QASHASH Al-Qur'an
QASHASH Al-Qur'an
QASHASH Al-Qur'an
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK X
NISSA PUSPITA (205150127)
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Qashash Al Qur’an................................................................ 2
B. Macam-Macam Kisah Dalam Al Qur’an Dan Karakteristiknya ............. 3
C. Tujuan Kisah Dalam Al Qur’an .............................................................. 4
D. Faedah Kisah-Kisah Al Qur’an ............................................................... 6
KESIMPULAN ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9
iiii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 11
1
Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.[QS yusuf : 111].²
A. Pengertian Qashash Al Qur’an
Dari segi bahasa, kata qashash berasal dari bahasa arab al qashshu
atau al qishshatu yang berarti cerita.³ dikatakan artinya, “saya
mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al qashash adalah bentuk masdar.
Firman allah: (al kahfi :64). Dan firman allah melalui
lisan ibu musa: (dan berkatalah ibu musa kepada saudaranya
yang perempuan: ikutilahdia.) [al qashash : 11]. Maksudnya, ikutilah jejaknya
sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qashash berarti berita yang berurutan. Firman allah:
(sesungguhnya ini adalah berita yang benar.) [ali imran : 62]. Sedang al
qishah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.
Qashash al qur’an adalah pemberitaan qur’an tentang hal ihwal umat
yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.⁴
234
4 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996)
cetakan ke-3.
2
B. Macam-Macam Kisah Dalam Al Qur’an Dan Karakteristiknya
Kisah-kisah dalam al qur’an ada tiga macam.
Pertama, kisah para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung informasi
mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-
tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh
mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah
Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan Isa.⁵
Kedua, kisah-kisah menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-
golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk dijadikan
pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan Ashabul
kahfi.
Ketiga, kisah-kisah menyangkut peristiwa-peristiwa pada masa
Rasulullah SAW. Seperti perang badar, perang uhud, perang ahzab,bani
quraizah, bani nadzir dan zaid bin haritsah dengan abu lahab.⁶
Karakteristik kisah-kisah dalam al qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara
berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan
dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain
diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan
kadang-kadang secara panjang lebar.
56
5 al qaththan, op.cit.,h.431
6 al utsaimin, op.cit.,h.71
3
Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung
beberapa hikmah. Di antaranya, pertama, menjelaskan balaghah al qur’an
dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap
tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan
dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan
karenannya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru
yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
Kedua, menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab, mengemukakan
sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu
bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab, merupakan tantangan
dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
Ketiga, mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut
agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena
pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa
besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa
dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran
dengan kebatilan.
Keempat, penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang
karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya
diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan
makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan
tuntutan keadaan.
C. Tujuan Kisah Dalam Al Qur’an
Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai
sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkannya peristiwa-
peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang
merupakan hasil kesusastraan murni. Bentuknya hanya semata-mata
menggambarkan seni bahasa saja. Tetapi cerita dalam al qur’an merupakan
salah satu media untuk mewujudkan tujuannya yang asli.
4
Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut.
Pertama, salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu
dan kerasulan. Dalam al qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas di
antaranya dalam QS.12 : 2-3 dan QS 28 : 3. Sebelum mengutarakan cerita
nabi musa, lebih dahulu al qur’an menegaskan, “kami membacakan
kepadamu sebagian dari cerita Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk
kamu yang beriman”. Dalam QS 3 : 44 pada permulaan cerita Maryam
disebutkan, “itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu”.
Kedua, menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa
Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum
muslimin semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang maha esa
adalah tuhan bagi semuanya (QS 21 : 51-92).
Ketiga, menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya satu dan
itu semuanya dari tuhan yang Maha Esa (QS 7 : 59).
Keempat, menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi
dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya
itu juga serupa (QS Hud)
Kelima, menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As., secara khusus,
dengan agama-agama bangsa israil pada umumnya dan menerangkan bahwa
hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua agama.
Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa
dan Isa As.⁷
7
5
D. Faedah Kisah-Kisah Al Qur’an
6
Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke
dalam jiwa. Firman Allah:
“sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang berakal.” (Yusuf : 111).⁸
8 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996)
cetakan ke-3.
7
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA