Resume 1 (Pertemuan 2) Teori
Resume 1 (Pertemuan 2) Teori
Resume 1 (Pertemuan 2) Teori
Tujuan dari teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan. Maka dari itu,
tujuan dasar dari teori yang merupakan bagian dari keilmuan adalah untuk memiliki
pendefinisian yang baik atas pengetahuan tersebut yang diakumulasi secara sistematis,
diorganisasikan dan diverifikasi dengan cukup baik untuk menyediakan kerangka
referensi untuk tindakan di masa depan.
Teori dapat dideskripsikan dalam 2 kerangka, normatif dan positif. Teori normatif
didefinisikan sebagai apa yang seharusnya terjadi, sementara teori positif
mendifinisikan tentang apakah sesuatu itu. Idealnya, tidak seharusnya ada perbedaan
dalam mendefinisikan teori, karena pengembangan teori yang baik dan menyeluruh
meliputi kedua hal, yaitu tentang apa yang seharusnya terjadi dan apakah sesuatu itu.
Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menyediakan satu set prinsip-prinsip dan
hubungan-hubungan yang mendefinisikan praktek-praktek yang telah diobservasi dan
memperkirakan praktek-praktek yang belum diobservasi. Jadi, teori akuntansi
seharusnya mampu mendefinisikan mengapa perusahaan memilih suatu metode
akuntansi daripada metode lainnya dan dapat memungkinkan pengguna untuk
memprediksikan atribut perusahaan dari berbagai macam metode akuntansi. Dan dalam
hal lain, teori akuntasi harus diverifikasi melalui penelitian akuntansi.
Pengembangan teori akuntasi secara umum sangat penting karena adanya aturan
main dalam akuntansi di lingkungan ekonomi kita. Kita hidup dalam lingkungan yang
kapitalis, dimana ditandai dengan pasar yang diatur sendiri ( self-regulated market )
yang dioperasikan melalui kekuatan penawaran dan permintaan. Barang dan jasa
tersedia untuk dibeli di pasar dan individu bebas keluar masuk pasar tersebut untuk
mengejar tujuan ekonomi mereka masing-masing. Semua lingkungan didesak oleh
kelangkaan sumber daya yang membatasi pencapaian tujuan ekonomi masing-masing
individu atau kelompok. Dalam lingkungan kita, aturan akuntasi adalah untuk
melaporkan bagaimana organisasi menyikapi kelangkaan sumber daya dan untuk
melaporkan status sumber daya dan klaim terhadap sumber daya tersebut.
Catatan akuntasi ditemukan beberapa ratus tahun yang lalu di berbagai daerah di
belahan dunia ini. Catatan ini mengindikasikan bahwa di semua level jaman, manusia
membutuhkan informasi tentang usaha mereka dan penyelesaiannya. Contohnya, Zenon
Papyri, yang ditemukan pada 1915, berisi informasi tentang proyek konstruksi, aktifitas
pertanian dan operasi bisnis sebuah perusahaan privat Apollonious dalam satu periode
selama tiga puluh tahun pada abad ke-3 sebelum Masehi.
Pada 1949, seorang biarawan Italia, Fra Luca Pacioli, menulis sebuah buku
aritmatika yang terdiri dari deskripsi tata buku double-entry. Karya Paciaoli, Summa
de Arithmatica Geometria Proportioni et Proportionalita, tidak sepenuhnya
mendeskripsikan tentang tata buku double-entry, tapi lebih pada perumusan praktek-
praktek dan ide-ide yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Tata buku double-
entry memfungsikan bisnis organisasi untuk menjaga kelengkapan pencatatan atas
transaksi dan pada akhirnya menghasilkan kemampuan menyiapkan sebuah laporan
keuangan.
Laporan laba rugi dan laporan neraca muncul sekitar tahun 1600. Awalnya,
motif utama untuk memisahkan laporan keuangan adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai permodalan. Maka dari itu, data yang ada pada neraca ditekankan
dan disaring dalam berbagai cara, sementara data beban dan pendapatan diperlihatkan
sebagai pengeluaran yang tidak terlalu besar.
Karena bisnis organisasi yang berkelanjutan telah menggantikan usaha yang
terbatas, akhirnya menjadi penting untuk mengembangkan pencatatan akuntansi dan
pelaporan yang merefleksikan investasi modal berkelanjutan dalam berbagai cara dan
untuk secara periodik merangkum hasil-hasil aktifitas. Pada abad ke sembilan belas,
penggunaan tata buku semakin meluas dalam akuntansi dan konsep atas kontribusi
pemilik, penambahan atau pengurangan laba atau rugi, mengindikasikan nilai bersih
yang ada. Tetapi, laba mempertimbangkan kenaikan nilai dalam aset dari berbagai
sumber, karena konsep biaya dan pendapatan telah dikembangkan.
Salah satu usaha awal untuk memperbaiki akuntasi yang mulai disegerakan
setelah terjadinya the Great Depression adalah dengan melakukan serangkaian
pertemuan antara representatif dari the New York Stock Exchange ( NYSE ) dan the
American Institute of Accountants ( AIA ). Tujuan dari pertemuan-pertemuan ini
adalah untuk mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
investor, NYSE dan akuntansi dalam persiapan pelaporan keuangan untuk
kepentingan eksternal.
Mirip, pada tahun 1935 AAUIA mengganti namanya menjadi the American
Accounting Association (AAA) dan mengumumkan tujuan mereka untuk
mengembangkan aktivitas mereka dalam hal penelitian dan pengembangan prinsip
dan standar akuntansi. Hasil pertama dari pengembangan aktifitas mereka adalah
publikasi laporan singkat, yang secara hati-hati, diberi judul “ A Tentative Statement
of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements “, pada tahun
1936. Dokumen sepanjang empat setengah halaman itu merangkum tentang konsep-
konsep signifikan yang mendasari laporan keuangan saat ini.
Usaha kooperatif antara anggota NYSE dan AIA dapat diterima dengan baik.
Bagaimanapun, atmosfir paska Depression di Amerika Serikat digolongkan dengan
regulasi. Disini terdapat perundang-undangan yang memperkenalkan keharusan bagi
auditor untuk dilisensi oleh pemerintah federasi setelah lulus dari sebuah ujian servis
sipil.
Dua yang menjadi bagian paling penting dari perundang-undangan saat ini,
yaitu the Securities Act of 1933 dan the Securities Exchange Act of 1934, mendirikan
the Securities and Exchange Commision (SEC). SEC dibentuk untuk
mengadministrasikan berbagai undang-undang sekuritas. Dibawah kekuatan Kongres,
SEC diberi wewenang untuk menentukan prinsip-prinsip akuntansi dan melaporkan
praktek-praktek yang terjadi. Namun, karena SEC berperan sebagai pengawas dan
mengijinkan sektor swasta untuk mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi,
wewenang tersebut menjadi jarang digunakan. Bagaimanapun, SEC menggunakan
tekanan kepada profesi akuntan dan, terutama menjadi yang berkepentingan dalam
pembatasan area perbedaan dalam praktek akuntansi. ( Peran SEC akan didiskusikan
lebih detail dalam Bab 17 ).
Dari tahun 1936 sampai 1938, SEC digunakan dalam sebuah debat internal
yang membahas tentang apakah seharusnya standar akuntansi itu dikembangkan atau
tidak. Meskipun fakta bahwa kemudian, ketua SEC, dan kemudian Supreme Court
Justice, William O. Douglas tidak sependapat, pada tahun 1938 SEC memutuskan
dalam Accounting Series Release ( ASR ) No. 4 untuk mengijinkan prinsip-prinsip
akuntansi disusun oleh pihak swasta. ASR No. 4 mengindikasikan bahwa laporan
yang diberkaskan oleh SEC harus dipersiapkan dalam kesesuaian dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang memenuhi “substantial authoritative support”.
Misi FASB
II. Rasyid, ER., Pelaporan Keuangan Semenjak Akhir 1800an Sebelum the Great
Depression ke Awal 2000an Setelah Krisis Global Ekonomi: Refleksi Integritas
Akuntan, Pidato Pengukuhan GB Akuntansi, Universitas Andalas, 2010.
Perkembangan akuntansi keuangan modern mencatat bahwa krisis ekonomi
the Great Depression pada awal abad ke 20 juga diikuti dengan krisis kredebilitas
pelaporan keuangan. Akuntansi dan pelaporan keuangan yang sebelumnya berbasis
pada kelaziman, kemudian menjadi praktik yang diregulasi dengan tujuan
mengembalikan kredibilitas.
Revolusi Industri yang berawal di tahun 1750 itu merupakan perubahan sosial
dan ekonomi yang dikenal sebagai sebuah perpindahan kehidupan dari hidup dalam
suasana ’a green and pleasant land’ ke hidup dalam masa ’dark satanic mills’ yang
ditandai mulainya penggunaan mesin-mesin bertenaga, pembangunan pabrik-pabrik
serta industri dan aktivitas komersial berskala besar dan adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian. Konsep baru tentang produksi dikembangkan. Bila
sebelumnya produksi merupakan pekerjaan kerajinan tangan yang dilakukan dirumah-
rumah pekerja, sekarang pekerjaan dilakukan di fabrik yang dibangun khusus untuk
itu. Terkonsentrasinya pekerja dan bahan baku di fabrik yang dilengkapi dengan
mesin-mesin produksi bertenaga telah dapat menghasilkan produk yang cukup
terstandar dalam jumlah banyak.
Masa setelah kekacauan pasar modal di awal sampai dengan akhir abad ke 20
yang hampir 70 tahun tersebut, dapat dikatakan sebagai era dimana akademisi dan
praktisi akuntansi bekerja bersama untuk membangun apa yang kami akuntan
namakan sebagai conceptual framework for financial accounting and reporting.
Conceptual framework ini yang menjadi dasar teoritis dalam menyusun standar dan
regulasi akuntansi dan pelaporan keuangan. Profesi akuntan dibanyak negara baik
AS, Inggris, Australia, maupun Indonesia ingin memiliki sebuah rerangka konseptual
seperti itu.
Diakhir abad ke 20 dan diawal abad ke21 banyak perusahaan yang melaporkan
pertumbuhan pendapatan yang menakjubkan bagi investor. Tetapi kemudian ketika
pertumbuhan tersebut berganti dengan collapsed, terbuktilah bahwa pengakuan
pendapatan telah dilakukan secara amat prematur sehingga harus dilakukan koreksi
atas laporan keuangan. Banyak perusahaan yang harga sahamnya jatuh sangat
signifikan, bahkan ada yang harganya lebih rendah dari harga sebuah pisang goreng.
Praktik akuntansi manipulatif besar yang terungkap tidak saja kasus Enron,
tapi yang juga terkenal adalah kasus WorldCom yang juga perusahaan besar AS di
sektor telekomunikasi. Selama tahun 1999 sampai 2002 perusahaan melaporkan
pendapatan 11 juta AS dollar lebih besar dari yang sewajarnya. Yang dilakukan
adalah membukukan biaya perawatan jaringan sebagai penambahan asset, seharusnya
itu dibukukan sebagai beban (expense), dan juga mengurangi cadangan piutang tak
tertagih tanpa dasar yang dapat diterima. Tetapi akhirnya praktif manipulatif ini
terungkap, investor kehilangan kepercayaan dan akhirnya WorldCom pun meminta
untuk dinyatakan bangkrut di tahun 2002.
Kedua kasus besar ini beserta kasus-kasus lainnya terjadi sementara itu
laporan keuangan mereka dinyatakan sebagai telah disusun sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi berlaku umum. Ironisnya, ini terjadi di AS negara yang diyakini
sebagai tempat dimana praktek akuntansi dan audit telah dewasa dan ada dalam
pengendalian undang-undang yang kuat. Kepercayaan publik akan pelaporan
keuangan terguncang dengan hebat dan dapat dikatakan yang terjadi adalah global
shocking.
Historical cost accounting saat ini mulai digerakkan ke fair value accounting
yang didefinisikan oleh IASB sebagai nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan
atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak-pihak yang memiliki informasi atau
pengetahuan yang sama dan sama-sama berkeinginan untuk melakukan transaksi.
Alasan utama untuk perubahan ini adalah guna menjadikan neraca lebih
merefleksikan realitas ekonomi yang ada ketika dia dipublikasikan. Lihatlah, akuntan
sekarang mulai lebih realistis bila selama masa yang panjang sebelumnya
mempertahankan alasan untuk selalu menggunakan basis biaya historis. Perubahan
ini bukanlah suatu yang biasa saja, tetapi ini adalah perubahan paradigma dan
menjadikan ”bisnis tidak lagi seperti biasanya.”Standar akuntansi yang semula
dikembangkan menggunakan prinsip biaya historis ini telah mulai direvisi baik
standar yang mengatur pelaporan aset lancar seperti persediaan, aset tetap, investasi
maupun kewajiban atau liabilitas (yang merupakan sisi lain dari aset).
Bila penilaian aset yang harus dilaporkan di neraca berubah, tentu juga
perhitungan laba dan rugi berubah pula. Selama ini perhitungan laba rugi
dikonseptualisasi sebagai selisih antara pendapatan (revenue) yang diperoleh selama
satu periode dikurangi dengan semua aset yang dikorbankan untuk memperoleh
pendapatan tersebut yang ukurannya dinamakan dengan beban (expenses). Bila ada
laba berarti operasi usaha selama periode tersebut telah menghasilkan income
sejumlah tersebut sebagai return atas capital yang digunakan dalam usaha tersebut.
Jumlah selisih inilah yang senantiasa menjadi perhatian investor dan karenanya juga
perhatian para manajemen. Informasi income ini disajikan pada baris terakhir di
laporan laba rugi, yang karenanya dikalangan pebisnis dikenal istilah the bottom line.
Setiap kali seorang manajer ataupun investor membaca laporan keuangan, matanya
pertama kali akan mengarah ke bottom line tersebut.
Kurang lebih 70 tahun kemudian bila dihitung semenjak era Revolusi Industri,
terjadinya the Great Depression mengarahkan munculnya suatu keyakinan bahwa
praktik pelaporan keuangan berkontribusi atas depresi ekonomi tersebut.
Diargumentasikan bahwa ternyata norma-norma sosial tidak bekerja dan tidak dapat
diharapkan untuk menuntun akuntan dan auditor dalam bekerja. Karenanya yang
dibutuhkan adalah regulasi yang menjadi standar dalam penyiapan keuangan dan
standar dalam pengauditan laporan keuangan. Bahkan kemudian standar ini menjadi
bagian dari regulasi yang mengatur pelaporan keuangan yang memiliki kekuatan
paksa untuk diikuti.
Sebagai bagian dari proses, IASB akan secara aktif berkonsultasi dan mencari
dukungan pihak lain pembuat standar nasional dan akan menyampaikan proposal
kepada pembuat standar dengan seorang pejabat hubungan penghubung dengan
IASB, sesegera mungkin.