Tokoh Tempat Dan Tradisi Indonesia
Tokoh Tempat Dan Tradisi Indonesia
Tokoh Tempat Dan Tradisi Indonesia
Foto: www.indonesia-tourism.com
Di Kalimantan Tengah terdapat tradisi khusus yang dilakukan untuk orang yang
sudah lama meninggal. Upacara Tiwah ini biasa dilakukan oleh suku Dayak untuk
pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke sebuah rumah yang disebut
Sandung. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Lewu
Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan
bagi keluarga yang sudah ditinggalkan.
Iklan
4. Kebo-keboan – Banyuwangi
Ritual yang diadakan setahun sekali ini selalu diadakan setiap tanggal 10 Suro atau 10
Muharam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi. Upacara ini mengharuskan beberapa
laki – laki berdandan menjadi kerbau dan berkorban untuk membajak sawah. Setelah
membajak sawah kebo – keboan ini diarak mengelilingi desa disertai karnaval kesenian
rakyat. Ritual kebo – keboan ini bertujuan untuk meminta hujan ketika musim kemarau.
8. Dugderan – Semarang
Menjelang bulan puasa kota Semarang akan ramai dengan acara dugderan. Tradisi
yang sudah ada sejak dahulu ini adalah penanda bahwa bulan puasa telah datang.
Salah satu ciri khas dari acara ini adalah arak – arak warak ngendok. Warak ngendok
ini adalah bintang rekaan yang bertubuh kambing, berkepala naga serta memiliki
kulit sisik emas.
Cut Nyak Dien tak gentar melawan Belanda karena juga ingin membalas
kematian suaminya yang meninggal akibat perang. Perjuangan Cut Nyak
Dien pun membawa dirinya ke sosok Teuku Umar yang pada akhirnya
menjadi suami kedua beliau.
Sebagai buntut pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi (kaum agama),
Imam Bonjol akhirnya melawan Belanda. Dirinya berjuang bersama kaum
Paderi pada tahun 1803 sampai 1838.
Gara-gara pengkhianatan Belanda, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke
Cianjur, lalu Ambon, hingga yang terakhir ke Manado. Imam Bonjol pada
akhirnya wafat pada 06 November 1864 saat usianya 92 tahun.
3. Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman lahir di Bodas Karangjati tanggal 24 Januari 1916. Dia
adalah seorang panglima besar sekaligus jenderal pertama dan termuda di
Indonesia. Ketika berusia 31 tahun, Jenderal Soedirman bergabung dengan
pahlawan kemerdekaan yang lain dalam melawan penjajah Jepang, Belanda,
serta Sekutu.
Jenderal Soedirman berjuang dengan luar biasa, bahkan saat sakit pun dia
tidak menyerah dan melawan musuh bersama anak buahnya. Dirinya
meninggal akibat penyakit pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang, lalu
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki DI Yogyakarta.
4. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir di
D.I. Yogyakarta pada 11 November 1785.
5. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur. Dia adalah
Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan yang merupakan putra kedua dari
Sultan Malikusaid. Sultan Hasanuddin lahir tahun 1631 di Makassar.
6. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di DI
Yogyakarta pada 02 Mei 1889. Dirinya adalah sosok yang mendirikan
perguruan Taman Siswa pada 1929 dan berkontribusi pada pribumi saat itu
yang tidak dapat sekolah.
7. Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Ambon pada 1783.
Pattimura melawan Belanda karena mereka menguasai Maluku, menindas
rakyatnya, memaksa kerja rodi, dan menguras kekayaan Maluku.
Kartini meninggal saat masih muda, yakni pada umur 25 tahun pada 17
September 1904 di Rembang. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah
kumpulan dari surat-surat Kartini.
9. Dewi Sartika
Selain Kartini, ada pula Pahlawan Nasional Dewi Sartika yang
memperjuangkan pendidikan khusus perempuan. Dia lahir pada 04
Desember 1884 di Cicalengka.
Dewi Sartika memiliki latar belakang keluarga ningrat yang membuatnya bisa
mengenyam pendidikan, sehingga dirinya terinspirasi mendirikan Sekolah Istri
atau sekolah khusus perempuan se-Hindia Belanda.
Berkat jasanya itu, Dewi Sartika juga mendapat anugerah Bintang Perak dari
pemerintah Hindia Belanda. Saat perang kemerdekaan, Dewi Sartika
mengungsi ke Cinean dan wafat pada 11 September 1947.
4. Jam Gadang, Bukittinggi Merupakan bangunan ikonik di Sumatera Barat. Menara Jam
Gadang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sejak 1926 dengan ketinggian
mencapai 26 meter. Uniknya, menara ini dibangun tanpa menggunakan besi penyangga
dan semen. Tak hanya itu, jam gadang juga dibangun menggunakan bahan tradisional
seperti kapur, putih telur dan pasir putih.
5. Istana Maimun, Medan Merupakan istana kebesaran untuk Kerajaan Deli didominasi
warna kuning menjadi warna kebesaran khas Kerajaan Melayu. Istana ini merupakan
salah satu ikon dari kota Medan, Sumatera Utara. Istana tersebut mulai dibangun ketika
Kesultanan Deli yang dipimpin oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada
26 Agustus 1888 oleh arsitek TH Van Erp yang juga bekerja sebagai Koninklijk
Nederlands-Indische Leger (KNIL) atau tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Di istana ini
terdapat meriam legendaris, yang disebut Meriam Puntung. Istana Maimun selalu
menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik di Medan bukan hanya karena nilai
sejarahnya saja, tapi banyak orang yang mengagumi desain interior dan eksteriornya
yang unik dan sangat mewakili kebudayaan Melayu dengan mengadopsi gaya Islam,
India, Italia dan Spanyol.
6. Lawang Sewu, Semarang Terletak di Semarang, Jawa Tengah, dibangun pada 1904 dan
selesai 1907. Lawang Sewu dulunya merupakan kantor untuk Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau yang biasa dikenal sebagai NIS. Gedung ini terletak di
Bundaran Tugu Muda. Pada awalnya, kegiatan administrasi dilakukan di kantor Stasiun
Semarang NIS. Namun, bertambahnya waktu yang juga mengakibatkan perkembangan
jalur kereta di Semarang menjadi semakin pesat dan mengakibatkan bertambahnya
kebutuhan akan personel teknis dan tenaga administrasi lebih besar sehingga kantor NIS
dianggap tidak lagi memadai. Hal ini kemudian membuat Belanda menyewa beberapa
bangunan untuk dijadikan kantor NIS. Setelah melewati beberapa pertimbangan,
akhirnya dibangun Lawang Sewu untuk dijadikan kantor pusat NIS yang luas dan
memadai.
7. Benteng Fort Rotterdam, Makassar Merupakan benteng pertahanan yang dibangun pada
masa Kerajaan Gowa-Tallo pada 1545 oleh seorang raja yaitu Raja Gowa ke-9.
Awalnya benteng ini diberi nama Benteng Ujung Pandang, lalu beralih menjadi Fort
Rotterdam saat kedatangan kolonial Belanda. Tak lama setelahnya, bangunan ini
berhasil kembali direbut oleh pasukan yang dipimpin Sultan Hasanudin. Fakta unik dari
benteng ini adalah salah satu ruangannya yang merupakan saksi sejarah saat Pangeran
Diponegoro ditahan dan diasingkan.
9. Gedung Sate, Bandung Merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia yang
terletak di Bandung, Jawa Barat. Gedung ini memiliki keunikan karena dipuncak
menaranya terdapat ornamen yang berbentuk seperti tusuk sate. Arsitektur gedung ini
dibuat oleh Ir. K. Gerber yang merupakan salah satu arsitek Belanda sehingga bangunan
ini memiliki nuansa arsitektur yang khas dari Hindia-Belanda.
10. Rumah Pengasingan Bung Karno, Flores Rumah ini berada di Jalan Perwira, Kelurahan
Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Saat itu Bung
Karno dan keluarga pernah diasingkan oleh Belanda di rumah pengasingan Ende. Kini,
pemerintah setempat telah menjadikan rumah tersebut sebagai situs bersejarah. Saat
mengunjungi tempat ini, juga dapat berkunjung ke beberapa kampung adat yang ada di
sini seperti Kampung Tradisional Saga dan Kampung Adat Wologai.
11. Istana Gebang, Blitar Merupakan tempat kehidupan masa kecil sosok Bapak
Proklamator, Soekarno. Istana Gebang merupakan rumah dari orang tua Bung Karno
yang masih terjaga dan dijadikan kawasan wisata sejarah sampai saat ini. Selain masuk
dan melihat rumah masa kecil Presiden pertama Indonesia Bung Karno, di tempat ini
juga dapat melihat pertunjukan kesenian, wisata kuliner di dekatnya, hingga berfoto di
spot Gong Perdamaian.
12. Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta Terletak di Jalan Imam Bonjol,
Menteng Jakarta Pusat dan dibangun pada 1927. Di tempat ini Soekarno dan Moh. Hatta
merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, setelah dijemput Achmad
Soebardjo dari Rengasdengklok, Karawang. Bangunan ini dulunya merupakan tempat
tinggal Laksamana Maeda. Rumah tersebut dianggap aman karena Maeda merupakan
sahabat Achmad Soebardjo. Gedung yang telah diresmikan pada 1920-an ini, memiliki
koleksi antara lain naskah proklamasi yang asli ditulis tangan, teks proklamasi asli yang
sudah diketik, dan berbagai ruangan yang digunakan dalam rangka penyusunan teks
proklamasi.
13. Tugu Proklamasi, Jakarta Merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia.
Monumen ini merupakan tempat Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi.
Selain itu terdapat patung Soekarno dan Hatta yang tengah membacakan naskah
Proklamasi. Monumen mengandung nilai sejarah yang mengantarkan Indonesia menuju
kemerdekaan. Patung Soekarno dibuat dari bahan perunggu dengan tinggi 4,60 meter.
Kemudian patung Bung Hatta dibuat dari bahan perunggu dengan ketinggian 4,30 meter
dan naskah proklamasi terbuat dan bahan perunggu. Elemen Latar Belakang berupa
relung-relung segitiga yang berjumlah 17 buah dan terbuat dan bahan marmer
Tulungagung.
14. Monumen Pancasila Sakti, Jakarta Berlokasi di jalan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta
Timur. Tujuannya dibangun monumen ini untuk mengingat perjuangan para Pahlawan
Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila
dari ancaman ideologi komunis.
15. Masjid Istiqlal, Jakarta Masjid ini diprakarsai oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno
dan mulai dibangun pada 24 Agustus 1951 oleh seorang arsitek Frederich Silaban yang
beragama Kristen Protestan. Bangunan tersebut juga menjadi sejarah kemerdekaan
Indonesia.
16. Gereja Katedral, Jakarta Bangunan dengan desain arsitektur yang cantik ini berdiri kokoh
di Jakarta dan mulai resmi digunakan pada 1901. Letak dari Gereja Katedral tidak jauh
dari Masjid Istiqlal. Banyaknya nilai sejarah yang ada di dalamnya, menjadikan
bangunan ini salah satu wisata sejarah di Indonesia yang menarik.
17. Kelenteng Sam Po Kong, Semarang Selain menjadi tempat ibadah, kelenteng ini juga
merupakan simbol akulturasi budaya Cina dengan adat Jawa. Dulu, kelenteng ini
dibangun oleh Wang Jing Hong merupakan pengemudi pasukan Laksamana Cheng Ho
dan menetap di kawasan Semarang.