Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MKLH PRKMBNG Peseta Didik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peserta didik adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka merupakan
individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangann ini merupakan proses alami yang terjadi dalam
kehidupan manusia.

Perkembangan peserta didik memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan.


Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih banyak
memberikan bantuan pada perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua kepada anak
agar dapat menfungsikan kakinya untuk berjalan. Hal ini terus dilakukan sampai anak
memiliki kemampuan mengendalikan dan menfungsikan organ tubuhnya. Menginjak
usia sekolah taman kanak-kanak proses pendidikan bukan hanya sekadar melatih organ
tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna, akan tetapi juga mengembangkan kemampuan
psikologis yang mulai berkembang, misalnya memgembagkan keberanian melalui
permainanpermainan. Perlakuan pendidikan ini akan terus berubah sesuai dengan
masingmasing periode serta karakteristik perkembangan peserta didik. Dalam
perkembangan peserta didik juga banyak hal-hal yang bisa kita pelajari atau kita pahami.

Dengan memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akan dapat merancang
pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang
kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan aspek fisik, kognitf, kepribadian, sosial, dan moral?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik

`1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa aspek fisik, kognitif, kepribadian, sosial, dan moral


2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek fisik, Kognitif, Kepribadian, Sosial, dan Moral

1. Aspek Fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan
pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan
tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja
mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh
orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. 4 aspek perkembangan fisik menurut
Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) antara lain sebagai berikut :

1. Sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)

2. Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)

3. Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)

4. Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)

Perubahan fisik (otak) juga merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan
manusia karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga
semakin sempurna struktur otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget
dalam Papalia dan Olds, 2001). 3 tahap pertumbuhan otak menurut para ahli (Vasta, Heih
& Miller, 1992) yaitu :

1. Cell production (produksi sel)

2. Cell migration (perpindahan sel)

3. Cell laboration (elaborasi sel)

2. Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of
Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang

2
mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna,
penilaian dan penalaran”. Salah satu tokoh yang penting yang mengkaji dan meneliti
perkembangan kognitif anak adalah Jean Piaget. Jean Piaget meneliti dan menulis subjek
perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.

Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung pada diri
seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua proses
ini. Keseimbangan itu disebut ekuilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis yang
perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget membagi
proses perkembangan fungsi fungsi dan perilaku kognitif ke dalam empat tahapan utama
yang secara kualitatif setiap tahapan memunculkan karakteristik yang berbeda-beda.
Tahapan perkembangan kognitif itu adalah:

Tahap Sensorimotor (0 – kurang lebih 2 tahun).

Pada tahap ini tingkah laku anak ditentukan oleh perasaan (senses) dan aktivitas
motorik. Kesan (impression) anak tentang dunia dibentuk oleh persepsi mengenai
perasaannya dan oleh manipulasi dari lingkungannya. Pembentukan konsep/ide pada
tahapan ini terbatas kepada objek yang bersifat permanen atau objek yang tampak dalam
batas pengamatan anak. Perkembangan skema verbal dan kognitif masih sangat sedikit
dan tidak terkoordinaikan.

Tahap Operasi Awal/Preoperational (2 – 6 tahun).

Pada tahapan ini anak mulai menggambarkan kejadian-kejadian dan objekobjek


melalui simbol-simbol, termasuk simbol-simbol verbal bahasa. Artinya, mereka sudah
mulai berpikir tentang benda-benda dengan tidak terikat pada kehadiran benda konkrit.
Anak sudah menghubungkan tentang kejadian atau objek yang dihadapinya dengan
skema yang sudah ada dalam ingatannya. Tetapi anak relatif masih belum dapat
menerima perbedaan persepsi dengan orang lain, kemampuan yang berkembang pada
saat ini masih bersifat egosentrik, sehingga cara-cara dan pengetahuan yang ia miliki
itulah yang dianggapnya benar, sepertinya tidak ada alternatif cara dan pengetahuan
benar yang lainnya. Anakanak pada tahapan ini juga sudah mulai memecahkan jenis-
jenis masalah, tetapi hanya mengenai masalah-masalah mengenai barang-barang yang
tampak/kelihatan.

Tahap Operasi Konkrit (7 – 11 tahun)

3
Pada tahap ini, skema kognitif anak berkembang, terutama berkenaan dengan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Perkembangan keterampilan
berpikirnya yaitu berkenaan dengan keterampilan menggolonggolongkan
(mengklasifikasi) berdasarkan ciri dan fungsi sesuatu; mengurutkan sesuatu misalnya
dari yang terkecil ke yang terbesar; membandingkan bendabenda; memahami konsep
konservasi, yaitu kemampuan memahami bahwa sesuatu itu tidak berubah walaupun
misalnya sesuatu itu dipindahkan tempatnya, tali yang dilingkarkan panjangnya tidak
berubah walaupun ditarik menjadi memanjang, dsb., memahami identitas, yaitu
kemampuan mengenal bahwa suatu objek yang bersifat fisik akan mengambil ruang dan
memiliki volume tertentu, dan kemampuan membandingkan pendapat orang.

Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas).

Pada tahap ini anak memiliki kecakapan berpikir simbolik, tidak tergantung kepada
keberadaan objek secara fisik. Anak pada tahapan operasi formal mampu berpikir logis,
matematis, dan abstrak. Anak bahkan mungkin dapat memahami hal-hal yang secara
teortis mungkin terjadi sekalipun ia belum pernah melihat kejadiannya secara nyata.

3. Kepribadian

M. Ngalim Purwanto (1990:156-159) menguraikan beberapa aspek kepribadian yang


penting dan berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak,
yaitu sebagai berikut:

a. Sifat-sifat kepribadian (personality traits), yaitu sifat-sifat yang ada pada individu,
seperti penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, serta menyendiri.

b. Intelegensi kecerdasan temasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar,


kecakapan berfikir.

c. Pernyataan diri dan cara menerima pesan-pesan (appearance and inpressien).

d. Kesehatan jasmani.

e. Bentuk tubuh.

f. Sikapnya terhadap orang lain.

g. Pengetahuan, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang.

h. Keterampilan (skill).

4
i. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan
yang dianutnya.

j. Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan

k. Peranan (roles) adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana
ia hidup.

l. The self, yaitu anggapan dan perasaan tertentu tentang siapa, apa, dan di mana
sebenarnya ia berada.

Menurut Ahmad D. Marimba, pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat
digolongkan dalam tiga hal, yaitu:

1) Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.

2) Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dan diketahui dari
luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat.

3) Aspek- aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak,
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.

Yoesoef Noesyirawan, sebagaimana dikutip Ahmad Fauzi (1989:67) mengelompokkan


aspek-aspek kepribadian dalam empat bagian, yaitu:

a. Vitalitas sebagai konstata dari semangat hidup pribadi.

b. Tempramen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara
bereaksi dan bergerak.

c. Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-
nilai.

d. Kecerdasan, bakat, daya nalar, sebagai konstanta kemampuan pribadi.

4. Sosial

Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian


kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada

5
awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai
kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan.
Disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan
dirinya yaitu ibu atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti
senyum, marah,tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan
terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah
umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti
bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya
karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak
senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan
agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa
remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui
hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan.

5. Moral

Pendidikan pada tingkat dasar menjadi lembaga pendidikan awal dan sebagai peletak
dasar pengetahuan anak. Selain menjadikan peserta didik menjadi anak yang cerdas,
pendidikan dasar juga harus dapat menghasilkan manusia yang baik, berbudi pekerti, dan
berakhlaq. Salah satu pendidikan yang mengarah pada tujuan pendidikan dasar tersebut
adalah pendidikan moral. Moral dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Sedangkan
penggunaan kata “moralitas” berarti hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan (Piaget
didalam Sinolungan, 1997). Dalam mempelajari perkembangan moral anak, marilah kita
simak 2 teori berikut ini.

Dalam bukunya The moral judgement of the child (1923) Piaget menyatakan bahwa
kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi.
Pertanyaan yang melatar belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia
menjadi semakin hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut.

6
Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai pembatasan)
dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng,
suatu permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak diseluruh dunia dan permainan itu
jarang diajarkan secara formal oleh orang dewasa. Dengan demikian permainan itu
mempunyai peraturan yang jarang atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang
dewasa. Melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun berkembang
dari sikap heteronom (bahwasannya peraturan itu berasal dari diri orang lain) menjadi
otonom (dari dalam diri sendiri). Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa
peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut
dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak
beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para
pemain.

Aspek moral juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan
terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada
mulanya anak melakukan perbuatan bermoral karena meniru, baru kemudian menjadi
perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan
karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro
dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral
adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa
perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral
ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan
lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan merupakan proses perubahan manusia terkait dengan bertambahnya


kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh sehingga menjadi lebih kompleks yang terus
berkembang sepanjang hidup atau tidak dapat kembali ke keadaan semula (Harahap &
Sormin, 2021). Perkembangan pada manusia terletak pada perubahan secara kualitatif
yang terkait dengan kondisi psikologis, tetapi beberapa tidak terlepas juga dari pengaruh
struktur biologis.

Setiap manusia pasti mengalami perkembangan dalam hidupnya, termasuk peserta


didik. Peserta didik ini adalah individu yang sedang berproses untuk mencapai perubahan

7
yang lebih baik pada dirinya. Melalui proses belajar, perkembangan pada peserta didik
dapat lebih terarah dan terukur.

Perkembangan merupakan proses perubahan manusia terkait dengan bertambahnya


kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh sehingga menjadi lebih kompleks yang terus
berkembang sepanjang hidup atau tidak dapat kembali ke keadaan semula (Harahap &
Sormin, 2021). Perkembangan pada manusia terletak pada perubahan secara kualitatif
yang terkait dengan kondisi psikologis, tetapi beberapa tidak terlepas juga dari pengaruh
struktur biologis.

Setiap manusia pasti mengalami perkembangan dalam hidupnya, termasuk peserta


didik. Peserta didik ini adalah individu yang sedang berproses untuk mencapai perubahan
yang lebih baik pada dirinya. Melalui proses belajar, perkembangan pada peserta didik
dapat lebih terarah dan terukur.

Perkembangan pada peserta didik tidak terlepas dari faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Terdapat perbedaan dari beberapa ahli terkait dengan hal ini. Ada yang
mengatakan pendapat faktor herediter, faktor lingkungan, dan gabungan dari kedua faktor
tersebut (Sit, 2012).

Hurlock (1980) berpendapat bahwa faktor internal maupun eksternal memiliki pengaruh
terhadap kemampuan perkembangan individu. Namun, belum dapat ditentukan faktor
seperti apa yang lebih mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik menurut Limbong dan Mamesah (2020):

Faktor Intenal

1. Gen dan sifat bawaan (faktor herediter)

Tidak dapat dipungkiri, kemampuan bawaan yang didapat dari orangtua memiliki
pengaruh kepada perkembangan individu secara fisik, kognitif, serta emosi. Riwayat
keluarga dengan penyakit atau gangguan tertentu dapat turun pada individu sehingga
individu kemungkinan besar memiliki penyakit atau gangguan yang sama.

Di sisi lain, kecerdasan, sifat, kepribadian orangtua juga dapat menurun pada peserta
didik dan memberikan pengaruh yang lebih besar bagi intelegensinya dibanding faktor
lingkungan (Amini & Naimah, 2020).

2. Kecerdasan

8
Setiap individu pasti memiliki kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan merupakan
kemampuan manusia yang dapat diukur dengan melihat beberapa hal seperti kemampuan
analisis, memori, pemahaman, dan abstraksi.

J.J Rousseau mengatakan bahwa anak yang cerdas dilahirkan dari orangtua yang cerdas
pula (Amini & Naimah, 2020). Sesuai dengan hasil riset ahli University of Washington
yang membuktikan kecerdasan seorang anak lebih besar bersumber dari ibunya yang
memiliki dua kromosom X, tempat dari gen kecerdasan.

3. Bakat khusus

Individu terlahir dengan bakat tertentu baik yang langsung dapat diketahui, maupun
yang masih terpendam. Bakat di sini tidak hanya terkait dengan kemampuan akademik
atau intelegensi, tetapi juga kemampuan lain terkait kreativitas dan olah tubuh.

Jika terus diasah atau mendapat media untuk berkembang yang baik, bakat dapat
menjadi media peserta didik untuk menjadi lebih dari apa yang dia bisa saat ini, misalnya
menghasilkan prestasi atau karya.

4. Kepribadian

Kepribadian adalah organisasi yang dinamis antara aspek fisiologis, kognitif, serta
afektif yang mempengaruhi perilaku individu dalam beradaptasi selama hidupnya. Setiap
individu sudah memiliki kepribadian yang berasal dari faktor genetis. Seiring berjalannya
waktu, mungkin akan ada penyesuaian kepribadian, tetapi tidak akan berubah secara
drastis. Kepribadian yang dimiliki peserta didik berpengaruh terhadap bagaimana ia
merespons lingkungannya, termasuk mengatasi permasalahan yang mungkin ia hadapi.

Faktor Eksternal

1. Kesehatan dan nutrisi

Kondisi fisik sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam melakukan proses
belajar. Maslow dalam Hierarki Kebutuhannya menekankan pemenuhan kebutuhan
fisiologis adalah dasar sebelum individu memenuhi kebutuhannya yang lain.

9
Peserta didik yang sehat dapat menjalankan kegiatannya dengan optimal. Kesehatan ini
harus ditunjang oleh nutrisi yang cukup dan seimbang. Dengan demikian secara fisik ia
sudah siap untuk melakukan kegiatannya.

2. Peran keluarga

Keluarga merupakan kelompok terkecil dan pertama yang dimiliki individu. Sebagai
“sekolah” pertama, penanaman dasar-dasar pengetahuan kepada individu sangat
mempengaruhi proses perkembangan di masa selanjutnya.

Pola asuh yang tepat serta budaya yang sehat dalam keluarga dapat membantu peserta
didik untuk berkembang sesuai dengan fase perkembangan yang harus dilewati. Selain itu,
hubungan yang harmonis serta kemampuan finansial yang stabil juga dapat menunjang
perkembangan peserta didik.

3. Lingkungan sosial

Peserta didik memiliki lingkungan sosial tempatnya berkembang yang berpengaruh pada
kondisi fisik, psikologis, serta kognitif. Lingkungan di sini terkait dengan segala hal di
sekitar individu, baik itu orang lain, kondisi lingkungan, fasilitas, bahkan media sosial
yang tidak terlihat bentuknya secara fisik.

Lingkungan memberikan pengaruh secara positif dan negatif. Namun, bagaimana


peserta didik merespons lingkungan sangat dipengaruhi oleh penanaman nilai dan norma
sejak dini dalam keluarga. Dengan demikian lingkungan yang kurang baik tidak menjamin
individu memiliki perkembangan yang tidak baik, begitu pula sebaliknya.

Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Beberapa


faktor di atas dapat membantu orangtua maupun peserta didik itu sendiri agar dapat
berkembang dengan baik.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan peserta didik merupakan tahapan atau proses yang akan dilalui oleh
peserta didik atau setiap individu, dalam dalam perkembangan tersebut terdapat
karakteristik, aspek-aspek, dan faktor-faktor perkembangan dan Setiap manusia pasti
mengalami perkembangan dalam hidupnya, termasuk peserta didik. Peserta didik ini
adalah individu yang sedang berproses untuk mencapai perubahan yang lebih baik pada
dirinya.

3.2 Saran

Dalam mempelajari perkembangan peserta didik kita harus pahamikaraktersistik serta


hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan peseta didik

11
DAFTAR PUSTAKA

Aina Mulyana. “PENGERTIAN KEPRIBADIAN, KEPRIBADIAN ANAK (SISWA) DAN


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN”. 15 April 2022,
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/01/kepribadian-anak-atau-kepribadian-
siswa.html

Afid Burhanudin. “Aspek Perkembangan Peserta Didik”. Wordpress, 19 Mei 1016,


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2016/05/19/aspek-perkembangan-peserta-
didik/

12

Anda mungkin juga menyukai