Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Microsoft Word - Hardy - Laporan Praktek Keinsinyuran V1.2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 57

UNIVERSITAS INDONESIA

Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia


pada Jaringan Palapa Ring Paket Tengah

LAPORAN PRAKTEK KEINSINYURAN

HARDY LUKIUS
2106793035

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PROFESI INSINYUR
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2022
UNIVERSITAS INDONESIA

Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia


pada Jaringan Palapa Ring Paket Tengah

LAPORAN PRAKTEK KEINSINYURAN


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar insinyur

HARDY LUKIUS
2106793035

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PROFESI INSINYUR
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dan benar

Nama : Hardy Lukius


NPM : 2106793035

Tanda Tangan :

Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini diajukan oleh:

Nama : Hardy Lukius


NPM : 2106793035
Program Studi : Profesi Insinyur
Judul Laporan : Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia
pada Jaringan Palapa Ring Paket Tengah

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Insinyur pada Program Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : ( ............................. )

Penguji : ( ............................. )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : Juni 2022

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat bimbingan-Nya, berhasil menyelesaikan laporan praktek keinsiyuran yang
berjudul: Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia pada Jaringan
Palapa Ring Paket Tengah.
Pengerjaan praktek keinsiyuran dan penulisan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan, motivasi, dan masukan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
terutama kepada :
1. Budiman Lukius dan Widyawati Tanuatmadja selaku orang tua, yang telah
memberikan motivasi, nasihat, serta dukungan baik moril dan materiil.
2. Prof. Dr. Fitri Yuli Zulkifli S.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing praktek
keinsinyuran yang telah memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, serta
kritik yang bermanfaat.
3. Bapak Ilham Hardian, S.T., selaku pembimbing dan manajer di tempat
saya bekerja.
4. Bapak dan Ibu pengajar di Program Profesi Insinyur yang penuh dedikasi
dalam memberikan pengajaran.
5. Seluruh teman-teman angkatan Program Profesi Insinyur Tahun 2021
batch 7.
6. Seluruh rekan-rekan kerja di PT Len Telekomunikasi Indonesia.
7. Seluruh teman-teman yang membantu semua dalm proses penyusunan
laporan ini

Jakarta, Juni 2022

Penulis

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Hardy Lukius


NPM : 2106793035
Program Studi : Profesi Insinyur
Departemen : Profesi Insinyur
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Laporan Praktek Keinsinyuran

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia, Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia pada Jaringan


Palapa Ring Paket Tengah)

bersama dengan perangkat lainnya. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini,
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2022

Yang menyatakan,

(Hardy Lukius)

iv
ABSTRAK

Nama : Hardy Lukius


Program Studi : Program Profesi Insinyur
Judul : Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia pada
Jaringan Palapa Ring Paket Tengah

Jaringan Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah pada area Proyek 5 merupakan
area yang sering mengalami insiden serat optik putus yang menyebabkan kualitas
serat optik menjadi turun. Padahal area ini paling diminati oleh pelanggan dari sisi
komersial sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas
jaringan serat optik. Pada laporan praktek keinsinyuran ini diajukan rencana
perbaikan area Proyek 5 yang difokuskan pada satu segmen yaitu segmen Tentena
– Petasia.
Kegiatan perbaikan dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang
dapat dijadikan bahan analisis. Data diambil dari hasil pengukuran di lapangan
menggunakan alat ukur OPM, OTDR, dan melalui sistem NMS. Data kemudian
diolah dan dianalisis sehingga didapatkan titik di mana saja diperlukan perbaikan.
Kemudian dibuat rekomendasi dan estimasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan
perbaikan.
Rekomendasi perbaikan yang diberikan terdiri dari sembilan titik perbaikan
dengan total estimasi anggaran perbaikan sebesar 48,550,913 rupiah. Dua dari
sembilan rekomendasi perbaikan telah dikerjakan sehingga persentase
perkembangan perbaikan yaitu 11,1 %

Kata kunci:
Palapa Ring, serat optik, rekomendasi, anggaran

Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Hardy Lukius


Study Program : Engineering Profession Program
Title : Fiber Optic Line Repair Tentena – Petasia Segment in
Palapa Ring Middle Network

Palapa Ring Middle Fiber Optic Network in Project 5 area is an area that often
experiences fiber optic break incidents which causes the optical fiber quality to
decrease. This area is most in demand by customers from the commercial side, so
improvements need to be made to improve the quality of the fiber optic network.
In this report, an improvement plan for the Project 5 area is proposed, which
focuses on one segment, namely the Tentena – Petasia segment.
Repair activities are carried out by first collecting data that can be used as author's
analysis material. Data is taken from the results of measurements in the field using
OPM, OTDR, and through the NMS system. The data is then processed and
analyzed so that points are obtained where improvements are needed. Then the
authors make recommendations and budget estimation for the implementation of
repair activities.
The recommendations for improvement given by the author consist of nine points
of improvement with a total estimated repair budget of 48,550,913 rupiah. Two of
the nine recommendations for improvement have been carried out so that the
percentage of improvement progress is 11.1%

Keywords:
Palapa Ring, fiber optic, recommendation, budget

vi

Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 12
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 12
1.2 Perumusan Masalah................................................................................... 13
1.3 Tujuan........................................................................................................ 14
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................ 14
1.5 Manfaat ...................................................................................................... 14
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................ 15
BAB 2 PALAPA RING PAKET TENGAH ...................................................... 17
2.1 Topologi Jaringan Palapa Ring Paket Tengah .......................................... 17
2.2 Serat Optik................................................................................................. 23
2.3 Teknologi Wavelength-Division Multiplexing (WDM) ........................... 24
2.4 Power Budget dan Loss Budget ................................................................ 26
2.5 Alat Ukur dan Alat Bantu.......................................................................... 27
2.6 Raman Amplification ................................................................................ 29
BAB 3 METODOLOGI PRAKTEK KEINSINYURAN ................................. 30
3.1 Tahapan Praktek Keinsinyuran ................................................................. 30
3.2 Metode Perbaikan Serat Optik .................................................................. 32
BAB 4 ANALISIS DAN REKOMENDASI PERBAIKAN SERAT OPTIK . 34
4.1 Data Pengukuran ....................................................................................... 34
4.2 Analisis Hasil Pengukuran OPM............................................................... 35
4.3 Analisis Pengukuran OTDR ...................................................................... 37
4.4 Rekomendasi, Anggaran, dan Pelaksanaan Perbaikan KM 11.3367 dari
Petasia ................................................................................................................ 41
4.5 Rekomendasi, Anggaran, dan Pelaksanaan Perbaikan KM 0.5417 dari
Petasia ................................................................................................................ 42
4.6 Rekomendasi dan Anggaran Perbaikan Titik Lain.................................... 43
BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 45
DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 46

vii

Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbaikan Serat Optik Menggunakan Spare ......................................... 32


Tabel 3.2 Perbaikan Serat Optik Menggunakan Serat Optik Baru ....................... 33
Tabel 4.1 Power Budget Pengukuran OPM .......................................................... 34
Tabel 4.2 Komparasi Power Budget ..................................................................... 36
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran OTDR sisi Tentena .................................................. 38
Tabel 4.4 Pengukuran OTDR sisi Petasia ............................................................. 39
Tabel 4.5 Anggaran Perbaikan KM 11.3367 dari Sisi Petasia .............................. 41
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran OPM Perbaikan KM 11.3367 dari Sisi Petasia ....... 42
Tabel 4.7 Anggaran Perbaikan KM 0.5417 dari Sisi Petasia ................................ 42
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran OTDR Perbaikan KM 0.5417 dari Sisi Petasia ....... 43
Tabel 4.9 Estimasi Anggaran Perbaikan Satu Titik .............................................. 44

viii

Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Topologi Jaringan Palapa Ring Paket Tengah .................................. 17


Gambar 2.2 Topologi dan Panjang Serat Optik Proyek 4 ..................................... 18
Gambar 2.3 Panjang Serat Optik Proyek 5 ........................................................... 19
Gambar 2.4 Panjang Serat Optik Proyek 6 ........................................................... 20
Gambar 2.5 Panjang Serat Optik Proyek 7 ........................................................... 21
Gambar 2.6 Panjang Serat Optik Proyek 8A ........................................................ 22
Gambar 2.7 Panjang Serat Optik Proyek 8B......................................................... 22
Gambar 2.8 Komponen Utama Serat Optik [3] .................................................... 23
Gambar 2.9 Sistem WDM ..................................................................................... 25
Gambar 2.10 Power Budget dan Loss Budget ...................................................... 26
Gambar 2.11 OLS (kiri) dan OPM (kanan) .......................................................... 28
Gambar 2.12 OTDR .............................................................................................. 28
Gambar 3.1 Diagram Alir ..................................................................................... 30
Gambar 4.2 Penguatan Raman Tentena ................................................................ 40
Gambar 4.3 Penguatan Raman Petasia.................................................................. 40

ix

Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran OTDR Sisi Tentena ....................................................... 47


Lampiran 2 Pengukuran OTDR Sisi Petasia ......................................................... 52

Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN

3T : Tertinggal, Terluar, Terdepan


BUP : Badan Usaha Pelaksana
DWDM : Dense Wavelength Division Multiplexing
LTI : Len Telekomunikasi Indonesia
NMS : Network Management System
OLS : Optical Laser Source
OPM : Optical Power Meter
OTDR : Optical Time Domain Reflectometer

xi

Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palapa Ring Broadband merupakan salah satu proyek strategis nasional
yang bertujuan untuk pemerataan akses telekomunikasi di wilayah 3T (Tertinggal,
Terluar, Terdepan). Proyek ini menjangkau 57 kabupaten/kota di daerah terpencil
dengan kontur geografis sulit dan potensi pengguna yang relatif kecil sehingga
tercipta tulang punggung sistem telekomunikasi nasional yang menjangkau
seluruh 514 kabupaten/kota [1]
Palapa Ring Broadband terbagi menjadi tiga proyek yaitu Palapa Ring
Paket Barat, Palapa Ring Paket Tengah, dan Palapa Ring Paket Timur. Masing-
masing proyek dijalankan dengan metode pendanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) dengan Badan Usaha Pelaksana (BUP) sebagai
pelaksana konstruksi dan operasi
PT Len Telekomunikasi Indonesia (LTI) merupakan BUP yang ditunjuk
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dalam
Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa
Ring Paket Tengah.
Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah
merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 3 tahun 2016 untuk mendukung layanan broadband bagi masyarakat
Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) di wilayah Indonesia bagian tengah, yang
meliputi 17 Kota/Kabupaten Layanan dan 10 Kota/Kabupaten Interkoneksi. Total
panjang kabel Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah
adalah 3.102 km, yang terdiri dari segmen kabel darat sepanjang 1.304 km dan
segmen kabel laut sepanjang 1.798 km. Jaringan Serat Optik Palapa Ring Paket
Tengah telah beroperasi semenjak 21 Desember 2018 [2]. PT LTI sebagai BUP
memiliki masa konsesi selama 15 tahun untuk mengelola dan memelihara jaringan
Palapa Ring Paket Tengah.
Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah terdiri
dari banyak komponen, dimulai dari teknologi yang digunakan hingga perangkat
12

Universitas Indonesia
utama serta pendukung jaringan itu sendiri. Palapa Ring menggunakan teknologi
serat optik yang didukung dengan perangkat aktif utama Dense Wavelength-
Division Multiplexing (DWDM) yang memiliki kapasitas 100 Gigabit per second
(Gbps). Perangkat DWDM ini tersebar di 17 Kota/Kabupaten Layanan dan 10
Kota/Kabupaten Interkoneksi dengan total perangkat berjumlah 27. Selain
perangkat aktif, terdapat juga komponen perangkat pendukung Civil, Mechanical,
Electrical (CME)
Palapa Ring Palapa Ring Paket Tengah terbagi menjadi 6 area yang
disebut Proyek. Area tersebut yaitu:
1. Proyek 4
2. Proyek 5
3. Proyek 6
4. Proyek 7
5. Proyek 8A
6. Proyek 8B
Dilihat dari sisi komersial, Proyek 5 merupakan area yang paling
diminati oleh pelanggan. Namun Proyek 5 ini juga merupakan area yang sering
mengalami insiden serat optik putus yang sebagian besar disebabkan oleh
pembangunan jalan. Area Proyek 5 terdiri dari empat segmen yaitu:
1. Segmen Tentena – Petasia
2. Segmen Petasia – Bungku
3. Segmen Bungku – Wanggudu
4. Segmen Wanggudu – Tentena
Pada praktek keinsinyuran ini, dipilih segmen Tentena – Petasia untuk
dijadikan proyek optimasi dan perbaikan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam praktek keinsinyuran sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi jalur serat optik segmen Tentena – Petasia berdasarkan
data lapangan?
2. Apa saja perbaikan yang dapat dilakukan pada segmen Tentena – Petasia?

13

Universitas Indonesia
3. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan serat optik segmen
Tentena – Petasia?

1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan praktek keinsinyuran ini
adalah:
1. Mendokumentasikan kondisi jalur serat optik segmen Tentena – Petasia
berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan pemantauan.
2. Menganalisis hasil pengukuran dan pemantauan lapangan kondisi jalur
serat optik segmen Tentena – Petasia.
3. Merekomendasikan perbaikan yang dapat dilakukan pada jalur serat optik
segmen Tentena – Petasia.
4. Menyusun rencana anggaran perbaikan jalur serat optik segmen Tentena –
Petasia.

1.4 Batasan Masalah


Beberapa batasan yang menjadi ruang lingkup dalam praktek
keinsinyuran adalah:
1. Optimasi dan perbaikan dari permasalahan hanya mencakup komponen
serat optik dan perangkat aktif DWDM.
2. Data penelitian dan pengukuran yang digunakan adalah data tahun 2022
bulan April - Juni.
3. Laporan yang dibuat hanya sampai penyusunan rencana anggaran.
4. Pelaksanaan perbaikan yang termasuk dalam laporan hanya dalam periode
bulan April – Juni 2022.

1.5 Manfaat
Jaringan Palapa Ring Paket Tengah dibangun agar akses telekomunikasi
dan internet dapat menjangkau area 3T dan tersebar merata. Maka dari itu, penting
untuk diketahui apa saja komponen-komponen pembentuk jaringan sehingga
dapat menjadi perhatian bersama. Adapun penulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa, perusahaan, dan masyarakat umum:
1. Manfaat bagi mahasiswa:

14

Universitas Indonesia
 Menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki dalam dunia kerja.
 Melatih kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk dapat
diaplikasikan di dunia kerja
 Melatih kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan dan
mengusulkan rekomendasi
 Melatih dan memperdalam kemampuan dokumentasi permasalahan
beserta penyebab dan solusinya sehingga dapat menjadi
pembelajaran bagi orang lain
2. Manfaat bagi perusahaan:
 Dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada komponen –
komponen jaringan
 Dapat menentukan sistem yang cocok memantau secara
keseluruhan komponen-komponen pada jaringan Palapa Ring
Paket Tengah
3. Manfaat bagi masyarakat umum:
 Memperoleh pengetahuan mengenai Jaringan Palapa Ring Paket
Tengah
 Memperoleh pengetahuan mengenai komponen-komponen
pembentuk jaringan

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam laporan praktek keinsinyuran ini terdiri atas
beberapa bab yang terdiri dari sub bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang paparan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan
masalah, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II PALAPA RING PAKET TENGAH
Berisi tentang komponen-komponen pembentuk jaringan Palapa Ring
Paket Tengah yang dibagi ke dalam beberapa sub bab.
BAB III METODE PRAKTEK KEINSINYURAN

15

Universitas Indonesia
Berisi tentang data – data yang diperlukan dan metode pengumpulan
meliputi hasil rekam jejak sistem dan analisa.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang bagaimana permasalahan yang timbul pada jaringan dapat
teratasi dan rekomendasi sistem yang cocok untuk memantau secara keseluruhan
komponen-komponen pada jaringan
BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan.

16

Universitas Indonesia
BAB 2
PALAPA RING PAKET TENGAH

PT Len Telekomunikasi Indonesia (LTI) merupakan BUP yang ditunjuk


oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dalam
Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa
Ring Paket Tengah.
Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah terdiri
dari banyak komponen, dimulai dari teknologi yang digunakan hingga perangkat
utama serta pendukung jaringan itu sendiri. Palapa Ring menggunakan teknologi
serat optik yang didukung dengan perangkat aktif utama Dense Wavelength-
Division Multiplexing (DWDM) yang memiliki kapasitas 100 Gigabit per second
(Gbps). Perangkat DWDM ini tersebar di 17 Kota/Kabupaten Layanan dan 10
Kota/Kabupaten Interkoneksi dengan total perangkat berjumlah 27. Selain
perangkat aktif, terdapat juga komponen perangkat pendukung Civil, Mechanical,
Electrical (CME)

2.1 Topologi Jaringan Palapa Ring Paket Tengah


Palapa Ring Palapa Ring Paket Tengah terbagi menjadi 6 area yang
disebut Proyek. Area tersebut yaitu Proyek 4, Proyek, Proyek 6, Proyek 7, Proyek
8A, dan Proyek 8B.
Pembagian area dan topologi jaringan Palapa Ring Paket Tengah dapat
dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Topologi Jaringan Palapa Ring Paket Tengah


17

Universitas Indonesia
A. Proyek 4
Area Proyek 4 terletak di provinsi Kalimantan Timur dan memiliki 1 kota
layanan yaitu Long Bagun dan 1 kota interkoneksi yaitu Sendawar. Selain sistem
serat optik, area ini juga mempunyai sistem backup menggunakan teknologi
microwave. Proyek 4 ini termasuk area yang sulit saat pelaksanaan konstruksi dan
perawatan dikarenakan sebagian besar masih berupa hutan. Topologi dan panjang
serat optik P4 dapat dilihat pada Gambar 2.2.

194.00 km

Sendawa r Long Bagun

Gambar 2.2 Topologi dan Panjang Serat Optik Proyek 4

B. Proyek 5
Proyek 5 terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Di Proyek 5 ini terdapat 3 kota layanan yaitu Petasia, Bungku, Wanggudu dan 2
kota interkoneksi yaitu Tentena dan Kendari. Proyek 5 ini juga termasuk area
yang sulit saat pelaksanaan konstruksi dan perawatan dikarenakan masih cukup
banyak pekerjaan jalan dari Dinas Pekerjaan Umum dan juga pekerjaan dari
perusahaan pertambangan di sekitar jalur serat optik. Topologi dan panjang serat
optik Proyek 5 dapat dilihat pada Gambar 2.4.

18

Universitas Indonesia
166.65 km 129.1 km 218 .39 km 120 .83 km

Tentena Pet asia Bungku Central Wanggudu Kenda ri

Gambar 2.3 Panjang Serat Optik Proyek 5


C. Proyek 6
Proyek 6 terletak di provinsi Sulawesi Tenggara. Di Proyek 6 ini terdapat
5 kota layanan yaitu Wawonii, Raha, Sawerigadi, Lakudo, Buranga dan 2 kota
interkoneksi yaitu Kendari dan Baubau. Area ini terdiri dari 3 pulau yaitu Pulau
Sulawesi, Pulau Muna, dan Pulau Buton. Ketiga pulau ini dihubungkan dengan
sistem serat optik kabel laut. Topologi dan panjang serat optik Proyek 6 dapat
dilihat pada Gambar 2.4.

19

Universitas Indonesia
Kenda ri

82.31 Km

63.36 km 112.62 km

Buranga Raha Wawonii

45.89 km

135.47 km
Saw erigadi

80.80 km

37.47 km

Bauba u Lakudo

Gambar 2.4 Panjang Serat Optik Proyek 6

20

Universitas Indonesia
D. Proyek 7
Proyek 7 terletak di provinsi Sulawesi Tengah. Di proyek 7 ini terdapat 3
kota layanan yaitu Salakan, Banggai, Taliabu dan 2 kota interkoneksi yaitu
Luwuk dan Sanana. Lima kota pada Proyek 7 ini terletak pada pulau yang
berbeda-beda, terdiri dari Pulau Sulawesi, Banggai Kepulauan, Pulau Banggai,
Pulau Taliabu, dan Pulau Sulabes. Semuanya dihubungkan dengan sistem serat
optik kabel laut. Segmen serat optik yang memiliki jarak terjauh di Palapa Ring
Paket Tengah berada di Proyek 7 yaitu di segmen Taliabu – Sanana. Topologi dan
panjang serat optik P7 dapat dilihat pada Gambar 2.5.

99.55 km 126.80 km 123.92 km 325.91 km

Luw uk Salakan Banggai Taliabu Sanana

Gambar 2.5 Panjang Serat Optik Proyek 7

E. Proyek P8A
Proyek 8A terletak di provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Di P8A
ini terdapat 4 kota layanan yaitu Ondong Siau, Tahuna, Melonguane, Morotai dan
2 kota interkoneksi yaitu Manado dan Tobelo. Semua kota di area ini
dihubungkan dengan sistem serat optik kabel laut. Area Proyek 8A ini terdiri dari
Pulau Sulawesi, Pulau Siau, Pulau Sangihe, Pulau Karakelong, Pulau Morotai,
dan Pulau Halmahera. Topologi dan panjang serat optik P8A dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

21

Universitas Indonesia
219.89 km 130.35 km 283.93 km 305.36 km 61.49 km

Manado Ondong S ia u Tahuna Melongua ne Morotai S ela tan Tobelo

Gambar 2.6 Panjang Serat Optik Proyek 8A


F. Proyek P8B
Proyek 8B terletak di provinsi Maluku Utara. Di P8B ini terdapat 1 kota
layanan yaitu Tidore dan 2 kota interkoneksi yaitu Ternate dan Sofifi. Semua kota
dihubungkan dengan sistem serat optik kabel laut. Area Proyek P8B terdiri dari
Pulau Halmahera, Pulau Tidore, dan Pulau Ternate. Segmen terpendek dari Palapa
Ring Paket Tengah terdapat di area ini yaitu segmen Tidore – Sofifi. Topologi dan
panjang serat optik P8B dapat dilihat pada gambar 2.7.

21.44 km 18.34 km

Terna te Tidore Sofifi

Gambar 2.7 Panjang Serat Optik Proyek 8B

22

Universitas Indonesia
2.2 Serat Optik
Serat optik adalah suatu media transmisi yang terbuat dari kaca yang
berukuran lebih kecil dari sehelai rambut. Serat optik terdiri dari tiga komponen
utama yaitu:
 Core: Merupakan inti dari serat optik yang berfungsi untuk
mentransmisikan sinyal cahaya
 Cladding: Core dilapisi oleh material optik yang disebut cladding
yang berfungsi sebagai perangkap agar sinyal cahaya tidak keluar
dari core.
 Buffer: merupakan bagian terluar dari serat optik yang berfungsi
untuk melindungi serat optik dari kelembaban dan kerusakan
fisik.
Komponen pembentuk serat optik dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Komponen Utama Serat Optik [3]

Core dan cladding dari serat optik sebagian besar serat terbuat dari kaca
ultra-murni. Core dirancang untuk memiliki indeks bias yang lebih tinggi
daripada cladding, yang menyebabkan keadaan refleksi internal total sehingga
cahaya tidak keluar dari core hingga sudut tertentu.

23

Universitas Indonesia
Core dan cladding dilapisi oleh buffer yang berupa plastik untuk menjaga
dari kelembaban dan kerusakan fisik. Selain buffer, umumnya serat optik
dilindungi oleh lapisan kabel yang disebut jacket. Material jacket untuk kabel
serat optik darat umumnya terbuat dari material high density polyethylene
(HDPE).
Terdapat 2 macam tipe serat optik yaitu multimode dan singlemode.
 Multimode: mempunyai diameter core yang lebih besar (50 atau
62.5 mikron). Mendukung transmisi beberapa mode cahaya.
Multimode umumnya digunakan dengan sumber LED pada
panjang gelombang 850 dan 1300 nm.
 Singlemode: mempunyai diameter core yang lebih kecil (9
mikron). Cahaya hanya merampat dalam satu mode cahaya.
Umumnya menggunakan sumber panjang gelombang 1310 dan
1550 nm untuk transmisi jarak jauh.
Pada Palapa Ring Paket Tengah, tipe serat optik yang digunakan yaitu
singlemode karena diperuntukkan untuk transmisi jarak jauh.
Penggunaan serat optik untuk telekomunikasi merujuk pada standar yang
dikeluarkan oleh International Telecommunication Union (ITU) yaitu ITU-T.
Standar yang dikeluarkan ITU-T dijadikan patokan oleh pabrikan untuk
memproduksi serat optik yang digunakan oleh pelanggan. Pada Palapa Ring Paket
Tengah, terdapat dua standar serat optik yang dipakai, yaitu:
 G.652.D: Penggunaan serat optik di darat
 G.654.B: Penggunaan serat optik di dasar laut
 G.976: Penggunaan serat optik di dasar laut

2.3 Teknologi Wavelength-Division Multiplexing (WDM)


WDM merupakan sebuah teknologi dalam sistem komunikasi serat optik.
Teknologi ini menggabungkan beberapa sinyal optik ke dalam satu serat optik
menggunakan panjang gelombang yang berbeda. Sebuah sistem WDM terdiri dari
tiga komponen dasar, yaitu transponder, multiplexer dan demultiplexer (Dapat
dilihat pada Gambar 2.9)

24

Universitas Indonesia
Multiplexer Demultiplexer
Transponders Transponders
(MUX) (DEMUX)

Link 1 Transponder 1 Transponder 5 Link 1

Link 2 Transponder 2 Transponder 6 Link 2

Link 3 Transponder 3 Transponder 7 Link 3

Link 4 Transponder 4 Transponder 8 Link 4

Signal Flow

Gambar 2.9 Sistem WDM


Transponder merupakan komponen yang berfungsi untuk menghasilkan
dan menerima sinyal cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Multiplexer
berfungsi untuk menggabungkan sinyal dan berada di posisi pengirim. Sedangkan
Demultiplexer berfungsi untuk memisahkan sinyal dan berada di posisi penerima.
Sistem WDM ini sendiri dikategorikan menjadi dua berdasarkan
penggunaan band yang digunakan dan jarak antar panjang gelombang yaitu:
A. Coarse WDM
Teknologi CWDM memungkinkan 18 channel panjang gelombang
digabungkan melalui satu serat optik. ITU-T G.694.2 mengeluarkan standar
penggunaan CWDM yaitu pada rentang 1271 – 1611 nm dengan jarak antar
panjang gelombang 20 nm. Jarak antar penjang gelombang pada CWDM tidak
diberi jarak dengan tepat untuk penguatan oleh Erbium Doped Amplifiers
(EDFAs). Hal ini menyebabkan penggunaan CWDM terbatas hanya sampai jarak
tertentu.
B. Dense WDM
Teknologi DWDM menggunakan rentang panjang gelombang 1525 –
1565 nm (Band C) atau 1570 – 1610 nm (Band L) untuk mengirimkan sinyal.
Jarak antar panjang gelombang pada DWDM yaitu 0.8 nm (100GHz). Hal ini
memungkinkan 40 channel panjang gelombang dapat melalui satu serat optik.
DWDM juga didukung oleh penguatan EDFAs sehingga dapat diaplikasikan pada
sistem yang memiliki jarak yang lebih jauh daripada CWDM.

25

Universitas Indonesia
2.4 Power Budget dan Loss Budget
Power Budget adalah toleransi jumlah loss sistem serat optik dari
pemancar (transmitter) sampai ke penerima (receiver) agar sistem dapat
beroperasi dengan baik. Power Budget dapat dihitung sebagai selisih antara
transmitter dan receiver
Loss Budget adalah jumlah loss dari sistem serat optik yang
dkalkulasikan dengan menjumlahkan loss dari semua komponen pada sistem serat
optik. Komponen yang dimaksud termasuk tapi tidak terbatas pada serat optik,
konektor, dan splice loss. [4]
Secara umum, hubungan Power Budget dan Loss Budget dapat dilihat
pada Gambar 2.10.
Power Budget

Splice 1 Splice N
Tx OTB OTB Rx
Konektor Splice 2 Konektor

Loss Budget

Gambar 2.10 Power Budget dan Loss Budget [4]


Keterangan:
 Tx = Transmitter (dBm)
 Rx = Receiver (dBm)
 D = Panjang serat optik (km)
 Lf = Redaman per kilometer dari serat optik (dB/km)
 Nc = Jumlah konektor
 Lc = Loss konektor (dB)
 Ns = Jumlah titik splicing
 Ls = Loss splicing (dB)
Pada Gambar 2.10, dapat dilihat bahwa Loss Budget merupakan bagian
daripada Power Budget. Ketika akan mendesain suatu jaringan serat optik, Loss
Budget akan dihitung untuk menentukan berapa power budget yang dibutuhkan

26

Universitas Indonesia
agar sistem dapat berfungsi dengan normal. Selain Loss Budget, umumnya
ditambahkan margin dalam perhitungan sebagai toleransi apabila ada kejadian
yang menyebabkan nilai Loss Budget menjadi lebih besar. Hubungan Power
Budget, Loss Budget, dan margin dapat dilihat pada persamaan (2.1) berikut
Power Budget = Loss Budget + Margin (2.1)
Dari persamaan (2.1) dapat diturunkan menjadi lebih detail dengan
parameter-parameter yang nilainya diketahui. Turunan dapat dilihat pada
persamaan (2.2) [4].
(Tx – Rx) = D*Lf + Nc*Lc + Ns*Ls + Margin (2.2)
Dari persamaan, dihitung Power Budget dengan parameter yang
diketahui atau diasumsikan untuk mendesain sistem jaringan serat optik.
Perhitungan Power Budget dan Loss Budget yang benar menjadi sangat krusial
karena perhitungan ini digunakan untuk mendesain sistem jaringan serat optik.
Sistem jaringan serat optik dapat dikatakan beroperasi dengan baik apabila nilai
Power Budget lebih besar daripada nilai Loss Budget ditambah Margin.

2.5 Alat Ukur dan Alat Bantu


Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, tim dipersiapkan peralatan
yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan. Ada beberapa
peralatan yang digunakan pada Palapa Ring Tengah, namun pada laporan praktek
keinsinyuran ini hanya akan dikenalkan peralatan yang dipakai untuk
pengumpulan data. Peralatan yang akan dibahas adalah Optical Power Meter
(OPM), Optical Laser Source (OLS), dan Optical Time Domain Reflectometer
(OTDR).
OPM berfungsi untuk mengukur sinyal optik yang diterima. OLS
berfungsi sebagai sumber sinyal optik yang akan diterima oleh OPM. OPM dan
OLS digunakan berpasangan untuk mengukur Power Budget dari suatu segmen
serat optik. Alat OPM dan OLS yang digunakan pada Palapa Ring Tengah dapat
dilihat pada Gambar 2.11.

27

Universitas Indonesia
Gambar 2.11 OLS (kiri) dan OPM (kanan)

OTDR digunakan untuk mengetahui karakteristik dari serat optik. Cara


kerja dari alat OTDR yaitu dengan mengirimkan pulsa optik ke serat optik. Pulsa
optik akan dipantulkan kembali sepanjang ujung serat optik. Pulsa optik yang
dipantulkan inilah yang akan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari serat
optik. Pada aplikasi nyata, OTDR digunakan untuk mengetahui titik ujung serat
optik dan titik di mana terdapat redaman tinggi. Alat OTDR yang digunakan pada
Palapa Ring Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 OTDR


28

Universitas Indonesia
Network Management System (NMS) merupakan suatu sistem yang dapat
digunakan untuk mengelola jaringan dan komponennya secara tersentral dan
keseluruhan. Secara umum, NMS pada Palapa Ring Tengah mempunyai beberapa
fitur, yaitu:
1. Fault Monitoring: Mendeteksi dan mengisolasi malfungsi yang terjadi pada
sistem DWDM
2. Performance Monitoring: Melakukan pemantauan performansi pada sistem
DWDM
3. Service Provisioning: Melakukan fungsi pengaturan layanan pelanggan
4. Maintenance: Melakukan fungsi maintenance seperti upgrade dan healthy
check sistem serta perangkat DWDM

2.6 Raman Amplification


Pada Palapa Ring Paket Tengah, sistem DWDM yang digunakan
memiliki teknologi raman amplification. Teknologi ini memungkinkan sistem
DWDM dapat beroperasi pada jarak di atas 100 kilometer. Namun, penggunaan
teknologi ini memiliki persyaratan redaman agar sistem dapat berjalan optimal.
Berikut persyaratan yang diambil dari referensi vendor:
1. Jarak 0-20 km: Tidak menggunakan konektor serat optik. Serat optik harus
tersambung dengan cara splicing. Penggunaan konektor dapat
menyebabkan komponen terbakar dan mempengaruhi gain yang didapat
raman.
2. Jarak 0-10 km: Redaman satu titik kurang dari 0.1 dB (G.652) atau 0.2 dB
(G.655 LEAF, G.653, TW-RS, TW-C).
3. Jarak 10-20 km: Redaman satu titik kurang dari 0.2 dB (G.652) atau 0.4
dB (G.655 LEAF, G.653, TW-RS, TW-C).
4. Jarak 20-30 km: Redaman satu titik kurang dari 0.4 dB.
5. Jarak 30-40 km: Redaman satu titik kurang dari 1 dB.
6. Jarak di atas 40 km: Redaman satu titik kurang dari 2 dB.

29

Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PRAKTEK KEINSINYURAN

Penulisan metodologi praktek keinsyuran ini ditujukan untuk


menentukan langkah atau tahapan yang perlu dilakukan. Penentuan tahapan ini
dilakukan agar proses awal sampai akhir praktek keinsinyuran terstruktur dengan
baik.

3.1 Tahapan Praktek Keinsinyuran


Diagram alir dari metode praktek keinsinyuran dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Start

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengambilan Data

- Data Aktual - Data Referensi


- Data Pengukuran - Data Perhitungan

Pengolahan Data

Analisis Data dan Pembahasan

Rekomendasi

Kesimpulan

End

Gambar 3.1 Diagram Alir

Diagram alir pada Gambar 3.1 menunjukkan tahapan-tahapan yang


dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam praktek keinsinyuran.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

30

Universitas Indonesia
1. Perumusan Masalah, dimaksudkan untuk menentukan permasalahan
yang dipilih dalam praktek keinsyuran. Pada tahap ini, akan ditentukan
tujuan yang ingin dicapai dalam menyelesaikan rumusan masalah.
2. Studi Literatur, merupakan daftar referensi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Pada tahap Studi Literatur, referensi yang ada
dicari, dibaca, dan ditelaah. Tahap ini bertujuan untuk mencari teori valid
sebagai landasan untuk mencapai penyelesaian masalah yang baik.
3. Pengambilan Data, merupakan kegiatan untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan terkait penulisan laporan Praktek
Keinsinyuran. Sumber data yang diambil merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil pengukuran dan pengamatan
lapangan. Penulis memperoleh data sekunder dari dokumen dan referensi
yang ada pada perusahaan tempat melakukan Praktek Keinsinyuran. Data
primer dan sekunder ini kemudian diolah dan disajikan sebagai bahan
analisis.
4. Pengolahan Data, merupakan kegiatan yang dilakukan agar data yang
telah diambil dapat disajikan untuk proses analisa dan pembahasan. Data
diolah sedemikian rupa sehingga hanya bagian yang signifikan untuk
dianalisis yang ditampilkan.
5. Analisis Data dan Pembahasan, merupakan proses analisa yang
dilakukan berdasarkan data yang diolah. Pada tahap ini, dilakukan analisis
berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
6. Rekomendasi dan Penyusunan Anggaran, merupakan tahapan yang
dilakukan untuk menjawab tujuan permasalahan yang diharapkan. Analisis
yang telah dilakukan dipergunakan sebagai landasan untuk menentukan
rekomendasi optimasi dan perbaikan. Berdasarkan rekomendasi yang
disampaikan, disusun rencana anggaran perbaikan dan optimasi.
7. Kesimpulan, merupakan rangkuman hasil pelaksanaan dari praktek
keinsinyuran. Kesimpulan berisikan temuan pengumpulan data, analisis
hasil pengolahan data, serta rekomendasi dan rencana anggaran perbaikan
dan optimasi.
31

Universitas Indonesia
3.2 Metode Perbaikan Serat Optik
Kegiatan perbaikan diharapkan dapat membuat kondisi serat optik
menjadi lebih baik. Metode perbaikan yang dilakukan secara umum adalah
sebagai berikut:
A. Perbaikan dengan menarik serat optik pada sisi kiri dan/atau kanan dari titik
perbaikan. Metode ini dilakukan apabila masih terdapat spare serat optik
yang dapat ditarik. Detail lebih lanjut diilustrasikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perbaikan Serat Optik Menggunakan Spare


Nomor Ilustrasi Keterangan
1 Titik perbaikan Penentuan titik perbaikan dari serat
optik

Serat Optik

2 Serat optik kemudian ditarik dari sisi


kiri dan/atau kanan dari titik
perbaikan tanpa menggunakan serat
Serat optik ditarik
optik baru
3 Serat optik disambung menggunakan
satu buah closure

Closure

B. Perbaikan dengan menggunakan serat optik baru. Metode ini umum


digunakan apabila spare tidak cukup untuk perbaikan. Metode ini juga
digunakan atau apabila ada perubahan dari kabel tipe tanam menjadi kabel
tipe udara dan sebaliknya. Detail lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.2

32

Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Perbaikan Serat Optik Menggunakan Serat Optik Baru
Nomor Ilustrasi Keterangan
1 Titik perbaikan Penentuan titik perbaikan dari serat
optik

Serat Optik

2 Serat optik dipotong Serat optik kemudian dipotong pada


sisi kiri dan kanan dari titik yang akan
diperbaiki

3 Serat optik baru dipersiapkan untuk


disambung dengan serat optik lama

Serat optik baru

4 Serat optik optik lama dan baru


disambung menggunakan closure

Closure

33

Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN REKOMENDASI PERBAIKAN SERAT OPTIK

Sebelum melakukan analisis dan rekomendasi perbaikan, maka ada


langkah yang dilakukan yaitu mengambil data pengukuran. Data pengukuran
dianalisis agar dapat ditentukan di titik mana perlu dilakukan rekomendasi
perbaikan.

4.1 Data Pengukuran


Pada bagian ini, disajikan data pengukuran OTDR dan OPM segmen
Tentena – Petasia. Segmen ini memiliki panjang serat optik senilai ~167 km. Agar
didapatkan hasil yang akurat untuk jarak dekat, maka pengukuran OTDR
dilakukan pada kedua lokasi yaitu Tentena dan Petasia. Sedangkan pengukuran
redaman menggunakan OPM cukup dilakukan pada satu sisi saja.
A. Pengukuran OPM
Data pengukuran diambil menggunakan alat ukur dengan pilihan panjang
gelombang 1550 nm. Parameter yang diukur yaitu total redaman Power Budget
dari Tentena sampai Petasia. Power Budget hasil pengukuran OPM dapat dilihat
pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Power Budget Pengukuran OPM


Hasil OPM Kalibrasi Power Budget
Fiber ID (Rx) (Tx) Pengukuran
(dBm) (dBm) (dB)
Core 1 -54.10 -0.25 53.85
Core 2 -51.20 -0.25 50.95
Core 3 -53.80 -0.25 53.55
Core 4 -48.84 -0.25 48.59
Core 5 -52.90 -0.25 52.65
Core 6 -52.60 -0.25 52.35
Core 7 LOW -0.25 LOW
Core 8 LOW -0.25 LOW
Core 9 LOW -0.25 LOW
Core 10 LOW -0.25 LOW
Core 11 LOW -0.25 LOW
Core 12 LOW -0.25 LOW
Core 15 -46.91 -0.25 46.66
Core 19 -48.80 -0.25 48.55
Core 20 -48.33 -0.25 48.08

34

Universitas Indonesia
Core 21 -45.44 -0.25 45.19
Core 22 -48.10 -0.25 47.85
Core 23 -48.50 -0.25 48.25
Core 24 -59.10 -0.25 58.85

Keterangan:
 Nilai kalibrasi merupakan nilai yang dipancarkan oleh OLS.
 Power Budget didapat dari perhitungan: Power Budget = (Tx) –
(Rx)
B. Pengukuran OTDR
Data pengukuran diambil menggunakan alat ukur dengan pilihan panjang
gelombang 1550 nm. Pengukuran ini menentukan titik-titik mana saja dari serat
optik yang memiliki redaman tinggi.
Hasil pengukuran OTDR untuk serat optik segmen Tentena – Petasia
dapat dilihat pada Lampiran 1. Ada beberapa catatan pada data hasil pengukuran
yaitu sebagai berikut:
 Total core serat optik pada kabel yaitu 24
 Sebanyak 5 core dipergunakan untuk layanan sehingga tidak diukur.
Jumlah serat optik yang diukur yaitu 19.
 Redaman dikatakan tinggi atau tidak berdasarkan persyaratan penggunaan
raman dan diberi highlight berwarna merah pada tabel

4.2 Analisis Hasil Pengukuran OPM


Berdasarkan hasil pengukuran OPM pada tabel 4.1, didapatkan nilai
Power Budget pengukuran. Selanjutnya dilakukan komparasi power budget hasil
pengukuran dengan power budget yang didapat dari hasil perhitungan desain.
Parameter yang diketahui untuk menghitung loss budget dari persamaan (2.1) dan
(2.2) dengan diketahui parameter sebagai berikut:
 D = Panjang serat optik (km) = 167 km
 Lf = Redaman per kilometer serat optik (dB/km) = 0,22 dB/km
 Nc = Jumlah konektor = 2
 Lc = Loss konektor (dB) = 0,5 dB
 Ns = Jumlah titik splicing = 167/4 = 41 (dibulatkan ke bawah)
 Ls = Loss splicing = 0,08 dB
35

Universitas Indonesia
 Margin = 7 dB
Catatan:
 Loss konektor dan loss splicing merujuk ke dokumen uji terima
Palapa Ring Tengah
 Jumlah titik splicing ditentukan dari panjang kabel dibagi dengan
panjang 1 span kabel pada haspel yaitu 4 km
(Tx – Rx) = D*Lf + Nc*Lc + Ns*Ls + Margin (2.2)
Power Budget = 167*0,22 + 2*0,5 + 41*0,08 + 7
Power Budget = 48,02 dB
Hasil perhitungan link budget di atas, didefinisikan sebagai power budget
desain.
Setelah didapatkan power budget desain, dilakukan komparasi power
budget desain dan power budget pengukuran. Hasil komparasi dapat dilihat pada
Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komparasi Power Budget


Power Budget Pengukuran Power Budget Desain
Fiber ID (dB)
(dB)
Core 1 53.85 48.02
Core 2 50.95 48.02
Core 3 53.55 48.02
Core 4 48.59 48.02
Core 5 52.65 48.02
Core 6 52.35 48.02
Core 7 LOW 48.02
Core 8 LOW 48.02
Core 9 LOW 48.02
Core 10 LOW 48.02
Core 11 LOW 48.02
Core 12 LOW 48.02
Core 15 46.66 48.02
Core 19 48.55 48.02
Core 20 48.08 48.02
Core 21 45.19 48.02
Core 22 47.85 48.02
Core 23 48.25 48.02
Core 24 58.85 48.02

36

Universitas Indonesia
Keterangan:
 Pada core 7 – 12, hasil pengukuran menunjukkan LOW
dikarenakan core serat optik mempunyai redaman yang sangat
tinggi melewati spesifikasi alat ukur atau core terputus sehingga
tidak terukur nilainya.
 Bagian yang diberi background warna merah menunjukkan power
budget pengukuran lebih besar dari pada power budget desain.
 Bagian yang diberi background warna hijau menunjukkan power
budget pengukuran lebih kecil dari pada power budget desain.
Berdasarkan hasil komparasi, didapatkan data sebagai berikut:
 Hanya 3 dari 19 core (Core 15, 21, dan 22) serat optik memiliki
nilai power budget lebih lebih kecil daripada power budget
desain.
 16 dari 19 core serat optik memiliki nilai power budget lebih
lebih besar daripada power budget desain.
 6 dari 19 core (Core 7 sampai dengan 12) serat optik tidak terukur
dikarenakan redaman terlampau tinggi atau core terputus.
Kabel serat optik dapat dikatakan dalam keadaan baik apabila nilai power
budget pengukuran lebih kecil daripada nilai power budget desain. Hasil
komparasi yang didapat menunjukkan bahwa 84,2% core serat optik yang diukur
tidak dalam keadaan baik dan 31,58% di antaranya tidak tembus secara end-to-
end. Hal ini menjadi justifikasi bahwa perlu dilakukan perbaikan pada core serat
optik terutama yang tidak tembus secara end-to-end. Langkah selanjutnya yaitu
menganalisis hasil pengukuran OTDR untuk mengetahui di titik mana saja
diperlukan perbaikan.

4.3 Analisis Pengukuran OTDR


Pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa terdapat total 109
event yang terjadi dari hasil pengukuran, di mana 61 event dari pengukuran sisi
Tentena dan 48 event dari pengukuran sisi Petasia. Event ini merupakan titik di
mana terbaca redaman yang terjadi dari hasil penyambungan core ataupun hal-hal
lain yang perlu diinvestigasi.
37

Universitas Indonesia
Dari banyaknya event tersebut, perlu dibuat prioritas dan dipilih event
mana saja yang dapat prioritas untuk perbaikan. Kriteria pemilihan event yang
diambil adalah sebagai berikut
1. Serat optik yang tidak tersambung / putus secara end-to-end
2. Serat optik yang tidak memenuhi syarat penggunaan Raman
Amplification (Sub Bab 2.6)
3. Jumlah core yang termasuk nomor 1 dan 2 berjumlah lebih dari 5
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, pemilihan event hasil pengukuran
OTDR untuk serat optik segmen Tentena – Petasia dapat dilihat pada Tabel 4.3
dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran OTDR sisi Tentena
Event Event Event Event
3 6 12 18
Fiber ID 3.6241 9.3664 19.4015 30.0696
Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 0.288 0.062 0.068 0.052
Core 2 0.309 0.199 0.100 0.042
Core 3 0.562 0.083 0.105
Core 4 0.366 0.336 0.088 0.195
Core 5 0.934 0.315 0.276 0.183
Core 6 0.273 0.088 0.217 0.095
Core 7 0.528 0.137 0.079 0.436
Core 8 0.650 0.199 0.227 0.345
Core 9 0.317 0.202 0.258 0.424
Core 10 0.357 0.204 0.702
Core 11 0.060 0.228 0.571
Core 12 0.244 0.073 0.300 0.606
Core 15 0.108 0.298 0.273
Core 19 0.241 0.247 0.077 0.033
Core 20 0.103 0.305 0.141 0.134
Core 21 0.233 0.236 0.077
Core 22 0.081 0.063
Core 23 0.534 0.284 0.105 0.171
Core 24 0.576 0.062
Minimum 0,060 0,062 0,063 0,033
Maximum 0,934 0,336 0,300 0,702
Average 0,371 0,197 0,164 0,260
Occurences 18/19 16/19 17/19 16/19

38

Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Pengukuran OTDR sisi Petasia
Event Event Event Event Event
3 7 14 18 19
Fiber ID 0.5417 3.8295 7.8639 10.7318 11.3367
Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 0.436
Core 2 0.459
Core 3 0.420
Core 4
Core 5 0.449
Core 6 0.232
Core 7 0.139 0.209 0.233 0.186 ---
Core 8 0.139 0.212 0.239 0.130 ---
Core 9 0.165 0.203 0.219 0.155 ---
Core 10 0.141 0.198 0.224 0.186 ---
Core 11 0.138 0.197 0.227 0.171 ---
Core 12 0.133 0.185 0.203 0.186 ---
Core 15 0.097
Core 19
Core 20 0.204
Core 21
Core 22
Core 23 0.370 0.261
Core 24
Minimum 0,133 0,097 0,203 0,130 0,204
Maximum 0,165 0,370 0,239 0,186 0,459
Average 0,143 0,209 0,224 0,169 0,352
Occurences 6/19 8/19 6/19 6/19 13/19

Keterangan:
 Tanda --- menunjukkan akhir pengukuran OTDR
 Bagian yang diberi background warna merah menunjukkan
redaman tidak memenuhi syarat penggunaan Raman
Amplification
Dari tabel, didapatkan total 9 event yang masuk kriteria, terdiri dari 4
event dari sisi Tentena, 5 event dari sisi Petasia. Kemudian dapat dililhat juga
pada Tabel 4.4 bahwa pengukuran OTDR pada core 7 - 12 hanya sampai pada
kilometer 11.3367 dari Petasia. Hal ini menunjukkan core terputus pada titik
tersebut.
Untuk memperkuat justifikasi rekomendasi perbaikan, akan ditunjukkan
korelasi antara hasil Pengukuran OTDR dengan syarat penggunaan Raman

39

Universitas Indonesia
Amplification. DWDM segmen Tentena – Petasia menggunakan teknologi
penguatan raman untuk dapat beroperasi dengan jarak jauh. Penguatan raman
memerlukan persyaratan untuk dapat beroperasi secara optimal. Persyaratan dapat
dilihat lebih rinci pada Sub Bab 2.6. Penguatan raman pada segmen Tentena –
Petasia yang terbaca pada NMS Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Penguatan Raman Tentena

Gambar 4.2 Penguatan Raman Petasia

Pada Gambar 4.1 dan 4.2, parameter penguatan raman yaitu yang di-
highlight berwarna biru dan diberi nama LINE. Dari hasil hasil screenshot, dapat
dilihat bahwa penguatan raman maksimum yaitu 10 dB. Penguatan raman aktual
tidak sampai 10 dB melainkan 5.2 dB di sisi Tentena, 7.7 dB di sisi Petasia. Hal
ini terjadi karena terdapat syarat yang tidak terpenuhi sehungga penguatan yang
dihasilkan tidak dapat maksimum. Rekomendasi perbaikan titik dari hasil analisa
OTDR yaitu sebagai berikut:
1. Perbaikan core yang putus yaitu core 7 sampai dengan 12. Titik
perbaikan berada di 11.3367 kilometer dari sisi Petasia
2. Perbaikan core pada 0.5417 kilometer dari sisi Petasia
3. Perbaikan core pada 3.6241 dari sisi Tentena
4. Perbaikan core pada 3.8295 dari sisi Petasia

40

Universitas Indonesia
5. Perbaikan core pada 7.8639 dari sisi Petasia
6. Perbaikan core pada 9.3664 dari sisi Tentena
7. Perbaikan core pada 10.7318 dari sisi Petasia
8. Perbaikan core pada 19.4015 dari sisi Tentena
9. Perbaikan core pada 30.0696 dari sisi Tentena

4.4 Rekomendasi, Anggaran, dan Pelaksanaan Perbaikan KM 11.3367 dari


Petasia
Pada titik ini, dilakukan perbaikan dengan memodifikasi posisi yang
serat optik yang berada di dalam tanah menjadi di udara menggunakan tiang.
Perbaikan di titik ini dilakukan dengan menggunakan serat optik baru yang
disambung dengan serat optik di sisi kiri dan kanan dari titik perbaikan. Metode
perbaikan dapat dilihat pada Sub Bab 3.2 B. Material yang dibutuhkan untuk
perbaikan terdiri dari serat optik tipe udara, tiang, dan closure. Perhitungan biaya
material dan jasa perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.5 Anggaran Perbaikan KM 11.3367 dari Sisi Petasia

Unit
Item Designator Description Quantity Biaya
Price

Pengadaan dan pemasangan Kabel


AC-OF-SM-
1 Udara Fiber Optik Single Mode 24 24,977 120 2,997,240
24D
core G 652 D (per meter)
Pengadaan dan pemasangan alat
2 SC-OF-SM-24 sambung (cabang/ lurus) untuk 892,484 2 1,784,968
Fiber Optik kapasitas 12 - 24 core
Pengadaan dan Pemasangan Tiang
Besi 7 meter, berikut cat & cor
3 PU-S7.0-140 1,838,915 3 5,516,745
pondasi dan assesories dengan
kekuatan tarik 140 kg
Total (Rupiah) 10,298,953

Pelaksanaan perbaikan telah dilakukan pada tanggal 21 April 2022.


Setelah dilakukan perbaikan, semua core serat optik kecuali core yang terpakai
layanan diukur kembali menggunakan alat ukur OPM dan semuanya tembus
secara end-to-end. Hasil pengukuran OPM setelah perbaikan dapat dilihat pada
Tabel 4.6.

41

Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran OPM Perbaikan KM 11.3367 dari Sisi Petasia
Hasil OPM Kalibrasi Power Budget
Fiber ID (Rx) (Tx) Pengukuran
(dBm) (dBm) (dB)
Core 1 -54.00 -0.25 53.75
Core 2 -51.60 -0.25 51.35
Core 3 -53.10 -0.25 52.85
Core 4 -50.30 -0.25 50.05
Core 5 -52.50 -0.25 52.25
Core 6 -50.40 -0.25 50.15
Core 7 -51.60 -0.25 51.35
Core 8 -48.39 -0.25 48.14
Core 9 -54.40 -0.25 54.15
Core 10 -52.40 -0.25 52.15
Core 11 -57.30 -0.25 57.05
Core 12 -55.10 -0.25 54.85
Core 15 -48.27 -0.25 48.02
Core 19 -49.58 -0.25 49.33
Core 20 -48.90 -0.25 48.65
Core 21 -45.44 -0.25 45.19
Core 22 -48.24 -0.25 47.99
Core 23 -48.65 -0.25 48.40
Core 24 -61.00 -0.25 60.75

4.5 Rekomendasi, Anggaran, dan Pelaksanaan Perbaikan KM 0.5417 dari


Petasia
Pada titik ini, dilakukan penarikan spare serat optik di kiri dan/atau
kanan titik perbaikan dan pemasangan closure. Metode perbaikan dapat dilihat
pada Sub Bab 3.2 A. Perbaikan pada titik ini hanya memerlukan material closure.
Perhitungan biaya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Anggaran Perbaikan KM 0.5417 dari Sisi Petasia

Unit
Item Designator Description Quantity Biaya
Price

Pengadaan dan pemasangan alat


1 SC-OF-SM-24 sambung (cabang/ lurus) untuk 892,484 1 892,484
Fiber Optik kapasitas 12 - 24 core
Total (Rupiah) 892,484

Pelaksanaan perbaikan telah dilakukan pada tanggal 14 Juni 2022.


Setelah dilakukan perbaikan, semua core kecuali yang terpakai layanan diukur
kembali menggunakan alat ukur OTDR. Dari hasil pengukuran, tidak tampak lagi
42

Universitas Indonesia
ada redaman tinggi pada titik perbaikan. Hasil pengukuran OTDR setelah
perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran OTDR Perbaikan KM 0.5417 dari Sisi Petasia
Event 2 Event 5 Event 6
Wavelength 3.8893 7.8625 8.7743
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.519 0.025 0.914
Core 2 1550 1.230 0.084 1.516
Core 3 1550 0.626 0.146
Core 4 1550 0.086 -0.030
Core 5 1550 0.080 0.267
Core 6 1550 1.017 0.034 0.021
Core 7 1550 0.427 -0.033
Core 8 1550 0.345 0.152 0.129
Core 9 1550 0.810 0.184
Core 10 1550 1.197 0.226 0.147
Core 11 1550 0.141 -0.070 -0.053
Core 12 1550 0.487 0.230
Core 14 1550 0.438 0.277
Core 15 1550 1.494 0.311 0.223
Core 19 1550 0.143 0.137 0.087
Core 20 1550 0.286 0.127
Core 22 1550 0.184 0.113
Core 23 1550 0.174 0.059 0.206
Core 24 1550 0.110 0.031 0.448
Minimum 0.080 -0.070 -0.053
Maximum 1.494 0.311 1.516
Average 0.534 0.134 0.283
Occurences 18/19 16/19 14/19

4.6 Rekomendasi dan Anggaran Perbaikan Titik Lain


Untuk titik perbaikan lain yang masuk rekomendasi, masih perlu
dilakukan observasi lapangan yang lebih mendalam. Sehingga pada bagian ini,
dilakukan estimasi mengenai material dan metode yang dilakukan untuk
perbaikan. Penulis mengasumsikan tiap titik memerlukan material serat optik
sepanjang 100 meter yang ditanam di kedalaman 1.5 meter menggunakan 2 buah
closure. Metode yang dilakukan mengikuti Sub Bab 3.2 B yaitu perbaikan
menggunakan serat optik baru. Estimasi biaya perbaikan satu titik secara rinci
yang tertulis pada Tabel 4.9.

43

Universitas Indonesia
Tabel 4.9 Estimasi Anggaran Perbaikan Satu Titik
Item Designator Description Unit Quantity Biaya
Price

1 DC-OF-SM- Pengadaan dan pemasangan


24D Kabel Duct Fiber Optik 18,525 100 1,852,500
Single Mode 24 core G 652
D (per meter)
2 SC-OF-SM-24 Pengadaan dan pemasangan
alat sambung (cabang/ lurus) 892,484 2 1,784,968
untuk Fiber Optik kapasitas
12 - 24 core
3 DD-HDPE- Pengadaan dan pemasangan
40-1 pipa HDPE 40/33 mm 1 16,996 100 1,699,600
pipa dengan kedalaman 1,5
meter
Total (Rupiah) 5,337,068

Dari Tabel 4.9 didapatkan estimasi biaya perbaikan satu titik yaitu
sebesar 5,337,068 Rupiah. Terdapat 7 rekomendasi yang menggunakan estimasi
biaya yang sama, sehingga total estimasi biaya perbaikan 7 titik rekomendasi
yaitu sebesar (7*Rp 5,337,068 Rupiah) = Rp 37,354,476.

44

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN

1. Sebanyak 84,2% core serat optik yang diukur memiliki power budget lebih
besar dari hasil desain perhitungan yaitu 48,02 dB. Hal ini menjadi justifikasi
untuk dilakukan perbaikan pada segmen Tentena – Petasia. Terdapat 9 titik
yang direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
2. Ada 2 rekomendasi perbaikan yang sudah dilaksanakan, yaitu perbaikan
kilometer 11,3367 dari sisi Petasia dan kilometer 0,5417 dari sisi Petasia.
Persentasi perbaikan yang sudah dikerjakan yaitu 2/9 = 11,1 %. Anggaran
yang dikeluarkan untuk menjalankan 2 rekomendasi perbaikan ini yaitu
sebesar Rp 11.191.437.
3. Estimasi biaya untuk rekomendasi yang belum terlaksana yaitu sebesar Rp
37.354.476.

45

Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

[1] KPPIP, “Laporan KPPIP Semester 1 2019,” KPPIP, 2019.


[2] PT Len Telekomunikasi Indonesia, “Len Telekomunikasi Indonesia,” March
2022. [Online]. Available: https://www.len-telko.co.id/.
[3] The Fiber Optic Association, “Optical Fiber,” [Online]. Available:
https://www.thefoa.org/tech/ref/basic/fiber.html. [Diakses March 2022].
[4] The Fiber Optic Association, “Power Budgets and Loss Budgets,” [Online].
Available: https://www.thefoa.org/tech/lossbudg.htm. [Diakses June 2022].

46

Universitas Indonesia
Event 2 Event 3 Event 4 Event 5 Event 6 Event 7 Event 8 Event 9 Event 10 Event 11 Event 12 Event 13 Event 14
Wavelength 1.6334 3.6241 5.4310 8.1618 9.3664 10.7854 12.1942 14.0012 16.7473 18.1408 19.4015 20.6521 22.0864
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.413 0.288 -0.048 0.062 0.088 0.072 0.068 0.065
Core 2 1550 0.309 0.043 0.199 0.050 0.100 0.077
Core 3 1550 0.562 -0.067 0.083 0.041 -0.067
Core 4 1550 0.284 0.366 0.336 0.094 0.145 0.035 0.088 0.058
Core 5 1550 0.364 0.934 0.315 0.089 0.085 0.276 0.053
Core 6 1550 0.273 0.039 0.088 0.120 0.067 0.161 0.217 0.077
Core 7 1550 0.528 0.106 0.137 0.029 0.049 0.079
Core 8 1550 0.650 0.034 0.199 -0.059 0.296 0.227
Core 9 1550 0.317 0.056 0.202 0.030 0.258 0.266
Core 10 1550 0.061 0.357 0.896 -0.064 0.011 0.204 -0.046

47
Core 11 1550 0.060 0.097 0.141 0.161 0.068 0.108 0.080 0.228
Core 12 1550 0.244 -0.058 0.044 0.073 0.300 0.123
Core 15 1550 0.108 0.054 0.051 0.298 0.051 0.033 0.273 0.093
Core 19 1550 0.331 0.241 0.184 0.247 0.077 0.077
Core 20 1550 0.103 0.112 0.305 0.043 0.091 0.042 0.141 0.025
Core 21 1550 0.233 0.236 0.081 -0.117 0.077
Core 22 1550 0.049 0.054 0.081 0.041 0.047 0.063 0.087
Core 23 1550 0.534 0.071 0.284 0.036 0.084 0.061 0.105 0.086
Lampiran 1 Pengukuran OTDR Sisi Tentena

Core 24 1550 0.576 0.031 0.154 -0.084 0.115 0.128 0.073


Minimum 0,061 0,060 -0,067 0,031 0,062 0,154 -0,059 -0,117 -0,067 0,035 0,063 -0,046 0,025
Maximum 0,413 0,934 0,097 0,896 0,336 0,161 0,120 0,108 0,296 0,128 0,300 -0,046 0,266
Average 0,291 0,371 0,005 0,133 0,197 0,158 0,054 0,025 0,096 0,062 0,164 -0,046 0,090
Occurences 5/19 18/19 6/19 14/19 16/19 2/19 12/19 11/19 10/19 6/19 17/19 1/19 12/19

Universitas Indonesia
Event 15 Event 16 Event 17 Event 18 Event 19 Event 20 Event 21 Event 22 Event 23 Event 24 Event 25 Event 26 Event 27
Wavelength 23.5514 26.1648 27.8696 30.0696 32.3206 33.9795 35.6333 38.3999 39.9363 42.0852 44.3107 46.4188 48.5268
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.401 0.085 0.052 0.115 0.165 0.148 0.262 0.648
Core 2 1550 0.193 0.094 0.042 0.143 0.165 0.087 0.107 0.315 0.306 0.096 0.409
Core 3 1550 0.144 0.040 0.105 0.125 0.234 0.110 0.044 1.427 -0.048 0.370 0.098 0.060
Core 4 1550 0.250 0.087 0.195 0.462 0.083 0.790 0.305 0.194 0.076
Core 5 1550 0.129 -0.041 0.183 0.055 0.269 0.053 0.407 0.240 0.148 0.152 0.036 0.150
Core 6 1550 0.514 -0.038 0.095 0.044 0.062 0.267 0.103 0.736 0.093 0.247 0.060 0.097
Core 7 1550 0.131 0.090 0.436 0.029 0.307 0.205 0.048 0.328 0.049 0.105 -0.050 0.045
Core 8 1550 0.126 0.181 -0.028 0.345 0.055 0.088 0.078 0.190 0.057 0.400 0.188
Core 9 1550 0.111 0.114 0.424 0.044 0.154 0.088 0.067 0.373 -0.045 0.165 0.055 0.360
Core 10 1550 0.088 0.702 0.123 0.130 0.542 0.090 0.402 0.335

48
Core 11 1550 0.084 0.571 0.110 0.062 -0.058 0.460 0.650 0.053 0.267
Core 12 1550 -0.033 0.039 -0.034 0.606 0.170 -0.024 1.043 -0.047 0.168 0.170 0.071
Core 15 1550 0.128 0.116 0.353 0.065 0.298 0.517 0.060 0.213 0.130 0.112
Core 19 1550 0.190 0.179 0.033 0.092 0.178 0.076 0.399 0.545 0.486 0.279 0.078
Core 20 1550 0.200 -0.084 0.134 0.136 0.078 0.023 0.338 0.925 0.216 0.038 0.087
Core 21 1550 0.219 0.139 0.046 0.066 0.033 0.424 0.805 0.262 0.143 0.143
Core 22 1550 0.225 0.067 0.161 0.095 0.112 0.271 0.911 0.155 0.129 0.100
Core 23 1550 0.100 0.113 0.171 0.031 0.067 0.037 0.336 0.092 0.174 0.177 0.779
Core 24 1550 0.163 0.109 0.062 0.056 0.146 0.234 0.550 0.038 0.106 0.297 0.101
Minimum -0,033 -0,084 -0,034 0,033 0,029 -0,024 0,033 -0,058 0,148 -0,048 0,053 -0,050 0,045
Maximum 0,514 0,181 -0,028 0,702 0,170 0,353 0,462 0,407 1,427 0,925 0,486 0,297 0,779
Average 0,177 0,076 -0,031 0,260 0,085 0,155 0,129 0,110 0,496 0,270 0,239 0,123 0,216
Occurences 19/19 17/19 2/19 16/19 14/19 15/19 18/19 12/19 19/19 16/19 19/19 15/19 19/19

Universitas Indonesia
Event 28 Event 29 Event 30 Event 31 Event 32 Event 33 Event 34 Event 35 Event 36 Event 37 Event 38 Event 39 Event 40
Wavelength 50.3083 52.7226 54.6265 56.7856 58.4854 60.0371 62.3085 64.4166 67.0096 68.6940 70.9757 73.4360 74.6355
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 1.362 0.093 0.074 0.130 0.798 0.093 0.141 3.447
Core 2 1550 0.173 1.238 0.102 0.392 0.230 0.063 0.136 0.096
Core 3 1550 0.228 -0.183 0.968 0.066 0.104 0.296 0.657 -0.042 0.214
Core 4 1550 0.187 1.418 0.117 0.081 0.284 0.086 0.076 -0.140 0.487
Core 5 1550 0.471 1.695 0.028 0.236 0.109 0.161 0.146 -0.124 0.318
Core 6 1550 0.142 1.074 0.394 0.174 0.141 0.098 0.040 0.613
Core 7 1550 0.482 0.291 0.081 0.203 0.185 0.118 0.075 0.252 1.370 0.163
Core 8 1550 0.106 0.189 0.064 0.361 0.160 0.067 0.097 0.031 0.597
Core 9 1550 0.838 0.412 0.030 0.111 0.204 0.276 0.271 0.148 0.238
Core 10 1550 0.032 0.400 -0.051 0.111 0.094 0.150 0.096 0.155 0.381 0.192

49
Core 11 1550 0.055 0.157 0.039 0.050 0.104 0.204 0.081 0.505 1.641 0.292
Core 12 1550 ---
Core 15 1550 1.378 0.225 0.037 0.198 0.089 0.349 0.156 0.507 0.099 0.080
Core 19 1550 0.247 0.636 0.115 0.042 0.113 0.437 0.122 0.154 0.731
Core 20 1550 0.199 0.246 0.070 0.098 0.419 0.084 0.184 0.413
Core 21 1550 0.079 0.493 0.034 0.568 0.067 0.098 0.040 0.346 0.311
Core 22 1550 0.067 0.267 0.098 0.181 0.091 0.039 0.349 0.195 0.159
Core 23 1550 0.497 0.273 0.043 0.128 0.404 0.040 0.093 1.014
Core 24 1550 0.113 0.170 0.175 0.246 0.396 0.106 0.024 0.862
Minimum 0,032 -0,183 0,157 -0,051 0,028 0,042 0,067 0,091 0,039 -0,042 0,076 -0,140 0,080
Maximum 1,378 -0,183 --- -0,051 0,175 0,568 0,392 0,798 0,156 -0,042 0,507 1,641 3,447
Average 0,311 -0,183 --- -0,051 0,070 0,152 0,170 0,299 0,076 -0,042 0,205 0,288 0,620
Occurences 17/19 1/19 19/19 1/19 10/19 17/19 18/19 18/19 11/19 1/19 17/19 15/19 16/19

Universitas Indonesia
Event 41 Event 42 Event 43 Event 44 Event 45 Event 46 Event 47 Event 48 Event 49 Event 50 Event 51 Event 52
Wavelength 77.6725 79.2600 80.6433 82.7667 85.0075 87.0798 88.2334 91.0867 94.8792 97.0588 102.7093 103.7199
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.231 0.959
Core 2 1550 0.181 0.325 0.269 0.528 0.263 1.131 0.712
Core 3 1550 0.286 0.095 1.024 1.915 ---
Core 4 1550 0.188 0.660 0.326
Core 5 1550 0.326 1.431
Core 6 1550 0.082 0.375 0.366 0.107 0.418 0.224 1.095
Core 7 1550 0.069 0.132 0.567 1.203
Core 8 1550 0.104 0.137 0.360 0.649 0.054 0.127 0.263
Core 9 1550 0.181 0.260 0.536 1.021 0.456
Core 10 1550 0.404 0.331

50
Core 11 1550 0.108 0.687 ---
Core 12 1550
Core 15 1550 0.104 0.210 0.323 0.108 0.256 -0.152 0.586
Core 19 1550 0.099 -0.097 0.052 0.746 0.086 0.137 0.420 0.662
Core 20 1550 0.063 0.406 0.847 0.325 0.465 0.409
Core 21 1550 0.138 0.125 0.217 0.102 0.257 0.156 0.114 0.574
Core 22 1550 0.054 0.245 0.488 0.528 0.244 0.169 1.166
Core 23 1550 0.167 0.165 0.079 0.286 0.262 0.190
Core 24 1550 0.283 0.131 0.196 4.120 1.054 ---
Minimum 0,054 -0,097 0,052 0,165 0,102 0,086 0,079 0,054 -0,152 0,19 0,263 0,586
Maximum 0,286 0,406 0,404 1,024 4,120 --- 1,054 0,420 0,409 0,19 --- ---
Average 0,133 0,155 0,190 0,480 1,163 --- 0,378 0,228 0,171 0,19 --- ---
Occurences 11/19 2/19 16/19 17/19 5/19 13/19 9/19 5/19 6/19 1/19 7/19 3/19

Universitas Indonesia
Event 53 Event 54 Event 55 Event 56 Event 57 Event 58 Event 59 Event 60 Event 61
Wavelength 106.1088 111.2641 114.9495 117.7721 km 119.8700 121.1257 122.4018 125.0203 126.6792
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Refl. Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 ---
Core 2 1550 --- ---
Core 3 1550
Core 4 1550 --- -21.8
Core 5 1550 --- --- -28.8
Core 6 1550 1.297 ---
Core 7 1550 --- ---
Core 8 1550 ---
Core 9 1550 ---
Core 10 1550 0.629 ---

51
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 --- -23.1
Core 19 1550 ---
Core 20 1550 --- ---
Core 21 1550 ---
Core 22 1550 ---
Core 23 1550 ---
Core 24 1550
Minimum 0,629 1,297 --- --- -28,8 --- --- --- --- ---
Maximum --- 1,297 --- --- --- --- --- --- --- ---
Average --- 1,297 --- --- --- --- --- --- --- ---
Occurences 3/19 1/19 2/19 6/19 1/19 2/19 1/19 1/19 1/19

Universitas Indonesia
Event 2 Event 3 Event 4 Event 5 Event 6 Event 7 Event 8 Event 9 Event 10 Event 11 Event 12 Event 13 Event 14
Wavelength 0.2322 0.5417 0.9003 1.1804 3.2974 3.8295 4.3227 4.9180 4.9333 5.7047 5.7290 5.9721 7.8639
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550
Core 2 1550 0.682
Core 3 1550 0.297 0.322
Core 4 1550 0.229
Core 5 1550 0.450
Core 6 1550 1.237
Core 7 1550 0.139 -0.087 -0.052 -0.166 0.209 0.042 0.093 0.088 0.233
Core 8 1550 -0.062 0.139 -0.084 -0.049 -0.169 0.212 0.041 0.287 -0.208 0.268 -0.205 0.034 0.239
Core 9 1550 0.165 -0.156 0.203 0.086 0.089 0.219
Core 10 1550 0.141 -0.076 -0.159 0.198 0.076 0.091 0.224

52
Core 11 1550 -0.067 0.138 -0.092 0.197 0.039 0.089 0.297 -0.233 0.037 0.227
Core 12 1550 0.133 -0.090 0.185 0.087 0.291 -0.212 0.203
Core 15 1550 0.097
Core 19 1550 0.447
Core 20 1550
Core 21 1550
Core 22 1550
Core 23 1550 0.370
Lampiran 2 Pengukuran OTDR Sisi Petasia

Core 24 1550 0.370


Minimum -0,067 0,133 -0,092 -0,052 -0,169 0,097 0,039 0,076 -0,208 0,089 -0,233 0,034 0,203
Maximum -0,062 0,165 -0,076 -0,049 1,237 0,370 0,447 0,287 -0,208 0,297 -0,205 0,450 0,239
Average -0,065 0,143 -0,086 -0,051 0,224 0,209 0,188 0,120 -0,208 0,207 -0,217 0,193 0,224
Occurences 2/19 6/19 5/19 2/19 7/19 8/19 5/19 6/19 1/19 5/19 3/19 6/19 6/19

Universitas Indonesia
Event 15 Event 16 Event 17 Event 18 Event 19 Event 20 Event 21 Event 22 Event 23 Event 24 Event 25 Event 26 Event 27
Wavelength 8.2894 8.6231 10.5232 10.7318 11.3367 14.3125 17.0995 19.7793 21.6270 28.2525 32.0705 41.3553 47.2610
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.762 0.436 0.412 0.195
Core 2 1550 1.433 0.459 0.136 0.374
Core 3 1550 0.420 0.283
Core 4 1550 0.228
Core 5 1550 0.449 0.341 0.332
Core 6 1550 0.232 0.442 0.309
Core 7 1550 -0.116 0.055 0.186 ---
Core 8 1550 -0.111 0.063 0.080 0.130 ---
Core 9 1550 -0.089 0.155 ---
Core 10 1550 -0.129 0.047 0.186 ---

53
Core 11 1550 -0.120 0.060 0.171 ---
Core 12 1550 -0.118 0.062 0.186 ---
Core 15 1550 0.191 0.227 0.465
Core 19 1550 0.191 0.809
Core 20 1550 0.204 0.581 0.358 0.262
Core 21 1550
Core 22 1550 0.269 0.479
Core 23 1550 0.261 1.083 0.298 0.737
Core 24 1550 0.713 0.374 4.038
Minimum -0,129 0,047 0,08 0,130 0,204 0,191 0,136 1,083 0,581 0,195 0,374 0,374 0,262
Maximum 1,433 0,063 0,08 0,186 0,459 0,283 0,442 1,083 0,581 0,809 0,737 0,374 4,038
Average 0,189 0,057 0,08 0,169 0,352 0,222 0,320 1,083 0,581 0,395 0,525 0,374 2,150
Occurences 8/19 5/19 1/19 6/19 13/19 3/19 5/19 1/19 1/19 10/19 3/19 1/19 2/19

Universitas Indonesia
Event 28 Event 29 Event 30 Event 31 Event 32 Event 33 Event 34 Event 35 Event 36 Event 37 Event 38 Event 39 Event 40
Wavelength 50.0735 52.9676 55.9332 57.8984 61.4612 63.4876 64.3707 65.4834 73.5227 76.9630 79.7704 81.4498 83.3843
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.468 0.590 0.749
Core 2 1550 0.761 0.742 1.461 0.536
Core 3 1550 0.421 0.658 0.423 0.288 0.378 0.277 2.356 1.192
Core 4 1550 0.190 0.177 0.251 0.719 0.245 0.347
Core 5 1550 1.078 0.313 1.177 0.523 0.362 1.159
Core 6 1550 0.302 0.940 0.897
Core 7 1550
Core 8 1550
Core 9 1550
Core 10 1550

54
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 0.341 0.465 0.297
Core 19 1550 0.391 0.603 0.572 0.449
Core 20 1550 0.679 0.329 0.495 0.543
Core 21 1550 0.206 0.549
Core 22 1550 0.389 0.339 0.880 0.700
Core 23 1550 0.203 0.301 0.466 -0.228
Core 24 1550 1.794 ---
Minimum 0,190 0,389 0,313 0,177 0,288 0,329 0,251 0,277 0,245 -0,228 0,297 1,159 0,700
Maximum 1,078 0,679 0,940 0,423 0,468 1,177 1,461 1,794 0,495 0,572 0,543 2,356 1,192
Average 0,392 0,486 0,668 0,300 0,378 0,647 0,629 0,780 0,402 0,172 0,422 1,758 0,880
Occurences 7/19 3/19 4/19 3/19 2/19 4/19 5/19 8/19 3/19 2/19 6/19 2/19 4/19

Universitas Indonesia
Event 41 Event 42 Event 43 Event 44 Event 45 Event 46 Event 47 Event 48
Wavelength 85.1198 93.2510 105.9148 110.6567 115.8938 120.5234 123.6625 127.6082
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 3.770 ---
Core 2 1550 ---
Core 3 1550 ---
Core 4 1550 0.292 0.417 ---
Core 5 1550 0.564 ---
Core 6 1550 ---
Core 7 1550
Core 8 1550
Core 9 1550
Core 10 1550

55
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 ---
Core 19 1550 0.582 0.765 ---
Core 20 1550 0.811 ---
Core 21 1550 ---
Core 22 1550 ---
Core 23 1550 0.172 0.991 ---
Core 24 1550
Minimum 0,172 0,417 --- --- --- --- --- ---
Maximum 0,811 3,770 --- --- --- --- --- ---
Average 0,484 1,486 --- --- --- --- --- ---
Occurences 5/19 4/19 1/19 3/19 3/19 2/19 2/19 1/19

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai