Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kelompok I (Met. Nam Aud)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODOLOGI PENGEMBANGAN NILAI AGAMA


DAN MORAL ANAK USIA DINI

“PENDEDAKATAN INOVATIF UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-


NILAI AGAMA DAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI”

Dosen Pengampu
Dr. MUHAMMAD SOLIHIN, M,Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok I :


ENI ZULKAINI
ERNITA
ROHANI
ANNE MAWIDIA
ASTRIA DEWI

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
MUARA BUNGO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
sehingga kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Beriring salam tidak lupa
kita ucapkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
yang tidak tahu menjadi tahu sehingga kita bisa membedakan antara baik dan buruk.

Kami penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Secara khusus, kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Solihin, M.Pd.I.. selaku dosen pengampu,
Karena dengan arahan beliau lah kami dapat menyelesai kan makalah ini menjadi
lebih lengkap.

Makalah yang berjudul “Pendekatan Inovatif untuk pengembangan nilai-


nilai agama dan moral bagi anak usia dini” ini semoga dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan yang tentunya memiliki nila-nilai kebaikan yang sangat
tinggi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, kritik dan saran yang
membangun sangatlah kami butuhkan agar makalah ini lebih sempurna.

Muara Bungo, 24 Juni 2021


Penyusun

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... ii


Daftar Isi .....................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN


1. Kajian Empirik Pengembangan NAM Pada Anak Usia Dini .......... 3
2. Pentingnya Pelaksanaan Inovasi Untuk Pengembangan NAM Pada
Anak Usia Dini ................................................................................. 4
3. Hakikat Inovasi Untuk Pengembangan NAM Pada Anak Usia Dini 5

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................ 10

Daftar Pustaka ........................................................................................... iv


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta,
bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama
atau religius (RQ), sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan
dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia
seutuhnya.1
Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan
tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi
anak melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal.2
Montessori dalam Hainstock, 1999:12) menyatakan bahwa pada rentang
usia lahir sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan (the golden years)
yang merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima
berbagai rangsangan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, gerak-motorik, dan sosio
emosional pada anak usia dini.3
Didalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia
nomor 137 tahun 2013 aspek yang harus dikembangkan adalah aspek nilai
agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional serta seni.4

1
Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.7
2
Tatik Ariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak” dalam
Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016 : 50 - 58
3
Ibid.
4
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 137 tahun 2013 pasal 1
Nilai nilai agama dan moral sangat penting untuk ditanamkan sejak dini agar
manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan
yang telah digariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan didunia dan akhirat, untuk meningkatkan aspek
perkembangan nilai nilai agama dan moral diatas maka didalam makalah ini
akan dibahas tentang Pendekatan Inovatif Untuk Pengembangan Nilai-Nilai
Agama Dan Moral Bagi Anak Usia Dini.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kajian Empirik Tentang pengembangan nilai – nilai agama dan
moral pada anak usia dini ?
2. Bagaimana pentingnya kebutuhan pelaksanaan inovasi untuk
pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini ?
3. Bagaimana hakikat inovasi yang harus dilakukan untuk pengembangan
nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini ?
3. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Kajian Empirik Tentang pengembangan nilai – nilai agama
dan moral pada anak usia dini
2. Menguraikan pentingnya kebutuhan pelaksanaan inovasi untuk
pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini
3. Menjelaskan hakikat inovasi yang harus dilakukan untuk pengembangan
nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini
4. Manfaat Tulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kajian Empirik Tentang pengembangan
nilai – nilai agama dan moral pada anak usia dini ?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana pentingnya kebutuhan pelaksanaan inovasi
untuk pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini ?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana hakikat inovasi yang harus dilakukan untuk
pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Empirik Pengembangan NAM Pada Anak Usia Dini


Pada saat lahir, tidak ada anak manusia yang memiliki hati nurani atau skala
nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral atau nonmoral.
Ungkapan tersebut memberikan arti bahwa kemuliaan manusia dibandingkan
makhluk lainnya terletak pada keagungan manusia yang menjunjung tinggi
moralitas dalam kehidupannya. Tentu hal itu memerlukan proses pendidikan yang
tidak mudah. 5
Lebih lanjut, Fawzia menjelaskan bahwa pokok pertama yang terpenting dalam
pendidikan moral adalah menjadi pribadi yang bermoral dalam arti seorang anak
dapat belajar apa yang diharapkan kelompoknya. Harapan tersebut diperinci bagi
seluruh anggota kelompok dalam bentuk hukum, kebiasaan, dan peraturan. Inilah
bukti bahwa untuk membentuk manusia bermoral, diperlukan perangkat yang
komprehensif dan memerlukan proses pembinaan yang panjang.
Para tokoh lain yang memusatkan perhatian pada masalah ini juga
mengilustrasikan bahwa jika kita meninggalkan pelajaran tentang nilai moral yang
kebanyakan sudah berubah, kita sebagai suatu negara berisiko kehilangan sepotong
kedamaian dari budaya kita.6
Oleh karena itu, tujuan akhir dari pendidikan yang hendak kita tanamkan
kepada anak didik adalah memiliki perilaku yang disebut moralis. Artinya, anak-
anak memiliki perilaku yang tidak saja sesuai dengan standar sosial, perilaku
sukarela atau dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa ia harus berperilaku seperti
itu walaupun tidak ada orang yang memerintah atau mengawasinya7.

5
Aswin Haris, Fawzia, Psikologi Perkembangan Anak. (Jakarta: Depdikbud), 2003.
6
Schiller, Pam et. al. 16 Moral Dasar Anak, (Jakarta: Elex Media Komputindo), 2002.
7
Daeng, Dini P, Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. (Jakarta: Depdikbud), 1996.
B. Pentingnya Pelaksanaan Inovasi Untuk Pengembangan NAM Pada Anak
Usia Dini
Pendidikan agama adalah pendidikan yang di dalamnya terdapat pengetahuan
yang dapat membentuk kepribadian dan sikap seorang anak.Tujuan diajarkannya
pendidikan agama kepada anak sejak dini yaitu agar anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik sejak usia dini. 8
Sama halnya dengan ilmu pelajaran lain di sekolah, ilmu agama selalu
mengedepankan kebaikan dan memberi manfaat yang luar biasa bagi kecerdasan
anak. Melalui agama, anak bisa mengenal berbagai kebaikan dari yang paling dasar
hingga yang paling tinggi tingkatannya. Melalui ilmu agama, anak-anak akan
menjaga diri dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang norma masyarakat atau
pun agama. Sejak di dalam kandungan, alangkah baiknya jika orang tua
memperkenalkan pendidikan agama yang dianut sesuai kepercayaan masing-
masing. Ajarkan anak dengan cara yang baik, ramah dan tidak terlalu menuntut.
Selama mengajarkan ilmu agama ini, pastikan bahwa orang tua juga memahami apa
yang diajarkan. Adapun bentuk-bentuk dan sifat agama yang terjadi pada fase usia
dini dalam buku Jalaludin dan Ramayulis yaitu :
1. Tidak Mendalam (Unreflective)
Anak menganggap tuhan itu bersifat seperti manusia. Ajaran agama mereka
terima begitu saja tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima cukup sekedarnya
saja,tidak perlu mendalam. Seringkali anak sudah merasa puas dengan keterangan
yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian ada beberapa anak
yang memilki ketajaman pikiran untuk mempertanyakan apa yang diajarkan
padamereka.
2. Egosentris
Konsep keagamaan dipandang dari kesenangan pribadinya, misalnya anak
senang pergi ke rumah ibadah dengan orang tuanya karena sepulang dari sana
biasanya orang tuanya mengajak mereka ke toko atau ke warung untuk membeli
sesuatu yang anaksukai.

8
Jalaludin dan Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.35.
3. Anthromorphis
Melalui konsep-konsep yang terbentuk dalam pikiran dan daya fantasi
anak,seringkali mereka menganggap bahwa prilaku keadaan Tuhan itu sama
dengan manusia. Sebagai contoh, konsep tentang Tuhan itu Maha Melihat dimaknai
oleh anak bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya langsung ke rumah-
rumah mereka layaknya orang mengintai.
4. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan beragama pada anak sebagian besar terjadi melalui ungkapan verbal
(ucapan). Mereka menghafal doa dan atau kalimat puji-pujian melalui
ucapnnya.Praktek keagamaan yang bersifat ritualis seperti shalat bersama keluarga
di rumah merupakan hal yang sangat berarti bagi perkembangan sikap beragama
pada anak.
5. Imitatif
Setiap orang tua harus mengenalkan dan mengembangkan potensi spiritual yang
dimiliki anak. Sikap mengamati dan meniru yang dimiliki anak usia dini merupakan
keniscayaan perkembangan anak usia dini, sehingga dibutuhkan stimulasi yang
tepat dan efektif sesuai perkembangan anak9
C. Hakikat Inovasi Untuk Pengembangan NAM Pada Anak Usia Dini
Sebagai peniru ulung anak mampu mewujudkan tingkah laku keagamaan
(roligius behaviour). Sifat peniru ini merupakan modal yang positif dalam
pendidikan keagamaan pada anak.Anak akan meniru semua prilaku keagamaan
baik yang mereka dengar,lihat, rasakan dan lakukan oleh orang dewasa. 10
Setiap orang tua harus mengenalkan dan mengembangkan potensi spiritual yang
dimiliki anak. Sikap mengamati dan meniru yang dimiliki anak usia dini merupakan
keniscayaan perkembangan anak usia dini, sehingga dibutuhkan stimulasi yang
tepat dan efektif sesuai perkembangan anak.
Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan
nilai agama antara lain:

9
Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta:
UniversitasTerbuka, 2008), hlm. 76.
10
Ibid
1. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar tidak sama dengan penguasaan materi pelajaran atau
kegiatan mengajar guru. Belajar akan diperoleh jika anak terlibat secara aktif dalam
melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Apa yang dipelajari anak, pada hakikatnya
adalah apa yang dilakukannya, bukan apa yang dilakukan guru. Kegiatan
mengunjungi tempat ibadah, mungkin bagi anak yang belum pernah
mengunjunginya, bisa menjadi pengalaman belajar yang luar biasa hebatnya yang
dapat memotivasi anak untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat ibadah
tersebut, dan bisa jadi hal itu merupakan pengetahuan yang sangat kuat melekat dan
sangat kuat diingat dalam kehidupannya.
2. Belajar Aktif
Untuk menimbulkan pengalaman anak terhadap sajian materi pelajaran, perlu
diupayakan agar anak melakukan aktivitas sesuai yang direncanakan, dan tidak
hanya menjadi anak didik yang pasif. Anak hanya akan memperoleh pengalaman
tentang substansi materi yang dipelajari jika mereka menjadi anak didik yang aktif.
Dengan kata lain anak perlu diberi peluang dan kesempatan sebesar-besarnya untuk
aktif ambil bagian, berperan serta sampai mereka betul-betul dapat merasakan
manfaat dari pengalaman belajarnya. Untuk memperoleh pengalaman belajar, anak
perlu aktif melakukan kegiatan belajar.
3. Belajar Proses
Proses adalah berbagai cara yang berkaitan dengan perolehan pengetahuan,
seperti proses pada pengambilan keputusan, mengevaluasi akibat dari suatu
tindakan, dan sebagainya. Saat ini dunia pendidikan juga lebih menekankan pada
keterampilan proses dalam melakukan berbagai pendekatan pembelajaran. Pada
tataran anak usia taman kanak-kanak wujud nyata kegiatan belajar proses ini dapat
ditampilkan melalui keterampilan proses seperti anak diarahkan untuk melakukan
kegiatan mengamati sesuatu/observasi, menghitung, mengelompokkan, dan
mengkomunikasikan secara verbal atas apa yang telah diamatinya.
Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka
mengembangkan cinta belajar pada diri anak diantaranya, kasih sayang,
perlindungan dan perawatan, waktu yang diberikan kepada anak, lingkungan
belajar yang kondusif, belajar bersikap adalah belajar nilai, dan belajar moral di
11
usia dini. Lingkup perkembangan sesuai dengan tingkat usia dini meliputi
beberapa aspek diantaranya nilai agama dan moral. Telah dijelaskan pada pasal 10
ayat 2, “Nilai agama dan moral sebagaimana dimaksud ayat 1 meliputi kemampuan
mengenal nilai agama yang dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku jujur,
penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
mengetahui hari besar agama, menghormati, dan toleran terhadap agama orang
lain.”12
Ada beberapa prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam penyampaian
materi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak, diantaranya
adalah :
1. Prinsip penekanan pada aktivitas anak sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan kebutuhan pembentukan kepribadian anak dalam rangka
peletakan dasar kehidupan anak pada bidang kehidupan beragama anak.
2. Prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga anak.
Sebaik apapun program yang disusun oleh pihak sekolah, namun jika tidak
didukung oleh partisipasi aktif para orang tua dalam memberikan keteladanan dan
konsistensi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak, maka semua itu akan sia-
sia.
3. Prinsip kesesuaian dengan kurikulum spiral.
Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan materi
pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak maka hal itu
harus disampaikan secara bertahap: seperti dimulai dengan penjelasan atau contoh
yang terdekat dengan dunia anak sampai hal yang terjauh dari sisi anak; atau
dimulai dari hal yang paling mudah anak cerna sampai hal yang agak sulit anak
pahami.

11
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah, (Yogyakarta: Venus Corporation,
2006), h. 56.
12
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, h.5
4. Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Prinsip ini menjelaskan bahwa guru dan para orang tua hendaknya sangat
memperhatikan proses penyajian materi yang akan disampaikan yaitu materi yang
perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak itu sendiri.
5. Prinsip psikologi perkembangan anak.
Setiap guru seyogyanya menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai
agama yang disesuaikan dengan landasan ilmu psikologi perkembangan anak didik.
Dalam tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya tugas-tugas perkembangan maka
setiap materi yang aka disampaikan seyogianya senantiasa dihubungkan dengan
prinsip-prinsip dasar psikologi pendidikan.
6. Prinsip monitoring yang rutin.
Untuk mendapatkan keberhasilan yang baik maka diperlukan adanya kegiatan
monitoring secara rutin untuk memantau proses perkembangan dan kemajuan anak
dalam mengikuti program yang kita siapkan. Peranan monitoring sangat membantu
semua pihak yang terkait, untuk memperoleh data akurat dalam rangka perbaikan
dan pengembangan program selanjutnya. Tanpa langkah demikian kita akan sulit
memperoleh informasi tentang anak didik dan perkembangannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada saat lahir, tidak ada anak manusia yang memiliki hati nurani atau skala
nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral atau
nonmoral. Ungkapan tersebut memberikan arti bahwa kemuliaan manusia
dibandingkan makhluk lainnya terletak pada keagungan manusia yang
menjunjung tinggi moralitas dalam kehidupannya. Tentu hal itu memerlukan
proses pendidikan yang tidak mudah. Pokok pertama yang terpenting dalam
pendidikan moral adalah menjadi pribadi yang bermoral dalam arti seorang
anak dapat belajar apa yang diharapkan kelompoknya. Harapan tersebut
diperinci bagi seluruh anggota kelompok dalam bentuk hukum, kebiasaan, dan
peraturan. Inilah bukti bahwa untuk membentuk manusia bermoral, diperlukan
perangkat yang komprehensif dan memerlukan proses pembinaan yang
panjang.
2. Melalui agama, anak bisa mengenal berbagai kebaikan dari yang paling dasar
hingga yang paling tinggi tingkatannya. Melalui ilmu agama, anak-anak akan
menjaga diri dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang norma masyarakat
atau pun agama. Sejak di dalam kandungan, alangkah baiknya jika orang tua
memperkenalkan pendidikan agama yang dianut sesuai kepercayaan masing-
masing. Ajarkan anak dengan cara yang baik, ramah dan tidak terlalu menuntut.
Selama mengajarkan ilmu agama ini, pastikan bahwa orang tua juga memahami
apa yang diajarkan.
3. inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan nilai
agama
a. Pengalaman Belajar
b. Belajar Aktif
c. Belajar Proses
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini ditemukan kesalahan atau kekeliruan,
kritik dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan. kami hanya manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan khilafan.
Dan harapan kami penulis, semoga tulisan ini bisa bermanfaat serta
menambah wawasan bagi pembaca. Dan bisa dijadikan sebagai rujukan untuk
penulisan-penulisan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tatik Ariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak” dalam
Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 137 tahun 2013 pasal 1

Aswin Haris, Fawzia, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Depdikbud, 2003.

Schiller, Pam et. al. 16 Moral Dasar Anak, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002.

Daeng, Dini P, Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud, 1996.

Jalaludin dan Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996,

Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta:
UniversitasTerbuka, 2008.

Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah, Yogyakarta: Venus Corporation,
2006.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Anda mungkin juga menyukai