Microsoft Word - Hardy - Laporan Praktek Keinsinyuran V1.2
Microsoft Word - Hardy - Laporan Praktek Keinsinyuran V1.2
Microsoft Word - Hardy - Laporan Praktek Keinsinyuran V1.2
HARDY LUKIUS
2106793035
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PROFESI INSINYUR
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2022
UNIVERSITAS INDONESIA
HARDY LUKIUS
2106793035
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PROFESI INSINYUR
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanda Tangan :
Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : ( ............................. )
Penguji : ( ............................. )
Ditetapkan di : Depok
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat bimbingan-Nya, berhasil menyelesaikan laporan praktek keinsiyuran yang
berjudul: Perbaikan Jalur Serat Optik Segmen Tentena – Petasia pada Jaringan
Palapa Ring Paket Tengah.
Pengerjaan praktek keinsiyuran dan penulisan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan, motivasi, dan masukan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
terutama kepada :
1. Budiman Lukius dan Widyawati Tanuatmadja selaku orang tua, yang telah
memberikan motivasi, nasihat, serta dukungan baik moril dan materiil.
2. Prof. Dr. Fitri Yuli Zulkifli S.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing praktek
keinsinyuran yang telah memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, serta
kritik yang bermanfaat.
3. Bapak Ilham Hardian, S.T., selaku pembimbing dan manajer di tempat
saya bekerja.
4. Bapak dan Ibu pengajar di Program Profesi Insinyur yang penuh dedikasi
dalam memberikan pengajaran.
5. Seluruh teman-teman angkatan Program Profesi Insinyur Tahun 2021
batch 7.
6. Seluruh rekan-rekan kerja di PT Len Telekomunikasi Indonesia.
7. Seluruh teman-teman yang membantu semua dalm proses penyusunan
laporan ini
Penulis
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
bersama dengan perangkat lainnya. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini,
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2022
Yang menyatakan,
(Hardy Lukius)
iv
ABSTRAK
Jaringan Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah pada area Proyek 5 merupakan
area yang sering mengalami insiden serat optik putus yang menyebabkan kualitas
serat optik menjadi turun. Padahal area ini paling diminati oleh pelanggan dari sisi
komersial sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas
jaringan serat optik. Pada laporan praktek keinsinyuran ini diajukan rencana
perbaikan area Proyek 5 yang difokuskan pada satu segmen yaitu segmen Tentena
– Petasia.
Kegiatan perbaikan dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang
dapat dijadikan bahan analisis. Data diambil dari hasil pengukuran di lapangan
menggunakan alat ukur OPM, OTDR, dan melalui sistem NMS. Data kemudian
diolah dan dianalisis sehingga didapatkan titik di mana saja diperlukan perbaikan.
Kemudian dibuat rekomendasi dan estimasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan
perbaikan.
Rekomendasi perbaikan yang diberikan terdiri dari sembilan titik perbaikan
dengan total estimasi anggaran perbaikan sebesar 48,550,913 rupiah. Dua dari
sembilan rekomendasi perbaikan telah dikerjakan sehingga persentase
perkembangan perbaikan yaitu 11,1 %
Kata kunci:
Palapa Ring, serat optik, rekomendasi, anggaran
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Palapa Ring Middle Fiber Optic Network in Project 5 area is an area that often
experiences fiber optic break incidents which causes the optical fiber quality to
decrease. This area is most in demand by customers from the commercial side, so
improvements need to be made to improve the quality of the fiber optic network.
In this report, an improvement plan for the Project 5 area is proposed, which
focuses on one segment, namely the Tentena – Petasia segment.
Repair activities are carried out by first collecting data that can be used as author's
analysis material. Data is taken from the results of measurements in the field using
OPM, OTDR, and through the NMS system. The data is then processed and
analyzed so that points are obtained where improvements are needed. Then the
authors make recommendations and budget estimation for the implementation of
repair activities.
The recommendations for improvement given by the author consist of nine points
of improvement with a total estimated repair budget of 48,550,913 rupiah. Two of
the nine recommendations for improvement have been carried out so that the
percentage of improvement progress is 11.1%
Keywords:
Palapa Ring, fiber optic, recommendation, budget
vi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
xi
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
utama serta pendukung jaringan itu sendiri. Palapa Ring menggunakan teknologi
serat optik yang didukung dengan perangkat aktif utama Dense Wavelength-
Division Multiplexing (DWDM) yang memiliki kapasitas 100 Gigabit per second
(Gbps). Perangkat DWDM ini tersebar di 17 Kota/Kabupaten Layanan dan 10
Kota/Kabupaten Interkoneksi dengan total perangkat berjumlah 27. Selain
perangkat aktif, terdapat juga komponen perangkat pendukung Civil, Mechanical,
Electrical (CME)
Palapa Ring Palapa Ring Paket Tengah terbagi menjadi 6 area yang
disebut Proyek. Area tersebut yaitu:
1. Proyek 4
2. Proyek 5
3. Proyek 6
4. Proyek 7
5. Proyek 8A
6. Proyek 8B
Dilihat dari sisi komersial, Proyek 5 merupakan area yang paling
diminati oleh pelanggan. Namun Proyek 5 ini juga merupakan area yang sering
mengalami insiden serat optik putus yang sebagian besar disebabkan oleh
pembangunan jalan. Area Proyek 5 terdiri dari empat segmen yaitu:
1. Segmen Tentena – Petasia
2. Segmen Petasia – Bungku
3. Segmen Bungku – Wanggudu
4. Segmen Wanggudu – Tentena
Pada praktek keinsinyuran ini, dipilih segmen Tentena – Petasia untuk
dijadikan proyek optimasi dan perbaikan.
13
Universitas Indonesia
3. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan serat optik segmen
Tentena – Petasia?
1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan praktek keinsinyuran ini
adalah:
1. Mendokumentasikan kondisi jalur serat optik segmen Tentena – Petasia
berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan pemantauan.
2. Menganalisis hasil pengukuran dan pemantauan lapangan kondisi jalur
serat optik segmen Tentena – Petasia.
3. Merekomendasikan perbaikan yang dapat dilakukan pada jalur serat optik
segmen Tentena – Petasia.
4. Menyusun rencana anggaran perbaikan jalur serat optik segmen Tentena –
Petasia.
1.5 Manfaat
Jaringan Palapa Ring Paket Tengah dibangun agar akses telekomunikasi
dan internet dapat menjangkau area 3T dan tersebar merata. Maka dari itu, penting
untuk diketahui apa saja komponen-komponen pembentuk jaringan sehingga
dapat menjadi perhatian bersama. Adapun penulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa, perusahaan, dan masyarakat umum:
1. Manfaat bagi mahasiswa:
14
Universitas Indonesia
Menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki dalam dunia kerja.
Melatih kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk dapat
diaplikasikan di dunia kerja
Melatih kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan dan
mengusulkan rekomendasi
Melatih dan memperdalam kemampuan dokumentasi permasalahan
beserta penyebab dan solusinya sehingga dapat menjadi
pembelajaran bagi orang lain
2. Manfaat bagi perusahaan:
Dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada komponen –
komponen jaringan
Dapat menentukan sistem yang cocok memantau secara
keseluruhan komponen-komponen pada jaringan Palapa Ring
Paket Tengah
3. Manfaat bagi masyarakat umum:
Memperoleh pengetahuan mengenai Jaringan Palapa Ring Paket
Tengah
Memperoleh pengetahuan mengenai komponen-komponen
pembentuk jaringan
15
Universitas Indonesia
Berisi tentang data – data yang diperlukan dan metode pengumpulan
meliputi hasil rekam jejak sistem dan analisa.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang bagaimana permasalahan yang timbul pada jaringan dapat
teratasi dan rekomendasi sistem yang cocok untuk memantau secara keseluruhan
komponen-komponen pada jaringan
BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan.
16
Universitas Indonesia
BAB 2
PALAPA RING PAKET TENGAH
Universitas Indonesia
A. Proyek 4
Area Proyek 4 terletak di provinsi Kalimantan Timur dan memiliki 1 kota
layanan yaitu Long Bagun dan 1 kota interkoneksi yaitu Sendawar. Selain sistem
serat optik, area ini juga mempunyai sistem backup menggunakan teknologi
microwave. Proyek 4 ini termasuk area yang sulit saat pelaksanaan konstruksi dan
perawatan dikarenakan sebagian besar masih berupa hutan. Topologi dan panjang
serat optik P4 dapat dilihat pada Gambar 2.2.
194.00 km
B. Proyek 5
Proyek 5 terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Di Proyek 5 ini terdapat 3 kota layanan yaitu Petasia, Bungku, Wanggudu dan 2
kota interkoneksi yaitu Tentena dan Kendari. Proyek 5 ini juga termasuk area
yang sulit saat pelaksanaan konstruksi dan perawatan dikarenakan masih cukup
banyak pekerjaan jalan dari Dinas Pekerjaan Umum dan juga pekerjaan dari
perusahaan pertambangan di sekitar jalur serat optik. Topologi dan panjang serat
optik Proyek 5 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
18
Universitas Indonesia
166.65 km 129.1 km 218 .39 km 120 .83 km
19
Universitas Indonesia
Kenda ri
82.31 Km
63.36 km 112.62 km
45.89 km
135.47 km
Saw erigadi
80.80 km
37.47 km
Bauba u Lakudo
20
Universitas Indonesia
D. Proyek 7
Proyek 7 terletak di provinsi Sulawesi Tengah. Di proyek 7 ini terdapat 3
kota layanan yaitu Salakan, Banggai, Taliabu dan 2 kota interkoneksi yaitu
Luwuk dan Sanana. Lima kota pada Proyek 7 ini terletak pada pulau yang
berbeda-beda, terdiri dari Pulau Sulawesi, Banggai Kepulauan, Pulau Banggai,
Pulau Taliabu, dan Pulau Sulabes. Semuanya dihubungkan dengan sistem serat
optik kabel laut. Segmen serat optik yang memiliki jarak terjauh di Palapa Ring
Paket Tengah berada di Proyek 7 yaitu di segmen Taliabu – Sanana. Topologi dan
panjang serat optik P7 dapat dilihat pada Gambar 2.5.
E. Proyek P8A
Proyek 8A terletak di provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Di P8A
ini terdapat 4 kota layanan yaitu Ondong Siau, Tahuna, Melonguane, Morotai dan
2 kota interkoneksi yaitu Manado dan Tobelo. Semua kota di area ini
dihubungkan dengan sistem serat optik kabel laut. Area Proyek 8A ini terdiri dari
Pulau Sulawesi, Pulau Siau, Pulau Sangihe, Pulau Karakelong, Pulau Morotai,
dan Pulau Halmahera. Topologi dan panjang serat optik P8A dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
21
Universitas Indonesia
219.89 km 130.35 km 283.93 km 305.36 km 61.49 km
21.44 km 18.34 km
22
Universitas Indonesia
2.2 Serat Optik
Serat optik adalah suatu media transmisi yang terbuat dari kaca yang
berukuran lebih kecil dari sehelai rambut. Serat optik terdiri dari tiga komponen
utama yaitu:
Core: Merupakan inti dari serat optik yang berfungsi untuk
mentransmisikan sinyal cahaya
Cladding: Core dilapisi oleh material optik yang disebut cladding
yang berfungsi sebagai perangkap agar sinyal cahaya tidak keluar
dari core.
Buffer: merupakan bagian terluar dari serat optik yang berfungsi
untuk melindungi serat optik dari kelembaban dan kerusakan
fisik.
Komponen pembentuk serat optik dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Core dan cladding dari serat optik sebagian besar serat terbuat dari kaca
ultra-murni. Core dirancang untuk memiliki indeks bias yang lebih tinggi
daripada cladding, yang menyebabkan keadaan refleksi internal total sehingga
cahaya tidak keluar dari core hingga sudut tertentu.
23
Universitas Indonesia
Core dan cladding dilapisi oleh buffer yang berupa plastik untuk menjaga
dari kelembaban dan kerusakan fisik. Selain buffer, umumnya serat optik
dilindungi oleh lapisan kabel yang disebut jacket. Material jacket untuk kabel
serat optik darat umumnya terbuat dari material high density polyethylene
(HDPE).
Terdapat 2 macam tipe serat optik yaitu multimode dan singlemode.
Multimode: mempunyai diameter core yang lebih besar (50 atau
62.5 mikron). Mendukung transmisi beberapa mode cahaya.
Multimode umumnya digunakan dengan sumber LED pada
panjang gelombang 850 dan 1300 nm.
Singlemode: mempunyai diameter core yang lebih kecil (9
mikron). Cahaya hanya merampat dalam satu mode cahaya.
Umumnya menggunakan sumber panjang gelombang 1310 dan
1550 nm untuk transmisi jarak jauh.
Pada Palapa Ring Paket Tengah, tipe serat optik yang digunakan yaitu
singlemode karena diperuntukkan untuk transmisi jarak jauh.
Penggunaan serat optik untuk telekomunikasi merujuk pada standar yang
dikeluarkan oleh International Telecommunication Union (ITU) yaitu ITU-T.
Standar yang dikeluarkan ITU-T dijadikan patokan oleh pabrikan untuk
memproduksi serat optik yang digunakan oleh pelanggan. Pada Palapa Ring Paket
Tengah, terdapat dua standar serat optik yang dipakai, yaitu:
G.652.D: Penggunaan serat optik di darat
G.654.B: Penggunaan serat optik di dasar laut
G.976: Penggunaan serat optik di dasar laut
24
Universitas Indonesia
Multiplexer Demultiplexer
Transponders Transponders
(MUX) (DEMUX)
Signal Flow
25
Universitas Indonesia
2.4 Power Budget dan Loss Budget
Power Budget adalah toleransi jumlah loss sistem serat optik dari
pemancar (transmitter) sampai ke penerima (receiver) agar sistem dapat
beroperasi dengan baik. Power Budget dapat dihitung sebagai selisih antara
transmitter dan receiver
Loss Budget adalah jumlah loss dari sistem serat optik yang
dkalkulasikan dengan menjumlahkan loss dari semua komponen pada sistem serat
optik. Komponen yang dimaksud termasuk tapi tidak terbatas pada serat optik,
konektor, dan splice loss. [4]
Secara umum, hubungan Power Budget dan Loss Budget dapat dilihat
pada Gambar 2.10.
Power Budget
Splice 1 Splice N
Tx OTB OTB Rx
Konektor Splice 2 Konektor
Loss Budget
26
Universitas Indonesia
agar sistem dapat berfungsi dengan normal. Selain Loss Budget, umumnya
ditambahkan margin dalam perhitungan sebagai toleransi apabila ada kejadian
yang menyebabkan nilai Loss Budget menjadi lebih besar. Hubungan Power
Budget, Loss Budget, dan margin dapat dilihat pada persamaan (2.1) berikut
Power Budget = Loss Budget + Margin (2.1)
Dari persamaan (2.1) dapat diturunkan menjadi lebih detail dengan
parameter-parameter yang nilainya diketahui. Turunan dapat dilihat pada
persamaan (2.2) [4].
(Tx – Rx) = D*Lf + Nc*Lc + Ns*Ls + Margin (2.2)
Dari persamaan, dihitung Power Budget dengan parameter yang
diketahui atau diasumsikan untuk mendesain sistem jaringan serat optik.
Perhitungan Power Budget dan Loss Budget yang benar menjadi sangat krusial
karena perhitungan ini digunakan untuk mendesain sistem jaringan serat optik.
Sistem jaringan serat optik dapat dikatakan beroperasi dengan baik apabila nilai
Power Budget lebih besar daripada nilai Loss Budget ditambah Margin.
27
Universitas Indonesia
Gambar 2.11 OLS (kiri) dan OPM (kanan)
Universitas Indonesia
Network Management System (NMS) merupakan suatu sistem yang dapat
digunakan untuk mengelola jaringan dan komponennya secara tersentral dan
keseluruhan. Secara umum, NMS pada Palapa Ring Tengah mempunyai beberapa
fitur, yaitu:
1. Fault Monitoring: Mendeteksi dan mengisolasi malfungsi yang terjadi pada
sistem DWDM
2. Performance Monitoring: Melakukan pemantauan performansi pada sistem
DWDM
3. Service Provisioning: Melakukan fungsi pengaturan layanan pelanggan
4. Maintenance: Melakukan fungsi maintenance seperti upgrade dan healthy
check sistem serta perangkat DWDM
29
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PRAKTEK KEINSINYURAN
Start
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Rekomendasi
Kesimpulan
End
30
Universitas Indonesia
1. Perumusan Masalah, dimaksudkan untuk menentukan permasalahan
yang dipilih dalam praktek keinsyuran. Pada tahap ini, akan ditentukan
tujuan yang ingin dicapai dalam menyelesaikan rumusan masalah.
2. Studi Literatur, merupakan daftar referensi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Pada tahap Studi Literatur, referensi yang ada
dicari, dibaca, dan ditelaah. Tahap ini bertujuan untuk mencari teori valid
sebagai landasan untuk mencapai penyelesaian masalah yang baik.
3. Pengambilan Data, merupakan kegiatan untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan terkait penulisan laporan Praktek
Keinsinyuran. Sumber data yang diambil merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil pengukuran dan pengamatan
lapangan. Penulis memperoleh data sekunder dari dokumen dan referensi
yang ada pada perusahaan tempat melakukan Praktek Keinsinyuran. Data
primer dan sekunder ini kemudian diolah dan disajikan sebagai bahan
analisis.
4. Pengolahan Data, merupakan kegiatan yang dilakukan agar data yang
telah diambil dapat disajikan untuk proses analisa dan pembahasan. Data
diolah sedemikian rupa sehingga hanya bagian yang signifikan untuk
dianalisis yang ditampilkan.
5. Analisis Data dan Pembahasan, merupakan proses analisa yang
dilakukan berdasarkan data yang diolah. Pada tahap ini, dilakukan analisis
berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
6. Rekomendasi dan Penyusunan Anggaran, merupakan tahapan yang
dilakukan untuk menjawab tujuan permasalahan yang diharapkan. Analisis
yang telah dilakukan dipergunakan sebagai landasan untuk menentukan
rekomendasi optimasi dan perbaikan. Berdasarkan rekomendasi yang
disampaikan, disusun rencana anggaran perbaikan dan optimasi.
7. Kesimpulan, merupakan rangkuman hasil pelaksanaan dari praktek
keinsinyuran. Kesimpulan berisikan temuan pengumpulan data, analisis
hasil pengolahan data, serta rekomendasi dan rencana anggaran perbaikan
dan optimasi.
31
Universitas Indonesia
3.2 Metode Perbaikan Serat Optik
Kegiatan perbaikan diharapkan dapat membuat kondisi serat optik
menjadi lebih baik. Metode perbaikan yang dilakukan secara umum adalah
sebagai berikut:
A. Perbaikan dengan menarik serat optik pada sisi kiri dan/atau kanan dari titik
perbaikan. Metode ini dilakukan apabila masih terdapat spare serat optik
yang dapat ditarik. Detail lebih lanjut diilustrasikan pada Tabel 3.1.
Serat Optik
Closure
32
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Perbaikan Serat Optik Menggunakan Serat Optik Baru
Nomor Ilustrasi Keterangan
1 Titik perbaikan Penentuan titik perbaikan dari serat
optik
Serat Optik
Closure
33
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN REKOMENDASI PERBAIKAN SERAT OPTIK
34
Universitas Indonesia
Core 21 -45.44 -0.25 45.19
Core 22 -48.10 -0.25 47.85
Core 23 -48.50 -0.25 48.25
Core 24 -59.10 -0.25 58.85
Keterangan:
Nilai kalibrasi merupakan nilai yang dipancarkan oleh OLS.
Power Budget didapat dari perhitungan: Power Budget = (Tx) –
(Rx)
B. Pengukuran OTDR
Data pengukuran diambil menggunakan alat ukur dengan pilihan panjang
gelombang 1550 nm. Pengukuran ini menentukan titik-titik mana saja dari serat
optik yang memiliki redaman tinggi.
Hasil pengukuran OTDR untuk serat optik segmen Tentena – Petasia
dapat dilihat pada Lampiran 1. Ada beberapa catatan pada data hasil pengukuran
yaitu sebagai berikut:
Total core serat optik pada kabel yaitu 24
Sebanyak 5 core dipergunakan untuk layanan sehingga tidak diukur.
Jumlah serat optik yang diukur yaitu 19.
Redaman dikatakan tinggi atau tidak berdasarkan persyaratan penggunaan
raman dan diberi highlight berwarna merah pada tabel
Universitas Indonesia
Margin = 7 dB
Catatan:
Loss konektor dan loss splicing merujuk ke dokumen uji terima
Palapa Ring Tengah
Jumlah titik splicing ditentukan dari panjang kabel dibagi dengan
panjang 1 span kabel pada haspel yaitu 4 km
(Tx – Rx) = D*Lf + Nc*Lc + Ns*Ls + Margin (2.2)
Power Budget = 167*0,22 + 2*0,5 + 41*0,08 + 7
Power Budget = 48,02 dB
Hasil perhitungan link budget di atas, didefinisikan sebagai power budget
desain.
Setelah didapatkan power budget desain, dilakukan komparasi power
budget desain dan power budget pengukuran. Hasil komparasi dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
36
Universitas Indonesia
Keterangan:
Pada core 7 – 12, hasil pengukuran menunjukkan LOW
dikarenakan core serat optik mempunyai redaman yang sangat
tinggi melewati spesifikasi alat ukur atau core terputus sehingga
tidak terukur nilainya.
Bagian yang diberi background warna merah menunjukkan power
budget pengukuran lebih besar dari pada power budget desain.
Bagian yang diberi background warna hijau menunjukkan power
budget pengukuran lebih kecil dari pada power budget desain.
Berdasarkan hasil komparasi, didapatkan data sebagai berikut:
Hanya 3 dari 19 core (Core 15, 21, dan 22) serat optik memiliki
nilai power budget lebih lebih kecil daripada power budget
desain.
16 dari 19 core serat optik memiliki nilai power budget lebih
lebih besar daripada power budget desain.
6 dari 19 core (Core 7 sampai dengan 12) serat optik tidak terukur
dikarenakan redaman terlampau tinggi atau core terputus.
Kabel serat optik dapat dikatakan dalam keadaan baik apabila nilai power
budget pengukuran lebih kecil daripada nilai power budget desain. Hasil
komparasi yang didapat menunjukkan bahwa 84,2% core serat optik yang diukur
tidak dalam keadaan baik dan 31,58% di antaranya tidak tembus secara end-to-
end. Hal ini menjadi justifikasi bahwa perlu dilakukan perbaikan pada core serat
optik terutama yang tidak tembus secara end-to-end. Langkah selanjutnya yaitu
menganalisis hasil pengukuran OTDR untuk mengetahui di titik mana saja
diperlukan perbaikan.
Universitas Indonesia
Dari banyaknya event tersebut, perlu dibuat prioritas dan dipilih event
mana saja yang dapat prioritas untuk perbaikan. Kriteria pemilihan event yang
diambil adalah sebagai berikut
1. Serat optik yang tidak tersambung / putus secara end-to-end
2. Serat optik yang tidak memenuhi syarat penggunaan Raman
Amplification (Sub Bab 2.6)
3. Jumlah core yang termasuk nomor 1 dan 2 berjumlah lebih dari 5
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, pemilihan event hasil pengukuran
OTDR untuk serat optik segmen Tentena – Petasia dapat dilihat pada Tabel 4.3
dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran OTDR sisi Tentena
Event Event Event Event
3 6 12 18
Fiber ID 3.6241 9.3664 19.4015 30.0696
Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 0.288 0.062 0.068 0.052
Core 2 0.309 0.199 0.100 0.042
Core 3 0.562 0.083 0.105
Core 4 0.366 0.336 0.088 0.195
Core 5 0.934 0.315 0.276 0.183
Core 6 0.273 0.088 0.217 0.095
Core 7 0.528 0.137 0.079 0.436
Core 8 0.650 0.199 0.227 0.345
Core 9 0.317 0.202 0.258 0.424
Core 10 0.357 0.204 0.702
Core 11 0.060 0.228 0.571
Core 12 0.244 0.073 0.300 0.606
Core 15 0.108 0.298 0.273
Core 19 0.241 0.247 0.077 0.033
Core 20 0.103 0.305 0.141 0.134
Core 21 0.233 0.236 0.077
Core 22 0.081 0.063
Core 23 0.534 0.284 0.105 0.171
Core 24 0.576 0.062
Minimum 0,060 0,062 0,063 0,033
Maximum 0,934 0,336 0,300 0,702
Average 0,371 0,197 0,164 0,260
Occurences 18/19 16/19 17/19 16/19
38
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Pengukuran OTDR sisi Petasia
Event Event Event Event Event
3 7 14 18 19
Fiber ID 0.5417 3.8295 7.8639 10.7318 11.3367
Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 0.436
Core 2 0.459
Core 3 0.420
Core 4
Core 5 0.449
Core 6 0.232
Core 7 0.139 0.209 0.233 0.186 ---
Core 8 0.139 0.212 0.239 0.130 ---
Core 9 0.165 0.203 0.219 0.155 ---
Core 10 0.141 0.198 0.224 0.186 ---
Core 11 0.138 0.197 0.227 0.171 ---
Core 12 0.133 0.185 0.203 0.186 ---
Core 15 0.097
Core 19
Core 20 0.204
Core 21
Core 22
Core 23 0.370 0.261
Core 24
Minimum 0,133 0,097 0,203 0,130 0,204
Maximum 0,165 0,370 0,239 0,186 0,459
Average 0,143 0,209 0,224 0,169 0,352
Occurences 6/19 8/19 6/19 6/19 13/19
Keterangan:
Tanda --- menunjukkan akhir pengukuran OTDR
Bagian yang diberi background warna merah menunjukkan
redaman tidak memenuhi syarat penggunaan Raman
Amplification
Dari tabel, didapatkan total 9 event yang masuk kriteria, terdiri dari 4
event dari sisi Tentena, 5 event dari sisi Petasia. Kemudian dapat dililhat juga
pada Tabel 4.4 bahwa pengukuran OTDR pada core 7 - 12 hanya sampai pada
kilometer 11.3367 dari Petasia. Hal ini menunjukkan core terputus pada titik
tersebut.
Untuk memperkuat justifikasi rekomendasi perbaikan, akan ditunjukkan
korelasi antara hasil Pengukuran OTDR dengan syarat penggunaan Raman
39
Universitas Indonesia
Amplification. DWDM segmen Tentena – Petasia menggunakan teknologi
penguatan raman untuk dapat beroperasi dengan jarak jauh. Penguatan raman
memerlukan persyaratan untuk dapat beroperasi secara optimal. Persyaratan dapat
dilihat lebih rinci pada Sub Bab 2.6. Penguatan raman pada segmen Tentena –
Petasia yang terbaca pada NMS Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Pada Gambar 4.1 dan 4.2, parameter penguatan raman yaitu yang di-
highlight berwarna biru dan diberi nama LINE. Dari hasil hasil screenshot, dapat
dilihat bahwa penguatan raman maksimum yaitu 10 dB. Penguatan raman aktual
tidak sampai 10 dB melainkan 5.2 dB di sisi Tentena, 7.7 dB di sisi Petasia. Hal
ini terjadi karena terdapat syarat yang tidak terpenuhi sehungga penguatan yang
dihasilkan tidak dapat maksimum. Rekomendasi perbaikan titik dari hasil analisa
OTDR yaitu sebagai berikut:
1. Perbaikan core yang putus yaitu core 7 sampai dengan 12. Titik
perbaikan berada di 11.3367 kilometer dari sisi Petasia
2. Perbaikan core pada 0.5417 kilometer dari sisi Petasia
3. Perbaikan core pada 3.6241 dari sisi Tentena
4. Perbaikan core pada 3.8295 dari sisi Petasia
40
Universitas Indonesia
5. Perbaikan core pada 7.8639 dari sisi Petasia
6. Perbaikan core pada 9.3664 dari sisi Tentena
7. Perbaikan core pada 10.7318 dari sisi Petasia
8. Perbaikan core pada 19.4015 dari sisi Tentena
9. Perbaikan core pada 30.0696 dari sisi Tentena
Unit
Item Designator Description Quantity Biaya
Price
41
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran OPM Perbaikan KM 11.3367 dari Sisi Petasia
Hasil OPM Kalibrasi Power Budget
Fiber ID (Rx) (Tx) Pengukuran
(dBm) (dBm) (dB)
Core 1 -54.00 -0.25 53.75
Core 2 -51.60 -0.25 51.35
Core 3 -53.10 -0.25 52.85
Core 4 -50.30 -0.25 50.05
Core 5 -52.50 -0.25 52.25
Core 6 -50.40 -0.25 50.15
Core 7 -51.60 -0.25 51.35
Core 8 -48.39 -0.25 48.14
Core 9 -54.40 -0.25 54.15
Core 10 -52.40 -0.25 52.15
Core 11 -57.30 -0.25 57.05
Core 12 -55.10 -0.25 54.85
Core 15 -48.27 -0.25 48.02
Core 19 -49.58 -0.25 49.33
Core 20 -48.90 -0.25 48.65
Core 21 -45.44 -0.25 45.19
Core 22 -48.24 -0.25 47.99
Core 23 -48.65 -0.25 48.40
Core 24 -61.00 -0.25 60.75
Unit
Item Designator Description Quantity Biaya
Price
Universitas Indonesia
ada redaman tinggi pada titik perbaikan. Hasil pengukuran OTDR setelah
perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran OTDR Perbaikan KM 0.5417 dari Sisi Petasia
Event 2 Event 5 Event 6
Wavelength 3.8893 7.8625 8.7743
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.519 0.025 0.914
Core 2 1550 1.230 0.084 1.516
Core 3 1550 0.626 0.146
Core 4 1550 0.086 -0.030
Core 5 1550 0.080 0.267
Core 6 1550 1.017 0.034 0.021
Core 7 1550 0.427 -0.033
Core 8 1550 0.345 0.152 0.129
Core 9 1550 0.810 0.184
Core 10 1550 1.197 0.226 0.147
Core 11 1550 0.141 -0.070 -0.053
Core 12 1550 0.487 0.230
Core 14 1550 0.438 0.277
Core 15 1550 1.494 0.311 0.223
Core 19 1550 0.143 0.137 0.087
Core 20 1550 0.286 0.127
Core 22 1550 0.184 0.113
Core 23 1550 0.174 0.059 0.206
Core 24 1550 0.110 0.031 0.448
Minimum 0.080 -0.070 -0.053
Maximum 1.494 0.311 1.516
Average 0.534 0.134 0.283
Occurences 18/19 16/19 14/19
43
Universitas Indonesia
Tabel 4.9 Estimasi Anggaran Perbaikan Satu Titik
Item Designator Description Unit Quantity Biaya
Price
Dari Tabel 4.9 didapatkan estimasi biaya perbaikan satu titik yaitu
sebesar 5,337,068 Rupiah. Terdapat 7 rekomendasi yang menggunakan estimasi
biaya yang sama, sehingga total estimasi biaya perbaikan 7 titik rekomendasi
yaitu sebesar (7*Rp 5,337,068 Rupiah) = Rp 37,354,476.
44
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
1. Sebanyak 84,2% core serat optik yang diukur memiliki power budget lebih
besar dari hasil desain perhitungan yaitu 48,02 dB. Hal ini menjadi justifikasi
untuk dilakukan perbaikan pada segmen Tentena – Petasia. Terdapat 9 titik
yang direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
2. Ada 2 rekomendasi perbaikan yang sudah dilaksanakan, yaitu perbaikan
kilometer 11,3367 dari sisi Petasia dan kilometer 0,5417 dari sisi Petasia.
Persentasi perbaikan yang sudah dikerjakan yaitu 2/9 = 11,1 %. Anggaran
yang dikeluarkan untuk menjalankan 2 rekomendasi perbaikan ini yaitu
sebesar Rp 11.191.437.
3. Estimasi biaya untuk rekomendasi yang belum terlaksana yaitu sebesar Rp
37.354.476.
45
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
46
Universitas Indonesia
Event 2 Event 3 Event 4 Event 5 Event 6 Event 7 Event 8 Event 9 Event 10 Event 11 Event 12 Event 13 Event 14
Wavelength 1.6334 3.6241 5.4310 8.1618 9.3664 10.7854 12.1942 14.0012 16.7473 18.1408 19.4015 20.6521 22.0864
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.413 0.288 -0.048 0.062 0.088 0.072 0.068 0.065
Core 2 1550 0.309 0.043 0.199 0.050 0.100 0.077
Core 3 1550 0.562 -0.067 0.083 0.041 -0.067
Core 4 1550 0.284 0.366 0.336 0.094 0.145 0.035 0.088 0.058
Core 5 1550 0.364 0.934 0.315 0.089 0.085 0.276 0.053
Core 6 1550 0.273 0.039 0.088 0.120 0.067 0.161 0.217 0.077
Core 7 1550 0.528 0.106 0.137 0.029 0.049 0.079
Core 8 1550 0.650 0.034 0.199 -0.059 0.296 0.227
Core 9 1550 0.317 0.056 0.202 0.030 0.258 0.266
Core 10 1550 0.061 0.357 0.896 -0.064 0.011 0.204 -0.046
47
Core 11 1550 0.060 0.097 0.141 0.161 0.068 0.108 0.080 0.228
Core 12 1550 0.244 -0.058 0.044 0.073 0.300 0.123
Core 15 1550 0.108 0.054 0.051 0.298 0.051 0.033 0.273 0.093
Core 19 1550 0.331 0.241 0.184 0.247 0.077 0.077
Core 20 1550 0.103 0.112 0.305 0.043 0.091 0.042 0.141 0.025
Core 21 1550 0.233 0.236 0.081 -0.117 0.077
Core 22 1550 0.049 0.054 0.081 0.041 0.047 0.063 0.087
Core 23 1550 0.534 0.071 0.284 0.036 0.084 0.061 0.105 0.086
Lampiran 1 Pengukuran OTDR Sisi Tentena
Universitas Indonesia
Event 15 Event 16 Event 17 Event 18 Event 19 Event 20 Event 21 Event 22 Event 23 Event 24 Event 25 Event 26 Event 27
Wavelength 23.5514 26.1648 27.8696 30.0696 32.3206 33.9795 35.6333 38.3999 39.9363 42.0852 44.3107 46.4188 48.5268
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.401 0.085 0.052 0.115 0.165 0.148 0.262 0.648
Core 2 1550 0.193 0.094 0.042 0.143 0.165 0.087 0.107 0.315 0.306 0.096 0.409
Core 3 1550 0.144 0.040 0.105 0.125 0.234 0.110 0.044 1.427 -0.048 0.370 0.098 0.060
Core 4 1550 0.250 0.087 0.195 0.462 0.083 0.790 0.305 0.194 0.076
Core 5 1550 0.129 -0.041 0.183 0.055 0.269 0.053 0.407 0.240 0.148 0.152 0.036 0.150
Core 6 1550 0.514 -0.038 0.095 0.044 0.062 0.267 0.103 0.736 0.093 0.247 0.060 0.097
Core 7 1550 0.131 0.090 0.436 0.029 0.307 0.205 0.048 0.328 0.049 0.105 -0.050 0.045
Core 8 1550 0.126 0.181 -0.028 0.345 0.055 0.088 0.078 0.190 0.057 0.400 0.188
Core 9 1550 0.111 0.114 0.424 0.044 0.154 0.088 0.067 0.373 -0.045 0.165 0.055 0.360
Core 10 1550 0.088 0.702 0.123 0.130 0.542 0.090 0.402 0.335
48
Core 11 1550 0.084 0.571 0.110 0.062 -0.058 0.460 0.650 0.053 0.267
Core 12 1550 -0.033 0.039 -0.034 0.606 0.170 -0.024 1.043 -0.047 0.168 0.170 0.071
Core 15 1550 0.128 0.116 0.353 0.065 0.298 0.517 0.060 0.213 0.130 0.112
Core 19 1550 0.190 0.179 0.033 0.092 0.178 0.076 0.399 0.545 0.486 0.279 0.078
Core 20 1550 0.200 -0.084 0.134 0.136 0.078 0.023 0.338 0.925 0.216 0.038 0.087
Core 21 1550 0.219 0.139 0.046 0.066 0.033 0.424 0.805 0.262 0.143 0.143
Core 22 1550 0.225 0.067 0.161 0.095 0.112 0.271 0.911 0.155 0.129 0.100
Core 23 1550 0.100 0.113 0.171 0.031 0.067 0.037 0.336 0.092 0.174 0.177 0.779
Core 24 1550 0.163 0.109 0.062 0.056 0.146 0.234 0.550 0.038 0.106 0.297 0.101
Minimum -0,033 -0,084 -0,034 0,033 0,029 -0,024 0,033 -0,058 0,148 -0,048 0,053 -0,050 0,045
Maximum 0,514 0,181 -0,028 0,702 0,170 0,353 0,462 0,407 1,427 0,925 0,486 0,297 0,779
Average 0,177 0,076 -0,031 0,260 0,085 0,155 0,129 0,110 0,496 0,270 0,239 0,123 0,216
Occurences 19/19 17/19 2/19 16/19 14/19 15/19 18/19 12/19 19/19 16/19 19/19 15/19 19/19
Universitas Indonesia
Event 28 Event 29 Event 30 Event 31 Event 32 Event 33 Event 34 Event 35 Event 36 Event 37 Event 38 Event 39 Event 40
Wavelength 50.3083 52.7226 54.6265 56.7856 58.4854 60.0371 62.3085 64.4166 67.0096 68.6940 70.9757 73.4360 74.6355
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 1.362 0.093 0.074 0.130 0.798 0.093 0.141 3.447
Core 2 1550 0.173 1.238 0.102 0.392 0.230 0.063 0.136 0.096
Core 3 1550 0.228 -0.183 0.968 0.066 0.104 0.296 0.657 -0.042 0.214
Core 4 1550 0.187 1.418 0.117 0.081 0.284 0.086 0.076 -0.140 0.487
Core 5 1550 0.471 1.695 0.028 0.236 0.109 0.161 0.146 -0.124 0.318
Core 6 1550 0.142 1.074 0.394 0.174 0.141 0.098 0.040 0.613
Core 7 1550 0.482 0.291 0.081 0.203 0.185 0.118 0.075 0.252 1.370 0.163
Core 8 1550 0.106 0.189 0.064 0.361 0.160 0.067 0.097 0.031 0.597
Core 9 1550 0.838 0.412 0.030 0.111 0.204 0.276 0.271 0.148 0.238
Core 10 1550 0.032 0.400 -0.051 0.111 0.094 0.150 0.096 0.155 0.381 0.192
49
Core 11 1550 0.055 0.157 0.039 0.050 0.104 0.204 0.081 0.505 1.641 0.292
Core 12 1550 ---
Core 15 1550 1.378 0.225 0.037 0.198 0.089 0.349 0.156 0.507 0.099 0.080
Core 19 1550 0.247 0.636 0.115 0.042 0.113 0.437 0.122 0.154 0.731
Core 20 1550 0.199 0.246 0.070 0.098 0.419 0.084 0.184 0.413
Core 21 1550 0.079 0.493 0.034 0.568 0.067 0.098 0.040 0.346 0.311
Core 22 1550 0.067 0.267 0.098 0.181 0.091 0.039 0.349 0.195 0.159
Core 23 1550 0.497 0.273 0.043 0.128 0.404 0.040 0.093 1.014
Core 24 1550 0.113 0.170 0.175 0.246 0.396 0.106 0.024 0.862
Minimum 0,032 -0,183 0,157 -0,051 0,028 0,042 0,067 0,091 0,039 -0,042 0,076 -0,140 0,080
Maximum 1,378 -0,183 --- -0,051 0,175 0,568 0,392 0,798 0,156 -0,042 0,507 1,641 3,447
Average 0,311 -0,183 --- -0,051 0,070 0,152 0,170 0,299 0,076 -0,042 0,205 0,288 0,620
Occurences 17/19 1/19 19/19 1/19 10/19 17/19 18/19 18/19 11/19 1/19 17/19 15/19 16/19
Universitas Indonesia
Event 41 Event 42 Event 43 Event 44 Event 45 Event 46 Event 47 Event 48 Event 49 Event 50 Event 51 Event 52
Wavelength 77.6725 79.2600 80.6433 82.7667 85.0075 87.0798 88.2334 91.0867 94.8792 97.0588 102.7093 103.7199
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.231 0.959
Core 2 1550 0.181 0.325 0.269 0.528 0.263 1.131 0.712
Core 3 1550 0.286 0.095 1.024 1.915 ---
Core 4 1550 0.188 0.660 0.326
Core 5 1550 0.326 1.431
Core 6 1550 0.082 0.375 0.366 0.107 0.418 0.224 1.095
Core 7 1550 0.069 0.132 0.567 1.203
Core 8 1550 0.104 0.137 0.360 0.649 0.054 0.127 0.263
Core 9 1550 0.181 0.260 0.536 1.021 0.456
Core 10 1550 0.404 0.331
50
Core 11 1550 0.108 0.687 ---
Core 12 1550
Core 15 1550 0.104 0.210 0.323 0.108 0.256 -0.152 0.586
Core 19 1550 0.099 -0.097 0.052 0.746 0.086 0.137 0.420 0.662
Core 20 1550 0.063 0.406 0.847 0.325 0.465 0.409
Core 21 1550 0.138 0.125 0.217 0.102 0.257 0.156 0.114 0.574
Core 22 1550 0.054 0.245 0.488 0.528 0.244 0.169 1.166
Core 23 1550 0.167 0.165 0.079 0.286 0.262 0.190
Core 24 1550 0.283 0.131 0.196 4.120 1.054 ---
Minimum 0,054 -0,097 0,052 0,165 0,102 0,086 0,079 0,054 -0,152 0,19 0,263 0,586
Maximum 0,286 0,406 0,404 1,024 4,120 --- 1,054 0,420 0,409 0,19 --- ---
Average 0,133 0,155 0,190 0,480 1,163 --- 0,378 0,228 0,171 0,19 --- ---
Occurences 11/19 2/19 16/19 17/19 5/19 13/19 9/19 5/19 6/19 1/19 7/19 3/19
Universitas Indonesia
Event 53 Event 54 Event 55 Event 56 Event 57 Event 58 Event 59 Event 60 Event 61
Wavelength 106.1088 111.2641 114.9495 117.7721 km 119.8700 121.1257 122.4018 125.0203 126.6792
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Refl. Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 ---
Core 2 1550 --- ---
Core 3 1550
Core 4 1550 --- -21.8
Core 5 1550 --- --- -28.8
Core 6 1550 1.297 ---
Core 7 1550 --- ---
Core 8 1550 ---
Core 9 1550 ---
Core 10 1550 0.629 ---
51
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 --- -23.1
Core 19 1550 ---
Core 20 1550 --- ---
Core 21 1550 ---
Core 22 1550 ---
Core 23 1550 ---
Core 24 1550
Minimum 0,629 1,297 --- --- -28,8 --- --- --- --- ---
Maximum --- 1,297 --- --- --- --- --- --- --- ---
Average --- 1,297 --- --- --- --- --- --- --- ---
Occurences 3/19 1/19 2/19 6/19 1/19 2/19 1/19 1/19 1/19
Universitas Indonesia
Event 2 Event 3 Event 4 Event 5 Event 6 Event 7 Event 8 Event 9 Event 10 Event 11 Event 12 Event 13 Event 14
Wavelength 0.2322 0.5417 0.9003 1.1804 3.2974 3.8295 4.3227 4.9180 4.9333 5.7047 5.7290 5.9721 7.8639
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550
Core 2 1550 0.682
Core 3 1550 0.297 0.322
Core 4 1550 0.229
Core 5 1550 0.450
Core 6 1550 1.237
Core 7 1550 0.139 -0.087 -0.052 -0.166 0.209 0.042 0.093 0.088 0.233
Core 8 1550 -0.062 0.139 -0.084 -0.049 -0.169 0.212 0.041 0.287 -0.208 0.268 -0.205 0.034 0.239
Core 9 1550 0.165 -0.156 0.203 0.086 0.089 0.219
Core 10 1550 0.141 -0.076 -0.159 0.198 0.076 0.091 0.224
52
Core 11 1550 -0.067 0.138 -0.092 0.197 0.039 0.089 0.297 -0.233 0.037 0.227
Core 12 1550 0.133 -0.090 0.185 0.087 0.291 -0.212 0.203
Core 15 1550 0.097
Core 19 1550 0.447
Core 20 1550
Core 21 1550
Core 22 1550
Core 23 1550 0.370
Lampiran 2 Pengukuran OTDR Sisi Petasia
Universitas Indonesia
Event 15 Event 16 Event 17 Event 18 Event 19 Event 20 Event 21 Event 22 Event 23 Event 24 Event 25 Event 26 Event 27
Wavelength 8.2894 8.6231 10.5232 10.7318 11.3367 14.3125 17.0995 19.7793 21.6270 28.2525 32.0705 41.3553 47.2610
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.762 0.436 0.412 0.195
Core 2 1550 1.433 0.459 0.136 0.374
Core 3 1550 0.420 0.283
Core 4 1550 0.228
Core 5 1550 0.449 0.341 0.332
Core 6 1550 0.232 0.442 0.309
Core 7 1550 -0.116 0.055 0.186 ---
Core 8 1550 -0.111 0.063 0.080 0.130 ---
Core 9 1550 -0.089 0.155 ---
Core 10 1550 -0.129 0.047 0.186 ---
53
Core 11 1550 -0.120 0.060 0.171 ---
Core 12 1550 -0.118 0.062 0.186 ---
Core 15 1550 0.191 0.227 0.465
Core 19 1550 0.191 0.809
Core 20 1550 0.204 0.581 0.358 0.262
Core 21 1550
Core 22 1550 0.269 0.479
Core 23 1550 0.261 1.083 0.298 0.737
Core 24 1550 0.713 0.374 4.038
Minimum -0,129 0,047 0,08 0,130 0,204 0,191 0,136 1,083 0,581 0,195 0,374 0,374 0,262
Maximum 1,433 0,063 0,08 0,186 0,459 0,283 0,442 1,083 0,581 0,809 0,737 0,374 4,038
Average 0,189 0,057 0,08 0,169 0,352 0,222 0,320 1,083 0,581 0,395 0,525 0,374 2,150
Occurences 8/19 5/19 1/19 6/19 13/19 3/19 5/19 1/19 1/19 10/19 3/19 1/19 2/19
Universitas Indonesia
Event 28 Event 29 Event 30 Event 31 Event 32 Event 33 Event 34 Event 35 Event 36 Event 37 Event 38 Event 39 Event 40
Wavelength 50.0735 52.9676 55.9332 57.8984 61.4612 63.4876 64.3707 65.4834 73.5227 76.9630 79.7704 81.4498 83.3843
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 0.468 0.590 0.749
Core 2 1550 0.761 0.742 1.461 0.536
Core 3 1550 0.421 0.658 0.423 0.288 0.378 0.277 2.356 1.192
Core 4 1550 0.190 0.177 0.251 0.719 0.245 0.347
Core 5 1550 1.078 0.313 1.177 0.523 0.362 1.159
Core 6 1550 0.302 0.940 0.897
Core 7 1550
Core 8 1550
Core 9 1550
Core 10 1550
54
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 0.341 0.465 0.297
Core 19 1550 0.391 0.603 0.572 0.449
Core 20 1550 0.679 0.329 0.495 0.543
Core 21 1550 0.206 0.549
Core 22 1550 0.389 0.339 0.880 0.700
Core 23 1550 0.203 0.301 0.466 -0.228
Core 24 1550 1.794 ---
Minimum 0,190 0,389 0,313 0,177 0,288 0,329 0,251 0,277 0,245 -0,228 0,297 1,159 0,700
Maximum 1,078 0,679 0,940 0,423 0,468 1,177 1,461 1,794 0,495 0,572 0,543 2,356 1,192
Average 0,392 0,486 0,668 0,300 0,378 0,647 0,629 0,780 0,402 0,172 0,422 1,758 0,880
Occurences 7/19 3/19 4/19 3/19 2/19 4/19 5/19 8/19 3/19 2/19 6/19 2/19 4/19
Universitas Indonesia
Event 41 Event 42 Event 43 Event 44 Event 45 Event 46 Event 47 Event 48
Wavelength 85.1198 93.2510 105.9148 110.6567 115.8938 120.5234 123.6625 127.6082
Fiber ID
(nm) Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss Loss
(dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Core 1 1550 3.770 ---
Core 2 1550 ---
Core 3 1550 ---
Core 4 1550 0.292 0.417 ---
Core 5 1550 0.564 ---
Core 6 1550 ---
Core 7 1550
Core 8 1550
Core 9 1550
Core 10 1550
55
Core 11 1550
Core 12 1550
Core 15 1550 ---
Core 19 1550 0.582 0.765 ---
Core 20 1550 0.811 ---
Core 21 1550 ---
Core 22 1550 ---
Core 23 1550 0.172 0.991 ---
Core 24 1550
Minimum 0,172 0,417 --- --- --- --- --- ---
Maximum 0,811 3,770 --- --- --- --- --- ---
Average 0,484 1,486 --- --- --- --- --- ---
Occurences 5/19 4/19 1/19 3/19 3/19 2/19 2/19 1/19
Universitas Indonesia