Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pengatar MKG Hujan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

Pengantar

Metereologi
Klimatologi dan Geofisika
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Dosen Pengampu : Husni Cahyadi Kurniawan, S.Si., M.Si.
Materi Kelompok 4
• Poligon Theisesn
• Klasifikasi Iklim
• Dampak dan Proses El Nino dan El Nina
Anggota Amalia Intan Safira
01 126211211004
Kelompok 4
Fatwa Paramarta
02 126211211011

Izza Amirul Fadhilah


03 126211211016

Mahsun Fathul Wahab


04 126211211020
Poligon Theisesn
Poligon Theisesn adalah salah satu metode yang digunakan untuk
memnentukan curah hujan wilayah dengan memperhitungkan bobot
dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitar. Pada
suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama
dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili stasiun tersebut. Metode
ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun
Poligon Theisesn
Langkah-langkah metode Poligon Thiessen:
• Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau.

• Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus,


sehingga akan didapatkan bentuk segitiga.

• Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling bertemu


dan membentuk suatu poligon yang mengelilingi tiap stasiun.
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon,
sedangkan untuk stasiun yang berada di dekat batas daerah,
garis batas daerah membentuk batas tertutup dari poligon.

• Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan kedalaman


hujan di tiap poligon. Hasil jumlah hitungan tersebut dibagi
dengan total luas daerah yang ditinjau.
Matematis curah hujan rata-rata
dengan poligon thiessen
A1 P1 + A2 P2 + … + An Pn
• P=
A1+A2+A3+⋯+An
An Pn
• P=
An
• Dimana:
• P = curah hujan rata-
• rata (mm)
• P1,…, Pn = curah hujan
• pada setiap stasiun (mm)
• A1,…, An = luas yang
• dibatasi tiap polygon (km2)
CONTOH
• P=
A1 P1 + A2 P2 + … + An Pn
A1+A2+A3+⋯+An
AA PA + AB PB + AC PC
• P=
AA + AB + AC
50.22 + 53.28 + 45.30
• P=
50+53+45
3934
• P= = 26,58 mm
148

Klasifikasi Mohr •

IRRI
Oldeman
• Thorth Waite
Iklim • Koppen
• Pranoto Mongso

• Scmidth-Fergusson
Klasifikasi Iklim
Klasifikasi iklim adalah pengelompokan yang didasarkan
atas persamaan sifat unsur-unsur iklim.
IKLIM
Pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan
klasifikasi yang dilakukan oleh para klimatologi. Seiring
dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian
iklim di dunia berubah dan penentuan klasifikasinya juga
menjadi lebih kompleks.
A. Mohr
Klasifikasi menurut Mohr Tahap-tahap penentuan kelas
iklim menurut Mohr:
didasarkan pada tiga karakter bulan
Jumlah Jumlah 1. Ambil data curah hujan
yaitu bulan basah, bulan kering dan Zona Bulan Bulan
Kering
bulanan dari jangka waktu
Basah
bulan lembab. Klasifikasi Mohr lama (30 tahun)
memiliki kriteria bulan, dimana Ia 12 0 2. Jumlahkan curah hujan pada
bulan basah >100 mm. Bulan bulan yang dama selama
Ib 7-11 0
jangka pengamatan
kering < 60 mm, sedangkan bulan
II 4-11 1-2 3. Cari curah hujan rata-rata
lembab 60-100 mm dengan 5 zona
4. Dari harga rata-rata curah
iklim. Dimana pada zona I dibagi III 4-9 2-4
hujan bulan itu pilih BK dan BB
menjadidua zona yaitu Ia dan Ib, 4-7 4-6 nya.
IV
sehingga zona klasifikasi menurut 5. Dari kombinasi BK dan BB itu
V 4-5 6-7 dapat ditentukan kelas
Mohr menjadi 6 zona iklim.
iklimnya.
B. Thorth Waite

C.W. Thornthwaite membuat klasifikasi


iklim berdasarkan pada curah hujan
yang sangat penting untuk tanaman,
sehingga selain jumlah curah hujan
juga pada intensitas penguapan.

Thornthwaite menghitung ratio keefektifan


curah hujan (precipitation effectiveness)
atau ratio P-E, sebagai jumlah curah hujan
(P = presipitasi) bulanan dibagi dengan
jumlah penguapan E=evaporasi) bulanan,
yaitu ratio P-E = P/E. Jumlah 12 bulan ratio
P-E disebut indeks P/E.
B. Thorth Waite
Tabel Golongan Kelembapan Menurut Thornthwaite Tabel Golongan Suhu Menurut Thornthwaite

Golongan Keefektifan Indeks P-E Golongan Suhu Indeks T-E


Kelembapan Tanaman
A’ = tropis 128
A. Basah Hutan Hujan 128
B’ = mesothermal 64 – 127
B. Lembap Hutan 64 – 127
C’ = microthermal 32 – 63
C. Sub Humid Padang Rumput 32 – 63
D’ = taiga 16 – 31
D. Semi Arid Sttepa 16 – 31
E’ = tundra 1 – 15
E. Arid Gurun < 16
F’ = salju abadi 0

Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di konfirmasikan dengan penyebaran


curah hujan musiman. Penyebaran curah hujan musiman dibedakan :
r = curah hujan banyak pada setiap musim s = defisit curah hujan pada musim panas
w = defisit curah hujan pada musim dingin d = defisit curah hujan pada setiap musim
C. Koppen

Menurut Koppen, secara Iklim A (Iklim Hujan Tropis)


Iklim E ( Iklim Lembab)
Ciri-ciri iklim A antara lain suhu rata-
garis besar iklim dapat Ciri-ciri iklim E antara lain suhu
rata bulanan diatas 18℃, curah
rata-rata bulan terpanas kurang
dibedakan menjadi lima, hujan dan penguapan tinggi, dan
dari 10℃ dan suhunya dingin
tidak mempunyai musim dingin.
yaitu iklim hujan tropic (A), sepanjang tahun.

iklim kering (B), iklim sedang


(C), iklim dingin (D), dan Iklim B (Iklim Kering) Iklim D (Iklim Dingin)
Ciri-ciri iklim B antara lain curah Ciri-ciri iklim D antara lain suhu
iklim lembab (E). hujan sangat berkurang, penguapan rata-rata kurang dari -3℃ dan
tinggi, dan tidak ada cadangan air suhu rata-rata bulan terpanas
sehingga tidak dijumpai jenis sungai lebih dari 10℃.
pemanen.

Iklim C (Iklim Sedang)


Ciri-ciri iklim C antara lain pada musim panas
suhunya lebih tinggi 10℃ dan pada musim
dingin suhunya antara -3℃ sampai -18℃.
D. Scmidth-Fergusson

Iklim Scmidth-Fergusson menentukan tipe iklim


menggunakan nilai Q. Q ini merupakan perbandingan
jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata
bulan basah, yang kemudian dikalikan 100%. Nilai Q
dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 Gambar. Klasifikasi iklim menurut Scmidth-Fergusson


𝑄= × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Adapun kriteria yang digunakan untuk penentuan bulan kering, bulan


lembab, dan bulan basah ialah:
• Bulan kering (BK) ialah bulan dengan hujan < 60 mm.
• Bulan lembab (BL) ialah bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm.
• Bulan basah (BB) ialah bulan dengan hujan > 100 mm.
D. Scmidth-Fergusson

Dari penghitungan nilai Q tersebut didapatkan delapan tipe iklim, yaitu:


Tipe A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Tipe B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Tipe C, yaitu daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba.
Tipe D, yaitu daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.
Tipe E, yaitu daerah agak kering dengan vegetasi hutan savanna.
Tipe F, yaitu daerah kering dengan vegetasi hutan savanna.
Tipe G, yaitu daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang.
Tipe H, yaitu daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang.
E. IRRI

Klasifikasi iklim kelompok kerja IRRI juga dirancang untuk


pemakaian dalam bidang pertanian terutama budidaya tanaman
padi. Wilayah pada zone I dapat ditanami sepanjang tahun.
Berbagai kombinasi pola tanam ganda mungkin dikembangkan di
zone II. Pada zone III mungkin dapat ditanami dua kali setahun,
sedangkan pada wilayah Zone IV hanya dapat ditanami jika tersedia
prasarana irigasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
F. Oldeman

Dalam klasifikasi Oldeman bulan basah adalah bulan


dengan total curah hujan kumulatif lebih dari 200 mm dan
bulan kering adalah bulan dengan total curah hujan
kumulatif kurang dari 100 mm. Kriteria bulan basah dan
bulan kering dikaitkan dengan kebutuhan air konsumtif
untuk tanaman padi sekitar 160 mm pada musim kemarau
dan sekitar 110 mm pada musim hujan. Laju kehilangan
air melalui proses evapotranspirasi pada tanaman padi
maka jumlah air yang dibutuhkan dapat dihitung (lihat
Gambar berikut ).
F. Oldeman
Zona Agroklimat Klasifikasi Oldeman
G. Pranoto Mongso
Bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya
yang disebut sebagai pranata mangsa,
dikodifikasikan oleh Sri Paduka Pakuowono IV
atau penggunaannya ditetapkan secara resmi
(penanggalan kamariah dianggap tidak
memadai sebagai patokan para petani yang
bercocok tanam).

Pranoto mongso ini, akan dapat memberikan


arahan kepada para pelaku kegiatan agraris
untuk melakukan kultivasi dan aktivitas
bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam
dalam mongso yang bersangkutan, tidak
memanfaatkan lahan yang keluar dari
kebiasaan dan norma yang berlaku. Urutan
sistem pranoto mongsomenurut Marfai (2012)
disajikan dalam Tabel
Proses
Terjadinya
El-nino dan
La-nina
serta
Dampaknya
Terhadap
Lingkungan.

El nino dan La nina merupakan peristiwa penyimpangan suhu yang terjadi sebagai
dampak dari pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim.
Apa itu El Nino ? Proses El Nino
El Nino adalah peristiwa Pada saatsaat tertentu air laut yang panas dari perairan Indonesia
memanasnya suhu air bergerak ke arah timur menyusuri equator, hingga sampai ke pantai
barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang bersamaan, air
permukaan laut di pantai barat
laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah selatan,
PeruEquador (Amerika
hingga sampai ke pantai barat PeruEquador. Akhirnya akan terjadilah
Selatan), yang mengakibatkan
pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut
gangguan iklim secara yang panas dari Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan
global.Biasanya suhu air berkumpulan massa air laut panas dalam jumlah yang besar dan
permuakaan laut di daerah menempati daerah yang luas
dingin, karena adanya ”up
welling” arus dari dasar laut
menuju permukaan. Proses
Terjadinya El Nino
Dampak El Nino
• Akibatnya angin yang menuju Indonesia
hanya membawa sedikit uap air, sehingga
terjadilah musim kemarau yang panjang.
• Nelayan kesulitan mendapatkan ikan di
perairan.
• Kebakaran hutan yang menyebabkan
kabut asap berkepanjangan bahkan
cancaman kabut asap sampai ke Negara
tetangga
• Perjangkitan terbatas penyakit kolera
diseluruh wilayah indonesia akibat
pengaruh kekeringan terhadap
ketersediaan air bersih.
Apa itu La Nina ? Proses La Nina
La Nina menurut bahasa penduduk Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan
lokal (Amerika Latin) berarti bayi sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya wilayah Indonesia akan
perempuan. Peristiwa ini dimulai berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua
ketika El Nino mulai melemah, dan angin di sekitar Pasifik Selatan dan Sumadera Hindia akan bergerak
menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air,
air laut yang panas di pantai Peru-
sehingga di Indonesia akan sering terjadi hujan lebat.
Equador kembali begerak ke arah
barat, air laut di tempat itu suhunya
kembali seperti semula (dingin),
dan up-welling muncul kembali,
atau kondisi cuaca menjadi normal
kembali. Dengan kata lain La Nina
adalah kondisi cuaca yang normal
kembali setelah terjadinya El Nino.
Dampak La Nina

Pada saat fenomena La-nina berlangsung,


terjadi musim hujan yang berkepanjangan,
yang mendakibatkan terjadinya ancaman
banjir dan longsor. Cuaca dan iklim muncul
setelah berlangsung suatu proses fisik dan
dinamis yang kompleks yang terjadi di
atmosfer bumi.
THANK YOU
Keep The Spirit In The Month of Ramadan

Anda mungkin juga menyukai