Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Clinical Exposure

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

9C

MAKALAH CLINICAL EXPOSURE KEPANITRAAN DASAR

Disusun oleh:

Dibuat oleh Kelompok 9C

Karina Natalie Kuntjoro 041051810079

Kezia Nugrahini Anggakusuma 041051810080

Khansa Nabila 041051810081

FAKULTAS KEDOKTERANGIGI

1
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada TuhanYang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, kami,
kelompok 9C, dapat menyelesaikan makalah mengenai clinical exposure ini tepat pada
waktunya. Makalah ini diajukan kepada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti,
sebagai bagian dari persyaratan untuk melengkapi tugas kepanitraan dasar.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membuka wawasan kami, sehingga kami dapat mengerti dan
mempersiapkan diri untuk program kepanitraan klinik nanti. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 25 April 2019

Kelompok 9c

2
REKAM MEDIS

Soal
1. Jelaskan alur kerja, formulir, atau kartu status yang harus diisi, bon warna apa yang harus
dilengkapi saat :
a. Pembuatan radiograf
b. Pembersihan karang gigi
c. Penumpatan gigi
d. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
e. Pencabutan gigi
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban

● Pasien datang, pasien membayar karcis

Pasien baru : karcis berwarna kuning


Pasien lama : karcis berwarna hijau

● Dibalik karcis tersebut dituliskan nama koas yang merawat, NIM profesi, klinik dan

nomor unit, serta nomor telepon.

● Pasien mendaftarkan diri ke loket rekam medis dengan membawa KTP dan karcis

untuk mendapatkan rekam medis.

● Apabila pasien baru, maka akan dilakukan assessment awal terlebih dahulu oleh

perawat pada 4 ruang assessment.

● Pasien menuju klinik integrasi tujuan sambil menunggu rekam medis yang akan

diantarkan oleh petugas ke klinik integrasi tujuan.

3
● Setelah itu, pasien/koas membayar biaya perawatan, mengambil beberapa formulir

yaitu dummy rekam medis, lembar informed consent, beberapa formulir, dan status
pasien yang berbeda warna kertas pada setiap bagian.

● Rekam medis asli akan diisi oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)

● Boleh dilakukan tindakan setelah mendapatkan izin dari DPJP.

a. Untuk tindakan radiograf


- Pasien datang membawa surat pengantar pemeriksaan radiograf
- Petugas administrasi menerima surat pengantar pemeriksaan radiograf
- Mengisi status RSGM dan status bagian, dan memiliki surat rujukan tindakan
radiograf
- Saat akan foto rontgen yang perlu dilampirkan adalah bon hijau, status khusus
bagian radiologi, dan keterangan mengenai gigi yang ingin dilakukan foto
rontgen. Kemudian periksa kelengkapan data ke petugas dan meminta izin
foto kepada DPJP.
- Setelah mendapatkan izin, lakukan pembayaran di kasir.
- Melakukan foto rontgen, kemudian melakukan interpretasi.
- Mencatat pasien yang melakukan foto radiograf di logbook radiologi dental.

b. Untuk tindakan pembersihan karang gigi


o Yang perlu dilampirkan adalah bon berwarna putih, formulir kalkulus indek,
status pasien di bagian perio berwarna pink, rekam medis dan informed
consent.

c. Untuk tindakan penumpatan gigi


o Yang harus dilampirkan bon berwarna putih, status pasien di konservasi
berwarna biru rekam medis dan informed consent.

d. Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepas


o Yang harus dilampirkan bon berwarna putih, status pasien di bagian
prosthodontia berwarna pink, rekam medis, dan informed consent.

4
e. Untuk pencabutan gigi
o Yang perlu dilampirkan adalah bon berwarna putih, status pasien khusus
bagian bedah mulut berwarna hijau kebiruan, rekam medis, form pra anestesi
serta persetujuan anestesi, informed consent, dan boleh disertakan foto
rontgen bila diperlukan.

PERIODONSIA

Soal
1. Jelaskan posisi pasien, operator dan alat-alat kedokteran gigi yang digunakan pada
saat pembersihan karang gigi RA dan RB
Jawaban
a. Posisi Pasien dan Operator
i. Posisi Pasien semi supine dengan posisi rahang atas membentuk sudt 45o
terhadap lantai.
ii. Posisi operator berada pada jam 8-12

b. Alat- alat yang digunakan saat pembersihan karang gigi RA dan RB


i. Manual

● Sonde halfmoon = untuk mengeksplorasi & mendeteksi kalkulus supra dan

subgingiva di area servikal

● Sickle = untuk membersihkan kalkulus supragingiva

● Chisel = untuk membersihkan kalkulus di area proksimal

● Hoe = untuk membersihkan kalkulus subgingiva

5
● Kuret = untuk membersihkan kalkulus subgingiva dan penghalusan akar

● Brush & Rubber cup = untuk memoles permukaan gigi yang sudah

dibersihkan kalkulusnya untuk mencegah adanya area tajam yang dapat


menjadi retensi plak
ii. Ultrasonic

● Ultrasonic scaller = untuk membersihkan kalkulus supra gingiva dan sedikit

masuk ke sulkus gingiva

● Stone/pumice = untuk memoles permukaan gigi agar tidak ada area tajam

yang dapat menjadi retensi plak

PENYAKIT MULUT

Soal
1. Jelaskan anamnesis lengkap menurut sistematika IPM
2. Jelaskan dengan lengkap cara penulisan resep (antibiotika golongan penisilin,
analgesik, obat kumur)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban
1. a. Identitas
b. Menanyakan keluhan utama
- Apa keluhannya?
c. Riwayat perjalanan penyakit (bagaimana bisa timbul lesi tersebut) OLDCART

● Sejak kapan sakit? (Onset)

● Lokasi dari keluhan (Location)

6
● Durasi atau lamanya keluhan timbul (Duration)

● Karakteristik keluhan (Characteristic)

● Faktor yang memperberat dan meringankan gejala ( Aggravating &

Relieving)

● Pemeriksaan yang sudah dilakukan pasien (Treatment)

d. Riwayat kesehatan gigi

● Apakah pernah ke dokter gigi

● Terakhir ke dokter gigi melakukan perawatan apa

● Berapa kali menyikat gigi

e. Riwayat kesehatan umum

● Apakah ada penyakit yang sedang dirawat dokter?

● Apajkah ada konsumsi obat secara rutin

● Pernah dirawat di RS/ tidak

f. Riwayat keluarga

● Apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama?

g. Riwayat sosial dan kultural


b. kondisi lingkungan hidup pasien
c. Kebiasaan pasien (merokok, minum alkohol, narkoba)
d. Kondisi stress (masalah keluarga, masalah pekerjaan)
e. Riwayat seksual
h. Harapan / keinginan pasien

2. Penulisan Resep Antibiotika golongan penisilin, analgesik, obat kumur

R/ Amoxicillin 500 mg tab No. XV

7
S 3 dd tab 1 p.c
R/ Asam Mefenamat 500 mg tab No. X
S 2 dd tab 1 p.c p.r.n
R/ Chlorhexidine Gluconate 0,2% 120ml fl No. I
S coll oris 2 dd

KONSERVASI

Soal
1. Jelaskan posisi pasien, operator dan alat-alat kedokteran gigi yang digunakan pada
saat perawatan:
a. Pembersihan karies pada gigi 36
b. Penumpatan komposit pada gigi 46 dengan kavitas kelas I

8
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban
1. (a) Menurut Bhandari dkk (2015) terdapat 4 posisi operator yang bisa digunakan saat
melakukan prosedur perawatan gigi, yaitu posisi jam 7, 9, 11 dan 12 dari pasien.
Posisi jam 7: Digunakan untuk eksaminasi dan kerja pada regio anterior mandibula,
posterior mandibula terutama regio kanan, dan anterior maksila.
Posisi jam 9 : Permukaan fasial gigi geligi pada regio kanan posterior mandibula dan
maksila. Serta permukaan oklusal dari regio kanan posterior mandibula
Posisi jam 11: Permukaan lingual dan oklusal/insisal gigi geligi maksila. Serta gigi
geligi mandibula terutama regio kiri
Posisi jam 12 : Permukaan lingual anterior mandibula dan maksila

Sehingga untuk gigi 36 posisi operator yang bisa digunakan adalah jam 11 atau
belakang kanan pasien.

Alat-alat yang digunakan untuk pembersihan karies: Alat standar, bur metal bulat,
ekskavator, air, handpiece highspeed/lowspeed

(b) Posisi operator yang bisa digunakan saat penumpatan komposit pada gigi 46 yaitu
pada jam 9. Alat-alat yang digunakan yaitu : spatula plastik, paper pad, Light Cure,
etsa, microbrush, bonding, articulating paper, bur flame, bur poles arkansas

PROSTODONSIA

Soal
1. Jelaskan tahap-tahap preparasi bridge work beserta jenis bur yang dipakai pada kasus
kehilangan gigi 36 dengan gigi tetangga tidak ada kelainan.
2. Gambarkan desain gigi tiruan pada kasus berikut: gigi yang tersisa
17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,32,33,34,42,44,47
9
3. Jelaskan prosedur lengkap mencetak pertama pada kasus GTL dan pemilihan sendok
cetak, bahan cetak, prosedur desinfeksi hasil pencetakan sampai pengecoran.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban

1. Tahap preparasi bridge work


a. Preparasi oklusal
i. Pembuatan guiding groove oklusal kedalaman 1 mm (bur silindris)
ii. Preparasi (bur tapered silindris)
iii. Hasil = bebas dari gigi antagonis, kontur oklusal sesuai kontur gigi asli, preparasi
halus dan rata, bentuknya seperti gigi aslinya tetapi tingginya lebih rendah 1 mm
b. Preparasi proksimal
i. Permukaan proksimal diambil sebanyak 1mm dari titik kontak dan kedalamannya
mencapai crest gingiva menggunakan bur tapered silindris yang sejajar dengan
sumbu gigi.
ii. hasil = bentuk permukaan proksimal sejajar dengan sumbu gigi atau membentuk
konvergen 5-7o ke arah oklusal, tidak ada undercut
c. Preparasi bukal
i. membuat guiding groove bukal sedalam 1mm menggunakan bur silindris
ii. preparasi ½ bagian kearah servikal sejajar dengan sumbu gigi dan ½ bagian
kearah oklusal dengan posisi miring ke arah oklusal
iii. preparasi dilakukan hingga permukaan bukal gigi rata dengan permukaan
proksimalnya dan permukaan preparasinya sudah halus
d. preparasi palatal/ lingual
i. preparasi menggunakan bur tapered fissure sejajar dengan arah masuk, kemudian
diteruskan sampai nyambung ke servikal
e. pembulatan sudut
i. Semua sudut yang tajam di bulatkan
ii. permukaan oklusal di bevel
f. pembentukan akhiran servikal
i. Membuat chamfer menggunakan bur tapered round sejajar dengan sumbu gigi /
konvergen 5-7o ke arah oklusal
ii. Setelah selesai, pastikan kembali tidak ada undercut

10
iii. Untuk preparasi bridgework, pastikan arah masuk kedua gigi penyangga sudah
sama

2. Design gigi tiruan

1 2

3 4

Desain GTSL Rahang Atas Desain GTSL Rahang Bawah

3. Prosedur lengkap mencetak pertama pada kasus GTL


a. Sendok cetak
Stocktray untuk rahang tidak bergigi 🡪 sayap lebih rendah, tidak bersudut
- RA : lebar sendok cetak (K) = lebar rahang (A) + 6 mm (tiap sisi dilebihkan 3
mm supaya vestibulum tercetak)

- RB : Lebar sayap lingual (A) = jarak antar ridge – 5 mm sayap lingual tidak
boleh terlalu lebar karena dapat mengenai tulang alveolar.

11
Lebar sayap bukal (B)= lebar rahang + 5 mm

- Modifikasi sendok cetak ( wax / self curing acrylic) pada bagian yang tidak
tercetak
b. Bahan cetak : irreversible hydrocolloid/ alginate
c. Teknik: mukostatis, mukosa tidak boleh ditekan karena tidak stabil
d. Prosedur pencetakan
Posisi operator :
- RA : kanan belakang dari pasien , mulut pasien setinggi siku dokter.
- RB : kanan depan pasien dengan, mulut pasien setinggi bahu operator.

Posisi Pasien :
- duduk tegak, kepala bersandar pada sandaran kepala
- permukaan oklusal sejajar lantai,
- tubuh, leher, kepala pada satu garis lurus , Pasien bersikap tenang dan relax

● Pencetakan RA :

- Masukan sendok cetak dari salah satu sisi, singkap sisi lainnya

12
- Bibir pasien diangkat jari telunjuk 🡪 Sentering 🡪 tekan sendok keatas dari
posterior ke anterior
- Trimming bukal dan bibir

● Pencetakan RB :

- Sudut kanan mulut disingkap, masukan sendok cetak dengan arah memutar
- Sentering 🡪intruksi pasien angkat lidah🡪 bibir bawah dan pipi di tarik 🡪
tekan sendok cetak 🡪 turunkan lidah
- Trimming

● Pengeluaran cetakan :

- tunggu 3 menit, sendok cetak tetap ditahan dengan jari , dikeluarkan sejajar
sumbu gigi atau melepas seal kiri kanan.
- Dicuci air mengalir 🡪 cor paling lambat 15 menit

● Pemeriksaan Cetakan, hasil cetakan yang baik meliputi:

1. Gigi pendukung dengan batas gingival dan gigi jelas,


2. Daerah linger gigi
3. Perlekatan otot membulat
4. Batas cetakan jelas
RA: fovea palatini, AH line, hamular notch
RB : Retromolar pad, retromilohioid, external oblique ridge, frenulum bukalis
5. Tak ada gelembung, robekan, bagian sendok cetak tak boleh terlihat, dan
merupakan satu kesatuan.

● Pemeliharaan cetakan

- Jangan direndam air 🡪 imbisisi, di diamkan kering 🡪 penyusutan


- Beri tissue basah / masukan dalam humidor
- Isi selambat2nya 15 menit setelah dikeluarkan dr mulut

e. Pembuatan Model Rahang


1. saat pengecoran di getarkan biar tidak porus
2. dibuat model studi dengan bahan plaster
3. model kerja dengan stone tunggu 30 -60 menit🡪 dikeluarkan

13
f. Desinfeksi cetakan
- Bersihkan cetakan dari air liur/ saliva dibawah air mengalir
- Keringkan dengan tissue
- Rendam dengan larutan glutaralfehyd 2% atau antrium hipoklorit 1%
selama 20-30 menit atau disemprot dengan iodoform spray.

KEDOKTERAN GIGI ANAK

Soal
1. Jelaskan indikasi dan prosedur pencabutan gigi sulung
14
2. Jelaskan prosedur dan indikasi DHE dan fissure sealant
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban
1. Indikasi pencabutan gigi sulung menurut Kay dan Blinkhorn (1986) :
a. Karies primer dan sekunder ditambah semua gejala sisa termasuk abses
periapikal dan pulpotomi yang gagal.
b. Ortodontik: Gigi dicabut untuk mencegah atau memperbaiki maloklusi.
c. Trauma: Gigi diekstraksi sebagai akibat langsung dari trauma akut
d. Kehilangan: Gigi diekstraksi karena mobilitasnya; sudah waktunya gigi sulung
tanggal dan digantikan gigi permanen
e. Penyakit periodontal: Kehilangan fungsi, abses periodontal, dan nyeri.
f. Alasan medis umum: Ekstraksi profilaksis.
g. Alasan ekonomi: Gigi bisa saja diselamatkan tetapi pasien merasa
perawatannya terlalu mahal.
h. Retensi berlebih: Retensi gigi primer yang berkepanjangan.
i. Permintaan pasien / orang tua: Gigi bisa saja diperbaiki, tetapi pasien / orang
tua bersikeras untuk melakukan ekstraksi.
j. Alasan lain: Gigi diekstraksi dengan alasan tidak termasuk dalam kategori di
atas.

Prosedur pencabutan gigi sulung:


a. Menggunakan alat pelindung diri (masker, cuci tangan, gloves).
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Melakukan asepsis pada daerah kerja dengan povidon iodin
c. Mengaplikasikan anestesi topikal pada daerah yang akan dilakukan anestesi.
Tunggu 2-3 menit sampai mukosa berkerut/pucat
d. Melakukan anestesi infiltrasi pada muccobucal gigi yang akan dicabut
sebanyak 1,5 cc dan pada masing-masing interdental 0,25 cc. Tunggu larutan
anestesi bekerja, cek apakah sudah terasa baal dengan membandingkan dengan
gigi yang tidak teranastesi.
e. Gunakan bein untuk membuka perlekatan antara akar dengan jaringan
periodontal
f. Ambil forcep yang sesuai dengan gigi yang akan di ekstraksi, masukkan ke
dalam soket gigi sedalam mungkin.
15
g. Ekstraksi gigi dengan gerakan bukolingual/rotasi/ kombinasi sesuai gigi yang
akan dicabut
h. Bersihkan area pencabutan, kemudian letakkan tampon yang sudah diberikan
povidon iodin pada area pasca pencabutan, instruksikan pasien untuk
menggigit tampon tersebut selama satu jam ke depan.
i. Instruksi pasca pencabutan: jangan makan/ minum panas, menjaga kebersihan
rongga mulut, tidak sering meludah, tidak memainkan daerah pencabutan
dengan lidah atau lainnya, jangan menghisap daerah bekas pencabutan.
j. Pasien dianjurkan untuk kontrol rutin 6 bulan berikutnya

2. Dental Health Education (DHE):


Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering kali ditemui adalah karies dan
penyakit periodontal. Karies dan penyakit periodontal salah satu faktor penyebabnya
yaitu perilaku. Perilaku yang baik adalah menjaga kesehatan gigi dan mulut yaitu
dengan menyikat gigi pada waktu dan cara yang benar. Dental Health Education
(DHE) adalah proses pendidikan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Dalam proses ini seseorang dapat memperoleh informasi melalu media pendidikan
yang digunakan. Pentingnya menggunakan media ini, karena berdasarkan teori Dale’s
cone experience (1969) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses
pendidikan. Proses pendidikan yang melibatkan lebih banyak indera akan lebih
mudah untuk diterima dan diingat oleh individu. Pemberian pendidikan kesehatan gigi
dan mulut akan lebih efektif dan optimal dengan menggunakan metode dan media
yang tepat.
Pemateri mempersiapkan media apa yang akan digunakan, apakah itu ceramah
dan simulasi, video, permainan. Kemudian mempersiapkan alat peraga, contohnya
rahang, sikat gigi, pasta gigi, dll. Materi yang dapat disampaikan yaitu teknik
menyikat gigi yang baik dan benar, waktu menyikat gigi, bentuk sikat gigi dan
penyakit yang disebabkan jika tidak melakukan sikat gigi dengan benar.

Fissure Sealant
Indikasi fissure sealant:
a. Gigi molar sulung primer dan premolasr permanen dan / atau pit & fissure
yang lengket.
16
b. Pit & fissure bernoda dengan dekalsifikasi minimum dari opasifikasi dan tidak
ada kelunakan pada dasar fisur
c. Gigi erupsi kurang dari empat tahun lalu.
d. Fisura yang dalam atau biasa, adanya fossa atau pit, terutama jika ujung dari
eksplorer menyangkut.
e. Fossa yang dipilih untuk penempatan sealant diisolasi dengan baik dari fossa
lain yang memiliki restorasi.
f. Permukaan oklusal yang utuh pada gigi yang akan diberikan sealant, dan
terdapat karies atau restorasi pada permukaan gigi kontra lateral dari gigi yang
akan diberikan sealant
g. Tidak ada kelainan pada hasil radiografi.
h. Pasien dengan risiko sedang atau tinggi terkena karies gigi karena berbagai
alasan.
i. Pasien dengan karies awal.
j. Pasien yang memiliki gigi permanen yang sudah erupsi dengan pit dan fissure
yang rentan.
k. Pasien yang memiliki lubang dan celah yang secara anatomis rentan.
l. Penggunaan pengobatan pencegahan lain seperti terapi fluoride sistemik atau
topikal, untuk menghambat pembentukan karies interproksimal.

Prosedur pit dan fissure sealant:


Bahan untuk pit dan fissure sealant dibagi menjadi 3 kategori yaitu, resin-based
sealant, Glass ionomer sealant, polyacid-modified resin sealant. Tetapi, untuk bahan
yang sering berada di pasaran adalah resin-based sealant dan Glass ionomer sealant.
a. Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan: Water syringe, kaca mulut,
eksplorer, ekskavator, cotton roll, Cotton pellet, articulating Paper, curing
Light, handpiece
b. Persiapan gigi yang akan di berikan sealant dengan membersihkannya
c. Mengisolasi gigi, bisa menggunakan Rubber dam atau Cotton rol
d. Pengaplikasian etsa 37% orthophosphoric Acid pada pit dan fissure dan di
lebihkan sampai ke lereng cup. Jika menggunakan GIC maka tidak diperlukan
etsa, tetapi surface conditioner. Biarkan etsa selama 15 detik untuk gigi
permanen dan 15-30 detik untuk gigi sulung.

17
e. Bersihkan dengan air 30 detik, keringkan 15 detik. Jika permukaan yang di
etsa sudah tampak lebih putih opak, lanjutkan dengan mengaplikasikan sealant
f. Setelah sealant sudah setting, basahi Cotton pelet dan usapkan pada
permukaan agar menghilangkan lapisan penghambat udara dari resin non-
polimerisasi. Kegagalan pada tahap ini memberikan rasa yang tidak
menyenangkan pada mulut pasien.

ORTODONSIA

Soal
1. Jelaskan dengan lengkap prosedur aktivasi piranti alat orto lepasan
18
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban

1. Aktivasi labial bow:


Aktivasi dengan cara memperkecil loop. Menggunakan tang pembentuk lup untuk
mengaktifkan busur labial. Lup dipegang dengan tang (A) tekuk kaki depan lup atau
sempitkan lup dengan tang (B). Dengan melakukan ini, kaki horizontal busur akan
bergerak ke arah insisal (C). Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan
menempatkan kaki horizontal busur di tengah gigi (D). Defleksi yang diperlukan
hanya 1mm

Ekspansion screw:
Dilakukan pemutaran pada lubang sekrup menggunakan kunci yang tersedia
sesuai dengan arah perputaran yang ditandai dengan arah panah. Sekrup diputar
seperempat putaran 13 seminggu sekali. Operator perlu mengajari pasien atau orang
tuanya bagaimana cara memutar sekrup dengan benar untu melakukan aktivasi
sendiri. Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar, yang akan
berkurang setelah gigi bergerak. Karena kekuatan yang besar, hanya diperlukan
aktivasi yang kecil (kurang lebih 0,2mm setiap seperempat puta

Pegas kantilever tunggal:

19
Dilakukan dengan menarik lengan pegas ke arah pergerakan gigi atau dengan
memencet koil sehingga lengan pegas bergerak ke arah yang diinginkan. Perlu
diperiksa apakah posisi pegas dan titik kontak dengan gigi sudah benar.untuk
mengatur posisi kontak pegas dan gigi, lengan pegas diatas koil dibengkokkan.
Defleksi pada lengan umumnya 3 mm.

BEDAH MULUT

Soal

20
Jelaskan posisi pasien, operator, dan alat-alat kedokteran gigi yang digunakan pada saat
pencabutan gigi 11, 24, 35, 46
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban

● Posisi pasien :

1. Kepala, leher, dan punggung berada pada satu garis lurus


2. Chair Angulation :
- Headrest dan backrest diatur untuk mendapatkan visibilitas yang baik.
- Penerangan yang baik.
- RA ( gigi 11 dan 24 ) Bidang oklusal membentuk sudut 60 derajat
terhadap lantai.
- RB ( gigi 35 dan 46 ) Bidang oklusal membentuk sudut <10 derajat
terhadap lantai.
3. Tinggi kursi :
- RA ( gigi 11 dan 24 ) Bidang oklusal setinggi bahu operator
- RB ( gigi 35 dan 46 ) Bidang oklusal setinggi siku operator

● Posisi Operator :

1. Postur / sikap tubuh : Berdiri tegak dengan berat badan dibagi rata pada kedua
kaki
2. Relasi terhadap penderita :
- Gigi 11 :Operator berada di depan kanan pasien (Jam 8)
- Gigi 24 : Operator berada di depan kanan pasien (Jam 8)
- Gigi 35 : Tindakan ekstraksi : depan kanan pasien, Tindakan anastesi
Belakang kanan pasien (Jam 10)
- Gigi 46 : Tindakan ekstraksi : belakang kanan pasien, Tindakan
anastesi depan kanan pasien (Jam 10)
3. Fungsi tangan kiri operator
- Gigi 11 :Jari telunjuk pada aspek labial dan ibu jari pada aspek palatal
- Gigi 24 : Jari telunjuk pada aspek bukal dan ibu jari pada aspek palatal
- Gigi 35 : Jari telunjuk pada aspek bukal, jari tengah pada aspek lingual
dan ibu jari pada daerah dagu untuk menfiksasikan rahang

21
- Gigi 46 : Jari telunjuk pada aspek bukal, ibu jari pada aspek lingual,
ketiga jari lainnya pada daerah dagu untuk menfiksasikan rahang

Fungsi tangan kiri operator

● Alat-alat kedokteran yang digunakan:

1. Instrumen diagnostik standar ( 2 buah kaca mulut, 1 pinset, 1 sonde half-


moon, 1 ekskavator)
2. Gloves dan masker
3. Tampon
4. Syringe 3 cc dan ampul anastesi local
5. Elevator (bein) : berfungsi untuk memutuskan serabut periodontal
- Straight : paling umum digunakan untuk meluksasi gigi
- Triangular elevator (crier) : mengeluarkan patahan sisa akar pada soket
gigi
- Pick type ( apexo elevator) : mengeluarkan patahan sisa akar yang
berukuran kecil pada soket gigi
6. Extraction Forceps
- Gigi 11 (Jepit sampai batas cemento enamel junction, gerakan rotasi,
penarikan gigi terakhir kearah labial) :

▪ Korona : Handle dan beak joint satu garis lurus, ujung terbuka

22
▪ Radiks :Handle dan beak joint satu garis lurus, ujung tertutup

- Gigi 24 ( Jepit sampai batas cemento enamel junction, gerakan luksasi,


penarikan gigi terakhir kearah bukal) :

▪ Korona : Handle dan beak joint membentuk huruf S, ujung terbuka

▪ Radiks :Handle dan beak joint membentuk huruf S, ujung tertutup

- Gigi 35 (Jepit sampai batas cemento enamel junction, gerakan luksasi


sedikit rotasi, penarikan gigi terakhir kearah bukal) :

▪ Korona : Handle dan beak joint membentuk sudut 90 derajat,

ujung terbuka

▪ Radiks :Handle dan beak joint membentuk sudut 90 derajat,

ujung tertutup
o Gigi 46 ( Jepit sampai batas cemento enamel junction, gerakan luksasi,
penarikan gigi terakhir kearah bukal) :

▪ Korona : Handle dan beak joint membentu sudut 90 derajat,

kedua ujung tajam (terdapat trisula), ujung terbuka

▪ Radiks : Handle dan beak joint membentuk sudut 90 derajat,

ujung tertutup

23
RADIOLOGI

Soal
Jelaskan prosedur radiografi meliputi persiapan pasien hingga teknik eksposur pada pemeriksaan
radiografi berikut:
a. Periapikal bsiektris gigi 16
b. Periapikal pararel gigi 16
c. Bitewing posterior
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban

a. Periapikal bisektris gigi 16


1. Persiapan pasien :
- Apabila pasien wanita dan usia subur, wajib ditanyakan apakah sedang dalam
keadaan hamil
- Menginstruksikan pasien untuk melepas semua perhiasan, kaca mata, gigi tiruan,
dan segala benda yang dapat menghalangi pembuatan foto radiografi
- Menginstruksikan dan membantu pasien untuk menggunakan lead apron dan tiroid
collar
- Posisi pasien : Kepala, leher, dan penggung berada pada satu garis lurus terhadap
bidang horizontal / terhadap lantai.
- RA (gigi 16) : Garis imajiner dari tragus ke ala nasi sejajar dengan bidang horizontal
/ lantai
- Menginstruksikan pasien untuk tidak bergerak selama proses exposure dan tidak
menahan napas.
2. Operator menggunakan sarung tangan dan mengambil film
3. Operator meminta ijin dan memasukkan film secara perlahan ke mulut pasien
4. Posisi film :
- Posisi film (gigi 16) : horizontal
- Bagian putih menghadap ke gigi
24
- Film berkontak sedekat mungkin dengan gigi
- Gigi target berada di tengah
- Tepi film berjarak 2-3 mm terhadap garis oklusal
5. Menginstruksikan pasien untuk memegang film dengan menggunakan jari telunjuk kiri
(pastikan tidak boleh terlalu menekan)
6. Posisi konus :
- Garis khayal (tragus – ala nasi)
- Titik penetrasi (gigi 16) : sudut mata bagian luar
- Sudut vertikal 35 derajat
- Sudut horizontal 90 derajat
7. Setelah posisi konus sudah tepat, instruksikan pasien untuk tidak bergerak dan tidak
mengubah posisinya
8. Operator berada pada safe area di balik dinding proteksi atau 6 kaki dibelakang sumber
sinar
9. Menekan tombol exposure sealama 3 detik sampai terdengar bunyi “Pip”
10. Operator kemudian kembali ke tempat exposure, mengeluarkan film dari mulut pasien,
bersihkan film dari saliva, membantu pasien melepas lead apron dan tiroid collar
11. Film diproses (developing, rinsing, fixing, washing, drying)

b. Periapikal paralel gigi 16


1. Persiapan pasien :
- Apabila pasien wanita dan usia subur, wajib ditanyakan apakah sedang dalam keadaan
hamil
- Menginstruksikan pasien untuk melepas semua perhiasan, kaca mata, gigi tiruan, dan
segala benda yang dapat menghalangi pembuatan foto radiografi
- Menginstruksikan dan membantu pasien untuk menggunakan lead apron dan tiroid
collar
- Posisi pasien : kepala, leher, dan penggung berada pada satu garis lurus terhadap
bidang horizontal / terhadap lantai.
- Menginstruksikan pasien untuk tidak bergerak selama proses exposure dan tidak
menahan napas.
2. Operator menggunakan sarung tangan dan mengambil film dan XCP (X-ray Cone
Paralleling) film holder
3. Operator menjepit film pada XCP film holder
25
4. Operator meminta ijin dan memasukkan XCP film holder secara perlahan ke mulut
pasien
5. Posisi film :
- Posisi film (gigi 16) : horizontal
- Bagian putih menghadap ke gigi
- Film berjarak sedekat mungkin dengan gigi
- Film berkontak sejajar dengan gigi
- Gigi target berada di tengah
- Tepi film berjarak 2-3 mm terhadap garis oklusal

6. Menginstruksikan pasien untuk mengigit XCP film holder secara perlahan


7. Operator menposisikan konus pada cone indicator pada XCP film holer
8. Setelah posisi konus sudah tepat, instruksikan pasien untuk tidak bergerak dan tidak
mengubah posisinya
9. Operator berada pada safe area di balik dinding proteksi atau 6 kaki dibelakang sumber
sinar
10. Menekan tombol exposure sealama 3 detik sampai terdengar bunyi “Pip”
11. Operator kemudian kembali ke tempat exposure, mengeluarkan XCP film holder dari
mulut pasien, bersihkan film dari saliva, membantu pasien melepas lead apron dan tiroid
collar
12. Film diproses (developing, rinsing, fixing, washing, drying)

c. Bitewing posterior
1. Persiapan pasien :
- Apabila pasien wanita dan usia subur, wajib ditanyakan apakah sedang dalam keadaan
hamil
- Menginstruksikan pasien untuk melepas semua perhiasan, kaca mata, gigi tiruan, dan
segala benda yang dapat menghalangi pembuatan foto radiografi
- Menginstruksikan dan membantu pasien untuk menggunakan lead apron dan tiroid
collar
- Posisi pasien : Kepala, leher, dan penggung berada pada satu garis lurus terhadap
bidang horizontal / terhadap lantai.

26
- Menginstruksikan pasien untuk tidak bergerak selama proses exposure dan tidak
menahan napas.
2. Operator menggunakan sarung tangan dan mengambil film dan bite tabs
3. Operator melekatkan bite tabs pada permukaan putih film di bagian tengah dari film
4. Operator meminta ijin dan memasukkan film secara perlahan ke mulut pasien
5. Posisi film :
- Posisi film (gigi 16) : horizontal
- Bagian putih menghadap ke gigi
- Film berjarak sedekat mungkin dengan gigi
- Gigi target berada di tengah

6. Menginstruksikan pasien untuk mengigit bite tabs secara perlahan


7. Posisi konus :
Arahkan sinar x langsung pada daerah yang berkontak dengan sudut yang tepat antara
gigi dan film packet, dengan sudut vertikal 5-10 derajat
8. Setelah posisi konus sudah tepat, instruksikan pasien untuk tidak bergerak dan tidak
mengubah posisinya
9. Operator berada pada safe area di balik dinding proteksi atau 6 kaki dibelakang sumber
sinar
10. Menekan tombol exposure sealama 3 detik sampai terdengar bunyi “Pip”
11. Operator kemudian kembali ke tempat exposure, mengeluarkan film dari mulut pasien,
bersihkan film dari saliva, membantu pasien melepas lead apron dan tiroid collar
12. Film diproses (developing, rinsing, fixing, washing, drying)

27
RSGM

Soal
1. Jelaskan kapan saja 5 momen mencuci tangan
2. Jelaskan langkah-langkah mencuci tangan yang benar
3. Jelaskan aturan penggunaan hand rub dan sabun dalam mencuci tangan
4. Jelaskan penggunaan APD meliputi apa saja dan bagaimana cara membuangnya
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban
1. 5 momen mencuci tangan :
1. Sebelum Bersentuhan dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan
3. Sesudah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
4. Sesudah bersentuhan dengan pasien
5. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan pasien

2. Langkah mencuci tangan yang benar :


1. Basahi tangan dengan air
2. Pakai cukup sabun untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
3. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak
4. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan
sebaliknya
5. Tangan pada telapak dan jari-jari saling menjalin
6. Punggung jari-jari pada telapak yang berlawanan dengan jari-jari saling mengunci
7. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya
8. Gosok memutar, ke arah belakang dan depan dengan jari-jari tangan kanan mengunci
pada telapak kiri dan sebaliknya
9. Bilas tangan dengan air
28
10. Keringkan tangan sekering mungkin dengan handuk sekali pakai
11. Gunakan handuk untuk mematikan keran
12. Tunggu 40-60 detik, tangan anda sudah aman

Aturan penggunakan hand rub dan sabun dalam mencuci tangan


a. Hand rub: Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara
gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik.

b. Hand wash ( tindakan non bedah : sabun deterjen antimikroba yang standar, tindakan
bedah : sabun antimikroba yang mengandung chlorhexidine gluconate 4%).
Dilakukan jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/ powder dari
sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien,
setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktek termasuk peralatan, gigi palsu,
cetakan gips. Lamanya mencuci tangan 40-60 detik.

29
Penggunaan APD dan aturan membuangnya
1. Sarung tangan
- Tenaga kesehatan wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan
perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya
- Sarung tangan harus diganti setiap pasien
- Lepas sarung tangan dengan benar dan segera lakukan kebersihan tangan untuk
menghidari transfer mikroorganisme
- Lepas sarung tangan jika sobek atau bocor dan lakukan kebersihan tangan
sebelum menggunakan kembali sarung tangan
- Disarankan untuk tidak mencucim mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung
tangan yang telah digunakan
- Sarung tangan harus dibuang pada tempat sampah infeksius

30
2. Masker
- Tenaga kesehatan wajib menggunakan masker pada saat melakukan tindakan
untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva
dan darah dari pasien dan sebaliknya
- Masker harus melekat dengan baik dengan wajah dan memnutup mulut dan
hidung dengan baik
- Ganti masker diantara pasien dan jika masker lembab atau basah dan ternoda
selama tindakan ke pasien
- Masker harus dibuang pada tempat sampah infeksius

3. Kacamata pelindung
- Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol, percikan saliva, dan
darah
- Kacamata harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didisinfeksi
setiap kali berganti pasien

4. Baju pelindung
- Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari
kontaminasi darah dan cairan tubuh
- Gaun pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dipakai ulang (kain)
atau bahan kertas kedap air (disposable)
- Baju pelindung harus dicuci setiap hari

Langkah dalam penggunaan APD :


1. Gunakan baju pelindung
2. Masker bedah
3. Kacamata pelindung
4. Cuci tangan
5. Sarung tangan

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. (Newman M, Carranza F, Takei H, eds).


Philadelphia: W.B Saunders Co, 2012:305.
2. Glick M. Burket’s Oral Medicine. 12th ed. Shelton : PMPH. 2015.
3. Nursasongko, Bambang. Panduan Praktikum Restorasi Praklinik, edisi 6. 2011.
Jakarta: Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKG UI
4. Odang W. Roselani dkk. Buku Penuntun Skills Lab Gigi Tiruan Cekat. 2014. Jakarta:
Bagian Prostodonsia FKG UI.
5. Fardaniah Sitti dkk. Buku Pedoman Skills Lab Gigi Tiruan Lepas. 2014. Jakarta:
Bagian Prostodonsia FKG UI.
6. Koesmaningati Henni dkk. Buku Pedoman Praktikum Ilmu Gigi Tiruan Penuh. 2014.
Jakarta: Bagian Prostodonsia FKG UI.
7. Jatmika SED, Maulana M. Dental and Oral Health Education for Elementary School
Students through Patient Hygiene Performance Index Indicator. International Journal
of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol.7, No.4, December 2018, pp.
259-263
8. Sreedevi A, Mohamed S. Sealants, Pit and Fissure. Oktober 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448116/
9. Devi LS et al. Panduan skills lab ortodoksi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
10. Lestari MM, Poedjiastoeti W,dkk. Buku Pedoman Praktikum Modul 611 Teknik
Anestesi Lokal, Teknik Penjahitan Mukosa, Teknik Ekstraksi. 2018. Jakarta: Bagian
Bedah Mulut FKG Usakti.
11. Kay EJ, Blinkhorn AS. The reasons underlying the extraction of teeth in Scotland. Br
Dent J. 1986;160:287–90.
12. White S, Pharoah M. Oral Radiology: Principles and Interpretation. St.Louis:
Mosby;2014.

32

Anda mungkin juga menyukai