Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Permasalahan Kependudukan (Aspek Fisik) - Kelompok II

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 38

KELOMPOK II

KEPENDUDUKAN

DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK


TERHADAP INFRASTRUKTUR DI
KOTA SEMARANG

Dipresentasikan oleh:

1. Ade Robbil Saputra (223410873)


2. Alya Fadillah Syani (223410931)
3. Ananda Salsabila (203410556)
4. Haiyyul Zikri (223410889)
5. Muhamad Zidan N (223410959)
6. Rosmauli br. Manurung (223410902)
KELOMPOK II

OUTLINE
KEPENDUDUKAN

BAB I:
PENDAHULUAN BAB V:
PEMBAHASAN
BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA BAB VI:
KESIMPULAN
BAB III:
METODE PENELITIAN BAB VII:
REVIEW JURNAL
BAB IV:
GAMBARAN UMUM
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB I:
PENDAHULUAN
Berisi : Latar Belakang, Rumusan Masalah,
dan Tujuan Penelitian
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

I.1. LATAR BELAKANG


Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki lokasi di tengah-
tengah provinsi tersebut. Lokasi nya strategis yaitu berada pada jalur lintas Pantai
Utara Pulau Jawa yang menghubungkan kota-kota besar di Pulau Jawa.
Masalah kemacetan transportasi lalu lintas yang memang sering kali
terjadi di Kota Semarang. Hal itu terjadi karena konsentrasi kendaraan
banyak menumpuk di suatu jalan,sehingga tidak heran bila di Kota
Semarang sering terjadi kemacetan karna kepadatan lalu lintas. Kondisi
kemacetan yang terjadi tidak semakin membaik,namun semakin
memburuk. Hal itu terjadi karena jumlah kendaraan selalu bertambah
dan tidak diimbangi dengan perluasan area jalan raya. Hal ini juga
sebagai akibat kebijakan-kebijakan yang sudah ada masih belum
berfungsi dengan baik.
I.2. RUMUSAN MASALAH
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

01 Bagaimana Perkembangan
Infrastruktur di Kota Semarang?

02 Bagaimana perkembangan pertumbuhan penduduk,


ekonomi wilayah, jaringan jalan dan kebijakan-
kebijakan yang mempengaruhi perkembangan
infrastruktur di Kota Semarang?

03 Bagaimana kebijakan-kebijakan dapat mempengaruhi


perkembangan infrastruktur di Kota Semarang?
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN I.3. TUJUAN PENELITIAN

01 Mengidentifikasi perkembangan
infrastruktur di Kota Semarang

02 Menganalisis pertumbuhan penduduk, ekonomi


wilayah, jaringan jalan dan kebijakan-kebijakan yang
mempengaruhi perkembangan infrastruktur di Kota
Semarang

03 Mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi


perkembangan infrastruktur di Kota Semarang
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

II.1. TEORI DASAR KEPENDUDUKAN


Kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, dan migrasi.

Penduduk adalah seseorang yang tinggal/menetap disuatu wilayah, ataupun dapat


diartikan seseorang yang berhak tinggal disuatu wilayah.

Fertilitas Mortalitas Migrasi


KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

II.2. PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA


Infrastruktur yaitu elemen dasar dari suatu kota meliputi bangunan utama dari suatu
kegiatan, dan bangunan penunjang kegiatan. Infrastruktur ini mengacu pada sistem
fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial.

Menurut Hudson, et al. (1997): Kontraktor Associated Jenderal Amerika (Agca 82)
menyatakan bahwa infrastuktur adalah "sebuah sistem fasilitas umum, baik secara
publik atau pribadi yang didanai, yang menyediakan pelayanan esensial dan standar
yang berkelanjutan hidup".
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BANGUN UTAMA DALAM INFRASTRUKTUR


Berdasarkan pandangan peneliti

1 2 3 4
Transportasi Telekomunikasi Sanitasi Energi
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB III:
METODE PENELITIAN
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

DALAM PENELITIAN INI, PENELITI MENGGUNAKAN 3 METODE


YAITU:
Deskriptif Analitis Korelasi
prosedur atau cara memecahkan metode analisis data kuantitatif
masalah penelitian dengan cara yang bertujuan untuk mengetahui
memaparkan keadaam objek yang ada atau tidaknya hubungan
diteliti sebagaimana adanya, antar variabel sehingga dapat
berdasarkan fakta-fakta faktual. memudahkan dalam menentukan
serta memprediksikan nilai
variabel lain.
Tabulasi Silang (Crosstab)
metode untuk mentabulasikan beberapa
variabel yang berbeda ke dalam suatu
matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke
dalam suatu tabel dengan variabel yang
tersusun sebagai kolom dan baris.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

DATA YANG DIGUNAKAN OLEH PENELITI

DATA PRIMER DATA SKUNDER


Data primer yang menjadi acuan Sebagai rujukan tambahan yang
dalam penelitian ini antara lain, membantu dalam penelitian, data
foto kondisi infrastruktur, kebijakan skunder yang digunakan yaitu buku
pemerintah yang berkaitan dengan “Semarang dalam Angka” dan
kependudukan dan infrastruktur “Kecamatan dalam Angka” yang
serta hasil survey lapangan terkait dirilis oleh Badan Pusat Statistik
kondisi faktual di Kota Semarang. Kota Semarang, jurnal penelitian
terkait, serta halaman web yang
berkaitan dengan penelitian.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB IV:
GAMBARAN UMUM
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

IV.1. KONDISI GEOGRAFIS


Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi
Jawa Tengah, berada pada pelintasan
JalurJalan Utara Pulau Jawa yang
menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta.

Secara geografis, terletak diantara 109° 35‘ –


110° 50‘ BT dan 6° 50’ – 7° 10’ LS. Dengan luas
373,70 km², Kota Semarang memiliki batas-
batas wilayahadministrasi sebagai berikut:
- Sebelah utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
- Sebelah Timur : Kabupaten Demak dan
Kabupaten Grobogan
- Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Dalam RTRW Kota Semarang menempatkan 5 (lima) pembagian zona pertumbuhan antara lain:
1. Kawasan Pusat Pemerintahan
2. Kawasan Perdagangan/Komersial
3. Kawasan Industri
4. Kawasan Pendidikan dan Olahraga
5. Kawasan Campuran
Selain itu, Pemerintah Kota Semarang yang terdiri dari 16 kecamatan menjadi 10 bagian wilayah
pertumbuhan dengan karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

IV.2. KONDISI DEMOGRAFI


Pada tahun 1994 Kota Semarang mengalami pemekaran wilayah menjadi 16 kecamatan. Sejak tahun 1994 sampai
dengan tahun 2009, jumlah penduduk di Kota Semarang di 16 kecamatan tersebut ada yang mengalami
peningkatan namun ada pula yang mengalami penurunan.

Jumlah penduduk Kota Semarang sampai dengan tahun 2016 tercatat sebesar 1.595.267 jiwa dengan jumlah
penduduk terbesar berada di Kecamatan Pedurungan, yaitu sebesar 180.282 jiwa.

Untuk kecamatan–kecamatan yang berada di wilayah pinggiran Semarang atau wilayah– wilayah yang
merupakan Hinterland Semarang terus mengalami peningkatan laju pertumbuhan pernduduk, seperti pada
Kecamatan Mijen,Tembalang dan Genuk (wilayah pinggiran Semarang) yang memilki laju pertumbuhan penduduk
terbesar di Kota Semarang yaitu sebesar 3,30%, 3,07% dan 2,78% per tahun.

Pada Kecamatan Tembalang terjadi peningkatan penduduk karena adanya pembangunan Kampus UNDIP
Tembalang sebagai pusat pendidikan, dan kini juga sebagai pusat pertumbuhan untuk kawasan permukiman di
wilayah pinggiran Semarang. Untuk Kecamatan Genuk dan Mijen peningkatan penduduk disebabkan peruntukan
lahan untuk permukiman masih cukup luas dan juga di samping itu harga lahanrelatif masih murah jika
dibandingkan dengan kawasan pusat Kota Semarang.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

IV.3. KONDISI PEMUKIMAN


Kondisi rumah penduduk di Kota Semarang secara umum baik.
Hal ini dapat dilihat dari mayoritas jenis rumah penduduk yang
sudah permanen (tembok), yaitu sebesar 67,52%.

Meskipun demikian, masih ada rumah yang dindingnya belum


permanen, yang membutuhkan peningkatan kualitas rumah
sehingga dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman dan
sehat serta dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya.
Data mengenai jumlah dan jenis rumah yang ada di Kota
Semarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dengan rata-
rata tingkathunian sebesar 5 orang/rumah
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB V:
HASIL & PEMBAHASAN
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Dari penelitian yang dilakukan oleh Arga Satria, dkk. (2017) terdapat beberapa hasil
serta temuan, antara lain sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Penduduk
2 Laju pertumbuhan penduduk di Kota
Semarang secara keseluruhan dalam
Laju Pertumbuhan (%)

1,5
kurun waktu 5 (lima) tahun naik-turun.
1 Akan tetapi jika data dihitung berdasarkan
kecamatan maka hampir seluruh
0,5 kecamatan mengalami kenaikan laju
0
pertumbuhan penduduk.
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

2. Usia produktif lebih banyak dibanding usia non-produktif


Usia 65+
4.7%

Berdasarkan diagram disamping dapat


Usia 0-14 tahun
23.8%
ditunjukkan bahwa:
Usia 0-14 tahun memiliki persentase
23,8% atau setara dengan 378.995
jiwa
Usia 15-64 tahun berjumlah 1.141.099
jiwa sama dengan 71,5%
Usia 65 tahun keatas berada pada
Usia 15-64 tahun angka 75.173 jiwa (4,7%)
71.5%

Sumber: Badan Pusat Statistik


KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

3. Persebaran penduduk yang tidak merata


Berdasarkan diagram disamping diperoleh
data bahwa persebaran penduduk yang
dipengaruhi oleh densitas (jiwa/km) di Kota
Semarang tidak merata. Hal ini ditandai
dengan adanya kecamatan dengan rapat
mukim yang renggang seperti Kecamatan
Mijen yang hanya berkisar 1000 jiwa pada
tahun 2016.

Sementara Kecamatan Gayamsari menjadi


kecamatan dengan rapat penduduk paling
tinggi di tahun 2016 dengan mencapai
kurang lebih 15.650 jiwa.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

4. Kondisi infrastruktur jalan yang cukup baik


Terdapat tiga tipe jalan di Kota Semarang yakni
jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kota. Dari
ketiga tersebut berdasarkan data yang dihimpun
dari Dinas Bina Marga Kota Semarang, keseluruhan
jalan dengan kondisi baik dan sedang mencapai
88,07% dari total panjang keseluruhan jalan
2.609,34 km. Sementara rasio jalan rusak di Kota
Semarang berada pada angka 11,93%.

Sebagaimana dalam RTRW Kota Semarang


menempatkan sebagian besar kawasannya menjadi
Kawasan Budidaya sehingga memerlukan
kemudahan aksesibilitas keluar masuk kota tersebut
sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan jasa di
Jawa Tengah.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

5. Ketersediaan transportasi umum masih minim

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sepeda motor menjadi alat transportasi
terbanyak yang digunakan oleh penduduk Kota Semarang dan moda transportasi umum
berupa bus maupun oplet/mikrolet cenderung tetap, tidak ada penambahan yang
berarti.

Akibatnya, tingginya penggunaan kendaraan pribadi memberikan double effect/untung-


rugi kepada penduduk maupun kepada daerah, sebagai berikut:
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

UNTUNG RUGI

Infrastruktur jalan lebih cepat rusak sehingga


diperlukan peningkatan biaya perawatan jalan

Peningkatan pendapatan daerah


Meningkatnya kemacetan sehingga menurunkan
terhadap pungutan pajak kendaraan,
produktivitas waktu
retribusi parkir, dan jual beli bahan bakar
kendaraan
Polusi udaran dan polusi suara yang terus
meningkat menimbulkan rasa tidak nyaman
pada penduduk
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

6. Implementasi regulasi dan kebijakan yang masih belum baik


Regulasi ataupun kebijakan bisa menjadi penghambat dan pemberi jalan untuk
mendapatkan sebuah kemudahan. Kebijakan merupakan dasar-dasar ataupun aturan
yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan yang dilaksanakan oleh unsur terkait.

Setidaknya ada ratusan aturan yang berkaitan dengan penduduk dan infrastruktur, mulai
dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang Undang, PP, Perppu, hingga Peraturan Daerah
dan Peraturan Walikota.

Dari banyaknya aturan berupa regulasi/kebijakan yang dikeluarkan, masih banyak yang
tidak berjalan dengan baik, dalam artian hanya sekedar hitam diatas putih.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

7. Dampak pertumbuhan penduduk terhadap infrastruktur dan transportasi


Berdasar data dan analisa yang ada pertumbuhan penduduk terus berada dalam tren positif (meningkat)
yang juga ditandai dengan tingginya angka usia produktif di Kota Semarang. Dengan hal tersebut,
permintaan terhadap hunian/pemukiman yang layak akan terus meningkat.

Disamping itu, kompleksitas penduduk juga akan semakin tinggi seperti besarnya kebutuhan air bersih, sarana
sanitasi, sarana fasilitas umum (fasum), sarana drainase, sarana ketahanan pangan, serta lapangan
pekerjaan dan lainnya sehingga dibutuhkan pembangunan infrastruktur yang masif dan berkelanjutan.

Dalam hal transportasi di Kota Semarang, semakin rendah tingkat kepadatan pemukiman, semakin kecil
jumlah angkutan umum yang tersedia. Dan semakin tinggi tingkat kepadatan pemukiman, angkutan umum
yang tersedia semakin banyak. Faktor karakteristik cukup berperan dalam ketersediaan infrastruktur, Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan angkutan umum pada suatu pemukiman, diantaranya
tingkat kepemilikan kendaraan pribadi, frekuensi pergerakan, moda bepergian, dimana ketiganya saling
berhubungan. Tetapi faktor diluar justru lebih berpengaruh, yaitu jarak dari pusat kota, keberadaan jalan
utama, dan tingkat kepadatan suatu pemukiman.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB VI:
KESIMPULAN DAN SARAN
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Semarang memiliki kecenderungan bahwa untuk kecamatan –
kecamatan yang berada di pusat Kota Semarang atau dekat dengan pusat Kota Semarang
memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung menurun. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor diantaranya semakin berkurangnya ketersediaan lahan peruntukan pemukiman sehingga
meningkatnya harga lahan di pusat kota. Selain itu, berkembangnya aktivitas perdagangan dan
01
jasa yang membutuhkan dukungan industri sebagian besar berada di wilayah pinggiran kota.

02
Dari analisis korelasi kepadatan penduduk berdampak signifikan terhadap perkembangan
infrastruktur di semarang. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, semakin banyak
ketersediaan infrastrukturnya.

Kebijakan-kebijakan yang ada penerapannya belum optimal. Di Kota Semarang masih mengalami

03
masalah menyangkut prasarana transpotasi, sarana transportasi, pemakai jalan dan lalu lintas.
Pihak pemerintah perlu ketegasan dalam menjalankan kebijakannya. Kualitas pelayan angkutan
umum di kota Semarang juga buruk, sehingga masyarakat cenderung menggunakan kendaraan
pribadi yang pada kenyataannya luas jalan tidak bisa memenuhi kebutuhan perkembangan
transportasi.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Diketahui tingginya pergerakan penduduk dan cenderung menggunakan kendaraan pribadi dalam

04 melakukan perjalanan. Sehingga perlu dikembangkan sistem jaringan angkutan publik massal yang
terintegrasi dan mampu menjangkau seluruh bagian wilayah kota untuk mengantisipasi tren
penggunaan kendaraan pribadi yang cenderung meningkat dimasa yang akan datang yang
berpotensi menimbulkan kemacetan.

05
Perlu dilakukan pengendalian perizinan pembangunan yang ketat terutama pada kawasan-
kawasan pinggiran Kota Semarang yang berfungsi sebagai daerah resapan air agar tidak beralih
fungsi menjadi kawasan-kawasan terbangun.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

BAB VII:
REVIEW JURNAL
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Judul DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP INFRASTRUKTUR DI KOTA SEMARANG

Jurnal Jurnal Karya Teknik Sipil

Vol. dan Hal. Volume 6, Nomor 4, 1 - 14

Penulis Arga Satria, Dimas Wahyu R, Ismiyati, dan Ferry Hermawan

Tanggal 14 Januari 2017

Reviewer 1. ADE ROBBIL SAPUTRA (223410873)


2. ALYA FADILLAH SYANI (223410931)
3. ANANDA SALSABILA (203410556)
4. HAIYYUL ZIKRI (223410889)
5. MUHAMAD ZIDAN NAINGGOLAN (223410959)
6. ROSMAULI BR MANURUNG (223410902)
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Abstrak Satria, Arga, dkk. (2017) mendefinisikan Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa
Tengah dimana pertumbuhan penduduknya semakin bertambah tiap tahunnya. Sehingga,
berdasarkan pandangan Satria, Arga, dkk. (2017) menyampaikan sebagai Ibukota Provinsi,
Kota Semarang dituntut untuk dapat menenuhi dan menjamin kebutuhan penduduknya. Hal
tersebut mendorong terjadinya urbanisasi penduduk dan pemekaran wilayah di Kota
Semarang. Infrastruktur berperan penting dalam mendukung proses tersebut dimana
perkembangannya diatur oleh kebijakan-kebijakan

Satria, Arga, dkk. (2017) mengungkapkan Semarang memiliki lokasi yang strategis, yakni
Pendahuluan
berada pada jalur lintas Pantai Utara Pulau Jawa yang menghubungkan kota - kota besar di
Pulau Jawa. Di Kota Semarang diindikasikan dampak urbanisasi dan pemekaranwilayah
merupakan faktor yang mempengaruhinya. Selain itu menurut Satria, Arga, dkk. (2017) peran
Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan jasa menjadikan Semarang
sebagai nadi dan pusat pertumbuhan di Kawasan Jawa Tengah sehingga menimbulkan
beberapa permasalahan seperti kemacetan lalu lintas, alih fungsi lahan, serta banyaknya
kebijakan yang berorientasi kepada penduduk dan infrastruktur tidak berjalan maksimal.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Kajian Pustaka Satria, Arga, dkk. (2017) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa teori dan konsep dasar,
seperti :
(1) Teori kependudukan yang terdiri atas kelahiran (fertilitas/natalitas), kematian (mortalitas),
serta perpindahan (migrasi).
(2) Konsep dasar infrastruktur yang meliputi transportasi, telekomunikasi, sanitasi, energi, dan
pemukiman

Metode Penelitian yang dilaksanakan oleh Satria, Arga, dkk. (2017) termasuk kategori deskriptif karena
Penelitian menganalisis kondisi eksisting, masalah dan fenomena dominasi kependudukan serta perannya
terhadap infrastruktur. Selanjutnya jika ditinjau dari jenisnya termasuk penelitian kualitatif
karena metode yang digunakan tertuju pada kondisi obyek yang alamiah. Data yang digunakan
adalah data sekunder dan primer dalam rangka memperoleh hasil analisis yang utuh. Data
sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang revelan dan berwenang di Indonesia seperti
(1) BPS Republik Indonesia, (2) Kementerian PPN/Bappenas RI (3) BAPPEDA Kota Semarang, (4)
Dinas Bina Marga Kota Semarang. Selanjutnya data primer diperoleh dari dokumentasi berupa
gambar dan video terkait kondisi infrastruktur dan permasalahan kependudukan yang ada di
Kota Semarang.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Hasil Satria, Arga, dkk (2017) dalam penelitiannya mengenai dampak pertumbuhan penduduk
Penelitian terhadap infrastruktur di Kota Semarang berhasil menemukan data :
(1) Pertumbuhan penduduk di Kota Semarang pada umumnya terus berkembang berdasarkan
dengan karakteristik wilayahnya masing-masing. (2) Di Kota Semarang memiliki sarana
jalan yang terdiri atas jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kota dengan panjang 2.690,34
km dengan rasio 88,07% jalan berkondisi baik sementara sisanya dengan kondisi rusak berada
dalam rasio 11,93% . Satria, Arga, dkk, (2017) juga menemukan fakta bahwa dengan adanya
konektivitas jalan berperan besar dalam perkembangan penduduk sehingga mampu
meningkatkan produktivitas dan perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. (3) Menurut
Satria, Arga, dkk. (2017) masih terdapat beberapa sarana dan prasarana transportasi yang
kurang baik dimana menyebabkan infrastruktur di kota Semarang dinilai kurang efektif. (4)
Selain itu dari aspek transportasi berdasarkan catatan Satria, Arga, dkk. (2017) dalam
penelitian ini menyebutkan fasilitas feeder yang belum mencukupi menyebabkan
perkembangan dan kepadatan bangunan tidak seimbang dengan fasilitas transportasi yang
ada. Pemerintah seharusnya melakukan pembenahan angkutan massal BRT, yaitu pengadaan
lajur khusus, pengadaan angkutan fedeer yang terintegerasi oleh angkutan umum,serta
penambahan koridor untuk menambah jangkauan ruteperjalanan. Pengadaan angkutan
umum masal berbasis rel, untuk melayani kebutuhan mobilitas masyarakatyang bertempat
tinggal dan bekerja di wilayah pinggiran kota. Penertiban pedagang kaki lima di beberapa
ruas jalan kota Semarang, untuk mengurangi kelas hambatan samping yang terjadi, tercipta
lebar efektifnya jalan yang di harapkan
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Kesimpulan Dari hasil analisa yang dilakukan oleh Satria, Arga, dkk. (2017), pengamatan dan pembahasan
dari bab–bab sebelumnya dengan metode deskriptif dan crosstab untuk penelitian dampak
pertumbuhan penduduk terhadap infrastruktur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Laju pertumbuhan penduduk tidak merata terutama di wilayah sekitar pusat kota
dikarenakan ketersediaan lahan semakin sedikit dan harga lahan meningkat drastis
sehingga pertumbuhan tertumpu pada daerah pinggiran kota
Walau demikian, pertumbuhan penduduk terus berada dalam tren positif (meningkat) yang
juga ditandai dengan tingginya angka usia produktif di Kota Semarang. Dengan hal
tersebut, permintaan terhadap hunian/pemukiman yang layak akan terus meningkat.
Kebijakan dan regulasi di Kota Semarang masih belum berjalan optimal
Diketahui tingginya pergerakan penduduk dan cenderung menggunakan kendaraan pribadi
dalam melakukan perjalanan. Sehingga perlu dikembangkan sistem jaringan angkutan
publik massal yang terintegrasi dan mampu menjangkau seluruh bagian wilayah kota untuk
mengantisipasi tren penggunaan kendaraan pribadi yang cenderung meningkat dimasa
yang akan datang yang berpotensi menimbulkan kemacetan.
Dari analisis korelasi kepadatan penduduk berdampak signifikan terhadap perkembangan
infrastruktur di semarang. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, semakin banyak
ketersediaan infrastrukturnya.
KELOMPOK II
KEPENDUDUKAN

Kelebihan 1. Penulis mampu memaparkan dengan baik setiap komponen dalam pembahasan.
2. Penulis memberikan solusi yang jelas dengan mengeluarkan data numerik dan Analisa
pembuktian dalam pembahasan dimana terdapat berbagai macam pendapat pro dan
kontra mengenai dampak pertumbuhan penduduk terhadap infrastruktur di Kota
Semarang.
3. Setiap data dan informasi dipaparkan secara sistematis dan informatif sehingga sangat
membantu pembaca dalam memahami isi dan tujuan penulisan jurnal.

1. Terdapat bagian dimana penulis melakukan kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan
Kekurangan
Penggunaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) serta penggunaan kata serapan
ataupun kata yang berasal dari bahasa asing tidak dimiringkan sehingga menimbulkan
kerancuan oleh pembaca.
2. Dalam jurnal yang disusun oleh Sartia, Arga. dkk. (2017) tersebut menampilkan data
berupa grafik dan diagram berwarna hitam putih, sehingga reviewer sukar dalam melihat
serta memahami isi data
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai