Askep Kelompok 4 Anak
Askep Kelompok 4 Anak
Askep Kelompok 4 Anak
Setelah memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, tak lupa kita panjatkan sholawat dan sallam senantiasa dicurah limpahkan kepada
panutan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan segenap sahabatnya. Puji syukur juga
kamil panjatkan karena sesuai dengan jadwal kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
tentang”ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KONGENITAL SISTEM
DIGESTIVE : LABIOSKIZIS ”.
Kami telah berusaha maksimal sesuai dengan kemampuan kami untuk menyusun
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Sumber dari makalah ini adalah literatur-
literatur dari berbagai sumber baik media cetak maupun yang berasal dari kami berselancar di
dunia maya. Makalah ini terselesaikan berkat bantuan dari banyak pihak, sehingga pada
kesempatan ini tak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini
adanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
tata cara kami menyampaikanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya tulis makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian ................................................................................................Hal.12
B. Analisis Data ....................................................................................... Hal.16-18
C. Diagnose Keperawatan .............................................................................Hal.19
D. Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................ Hal.20-28
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan. ..............................................................................................Hal.29
2. Saran ........................................................................................................Hal.29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cleft Lip and Palate (CLP) atau bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi masalah
tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi yang lemah.
Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa. FoghAndersen di
Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup.
Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta
Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.Insiden
bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa
Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus
bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta
penduduk.Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain factor genetik
juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan
antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zink waktu hamil dan defisiensi vitamin B6 dan asam
folat. Bayi yang terlahir dengan bibir sumbing harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin
dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek
multidisiplin tersebut.
Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena kawin dengan kerabat.
Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh walau yang diperlukan sedikit, tapi jika
kekurangan berbahaya. Makanan yang mengandung seng antara lain daging, sayur – sayuran dan
air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antar kerabat atau
saudara memang pemicu munculnya penyakit degeneratif (keturunan) yag sebelumnya resesif,
kelaian ini juga bisa dipicu kekurangan gizi lainnya seperti vitamin B6 dan B kompleks,
misalnya infeksi pada janin pada usia muda dan salah minum obat-obatan atau jamu juga bisa
megakibatkan bibir sumbing.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi mulut dan geligi ?
b. Apa definisi dari bibir sumbing?
c. Apa klasifikasi dari bibir sumbing?
d. Bagaimana epidemologi bibir sumbing?
e. Bagaimana etiologi dari bibir sumbing?
f. Bagaimana manifestasi klinis dari bibir sumbing?
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari bibir sumbing?
h. Bagaimana penatalaksanaan dari bibir sumbing?
i. Bagaimana komplikasi dari bibir sumbing?
j. Bagaimana pencegahan dari bibir sumbing?
k. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk pasien dengan
bibir sumbing ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan pencernaan II materi bibir sumbing diharapkan
mahasiswa semester 4 dapat memahami mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan pencernaan yakni bibir sumbing atau labiopalatoskisis.
D. Manfaat
1. Menambah pemahaman mengenai anatomi fisiologi mulut
Menambah sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Fungsi gigi terdiri dari gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk
memutus makanan yang keras, dan geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong.
Bagian-bagian gigi :
Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas gusi. Terdiri atas :
D. Epidemologi
1:300-600. 60% mencakup bibir. 1:20 jika kedua orang tua mengalami bibir sumbing.
(Sodikin.2009).
E. Etiologi
a. Faktor herediter
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. 75 % dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat
dominan. Karena mengalami mutasi gen dan kelainan kromosom.
b. Faktor eksternal / lingkungan
1. Faktor usia ibu
2. Obat-obatan , asetosal, aspirin ( Schardein, 1985), rifampisin, fenasetin, sulfonamid,
aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin
dapat menyebabkan celah langit – langit. Antineoplastik, kortikosteroid.
3. Nutrisi
4. Penyakit infeksi seperti sifilis, virus Rubella
5. Radiasi
6. Stress emosional
7. Trauma ( trimester pertama) ( Wong. 2003).
F. Manifestasi Klinis
Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi dengan
bibir sumbing. Kesulitan dalam melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut
pada pipi bayi dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang
ditemukan adalah reflek hisap dan menelan pada bayi dengan bibir sumbing tidak sebaik bayi
normal, dan bayi lebih banyak menghisap udara pada saat menyusu.
Bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian merah bibir atas hingga
pemisahan total bibir yang memanjang hingga kedalam hidung. Dapat dijumpai pada satu atau
kedua sisi bibir atas. Sumbing langit langit dapat dijumpai sebagai bagian dari deformitas bibir
sumbing atau sebagai kelainan garis tengah tersendiri yang melibatkan palatum sekunder.
Pada labio schisis :
a. Distorsi hidung, tampak sebagian atau kedua duanya
b. Adanya celah bibir
G. Pemeriksaan penunjang
a. Foto Rontgen
Untuk memeriksa kelainan pada rongga mulut.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada bibir, palatum, hidung, dan uvula. Kaji tanda – tanda dan gejala yang
mengikutnya seperti kesulitan menelan, infeksi pada telinga, pada saat bayi menyusu, air susu
keluar dari hidung, dan gangguan berbicara.
c. MRI untuk evaluasi abnormal
Untuk melihat kelainan – kelainan pada rongga mulut
d. Pemeriksaan USG
Sumbing bbir lebih mudah di diagnosis melalui ultrasond kehamilan. Diagnosis dapat dibuat
pada awal kehamilan 18 minggu. Prenatal diagnosis memberikan orangtua dan tim medis
keuntungan dari perencanaan lanjutan untuk perawatan bayi. (Belajar ilmu bedah.2010).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan idealnya, anak dengan bibir sumbing ditatalaksana oleh “tim
labiopalatoskisis” yang terdiri dari spesialis bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa,
dokter gigi, ortodentis, psikolog dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan
keluarganya diberikan sejak lahir sampai umur 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan
pada saat usia 3 bulan. Ada tiga tahap penatalaksanaan yakni :
1. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima
tindakan operasi, asupan gizi, yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai
dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih
dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg, Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu, jika bayi
belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar
kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus
dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah
yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil
sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini
tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi
setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit – langit yang
terbelah. Selain itu celah bibir harus direkatkan dengan manggunakan plaster khusus non alergik
untuk mencegah agar celah bibir menjadi tidak jauh akibat proses tumbuh kembang yang
menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan akibat dorongan lidah pada prolabium, karena
jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika
hasil kahir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai
waktu operasi tiba.
2. Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya dalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang
ahlli bedah. Operasi untuk langit – langit optimal usia 18-20 bulan mengingat anak aktif bicara
usia 2 tahun dan presekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin ( 15-24 bulan) sebelum anak
mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Jika operasi
dilakukan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau
sangat sulit dicapai. Operasi yang dilakukan sesudah 2 tahun harus diikuti dengan speech teraphy
karena jika tidak septelah operasi suara sangau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah
biasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memosisikan lidah pada
posisi salah.
I. Komplikasi
a. Obstruksi jalan nafas
Seperti disebutkan sebelumnya, pasca bedah obstruksi jalan nafas adalah komplikasi
yang paling penting dalam periode pasca operasi langsung. Situasi ini biasanya hasil dari prolaps
dari lidah ke oropharynx sementara pasien tetap dibius dari anasthesi. Intraoperative penempatan
lidah tarikan jahitan membantu dalam pengelolaan situasi ini. Obstruksi jalan napas juga daat
menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran nafas dinamika, terutama pada
anak – anak dengan rahang kecil.
b. Pendarahan
Intraoperative pendarahan adalah komplikasi yang potensial. Karena kaya suplai darah ke
langit-langit, yang memerlukan transfusi darah yang signifikan dapat terjadi. Ini dapat berbahaya
pada bayi, dalam total volume darah yang rendah. Sebelum operasi penilaian tingkat Hb dan
platelet adala important. 6 injeksi epinefrin sebelum insisi dan langit-langit intraoperative
hidroklorida oxymetaxoline penggunaan material kemasan yang basah dapat mengurangi
kehilangan darah. Untuk mencegah kehilangan darah pasca operasi, wilayah demucosalized
langit-langit harus dikemas dengan avinate atau agen hemostatic serupa.
c. Palatal fistula
Luka dehiscnece ( palatal fistula) dapat terjadi sebagai komplikasi dalam periode pasca
operasi langsung, atau dapat memjadi masalah yang tertunda. Sebuah fistula palatal dapat terjadi
dimana saja di sepanjang belahan asli situs. Insiden ini telah dilaporkan setinggi 34% dan tingkat
keparahan sumbing asli telah terbukti berkolerasi dengan risiko terjadinya fistula.
d. Kelainan midface
Perawatan sumbing langit – langit d beberapa lembaga telah berfokus pada awal
intervensi bedah. Salah satu efek negatif berkenaan dengan pertumbuhan rahang atas. Sumbing
langit langit mungkin perlu orthognatik operasi.
J. Pencegahan
a. Menghindari merokok
Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang telah
dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau selama kehamilan
secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah-celah orofacial.
b. Menghindari alkohol
Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat mempengaruhi tumbuh
kembang embrio, dan langit-langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan dengan
terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome).
c. Memperbaiki nutrisi ibu
Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan sangat
penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus.
Nutrisi-nutrisi yang penting dan dibutuhkan seorang ibu saat hamil antara lain asam folat,
vitamin B-6 dan vitamin A.
d. Modifikasi pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan bahwa ada hubungan
antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai
agrikulutur). Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis pekerjaan yang
terkait. Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti pabrik cat, operator motor, pemadam
kebakaran atau bertani telah diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial.
BAB III
Ny.S datang ke rumah sakit Universitas Airlangga Surabaya dengan anaknya yang
bernama An.T yang berumur 3 bulan dengan keluhan terdapat belahan pada bibir yang
menyebabkan anaknya susah untuk menelan dan menyusu. Pasien terlihat kurus karena
berkurangnya nafsu makan. Ny.S mengatakan bahwa saat ia sedang mengandung pada trimester
pertama pernah mengalami trauma. Saat dilakukan pemeriksaan teraba ada celah (terbukanya
langit - langit), palato lunak dan keras.
I. Data Identitas
Nama Anak : An.T Alamat : Binjai,Medan Denai
riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan / tidak dengan penyakit
yang diderita anak)
Genogram Keluarga
V. Kebutuhan Dasar
Hasil Laboratorium :-
Data Tambahan :-
Data klinis :
TB...cm BB (aktual/perkiraan)....kg,
Kesadaran :
Tanda-tanda vital : Suhu , nadi, kuat lemah teratur tidak teratur, tekanan darah : lengan kanan
120/80mmHg, lengan kiri.... mmhg, Duduk....mmhg, tidur.....mmHg.
Keadaan Umum
Tampak sakit : ringan sedang berat tidak sakit pucat sesak kejang lain-lain
Kulit
Suhu : DBN hangat dingin , turgor : DBN buruk, lesi petechie lain-lain.....
Kepala
Mata
Pupil : isokor unisokor miosis midriasis, reaksi terhadap cahaya : ka positif negatif, kiri :
positif negatif ptosis exopthalmus glaukoma katarak, Conjunctiva : merah jambu
anemis sklera putih ikterik, lain-lain
Telinga
Hidung
simetris lain-lain ….. concha : membesar tidak septum nasi sentral pilek
epistaksis lain-lain
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
Bentuk : simetris Barrel chest funnel chest pigeone chest kifoskoliosis torakik
Paru-paru :
Jantung :
Abdomen
Peristaltik : ada ....... x/min tidak ada borborygmi BT strie spider nevi lain-lain..
Scrotum dan testis normal hernia hidrokel orkitis peidedemitis varikokel lain-lain...
Anus pelebaran vena ani prolap recti fissura fistula atresia ani lain-lain....
Ekstremitas
ANALISA DATA
2. Berkurangnya
nafsu makan
Kegagalan penyatuan prosesus
DO : nasal medial dan maxilaris
1. Terdapat belahan
pada bibir
Celah kecil s/d kelainan hebat
2. Anak terlihat pada wajah
kurus
Labioskisis / sumbing
Gangguan menelan
DO : Kegagalan perkembangan
jaringan lunak atau tulang pada
1. Terdapat celah
trimester 1
(terbukanya
langit-langit)
2. Palato lunak dan Kegagalan penyatuan susunan
keras palato
Terdapat celak pada tekak,
palato lunak dan keras
Palatoskisis
Gangguan menelan
Resiko aspirasi
DO : Kegagalan perkembangan
jaringan lunak dan tulang
1. Terdapat belahan
pada bibir
2. Ada celah pada Kegagalan penyatuan prosesus
tekak (terbukanya nasal medial dan maxilaris serta
langit – langit) kegagalan penyatuan susunan
3. Palato lunak dan palato
keras
Pembedahan
Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
-Jadwalkan -agar
pengobatan dan mengetahui
tindakan tidak selama klien kurang
jam makan cairan atau tidak
-Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebuthan suplemen
makanan seperti
NGT/TPN sehingga
intake cairan yang
adequat dapat
dipertahankan.
-Menginstruksikan
pasien agar tidak
berbicara saat makan
-menjaga -- ----
-Menginstruksikan -menjaga
pasien untuk privasi untuk
membuka dan kenyamanannya
menutup mulut
sebagai manipulasi
makan
-Dorong masukan
cairan
-Dorong istirahat
CATATAN PERKEMBANGAN
-Memonitor adanya
BB dan gula darah
-Memonitor
lingkungan selama
makan
-Memonitor turgor
kulit
-Menjadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
-Memonitor
kekeringan, rambut
kusam, total protein,
Hb, dan kadar Ht
-Memonitor mual
muntah
-Memonitor intake
nutrisi
-Memonitor pucat,
kemerahan, dan
kekerngan jarngan
konjungtiva
-Mengatur posisi
semifowler/fowler
selama makan
-Menganjurkan
banyak minum
-Mempertahankan
terapi IV line
-Berkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
-Berkolaborasi
dengan dokter
tentang kebuthan
suplemen makanan
seperti NGT/TPN
sehingga intake
cairan yang adequat
dapat dipertahankan.
-Meminimalkan A : masalah
teratasi sebagian
penggunaan sedative
dan narcotic P : Intervensi di
teruskan
-Memposisikan
tegak lurus 30
derajat – 90 derajat
-Mengawasi saat
makan atau
mendampingi
seperlunya
-Berkolaborasi
dengan tim kesehata
lain untuk
mendukung
penyembuhan pasien
-Menentukan
kemampuan pasien
untuk fokus pada
pembelajaran
memakan dan
menelan
-Mendukung privasi
pasien
-Berkolaborasi
dengan terapi
bicarauntuk
mengajarkan ke
keluarga pasien
tentang regimen
latihan menelan
-Menginstruksikan
pasien agar tidak
berbicara saat makan
-Menginstruksikan
pasien untuk
membuka dan
menutup mulut
sebagai manipulasi
makan.
-Mengganti letak IV
perifer dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
-Meningkatkan
intake nutrisi
-Memberikan terapi
antibiotik
-Memonitor tanda
dan geajala infeksi
sistemik dan lokal
-Mempertahankan
teknik isolasi
-Menginspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas
dan drainase
-Memonitor adanya
luka
-Mendorong
masukan cairan
-Mengajarkan pasien
dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
BAB IV
KESIMPULAN
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median
dan maksilatis untuk menyatu selama perkembangan embrionik ( Wong, 2003)
Labioskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (
Ngastiah, 2005)
Penyebab bibir sumbing anatara lain: faktor herediter, sebagai faktor yang sudah
dipastikan. 75 % dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Karena mengalami
mutasi gen dan kelainan kromosom,faktor eksternal / lingkungan, faktor usia ibu, obat-obatan ,
asetosal, aspirin ( schardein, 1985), rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid,
indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin dapat menyebabkan celah
langit – langit. antineoplastik, kortikosteroid,nutrisi,penyakit infeksi seperti sifilis, virus
rubella,radiasi,stress emosional,trauma ( trimester pertama) ( Wong. 2003)
Bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian merah bibir atas hingga
pemisahan total bibir yang memanjang hingga kedalam hidung. Dapat dijumpai pada satu atau
kedua sisi bibir atas. Sumbing langit langit dapat dijumpai sebagai bagian dari deformitas bibir
sumbing atau sebagai kelainan garis tengah tersendiri yang melibatkan palatum sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter II_3 Maloklusi Pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.20 WIB
Eddy Hariyanto-Fkg Unhas.pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.40 WIB
Davies, lorna dan Mcdonald, Sharon. 2009. Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestnal dan Hepatobilier.
Jakarta : Salemba Medika.
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health
Outcomes 5th Edition. USA: Elsevier
Pertanyaa Persentasi Kelompok
SOAL :
Nama : Widyati Rabudi
Yang menjawab : Nani Maida Wati
1. Kenapa penyakit sifilis dan rubella dapat menjadi factor labiokizis ?
Jawaban: karena sifilis dan rubella penyebab utamanya adalah virus dan bakteri yang dimana
virus dan bakteri tersebut dapat menular dengan mudah kepada janin karena janin sangat
rentan terhadap penyakat apalagi ditularkan oleh orang tuanya. Pada janin atau bayi yang
terinfeksi gangguan kesehatan seperti sifilis dan rubella berdampak pada terjadinya cacat
seumur hidup contohnya seperti labioskiziz (bibir sumbing).
Sumber : Jurnal Rekonstruksi & Estik,Vol.06,No1,Januari-Juni 2021