Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah - Akhlaq Dalam Bermasyarakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKHLAK DALAM BERMASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
Delegasi Darul Hanif 2200018024
Asraf Fahruddin 2200018046
Aqief Idlan Hakimi 2200018051
Muhammad Naufal Dzaky 2200018055
Sandi Asis Omar Khosyi 2200018054

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan makalah ini
dengan judul "Akhlak Dalam Bermasyarakat". Kami ingin menyampaikan apresiasi yang
tulus kepada Bapak Dosen Ali Yusuf atas amanah yang telah diberikan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini sebagai bagian dari mata kuliah "Akhlak".

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki dan ditingkatkan ke depannya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha untuk menyajikan pembahasan yang
relevan dan bermanfaat mengenai akhlak dalam bermasyarakat. Kami menggali berbagai
sumber referensi yang dapat menjadi dasar penulisan makalah ini, namun kami juga
menyadari bahwa ruang lingkup pembahasan masih sangat luas dan terdapat banyak aspek
yang dapat dikaji lebih mendalam.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai pentingnya akhlak dalam bermasyarakat. Kami juga berharap bahwa isi makalah
ini dapat memicu pembaca untuk lebih memperhatikan etika dan moralitas dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga kita semua dapat menjadi individu yang berakhlak mulia dan
berkontribusi positif dalam membentuk masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor paling esensial bagi
manusia dalam upaya menata kelangsungan hidupnya, sehingga mereka meyakini
bahwa hidup yang dijalani sangatlah bermakna (meaningful). Oleh karena itu, akhlak
dianggap sebagai sistem yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan
sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, akhlak menjadi jati
diri seseorang yang memberikan makna bagi perilaku saat berinteraksi sosial,
beribadah, dan berhubungan dengan sesama. Islam sendiri sangat memperhatikan
keseimbangan dan keharmonisan, termasuk keseimbangan dan keharmonisan lahir
dan batin. Akhlak adalah dimensi Islam yang memusatkan perhatian pada aspek
ruhani dan jasmani manusia, yang pada akhirnya menghasilkan perilaku-perilaku
mulia, baik terhadap Tuhan maupun sesama makhluk-Nya.

Pendidikan agama Islam pada dasarnya tak terpisahkan dari pembentukan


perilaku. Tidak ada pendidikan agama Islam tanpa pembentukan perilaku dan
pembentukan budi pekerti luhur. Dalam pembentukan perilaku atau perbaikan akhlak
dan budi pekerti luhur, pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari,
peran lembaga pendidikan, masyarakat, dan pendidik memiliki peran yang sangat
penting. Saat ini, pengaruh negatif dari lingkungan sekitar sebagai "side effect" dari
arus globalisasi dan kemajuan teknologi terus mempengaruhi generasi Islam,
khususnya terjadinya dekadensi moral atau akhlak. Sebuah hipotesis menyatakan
bahwa salah satu faktor terpenting yang berkontribusi terhadap merosotnya ekonomi
dan peradaban umat manusia sepanjang sejarah adalah penurunan etika dan nilai-nilai
yang dijunjung oleh masyarakat, atau dalam bahasa agama disebut "akhlak".
Hipotesis ini tampaknya dapat dibuktikan. Profesor Gunar Mirdal, penerima Nobel
dalam bidang ekonomi dari Swiss, melakukan penelitian di sebelas negara mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan keterbelakangan bangsa dalam bidang ekonomi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ilmu akhlak?
2. Bagaimana akhlak berperan dalam kehidupan bermasyarakat?
3. Bagaimana membangun hubungan yang baik dengan masyarakat?
4. Bagaimana sikap dan perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan tetangga?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami konsep dan pengertian ilmu akhlak.
2. Untuk mengetahui peran dan pentingnya akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Untuk memahami bagaimana membangun hubungan yang harmonis dan saling
menguntungkan dengan masyarakat.
4. Untuk mengetahui bagaimana akhlak masyarakat tercermin dalam interaksi mereka
dengan tetangga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak dapat didefinisikan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan
linguistik dan pendekatan terminologis. Secara linguistik, akhlak berasal dari bahasa
Arab dan memiliki beberapa makna seperti perangai, kelakuan, kebiasaan, peradaban
yang baik, dan agama. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai akar kata yang
tepat, baik kata "akhlak" maupun "khuluq" digunakan dalam konteks ini.

Dalam konteks pembahasan ilmu akhlak, fokusnya adalah pada perbuatan


manusia dan penilaian apakah perbuatan tersebut baik atau buruk. Ilmu akhlak juga
dapat dianggap sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan memberikan
nilai atau hukum terhadap perbuatan tersebut.

Pendapat lain tentang pengertian ilmu akhlak dikemukakan oleh Muhammad


al-Ghazali, yang menyatakan bahwa ilmu akhlak mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai individu maupun dalam kelompok. Pendekatan ini melibatkan
perilaku individu maupun sosial.

Perlu diperhatikan bahwa dalam masyarakat Barat, istilah akhlak sering


diidentikkan dengan etika, meskipun pengidentikan ini tidak sepenuhnya tepat. Etika
dianggap sebagai penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia.

Penjelasan di atas memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang


pengertian ilmu akhlak, mencakup perbuatan manusia, penilaian terhadap perbuatan
tersebut, serta melibatkan aspek individu dan sosial.

Ilmu akhlak dapat didefinisikan melalui dua pendekatan: linguistik dan


terminologis. Secara linguistik, akhlak berasal dari bahasa Arab dan memiliki arti
seperti perangai, kelakuan, kebiasaan, peradaban yang baik, dan agama. Ilmu akhlak
mempelajari perilaku manusia dan menilai apakah perbuatan tersebut baik atau buruk.

Menurut Muhammad al-Ghazali, ilmu akhlak mencakup semua aspek


kehidupan manusia, baik individu maupun kelompok. Terdapat identifikasi antara
akhlak dan etika dalam masyarakat Barat, meskipun pengertian ini tidak sepenuhnya
tepat.

Pengertian ilmu akhlak melibatkan pemahaman tentang perbuatan manusia,


penilaian, dan aspek individu serta sosial.
B. Akhlak dalam Kehidupan Bermasyarakat
Akhlak atau perilaku baik dalam bermasyarakat adalah sifat yang tercermin
dalam tindakan yang dilakukan secara spontan dan tidak memerlukan pertimbangan
terlebih dahulu, baik dalam lingkungan maupun kehidupan sehari-hari. Dalam
kehidupan bermasyarakat, akhlak mempelajari bagaimana cara kita berperilaku di
dalam masyarakat.

Tujuan hidup bermasyarakat antara lain adalah untuk menumbuhkan rasa


cinta, perdamaian, dan saling tolong-menolong, yang menjadi fondasi dasar dalam
masyarakat Islam. Kita harus memperhatikan dan peduli terhadap saudara kita sesama
umat Muslim dan juga tetangga kita. Tetangga selalu hadir ketika kita membutuhkan
bantuan.

Sebagaimana diriwayatkan dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda,


"Seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri" (HR. Bukhari). Dan dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah SAW
bersabda, "Seseorang tidak akan masuk surga jika tetangganya tidak aman dari
keburukannya" (HR. Muslim).

Dengan demikian, jika salah satu tetangga kita mengalami masalah dan sangat
membutuhkan bantuan, kita seharusnya membantu dan tidak hanya berdiam diri,
terutama ketika kita menyadari bahwa mereka melakukan kesalahan. Allah SWT
tidak menyukai sikap pasif seperti itu, dan hal itu dapat menyebabkan seseorang tidak
masuk surga.
Kehidupan di masyarakat pastilah akan menjumpai kegiatan silaturahmi.
Orang yang berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahmi karena
ini dapat menguatkan hubungan sesama muslim. Beberapa hal kegiatan dalam
masyarakat yaitu:
a. Bertamu
Sebelum memasuki rumah, yang bertamu hendaklah meminta izin kepada
penghuni rumah dan setelah itu mengucapkan salam.

Rasulullah SAW bersabda:


“Jika seorang di antara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu
tidak diizinkan, maka hendaklah dia kembali.” (HR. Bukhari Muslim)

Etika dalam Bertamu:

1. Menghormati Privasi: Dilarang mengintip melalui jendela saat hendak


bertamu. Mengintip di jendela adalah tindakan yang tidak sopan dan
mengganggu privasi tuan rumah. Sebagai tamu yang baik, kita harus
menghindari tindakan tersebut.
2. Bersikap Sopan: Saat bertamu, penting untuk menjaga sikap sopan.
Mengucapkan salam dan kata-kata yang baik merupakan bagian dari akhlak
seorang Muslim. Bersikap sopan akan mencerminkan rasa hormat kita
terhadap tuan rumah.

3. Memilih Waktu yang Tepat dan Tidak Terlalu Lama: Sebaiknya bertamu
pada waktu yang tepat, seperti sore hari, dan menghindari bertamu saat orang
lain sedang beristirahat. Memperhatikan waktu akan menunjukkan kepedulian
kita terhadap kenyamanan tuan rumah. Selain itu, kita juga sebaiknya tidak
menunda-nunda kunjungan terlalu lama agar tidak memberikan beban yang
berlebihan pada tuan rumah.

Dengan menerapkan etika tersebut, kita dapat menciptakan suasana yang


nyaman dan saling menghormati saat melakukan kunjungan.

b. Menerima tamu
Salah satu akhlak terpuji dalam Islam adalah menerima dan
memuliakan tamu tanpa membedakan status sosial. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia
berbicara yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika tamu datang dari jauh dan ingin menginap, pemilik rumah atau
tuan rumah wajib menerima dan menjamu tamu tersebut dengan batasan
maksimal tiga hari. Apabila tamu ingin menginap lebih dari tiga hari, terserah
kepada tuan rumah apakah ingin tetap menjamu atau tidak. Rasulullah SAW
bersabda: "Menjamu tamu itu hanya tiga hari. Pada hari keempat adalah
sebagai hadiah. Apa yang diberikan kepada tamu setelah tiga hari adalah
sedekah. Dan tidak diperbolehkan bagi tamu untuk tetap tinggal (lebih dari
tiga hari) karena hal itu akan memberatkan tuan rumah." (HR. Tirmidzi)

Dalam pandangan Rasulullah SAW, jika tuan rumah menjamu tamu


lebih dari tiga hari, itu dianggap sebagai sedekah, bukan lagi kewajiban.

C. Hubungan Baik Terhadap Masyarakat


a. Adab Bergaul dengan Orang yang Lebih Tua:
Dalam Islam, kita diajarkan untuk menghormati dan bergaul dengan
penuh kasih sayang kepada orang tua. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk
bersikap hormat dan sopan santun dalam bergaul dengan orang-orang tua
lainnya. Mereka adalah generasi pendahulu kita yang telah mewariskan
budaya kepada kita sehingga kita dapat menikmati hasil dari perjuangan
mereka. Rasulullah SAW bersabda, "Salah satu tanda memuliakan Allah
adalah menghormati orang Islam yang telah beruban (tua)." (HR. Abu Daud)

b. Adab Bergaul dengan Orang Sebaya:


Pergaulan dengan orang sebaya juga memiliki kepentingannya
sendiri. Dalam menjalani kehidupan ini, kita sering menghadapi kesulitan.
Dalam mengatasi kesulitan tersebut, pertolongan dari orang-orang sebaya
dapat membantu kita lebih cepat mengatasinya. Melalui pertolongan tersebut,
kita dapat saling berbagi pengalaman, pengetahuan, usia, dan faktor-faktor
lainnya yang seimbang. Manusia tidak dapat berkembang dengan baik tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Firman Allah SWT, "Allah hendak
memberikan kemudahan bagimu, dan manusia diciptakan dengan sifat
lemah." (QS. An-Nisa': 28)

D. Akhlak Masyarakat Terhadap Tetangga


Rasulullah saw. dalam Al-Quran dan hadis memberikan banyak petunjuk
mengenai berakhlak terhadap tetangga. Salah satu hadis yang mengungkapkan hal
tersebut adalah sabda beliau yang artinya, "Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (HR.
Bukhari). Rasulullah juga menyampaikan bahwa Jibril selalu mengingatkan
beliau tentang pentingnya berhubungan dengan tetangga, hingga beliau mengira
bahwa tetangga dapat menjadi pewaris kita (Al-Hadis).

Berakhlak baik terhadap tetangga adalah perilaku yang terpuji. Tetangga


merupakan orang-orang yang paling dekat dalam hubungan sosial kita, oleh
karena itu mereka menjadi prioritas untuk diperlakukan dengan baik. Dengan
menjalin hubungan yang baik dengan tetangga, kita dapat menciptakan kondisi
yang harmonis, seperti saling tolong-menolong dan sebagainya. Rasulullah sangat
menganjurkan kita untuk berbuat baik kepada tetangga.

Dengan mengamalkan etika ini, kita dapat menjalin hubungan yang baik dan
harmonis dengan tetangga, menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan
bertanggung jawab satu sama lain.
Beliau merinci hak tetangga sebagai berikut:
Kalau ia ingin meminjam hendaklah engkau pinjamkan, kalau ia minta
tolong,hendaklah engkau tolong, kalau ia sakit , hendaklah engkau rawat, kalau ia
miskin,hendaklah engkau beri bantuan, kalau ia mendapatkan kesenangan,
hendaklah engkau ucapkan selamat, kalau ia dapat kesusahan, hendaklah
engkau hibur, kalau ia meninggal, hendaklah engkau antar jenazah. Janganlah
engkau bangun rumah lebih tinggi dan rumahnya dan janganlah engkau susah kan
ia dengan bau masakanmu kecuali hendaklah engkau hadiahkan kepadanya,
dan kalau tidak engkau beri,bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan
sembunyi dan jangan engkau beri anakmu bahwa keluar buah-buahan itu, kecuali
anaknya ingin buah-buahan itu ( HR.Abu Syaikh).
Allah Swt telah berfirman pada QS. An-Nisa ayat 36: “Dan sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-
baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahaya yang kamu miliki.”  Ayat ini merupakan perintah dari Allah Swt untuk
kita senantiasa berbuat baik kepada orang di sekitar kita, khususnya, dalam
konteks ini adalah tetangga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan kebutuhan yang melewati berbagai area, masa,
dan usia. Pendidikan karakter tidak hanya penting di sekolah, tetapi juga di rumah
dan lingkungan sosial lainnya. Hal ini menjadi prioritas sejak dulu, sekarang, dan
di masa depan. Peserta pendidikan karakter bukan hanya anak-anak dan remaja,
tetapi juga orang dewasa dan bahkan lansia. Oleh karena itu, pendidikan karakter
harus didesain dan dilaksanakan secara sistematis dan komprehensif untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terkait
dengan diri mereka sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan Tuhan.

Sebagai makhluk berbudaya, manusia harus memiliki komitmen terhadap karakter


atau moralitas yang dijunjung tinggi. Dalam pendidikan karakter, perilaku,
akhlak, atau moralitas ini tidak hanya diajarkan, tetapi juga harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan karakter diperlukan bagi
peserta didik dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengenalan nilai-nilai (introduksi),
internalisasi nilai-nilai (penghayatan), dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari (aplikasi).

Anda mungkin juga menyukai