Wellness">
03 Atika Rahayu Ningsih
03 Atika Rahayu Ningsih
03 Atika Rahayu Ningsih
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
atau fungsional (Tucker, 1998). Ileus adalah gangguan pasase isi usus
adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang
7
1. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
yang nambulir disebut papila vateri. Usus dua belas jari atau
8
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
dengan mesenterium.
9
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
10
3) Karbonhidrat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus
halus.
anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Usus
besar terdiri :
a. Kolon asenden
b. Kolon transversum
dengan panjang ± 28 cm
c. Kolon desenden
d. Kolon sigmoid
11
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti Vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
3. Usus Buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: Caecus, “buta”) dalam istilah
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
4. Anus
1.3 Etiologi
1. Sepsis
12
2. Obat-batan (misalnya: opoid, antasid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
4. Infark miokard.
5. Pneumonia
1.4 Klasifikasi
13
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
Menurut etiologinya
Menurut stadiumnya
14
c) Obstruksi strangulasi (strangulted obstruction) : obstruksi disertai
Faktor risiko lainnya adalah usia lebih muda dari 60 tahun, peritonitis,
pada usus halus dan jarang sekali terjadi pada usus besar.
15
Diperkirakan setiap tahunnya kasus ileus obstruksi yang disebabkan
diikuti 21.25% terjadi dalam waktu 1-5 tahun, 21.25% terjadi dalam
waktu lebih dari 10 tahun dan paling sedikit terjadi dalam waktu 1
ginekologis.(Ikechebelu,2010).
1.6 Patofisiologi
16
perlengketan neoplasma, hernia, benda asing, volvulus. Adanya
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat
perforasi, sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
17
menyebabkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat
yaitu nyeri akut, pola napas tidak efektif, retensi urine, perubahan
cairan.
WOC
18
1.7 Manifestasi Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen,
mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi).
Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi
1.8 Komplikasi
19
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
volume cairan.
peritonitis.
karena pembedahan.
1. Labotarorium
20
Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik tetapi dapat
ganggrenous. (Moran,2007).
21
2. Foto polos abdomen
pada obstruksi usus bagian proksimal. Pada foto supine kita dapat
terdapat udara pada kolon, dan adanya multiple air fluid level pada
3. USG abdomen
4. Pemerikan CT-Scan
22
5. Pemeriksaan Radiologi
sumbatan.
ladder sign)
23
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik:
appearance
c) Pemeriksaan Angiografi
24
Angiografi mesenteric superior telah digunakan untuk mendiagnosis
adhesi (Inayah,lin.2004).
1) Monitor :
e. Darm contour
f. Suara usus
b. Lavement
3) Memperbaiki ventilasi :
25
c. Menganjurkan bernafas dalam.
4) Obat-obatan :
a. Strangulasi
b. Obstruksi lengkap
c. Hernia inkarserata
bedah. Terapi awal yang dilakukan adalah terapi konservatif, dan dilakukan
mungkin. Penelitian yang dilakukan oleh Franklin yang dimulai pada bulan
Mei tahun 1991 sampai 2001 pada 167 pasien dengan menggunakan
pada semua pasien. Laparoskopi juga berhasil melakukan terapi pada 154
pasien (92,2%) tanpa laparotomi. Komplikasi pada saat operasi dan pasca
26
aman dan efektif tidak hanya untuk menegakkan diagnosis juga untuk terapi
2.1.1 Pengkajian
(Nursalam, 2011)
a. Identitas
b. Keluhan Utama
27
Biasanya klien mengeluhkan anoreksia dan malaise, demam,
28
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
muntah.
aktivitas.
g. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
terdengar normal
29
2. Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada
muntah
30
cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah
31
2.1.3 Rencana Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management Pain Management
dengan kram abdomen keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
sekunder terhadap distensi nyeri klien berkurang atau hilang komprehensif termasuk lokasi,
32
menggunakan manajemen 5. Evaaluasi pengalam nyeri masa
nyeri lampau
normal dukungan
kebisingan
33
nyeri (farmakologi,
personal)
menentukan intervensi
hangat/ dingin
analgetik
14.Tingkatkan istirahat
34
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
pertama kali
35
tergantung tipe dan beratnya nyeri
pertama kali
2 Retensi urinarius Setelah dilakukan tindakan Urunary Retention Care 1. Monitor intake dan output
kandung kemih sekunder dengan kriteria hasil : 3. Monitor derajat distensi bladder
terhadap tekanan pada 1. Kandung kemih kosong 4. Intruksikan pada pasien dan
36
kandung kemih secara penuh keluarga untuk mencatat output
3 Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tubuh keperawatan selam 3x24 jam Nutrition Monitoring 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi menentukan jumlah kalori dan
37
2. Berat badan ideal sesuai 4. Anjurkan klien untuk
dibutuhkan
38
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
makan
perubahan pigmentasi
39
cavitas oral
magenta, scarlet
4 Pola nafas tak efektif Setelah dilakukan tindakan Airway Management 1. Buka jalan nafas, guanakan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam teknik chin lift atau jaw thrust
40
yang paten (klien tidak atau suction
mengoptimalkan keseimbangan.
secret trakea
paten
41
4. Monitor aliran oksigen
hipoventilasi
darah
dan bandingkan
42
6. Monitor kualitas dari nadi
pernapasan
abnormal
kelembaban kulit
43
5. Risiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Fluid management 1. Timbang popok/pembalut jika
dengan kehilangan cairan klien terbebas dari resiko 2. Pertahankan catatan intake dan
yang berlebihan sekunder kekurangan volume cairan dengan output yang akurat
44
yang berlebihan 9. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
sesuai output
segar )
45
2.1.4 Implementasi
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
telah diharapkan.
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
46
47