Makalah Konsep Kehilangan
Makalah Konsep Kehilangan
Makalah Konsep Kehilangan
Dosen pengampu:
Yani arikawati M.Psi
Nama anggota:
Annisa fiorellia(2020206203038)
Ayu sita permata(2020206203039)
Ferlania putri dinanti(2020206203051)
Galuh mustikaningtias(2020206203053)
Hadi prasetyo(2020206203054)
Ibnu kahfi(2020206203057)
Tiara aulia(2020206203070)
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kehilangan
2.1.1 Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Potter & Perry, 2005).
2.1.2 Jenis-jenis Kehilangan
5. Kehilangan Hidup
Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi kematian sampai
dengan terjadinya kematian. Hal ini sering menyebabkan kehilangan kontrol
terhadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada orang lain, putus asa dan
malu. Contoh : pasien yang divonis menderita kanker otak, luekimia atau penyakit
langka lainnya yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter.
1. Faktor Perkembangan
A. Anak-anak
Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
Belum menghambat perkembangan.
Bisa mengalami regresi.
B. Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan
hidup.
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor Keluarga
Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
4. Faktor Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur barat menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain menganggap
bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-
keras.
5. Faktor Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan
Tuhan akan kematian.
1. Harapan
Perawatan yang terbaik sudah diberikan. Keyakinan bahwa mati adalah akhir
penderitaan dan kesakitan.
2. Partisipasi
Memberi perawatan. Sharing dengan staf perawatan.
3. Dukungan
Dengan dukungan seseorang bisa melewati kemarahan, kesedihan, dan
penyangkalan. Dukungan bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
4. Kebutuhan Spiritual
Berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Mendapatkan kekuatan dari
Tuhan.
2.1.5 Dampak Kehilangan
Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seseorang seperti berikut ini.
2.2 Konsep Berduka
2.2.1 Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan ketika seseorang mengalami
suatu kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain sebagainya.
2.2.2 Jenis-jenis Berduka
1. Berduka Normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan.
Misal : kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas
untuk sementara.
2. Berduka Antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misal : ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan
memulai proses perpisahan dan menyesuaikan diri dengan berbagai urusan dunia
sebelum ajalnya tiba.
4. Berduka Tertutup
Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Misal :
kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua, ibu yang
kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
5. Berduka Disfungsional
Suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/ kekacauan.
Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (1997), respon berduka seseorang
terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut.
Denial à Anger à Bergaining à Depression à Acceptance
1. Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Berikut beberapa fase yang dilalui.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/ disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut.
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “tidak, tidak
mungkin seperti itu!” atau “tidak akan terjadi pada saya!” sangat umum
dilontarkan.
Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini
orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini
merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Berikut
penjelasannya.
Usia remaja
Memahami seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus menghadapi
implikasi personel tentang kematian. menunjukkan perilaku berisiko. Dengan
serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan tentang masa depan.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori seperti
penjelasan berikut.
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.