Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Strategi Pembelajaran Shalat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN SHALAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Fiqih


Dosen Pengampu : Armizi, S.Pd.,M.A

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Asih Rismalita NIRM 12092021010012


Nadya NIRM 12092021010038
Zubaidah NIRM 12092021010092

Lokal/Semester A/V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena


atas limpahan dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang di
berikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah
dengan judul “Strategi Pembelajaran Shalat”.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata
kuliah Pembelajaran Fiqh. Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah
ini masih jauh dari sempurna, baik dalam pengetikan maupun isinya, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang
telah membimbing kami dan anggota kelompok yang sudah membantu dalam
menyusun makalah ini sehingga terselesaikan tepat waktu. Semoga makalah ini
memberikan manfaat untuk pengembangan wawasan mahasiswa.

Tembilahan, 11 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pendekatan Student Center Learning Dalam Pembelajaran Shalat...... 3
B. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Dalam Pembelajaran Shalat ................................................................. 5
C. Motode Ceramah, Demonstrasi serta Praktek Langsung
Dalam Pembelajaran Shalat ................................................................. 6
D. Penggunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Shalat ............. 8
E. Evaluasi Dalam Pembelajaran Shalat................................................... 8
F. Skema Pembelajaran Shalat ................................................................. 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
A. Keismpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Pendidikan ibadah shalat merupakan bagian dari fiqih adalah bimbingan
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan merupakan ibadah
mahdloh (ibadah murni) dalam kehidupan manusia sebagai hamba yang
beriman. Materi ini sifatnya memberikan bimbingan terhadap peserta didik
agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syari’at
Islam tersebut yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya,
keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bentuk bimbingan itu tidak terbatas
pada pemberian pengetahuan tetapi lebih jauh seorang guru dapat memberikan
contoh dan suri tauladan bagi peserta didik dan masyarakat lingkungannya.
Dengan keteladanan guru ini diharapkan pada orang tua dan masyarakat
membantu secara aktif pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqih di
rumah tangga dan lingkungan masyarakatnya.
Jadi salah satu kendala dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih adalah
pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang kurang variatif dan
metode yang tidak memberikan motivasi bagi peserta didik untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan pembelajaran ibadah
shalat, maka seorang guru perlu melakukan sebuah upaya strategis untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar peserta didik dalam
pembelajaran praktik ibadah shalat ini. Salah satu upaya strategis yang
dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran Fiqih adalah meliputi proses pemilihan pendekatan,
metode, teknik pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan
menghasilkan hasil yang berkualitas tinggi. Metode yang digunakan itu adalah
metode ceramah, demonstrasi serta praktek langsung.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan student center learning pembelajaran dalam
pembelajaran shalat?
2. Bagaimana strategi pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
dalam pembelajaran shalat?
3. Bagaimana motode ceramah, demonstrasi serta praktek langsung dalam
pembelajaran shalat?
4. Bagaimana penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran shalat?
5. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran shalat?
6. Bagaimana skema dalam pembelajaran shalat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan student center learning pembelajaran dalam
pembelajaran shalat
2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) dalam pembelajaran shalat
3. Untuk mengetahui motode ceramah, demonstrasi serta praktek langsung
dalam pembelajaran shalat
4. Untuk mengetahui penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran
shalat
5. Untuk mengetahui evaluasi dalam pembelajaran shalat
6. Untuk mengetahui skema dalam pembelajaran shalat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Student Centered Learning Pembelajaran Dalam
Pembelajaran Shalat
Student Centered Learning merupakan bahasa Inggris yang mana berarti
proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik dituntut
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik juga diharapkan
untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam melaksanakan intruksi dari
pendidik.1
Munculnya pendekatan SCL (Student Centered Learning) menjadi
pendekatan alternatif dalam pendidikan untuk menyelesaikan hambatan yang
ada pada pendekatan Teacher Center Learning. SCL adalah pendekatan
pengajaran yang berfokus pada peserta didik. Pada pembelajaran dengan
pendekatan SCL, guru harus bisa menjalankan posisinya dengan benar, bukan
hanya berperan sebagai seorang pengajar, tapi sekaligus menjadi motivator,
fasilitator dan inovator. Pendidik bukan harus mengajar peserta didik didepan
kelas saja, tetapi membantu siswa untuk menyelesaikan masalah ketika siswa
merasa kesulitan dalam belajar. Dalam strategi melaksanakan pendekatan
SCL, ini bahwa peserta didik didorong untuk memotivasi diri sendiri
selanjutnya melakukan upaya yang intensif untuk memperoleh kompetensi
yang diinginkan. Hal ini dapat dicapai dengan memperpanjang waktu diskusi
agar siswa mengetahui bagaimana mengungkapkan pendapatnya dan merasa
nyaman berbicara. Dengan diperkenalkannya system pembelajaran SCL, siswa
diharapkan memiliki kemampuan partisipasi aktif, berpikir kritis, analitis dan
pemecahan masalah.2
SCL merupakan model pendekatan yang memberdayakan siswa untuk
berperan aktif dalam melaksanakan belajar di kelas. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan cara membaca buku pelajaran, membaca buku digital di komputer,

1
Lailatul Fitriyah, 2020, Pendekatan Student Centered Learning (SCL) Dalam Surah Al-Kahfi),
Jurnal Ta’limuna, Vol. 9 No. 1, hal. 33
2
Moh. Faizin, dkk, 2023, Keterampilan Pendidik Abad 21 Dalam Mengaplikasikan Pendekatan
Student Centered Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Isla, Jurnal Pemikiran Dan
Pendidikan Islam Vol. 13 No. 1, hal 12

3
menemukan materi dari internet dan aktif membantu mencarikan materi, serta
mendiskusikan atau materi yang diterima. Proses ini dapat membuat siswa
belajar dengan cara yang seru dan menarik serta siswa menikmati setiap
proses pembelajaran.3
Dalam pendekatan SCL, guru dapat menerapkan dalam pembelajarannya
dengan mengambil materi Shalat Guru memulai kelas seperti biasanya,
dengan terdapat apersepsi didalamnya. Lalu guru menyampaikan secara
singkat apa yang akan dipelajari pada pertemuan itu. Guru dapat memberikan
penyampaian materi dasar mengenai shalat. Kemudian guru menginstruksikan
peserta didik untuk membuat kelompok, bisa terdiri dari empat atau lima
anggota, menyesuaikan jumlah murid dalam kelas. Setelah kelompok
terbentuk, guru membagikan sub-sub tema di setiap kelompok. Pada tahap ini,
peserta didik diberi suatu masalah untuk diselesaikan secara berkelompok.
Sesuai pendekatan SCL, yakni peserta didik dituntut untuk mengatasi masalah
yang ada. Dengan kelompok yang terbentuk, murid juga bisa melakukan
diskusi bersama. Hal itu sudah membuat peserta didik menjadi aktif
berdiskusi. Setelah itu, peserta didik dapat menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dengan cara presentasi. Saat satu kelompok maju untuk
presentasi, kelompok lain harus memperhatikan dan menanggapi dan bertanya
dari presentasi tersebut. Dari sini guru juga dapat melihat keaktifan peserta
didik dalam kelas. Jika saat presentasi kelompok ada pertanyaan yang sulit
untuk dijawab, guru dapat membantu membantu peserta didik menjawab atau
meluruskan jawaban dari peserta didik. Setelah semua kelompok presentasi,
peserta didik diberi tugas individu yang diberikan oleh guru yaitu soal post
test mengenai materi shalat berjamaah.4
Lalu tahap terakhir sebelum pembelajaran berakhir, guru kembali
menanyakan kepada peserta didik mengenai materi pembelajarannya yang
sudah dibahas bersama. Apakah ada siswa yang kurang paham atau belum
mengerti mengenai salah satu materi tersebut. Jika sudah dirasa peserta didik
sudah paham, maka guru dapat menutup pelajaran pada hari itu. Dari cara

3
Ibid,Hal. 13
4
Ibid,Hal. 14

4
penerapan pembelajaran diatas, sudah jelas mencakup pendekatan SCL. Mulai
dari guru memberi suatu permasalahan, lalu peserta didik memecahkan
masalah tersebut dengan cara berdiskusi kelompok, setelah itu
mempresentasikan hasil diskusinya, dan siswa dapat aktif dengan cara
bertanya serta menanggapi presentasi dari kelompok lainnya.5
B. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Dalam
Pembelajaran Shalat
Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.6
Strategi Pembelajaran CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga warga negara, dan tenaga
kerja.7
Menurut Trianto, secara garis besar langkah-langka penerapan CTL di
dalam kelas sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.8

55
Ibid,Hal. 15
6
Wina Sanjaya, 2008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana), hal. 255
7
Trianto, 2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif, (Jakarta: Kencana), hal. 104
8
Ibid, hal. 111

5
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah membekali peserta didik berupa
pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis, karena inti
pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis,
sehingga dalam pelaksanaannya diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi
dalam situasi yang real.9
Pada kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta didik
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.10
Terdapat 5 elemen yang harus diperhatikan dalam praktek strategi
pembelajaran kontekstual, yaitu
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2) Pemerolehan pengetahuan baru
3) Pemahaman pengetahuan
4) Mempraktekan pengetahuan
5) Melakukan refleksi.
Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan seharihari, peserta
didik akan merasakan pentingnya belajar dan mereka akan memperoleh makna
yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.11
C. Motode Ceramah, Demonstrasi serta Praktek Langsung Dalam
Pembelajaran Shalat
Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru di
depan siswa dan di muka kelas. Dalam metode ini, seorang guru sangat
mendominasi dan menjadi subjek sebuah pembelajaran, sementara siswa
adalah sebagai objek pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru.12
Materi ceramah digunakan guru untuk menjelaskan tentang materi shalat

9
Taniredja, dkk, 2013, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta),
hal. 50
10
Ibid, hal. 51
11
Suriadi, 2017, Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fiqih (Studi di MIN Sekuduk,
Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas), Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah Vol. 3 No.
1
12
Nurhaliza, dkk, 2021, Anaisis Metode Ceramah Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Di Kelas VII
SMP Negeri 1 Selimbau Kab. Kapuas Hulu, Jurnal Pendidikan Sejarah, Budaya Sosial Vol. 1 No.
2, hal. 13

6
seperti waktu pelaksanaan shalat fardhu, tata cara shalat fardhu, syarat sah
shalat, syarat wajib shalat, rukun shalat, serta hal-hal yang membatalkan
shalat. Menurut guru mata pelajaran yang penulis teliti materi ini sangat cocok
menggunakan metode ceramah karena materi yang diajarkan berbentuk
penjelasan dan memerlukan pemahaman yang mendalam.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Dilakukan dengan cara memberikan contoh melalui peragaan
guna mempertajam pengertian dan pemahaman suatu konsep atau materi ajar
sehingga peserta didik mendapatkan informasi yang jelas dan tidak keliru.
Dengan demikian, metode demonstrasi adalah cara mengajar yang dilakukan
dengan memperagakan suatu proses, cara dan urutan melakukan suatu
kegiatan. Dengan motode ini akan membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran. Dalam pelaksanaanya, metode ini menuntut keterampilan pendidik
karena tujuannya bukan hanya untuk dilihat oleh peserta didik, tetapi juga
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.13
Metode demonstrasi biasanya dikombinasikan dengan praktek langsung.
Metode ini banyak digunakan oleh Rasulullah SAW terutama dalam hal tata
cara ibadah seperti shalat Metode ini cukup berhasil meningkatkan dan
memantapkan pemahaman sahabat karena Nabi Muhammad SAW
memberikan penjelasan, contoh dan dilanjutkan dengan praktek cara
melakukannya agar tidak membingungkan. Contoh penerapan metode ini oleh
Rasuullah sebagaimana hadits tentang sholat berikut ini:
َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أ‬
‫ص ِلّي‬ َ
“Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR.
Bukhari)

13
Sunhaji, 2022, Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah/Madrasah, (Jawa tengah: Zahira Media Publisher CV. ZT Corpora, hal. 72-73

7
D. Penggunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Shalat
Media merupakan sarana penyampaian pesan kepada penerima pesan
dalam penyampaian informasi ilmiah dengan mengandung maksud tertentu
atau instruksional. Audiovisual merupakan alat yang dapat didengar dan
dilihat sekaligus, katakata audiovisual ini berasal dari dua kata yakni audio
(dengar) dan visual (lihat). Pengajaran dengan mempergunakan media
audiovisual merupakan suatu media yang dapat mengaktifkan pendengaran
dan penglihatan peserta didik, pemakaian media ini bercirikan dengan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti mesin proyektor film,
tape recorder dan proyektor visual yang lebar.14
Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi
kedua jenis media yang sangat efektif dalam pembelajaran. Media
audiovisual memiliki manfaat lebih dari media yang lain yaitu menarik
pikiran anak, memperjelas isi materi pembelajaran, mempermudah konsep
yang kompleks, dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit dan mudah
dipahami, dan tepat guna dan efisiensi sehingga mempertinggi daya serap
anak terhadap materi pelajaran. Dengan media audiovisual maka dapat
meningkatkan kemampuan menghafal bacaan dan gerakan sholat,
kemampuan anak untuk melakukan perbuatan dan perkataan yang dimulai
dari takbiratul ikhrom sampai salam menurut syarat dan rukun yang sudah
ditentukan.15
E. Evaluasi Dalam Pembelajaran Shalat
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation.
Evaluasi dalam bahasa Arab yaitu al-Taqdir. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia evaluasi adalah penilaian.16 Dalam sistem pembelajaran, evaluasi
merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus di tempuh oleh
14
Nurhidayah, 2010, Penerapan Strategi Pembelajaran Kooferatif Dan Media Audio Visul Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Thaharah, ( Medan: Institut Agama Islm Negeri Sumatra Utara), hal
39
15
Siti Sahara, dkk, 2020, Upaya Meningkatkan Hafalan Bacaan Dan Gerakan Shalat Dengan
Media Audio Visual (Video) Pada Anak Usia Dini Di Desa Gerbang Sari, Kec. Tapung Hilir, Kab.
Kampar,Jurnal On Teacher Education Vol. 2 No. 1, hal. 140
16
Kusaeri dan Suprananto, 2012, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha
Ilmu), hal. 16.

8
guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.17 Evaluasi merupakan
bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak akan dapat
dipisahkan dari kegiatan mengajar. Evaluasi dipandang sebagai suatu tindakan
untuk menetapkan keberhasilan suatu program pendidikan, salah satunya
keberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan. Dengan demikian
evaluasi lebih difokuskan kepada keberhasilan program atau kelompok peserta
didik.18
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan secara terusmenerus agar
dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan
utama yang sering terjadi di antara para guru adalah menganggap bahwa
evaluasi hanya dilakukan pada saat tertentu saja, seperti pada akhir unit,
pertengahan, dan/atau akhir suatu program pengajaran. Akibatnya adalah
minimnya informasi tentang para siswa sehingga menyebabkan banyaknya
perlakuan prediksi guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam
kegiatan kelasnya. Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan
rancangan yang sistematis dan terencana, hal ini dapat dilakukan oleh guru
dengan menempatkan secara integral evaluasi dalam perencanaan dan
implementasi satuan pelajaran materi pembelajaran. Hal terpenting lainnya
yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik adalah perlunya melibatkan
siswa dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali
perkembangan pencapaian hasil pembelajaran mereka.19
Sebagaimana telah di jelaskan bahwasannya evaluasi sangatlah penting
dalam proses pembelajaran, gunanya adalah untuk mengukur keberhasilan dari
pembelajaran itu sendiri. Evaluasi dalam pembelajaran fiqih bab sholat
melalui media audio visual ada 2 macam cara penilaiannya.20

17
Zainal Arifin, 2017, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,),hal. 2
18
M. Sukardi, 2008, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara), hal. 12
19
Ibid, hal. 2
20
Sodikin, 2021, Implementasi Pembelajaran Fiqih Materi Sholat Dengan Media Audio Visual Di
Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal Of Primary Education Vol. 2 No. 1, hal. 116

9
Pada setiap pembelajaran tidak hanya evaluasi yang di gunakan tetapi juga
ada penilaian non tes. Penilaian non tes biasanya digunakan untuk menilai
tentang sikap kebiasaan kerja kejujuran dan lain-lain.21 Pada kegiatan evaluasi
pembelajaran shalat melalui media audio visual menggunakan evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Yaitu penilaian yang di maksudkan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik selama pembelajaran berlangsung,
yaitu: pada akhir pembahasan dengan memberikan beberapa pertanyaan
langsung terhadap peserta didik serta melalui praktekum, dan penilaian di
akhir semester. Penilaian ini digunakan oleh guru untuk mengukur
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah mereka terima selama
proses pembalajaran.22
F. Skema Dalam Pembelajaran Shalat
Skema pembelajaran adalah strategi atau rencana yang dirancang oleh para
pengajar untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Skema pembelajaran
penting karena dapat membantu para pengajar dalam merencanakan dan
mengembangkan metode pembelajaran yang efektif, serta dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Contoh skema pembelajaran fiqih pada materi sholat
sebagai berikut.

21
Tritanto Ibnu Badar, 2011, Desain Pengembangan Pembelajaran, (Bandung: Cinta Umbara),
hal. 226
22
Op.Cit, hal. 117

10
Skema Pembelajaran Shalat

Fardhu SHALAT Sunah Munfarid

Subuh Pengertian
Etimologi Rawatib

Dzuhur Terminologi Tahiyyatul


Masjid
Ashar Rukun dan
Syarat Syah serta Istikharah
Magrib hal-hal yang
membatalkan
Isya’ shalat
Macam
Shalat
Rawatib Rawatib Ghairu Rawatib
Muakkad Muakkad

2 Raka’at qobliyah 2 Raka’at qobliyah


Subuh Dzuhur
2 Raka’at qobliyah 2 Raka’at ba’diyah
Zuhur Zuhur

2 Raka’at ba’diyah 4 Raka’at qobliyah


Zuhur Ashar

2 Raka’at ba’diyah 2 Raka’at qobliyah


Maghrib Maghrib

2 Raka’at ba’diyah 2 Raka’at qobliyah


Isya’ isya

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SCL (student center learning) adalah pendekatan pengajaran yang
berfokus pada peserta didik. Pada pembelajaran dengan pendekatan SCL, guru
harus bisa menjalankan posisinya dengan benar, bukan hanya berperan
sebagai seorang pengajar, tapi sekaligus menjadi motivator, fasilitator dan
inovator. Pendidik bukan harus mengajar peserta didik didepan kelas saja,
tetapi membantu siswa untuk menyelesaikan masalah ketika siswa merasa
kesulitan dalam belajar. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru
di depan siswa dan di muka kelas. Metode demonstrasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda
tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering
disertai dengan penjelasan lisan. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis
dan secara terusmenerus agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa
yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru
adalah menganggap bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat tertentu saja,
seperti pada akhir unit, pertengahan, dan/atau akhir suatu program pengajaran.
B. Saran
Dari awal pengkajian materi makalah, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi yang membaca. Jika banyak
kekurangan yang ditemukan maupun banyak penjelasan yang kurang tepat
baik dari segi bahasanya maupun dari segi penyusunanya, penulis menerima
masukan yang bersifat membangun dan berupa saran, kritik, sanggahan,
maupun yang lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Badar, T. I. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran. Bandung: Cinta


Umbara.

Faizin, M. (2023). Keterampilan Pendidik Abad 21 Dalam Mengaplikasikan


Pendekatan Student Centered Learning Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Vol.
13 No. 1, 12.

Fitriyah, L. (2020). Pendekatan Student Centered Learning (SCL) Dalam Surah


Al-Kahfi. Jurnal Ta'limuna Vol. 9 No.1, 33.

Kusaeri, & Supranoto. (2012). Pengukuran Dan penilaian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurhaliza, & Dkk. (2021). Analisis Metode Ceramah Dalam pembelajaran


IPSTerpadu Di Kelas VII SMP Negeri 1 Selimbau Kab. Kapuas
Hulu. Jurnal Pendidikan Sejarah Budaya Sosial Vol. 1 No. 2, 13.

Nurhidayah. (2010). Penerapan Strategi pembelajaran kooperatif dan media


audio visual untuk meningkatkan hasil belajar thaharah. Medan:
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara.

Sahara, S., & Dkk. (2020). Upaya Meningkatkan Hafalan bacaan Dan Gerakan
Shalat Dengan Media Audio Visual (Video) Pada Anak Usia Dini
Di Desa Gerbang Sari Kec. Tapunh Hilir, Kab. Kampar. Jurnal On
Teacher Education Vol. 2 No. 1, 140.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

13
Sodikin. (2021). Implementasi Pembelajaran Fiqih Materi Sholat Dengan Media
Audio Visual Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Of Primary
Education Vol. 2 No. 1, 116.

Sukardi, M. (2008). Evaluasi Pendidikan: Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta:


PT. Bumi Aksara.

Sumhaji. (2022). Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Di Sekolah Madrasah . Jawa Tengah: Zahira Media Publisher CV.
ZT Corpora.

Suriadi. (2017). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih (Studi MIN


Sekuduk, Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas).
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah Vol. 3 No. 1.

Taniredja, d. (2013). Model-Model Pembelajaran Inovatif Dan Efektif. Bandung:


Alfabeta.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai