Foreign Language Studies">
PKLH
PKLH
PKLH
ABSTRAK soil infiltration rate, and erosion hazard of the catchment predicted by
universal soil loss equation (USLE) method. The results indicate that the
water lake level fluctuation and the outlet discharge depend on the amount
Danau Tondano di Propinsi Sulawesi Utara mempunyai peran of rainfall. The discharge of sediment suspension entering the Jake was
sangat penting sebagai sumber air bersih bagi Kota Manado, pembangkit 7,540 tons per year compared to the lake volume as much as 680 millions
listrik, perikanan, dan pariwisata. Danau tersebut diduga telah mengalami m3, the lake would be full-filled by the sediments in thousands of years.
pendangkalan yang melampaui batas toleransi akibat erosi, sehingga The measured deepest lake depth at present is about 22 m, and during the
dikhawatirkan dapat menurunkan kuantitas dan kualitas airnya. Untuk last century, the lake was decrease as much as 6 m. The infiltration rate of
mengetahui kemungkinan terjadinya pendangkalan Danau Tondano yang main soils varies from moderate to very rapid (22- 71 cm/hr), and are still
disebabkan oleh proses erosi dilakukan penelitian melalui analisis data higher than the maximum absolute rainfall intensity, so that overland flow
hidrologi dan tanah daerah aliran sungai (DAS). Analisis data hidrologi occurs very little. The amount of soil loss by erosion indicates that 94% of
meliputi debit sungai dan debit sedimen terangkut yang masuk ke dalam the catchment area is lower than the maximum tolerable limits (< 12
danau, kedalaman danau, dan neraca air danau. Analisis data tanah meliputi t/ha/yr). This research has proved that the hydrological and soil condition
sifat-sifat fisik dan kimia, laju infiltrasi dan pendugaan tingkat bahaya of the Tondano catchment have not yet been serious degradation caused by
erosi DAS Tondano dengan metode universal soil loss equation (USLE). erosion, so that the accelerated siltation due to erosion process was not
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi tinggi muka air danau dan occur in the lake catchment and its surrounding.
debit air ke luar sangat bergantung pada besarnya curah hujan. Kandungan
sedimen terangkut, yang dibawa aliran sungai masuk ke danau sebesar 7.540 Keywords : Lake siltation, Soil erosion, soil infiltration,
t/tahun. Apabila kandungan sedimen tersebut dibandingkan dengan volume
Catchment, North Sulawesi.
danau sebesar 680 juta m3, maka danau akan terisi penuh sedimen dalam
jangka waktu ribuan tahun. Kedalaman danau terdalam saat ini adaiah 22 m,
dan selama satu abad terakhir diduga telah terjadi pengurangan kedalaman
danau sebesar 6 m. Laju infiltrasi tanah-tanah utama termasuk sedang PENDAHULUAN
sampai sangat cepat (22-
71 cm/jam) dan masih lebih besar dibandingkan dengan
intensitas hujan maksimum absolut, sehingga aliran permukaan yang Danau Tondano seluas 4.800 ha dengan luas daerah
terjadi sangat kecil. Laju erosi yang menunjukkan 94% dari luas DAS,
aliran sungai (DAS) sekitar 31.400 ha di Kabupaten
lebih rendah dari batas toleransi maksimum ( < 12 t/ha/tahun). Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa kondisi hidrologis dan tanah DAS Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara diisukan telah
Tondano belum mengalami kerusakan yang parah akibat erosi, sehingga mengalami proses pendangkalan yang serius akibat erosi.
Danau Tondano tidak mengalami pendangkalan yang dipercepat oleh hasil
erosi dari wilayah DAS di sekelilingnya. Pendangkalan tersebut telah jauh melampaui ambang batas
toleransi dari
12 m3/tahun menjadi 54 m3/tahun atau 4,5 kalj lipat. Selama
ABSTRACK
kurun waktu 1939-1992, luas danau menciut dari 5.600 ha
The lake Tondano in North Sulawesi Province, has very important menjadi 3.400 ha, dan kedalamannya berkurang dari 42 m
role, namely as the source of domestic water use for Manado town, menjadi 16 m (Amien dan Runtunuwu, 1995). Apabila
electric power generator, fisheries, and tourism. It has been issued to
serious siltation process over the tolerable Iimit due to soil erosion, so that tidak ada. usaha pencegahan, maka diduga sekitar tahun
the water quantity and quality are worried to be decrease. The objective of 2020 danau tersebut akan menjadi daratan. Balai
the research is to study the possibility occuring of lake siltation caused by
soil erosion, by analyzing the hydrological and soil characteristics data Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT,, 1992)
from the Tondano catchment. The hydrological data analysis includes the melaporkan bahwa kedalaman rata-rata
river discharge and sediment discharge entering the lake, lake depth, and
lake water balance. The soil data analysis consists of chemical and
physical soil properties,
Jurnal Tanah dan Ikli No. 18/2000
Danau Tondano tahun 1934 tercatat 40 m, tahun 1983 merangsang pertumbuhan gulma air (eutrofikasi),
kedalaman paling dalam 27 m, sedang tahun 1988 menjadi (d) pembuangan sampah rumah tangga, dan (e) perluasan
20 m, dan terakhir tahun 1992 dilaporkan tinggal 16 m. daerah pemukiman yang menambah permukaan kedap.
Informasi ini telah menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Untuk menjawab isu pendangkalan tersebut, telah
daerah dan masyarakat setempat, karena danau tersebut dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis sifat-sifat
mempunyai banyak fungsi. hidrologi dan tanah DAS Tondano, dalam kaitannya dengan
Danau Tondano saat ini dimanfaatkan sebagai kemungkinan terjadinya erosi dan pendangkalan. Makalah ini
sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di tiga membahas masalah erosi dan pendangkalan Danau
stasiun, yaitu: Tonsea Lama, Tanggari I dan Tanggari II, Tondano berdasarkan analisis aspek neraca air, debit sungai
sumber air bersih, perikanan, dan pariwisata (Bappeda Tk II dan kadar sedimen terangkut, laju infiltrasi tanah, serta
Minahasa, 1994). Mengingat pentingnya fungsi danau pendugaan bahaya erosi.
tersebut, pihak pemerintah daerah telah meminta Proyek
Evaluasi dan Perencanaan Sumber Daya Lahan II untuk
meneliti sumber daya tanahnya (Pusat Penelitian Tanah dan BAHAN DAN METODE
Agroklimat, 1995). Hasil pendugaan erosi dengan metode
Bahan-bahan penelitian terdiri atas foto udara hitam-
USLE menunjukkan bahwa, tingkat erosi tahunan yang
putih wilayah DAS Tondano skala 1:25.000 tahun 1992,
terjadi cukup besar, sehingga jika tidak ada usaha- usaha
peta rupa bumi skala 1:50.000 tahun 1993, peta geologi
pencegahan erosi dan siltasi, Danau Tondano diperkirakan
skala 1:250.000 (Efendi, 1976) dan peta agroklimat
akan menjadi daratan dalam jaingka waktu 25 tahun
Sulawesi (Oldeman and Darmiyati, 1977). Peta kontur
mendatang (BRLKT, 1992). Akan tetapi setelah dievaluasi,
dasar danau (bathymetric) tahun 1994, peta ketinggian
data yang digunakan BRLKT tersebut masih bersifat kasar,
muka air danau periode 1981-1994 (Perusahaan Umum
sehingga diduga terjadi hasil duga yang berlebihan
Listrik Negara, 1994), dan data debit ke luar Danau
(overestimate). Amien dan Runtunuwu (1995) melaporkan
Tondano periode 1989-1993 dari Dinas Pengairan PU. Data
dari hasil penelitian pendahuluan, bahwa kondisi hidrologis
curah hujan selama periode 1986-1994 dari tujuh stasiun
Danau Tondano secara umum masih cukup baik. Proses
pengamat, serta data intensitas curah hujan maksimum
erosi dan sedimentasi yang terjadi masih normal, artinya
absolut periode 1991-1994 yang diperoleh dari Badan
laju erosi tanah sama atau lebih rendah dari batas toleransi
Meteorologi dan Geofisika, Dinas Pengairan, dan Perusahaan
maksimum. Bergsma (1986) menyebutkan batas toleransi
Umum Listrik Negara (PULN).
maksimum erosi sebesar 12 t/ha/ tahun untuk tanah dalam.
Peta tanah semidetail skala 1:50.000 DAS Tondano
Isu adanya pendangkalan dan pencemaran danau
disusun berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan
diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (a) aktivitas
pengamatan lapangan menggunakan pendekatan
pembersihan vegetasi bawah pada perkebunan cengkih
pedogeomorphic atau landform (Zinck and Valenzuela,
rakyat, terutama pada masa harga cengkih tinggi tahun
1990), serta ditunjang oleh informasi peta rupa bumi,
1970-1985, (b) pelumpuran tanah sawah di sekitar danau,
geologi, dan agroklimat. Selanjutnya peta tanah tersebut
yang menyebabkan tanah tersuspensi dan sebagian hanyut
digunakan sebagai dasar penentuan laju infiltrasi dan
ke dalam danau, (c) sisa penggunaan pupuk atau bahan
pendugaan bahaya erosi. Sejumlah contoh tanah diambil
organik yang mengalir ke danau, dan
untuk dianalisis tekstur, C-organik, berat isi (BD), dan
permeabilitasnya.
Hikmatullah et al. : Evaluasi Erosi dan Siltasi Danau Tondano Berdasarkan Sifat Hidrologi dan Tanah
Pengukuran laju infiltrasi tanah dilakukan pada tanah- Panasen, Ranowelang, dan Bowolean, serta sembilan
tanah utama menggunakan double ring infiltrometer, dengan sungai pemasok air lainnya. Pengukuran dilakukan dengan
dua ulangan. Pengukuran tersebut dilakukan sampai muka current meter, dua kali ulangan. Di lokasi pengukuran,
air menjadi konstan atau jenuh, dan selanjutnya laju diambil contoh airnya untuk dianalisis kandungan sedimen
jnfiltrasi tanah dihitung dengan persamaan: I =aT-b, dimana I yang masuk ke danau. Kecepatan arus dihitung dengan
= laju infiltrasi, a = konstanta, T = waktu, dan b = rumus V = 0,1351 n + 0,023, dimana V = kecepatan arus,
pangkat eksponensial. Data laju infiltrasi digunakan untuk n
mengetahui kapasitas infiltrasi tanah, aliran permukaan, dan = jumlah rotasi pada alat current meter. Debit sungai
membandingkannya dengan data intensitas hujan maksimum dihitung dari hasil perkalian antara kecepatan arus dengan
absolut. luas penampang sungai yang diukur. Untuk menduga
Pengukuran kecepatan arus (velocity) dan debit jumlah sedimen yang masuk ke danau digunakan rumus:
sungai dilakukan pada musim hujan (Mei-Juni 1995) pada Qs = C x Qw, (Shen and Jullien, 1992), di mana 0. = debit
lokasi dekat danau, yaitu pada Sungai sedimen terangkut (g/detik), C = konsentrasi sedimen
(g/l), dan Qw = debit sungai (l/detik).
Jurnal Tanah dan Ikli No. 18/2000
Debit sedimen adalah jumlah sedimen terangkut dalam air HASIL DAN PEMBAHASAN
pada saat pengukuran debit sungai.
Pengukuran kedalaman danau dan pengambilan Karakteristik tanah
contoh sedimen permukaan dasar danau menggunakan alat
jangkar dengan motor boat pada beberapa transek arah timur- Peta tanah semidetail skala 1:50.000 DAS Tondano
barat, untuk mengetahui kedalaman danau saat ini (Mei-Juni terdiri atas lima grup landform utama, yaitu kerucut volkan,
1995), dan untuk menganalisis sifat-sifat fisik- kimia perbukitan volkan, dataran volkan, dataran aluvial, dan
sedimen di laboratorium. dataran lakustrin, yang menurunkan sebanyak 39 satuan
peta. Tanah- tanah di daerah penelitian berkembang dari
Pendugaan jumlah erosi total tahunan dilakukan bahan induk volkan muda terdiri atas abu/tufa, lava dan
untuk setiap satuan tanah dari setiap satuan peta tanah aluvium/lakustrin. Di wilayah selatan, bahan induk tanah
menggunakan pendekatan metode USLE dengan formula A bersifat kasar (berpasir), berasal dari erupsi Gunung
= R.K.LS.CP (Wischmeier and Smith, 1978), dimana A = Soputan. Di wilayah utara dan barat bersifat agak halus
jumlah erosi (t/ha/tahun), R = faktor erosivitas hujan, K = (berdebu) yang berasal dari erupsi Gunung Mahawu dan
faktor erodibilitas tanah, LS = faktor panjang dan Lengkoan. Di wilayah timur, umumnya bersifat halus
kemiringan lereng erosi, dan CP = faktor tanaman dan (berliat), berasal dari batuan volkan lebih tua. Di dataran
konservasi tanah. Perhitungannya mengikuti cara yang lakustrin, tanah umumnya berdrainase terhambat dan
dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Sukmana (1995). terbentuk dari endapan tufa Tondano dan volkan yang lebih
Untuk memudahkan analisis pendugaan erosi, peta tanah dan muda. Menurut Soil Survey Staff (1996), tanah- tanah di
peta penggunaan lahan didigitasi dengan program ILWIS DAS Tondano diklasifikasikan berturut- turut dari yang
(integrated land and water information system), paling luas ke dalam ordo Andisols, Mollisols, Inceptisols,
selanjutnya dilakukan tumpang tepat. dan Alfisols. Beberapa sifat morfologi, fisika dan kimia
Data curah hujan dari tujuh stasiun dihitung rata- tanah lapisan atas dan bawah tanah-tanah tersebut disajikan
ratanya untuk mengetahui pola penyebaran atau fluktuasi pada Tabel 1.
bulanan dan tahunan. Selanjutnya dibandingkan dengan Grup Udivitrands dan Hapludands adalah tanah-
pola penyebaran atau fluktuasi perubahan muka air danau. tanah bertekstur lebih kasar, struktur berbutir halus,
Untuk menduga neraca air danau, antara yang masuk dan ke permeabilitas cepat dan porositas lebih tinggi dibandingkan
luar (inflow-outflow), digunakan persamaan P = Q + ET dengan tanah-tanah lainnya, sehingga dapat meningkatkan
+ L + dS (Gregory and Walling, 1979), di mana P = aliran air lebih banyak ke dalam tanah. Grup Argiudolls,
presipitasi, Q = debit ke luar, ET = evapotranspirasi, L Hapludalfs dan Eutropepts bertekstur agak halus sampai
= kebocoran danau, dan dS = perubahan kelembaban. halus dengan struktur berbutir halus sampai gumpal sedang,
Kebocoran danau (leackage) dianggap tidak terjadi. kandungan C-organik cukup tinggi dan permeabilitas
Analisis neraca air menggunakan rata- rata tertimbang curah sedang, dengan porositas tanahnya yang masih cukup tinggi.
hujan tahunan dari lima stasiun dengan menggunakan Grup Endoaquolls dan Endoaquands yang menempati
poligon Thiessen (Schwab et al., 1993), debit ke luar dataran lakustrin dengan lereng datar, bertekstur lempung
tahunan S. Tondano selama lima tahun (1989- 1993), dan berliat di lapisan atas dan liat di lapisan bawah, drainase
evapotranspirasi yang diduga menurut metode Penman- terhambat dan kadang-kadang tergenang pada musim hujan.
Monteith (FAO, 1992). Berat isi tanah bervariasi antara 0,65-1,29 g/cm3,
tetapi umumnya > 1,0 g/cm3, kecuali pada
Hikmatullah et al. : Evaluasi Erosi dan Siltasi Danau Tondano Berdasarkan Sifat Hidrologi dan Tanah
Hapludands dan Endoaquands serta lapisan bawah Argiudolls sepanjang tahun yaitu, S. Ranowelang, Panasen, dan
yang mempunyai BD<0,90 g/cm3. Sifat- sifat tanah tersebut Bowolean, dan sembilan sungai-sungai musiman lainnya.
mencerminkan porositas tinggi, sehingga kemungkinan Danau ini hanya mempunyai satu outlet yaitu S. Tondano.
terjadinya aliran permukaan, yang menimbulkan erosi, pada Kedalaman danau terdalam hasil pengukuran yang
tanah-tanah tersebut relatif kecil. Argiudolls, meskipun dilakukan Belanda tahun 1898 adalah 28 m, yang dijumpai
mempunyai horizon B-argilik, lapisan bawahnya di bagian selatan di antara Remboken-Telap. Di bagian
mempunyai BD lebih rendah dari lapisan atasnya. Hal ini utara, 3,5 km selatan mulut danau, kedalamannya 15 m
mungkin disebabkan pengaruh bahan induk lava yang besifat (Koperberg, 1928). Danau Tondano berbentuk oval atau
porus seperti dikemukakan oleh Efendi (1976), sedangkan elips, yang mempunyai sifat waktu tempuh (time lag)
lapisan atasnya disebabkan oleh pengaruh pemadatan konsentrasi air relatif lebih lama dibandingkan dengan
dalam pengolahan tanah. Udivitrands mempunyai BD bentuk bulat, atau bentuk lainnya (Hudson, 1986), sehingga
relatif tinggi, karena kandungan pasirnya (gelas volkan) dapat memberikan waktu lebih lama untuk meresapkan air
tinggi, sedangkan BD Hapludalfs tinggi di lapisan bawah ke dalam tanah di sepanjang perjalanan menuju danau.
karena kandungan liat meningkat pada horizon B-argilik Kedalaman danau terdalam hasil pengukuran Perusahaan
dan terbentuk dari batuan volkan lebih tua. Umum Listrik Negara (1994) dengan alat Echosounder
adalah 21,5 m di bagian selatan di antara Remboken-Telap,
Karakteristik danau sedangkan di dekat mulut danau di bagian utara,
kedalamannya sekitar 12 m. Volume air danau sebesar 682,2
Danau Tondano merupakan kaldera tua, hasil erupsi juta m3 dengan luas permukaannya 53,4 juta m2. Volume air
paroksismal G. Tondano purba selama periode tersier-akhir danau yang efektif 76,5 juta m3 berada di antara ketinggian
sampai awal-kuarter (Efendi, 1976). Hasil pengukuran pada tempat 682-683,5 m dpl. Apabila ketinggian muka air di
peta rupa bumi skala 1:50.000 tahun 1993 dan foto udara bawah 682 m dpl, maka kerja PLTA terganggu.
skala 1:25.000 tahun 1992 menunjukkan panjang danau
Hasil pengukuran kedalaman danau yang dilakukan
sekitar 14 km dan lebar danau 3,5-5,5 km, sedangkan
bulan Mei-Juni 1995 menunjukkan
luasnya sekitar 4.800 ha. Air danau dipasok oleh tiga
sungai utama yang mengalir
Jurnal Tanah dan Ikli No. 18/2000
bahwa makin ke selatan, kedalaman danau makin dalam, dan Tonsea, Telap dan Langowan) selama periode 1986-1994
kedalaman terdalam adalah 22 m (Tabel 4). Di dekat mulut berkisar antara 1.564-1.762 mm dengan distribusi hampir
danau, kedalamannya 9-12 m, sedangkan di mulut danau merata (Gambar 2a). Jumlah curah hujan tahunan tahun
kedalamannya 6 m. Hasil pengukuran ini tidak berbeda 1986-1989 cenderung meningkat dan 1989-1994 menurun
jauh dengan hasil pengukuran oleh PULN. Berdasarkan kembali. Berdasarkan pola distribusi curah hujan,
data tersebut, dalam satu abad terakhir ini dapat diduga tampaknya terjadi siklus kenaikan dan penurunan jumlah
bahwa, kedalaman danau telah berkurang dari 15- curah hujan selama lima tahunan. Curah hujan bulanan
28 m menjadi 12-22 m, atau 3-6 cm/tahun. Dibandingkan rata-rata di lima stasiun pengamat mempunyai pola
laporan BRLKT (1992), pengurangan kedalaman tersebut distribusi bimodal (Oldeman and Darmiyati, 1977), yaitu
jauh lebih kecil. mempunyai dua puncak musim hujan (Mei dan November),
karena posisinya dekat dengan garis khatulistiwa (Gambar
Fluktuasi curah hujan dan permukaan air danau 2b).
Fluktuasi bulanan permukaan air danau
Jumlah curah hujan tahunan di lima stasiun pengamat (Gambar 3a) dan debit bulanan S. Tondano sebagai
hujan pewakil (Rinegetan, Liningan,
Hikmatullah et al. : Evaluasi Erosi dan Siltasi Danau Tondano Berdasarkan Sifat Hidrologi dan Tanah
Laju infiltrasi
Kandungan liat umumnya tinggi, kecuali di daerah outlet S. Tondano. Daya hantar listrik umumnya
Kaweng yang kandungan pasirnya relatif tinggi karena rendah (0,34-2,09 dS/m), yang mencerminkan rendahnya
posisinya menghadap muara sungai- sungai utama yang kadar garam-garam.
banyak mengangkut bahan berpasir hasil erupsi volkan dari
wilayah selatan. Reaksi tanah (pH) umumnya sangat masam Pendugaan bahaya erosi
sampai netral (4,7-7,3). Tingginya reaksi tanah disebabkan
oleh pengaruh kandungan kalsium tinggi, yang berasal dari Hasil pendugaan nilai erosivitas hujan rata- rata
fragmen rumah binatang air di bagian tahunan dari lima stasiun menunjukkan variasi kecil 895-
1.226 dengan rata-rata tertimbang 1.103 mt.cm/ha.jam.
Nilai indeks erodibilitas tanah (nilai
Hikmatullah et al. : Evaluasi Erosi dan Siltasi Danau Tondano Berdasarkan Sifat Hidrologi dan Tanah
K) bervariasi (0,059-0,304), yang termasuk kelas sangat tahunan, seperti cengkih, tanaman pangan, dan sayuran.
rendah sampai sedang (Tabel 5). Kurnia dan Suwardjo (1984) Hutan dan semak belukar umumnya masih cukup baik dan
melaporkan hasil penelitian erodibilitas beberapa jenis tanah tidak dijumpai tanah-tanah terbuka atau gundul
dari bahan volkan di Jawa menunjukkan nilai rendah. (terdegradasi). Pengolahan tanah dilakukan dengan
Rendahnya faktor K tersebut diduga disebabkan oleh pembuatan petakan-petakan (parcelling) yang dibatasi dengan
pengaruh kandungan bahan organik tanah yang cukup tinggi, tanaman pagar atau tahunan, sehingga jika erosi terjadi
struktur tanah granular sampai agak gumpal, tekstur agak, masih dapat tertahan oleh tanaman pagar. Penerapan teknik
kasar sampai sedang. Nilai faktor panjang dan kemiringan konservasi tanah oleh petani setempat umumnya relatif
lahan (LS) bervariasi dari 0,043 pada wilayah datar sampai cukup baik, seperti penterasan, membuat guludan dan
7,219 pada wilayah berlereng sangat curam. menempatkan batang atau ranting kayu melintang sejajar
Hasil pendugaan besarnya erosi aktual dengan kontur. Gejala longsoran (slump) di sepanjang tepi danau
metode USLE menunjukkan bahwa sebagian besar DAS tidak dijumpai.
Tondano (94,2% dari luas total) mempunyai erosi sangat
rendah ( < 5 t/ha/ tahun) sampai rendah (5-12 t/ha/tahun)
(Tabel 6). Bergsma (1986) menggolongkan erosi sebesar 12
t/ha/tahun merupakan batas maksimum erosi tanah yang masih
diperbolehkan untuk tanah dalam, dan
5 t/ha/tahun untuk tanah dangkal. Peneliti lain bahkan
menyebutkan angka 20 t/ha/tahun sebagai batas toleransi
maksimum erosi tanah (Chisci and Morgan, 1986; Rubio,
1986 dalam Kok et al., 1995). Rendahnya erosi aktual
tersebut didukung oleh erodibilitas tanah yang rendah sampai
sedang, meskipun erosivitas hujannya relatif tinggi.
Keadaan tersebut didukung pula oleh kondisi penutupan
lahan yang terdiri atas tanaman
Jurnal Tanah dan Ikli No. 18/2000
Dangler, E.W., and S.S. EI-Swaifi. 1976. Erosion Schwab, G.O., D.D. Fangmier, W.J. Elliot, and R.K.
of selected Hawaii soils by simulated rainfall. Soil Frevert. 1993. Soil and Water Conservation
Sci. Soc. Amer. Proc. 40:769-773. Engineering. 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. New
York.
FAO. 1992. Provisional methodology for soil degradation
assessment. FAO/UNESCO Rome. Shen, D. and M. Jullien. 1992. Erosion and sediment
transport. In Handbook of Hydrology. Maidment,
Gregory, K.J., and D.E. Walling. 1979. Drainage
D.R. (Ed.). McGraw Hill Co. Ltd. New York.
Basin Form and Process. A Geomorphological
Approach. Edward Arnold Publ. Ltd. London. Siegel, S. 1956. Nonparametric Statistics for the
Behavioural Sciences. Mc Graw Hill, New York.
Hardjowigeno, S. dan S. Sukmana. 1995.
Menentukan tingkat bahaya erosi. Laporan Teknis Soil Survey Staff. 1996. Keys to Soil Taxonomy. 7 th
No.16 versi 1.0. Proyek LREP II, Pusat edition. Soil Conservation Service, U.S
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. (Tidak Department of Agliculture, Washington DC.
dipublikasikan).
Surjani, A. 1989. Dampak penggunaan pestisida terhadap
Hudson, N. 1986. Soil Conservation. Batsford mutu air dan struktur biota pada daerah aliran
Publication Limited, London. 324 p. sungai. Makalah Seminar Pencemaran DAS
Tondano, Permasalahan dan Penanggulangannya.
Koperberg, M. 1928. Douwstoffen voor de geologie van
Manado, 24-26 Agustus 1989. (Tidak dipublikasi
de residentie Manado. Deel I. Publ. Jaarbook van
kan).
het Mijnwezen.
Soeroto, B. 1989. Pencemaran bahan organis, ikan
Kok, K., M.B.W. Clavaux, W.M. Heerebout, and K.
eksotis, dan beberapa masalah yang terjadi di Danau
Bronsveld. 1995. Land degradatfon and land
Tondano serta usaha-usaha penanggulangannya.
cover change detection using low- resolution
Makalah Seminar Pencemaran DAS Tondano,
satellite images and the CORINE database: a case
Permasalahan dan Penanggulangannya. Manado, 24-
study in Spain, ITC Journal 3:217-228.
26 Agustus 1989. (Tidak dipublikasikan).
Kurnia, U., dan H. Suwardjo. 1984. Kepekaan erosi
Whitten, A.J., M. Mustafa, and G.S. Henderson.
beberapa jenis tanah di Jawa menurut metode
USLE. Pembr. Penel. Tanah dan Pupuk 3:17-20. 1987. Ecology of Sulawesi. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, Indonesia.
Oldeman, L.R., and S. Darmiyati. 1977. The
Agroclimatic Map of Sulawesi, Scale 1: Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting
2,500,000. Centr. Res. Inst. for Agric. Bogo. Rainfall Erosion Losses: A guide to conservation
planning. USDA Agric. Handbook 537. Agric.
Perusahaan Umum Listrik Negara. 1994. Laporan Res. Service, Wahington DC.
Pengukuran Kedalaman (Pemeruman) Danau dan
Sungai Tondano. PULN Wilayah VII Sektor Zinck J.A. and C. Valenzuela. 1990. Soil geographic
Minahasa. Tondano, Sulawesi Utara. (Tidak database: structure and application examples. ITC
dipublikasikan). Journal 3:270- 291.