Materi Pelatihan HD785 Revisi 2
Materi Pelatihan HD785 Revisi 2
Materi Pelatihan HD785 Revisi 2
Materi Pelatihan
HD 785
Revisi 02
Material
Iqbal Satrio Nugroho
Development
Muhammad Eko
OT Sect. Head
Hidayat
i
STATUS REVISI
ii
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan
dan kemampuan kepada kami, sehingga “Materi Pelatihan HD785” dapat selesai tersusun.
Harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi siswa pelatihan baik dalam
memudahkan dalam memahami cara pengoperasian unit dengan benar sesuai prosedur-
Seperti pepatah, “Tiada Gading Yang Tak Retak”, kami menyadari bahwa di dalam
penyusunan Materi Pelatihan HD785 ini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca demi kesempurnaan Materi
Jakarta,
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................................................ i
LEMBAR REVISI ........................................................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................. iv
BAB I. PEDOMAN PERILAKU KERJA ............................................................................................................. 1
BAB II. SAFETY, HEALTHY & ENVIRONMENT.......................................................................................... 19
BAB III. POWER LINE ............................................................................................................................................ 37
BAB IV. INSTRUMENT PANEL............................................................................................................................ 91
BAB V. METODE TEKNIK OPERASI ................................................................................................................ 132
BAB VI. MAINTENANCE ........................................................................................................................................ 158
BAB VII. STANDAR OPERATIONAL ................................................................................................................ 172
iv
Pedoman Prilaku Kerja
BAB I
PEDOMAN PERILAKU KERJA
A. Pendahuluan
1. Panduan Pelatihan
Tujuan dari pedoman pelatihan ini adalah untuk memberikan berbagai keterampilan,
pengetahuan dan pelatihan bagi operator untuk meningkatkan kompetensi dengan perilaku
kerja yang aman.
Panduan Pelatihan ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang aman dan terbaik dari
sistem operational pertambangan. Panduan training ini menggunakan standar minimum
dan perilaku untuk semua tingkat operator baik fresh maupun experience.
Pelatihan diawali dengan materi pedoman perilaku kerja operator dan harus lulus
asesmen sebelum mengikuti materi lanjutan. Selanjutnya setiap peserta pelatihan
diharapkan mendapatkan pengalaman yang cukup di bawah bimbingan dan pengajaran
instruktur untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Ujian teori harus diselesaikan terlebih
dahulu, sebelum ujian praktek.
Sertifikat kompetensi akan dikeluarkan setelah selesainya paket pelatihan dan peserta
dinyatakan lulus yang ditetapkan oleh Operational Training & Services. Untuk dinyatakan
kompeten, peserta pelatihan harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat
menyelesaikan (lulus) ujian teori maupun praktek.
2. Kualifikasi Operator
Operator harus memiliki minimum kualifikasi sebagai berikut :
a) Telah mengikuti training dengan standar yang ditetapkan dan benar-benar
memahami pengoperasian kendaraan/unit. Operator harus mengetahui dan
memahami fungsi berbagai peralatan, komponen dan kontrol dari unit tersebut.
b) Memahami dan mengerti batasan, peran, dan tugas dari operator.
c) Telah menyelesaikan induksi.
d) Memiliki SIMPER.
e) Sebelum melakukan operasi apapun di site, operator harus memiliki tanggung
jawab untuk memahami tentang aturan, prosedur, kebijakan, standar dan peraturan
yang berlaku di area kerjanya.
Poin-poin penting yang harus dipahami dan dipatuhi peserta training, baik operator
baru maupun operator yang sudah berpengalaman adalah sebagai berikut :
a) Prosedur site yang tetap.
b) Safety practice dan site standards
l) Menggunakan semua tool yang ada untuk mengontrol bahaya yang ada.
3) Menunjukkan rasa hormat dan patuh kepada atasan serta saling menghargai
sesama karyawan.Saling bertegur sapa dengan mengucapkan salam “Semangat
Pagi” dan bersalaman terhadap sesama karyawan.
4) Membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait.
- Mengembangkan kesadaran dan kepedulian dalam bekerja.
1) Siap menjaga dan bertanggung jawab terhadap kondisi unit atau aset
perusahaan dengan baik.
2) Siap melaksanakan tugas setiap saat dalam mengoperasikan unit sesuai ijin
operasi dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja PAMA.
3) Siap membela kepentingan perusahaan atau kepentingan bersama dari tindakan
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Hal ini sangat berbahaya, karena untuk menguasai satu unit alat berat harus
melalui training dengan standar yang tinggi untuk memahami fungsi, lokasi, dan
cara penggunaan setiap instrument panel.
- Mengendarai unit dengan Overspeed (1)
Unit overspeed dengan didukung beban unit yang besar dapat menyebabkan
insiden karena unit sulit untuk dikendalikan. Patuhi rambu batas maksimal
kecepatan di setiap area kerja.
- Tidak minta izin dan tidak memastikan kondisi aman sebelum overtaking
Setiap kali melakukan overtaking, wajib komunikasi dua arah dan memastikan
kondisi jalan yang berseberangan aman. Apabila unit yang akan diovertaking belum
memberi jawaban atas komunikasi yang diberikan, maka dilarang untuk melakukan
overtaking.
- Mengambil sisi jalan yang salah
Mengambil sisi jalan yang salah sangat beresiko terjadinya kecelakan dengan
unit yang berpapasan (adu kambing). Apabila terdapat jalan rusak pada sisi yang
kita lewati, laporkan pada GL untuk segera memperbaiki jalan rusak tersebut.
- Melanggar batas dumping(1)
Melanggar batas dumping dapat menyebabkan fatality karena unit dapat
terjatuh ke area dumpingan. Apabila pada area dumping tidak ada rambu maka
segera laporkan ke atasan. Terutama untuk daerah kritis dumping dekat air dan
ketinggian di atas 12m.
- Melanggar rambu area larangan masuk area blasting
Area blasting adalah area restricted , dimana tidak sembarang orang bisa
masuk ke area tersebut.
- Menetralkan transmisi di turunan
Menetralkan transmisi di turunan untuk mencari nyaman dan menambah
kecepatan tanpa terdeteksi batas kecepatan dalam berkendara sangat berbahaya.
Posisi transmisi netral ketika turunan menyebabkan tidak adanya engine brake,
sehingga unit akan meluncur dan sulit dikendalikan. Apabila digunakan brake
untuk mengurangi kecepatan akibat transmisi netral di turunan, akan mempercepat
brake cooling overheat dan berpotensi kerusakan unit, serta unit tergelincir.
- Memarkir unit di bawah tebing terlalu dekat
Hal ini dapat berpotensi tertimpa longsoran dari tebing. Minimal jarak parkir
dekat tebing adalah 30 meter atau satu setengah kali tinggi tebing.
- Bercanda memainkan steering saat mengendarai
Ketika berbelok pastikan untuk memberikan lampu sign sesuai arah belok,
supaya pengguna jalan yang ada di belakang dan di depan kita dapat mengetahui
tujuan arah belok dari unit kita.
- Saat turunan menggunakan foot brake
Foot brake merupakan brake yang digunakan untuk menghentikan unit atau
kecepatan unit dibawah 10 km/jam. Penggunaan foot brake akan menghentikan
roda depan dan belakang, sehingga sangat berpotensi tergelincir apabila digunakan
di turunan. Saat jalan menurun, seharusnya menggunakan retarder brake atau
ARSC (Auto Retarder) untuk mengurangi kecepatan.
- Parkir tidak memperhatikan unit lain
Prosedur parkir yang aman adalah menetralkan transmisi dan mengaktifkan
parking brake. Ketika parkir, wajib berkonsentrasi pada unit sekitarnya dan tidak
hanya fokus pada satu pandangan. Saat mundur, wajib memperhatikan spion kiri
dan kanan. Pastikan tidak terlalu dekat dengan unit yang lain ketika parkir.
- Dumping sambil unit berjalan
Dumping sambil unit berjalan dapat mempengaruhi keseimbangan unit dan
dapat berakibat unit terguling. Prosedur dumping yang benar adalah memastikan
kondisi rata, unit pada posisi berhenti sempurna, mengaktifkan parking brake, dan
menaikkan vessel.
- Melakukan pengangkatan tidak mengeluarkan out trigger maksimal
Out trigger berfungsi untuk menguatkan pondasi dari crane, sehingga apabila
dilakukan pengangkatan tanpa mengeluarkan out trigger maksimal maka dapat
mengakibatkan unit tidak stabil dan berpotensi unit terguling.
- Tidak Memakai Seat Belt Ketika Bekerja
Seat belt wajib digunakan selama mengoperasikan unit. Memakai seat belt
harus 3R yaitu Rapat, Rata, Rendah. Penggunaan seat belt tidak dianjurkan dengan
adanya ganjalan, karena fungsi 3R akan hilang.
Rapat : Belt tidak kendor, sehingga bila terjadi resiko, tubuh tidak terayun atau
tidak terbentur ke seat beltnya sendiri
Rata : Belt tidak melilit sehingga apabila terjadi resiko tubuh tidak luka sobek
Rendah : Posisi belt dibawah pusar, atau bagian bawah tepat di tulang panggul,
sehingga bila terjadi resiko tidak mencederai organ di dalam perut.
- Tidak memakai pelampung saat operator pump bekerja di area sump
Setiap karyawan yang bekerja di dekat air, wajib menggunakan pelampung.
(meskipun sudah ahli dalam berenang). Selain hal tersebut, karyawan wajib
memiliki ijin bekerja di dekat air dan memahami prosedur keselamatan bekerja di
dekat air.
- Bermain HP saat mengoperasikan unit
HP terbukti merusak konsentrasi ketika mengemudi, dan sangat berpotensi
terjadinya kecelakaan. Ketika mengoperasikan unit, operator harus konsentrasi pada
pekerjaannya secara aman dan produktif. Oleh karena itu, operator harus menyadari
sepenuhnya tanggung jawab sebagai operator.
- Membuka rompi ketika mengemudi
Melakukan aktifitas lain ketika mengemudi seperti membuka rompi dapat
mengganggu konsentrasi. Sehingga apabila terjadi hal-hal yang mendadak di depan
unit maka respon kita akan terlambat dan menyebabkan kecelakaan. Oleh karena
itu, apabila akan melepas rompi atau aktifitas yang lain seharusnya berhenti dahulu.
- Melihat sesuatu ke arah lain terlalu lama (meleng)
Hal ini dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi ketika mengemudi /
mengoperasikan unit, sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan. Pastikan anda
fokus saat mengoperasikan unit.
- Salah menggunakan chanel yang seharusnya digunakan
Kesalahan penggunaan chanel radio dapat mengganggu komunikasi di area
kerja. Maksud dan tujuan antara operator satu dengan yang lainnya tidak akan
tersampaikan, sehingga berpotensi terjadinya resiko insiden fatal.
- Keluar dari kabin saat unit loading
Ini sangat berbahaya, karena berpotensi kejatuhan material dari unit loader
yang sedang melakukan aktivitas loading.
- Memaksa beroperasi saat ngantuk
Saat mengemudi pastikan kondisi siap bekerja. Hindari kondisi fatigue. Kenali
tanda-tanda fatigue pada diri sendiri sedini mungkin. Apabila merasakan fatigue,
segera hentikan unit pada posisi aman dan lapor ke atasan.
- Memaksakan diri ketika kondisi sakit
Saat mengemudi pastikan kondisi siap bekerja. Apabila merasa sakit, segera
lapor pada atasan dan jangan memaksakan mengoperasikan unit setelah minum
obat yang memiliki efek samping mengantuk. Isilah dengan jujur fatigue test
sebelum bekerja.
- Mengkonsumsi obat sebelum dan selama mengoperasikan unit tanpa melapor ke
atasan/melalui media fatigue test (yang membuat ngantuk)
Pastikan kondisi siap bekerja sebelum mengoperasikan unit.
LEMBAR ASESMEN
PERILAKU KERJA OPERATOR PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
Nama : __________________________________________
NRP : __________________________________________
Hari / Tanggal : __________________________________________
Nama Pelatihan : __________________________________________
6. Apa yang anda ketahui tentang Perilaku Buruk dari operator ? Jelaskan
minimal 5 contoh !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
................................................................................................................... ....
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Hasil Evaluasi (diiisi Instruktur) : K / C / B / BS
7. Apa yang anda ketahui tentang Motivasi yang salah dari operator yang
berpotensi terjadinya kecelakaan ? Jelaskan minimal 3 contoh yang
kongkrit !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Hasil Evaluasi (diiisi Instruktur) : K / C / B / BS
9. Apa yang anda ketahui tentang tanggung jawab yang kurang dari
seorang operator yang berpotensi terjadinya insiden ? Jelaskan minimal 2
contoh yang kongkrit !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Hasil Evaluasi (diiisi Instruktur) : K / C / B / BS
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saran perbaikan :
BAB I
Safety, Healthy & Environment
2. Pengawasan terhadap 4 M
Manusia
Metode
Tanggung jawab :
1. Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua orang (dari pimpinan
perusahaan sampai dengan bawahan) .
2. Keselamatan kerja dilaksanakan setiap detik dan waktu dimana saja .
3. Seselamatan kerja merupakan keadaan yang bebas dari segala bahaya dan
bukannya bekerja dengan bahaya atau kecelakaan .
9. Kecelakaan ( insident )
Sesuatu yang tidak direncanakan , tidak diduga semula dan tidak diingini.
Dapat terjadi sewaktu–waktu dan mempunyai sifat yang merugikan terhadap manusia
maupun terhadap alat–alat dan material .
Tidak direncanakan
Kecelakaan
Tidak diingini
Tidak diduga
Tidak aman
Kegiatan terhenti
Mengakibatkan
c. Phisik :
- Terlalu lelah
- Tuli
- Pandangan kurang jelas
- Phisik kurang tepat untuk pekerjaannya
- Cacad jasmani
Biaya langsung
( Berobat , produksi , pertolongan pertama dan lain – lain )
( waktu , produksi , penganti tenaga kerja , asuransi , nilai kepercayaan perusahaan dan biaya lainnya
)
b. Tidak langsung
- Kehilangan waktu
- Karena menolong karyawan yang mendapat kecelakaan
- Mempersoalkan apa yang baru terjadi
- Membina penggantinya
Kematian dan cacat akibat kerja saat itu memang dianggap biasa, terutama
dalam bidang pertambangan dan pertanian. Ramuzini adalah orang yang pertama
merekomendasikan penyeledikan kedalam sejarah keselamatan kerja dari pasien.
Dengan kemajuan revolusi industri, permesinan alat mecanikal, dan listrik
telah menjadi bagian yang integral dari kehidupan kita. Mekanisasi memberikan
banyak keuntungan, tetapi diiringi pula dengan meningkatnya resiko penyakit, dan
cidera pada orang yang terpapar padanya. Penggunaan bahan–bahan kimia juga tidak
lagi terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahan pembersih, cat, perekat, bahan
pencampur hanyalah sedikit dari benda yang kita gunakan sehari – hari. Tetapi
pembuatan dan pemakaian dari bahan–bahan ini bisa membahayakan tubuh kita, atau
bisa menimbulkan bahaya kebakaran. Beberapa proses dan bahan juga berbahaya bagi
lingkungan hidup.
Dengan adanya hal–hal yang hanya merugikan diatas, maka timbullah suatu
pencegahan bahaya–bahaya yang muncul ditempat kerja tersebut dalam bentuk
program kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan laju pertumbuhan
management modern, maka muncul pula apa yang disebut manajemen keselamatan
kerja.
Orang yang selamat, tidak akan berbuat banyak jika ia sakit. Oleh karena itu
kesehatan tidak dapat dipisahkan dari keselamatan. Dalam terminologi PAMA,
keselamatan kerja disebut sebagai keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Selain itu, disadari pula bahwa kita tidak dapat tumbuh dan berkembang
dengan selamat apabila lingkungan hidup kita tidak aman. Tuntunan dunia yang
gencar akan penyelamatan lingkungan hidup ini. Oleh karena itu, PSMS secara
integral memadukan pengelolahan K3 dan lingkungan hidup ini menjadi manajemen
K3 & LH.
Sebelum adanya program pencegahan kecelakaan di Afrika Selatan, tahun
1951, insident yang menyebabkan cacat pada karyawan mencapai 4 dari
keseluruhan tenaga kerja. Pada tahun 1993, angka ini menjadi 1,7. Hal ini
disebabkan salah satunya oleh sistem (NOSA - STAR) yang mengindetifikai sebab –
sebab dari insiden serta menunjukan didaerah mana diperlukan perhatian bagi
manajemen dan karyawan.
Secara keseluruhan diperlukan kerjasama antara semua pihak (manajemen,
karyawan dan pemerintah) untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yakni
menurunkan angka kerugian, baik berupa cidera pada manusia, kerusakan harta benda,
proses maupun lingkungan.
Tanggung jawab moral harus disadari dan dipahami oleh kedua belah pihak
(manajemen dan karyawan) sebagai bonus dari turunnya angka kerugan ini,
sebenarnya bisa didapatkan :
- Produktivitas yang meningkat
- Semangat kerja yang lebih tinggi
- Kesehatan karyawan yang lebih terjamin
- Ketenangan bagi keluarga karyawan
Penurunan kemampuan karyawan untuk berkarya mempunyai dampak sosial
dan psikologi yang luas bagi keluarga maupun masyarakat. Bagi perusahaan sendiri,
kerugian harta benda dan moral tidak seluruhnya dapat digantikan oleh asuransi.
b) Prinsip Khusus.
Adanya Manjemen Keselamatan Kerja, berarti kita mengukur kinerja
Keselamatan Kerja suatu perusahaan. Suatu prinsip yang diterapkan dalam
Keselamatan Kerja untuk mengidentifikasi bahaya resiko, sampai dapat diterapkan
pada semua karyawan, dan mencapai tujuan yang sama dapat digambarkan sebagai I
S S M E C.
PSMS terdiri atas 15 elemen utama dan 120 sub-elemen itu ialah :
1. Kepemimpinan dan Organisasi
2. Komunikasi
3. Inspeksi Terencana
4. Inventaris Tugas Keritis
5. Penyelidikan Insiden
6. Satandar, Prosedur, dan Disiplin.
7. Penanganan Keadaan Darurat
8. Pelatihan
9. Kesehatan Kerja dan Ergonomi
10. Rekayasa dan Pengendalian Desain
11. Seleksi dan Penempatan
12. Alat Pelidung Diri
Untuk menjalankan roda sistem ini, dibutuhkan audit terus menerus dengan
menggunakan ceklis yang telah ditentukan.
kinerja yang efektif adalah beberapa metode yang diperlukan untuk menangani
faktor pengawasan / pengendalian ini.
d. Insiden
Insiden adalah kejadian yang tidak direncanakan. Peristiwa ini tidak
mengikuti pola operasi normal atau yang diharapkan. Keparahan dan hasilnya bisa
bervariasi. Terdapat kerugian yang cukup banyak sebagai akibat dari cedera fisik,
kerugian harta benda, kerugian material atau gangguan pada proses.
f. Biaya
Semua peristiwa yang tidak diinginkan membutuhkan biaya. Asuransi
menutup sebagian kerugian, tetapi tidak semuanya dan premium asuransi lebih
sulit lagi untuk diukur, tetapi seringkali lebih tinggi dari biaya yang diasuransi
atau biaya yang jelas. Diperlukan perhitungan untuk biaya penyelidikan, waktu
henti, kerugian properti, mesin dan produk.
PSMS
Tindakan & Kondisi tidak aman
Faktor Orang & Pekerjaan
Cedera/Kerusakan
Lack Of Control
Injury/Damage
Incident
Insiden
Biaya
Cost
4. Kecelakaan tambang
Pada kecelakaan penyelidikan / pekerjaan pertambangan dalam waktu antara , mulai
masuk dan mengakhiri bekerja, digolongkan dalam kecelakaan tambang. Klasifikasi
kecelakaan tambang di Indonesia :
a. Luka ringan
Korban dalam waktu kurang dari tiga minggi telah dapat bekerja kembali
seperti biasa atau kembali pada pekerjaan semula.
b. Luka berat
Korban dalam waktu lebih dari tiga minggu baru dapat bekerja kembali
seperti biasa atau kembali kepada pekerjaan semula.
c. Mati
Koban meninggal dunia dalam waktu 24 jam sesudah terjadinya kecelakaan.
D. Kebakaran
Kebakaran adalah salah satu bentuk dari insiden/kecelakaan. Kebakaran dapat
lebih mudah dicegah kalau kita mengetahui dasar-dasarnya.
2. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran dibuat berdasarkan bahan bakar yang terbakar.
Klasifikasi ini membagi kebakaran dalam 4 (empat) kelas, yaitu sebagai berikut :
a) Kelas A.
Dalam kebakaran kelas A, bahan yang terbakar adalah bahan-bahan
biasa, seperti : sampah, kayu, kertas, dan lain-lain. Kebakaran kelas A ini
dipadamkan dengan mendinginkan dan menyiramkan bahan pemadam seperti
air atau soda acid.
b) Kelas B
Dalam kebakaran kelas B yang terbakar ialah bahan-bahan seperti : cat,
minyak, pelumas, bensin, terpentin atau cairan mudah terbakar lainnya. Cara
memadamkan kebakaran ini adalah dengan cara menggunakan bahan yang
dapat memisahkan atau menutup oksigen dari api, seperti : busa, dry chemical
(serbuk kimia).
c) Kelas C
Dalam kebakaran kelas C, bahan yang terbakar dapat berupa bahan-
bahan kelas A atau kelas B namun di dalamnya terdapat instalasi listrik yang
bertegangan. Sehingga untuk memadamkannya harus menggunakan bahan
yang tidak dapat mengalirkan listrik. Cara memadamkannya dimulai dengan
memutuskan aliran listriknya kemudian memadamkannya dengan
menggunakan alat pemadam yang terdiri dari gas atau tepung kimia kering.
d. Pemadam api dengan bahan pemadam dry chemical, jenis ini efektif untuk
kebakaran jenis B dan C, juga dapat dipergunakan pada kebakaran kelas A.
Bahan yang dipergunakan :
- Serbuk sodium bicarbonat/natrium sulfat
- Gas CO/Nitrogen
Cara mempergunakan
- Buka pen pengaman
- Buka timah penutup
- Tekan tangkai penekan/pengatup
- Arahkan corong ke sumber api, dengan
memperhatikan jarak dan arah angin.
Keterangan gambar :
(1) Pengaman (5) Pipa saluran Gas
(2) & (3) Pengatup (6) Nozle
(4) Bolt Valve
3) Memberi pertolongan
a. Rencanakan dan lakukan pertolongan berdasarkan tujuan P3K sebagai
berikut
- Menciptakan lingkungan yang aman
- Mencegah kondisi korban bertambah buruk
- Mempercepat kesembuhan
- Melindungi korban yang tidak sadar
- Menenangkan korban/penderita yang terluka
- Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu pertolongan
yang lebih tepat dapat diberikan
b. Jika pertolongan pertama telah dilakukan, maka segera angkut korban
tapi jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada
yang lebih ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau
kirim ke dokter atau rumah sakit terdekat
Rintangan sekian
meter
Persimpangan
kanan kiri jauh
Kewajiban
Bahaya sengatan
memakai
Listrik
pelindung mata
F. Istilah – Istilah
a) Bahaya (danger)
Perkataan ini digunakan pada pesan pengaman dan label pengaman
dimana terdapat kemungkinan besar terjadinya kecelakaan yang serius atau
kematian, jika resiko tidak terhindari. Label atau pesan pengaman biasanya
berisi peringatan yang harus dipatuhi untuk menghindari resiko tinggi yang
dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
b) Peringatan (warning)
Perkataan ini diginakan pada pesan atau label pengaman dimana
terdapat situasi yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan atau kerusakan
yang serius bahkan kematian , jika tidak dapat menghindari resiko yang
berbahaya.
c) Perhatian (caution)
Perkataan ini digunakan pada pesan dan label pengaman untuk resiko
yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka ringan jika tidak dapat
menghindarinya. Kata ini juga merupakan perkataan untuk resiko yang
merupakan satu–satunya penyebab terjadinya kerusakan pada alat.
d) Catatan (notice)
Perkataan ini digunakan untuk peringatan yang harus dipatuhi untuk
menghindari tindakan yang dapat mengurangi umur alat.
BAB III
Power Line
A. General View
Spesifikasi Unit
Detail Of Dimension
a. HD 785-5
b. HD 785-7
HD 785-5 HD 785-7
B. POWER TRAIN
1. Engine (SAA12V140)
2. Output Shaft
3. Front Drive Shaft
4. Brake Cooling Pump (SAR(4)180+180)
5. Torque Converter Trasmission Charge
Pump and Brake Cooling Brake
Control Pump
(SDR(30)100+100+SAR(1)25)
6. PTO
7. Torque Converter
8. Transmission
9. Rear Drive Shaft
10. Differential Gear
11. Drive Shaft
12. Brake
13. Tire
14. Final Drive
15. Parking Brake
16. Steering, hoist and hoist control pump
(SAR(4)180+180+(1)6)
1. ENGINE
Konstruksi Engine SA12V140
i) Exhaust valve berfungsi untuk mengatur udara yang keluar dari ruang
pembakaran berupa gas buang / bekas.
j) Exhaust manifold berfungsi sebagai saluran keluarnya udara dari ruang
bakar menuju ke muffler.
k) Muffler berfungsi sebagai peredam suara engine, menahan percikan api dan
menurunkan temperature gas buang.
l) Exhaust pipe berfungsi sebagai saluran akhir gas buang/bekas yang akan
keluar ke udara bebas.
m) Dust indicator berfungsi mengetahui kondisi air cleaner, apakah tersumbat
atau tidak.
n) Vacuator valve berfungsi untuk membuang kotoran atau debu yang masuk
ke ruangan air cleaner. Bekerja pada saat engine mati.
2) Fuel System
a. Fuel System HD785-5
- Common Rail
1. Flow dampers
2. Common Rail Fuel Pressure Sensor
3. Pressure limiter
4. Cmmon Rail
3) Lubrication System
a. Lubrication system HD 785-5
c. Oil
Fungsi :
1. Sebagai pembersih
2. Sebagai pendingin
3. Sebagai penyekat
4. Membentuk lapisan film minyak
5. Sebagai pencegah anti karat
6.Sebagai pemindah tenaga pada hydraulic dan brake system
7. Sebagai media pemindah daya pada torque converter
d. Pelumas
System pelumasan pada engine sangat penting sekali, dalam hal ini fungsi oil di
samping sebagai pelumasan juga digunakan untuk pendingin, peredam getaran,
pembersih, penyekat, sebagai bantalan dan anti karat.
Aliran oil dari system pelumasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Oil dari oil pan mengalir ke oil pump dan disaring terlebih dahulu oleh
strainer.
2. Dari oil pump dialirkan dengan tekanan ke oil cooler untuk
didinginkan, kemudian ke oil filter yang menyaring kotoran – kotoran
yang lebih halus dari oil tersebut
3. Dari oil filter diteruskan ke main gallery didalam cylinder block dan
selanjutnya ke bagian – bagian engine yang peru dilumasi .
Kelas
Penggunaan
Baru Lama
CA DG Diesel engine natural aspirated , Operasi ringan
CB DH Diesel engine natural aspirated , Operasi menengah
CC DM Diesel engine , Turbocharger , Operasi menengah
CD DS Diesel engine , Tubocharger , Operasi berat
4) Cooling System
a. Cooling System HD 785-5
1. Radiator
2. Cooling fan
3. Water pump
4. After cooler
5. Oil Cooler
6. Corrosion resistor
7. Air Compressor
8. Thermostat
housing
9. Oil cooler
10. Oil cooler By –
pass
A: Lubrication Oil
1. Radiator
2. Cooling fan
2A. Hydraulic fan
motor
3. Water pump
4. Oil Cooler (for
Engine)
5. Corrosion resistor
6. Thermostat housing
7. Oil Cooler (for
Power Train)
8. Oil Cooler by pass
circuit (for Power
Train)
9. Air Bleeding
10. Turbocharger
A: Lubrication Oil
Pump ini dari type centrifugal dan terpasang pada bagian kiri timing
gear costing, pompa ini diputar oleh gerak timing gear engine .
5) Electric System
b. Pengetahuan Dasar
- Fungsi
System Kelistrikan pada suatu unit berfungsi sebagai sarana untuk
penyediaan arus listrik untuk berbagai keperluan unit, mulai dari
pemanasan awal, sampai dengan unit beroperasi (untuk memenuhi
kebutuhan pada semua system elektriknya).
1. Pre Heating
- Gambaran Umum
Untuk memanaskan udara yang akan masuk ke ruang bakar dengan
tujuan untuk mempermudah menghidupkan engine pada waktu udara
disekeliling engine masih dingin. Pada uraian sebelumnya, jenis–jenis
pemanasan awal telah di jelaskan secara bervariasi sesuai tipe unit yang
menggunakannya. Pada bagian ini dijelaskan salah satu jenis pemanasan
awal, yaitu tipe glow plug. Adapun gambar skema dari rangkaian sistem
pemanasan awal tipe glow plug, adalah sebagai berikut :
- Prinsip Kerja
2. Starting
- Gambaran Umum
- Prinsip Kerja
Saat starting switch di posisikan start, maka aliran listrik akan mengalir
dari battery ke starting motor. Starting motor akan merubah tenaga
listrik menjadi tenaga gerak sehingga dapat memutarkan flywheel dan
engine akan hidup. Saat engine sudah hidup/putar, safety relay akan
memutuskan arus listrik ke starting motor sehingga starting motor
berhenti berputar dan disengaged dari flywheel
3. Charging
- Gambaran Umum
- Prinsip Kerja
4. Lighting
- Gambaran Umum
- Prinsip Kerja
Saat salah satu Switch lampu / monitor diaktifkan, maka arus dari
battery akan mengalir ke lampu, sehingga lampu akan menyala.
5. Regulator
Fungsi :
- Menjaga agar tegangan yang keluar dari alternator/generator
tetap konstan 28-29V.
- Menjaga agar arus yang keluar dari generator tidak lebih dari
13A.
9. C
i
r
c
u
i
t
e. Battery
1. Type Battery
- Battery type basah : Battery type ini adalah terdiri dari element–
element yang telah diisi penuh dengan muatan listrik atau (full
charger) dan dalam penyimpanannya telah diisi pula dengan
electrolite. Battery ini tidak bisa dipertahankan dalam kondisi full
charger, sehingga harus diisi secara periodik.
- Battery type kering : Terdiri dari plate–plate (positip & negatip)
yang telah diisi penuh dengan muatan listrik, tetapi dalam
penyimpanannya tidak diisi dengan electrolite. Jadi keluar dari pabrik
dalam kondisi kering.
2. Perawatan battery
Beberapa point yang harus kita lakukan atau patuhi untuk Antara lain :
- Air battery harus standart
- Vent plug battery harus terbuka, bersih jangan sampai tersumbat
- Terminal–terminal battery harus kencang dan kutub–kutubnya harus
bersih
- Menghindari terjadinya hubungan singkat
- Menjaga kebersihan battery
- Menghindari start engine yang terlalu panjang melebihi dari 10 s/d
20 detik
- Apabila terjadi start yang gagal maka tunggulah sekitar 2 menit baru
diulangi lagi
4. Pengetesan Battery
Fungsi : Bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah battery harus
dicharging atau diganti (rusak). Methode pengetesan battery ada 2
cara :
- Specific grafity test : Adalah pengetesan pada berat jenis electrolite
dengan menggunakan alat hydrometer
- High rate discharge : Alat yang digunakan adalah variable resistor
dengan meter dan lain–lain.
- Periksalah air cleaner, bersihkan jika kotor dan apabila setelah dibersihkan
ternyatau pada saat engine dihidupkan, dust indicator masih menunjukkan
warna merah, maka gantilah air cleaner tersebut.
- Bersihkan air cleaner dengan udara bertekanan dari arah dalam.
- Periksalah dust indicator dan bersihkan kaca penunjuknya.
- Bersihkan housing air cleaner dan vakuator valve.
- Peliharalah turbocharger dengan cara beroperasi yang benar yaitu tidak
boleh low idle engine lebih dari 5 menit dan tidak dibenarkan high idle
engine tanpa beban.
- Periksalah kebocoran–kebocoran pada turbocharger.
- Periksalah kebocoran–kebocoran pada intake & exhaust manifold.
2. Fuel System
- Pastikan persediaan bahan bakar dalam fuel tank sebelum operasi.
- Isilah bahan bakar jika persediaan bahan bakar tinggal ¼ dari jumlah
volume fuel tank.
- Buang (drain) endapan, kotoran atau air yang berada di dasar fuel tank.
- Periksalah water separator (jika mungkin).
- Gantilah fuel filter sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
- Periksalah kebocoran–kebocoran pada sistem bahan bakar ini.
- Isilah bahan bakar setelah selesai operasi untuk menghindari terjadinya
kondensasi (penguapan) air dalam fuel tank.
3. Lubricating System
4. Cooling System
1. Oil Up
Adalah kasus naiknya oil ke ruang bakar yang disebabkan keausan pada ring
piston atau cylinder liner, sehingga oil tersebut akan terbakar. Peristiwa ini
terjadi karena ketidakmampuan ring piston mengikis oil yang ada di dinding
liner, disebabkan clereance antara dinding liner dengan ring piston sudah
melebihi batas toleransi. Tentunya saat langkah piston dari TMA ke TMB.
2. Oil Down
Adalah kasus turunnya oil keruang pembakaran yang disebabkan keausan pad
a valve guide atau insert valve, sehingga oil akan menyelusuri batang valve
dan berakhir jatuh ke ruang bakar dan terbakar saat proses pembakaran.
3. Blow By
Adalah kasus kebocoran tekanan compressi yang disebabkan keausan pada
ring compressi piston atau cylinder liner yang mengakibatkan sebagian
tekanan tersebut meniup ke arah oil pan dan memaksa oil yang ada di dalam
oil pan menguap keluar melalui breather engine. Peristiwa ini terjadi pada saat
piston bergerak dari TMB ke TMA.
4. Engine Hunting
Merupakan kasus tidak normalnya suplay bahan bakar yang masuk ke sistem
pembakaran yang disebabkan adanya gelembung–gelembung udara
pada saluran mauk bahan bakar.
5. Over Fueling
Adalah kasus berlebihan bahan bakar didalam nozzle karena saluran bahan
bakar yang kembali ke fuel tank (fuel return) mengalami hambatan. Akibatnya
engine agak sulit dimatikan.
6. Over Running
Adalah kasus kecepatan unit melebihi putaran engine (rpm).
1. Fungsi :
a. Meredam gaya puntir yang dihasilkan oleh torque engine pada saat accelerasi.
b. Melindungi engine dari hentakan/goncangan (tidak normal) yang berasal
dari power train.
2. Lokasi :
3. Prinsip Kerja :
Tenaga engine dipindahkan ke flywheel, outher body dan inner body (power train)
dibatasi oleh karet/rubber, yang berfungsi sebagai peredam. Akhirnya tenaga
engine diteruskan melalui inner body atau output shaft ke torque converter/power
train lainnya.
- Drive Shaft
5. Torque converter
a. Pengetahuan dasar/umum
1) Lokasi : Lokasi dari torque converter antara engine dengan torqflow
transmission
2) Fungsi: Sebagai pemindah tenaga dari engine ke transmisi dengan media
perantara zat cair (oil).
- Turbin (runner)
Menerima tenaga kinetis oil pump keda
lam sudut-sudutnya dan merubah
menjadi tenaga mekanis kembali,
kemudian tenaga tersebut disalurkan
menuju output shaftnya. Oil masuk
melalui diameter luar turbin, kemudian
keluar melalui diameter dalam turbin.
- Stator (reactor)
Mengarahkan oli yang mengalir dari turbin
kembali ke pump.
- Turbin (runner)
Dasar kerja : Menerima tenaga flow / aliran air , udara atau oil .
Fungsi : Merubah tenaga kinetis menjadi tenaga mekanis .
- Stall Speed : Besarnya maksimum speed dari pump pada saat turbin
berhenti, karena diberi beban berlebihan
b. Jenis–jenis transmissi
HD 785-5 HD 785-7
Pada saat travel forward and reverse, ECMV clutch lock-up bekerja
dengan kecepatan yang lebih cepat dari pada speed yang diatur dari
transmission controller.
- Transmission controller
7. Propeller Shaft
a. Pengetahuan dasar
1) Lokasi : Terpasang antara out put shaft dengan transmissi dan transmissi
dengan differential .
a) Periksalah semua bolt and nut yang terdapat pada propeller shaft,
pastikan cukup, dan tidak kendor.
b) Pelumasan (grease) disekitar propeller shaft pastikan cukup.
c) Sekali–kali periksa keretakan yang mungkin terjadi pada Propeller
shaft
8. Differential
a. Pengetahuan dasar
1) Lokasi : Terletak antara transmissi dengan roda kanan dan kiri atau antara
propeller shaft dengan roda kanan dan kiri.
3) Prinsip kerja
9. Final Drive
a. Pengetahuan dasar
1) Lokasi : Terletak pada bagian akhir urutan power train setelah differential.
3) Prinsip kerja
Putaran yang masuk kedalam final drive direduksi ( diperkecil ) oleh gigi-
gigi utama didalamnya seperti : Sun gear, Planetry gear, dan Ring gear,
sehingga hasil akhir putaran out put menjadi lebih kecil.
Keterangan :
1. Locking plate
2. Planetary pinion shaft
3. Brass washer
4. Steel washer
5. Loose needle rollers
6. Spacer washer
7. Planetary pinion
8. Wear stud
10. Wheels
a. Front wheel
1. Stud ( x 16 )
2. Clamp ( x 8 )
3. Nut ( x 16 )
4. Valve
5. Rim Assembly
6. Tyre
Specification
Rim size
Standart : 17.00 x 49
Option : 19.50 x 49
Tyre size
Standart : 24.00 – 49 – 48PR
Option : 27.00 – 49 – 42PR
b. Rear wheel
Specification
Rim size
Standart : 17.00 x 49
Option : 19.50 x 49
Tyre size
Standart : 24.00 – 49 – 48PR
Option : 27.00 – 49 – 42PR
Fungsi :
Cylinder suspensi bekerja sebagai peredam
kejutan (shock absorber) dan sebagai pegas
/ per. Suatu volume yang konstant dari oil
mengalir dari chamber (7) melalui orifice
(5) dan (6) dan kemudian masuk ke cavity
(3) aliran oil dihambat oleh orifice dan
menghasilkan suatu efek peredam.
Cara kerja :
- Sebagai pegas/Per
Setelah roda melewati tonjolan, roda turun dan rod cylinder memanjang karena
adanya berat roda, axle dan tekanan nitrogen (8) didalam chamber, hasilnya volume
dalam cavity (3) berkurang karena kembali mengalir ke chamber (7) lewat orifice (6)
sedang orifice (5) tertutup check ball.
Karena oil kembali chamber (7) hanya lewat satu orifice, maka kecepatan rod pada
waktu memanjang agak lambat, sehingga memberikan efek peredam pada chasis.
1. Feed valve
2. Retainer
3. Flange
4. Stopper
5. Cylinder
6. Rod
7. Wear ring
8. Air bleed valve
9. Air bleed valve
10. Tube
11. Valve assmebly
12. Orifice plate
13. Leaf spring
A : Port
B : Port
b. Suspension cylinder
1. Feed valve
2. Retainer
3. Flange
4. Cylinder
5. Rod
6. Air bleed valve
7. Air bleed valve
8. Ball
c. Hydraulic piping
(Steering, Hoist and Brake cooling)
a. Pengetahuan dasar
Bidang Kontak
No Jenis Brake Aplikasi
HD785-5 HD785-7
2 Roda depan + 2 Roda
1 Retarder Brake 2 Roda belakang Untuk mengurangi kecepatan unit
Belakang
Service Brake / Foot 2 Roda depan + 2 2 Roda depan + 2 Roda Untuk menghentikan unit saat
2
Brake Roda Belakang Belakang kecepatan unit < 10 km/jam
2 Roda depan + 2 Roda Mencegah unit bergerak saat unit
3 Parking Brake Rear Drive Shaft
Belakang dalam posisi parkir
Semua Brake Aktif
Semua Brake Aktif Untuk menghentikan unit saat dalam
4 Emergency Brake (semua roda + rear
(semua roda) keadaan emergency
drive shaft)
Exhaust Brake
5 Saluran Buang Saluran Buang Untuk mengurangi kecepatan unit
(optional)
- Brake Valve
- Front Brake
Komponen brake ini adalah tipe caliper disc (disc dan pad). Untuk
power engage pad menggunakan tenaga udara dan oil yang
bertekanan.
Merupakan tipe oil cooled multiple disc type dan dapat digunakan
sebagai parking brake dengan menggunakan kekuatan spring.
- Rear Brake
Brake ini menggunakan tipe multi disc (disc dan Plate). Terdiri dari
susunan disc dan plate yang berjumlah banyak. Adapun power
untuk mengengege adalah tenaga udara dan oil yang bertekanan.
Kelebihan dari Brake ini terletak pada system pendinginnya,
dimana susunan multi disc dan plate tersebut direndam dengan oil
yang cukup banyak.
b) Rear brake HD 785-7
Merupakan tipe oil cooled multiple disc type dan dapat digunakan
sebagai parking brake dengan menggunakan kekuatan spring.
Specification :
Type : Caliper disk brake
Specifications
Type : Caliper disc type
Komponen Brake ini adalah berupa plate shutter (penutup) atau valve
penutup saluran gas buang engine , Brake ini digunakan untuk
membantu mengurangi kecepatan unit, dengan cara menutup gas buang
engine , sehingga rpm engine berkurang.
2) Emergency brake
A. To brake piston
B. To brake piston
C. From brake chamber
D. From brake chamber
a) Slack adjuster dipasang di sekeliling antara chamber brake dan
piston Brake.
b) Langkah kembali slack adjuster control dari piston brake
(mengontrol jumlah dari oil kembali) dan menyediakan pergerakan
dengan kelambanan waktu yang konstant untuk brake, tanpa
memperhatikan apakah disc brake baru atau terselimuti.
Spesifikasi
Penggantian volume oil : 231.2 cc (tiap sisi)
Area effektif : 50,3 cm
Langkah : 46 mm
Tekanan normal : 53 kg / cm
Tekanan maks. Yang ada : 65 kg / cm
c) Fungsi :
3. Fungsi adjuster
1. Spring Fungsi :
2. Piston Tekanan udara dari parking brake valve mendorong spring (1)
3. Cylinder dan menekannya sehingga parking brake bebas. Biasanya
4. Boot parking brake tersebut menahan gerak spring (1), maka unit
5. Rod dicegah untuk berjalan.
1. Piston
2. Push rod
3. Air cylinder
4. Master
cylinder
5. Piston
1. Air cylinder
Media fluida : Udara
Area effektif : 314 cm
Langkah : 100 mm
Tekanan operasi maks. : 9 kg / cm
Tekanan operasi normal : 8.3 kg /cm
2. Master cylinder
Media fluida : Engine oil (SAE 10 W)
Area efektif : 12.6 cm
Jmlh. Oil yang dikirm : 120 cc (pada langkah 97 mm)
Tekanan operasi maks. : 207 kg / cm
Tekanan operasi normal : 200 kg / cm
1. Piston
2. Push rod
3. Air cylinder
4. Master cylinder
5. Piston
6. Ball
a. Gambaran Umum
b. Prinsip kerja
Saat engine hidup, air compressor akan bekerja dan menghasilkan udara
bertekanan. Udara bertekanan tersebut ditampung dalam air tank (wet tank dan dry
tank + pilot tank) sehingga tekanannya mencapai standarnya. Jika tekanannya
berlebih, udara akan dibuang melalui air governor. Udara yang tertampung di tank
didistribusikan ke relay valve dan standby di sana. Jika lever/switch brake
diaktifkan, maka udara yang standby di relay valve akan mengalir ke chamber
brake. Pada komponen ini tekanan udara digunakan untuk melawan spring (brake
lepas) atau dirubah menjadi tenaga hidrolik (oil) untuk mendorong pad ataupun
disc dan plate sehingga brake bekerja.
1) Foot brake
Foot brake mengaktifkan keempat brake yang ada pada roda unit. Saat foot
brake ditekan, udara dialirkan dari dry tank ke relay valve (depan), lalu ke
front brake chamber. Chamber akan mendorong oli sehingga front Brake
kedua roda depan bekerja (pad dan disc bergesekan). Selain itu, dry tank
dialirkan ke relay valve (belakang), lalu ke rear brake chamber. Chamber
mendorong oli sehingga rear Brake kedua roda belakang bekerja (disc dan
plate bergesekan). Untuk mengontrol langkah brake piston pada rear brake
agar pengeremannya konstan (tanpa dipengaruhi disc brake baru atau sudah
aus), maka dipasanglah slack adjuster antara Brake chamber dengan brake
piston.
2) Retarder brake
Retarder brake mengaktifkan brake yang ada pada kedua roda belakang. Saat
foot brake ditekan, udara dialirkan dari dry tank ke relay valve (belakang), lalu
ke rear brake chamber. Chamber mendorong oli sehingga rear brake kedua
roda belakang bekerja (disc dan plate bergesekan).
3) Parking brake
Parking brake mengaktifkan brake yang ada pada rear drive shaft. Jika
tekanan udara dalam air tank sudah mencapai standarnya, maka brake ini
dapat dilepas. Saat parking brake ini ON, maka yang bekerja adalah spring
mendorong pad ke disc pada rear drive shaft sehingga brake bekerja (udara
dikeluarkan dari chamber). Saat parking brake di OFF / release, udara dari wet
tank akan dialirkan ke relay valve, lalu ke parking chamber brake dan akan
melawan spring, sehingga parking brake bebas (unit dapat digerakkan). Jika
saat operasi, karena ada kebocoran pada air systemnya sehingga tekanan udara
pada air tank (wet tank) turun di bawah 5,6 kg/cm2, maka parking Brake akan
bekerja secara otomatis.
4) Emergency brake
Emergency Brake mengaktifkan keempat brake yang ada pada roda unit dan
parking Brake pada rear drive shaft. brake ini bekerja saat emergency brake
lever di-ON-kan dan saat tekanan udara pada air tank (wet tank) kurang dari
2,2 kg/cm2. Saat itu terjadi, udara yang tersisa di dry tank secara otomatis akan
mengalir ke relay valve (depan), lalu ke front brake chamber. Chamber akan
mendorong oli sehingga front brake kedua roda depan bekerja (pad dan disc
bergesekan). Selain itu, dry tank dialirkan ke relay valve (belakang), lalu ke
rear brake chamber. Chamber mendorong oli sehingga rear brake kedua roda
belakang bekerja (disc dan plate bergesekan). Saat tekanan udara kurang,
secara otomatis udara pada parking brake chamber akan keluar sehingga spring
mendorong pad ke disc pada rear drive shaft (brake bekerja).
a. Prinsip kerja
- Brake cooling
Oli pada hydraulic oil dan brake cooling oil tank dialirkan ke system oleh
hydraulic pump.
Pada saat retarder tidak digunakan :
Oli langsung di bypass melewati BCV, lalu ke oil filter untuk disaring
dan kembali lagi ke oil tank.
Hoist control lever dan hoist control valve dihubungkan oleh sistem
pengontrol mekanis yang terdiri dari sebuah kabel pendorong dan
penarik. Sistem kontrol ini dilengkapi dengan pengaturan posisi body,
sehingga pada saat body terangkat, secara otomatis pengatur posisi yang
dipilih oleh positioner.
1. Tyre
2. Steering Cylinder
3. Tie Rod
4. Crossover Relief Valve
5. Steering Wheel
6. Steering Control Valve
7. Knuckle Arm
8. Arm ( A Frame )
A. To Hydrolic Tank
B. From Demand Valve
C. To Hoist Valve
a. Prinsip kerja
System steering adalah dari type self metering power steering. Ketika roda steering
(5) digerakkan, Steering control valve (6) bekerja, oil mengalir ke steering
cylinder (2) dengan memanjangkan atau memendekkan steering in (2) truck atau
unit dapat dikemudikan sesuai kemauan. Jika putaran roda steering di stop
sebelum mencapai langkah akhir, steering control valve (6) akan kembali sejenak
ke posisi netral dan menghentikan steering cylinder (2) secara serentak.
3) Tie rod berfungsi sebagai penyeimbang roda kiri dan kanan ketika Steering
digunakan.
9) Demand valve berfungsi sebagai pendistribusi oli atau pembagi aliran oli
yang datang dari steering pump dan dari work equipment pump ke steering
circuit dan work equipment circuit sesuai dengan kecapatan engine (putaran
pompa menyesuaikan dengan kecapatan engine)
Steering valve
18.
19.
20.
1. Center level
2. Tie Rod
3. A- Frame
4. Knuckle Arm
1. Inpu shaft
2. Upper cover
3. Valve spool
4. Housing
5. Ball
6. Stator
7. Lower valve
8. Ball
9. Torsion bar
10. Link
11. Sleeve
12. Rotor
13. Manifold
14. Commutator
15. Orifice
BAB IV
INSTRUMENT PANEL
A. General View
i. Shift Indicator
Fungsi : Untuk mengetahui speed berapa yang digunakan . Ketika kunci
kontak diputar ke posisi ON dan engine masih keadaan mati kemudian
shift lever dipindah keposisi D, maka akan muncul angka “2”, dipindah
keposisi 5-L, muncul angka “1” dan jika dipindah ke posisi R maka
muncul “R” pada shift indikator.
2.6 Meters
a. Speedometer
Fungsi : Untuk mengetahui kecepatan unit
dalam km / jam . Speedometer ini dapat
disetting dalam km/jam ataupun dalam
mil/jam (MPH).
b. Tachometer
Fungsi : Untuk mengetahui putaran Engine per menit.
Saat unit dioperasikan, jika RPM engine mencapai range
merah, maka secara simultan warning buzzer akan berbunyi
dan central warning lamp akan berkedip. Segera turunkan
putaran engine dan kecepatan travelling unit.
c. Hour Meter
Fungsi : Untuk mengetahui keseluruhan jam operasi unit meteran ini
akan bergerak apabila Engine sedang hidup , meteran akan maju 1 (
satu ) untuk setiap satu jam operasi , tanpa memperhatikan
kecepatan engine.
d. Odo Meter
Fungsi : Untuk mengetahui jarak keseluruhan perjalanan
unit dalam kilometer.
e. Fuel Gauge
Fungsi : Untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang ada dalam
fuel tank Ket : Daerah rentang hijau bahan bakar cukup daerah
rentang Merah bahan bakar di bawah 170 liter. Apabila rentang
daerah Merah menyala , tambahkan bahan bakar.
2.7 Switches
a. Starting Switch
- OFF : Untuk mematikan Engine
- ON : Posisi unit pada saat Engine hidup (Sedang Operasi)
- START : Untuk menstart ( menghidupkan engine )
b. Lamp Switch
Switch ini gunanya untuk menyalakan lampu kepala,
penerangan dalam Cabin dan lampu belakang.
- Posisi : 1 = OFF
- Posisi : 2 = >< Cleaner lamp, lampu belakang
penerangan dalam
- Posisi : 3 = > - : Lampu kepala menyala bersamaan dengan posisi : 2
c. Turn Signal Lever
Lever tersebut untuk mengoperasikan lampu belok.
1. : Belok kanan --- dorong lever kedepan
2. : Belok kiri --- dorong lever kebelakang
- Bila lever tersebut dioperasikan, Turn signal pilot
lamp akan menyala.
- Bila steering pada posisi lurus < Turn Signal lever akan kembali secara otomatis ke
posisi off. Jika tidak , kembalikan lever tersebut ke posisi Off secara manual.
d. Dimmer Switch
Switch ini untuk gunanya untuk menyalakan lampu
kepala , diantara lampu jauh (High Beam) dan lampu
dekat (low beam)
( A ) : Low Beam
( B ) : High Beam
i. Dimmer Switch
Switch ini digunakan untuk mengatur terang atau redupnya lampu
instrument,pengaturan sebagai berikut. Untuk menambah terang, putar
searah jarum jam. Untuk meredupkan, putar berlawanan arah jarum
jam.
k. Preheating Switch
System pemanas elektrik, untuk memanaskan udara yang akan masuk
kedalam ruang bakar.
- Posisi OFF : jika suhu lingkungan dibawah –5oC, pemanasan
awal akan bekerja secara otomatis.
- Posisi ON : Pemanasan awal dioperasikan. Tekan switch jika engine
tidak mau hidup juga.
q. Cigarette Lighter
Digunakan untuk menyalakan rokok.
r. Horn Button
Untuk membunyikan klakson apabila unit mau berjalan atau
memberikan tanda peringatan unit maupun orang
disekitarnya.
s. Wiper Switch
Switch ini untuk mengoperasikan Wiper
INT : Mengoperasikan secara berkala.
OFF : Tidak bekerja
LOW : Beroperasi pada kecepatan rendah.
HIGH : Beroperasi pada kecepatan tinggi.
Untuk mencuci kaca tekan switch .
a. Service Brake
Pedal ini untuk mengoperasikan brake pada roda depan
maupun roda belakang.
b. Accelerator Pedal
Pedal ini untuk mengatur kecepatan RPM Engine. Pedal ini
dapat mengendalikan kecepatan putaran engine dengan bebas ,
dari kecepatan rendah sampai kecepatan tinggi.
kecepatan tinggi atau melakukan perjalanan pada jalan yang lunak atau beroperasi
membawa muatan di medan yang kurang baik.
Daerah rentang kecepatan untuk setiap posisi speed adalah sebagai berikut:
Bila mengoperasikan Gear Shift Lever, posisikan Lever pada setiap posisi dengan
aman. Bila lever diletakkan dengan posisi tidak sempurna, maka lampu tampilan
pada shift indicator akan hilang/mati dan lampu peringatan untuk Transmission
menyala.
Untuk perpindahan Speed dari Forward ke Reverse, atau sebaliknya , Unit harus
benar – benar berhenti.
Bila menghidupkan Engine, periksalah apakah Gear Shift Lever pada posisi Selain
“N” (netral). Jika pada posisi lain, Engine tidak bisa hidup.
Bila Starting Switch pada posisi ON dengan Gear Shift lever pada posisi selain “N”
(Netral) lampu peringatan pusat akan menyala dan bel alarm berbunyi.
Jika Gear Shift Lever dipindahkan dari posisi “N” waktu Parking Brake di
Operasikan, lampu peringatan akan menyala dan alarm berbunyi.
Jika Gear Shift Lever dipindahkan ke posisi selain “N” saat Dump Body Lever selain
Float lampu peringatan pusat akan menyala dan alarm berbunyi.
Bila sedang beroperasi ( Unit sedang berjalan ) jangan memindahkan Gear Shift
Lever ke posisi “N”.
Bila memindahkan Gear Shift Lever dari “N” ke Forward atau Reverse , Pedal gas
harus dilepas.
Bila memindahkan Gear Shift lever dari “N” ke “R” atau dari D ke 5, tekan Lock
Lever pada Gear Shift Lever sebelum memindahkan.
d. Safety Lock
Alat ini digunakan untuk mengunci dump lever.
Peringatan !
Saat menaikkan dump body untuk proses pemeriksaan unit,
pastikan dump lever pada posisi HOLD, fungsikan safety
lock, lalu pasang safety pinnya.
Penjelasan komponen instrument panel dan control lever yang berhubungan langsung
dengan ARSC system.
1. System Switch
Switch ini digunakan untuk menghidupkan/mematikan (ON/OFF) ARSC system.
- Display akan menampilkan angka 0 jika kecepatan yang telah di set dibatalkan.
- Ketika starting switch posisi ON atau systwm switch posisi ON, display menampilkan
“–“ , dan kemudian 0.
6. Ready Lamp
Lampu ini akan menyala ketika telah di set. Jika lampu padam berarti ARSC System
tidak bekerja. Lampu ini akan menyala selama 3 detik ketika starting switch posisi ON
untuk memastikan bahwa lampu hidup.
MACHINE MONITOR
Jika lampu tidak menyala ini memungkinkan adanya kegagalan atau tidak
terhubungkan, segera hubungi mekanik untuk memperbaiki
Apabila kunci starter diputar keposisi ON, jika shift lever tidak pada posisi netral,
setelah selesai system bekerja lampu pilot shift lever dan lampu peringatan cetral akan
menyala, dan buzzer alarm akan berbunyi terus menerus. Apabila ini terjadi, jika shift
lever diposisi ke netral ( N ) ditampilkan, lampu peringatan central mati, dan buzzer
berhenti
CHARACTER DISPLAY
Pada kondisi normal, odomater akan ditampilkan pada character display ini. Apabila unit
mengalami kerusakan atau terdapat beban yang berlebih pada unit dan atau jika diperlukan
suatu inspeksi atau kegiatan maintenance maka akan ditampilkan action code (E01, E02 dan
E03) pada character display. Character Display juga akan menampilkan kode ketika sudah
saatya dilakukan penggantian oli atau filter pada komponen unit.
E01
Kode ini menunjukkan apabila waktu kegiatan
maintenance harus segera dilakukan, contohnya
adalah Replacement Oil Filter. Segera laporkan ke
mekanik apabila kode tampil di layar charcter display. Pada baris pertama di layar display
akan ditampilkan kode E01 dan pada baris berikutya akan ditampilkan MAINTENANCE atau
ditampilkan juga lokasi yang memerlukan inspeksi (inspoection), pengisian (filling) atau
penggantian Replecement).
E02
Apabila ditampilkan overrun pada unit segera
turunkan kecepatan engine dan kecepatan unit
sementara unit tetap beroperasi. Namun apabila
ditampilkan kondisi Overheat pada unit, segera hentikan unit dan hidupkan engine pada
putaran kecepatan menengah sampai action code hilang. Apabila action code tetap tampil
dalam waktu yang lama segera laporkan kondisi tersebut ke atasan dan atau mekanik.
E03
Apabila kode ini muncul di character display
segera hentikan unit dan laporkan kondisi tersebut
ke atasan atau mekanik.
CAUTION ITEMS
Jika monitor menyala selama beroperasi, periksa lokasi yang bermasalah dengan
cepat dan ambil tindakan yang diperlukan !!!
Jika filter atau waktu penggantian oil dimunculkan pada character display, lampu akan
berkedip atau menyala.
Lampu akan menyala dan pada waktu bersamaan pada character display akan muncul “ E02
BRAKE OVERHEAT ” . lalu hentikan operasi dan parkir unit di tempat aman, atur shift lever
pada posisi N (netral) dan biarkan Engine pada putaran sedang hingga lampu peringatan mati.
SHIFT INDICATOR
Monitor ini (6) memperlihatkan tentang pergantian transmissi /
rentang kecepatan.
METERS
SPEEDOMETER
ENGINE TACHOMETER
FUEL GAUGE
Meteran ini (3) memperlihatkan jumlah bahan baker yang tinggal
dalam fuel tank. Apabila lampu peringatan level bahan bakar
menyala, mengindikasikan bahwa bahan bakar kurang dari 225
liter ( 59.45 US galon ) yang tersisa dalam tank, jadi periksa dan
tambahkan
2. Ketika action code “E02” atau “E03” muncul pada character display
3. Jika parking brake digunakan, tapi shift lever tidak pada posisi N
4. Ketika lever dump tidak pada posisi FLOAT atau dump body terangkat dan shift lever
tidak posisi N
SWITCH
STARTING SWITCH
Switch (1) ini digunakan untuk menghidupkan dan mematikan engine.
Posisi Off :
Pada posisi ini kunci bisa dimasukkan dan diambil. Ketika kunci
diputar ke posisi ini semua sirkuit listrik putus dan engine mati.
Posisi On :
Pada posisi ini, arus listrik mengalir pada pengisian dan sirkuit-
sirkuit lampu. Tempatkan kunci pada posisi ini ketika engine
hidup.
Pada cuaca dingin, jika kunci stater diputar ke posisi On, Pre-hetaing dengan sendirinya
dimulai dan lampu pilot pre-hetaing. Setelah pemanasan selesai lampu pilot pre-heating mati.
Posisi Start :
Posisi ini adalah untuk menghidupkan engine. Lepaskan kunci
dengan segera setelah engine hidup. Kunci ini akan kembali ke
posisi On kalau dilepas.
LAMP SWITCH
Switch ini (2) menyalakan lampu depan, lampu-lampu samping, lampu ekor, menerangi
monitor unit dan lampu belakang.
Posisi (a) : Off
Posisi (b) : Lampu samping, lampu ekor dan lampu monitor
Posisi (c) : Lampu depan menyala dengan tambahan lampu-lampu pada posisi (b)
Switch lampu dapat dioperasikan tanpa menghiraukan dari posisi lever.
DIMMER SWITCH
Switch ini (2) digunakan untuk mengubah lampu depan antara
lampu panjang dan lampu pendek.
Tiap saat switch (2) digerakkan ke atas pada arah (a) lampu
depan berubah antara lampu panjang dan lampu pendek. Ketika
switch dilepas dengan sendirinya kembali ke posisi asal (b).
Ketika switch lampu Off. Jika switch lampu dioperasikan pada
arah (a) lampu depan menyala pada posisi lampu panjang.
Apabila emergency steering pada posisi ON dan switch parking brake pada posisi TRAVEL
saat unit berhenti, maka emergensy steering akan berfungsi setelah 1 detik. Jadi aktifkan
switch Parking Brake pada posisi PARKING.
terjadi ketidaknormalan pada circuit pengereman dan tekanan accumulator turun , maka
emergency brake akan bekerja secara otomatis.
Jika engine mati dengan switch parking brake pada posisi TRAVEL, parking brake akan
bekerja walupun switch pada posisi TRAVEL. Dalam kasus ini, hidupkan kembali engine,
pindahkan switch ke PARKING dan kemudian gerakan kembali ke TRAVEL untuk
membebaskan rem parkir.
Suhu air terdeteksi dan ketika dia pada suhu yang rendah, putaran engine dengan
sendirinya menjadi tinggi untuk mengurangi pemanasan.
Ketika berjalan pada malam hari symbol didalam switch menyala tanpa menghiraukan posisi
yang dipilih switch.
Ketika melakukan operasi dengan pintu terbuka penuh posisikan switch ke (a/Off).
BRAKE PEDAL
Pedal ini (1) digunakan untuk pemakaian rem roda
ACCELERATOR PEDAL
Pedal ini digunakan untuk menyetel kecepatan putaran engine. Pedal
ini juga dioperasikan dengan bebas antara putaran rendah dan
putaran tinggi
Posisi R
Digunakan agar unit dapar bergerak mundur, terdapat 2 gigi percepatan pada posisi ini (RL
dan RH). Apabila dump body pada posisi raise maka fungsi pada posisi ini tidak dapat
Posisi 6-L
Posisi ini digunakan pada kondisi-kondisi yang membutuhkan tenaga pada kecepatan tinggi
dan atau traksi yang besar. Atau dapat digunakan saat kondisi jalan menanjak ataupun
turunan. Selalu gunakan salah satu dari posisi ini ketika awal bergerak dengan muatan.
Apabila dump body pada posisi raise maka unit akan bergerak hanya pada speed 1. Oleh
sebab itu selalu posisikan dump body pada posisi lower saat travel. Rentang kecepatan dari
masing-masing posisi dapat dilihat pada tabel berikut :
Sebelum memindahkan speed dari maju ke mundur atau kebalikannya hentikan dahulu unit
dengan sempurna.
Engine tidak dapat distart apabila gear shift lever pada posisi selain Netral. Ketika Starting
switch pada posisi ON, apabila gear shift lever pada posisi selain netral, position shift lever
pilot lamp akan menyala, central warning lamp menyala dan buzzer alarm akan berbunyi.
Apabila parking brake diaktifkan dan atau posisi gear shift lever pada posisi selain netral
maka central warning lamp menyala dan buzzer alarm akan berbunyi.
Apabila gear shift lever pada posisi selain netral dan posisi dump body selain Float maka
central warning lamp menyala dan buzzer alarm akan berbunyi.
Sebelum memindahkan gear shift lever dari N ke R atau dari posisi D ke 6, tekan lock
button pada gear shift lever sebelum memindahkan ke posisi yang diinginkan.
DUMP LEVER
Untuk mencegah kerusakan pada dump body melalui vibrasi dari
permukaan jalan selalu turunkan dump body sebelum berjalan.
Lever ini digunakan untuk mengoperasikan dump body.
A. Raise : Untuk menaikkan Dump Body
B. Hold : Dump body berhenti dan ditahan pada posisi ini
C. Float : Dump body bergerak dengan bebas karen berat dump
body
D. Lower : Untuk menurunkan Dump Body
Selalu set di posisi Float ketika berjalan.
FIRE EXTINGUISHER
Fire Extinguisher terletak di sebelah kiri depan pada unit.
AIR CONDITIONER
ON/OFF SWITCH
Switch ini digunakan untuk mengaktifkan switch.
FAN SWITCH
Switch ini digunakan untuk mengatur aliran udara dari fan sampai 4 level. Tekan ”˄” untuk
menaikkan aliran udara, tekan ”˅”. Satuan tekanan udara dapat dilihat pada monitor air
conditioner
AIR CONDITIONER SWITCH
Gunakan switch ini untuk mengoperasikan fungsi
cooling, heating dan dehumidiying atau
menghrntikan air conditioner. Ketika swtich
ditekan Sismbol Air Conditioner dalam keadaan
aktif (B) akan tampil pada monitor. Ketika Switch
ditekan kembali, Air Conditioner akan mati diikuti
dengan simbol yang juga mati.
DEF SWITCH
Gunakan switch ini untuk mengatur tenperatur udara yang keluar dari vent. Terdapat 8 tingkat
pengaturan dari Low Temperature sampai High Temperature. Tekan > untuk menaikkan
temperature dan < untuk menurunkan temperature.
BAB V
METODE & TEKNIK OPERASI
A. PENGATURAN OPERATOR SEAT
Parkir unit ditempat yang aman dan matikan engine ketika melakukan penyetelan
operator seat.
Setel tempat duduk sebelum mulai operasi atau ketika berganti operator
Setel tempat duduk sehingga anda mampu menekan pedal brake secara penuh dengan
punggung anda melawan sandaran.
2. Pengaturan kemiringan
Tarik lever (2) keatas, dan tekan kebawah pada
bagian belakang kursi untuk memiringkan
kebelakang.
Dorong lever (2) kebawah dan tekan kebawah
pada bagian depan kursi untuk memiringkan
kedepan.
Rentang penyetelan: 130 sudut kemiringan ke
atas dan ke bawah.
3. Pengaturan berat
Putar grip (3) dibawah tempat duduk untuk menyetel kekuatan dari suspension.
Rentang penyetelan: 50 kg ~ 120 kg (110 ~ 265 lb)
5. Pengaturan ketinggian
Gerakan lever (2) ke atas, set tempat duduk ke posisi yang diinginkan, kemudian
lepaskan levernya.
Rentang penyetelan: 60 mm (2.4 in)
8. Lumbar support
Putar grip (5) untuk mengatur kekencangan lower back
MIRROR A:
Merefleksikan setiap bagian yang berada di belakang cermin A dan di sekitar area titik kontak
ban dengan tanah (A) dan dump body bagian ujung atas.
MIRROR B:
Merefleksikan setiap bagian yang berada di belakang cermin B.
MIRROR C:
Merefleksikan setiap bagian yang berada di belakang cermin C dan bagian dari truck.
MIRROR D:
Merefleksikan setiap bagian yang berada di belakang cermin D dan di sekitar area titik kontak
ban dengan tanah (A) dan dump body bagian ujung atas.
MIRROR E:
Merefleksikan setiap bagian yang berada di belakang cermin E dan bagian dari truck.
Nilai-nilai di bawah ini merupakan acuan untuk batas jarak pandang kaca spion:
G. MENGHIDUPKAN ENGINE
Jangan mempercepat putaran engine secara tiba-tiba sebelum melakukan pemanasan.
Jangan mengoperasikan starting motor terus menerus lebih dari 20 detik.
Jika engine tidak bisa distart, tunggulah 2 menit dan coba start kembali.
Ketika menstart engine jangan menekan accelerator pedal, meskipun accelerator pedal
ditekan saat engine sudah start, kecepatan putaran engine dibatasi oleh fungsi proteksi
turbo. Setelelah waktu proteksi turbo habis
kecepatan putaran engine akan naik secara
tajam yang dapat menimbulkan kerusakan
pada turbo.
1. Memutar kunci kontak (1) ke posisi ON Lampu
preheater akan menyala, tergantung kepada
temperatur air Pendingin engine, maka engine
perlu dipanasi. Setelah waktu pemanasan selesai,
maka lampu preheater akan mati. Lama waktu pre heating dapat dilihat pada tabel berikut
:
Ketika starting key pada posisi ON dan jika suhu air pada engine pada 5° atau lebih maka
tidak perlu dilakukan preheating pada engine. Sehingga pada kondisi ini tidak diperlukan
preheating saat engine distart.
2. Setelah preheater pilot lamp mati, putar starting key pada
posisi Start yang kemudian engine akan start.
Ketika starting engine, lampu monitor akan menyala selama
starting motor masih mekerja, akan tetapi lampu monitor
akan mati setetlah engine menyala.
3. Setelah Engine start, release starting key.
Apabila engine silit untuk dinyalakan, kembalikan starting
key ke posisi OFF dan start kembali engine seperti dijelaskan
pada langkah-langkah tadi. Apabila Starting switch tidak dikembalikan pada posisi OFF
maka Automatic Preheater tidak beroperasi.
4. Setelah Engine start, jangan injak pedal eccelarator namun jalankan engine pada putara
sedang samapai dengan 15 detik.
Segera setelah starting engine, hindari start secara mendadak, maju mendadak,
berhenti mendadak dan merubah arah mendadak.
H. MEMATIKAN ENGINE
Jika Engine tiba-tiba dimatikan tanpa adanya pendinginan, hal ini sangat membahayakan
dan mengurangi umur Engine parts. Oleh karena itu jangan sekali-kali mematikan engine
mendadak kecuali keadaan darurat.
Ikuti tahap-tahap pendingin sebelum mematikan
Engine dibawah ini.
1. Set shift lever keposisi N (netral), lalu set switch parking brake
keposisi PARKING.
2. Turunkan dump body dan set dump lever keposisi HOLD.
3. Biarkan Engine pada putaran rendah selama 5 menit untuk
pendinginan.
4. Putar switch starter (1) ke posisi OFF untuk mematikan Engine
5. Tarik kunci dari starter switch
Parking brake akan bekerja secara otomatis walaupun switch parking brake posisi
TRAVEL. Ketika menghidupkan Engine lagi, gerakkan switch parking brake
keposisi PARKING dan kemudian gerakkan switch kembali ke TRAVEL untuk
membatalkan parking brake.
5. Periksa lampu monitor retarder (3) telah padam, lalu atur lever transmisi (4) pada
posisi maju.
Ketika menggerakkan shift lever, yakinkan
posisinya tepat.
Jika shift lever tidak pada posisi yang
benar, lampu posisi shift display pada panel
akan mati dan lampu peringatan trasmisi
akan menyala.
Selalu melepas pedal gas sebelum
memindahkan dari R (Revers/mundur) ke F (Forward/maju)
Ketika memindahkan shift lever, turunkan putaran engine pada putaran
rendah.
6. Injak pedal gas secara bertahap untuk menggerakkan unit.
Jika leper rem parkir belum dilepas,
sementara lever transmisi sudah
dipindahkan keposisi selain netral (N)
lampu peringatan utam akan menyala dan
alarm akan berbunyi.
Jika leper Dump tidak pada posisi FLOAT,
sementara lever transmisi sudah
dipindahkan keposisi selain netral (N) lampu peringatan utam akan menyala
dan alarm akan berbunyi.
Jangan memindahkan lever transmisi sementara pedal gas diinjak. Karena hal
ini akan menimbulkan hentakan yang sangat besar dan akan memperccepat
kerusakan unit.
Setelah memindahkan shift lever jangan menginjak pedal gas sampai anda
mengetahui bahwa clutch transmisi terhubung.
Jangan memindahkan lever transmisi pada saat pedal gas di injak.Tindakan ini
kan menyebabkan guncangan yang keras, dan juga akan memperpendek umur
dari unit tersebut.
2. MENGHENTIKAN UNIT
BERHENTI NORMAL
Lepas pedal gas (1) dan injak pedal rem (2) untuk
menghentikan unit.
BERHENTI DARURAT
J. MERUBAH GEAR
Jangan memindahkan Gear Shift Lever ke posisi N ketika unit sedang berjalan di turunan.
Apabila transmissi pada posisi Netral, engine tidak
dapat memberikan efek pengereman dan steering wheel
akan mejadi lebih berat.
Unit sudah dilengkapi dengan Transmisi otomatis,
diatur oleh lever (1) transmisi secara otomatis akan
pindah sesuai dengan kecepatan unit.
MENAIKKAN KECEPATAN
1. Ketika pedal gas (2) diinjak untuk menambah
kecepatan unit, lockup clutch terhubung untuk merubah
trasmisi menjadi direct drive
2. Jika diinjak lebih dalam secara otomatis akan terjadi
penambahan tingkat kecepatan.
MENURUNKAN KECEPATAN
Jika pedal gas(2) dilepas kecepata unit akan berkurang dan secera otomatis transmisi akan
menurunkan tingkat kecepatan.
SKIP SHIFT
Untuk gearshift normal transmisi berpindah 1X setiap satu range.
Saat mendaki dan kecepatan turun tiba-tiba, trasmisi melewati 1 gear range turun untuk
mengurangi kejutan transmisi (misal dari 5 ke 3, dari 4 ke 2 )
Skip shift ini menggunakan teknologi K-ATOMICS (Komatsu Advanced Transmission with
Optimum Modulation Control System) yang menjamin tekanan modulasi clutch dengan benar
ketika clutch engage.
K. BERJALAN MENURUN
Ketika berjalan menurun, jalankan unit pada kecepatan yang aman sesuai dengan lebar dari
jalan, kondisi dari permukaan jalan dan kondisi lain dari job Site misalnya peraturan
kecepatan jalan di tambang.
Jika unit berhenti, jika diperlukan letakkan balok ganjal di bawah roda.
Untuk menjaga agar oil retarder tidak over heat, pertahankan putaran engine pada
1800 Rpm.
Untuk mempertahankan kecepatan maximum pada saat turunan gunakan Retarder,
lihat grapik kemampuan brake pada saat turunan jarak dan sudut tertentu.
Berjalan pada turunan secara terus menerus dengan kecepatan melibihi yang diizinkan
akan berbahaya dan dapat merusak rem .
Jika lampu monitor temperatur oli retarder berkedip ketika menggunakan retarder,
turunkan kecepatan untuk berjalan menurun.
(Ketika ini terjadi, lampu peringatan pusat berkedip dan buzzer alarm akan bunyi)
Jika lampu monitor tidak mau mati setelah kecepatan transmisi diturunkan, Hentikan
unit saat itu juga, atur lever transmisi pada posisi N, putaran engine pada 1900 rpm,
dan tunggu hingga lampu monitor mati.
Jika retarder tidak berfungsi pada saat di gunakan pada jalan turunan, ikuti langkah-
langkah berikut ini:
1. Lepas retarder brake secara penuh, lalu tarik kembali lever barake retarder.
2. Jia tida ada reaksi setelah lever retarder di tarik kembali, kembalikan kembali lever
retarder pada posisi releas(tidak rem) secara penuh, lalu injak pedal brake untuk
menghentikan unit.
Gunakan retarder perlahan-lahan, jika rem diaktifkan secara mendadak, hal ini sangat
berbahaya karena ban unit dan akan slip.
Jika transmissi pada posisi Netral, maka engine tidak dapat memberikan efek
pengereman dan steering wheel menjadi berat.
Sebagai tambahan, apabila terjadi kekurangan Oli pendinging retarder akan
menyebabkan sesuatu yang berbahaya yakni terjadinya overheat atau sistem kerja
retarder tidak optimal.
Hal ini juga dapat mengakibatkan kerusakan pada transmissi dan part lainnya pada
istem power train dan juga bahaya dari kejadian-kejadian yang ttidak diinginkan.
Apabila retarder control lever dioperasikan pada kondisi jalanan yang menurun, transmissi
akan shift down lebih cepat dibandingkan dengan kondisi penurunan kecepatan secara
normal. Hal tersebut juga memungkinkan travel tanpa shift up.
Jangan melakukan shfit up ataupun melakukan accelerasi kecepatan engine ketika
menggunakan retarder. Kecepatan engine akan naik dan ini akan mengakibatkan buzzer alarm
berbunyi dan central warning lamp akan menyala.
1. Sebelum mulai berjalan menurun, lepas pedal gas (1) dan operasikan retarder lever (2)
untuk mengurangi unit menurun.
Jika Switch set dan Switch penurun ( top down ) dioperasikan secara bersamaan,
maka pengoperasian tap down yang diprioritaskan
Top Up dan Top Down (penambah dan penurun kecepatan ) digunakan untuk
membuat penyetelan yang baik dari set Travel Speed. Dalam hal ini memungkinkan
untuk penyetelan set travel speed + 5 Km/Jam (3,1 MPH) ketika berjalan dengan
sistim ARSC ( ketika pedal gas dibataskan ). Saat pedal gas telah sedang
dioprasikan, ARSC dibatalkan, jika hal ini memungkinkan untuk mengoprasikan
dengan bebas antara 10 sampai 55 Km/Jam (dari 6,2 sampai 34,2 MPH)
menyala dan set travel speed secara otomatis akan turun pada 1 Km/jam setiap 3 detik.
Pengaturan minimum untuk pengaturan terendah adalah 10 Km/jam.
L. MENGEMUDIKAN UNIT
Jika unit berbelok pada kecepatan tinggi atau pada
darah miring, hal ini sangat berbahaya unit dapat
terbalik, jangan mengoperasikan steering pada
kondisi ini.
Jangan terus memutarkan steering ketika roda sudah
penuh belok kekan atau kekiri. Hal ini akan
menyebabkab teperatur oli di dalam system naik dan
akan terjadi overheat.
Ketika sedang berjalan, atur roda kemudi dengan
memutar langsung steering kemudi (1).
Ketika berjalan di daerah sebuah kurva, lepas pedal gas sebelum masuk daerah kurva,
turunkan kecepatan pada kecepatan rendah, lalu injak pedal gas secara bertahap unTuk
melewati daerah kurva. Jangan melewati daerah berpasir dengan kecepatan tinggi.
M. METODE LOADING
Saat melakukan aktivitas loading perhatikan hal-hal berikut :
Operator harus mengetahui kondisi dan situasi dilapangan.
Operator Dump Truck pada saat mundur harus memperhatikan posisi bucket/siap
loading.
Posisi ban depan lurus dengan ban belakang.
Gunakan retarder brake atau parking brake ketika loading.
Jangan memaksakan unit jika kondisi lapangan kurang rapi.
Jangan keluar dari cabin pada saat proses loading berlangsung.
Ikuti code-code dari operator Excavator.
Pada saat manuver usahakan radius putar sekecil mungkin (pada saat mundur tidak
terlalu jauh).
Pada saat mundur memposisikan dump truck kea lat loader untuk memulai loading
usahakan dengan waktu yang sekecil mungkin. Sesuai dengan standard komatsu
berikut adalah table waktu standard yang dbutuhkan dump truck memposisikan ke alat
loading untuk melaksanakan loading :
TOP LOADING
Pada metoda pengisian ini (top loading) posisi dump truck dan excavator berada
pada satu bidang yang rata.
Metode ini kurang aman untuk digunakan, karena area blind spot yang lebih
sempit.
Tempatkan dump truck membelakangi excavator searah dengan letak track
excavator (bila posisi excavator searah dengan posisi dump truck)
Tempatkan dump truck tegak lurus dengan excavator pada jarak jangkauan operasi
excavator (bila posisi excavator melintang/tegak lurus dengan posisi dump truck)
Pada saat mundur perhatikan posisi bucket excavator yang siap loading dilihat dari
kaca spion.
Ikuti aba-aba dari operator excavator
Jangan keluar dari ruang operator (cabin) selama pengisian.
Tempatkan dump truck disamping kiri alat pemuat (excavator/shovel) dan usahakan
posisi ban sejajar dengan track excavator/shovel dengan posisi dump truck mundur.
Pada saat mundur, perhatikan melalui kaca sepion sebelah kiri kedudukan bucket
terlihat di bibir vessel.
Jarak antara roda/ban dengan track = 1,5 x lebar dump truck.
Misalnya untuk excavator dengan kapasitas bucket + 13 m3, jarak antara roda ban
dengan track + 6 s.d 7 meter.
Posisi ban depan lurus/searah dengan ban belakang
Posisi dump truck yang keliru di tempat pemuatan (loading point), biasanya terjadi
karena jarak antara dump truck dan excavator terlalu dekat, atau posisi ban
belakang dan ban depan dump truck tidak lurus / searah, sehingga gerakkan swing
excavator akan mengena kepada dump truck. Hati-hati dapat mengakibatkan
kecelakaan yang serius.
1½ SIDE LOADING
Pada metode ini unit dump truck yang antri untuk diisi membentuk sudut + 45o.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi soptting time, apabila metode double side
loading tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
Posisi seperti tersebut diharapkan Dump Truck yang antri dapat melihat dump truck
yang sedang diisi sehingga harapannya unsur keselamatan tetap terjaga.
Perhatikan aba-aba dari operator excavator, terutama untuk dump truck yang berada
di sisi kanan diperlukan kehati-hatian yang tinggi.
Jangan menempatkan dump truck terlalu dekat dengan excavator, karena akan
sangat berbahaya terutama pada saat swing yang dapat mengakibatkan kecelakaan
serius
Posisi ban depan harus searah dengan ban belakang
Selama menunggu dan pengisian, operator dump truck tidak boleh keluar dari
ruang operator (cabin), akan sangat berbahaya bagi operator.
Sebagai acuan bagi operator dump truck makas Spotting hose harus digantung pada
bagian tengah counterweight pada excavator dan diberi lampu, setiap sudut
counterweight juga diberi lampu.
N. METODE HAULING
Metode hauling dapat dilihat pada materi mengemudikan unit dan berbagai materi yang
berhubungan dengan teknik pengereman.
Didalam menjalankan Truck Produksi yang harus diperhatikan untuk mencapai produksi yang
tinggi dan selamat yaitu :
Jangan mengoperasikan unit bila didalam cabin terdapat service tag.
Jaga jarak dengan unit yang berada didepannya.
Kecepatan diusahakan sama (Km/Jam) = pandangan kecepatan (M x 0.7).
Pastikan Vessel sudah benar-benar dalam posisinya.
Perhatiak tekanan udara.
Informasikan kepada atasan bila menemukan jalan yang bergelombang dan debu
tebal.
Informasikan kepada atasan jalan kurang atau tidak sesuai dengan standard berikut :
No Deskripsi Parameter
1 Design Speed - 60 Km/jam
2 Lebar Jalan - Min 3,5 L (L=lebar alat hauling terbesar)
3 Grade Jalan - Max 8% untuk Rigid, 12% untuk Articulated
Horizontal Curve
4 - Min 50 meter (S-C-S)
Radius
5 Superelevasi - Max 5%
6 Cross Fall - Max 5%, Shoulder 4-8%
7 Sight Distance - Min 80 meter
8 Drainage - Min slope 1 %
9 Safety Berm - Min 2/3 D (D=tinggi ban alat hauling terbesar)
2. Letakkan lever dump (3) pada posisi RAISE, injak pedal gas
untuk menaikkan dump body. Jika dump lever dilepas pada
posisi RAISE. Lever akan tertahan pada posisi RAISE dan
Dump body akan terus bergerak naik. Kecepatan naik sebanding
dengan kecepatan engine.
Bila lever transmisi dipindahkan keposisi selain N (netral) saat lever dump body tidak pada
posisi tidak pada posisi FLOAT, lampu peringatan pusat akan menyala dan Alarm akan
berbunyi.
Bila menaikkan dump body kurangi tekanan pada pedal gas saat dump body mendekati sudut
maksimum untuk mengurangi beban kejut pada rangkaian hidrolik dan silinder pengangkat.
Tanpa memperhatikan set kecepatan pada gear shift lever. Unit akan tetap bergerak pada
kecepatan 1 apabila dump body pada posisi Raise.
Bergerak ke depan kurang lebih 3 meter untuk menumpahkan semua material.
Pastikan unit berhenti ketika menurunkan dump body.
TINDAKAN PENCEGAHAN
1. Ketika travel pada keadaan hujan, bersalju, berlumpur atau tanah lembek
pertimbangkan kondisi beban dari unit dan hati-hati jangan sampai roda slip atau unit
berputar dan tertanam ketanah.
2. Jika Engine mati ketika unit travel, hentikan unit dengan segera kemudian gerakkan
shift lever ke posisi N (netral) dan hidupkan kembali Engine.
3. Jika sedang operasi lampu peringatan utama dan lampu petunjuk dari EMERGENCY
machine monitor berkedip dan buzzer alarm bunyi, hentikan unit dengan segera dan
cari penyebab kerusakan.
4. Ketika sedang loading behati-hati agar beban merata keseluruhan dump body dan
lebih khusus lagi jangan terlalu banyak beban bagian depan.
5. Pada permukaan jalan yang licin gunakan control retarder pelan-pelan kemudian
turunkan trasmisi untuk mencegah roda belakang terhenti
6. Ketika melewati genangan air, air dapat masuk ke front brake dan menyebabkan
penerunan kemampuan brake jadi hati-hatilah mengemudikan di temat seperti itu,
andaikan air masuk ke brake injak pedal brake beberapa kali agar menghasilkan panas
akibat gesekan antara pad dan disc.
P. MEMARKIR UNIT
Hindari menghentikan unit secara tiba-tiba.
Parkir unit pada tanah yang keras dan datar.
Jangan parkir unit pada daerah miring. Jika tidak
dapat dihindari parkir di daerah miring ganjal roda
menggunakan balok untuk menghindari unit bergerak
dengan tiba-tiba.
Jika lever trasnmisi tersentuh tanpa sengaja, unit dapt
bergerak secar tiba-tiba dan hal ini dapat menyebakan kecelakaan yang serius.
Sebelum meninggalkan kabin operator selalu posisikan lever parking brake pada
posisi PARKIR.
Jangan menggunakan retarder brake
gunakanlah parking brake
Tanpa memeperhatkan putaran Engine
Jangan gunakan retarder untuk parking
dalam waktu yang lama
1. Lepas pedal gas (1) lalu injak pedal rem (2) untuk
menghentikan unit.
3. Dimana operator masih berada di dalam cabin, tarik lever retarder (5) untuk
mengaktifkan rem retarder.
Retarder tidak untuk digunkan sebagai Parking Brake, Jangan gunakan retarder brake untuk
waktu yang lama, tanpa memperhatikan kecepatan engine.
Q. PEMERIKSAAN SETELAH BEKERJA
Gunakan monitor panel untuk memeriksa suhu air engine, tekanan oil engine, dan jumlah
bahan bakar. Jika engine terjadi panas yang berlebihan jangan matikan engine dulu, sebelum
dimatikan biarkan engine berputar dengan putaran sedang hingga temperaturnya turun.
Lakukan juga hal-hal berikut :
1. Periksa perlengkapan kerja bagian bawah, body, komponen bawah terhadap kebocoran oli
dan air.
2. Isi tangki bahan bakar.
3. Bersihkan ruangan sekitar engine dari kertah atau material lainnya yang mudah terbakar.
4. Bersihkan tanah-tanah yang menempel pada komponen bagian bawah.
MENGUNCI
Selalu kunci dibawah ini :
1. Tutup pengisian bahan bakar.
2. Pintu kabin (kiri dan kanan) Kunci pintu sisi kanan
secara langsung dari sisi dalam (tempat duduk
operator).
R. PRODUKTIVITAS
Yang dimaksud dengan Produktivitas adalah Produksi dibagi waktu kerja efektif perjam
(PRODUKSI/ UTILISASI)
Sedangkan Produksi adalah Akumulasi hasil kerja dalam suatu kurun waktu tertentu (BCM).
Ultilisasi adalah Waktu yang tersedia untuk beroperasi dari waktu unit RFU.
FAKTOR-FAKTOR YAN MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS
1. Kondisi material
Kondisi material akan menyangkut atau mempengaruhi kapasitas blade atau
bucket, yang dikaitkan dengan kemudahan atau sulitnya penanganan/
pemindahannya
a. mudah digali (tanah lepas, tanah lempung, pasir, kerikil halus)
b. rata-rata/agak mudah (tanah liat, kerikil kasar)
c. sulit (tanah padas, batu, granit, dan biasanya didahului dengan peledakan atau
ripping)
Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan
volume material/ tanah yang terjadi akibat dari perubahan bentuk dari aslinya.
Keadaan material terbagi dalam 3 keadaan yaitu :
Bank (keadaan asli)
Kedaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan,
dinamakan keadaan asli (bank), dan dalam keadaan seperti ini butiran-butiran
yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Ukuran dinyatakan
dalam BCM = Bank Cubic Metre
Loose (keadaan lepas/terurai)
Material yang telah digali dari tempat aslinya akan mengalami perubahan
volume yaitu mengembang yang disebabkan adanya penambahan rongga udara
diantara butiran- butiran material. Dengan demikian volumenya akan menjadi
lebih besar. Keadaan ini akibat adanya pekerjaan terhadap material tersebut,
T. SAFETY OPERASI
NAIK TURUN DUMP TRUCK
1. Sebelum naik atau turun dari dump truck, apabila ada minyak (oli), gemuk atau
Lumpur pada tangga dan pegangannya, bersihkan terlebih dahulu. Harus dijaga
agar bagian ini bersih, dan segera perbaiki bila ada kerusakan dan kencangkan
setiap ada baut yang longgar
2. Bila akan naik ke dalam dump truck, bersihkan alas sepatu dari oli atau lumpur
karena akan sangat berbahaya bila sepatu licin menginjak
pedal, dapat menimbulkan kecelakaan.
3. Jangan meloncat dari dump truck bila akan turun, gunakan
selalu anak tangga.
4. Jangan naik atau turun dari dump truck bila dump truck
dalam keadaan jalan.
5. Bila akan naik atau turun dari dump truck, selalu
menghadap ke mesin dan dijaga agar minimal tiga anggota
badan melekat pada tangga (dua kaki satu tangan atau satu
tangan dua kaki)
6. Berhati-hatilah apabila membawa barang (agak berat) ke ruang operator, akan
lebih baik apabila dimasukkan ke dalam tas
7. Jangan menyentuh tuas atau control bila naik atau turun dari dump truck.
b. Bunyikan klakson 2 x bila akan bergerak maju dan 3 x bila akan bergerak
mundur.
c. Selalu duduk ditempat duduk dengan benar selama menjalankan dump truck
d. Kencangkan sabuk pengaman
e. Selalu tutup dan kunci pintu selama perjalanan
SELAMA PENGOPERASIAN
Selama perjalanan
a. Jangan diputar kunci kontak ke posisi OFF selama perjalanan, akan sangat
berbahaya bila engine mati sedangkan truck masih berjalan karena pada saat
itu steer tidak dapat dikendalikan.
b. Selalu konsentrasi pada pekerjaan, sangat berbahaya bila perhatian terpecah.
c. Dapat menimbulkan bahaya bila Menjalankan terlalu cepat, Start engine yang
mendadak, Stop dump truck secara mendadak, Menikung secara tiba-tiba, Dan
menjalankan dump truck dengan zig zag
d. Bila dalam perjalanan ada hal-hal yang mencurigakan (suara, getaran, bau,
meteran yang tidak bekerja normal, kebocoran udara/angin, oli dan
sebagainya) berhentilah segera dan periksa penyebabnya.
e. Jangan memutar steer secara mendadak, dapat menghilangkan keseimbangan
dump truck dan merusak permukaan jalan.
f. Bila berjalan di jalan yang jelek, hindarkan dari perpindahan gigi yang
mendadak, dan berjalanlah dengan kecepatan yang rendah (aman)
g. Selama dalam perjalanan jaga jarak untuk mencegah tabrakan dengan
kendaraan lain.
h. Bila menjalankan dump truck melalui jembatan atau bangunan, periksa
jembatan atau bangunan tersebut apakan dapat menahan berat dump truck. Bila
akan berjalan di jalan umum hubungi pejabat setempat dan patuhi semua
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
i. Jangan menjalankan dump truck sambil dump body terangkat.
c. Bila membongkar di tempat menurun, stabilitas dump truck menjadi tidak baik
dan sangat berbahaya, mungin dapat terbalik. Harus ekstra hati-hati
mengoperasikannya.
d. Waktu membuang bongkahan batu besar, tuangkan dengan perlahan-lahan.
Mengisi muatan (loading)
a. Berhentilah di tempat yang tepat, periksa keamanan di sekitar alat, baru
dilakukan pengisian.
b. Jangan keluar atau masuk ruang operator selama pengisian.
Unit Terguling
a. Jangan panik, tenangkan diri dan pikiran, konsentrasi untuk menangani
keadaan tersebut. Fokuskan untuk berpegangan pada steering wheel.
b. Jangan pernah berpikiran untuk melepas seat belt dan loncat keluar jendela
karena kemungkinan akan terjadi cedera lebih lanjut.
c. Segera matika engine apabila tidak memungkinkan gunakan switch engine
stop.
d. Ketika unit sudah diam, lepaskan seat belt secara perlahan dan ekstra hati-hati
keluarlah dari unit.
e. Laporkan kondisi tersebut ke pengawas.
Unit Amblas
a. Lakukan secara menyeluruh terhadap semua komponen dan sistem dalam unit.
Pastikan semua sistem dan komponen dalam keadaan aman.
b. Dalam kondisi aman, buang muatan terlebih dahulu.
c. Gunakan gear rendah pada unit untuk menggerakkan maju dan mundur.
Lakukan hal tersebut sampai 3 kali.
d. Apabila degan cara di atas unit belum dapat keluar dari lokasi amblas,
laporkan ke pengawas untuk tindakan lebih lanjut. Gunakan seling untuk
menarik unit dengan bantuan Bulldozer.
BAB VI
MAINTENANCE
A. DEFINISI
Adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan
suatu peralatan pada kondisi yang dapat diterima sampai dengan umur rencana yang telah
ditetapkan.
2. SASARAN PERAWATAN
a. Memaksimumkan waktu operasi / produksi
b. Mencegah kemungkinan terjadinya gangguan dan hambatan operasi / produksi.
c. Mengetahui kondisi mesin yang digunakan untuk menyiapkan suku cadang.
d. Mengatasi hambatan produksi atau operasi dengan cepat.
e. Memanfaatkan mesin / unit dalam keadaan layak operasi selama mungkin.
f. Mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
g. Meminimalkan biaya perawatan.
3. TUJUAN PERAWATAN
a. High Availability
b. (Kesiapan alat untuk beroperasi yang tinggi).
c. Best Performance
d. (Kondisi unit yang paling baik).
e. Reduce Cost
f. (Menekan biaya perbaikan).
6. DIAGRAM PERAWATAN
8. PREVENTIVE MAINTENANCE
Jenis perawatan yang dilakukan dengan interval tertentu yang maksudnya untuk
meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan mesin
9. PERIODIC SERVICE
Program perawatan unit yang dilakukan secara berkala dengan interval 250, 500,
1000, 2000 HM.
a. Mendeteksi kerusakan lebih dini
b. Menjamin fungsi utama keselamatan berjalan dengan baik ( steering, brake, dll )
c. Mencegah kerusakan akibat penurunan performa dari suatu unit
12. OVERHAUL
Proses pemeliharaan berjangka untuk meremajakan kondisi komponen yang
mengalami penurunan unjuk kerja dalam kurun waktu tertentu yang sudah
Tujuan OVERHAUL :
a. Optimalisasi lifetime component unit
b. Mengembalikan performance dari komponen sesuai dengan referensi pabrik
c. Memperpanjang umur pakai dari komponen
1. Semua kebijakan terkait setiap aktivitas di PT. Pamapersada Nusantara harus selalu
mengacu kepada setiap prosedur yang ada dalam Pama Management System (PMS).
Apabila diketemukan belum ada prosedur terhadap suatu aktivitas, harus secepatnya
dibuat oleh Team Fasilitator TPM dan didiskusikan dengan Department atau Divisi
terkait.
2. Aktivitas dalam tahap preparation dilakukan dengan study literatur, development
konsep workshop RCM/TPM serta dengan proses benchmark ke suatu company yang
sudah mengimplementasikan TPM.
3. Workshop RCM yang dilakukan melibatkan :
a. Plant Division, sebagai fasilitator pelaksanaan workshop
b. Operation Division
c. SHE Division
4. Out put dari pelaksanaan workshop RCM/TPM ini antara lain :
a. Maintenance Task, yang dilangkapi dengan Job Safety Analysis (JSA),
Prosedures, Check sheet, dan QA
b. Konsep 5S di equipment, sebagai salah satu acuan dalam proses development
pilar TPM in The Office serta memperkuat fondasi The Best SHE
Performance.
5. Maintenance proposed task hasil dari workshop TPM memiliki 2 aspek berbeda,
namun saling berkaitan, antara lain :
a. Maintenance proposed task untuk mekanik
b. Maintenance proposed task untuk operator
6. Dari maintenance proposed task yang sudah dihasilkan, maka akan muncul adanya
matrix kompetensi/daftar kompetensi operator maupun mekanik.
7. Supaya dapat diakui berkompeten dalam melakukan maintenance task, sebelum
6. Cek Rubber mount Dump Body. Cek untuk keretakan, tersisip benda asing atau
baut yang lepas.
7. Cek kerusakan tangga, baut-baut lepas/kendor. Perbaiki kerusakan dan
kencangkan baut yang kendor.
8. Cek kerusakan pada gauge-gauge, lampu pada Instrument panel, dan baut kendor.
Jika kelainan lain ditemukan, gantilah part yang rusak, bersihkan kotoran debu
dari permukaan.
9. Cek Rear view mirror, jika kaca rusak gantilah dan bersihkan kaca dari debu yang
menempel dan stel sudut kacanya agar object terlihat dari tempat duduk operator.
10. Cek kerusakan seat belt dan clamp mounting. Jika ada kerusakan ganti dengan part
yang baru. Dan kencangkan bautnya jika ada yang kendor.
b. Inspeksi Tire
Jika ban-ban yang aus atau rusak digunakan, ban dapat pecah dan menyebabkan
kecelakaan yang serius atau kematian. Untuk alasan safety, jangan gunakan ban-ban
sbb:
Keausan :
Ban dengan tread groove kurang dari 15% dari yang baru
Ban dengan keausan yang extreme atau ban dengan tapak aus
Ban Rusak :
Ban yang rusak dimana cord nya terlihat, atau retak
pada rubbernya
Ban yang teriris atau cord nya tertarik
Ban dengan permukannya terpisah
Ban dengan kerusakan pada bead nya
Kebocoran atau ban yang diperbaiki tidak layak
Ban yang bentuknya rusak, rusak tidak normal
Inspeksi Rim :
Cek Rim (roda) dan ring dari kelainan bentuk, karat dan keretakan. Secara terpisah,
cek ring sisi, ring lock, dan ring flange.
7. Ketika pemeriksaan level oli setelah dioperasikan, tunggu kurang lebih 15 menit
setelah engine dimatikan.
8. Dipstick ditandai pada kedua sisinya : ENGINE STOPPED untuk mengukur ketika
engine mati dan ENGINE IDLING untuk mengukur ketika engine Low Idle.
9. Ketika pemeriksaan oli, matikan engine periksa dengan sisi ENGINE STOPPED
dari dipstick. Hal ini juga memungkinkan untuk pemeriksaan pada saat engine
Low Idle, tapi prosedur berikut ini harus digunakan :
- Periksa bahwa suhu air pendingin berada di rentang putih
- Gunakan sisi ENGINE IDLING dipstick
- Buka tutup penambah oli
2. Jika oli tidak mencapai tinggi dari gauge (H), tambahkanlah engine oil melalui
pipa penambah (F).
l. Pemeriksaaan Fuel
Ketika menambah fuel, jangan sampai muncrat
berlebih ini akan menyebabkan kebakaran, jika ada
tumpahan fuel bersihkan dengan cermat. Fuel mudah
terbakar dan berbahaya. Jangan membawa api dekat
fuel.
1. Periksa dengan fuel gauge (G) pada monitor.
2. Setelah selesai operasi tambah fuel melalui
fuel filter (F) untuk menambah ke tank.
Kapasitas tank : 1300 liter
3. Setelah menambah, kencangkan tutup dengan aman.
4. Jika lubang pernapasan tutup (1) tersumbat, tekanan didalam tank akan turun
dan fuel tidak mengalir, bersihkan lubang pernapasan setiap saat.
5. Untuk mencegah angin terhisap ke dalam engine, jangan membiarkan fuel dalam
tank terlalu kurang.
6. Kelebihan fuel memungkinkan terjadinya tumpah yang berakibat adanya insiden
lingkungan dan suhu yang berlebihan. Oleh sebab itu pastikan tidak tejadi
kelebihan fuel saat pengisian.
n. Pemeriksaan Central Warning Lamp, Buzzer Alarm, Monitor Lamp & Gauge
Sebelum menghidupkan engine, putar kunci
starter ke posisi ON. Tekan machine monitor bulb
check switch (1), dan periksa tidak ada kerusakan
pada lampu monitor.
Jika ada Instrument yang tidak bekerja, ada
kemungkinan rusak, jadi segera hubungi mekanik.
2. Set shift lever ke posisi D, secara bertahap naikkan kecepatan putaran engine
sesuai dengan jenis brake yang ditest seperti dalam tabel. Jika unit tidak
bergerak walaupun ketika putaran engine mencapai yang disebutkan dalam
table, maka hal ini dinyatakan normal.
Jenis Brake Putaran Engine (Rpm)
Retarder 1090
Service 1570
Parking 1335
Emergency 1900
3. Turunkan putaran engine, set parking brake ke posisi PARKING. Jika ada
kelainan ditemukan, hubungi mekaanik untuk segera diperbaiki.
q. Pemeriksaan Kelistrikan
Jika fuse sering putus, atau jika ada bekas konslet, cari penyebabnya dengan
segera dan lakukan perbaikan dan hubungi mechanic.
Jaga kebersihan battery dan periksa lubang pernapasan pada tutup battery. Jika
tersumbat kotoran atau debu, cuci tutup battery untuk membersihkan lubang
pernapasan
Periksa kerusakan dan kapasitas fuse yang salah dan kabel putus atau sirkuit yang
konslet pada kabel lisrik. Periksa juga terminal yang kendor dan kencangkan bagian-
bagian yang kendor.
Periksa kabel-kabel pada battery, starting motor, alternator dengan hati-hati.
Selalu periksa jika ada tumpukan yang mudah terbakar seputar battery dan buanglah
material tsb.
BAB VII
STANDAR OPERATIONAL
A. Pengertian
Standart Operatonal adalah serangkaian instruksi kerja tertulis yang dibakukan
(terdokumentasi) mengenai proses kerja yang ada pada perusahaan, bagaimana dan kapan
harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan dan merupakan suatu pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaan dan dapat menjadi
sebuah alat penilaian kinerja karyawan berdasarkan prosedur kerja dan sistem kerja pada
lokasi kerja yang bersangkutan.
Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara
sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga
dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
C. Keuntungan
Standar Operational yang baik akan menjadi pedoman bagi proses kerja, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan serta menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten. Para
karyawan akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai
dalam setiap pekerjaan. Standar Operational juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat
untuk mengukur kinerja karyawan.
Mengapa standar operational sangat dibutuhkan pada perusahaan ? Sesuai dengan
perkembangan perusahaan dan kompleksitas bisnis serta dinamika yang ada, peran standar
operational semakin dibutuhkan dalam perusahaan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
proses pekerjaan. Bisa dibayangkan, tanpa pedoman yang baku tentunya akan menimbulkan
kebingungan di antara karyawan.
Seringnya permasalahan timbul dan problem yang selalu berulang-ulang membuat
banyak karyawan frustasi sementara pimpinan sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ada
waktu untuk mengurusi problem yang terjadi di dalam unit bisnisnya. JIka ada problem yang
selalu terjadi berulang-ulang, sudah dapat dipastikan sumber penyebabnya adanya kesalahan
dalam prosedur kerja dan hal itu hanya dapat diperbaiki dengan cara mendesain ulang standar
operational yang sudah ada. Dalam standar operational yang baik diatur bagaimana proses
pekerjaan dilakukan, siapa yang harus mengerjakan, siapa yang bertanggung jawab, siapa
yang memberi persetujuan, kapan dilakukan, dokumen apa yang harus disiapkan dan lain-lain.
Karena sangat pentingnya standar operational, maka seluruh karyawan baik di level
pelaksana maupun pengawas, harus mampu mengimplementasikan standar operational yang
sudah ada.
d) Formulir (Form)
Formulir dibuat sesuai kebutuhan sehingga selain sebagai dokumentasi
juga dapat memberikan informasi yang lengkap sesuai aktivitas yang dikerjakan
dan bermanfaat untuk proses perbaikan serta evaluasi.
b. Sinkronisasi Armada
Sinkronisasi armada ( Fleet Synchronization ) adalah kondisi dimana satu alat muat
melayani sejumlah alat angkut tanpa adanya waktu menunggu pada alat muat
maupun alat angkut dan bertujuan untuk memastikan optimalisasi operasional
armada (fleet).
Formulasi :
Waktu edar alat angkut
Jumlah alat angkut = Rumus 1
Waktu Edar Alat Muat X Jumlah Bucket
Waktu Pemuatan
Definisi :
1) Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut
Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut dalam satu siklus produksi yang
terdiri dari beberapa aktivitas yakni waktu pemuatan (load time), pengangkutan
(travel loaded), manuver di tempat penumpahan (spotting time), penumpahan
(dumping time), kembali kosong (travel unloaded), manuver di tempat
pengisian (spotting time).
2) Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat
Adalah waktu yang dibutuhkan alat muat dalam satu siklus produksi yang
terdiri dari beberapa aktivitas yakni waktu penggalian (digging time), ayunan isi
(swing loaded), penumpahan (dumping time), ayunan kosong (swing unloaded).
3) Waktu Pemuatan (Loading Time)
Adalah waktu yang dibutuhkan alat muat untuk melakukan pengisian alat
angkut hingga penuh.
4) Jumlah Baket
Jumlah pengisian yang dilakukan alat muat ke alat angkut hingga penuh (full
capacity).
Kebijakan
1) Apabila hasil perhitungan dalam pecahan misalnya 3,5 unit maka dihitung
dengan pembulatan ke bawah menjadi 3 unit, namun apabila 3,6 keatas maka
dihitung dengan pembulatan ke atas menjadi 4 unit.
2) Departemen Engineering harus membuat standar sinkronisasi armada
berdasarkan
Catatan :
1) Tinggi jenjang optimum untuk backhoe = Tinggi dasar bak (vessel) bagian
belakang dump truck
2) Tinggi jenjang optimum untuk shovel = Tinggi atap kabin operator shovel
3) Lebar jenjang kerja minimum = ( 2 x lebar bodi ) + turning circle dump truck
d. Mud Handling
Mud Handling adalah aktifitas loding, hauling dan dumping lumpur.Ruang lingkup
dari Standar Parameter ini adalah untuk material lumpur dengan karakteristik cair
(mengalir), tujuan standart parameter ini sebagai pedoman para pengawas
operasional dalam melakukan memonitor aktivitas loading, hauling dan dumping
lumpur.sehingga tercapai tujuan yang di telah di tetapkan.
1) Umum
a) Harus dilakukan JSA (Job Safety Analysis) mengenai metode loading
,hauling dan dumping lumpur, dibuat bersama antara pengawas dan semua
karyawan yang terlibat dan di sosialisasikan sebelum pekerjaan di mulai.
b) Engineering dept bertanggung jawab dalam :
Merencanakan kebutuhan alat loading dan alat hauling sesuai kondisi .
Kestabilan lereng lantai kerja tempat penimbunan lumpur.
Memastikan material untuk lokasi dan lantai kerja tempat penimbunan
keras dan aman untuk operasi (kurang lebih mempunyai CBR min 80%)
c) Engineering harus membuat sequence loading serta desain disposal tempat
penampungan lumpur sesuai persetujuan costumer.
d) Harus disediakan penerangan yang cukup untuk menunjang aktifitas sehingga
memungkinkan untuk operasional lancar dan aman (minimal 50 lux di front
loading dan front dumping)
2) Aktivitas Loading
a) Harus dilakukan inspeksi oleh pengawas secara berkala (setiap satu jam)
terhadap potensi jebolnya dam/tanggul batas antar kompartemen, apabila
lokasi loading terdiri dari beberapa kompartemen.
b) Harus tersedia dozer untuk maintenance front loading.
c) Apabila tidak menggunakan dump truck mud vesel ( tutup belakang), dapat
dilakukan urutan pemuatan dengan material kering untuk tanggul di ujung
vessel dump truk untuk mencegah lumpur tumpah kemudian lumpur.
3) Aktivitas Hauling
a) Tersedia grader untuk maintenance dan membersihkan tumpahan lumpur
sepanjang jalan yang di lalui.
b) Penyiraman jalan di lakukan sesuai dengan arahan pengawas yang bertanggun
jawab di area tersebut
c) Tersedia papan informasi rambu-rambu khusus aktifitas hauling lumpur.
a) Operator alat muat harus memastikan dirinya siap dan sehat untuk bekerja. Jika
tidak sehat atau mengantuk, segera hubungi Group Leader atau Supervisor yang
bertanggung jawab.
b) Operator alat muat bertanggung jawab untuk melakukan P2H yang waktu
pelaksanaannya sesuai dengan kebijakan Site. Segera laporkan jika ada yang tidak
normal.
c) Saat akan “start-up engine” ataupun sedang beroperasi, bunyikan sinyal peringatan
dengan klakson :
- 1 kali, start-up engine
- 2 kali, maju
- 3 kali, mundur ( jika tidak ada back alarm ).
d) Operator alat muat bertanggung jawab pada area operasinya, harus memastikan
area kerjanya aman untuk operasi, dan jika butuh bantuan harus menghubungi
Group Leader yang bertanggungjawab pada pit tersebut.
e) Operator alat muat harus mengerti dan mengetahui batas dan kedalaman
penggalian, yang informasinya berupa pita survey atau informasi dari Group
Leader yang bertugas.
f) Operator alat muat harus mengerti dan mengetahui jenis atau kwalitas komoditas
yang dimuat, yang informasinya berupa pita survey atau informasi dari Group
Leader yang bertugas.
g) Operator alat muat harus memastikan arah penggalian ( misalnya dari kanan ke
kiri ) agar mengurangi pergerakan nonproduktif selama pemuatan.
g) Pada saat pemuatan, urutan pengisian material mulai dari bagian tengah depan ke
tengah belakang bak (vessel), distribusi material merata untuk menghindari
ketidak-seimbangan muatan, dan bucket tidak boleh melewati kabin operator alat
angkut.
h) Sebaiknya perbaikan posisi alat muat atau pembersihan loading point
dilakukan pada saat tidak ada alat muat menunggu, loading point harus secara
regular dirapihkan menggunakan dozer minimal sekelas D155
i) Memastikan bahwa selama operasi berlangsung kedudukan alat muat datar
(flat)
j) Operator alat muat harus segera menghubungi/menginformasikan Group
Leader pada saat diperlukan perbaikan loading point.
k) Loading dengan Shovel
Cab Side Loading
Cara tersebut dilakukan dimana tidak bisa tercipta dimensi kerja untuk
operasional “double side loading”.
Posisi loading point alat angkut di sisi kiri dan sejajar dengan track shovel.
Operator shovel harus berhenti sejenak pada posisi spot saat swing
bermuatan, sebagai panduan posisi loading point.
Cara penggalian material dimulai dari atas ke bawah
Posisi track alat muat tegak lurus dengan jenjang kerja
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 1 dibawah ini.
blasting, posisi track backhoe sejajar dengan jenjang kerja. Untuk material
ripping, posisi track backhoe tegak lurus dengan jenjang kerja.
Center Loading
Posisi loading alat angkut tegak lurus terhadap jenjang kerja dan segaris
dengan
Operator backhoe harus berhenti sejenak pada posisi spot saat swing
bermuatan, sebagai panduan posisi loading point. Untuk lebih jelasnya, lihat
gambar 3 dibawah ini.
Double Side Loading
Posisi loading point alat angkut tegak lurus terhadap jenjang kerja dan posisi
antar alat angkut sedikit menyerong membentuk huruf V. Beri jarak yang
aman antar alat angkut. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 4 dibawah ini.
D
r
i
v
e
b
y
Loading
Posisi loading point alat angkut sejajar dengan arah penggalian atau di sisi
backhoe, dan kabin alat angkut segaris dengan counterweight backhoe.
Posisikan alat angkut sedekat mungkin dalam jarak aman kepada loading
face atau jenjang kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 5 dibawah ini.
2) Zona Loading
a) Operator alat angkut harus mengerti sinyal klakson dari alat muat, hal ini
dipakai apabila komunikasi radio dengan alat muat mengalami kendala :
Posisi loading alat angkut tegak lurus terhadap jenjang kerja dan segaris
dengan posisi backhoe/excavator.
Pada saat mundur, operator alat angkut harus memperhatikan posisi bucket
siap menumpah sebagai pedoman posisi loading point. Posisi menunggu
sama dengan “Cab Side Loading”.
Double Side Loading
Posisi loading point alat angkut tegak lurus terhadap jenjang kerja dan
jarak antar alat angkut sama dengan jarak sisi bagian dalam track
backhoe/excavator (dinding vessel segaris dengan track bagian dalam).
Apabila lebih dari satu unit alat angkut yang menunggu, alat angkut ketiga
berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dan posisinya menghadap atau
tegak lurus terhadap alat angkut pertama.
Drive by Loading
Posisi loading point alat angkut sejajar dengan arah penggalian dan kabin
alat angkut segaris dengan counterweight backhoe. Posisikan alat angkut
sedekat mungkin dalam jarak aman kepada loading face atau jenjang kerja.
Posisi alat angkut yang sedang menunggu/mengantri berada di belakang
alat angkut yang sedang dimuat dengan jarak 2 kali panjang alat angkut.
Jika yang mengantri lebih dari satu, maka semua harus menunggu dalam 1
barisan dengan jarak antri sekurang-kurangnya 10 meter.
3) Zona Hauling
a) Pakailah kecepatan yang aman sesuai atau dibawah batas kecepatan yang
diizinkan, dengan gigi transmisi yang benar.
b) Gunakan jalur kiri kecuali ada arahan lain oleh rambu-rambu.
c) Tidak boleh berbalik arah atau berbelok U ( U turns ) di sepanjang jalur
haulroads, berbalik arah boleh dilakukan di disposal, front loading, atau
tempat khusus yang diijinkan maupun yang sudah dipersiapkan.
d) Ketika menghampiri rambu STOP atau GIVE WAY, jangan berhenti
disebelah kendaraan/peralatan lain yang juga sedang menghampiri rambu-
rambu tersebut. Berhentilah dibelakang kendaraan/peralatan tersebut guna
menunggu giliran untuk menyeberang atau membelok di persimpangan jalan.
e) Ketika akan melewati persimpangan yang memberikan prioritas alat angkut
untuk lewat, bunyikan klakson panjang hingga melewati persimpangan
tersebut.
f) Pada waktu jalan beriringan dengan alat angkut lain, beri jarak berdasarkan
kecepatan maksimum yang diijinkan dibagi seribu, contoh, apabila kecepatan
adalah 40 km/jam maka beri jarak beriringan sejauh 40 m. Jika kondisi
jangkauan pandang terbatas akibat debu atau licin, dan masih beroperasi, beri
jarak min 80 m dengan alat angkut lain.
g) Alat angkut hanya diizinkan mendahului alat angkut yang sedang berhenti,
grader yang sedang bekerja, track type lainnya, dan unit yang rusak atau low
power, dengan menggunakan sinyal klakson dan pemberitahuan lewat radio
(alat komunikasi unit)
h) Apabila kondisinya diperkenankan untuk mendahului (overtaking) sesama
alat angkut produksi maka diwajibkan melakukan kontak melalui radio dan
menunggu sinyal lampu boleh mendahului atau lampu sign dari unit yang
akan didahului,
i) Jangan mendahului sesama alat angkut jika dalam jarak kurang dari 100 m
terdapat jalan menurun/tanjakan, tikungan dan persimpangan . Alat angkut
juga tidak boleh mendahului apabila dalam jarak kurang dari150 m dari arah
berlawanan ada kendaraan lain yang datang.
j) Gunakan retarder bila perlu, dan aktifkan sebelum mulai menuruni jalan.
Jangan gunakan retarder secara berlebihan karena mengakibatkan ban
kehilangan cengkram dan overheat. Jangan menempuh jalan menurun dengan
transmisi di posisi netral.
k) Kurangi kecepatan bila harus melakukan belokan tajam maupun kondisi jalan
jelek.
l) Hindari melewati genangan air, batu-batuan, dan jalan berlubang.
m) Laporkan genangan air, ceceran batuan, dan kerusakan jalan serta potensi
bahaya di jalan, kepada Group Leader atau Section Head.
n) Pada area turunan atau tanjakan dengan kondisi jangkauan pandang terbatas
akibat debu, maka beri penyiraman putus-putus dengan jarak penyiraman
setiap 25 meter, jika kondisi turunan atau tanjakan tersebut ada tikungan
maka jalan tersebut tidak boleh disiram, alat angkut harus mengurangi
kecepatan apabila melewati area tersebut.
4) Zona Dumping.
a) Area Disposal.
Operator alat angkut harus mengetahui dan mengerti lokasi dan batas
pembuangan yang informasinya berupa pita survey, atau mematuhi aba-
aba dari spotter yang bertugas.
Alat angkut harus menghampiri dumping point searah dengan jarum jam,
untuk menghindari tumpahan material dan kerusakan ban, kurangi
kecepatan bila harus melakukan belokan tajam.
Jalankan alat angkut mundur secara perlahan kearah dumping point lalu
hentikan dan mulai dumping pada jarak yang aman dari ujung timbunan
(crest) sesuai dengan hasil Risk Assestment. Jika dumping pada area
dengan kondisi khusus (dumping di ketinggian atau ke air) maka lakukan
prosedur sesuai dengan standard parameter OPR / 04 / 008 / STD Disposal
yang merujuk kepada Kepmen 555. K/26/M.PE/1995. Apabila terdapat
lebih dari satu unit alat angkut yang bersamaan menumpah muatan pada
dumping point tersebut, pertahankan jarak minimum 5 meter diantara
masing-masing alat angkut.
Disaat akan menumpah (dumping), pastikan kedudukan alat angkut benar-
benar rata Untuk mengosongkan muatan, gerakkan alat angkut maju +/- 3
meter dengan steering lurus
Pastikan kedudukan dump body benar pada chassis, lalu bergerak/berjalan
meninggalkan dumping point.
Laporkan genangan air dan potensi bahaya di dumping point kepada
Group Leader atau Section Head.
5) Parking System
a) Tempat parkir (parking area) harus rata, aman dan keras.
b) Aktifkan rem parkir dan netralkan transmisi saat parkir. Jika setelah selesai
operasi, lakukan pengecekan dengan mengelilingi alat angkut, buang tekanan
udara serta cek kondisi ban.
c) Apabila pada kondisi tertentu harus parkir di lokasi turunan, arahkan alat
angkut ke tanggul atau tebing.
d) Pada waktu istirahat atau standby menunggu alat muat, alat angkut harus
parkir dekat loading area. Demikian pula saat shift change, jika tidak ada area
khusus untuk shift change.
e) Area parkir harus dilengkapi dengan median (pemisah) antar alat angkut saat
parkir, jika tidak ada median maka posisi parkir mundur dan berdampingan
dengan jarak sekurang-kurangnya satu kali lebar alat angkut.
g. Lighting Tambang
Lighting Tambang adalah penerangan minimum yang diadakan untuk membantu
operasional dalam melaksanakan aktivitas di malam hari. Adapun minimum tingkat
pencahayaanya adalah :
2. Disposal
a. Soil Management
Soil Management adalah proses pengumpulan soil atau humus pada tempat tertentu
yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi, tujuan dari standar
parameter ini adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan tanah sebagai sumber
material yang terbatas serta, memastikan kualitas tanah tetap terjaga untuk
penggunaan rehabilitasi tambang, adapun aktifitas dalam standar ini adalah sebagai
berikut :
1. Soil Stripping
Adapun ketentuan yang harus dilakukan pada aktifitasi ini adalah sebagai berikut :
a) Menggunakan excavator sekelas PC 1250 atau lebih kecil
b) Mengurangi pergerakan alat diatas topsoil untuk mencegah kompaksi dan
rusaknya struktur soil.
c) Lapisan topsoil, lapisan atas soil yang mengandung humus berwarna coklat
hingga coklat muda, ketebalan sesuai isopach dari customer, harus dikupas
lebih dahulu.
d) Lapisan subsoil, lapisan bawah soil yang berwarna kuning, sebaiknya dikupas
setelah top soil.
e) Jika ketebalan soil < 0.5 m, dikupas dan dikumpulkan lebih dahulu dengan
buldozer.
f) Dihindari kontaminasi dengan overburden atau lapisan batubara, atau bijih.
2. Soil Stockpiling
Adapun ketentuan yang harus dilakukan pada aktifitasi ini adalah sebagai berikut :
a) Penimbunan topsoil terpisah dengan subsoil.
b) Penimbunan topsoil mulai dari titik terjauh ke arah jalan masuk untuk
mencegah terinjaknya topsoil oleh alat angkut.
c) Tinggi timbunan topsoil <= 2 m, sedangkan subsoil <=6 m., atau sesuai dengan
desain yang disetujui customer.
d) Untuk mencegah kompaksi, alat spreading topsoil menggunakan buldozer
sekelas D85/D7 .
e) Harus ada sistim drainase agar tidak ada genangan air .
f) Harus ada rambu bertuliskan “Soil Stockpile”, kendaraan dilarang masuk.
3. Soil Replacement
Adapun ketentuan yang harus dilakukan pada aktifitasi ini adalah sebagai berikut :
a) Langkah pertama penimbunan subsoil diatas overburden hingga level yang
ditentukan (desain).
b) Selanjutnya penimbunan topsoil diatas subsoil hingga level yang ditentukan
(desain). Tinggi minimal timbunan topsoil adalah 0.3 m.
c) Penimbunan subsoil dan topsoil mulai dari titik terjauh ke arah jalan masuk
untuk mencegah terinjaknya topsoil oleh alat angkut.
d) Untuk mencegah kompaksi, alat untuk menghampar soil digunakan buldozer
sekelas D85/D7 .
e) Harus ada sistem drainase agar mengurangi resiko erosi.
f) Harus ada jalan inspeksi.
b. Disposal
Disposal adalah lokasi pembuangan material hasil penambangan. Adapun standart
parameter ini sebagai pedoman para pengawas operasional dalam memonitor
pelaksanaan dumping material hasil penambangan, adapun penentuannya adalah sbb
:
1) Persiapan Awal Dumping :
Harus dibuat Risk Assesment Aktifitas Dumping untuk setiap lokasi disposal,
dan harus ditentukan jarak aman melakukan dumping
Rencana dumping harus dibuat dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan
yang terlibat di dalam proses dumping.
Harus dibuat dumping pad setinggi 6 meter saat memulai (mengawali disposal)
dumping.
Harus tersedia batas dumping berupa safety berm atau tonggak pada crest
disposal yang berfungsi sebagai panduan saat dumping dan dapat terlihat jelas.
2) Aktifitas Dumping
Penempatan material disesuaikan dengan jenis dan karakteristik material
Material PAF, NAF, dirty Coal dan lumpur harus dipisahkan dan diisolir.
Penimbunan material jelek (PAF, NAF, dirty Coal dan lumpur) ditempatkan
pada suatu area dan ditimbun dengan batas tertentu minimal dengan lebar 1
kali lebar bench timbunan
c. Land Clearing
Land Clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum proses penambangan
dilaksanakan
Ketentuan untuk menjalankan aktivitas land clearing adalah sbb :
1) Alat yang digunakan buldozer sekelas D 85 SS/D7 yang memenuhi persyaratan
(cabin, canopy & wire mesh) untuk melaksanakan land clearing seperti gambar
dibawah, serta harus dilengkapi dengan radio komunikasi.
2) Pengoperasian alat yang optimal sesuai OTD/99/92/INK (Pengoperasian Unit
Buldozer).
3) Pemasangan patok boundary clearing harus jelas.
4) Land clearing harus sesuai dengan patok boundary clearing.
5) Brushing ialah tahap awal dari proses land clearing yaitu membersihkan lebih
dahulu daerah kerja dari alang-alang dan pepohonan yang berdiameter < 0.30 m,
atau sesuai persyaratan Customer dengan menggunakan buldozer.
6) Cutting ialah tahap selanjutnya setelah Brushing yaitu dengan membersihkan
daerah kerja dari pepohonan yang berdiameter > 0.30 m, atau sesuai persyaratan
Customer, dengan menggunakan chainsaw atau buldozer. Kemudian
dikumpulkan pada logyard yang telah ditentukan. PIC pelaksana cutting harus
mendapat induksi safety, surat ijin bekerja, menggunakan APD lengkap, serta
dilengkapi dengan radio komunikasi.
7) Grubbing ialah pencabutan sisa-sisa akar dari tunggul yang telah dipotong, dan
dikumpulkan untuk diangkut ke tempat yang ditentukan, sisa tunggul kayu yang
belum dicabut harus diberi tanda khusus atau barikade.
8) Kayu atau sisa –sisa pembersihan yang tidak ekonomis dipotong-potong ( <= 3
m ) agar mempermudah pengangkutan ke tempat yang ditentukan.
9) Pembakaran kayu tidak ekonomis, dahan, akar-akar, atau tunggul sisa
pembersihan tidak diperkenankan.
10) Area yang sudah dibersihkan harus bebas dari kayu, dahan, akar-akar, atau
tunggul sisa pembersihan .
3. Jalan
a. Jalan Tambang
Standar Parameter Geometric & Trafficability Jalan Tambang adalah standar
parameter untuk jalan angkut dalam pit dari Front Loading sampai ROM Stockpile
dan atau Disposal, dengan spesifikasi sbb :
Catatan : Jalan tambang yang sudah tidak aktif harus diberi barikade dan penghalang
yang membatasi jalan orang maupun kendaraan.
g. Operator motor grader harus melakukan tugasnya dalam proses road repair
and road maintenance dengan baik secara mandiri. Operator motor grader
adalah operator mandiri.
h. Group Leader dan operator motor grader bertanggung jawab pada area
operasinya, harus memastikan area kerjanya aman untuk operasi, dan jika
ada kendala maka operator motor grader harus menghubungi Group Leader
yang bertanggung jawab pada area tersebut.
i. Desain rambu kecepatan maksimal untuk melintasi jalan road repair adalah :
a.Panjang = 90 (sembilan puluh) cm – 120 (seratus dua puluh) cm dan
Lebar = 90 (sembilan puluh) cm – 120 (seratus dua puluh) cm
b.Tinggi rambu 1.5 (satu poin lima) meter (tiang + rambu)
c.Rambu bertuliskan “Hati-hati ada Perbaikan Jalan dan Kecepanan
maksimal 20 km/jam”
dengan rambu GO, dengan demikian kendaraan dari arah yang berlawanan
harus berhenti dengan pengaturan rambu STOP. Sedangkan aktivitas road
repair jalan di dalam tambang panjang repair maksimal 100 (seratus)
meter dan wajib memasang minimal trafficon pada kedua ujung dengan
jarak 50 (lima puluh) meter dari area repair. Dalam aktivitas repair jalan
di dalam tambang prioritas untuk melewati area repair adalah unit hauler
dengan muatan.
5. Aktivitas repair yang dilaksanakan pada malam hari harus ada JSA yang
minimal ditanda tangani Dept. Head terkait.
6. Aktivitas road repair dilakukan maksimal setengah lebar jalan.
7. Jika aktifitas repair maintenance tidak dapat dilakukan dengan motor
grader dan berpotensi menyebabkan kerusakan motor grader, maka harus
menggunakan alat bantu lain seperti Bulldozer, Excavator, Compactor.
Contoh : Material OB dari HD 785 tidak boleh didorong menggunakan
motor grader.
8. Aktivitas repair harus diawasi dan Group Leader wajib mengontrol dan
memastikan proses serta hasil pekerjaan operator motor grader sesuai
dengan PKH.
9. Peralatan dan perlengkapan repair diperbolehkan meninggalkan area
apabila pekerjaan benar-benar selesai atau tuntas dan bisa pindah ke area
repair maintenance selanjutnya dengan tahapan yang sama.
differential lock dan melepas fungsi differential lock pada saat manuver.
Tidak diizinkan mengoperasikan motor grader saat hujan.
4. Jika memungkinkan, dapat menggunakan metode grading tandem untuk
mempercepat proses penanganan slippery dengan pengawasan Group
Leader.
5. Jika pekerjaan motor grader tidak memungkinkan, maka harus segera
dibantu dengan unit bulldozer maksimal sekelas D155 (atas pengawasan
langsung Group Leader), untuk area front atau disposal diperbolehkan
untuk menggunakan bulldozer di atas D155.
6. Aktivitas penyekrapan sebelum alat produksi (dump truck) mulai
beroperasi dapat dilakukan searah atau berlawanan arah lalu lintas untuk
mempercepat proses penanganan slippery.
7. Aktivitas penyekrapan jalan dimulai dari tengah untuk memotong tebal
lapisan jalan yang licin ke arah luar (pinggir jalan) dengan
memperhatikan aliran drainase tetap lancar.
8. Pada saat penyekrapan kondisi licin setelah hujan (slippery) yang
dilakukan motor grader belum selesai dan pergerakannya harus di
informasikan oleh Group Leader.
9. Pada kondisi jalan tanjakan atau turunan, proses penyekrapan dilakukan
dari atas ke bawah.
10. Jalan yang diprioritaskan untuk segera dilakukan penyekrapan adalah
jalan pada fleet yang memungkinkan untuk cepat beroperasi.
11. Setelah selesai proses penyekrapan slippery, operator segera
menginformasikan dan Group Leader memastikan kondisi jalan siap
operasi.
4. Informasi / komunikasi :
a) Lokasi patching diinformasikan oleh Group Leader kepada pemakai jalan lewat
dispatch. Informasi disampaikan setiap awal shift .
b) Jika pindah lokasi kerja ada hal-hal lain yang dianggap penting, Group Leader
harus menginformasikan ke Dispatch untuk diteruskan ke pemakai jalan.
f. Resheeting
Resheeting adalah aktivitas menambah ketebalan lapisan permukaan jalan dengan
material split murni / non split guna menggantikan kerusakan struktural yang terjadi
pada lapis perkerasan yang aus akibat “friction” dengan roda unit kendaraan yang
lewat.
1. Traffic management :
Perlengkapan
a) Rambu Road Maintenance kecepatan maksimal 20 km/jam sebanyak 2 buah.
b) Panjang (jarak) area repair / jarak maksimal sejauh 200 M.
c) Rambu-rambu road maintenance maksimum 20 Km / jam dipasang pada ujung
lokasi pekerjaan dengan jarak 50 M, serta harus ada traffic man yang mengatur
lalu lintas pada segmen jalan yang dilakukan perawatan
d) Manuver peralatan (dump truck, motor grader dan compactor) diatur oleh
traffic man atau checker yang juga bertugas sebagai pengatur dumping
material.
e) Jika kondisi lingkungan berbahaya bagi keselamatan , seperti karena debu
tebal, kabut yang tidak bisa
4. Informasi/komunikasi :
a) Lokasi resheeting diinformasikan oleh Group Leader kepada pemakai jalan
lewat dispatch, Informasi disampaikan disetiap awal shift.
b) Jika pindah lokasi kerja atau ada hal-hal lain yang dianggap penting, Group
Leader harus menginformasikan ke Dispatch untuk diteruskan kepada pemakai
jalan.
g. Ex-Patching
1. Traffic management :
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah
Perlengkapan
a) Rambu Road Maintenance kecepatan maksimal 20 km/jam 2 buah.
b) Panjang (jarak) area repair / jarak maksimal 500 M.
c) Rambu-rambu road maintenance maksimum 20 Km / jam, dipasang pada
kedua ujung lokasi pekerjaan dengan jarak 50 M dari awal dan akhir area
repair, serta harus ada traffic man yang mengatur lalu lintas pada segmen jalan
yang dilakukan perawatan
d) Jika kondisi lingkungan berbahaya bagi keselamatan , seperti karena debu
tebal, kabut yang tidak bisa diatasi serta kondisi tidak aman lainnya GL dapat
menghentikan pekerjaan.
4. Informasi / komunikasi :
a) Lokasi patching diinformasikan oleh Group Leader kepada pemakai jalan
lewat dispatch. Informasi disampaikan setiap awal shift.
b) Jika pindah lokasi kerja ada hal-hal lain yang dianggap penting, Group Leader
harus menginformasikan ke Dispatch
d. Stockpiling
1) Pemuatan batubara di Stockpiling
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Pengisian awal batubara ke alat angkut trailler dilakukan oleh Wheel Loader
(diusahakan tidak menggunakan excavator besar karena dikhawatirkan akan
banyak menghancurkan batubara), kemudian pengisian terakhir dilakukan dan
diratakan dengan excavator kecil sekelas PC200 dengan maksud agar muatan
penuh sampai ujung-ujung vessel dan rapi sehingga tidak tumpah pada waktu
dibawa ke port site
b) Operator excavator bertanggung jawab pada area operasinya, mulai dari
kebersihan unitnya sendiri, kebersihan lokasi kerja dari kontaminasi, dan jika
butuh bantuan harus menghubungi Group Leader yang bertanggungjawab pada
Stockpile tersebut.
c) Operator excavator harus mengerti dan mengetahui batas pengambilan
batubara yang bentuk informasinya berupa papan pengumuman atau pita
survey.
d) Operator excavator harus memastikan arah penggalian (misalnya dari kiri ke
kanan) agar manuver alat angkut/trailler aman dan mengurangi pergerakan
nonproduktif selama pemuatan.
e) Kedudukan undercarriage/track excavator kecil harus rata, posisi sama atau
lebih tinggi dari vessel alat angkut tertinggi dengan maksud agar operator bisa
melihat sisi atas vessel pada saat mengisi dan meratakan muatan, dan tegak
lurus dengan alat angkut
f) Operator excavator harus berusaha mengurangi pergerakan yang tidak
produktif untuk memastikan pemuatan setiap alat angkut lebih efisien.
g) Pada saat pemuatan ke vessel alat angkut batubara, urutan pengisian material
mulai dari bagian depan atau belakang terlebih dahulu kemudian bagian
tengah, dengan maksud untuk memastikan muatan penuh sampai ujung-ujung
vessel dan distribusi material merata untuk menghindari ketidak-seimbangan
muatan.
h) Pada saat pemuatan bila ditemukan batubara yang ukurannya besar/big coal (
ukuran big coal tergantung kesepakatan dengan customer) operator excavator
wajib melaporkan ke group leader dan group leader membuat laporan tertulis
di form stockpile activity. Operator excavator wajib menghancurkannya
terlebih dahulu sebelum dilakukan pemuatan ke alat angkut.