bahwa orang tua yang memiliki anak yang
membela diri” (Wawancara dengan Melida selaku orang tua yang memiliki
dilakukan oleh anak. Orang tua beranggapan bahwa jika memberikan kesempatan
kepada anak untuk memberikan alasan atas kesalahan yang ia buat akan dibuat
56
sebagai cara untuk berbohong dan menghindari hukuman yang mungkin akan ia
terima atas kesalahan yang ia buat. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa
banyaknya alasan yang diberikan oleh anak-anak untuk membela diri dan
Hal di atas juga di ungkapkan oleh anak yang menggunakan gadget berikut
ini:
“Nggak padahal saya mau kasih alasan malah dibilang bohong cari-cari
September 2019)
kepada anak untuk menjelskan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak. Dalam
hal ini terkait dengan adanya indikasi berbohong untuk menghindari hukuman.
Disisi anak, hal tersebut merasa terganggu karena ia dituduh mencari-cari alasan
adanya indikasi anak berbohong pada orang tua mereka dalam rangka membela diri
dalam bentuk fisik sebenarnya bukanlah tindak yang benar karena dapat
memberikan efek trauma terhadap anak baik psikis maupun fisik yang dapat di ingat
oleh lama dalam waktu lama. Pemberian hukuman badan ini dilakukan oleh orang
“Iya kadang saya pukul dia, geram saya kalau dia nakal” (Wawancara
dengan Nurhayati selaku orang tua yang memiliki anak pengguna gadget
hukuman berupa pukulan maupun cubitan yang dalam hal ini termasuk bentuk
hukuman badan (corporal). Jika dilihat dari observasi diketahui bahwa adanya
tindakan hukuman fisik kepada anak-anak yang melakukan kesalahan yang dalam
hal ini berupa pukulan maupun cubitan kepada anak-anak yang melakukan
kesalahan dengan tujuan memberikan efek jera kepada anak mereka atas kesalahan
Hal ini dibenarkan oleh anak yang menggunakan gadget berikut ini:
“Pernah, aku pernah di cubit mama, tiga hari biru tangan aku di cubit mama,
kata mama, mama geram sama aku” (Wawancara dengan Putra selaku anak
fisik meskipun itu tidak terlalu sering dilakukan orang tua kepada anaknya yang
melakukan kesalahan. Jika kesalahan dilakukan dan membuat orang tua tidak sabar
maka hukuman yang diberikan berupa luapan kemarahan diiringi oleh cubitan
kepada anak dengan tujuan memuaskan luapan kemaran dan adanya efek jera pada
anak. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa hukuman fisik yang biasa
kemarahan mereka.
unsur demokratis pada orang tua kepada anak sebagaimana hasil wawancara berikut
ini:
“Kalau saya beri pengertian bahwa tidak semua yang ada di gadget itu untuk
anak-anak, kalau game bolehlah untuk anak asal ingat waktu apalagi
bahwa anak mereka telah dewasa tentang penggunaan gadget. Bagi orang tua anak
mereka tau batasan penggunaan gadget dengan usia mereka. Berdasarkah hasil
gadget dan bahkan dalam bermain game online melalui gadget merekapun
wawancara berikut:
“Cuma dibilang ingat waktu aja, karena kalau sering main hp bisa lupa
diberikan kepada anak yang menggunakan gadget adalah pengingat waktu untuk
makan dan sholat. Menggunakan gadget berlebih hingga lupa waktu juga penulis
lihat saat observasi yang dilakukan oleh penulis yang melihat bahwa anak-anak
yang menggunakan gadget secara umum lupa waktu seperti lupa makan, belajar
hingga lupa sholat khususnya sholat Magrib dan Isya. Jika ini terjadi berlangsung
lama maka akan berdampak buruk bagi masa depan anak-anak penggunga gadget
Pemberian gadget oleh orang tua kepada anak mereka secara umum untuk
mengkondisikan anak mereka untuk tetap di rumah serta menghindari anak mereka
terjadi hal yang tidak diinginkan jika diluar rumah sebagaimana hasil wawancara
berikut:
“Untuk hiburan dan saya dan suami kan kerja jadi sebagai teman
bermainnya saat kami tidak dirumah dan supaya anak saya tidak keluyuran
tidak jelas” (Wawancara dengan Nurhayati selaku orang tua yang memiliki
memberikan gadget kepada anak mereka untuk menghindari anak mereka berbain
diluar rumah yang dikhawatirkan oleh pergaulan tidak jelas sehingga dapat terjadi
hal-hal yang tidak di inginkan. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa salah
satu alasan orang tua dalam membebaskan dalam penggunaan gadget adalah karena
orang tua bagi anak-anak yang menggunakan gadget adalah orang tua pekerja yang
60
kurang memiliki waktu banyak bersama anak mereka namun tak ingin anak mereka
wawancara berikut:
“Supaya anaknya senang dan nggak kemana-mana kan kalau ada hp saya
gadget kepada anak mereka adalah untuk menghindari anak-anak mereka bermain
bebas diluar yang tidak dapat terkontrol oleh orang tua maka pemberian gadget
C. Pembahasan
pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif dalam
cenderung didalam pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif
Berdasarkan hasil wawancara kepada orang tua yang memiliki anak yang
anaknya menggunakan gadget. Orang tua yang memiliki anak yang menggunakan
anak yang menggunakan gadget. Hal tersebut dibenarkan oleh anak yang
tidak adanya kontrol yang ketat oleh orang tua serta adanya penggunaan password
pada gadget mereka untuk menghindari diketahuinya isi dari gadget mereka.
anak yang terlalu sering bermain gadget. Diketahui bahwa adanya pemberian
kemarahan orang tua terhadap anaknya yang terlalu sering bermain gadget. Selain
itu bentuk hukuman yang diberikan juga berupa penahanan terhadap gadget yang
digunakan oleh anak. Pemberian hukuman dalam hal ini berfungsi untuk
memberikan efek jera terhadap anak yang terlalu sering bermain gadget pada anak.
Senada dengan hasil wawancara di atas juga di ungkapkan oleh anak yang
dirasakan oleh anak yang menggunakan gadget aktif seperti adanya luapan
sehingga lupa waktu. Bentuk lainnya yang pernah dirasakan oleh anak adalah
sehingga kurangnya bimbingan dengan alasan telah memiliki anak yang cukup
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djamarah (Bahri, 2004: 51) Pola
dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap tidak perduli dengan apa yang akan
menanggapi, jika anak berbicara atau mengutarakan masalahnya. Dalam banyak hal
juga anak tidak merasa di perdulikan oleh orang tuanya, bahkan ketika anak
melakukan suatu kesalahan orang tua tidak menanggapi sehingga anak tidak
mengetahui dimana letak kesalahan yang telah ia perbuat atau hal-hal yang
semestinya tidak terjadi dapat terulang berkali-kali. Maka anak tersebut akan
merasa bahwa masih banyak yang kurang atau anak tersebut masih merasa dirinya
tidak mampu, maka anak pun menjadi kehilangan rasa percaya diri. Bukan hanya
itu, anak akan memiliki sifat suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya,
prestasinya yang rendah dan terkadang anak tidak menghargai orang lain selalu
63
mementingkan dirinya, anak tersebut tidak memiliki rasa empati terhadap orang
lain.
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djamarah (Bahri, 2004: 51) pola
yang kaku dari orangtua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah,
mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau
keran, cendenrung emosinal dan bersikap menolak. Biasanya anak akan merasa
terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak
bersahabat.
otoriter. Orang tua yang memiliki anak yang menggunakan gadget membebaskan
anaknya untuk memilih kegiatan yang ingin diikuti oleh anaknya meskipun dengan
catatan bahwa si anak harus tetap berada di jalurnya yakni terkiat dengan usianya.
Hal yang senada juga di utarakan oleh anak yang menggunakan gadget yang
jika ingin mengikuti kegiatan apapun dengan catatanya adanya izin oleh orang
tuanya.
Disisi lain di ketahui juga bahwa orang tua yang memiliki anak yang
alasan jika melakukan kesalahan. Orang tua tidak memberikan kesempatan anak
untuk memberikan alasan atas kesalahan yang dilakukan oleh anak. Orang tua
alasan atas kesalahan yang ia buat akan dibuat sebagai cara untuk berbohong dan
menghindari hukuman yang mungkin akan ia terima atas kesalahan yang ia buat.
Hal di atas juga di ungkapkan oleh anak yang menggunakan gadget tidak
dilakukan oleh anak. Dalam hal ini terkait dengan adanya indikasi berbohong untuk
menghindari hukuman. Disisi anak, hal tersebut merasa terganggu karena ia dituduh
dalam bentuk fisik sebenarnya bukanlah tindak yang benar karena dapat
memberikan efek trauma terhadap anak baik psikis maupun fisik yang dapat di ingat
oleh lama dalam waktu lama. Pemberian hukuman badan ini dilakukan oleh orang
tua yang memiliki anak yang menggunakan gadget adanya indikasi pemberian
hukuman berupa pukulan maupun cubitan yang dalam hal ini termasuk bentuk
hukuman badan (corporal). Hal ini dibenarkan oleh anak yang menggunakan gadget
terindikasi indikasi hukuman fisik meskipun itu tidak terlalu sering dilakukan orang
tua kepada anaknya yang melakukan kesalahan. Jika kesalahan dilakukan dan
membuat orang tua tidak sabar maka hukuman yang diberikan berupa luapan
kemarahan diiringi oleh cubitan kepada anak dengan tujuan memuaskan luapan
Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan
–aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orangtua
unsur demokratis pada orang tua kepada anak. Kurangnya pemberian pengertian
tentang penggunaan gadget bagi anak-anak. Hal tersebut berasalan bahwa anak
mereka telah dewasa tentang penggunaan gadget. Bagi orang tua anak mereka tau
batasan penggunaan gadget dengan usia mereka. Hal tersebut juga di ungkapkan
oleh anak mereka. Pengertian yang diberikan kepada anak yang menggunakan
Pemberian gadget oleh orang tua kepada anak mereka secara umum untuk
mengkondisikan anak mereka untuk tetap di rumah serta menghindari anak mereka
terjadi hal yang tidak diinginkan jika diluar rumah. Orang tua memberikan gadget
kepada anak mereka untuk menghindari anak mereka berbain diluar rumah yang
dikhawatirkan oleh pergaulan tidak jelas sehingga dapat terjadi hal-hal yang tidak
bahwa tujuan pemberian gadget kepada anak mereka adalah untuk menghindari
mereka.
1) Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapatan
manusia itu adalah bertitik tolak dari pendapatan bahwa manusia itu adalah
3) Orang tua senang menerima sasaran, pendapat, dan bahkan kritik dari anak.
kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
6) Orang tua selalu berusaha untuk menjadi anak lebih sukses drinya.
Hal tersebut terlihat pada hasil orang tua yang memberikan gadget kepada
anak mereka yaitu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa
adanya unsur demokratis pada orang tua kepada anak. Kurangnya pemberian
bahwa anak mereka telah dewasa tentang penggunaan gadget. Bagi orang tua anak
mereka tau batasan penggunaan gadget dengan usia mereka. Hal tersebut juga di
ungkapkan oleh anak mereka. Pengertian yang diberikan kepada anak yang
Hasil observasi yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa tidak ketatnya
kontrol yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang anak yang menggunakan
67
dapat membuat lalai anak karena anak cenderung fokus pada gadgetnya. sebagian
remaja kini cenderung menggunakan pasword pada gadget mereka untuk memberi
privasi pada gadget mereka. Anak yang menggunakan gadget oleh orang tuanya
tidak mendapatkan pengawasan maupun arahan dan terkesan terjadi pembiaran atas
apa yang dilakukan anak mereka dengan gadget yang pegang. adanya pemberikan
hukuman atas penggunaan gadet yang disalah gunakan oleh anak yang biasanya
berupa penghentian subsidi paket dari orang tua yang bertujuan untuk memberikan
efek jera kepada anak mereka. Tidak semua orang tua yang memberikan hukuman
kepada anak mereka karena penggunaan gadget yang lalai karena menganggap
tua terhadap anak mereka karena mereka menganggap bahwa anak mereka bisa
menggunakan gadget karena izin dari orang tua mereka dan kelonggaran dalam
penggunaan gadget pada anak mereka. Banyaknya alasan yang diberikan oleh anak-
anak untuk membela diri dan menghindari hukuman dari orang tua mereka. Adanya
indikasi anak berbohong pada orang tua mereka dalam rangka membela diri dan
menghindari hukuman dari orang tua mereka. Hukuman fisik yang biasa diberikan
dalam bermain game online melalui gadget merekapun dibebaskan oleh orang tua
mereka.
Disisi lain berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa salah satu alasan
orang tua dalam membebaskan dalam penggunaan gadget adalah karena orang tua
bagi anak-anak yang menggunakan gadget adalah orang tua pekerja yang kurang
memiliki waktu banyak bersama anak mereka namun tak ingin anak mereka terlalu
lama bermainn diluar rumah. Dalam menghindari anak-anak ikut dalam pergaulan
bebas diluar yang tidak dapat terkontrol oleh orang tua maka pemberian gadget
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Orang Tua dengan Anak Pengguna Gadget Aktif dalam Perkembangan Karakter
Anak di Pekanbaru maka penulis menyimpulkan bahwa pola komunikasi orang tua
1. Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapatan
manusia itu adalah bertitik tolak dari pendapatan bahwa manusia itu adalah
3. Orang tua senang menerima sasaran, pendapat, dan bahkan kritik dari anak.
kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
6. Orang tua selalu berusaha untuk menjadi anak lebih sukses drinya.
69
70
B. SARAN
media kaitannya dengan pembelajaran serta tidak terlalu fokus pada gadget
Buku:
Arifin, Anwar. 2006. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakasrta. PT.
Raja Grafindo Persada
Bahri, Syaiful Djamarah. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga, Jakarta: PT. Reneka Cipta
Gitosudarmo, Indriyo dan Agus Mulyono. 2001. Prinsip Dasar Manajemen. Edisi
3. Yogyakarta: BPFE.
Nasution, S., 2005, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara
Samsul Munir Amin. 2007. Menyiapkan Masa Depan Anak. Jakarta: Amzah Amin
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu L. N., M. Pd. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.
Bandung. Remaja Rosdakarya.
Jurnal:
Chusna, Puji Asmaul. 2017. Pengaruh Gadget pada Perkembangan Karakter Anak.
Jurnal. Vol. 17, No. 2, November 2017
Mila Fajarwati. 2011. Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Remaja Dalam
Berinternet Sehat Di Surabaya (Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi
Orang Tua Dengan Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya).
Jurnal. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Parto, Josef Kaprino. 2017. Komunikasi Orang Tua Kepada Anak Dalam
Mencegah Terjadinya Dampak Negatif Gadget. Skripsi. Program Studi
Bimbingan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Yosep Kaprino Parto. 2017. Komunikasi Orang Tua Kepada Anak dalam
Mencegah Terjadinya Dampak Negatif Gadget. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
Internet:
https://www.tribunnews.com/iptek/2013/05/06/waduh-35-persen-anak-menuntut
orang tua -belikan- smartphone-terbaru (dikses pada Jumat 31 Februari
2019 pukul 13.30 Wib)
https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-17pihkominfo22014-
tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-dan-remaja-
dalam-menggunakan-internet/0/siaran_pers (dikses pada Jumat 01 Februari
2019 pukul 11.45 Wib)
https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-17pihkominfo22014-
tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-dan-remaja-
dalam-menggunakan-internet/0/siaran_pers (dikses pada Jumat 01 Februari
2019 pukul 11.45 Wib)