Biografi Lengkap Sunan Kalijaga Atau Raden Said
Biografi Lengkap Sunan Kalijaga Atau Raden Said
Biografi Lengkap Sunan Kalijaga Atau Raden Said
PEMINATAN BIOGRAFI
SUNAN KALIJAGA
(RADEN SAID)
Biografi Lengkap Sunan
Kalijaga atau Raden Said
Tokoh Wali Songo yang ikut
Menyebarkan ISLAM
Sunan Kalijaga merupakan tokoh Wali Songo yang ikut menyebarkan Agama
Islam di pulau Jawa. Namanya lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena
kemampuannya dan membawa pengaruh Islam ke tradisi Jawa. Berikut ini
Biografi lengkapnya.
Ayahnya tidak terima dengan alasan yang diberikan oleh Joko Saik karena
mengganggap Joko Said mengguruinya dalam masalah Agama. Karena alasan
tersebut, akhirnya ayahnya mengusir Joko Said dari istana kadipaten seraya
mengatakan ia baru boleh pulang jika ia sudah mampu menggetarkan seisi
Tuban dengan bacaan ayat-ayat suci Al-quran.
Raden Said lalu melaksanakan perintah dari Sunan Bonang untuk menjaga
tongkatnya. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Hingga tanpa
disadari akar dan rerumputan telah tumbuh menutupu dirinya. Tiga tahun
kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia
telah menjaga tongkatnya yang ditancapkan di sungai dan melalukan pertapa,
maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian
baru dan diberi pelajaran Agama oleh Sunan Bonang. Kali jaga lalu melanjutkan
dakwahnya dan dikenal menjadi sunan Kalijaga.
Namun cerita cerita pemberian gelar Kalijaga oleh Sunan Bonang banyak
diragukan oleh para sejarwan dan ulama berpaham salaf karena tidak masuk akal
dan bertentangan dengan ilmu syariat.
Menurut riwayat dari kalangan Jawa Mistik (Kejawen) mengaitkan nama Kalijaga
dengan kesukaan Sunan Kalijaga berendam di Sungai (Kali) sehingga seperti
orang yang sedang menjaga kali. Riwayat ini menyebutkan bahwa nama Kalijaga
muncul setelah Joko Saik disuruh bertapa di tepi sungai oleh Sunan Bonang
selama bertahun-tahun.
Banyak yang bependapat jika riwayat ini tidak masuk akal, apakah mungkin
seorang da’i menghabiskan waktu lama untuk berendam di sungai sepanjang hari
tanpa melakukan shalat, puasa bahkan tanpa makan dan minum.
sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa nama Kalijaga berasal dari
bahasa Arab “Qadli” dan namanya sendiri “Joko Said”. Frase ini asalnya dari
“Qadli Joko Said” yang artinya ” Hakim Joko Said”. Karena menurut sejarah
mencatat bahwa saat Wilayah Demak didirikan pada tahun 1478, Sunan Kalijaga
diserahi tugas sebagai Qadli (hakim) di Demak oleh Wali Demak saat itu, yaitu
Sunan Giri.
Masyarakat Jawa dikenal kuat dalam hal penyimpangan pelafalan kata-kata dari
bahasa Arab, seperti istilah Sekaten (dari ‘Syahadatain’), Kalimosodo (dari
‘Kalimah Syahadah’), Mulud (dari Maulid), Suro (dari Syura’), Dulkangidah (dari
Dzulqaidah), dan masih banyak istilah lainnya. Maka tak aneh bila frase “Qadli
Joko” kemudian tersimpangkan menjadi ‘Kalijogo’ atau ‘Kalijaga’.
Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan serta seni suara sebgai
sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan
Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan,
garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu
(“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk
Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura,
Kebumen, Banyumas, serta Pajang.
Lama masa hidup Sunan Kalijaga
Berdasarkan riwayat Mahsyur mengisahkan bahwa masa hidup Sunan kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Ini membuktikan bahwa Sunan
Kalijaga mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit pada tahun 1478,
Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten dan Kerajaan Panjang
yang lahir tahun 1541 serta awal lahirnya Kerajaan Mataram.