Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Peran Islam Dalam Kehidupan Manusia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Peran Islam dalam Kehidupan Manusia

Ditulis pada 22 July 2011

Peran Islam dalam Kehidupan Manusia. Pada postingan kali ini, kita membicarakan dua topik
yaitu : Pertama, Islam sebagai agama; peran agama Islam dalam kehidupan dan apa yang
diajarkan Islam ke seluruh dunia. Kedua, Islam dan agama lain, sumbangan Islam terhadap
kemanusiaan masa kini. Sebagian materi ini telah dibahas pada bab 1. Oleh karena itu, bagian ini
secara khusus membahas peran Islam dalam kehidupan manusia.

Membicarakan peran pada dasarnya membicarakan fungsi atau kegunaan. Dalam kajian ilmu-
ilmu sosial terdapat teori struktural fungsional yang konsep dasarnya diperkenalkan oleh para
filosof. Saya tidak bermaksud menjelaskan teori itu secara mendalam, tetapi hanya
memperkenalkannya. Peran Islam dalam Kehidupan Manusia

Emile Durkheim (1858-1917), ahli sosiologi dari Perancis, memperkenalkan masyarakat organis.
Durkheim percaya bahwa norma-norma akan terancam oleh pembagian kerja yang berlebihan.
Dalam pandangannya, masyarakat praindustri disebut masyarakat mekanis. Dalam masyarakat
mekanis, individu-individu menjalankan perannya masing-masing; sebagai ayah, suami,
pemburu, pendeta, dan yang lainnya. Semua peran atau fungsi itu diteruskan dari generasi ke
generasi dengan perubahan sekecil mungkin. Sebaliknya, masyarakat modern adalah masyarakat
organis, produk pembagian kerja dan diferensiasi yang dihasilkan oleh proses industri.
Masyarakat organis bersifat inovatif dan kompleks. Agama dalam pandangan Emil Durkheim,
tetapi tempatnya menjadi lebih terbatas dalam masyarakat kedua. (David E. Apter, 1988:377).

Sampai disini kita bisa mencoba memahami bahwa peran itu ada dalam struktur. Dalam
pengertian ini, kita mencoba menyederhanakan pemahaman kita kepada diri kita sendiri dalam
dataran fisik. Tubuh kita terdiri atas dua kaki, perut, usus, lambung, kemaluan, tangan, leher,
kepala, mata, hidung, telinga, dan rambut. Oleh karena itu, tubuh kita merupakan satu kesatuan
yang dapat kita sebut sebagai struktur. Setiap anggota tubuh berfungsi terhadap anggota tubuh
yang lain; fungsi tangan terhadap kaki, fungsi mata terhadap telinga, dan seterusnya. Fungsi satu
anggota tubuh terhadap anggota tubuh yang lain disebut peran. Dengan demikian, peran dapat
kita pahami sebagai fungsi  dari satu bagian tubuh terhadap bagian tubuh yang lain.

Tubuh yang kita gambarkan di atas dapat ditarik kepada wilayah yang lebih luas, misalnya
masyarakat. Dalam masyarakat terdapat struktur kemasyarakatan yang antara satu dengan yang
lain saling memberi fungsi. Fungsi salah satu komponen, baik dalam masyarakat mekanis
maupun masyarakat organis, terhadap komponen yang lainnya disebut peran. Dalam rangka
membuktikan peran agama Islam dalam kehidupan sosial, kita memerlukan dua komponen
pembahasan yang menurut saya penting; pertama, hubungan antara perintah bertauhid dan
cegahan syirik dengan ilmu pengetahuan, kedua, paradigma ilmu Islami yang kini sedang
digalakkan oleh banyak cendikiawan muslim.

Peran Islam dari Masa ke Masa


Islam dari masa ke masa tidak pernah berubah sejak masa nabi Muhammad   Islam yang
dibawanya dari Allah, Islam sebagai pandangan hidup diangkat sebagai objek studi. Islam di
masa ke masa tidak pernah tidak berkembang, Islam terus dikaji sejak masa nabi dan sampai
sekarang Islam terus dikaji secara ilmiah dan tidak cukup dengan amalkan saja peran Islam
dalam kehidupan sangat penting dalam masyarakat. Peran Islam dalam Kehidupan Manusia

Yang lebih tepat menjadikan Islam sebagai objek kajian ilmiah atau cukup dijadikan pedoman
hidup yang tampak perubahan dan kekurangan. Permasalahan semacam ini sebenarnya
merupakan permasalahan klasik yang menjadi perdebatan pada abad  pertengahan antara al
Ghazali dan Ibn Rusyd, yang mempertanyakan bagaimana hukumnya mempelajari Islam, peran
Islam dalam kehidupan masyarakat sangat besar, karena Islam adalah suatu jalan yang paling
benar, dan agaa yang diakui Allah  dan dijadikan pedoman bagi umat Islam, peran Islam dari
dulu sampai sekarang terus berkembang dengan adanya kajian-kajian terdapat dalam Islam itu
sendiri, dengan adanya pemikiran-pemikiran para filosof yang mengkaji Islam dan
mengembangkan dari masa ke masa sampai sekarang Islam berperan penting di dalam negara
kita dan kita ketahui Islam itu berkembang di negara kita karena kita adalah negara yang banyak
Islam di banding negara lain dan Islam sangat berperan penting untuk masyarakat yang
didalamnya menganut agama Islam.

Hubungan Tauhid dengan Ilmu Pengetahuan


Dari segi  unsur-unsur kebudayaan, agama merupakan universal cultural, artinya terdapat di
setiap daerah kebudayaan di mana saja masyarakat dan kebudayaan itu berada. Salah satu prinsip
teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap  dengan
sendirinya. Dengan kata lain, setiap kebudayaan memiliki fungsi. Konsekuensinya, setiap yang
tidak berfungsi akan hilang atau sirna. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan
tanggung menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan
fungsi di masyarakat (Djamari, 1993:79).

Perintah yang sanat mendasar yang terdpat dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan
cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan, meksipun antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Dalam Al-Qur’an
(QS. Al Ikhlas: 1-4) Allah berfirman: Katakanlah Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah
Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepadaNya; Dia tidak melahirkan dan juga tidak
dilahirkan; dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”.

Sebagaimana dikatakan di atas, sisi kedua adalah cegahan syirik. Dalam Al-Qur’an (QS. Luqman
: 13), Allah berfirman: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi
pelajaran kepada anaknya; Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.

Perintah mengesakan Tuhan mengandung arti bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada
Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada selain-Nya karena ia adalah puncak ciptaan-Nya (Nurcholis
Madjid, 1998:18). Karena ia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, manusia oleh Allah dijadikan
sebagai khalifah (QS. Al Baqarah: 30). Karena manusia adalah khalifah di bumi, maka alam
selain manusia ditunduk oleh Allah untuk manusia:
…dan Dia telah menundukkan bahtera supaya kamu dapat melakukan perjalanan di atasnya
dengan perintah-Nya…(QS. Ibrahim: 32)

…dan Dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya), dan Dia telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS. Ibrahim: 33)

dan Dia  menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan binatang-binatang
ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya (QS. Al Nahl; 12)

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang
kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An Nahl: 14)

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan
bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit
jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada Manusia. (QS. Al Hajj: 65)

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin.
Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqman: 20)

Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-
mudahan kamu bersyukur. (Al Jatsiyah: 12)

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa bumi, langit, laut, serta segala yang ada di bumi, langit
dan laut telah ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia. Apabila tunduk kepada selain
Allah, berarti manusia telah menyalahi fungsinya sebagai khalifah; tunduk kepada alam berarti
tunduk kepada selain Allah, tunduk kepada selain Allah, berarti syirk (mempersekutukan Allah).

Dengan demikian, tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena
sudah ditundukkan untuk manusia. Perintah mengesakan Tuhan dibarengi dengan cegahan
mempersekutukan Tuhan (Syrik). Jika manusia mempersekutukan Tuhan, berarti ia dikuasai oleh
alam, padahal manusia adalah yang harus menguasai bumi karena bumi telah ditundukkan oleh
Allah.

Konsekuensi dari tauhid adalah bahwa manusia harus menguasai alam dan haram tunduk kepada
alam. Menguasai alam, berarti menguasai hukum alam; dan dari hukum alam ini, ilmu
pengetahuan dan teknologi dikembangkan.

Sebaliknya, syirk berarti tunduk kepada alam. Tunduk kepada alam berarti manusia dikuasai oleh
alam. Manusia yang hidupnya dikuasai oleh alam, melahirkan kebodohan, kemiskinan, dan
keterbelakangan. Jadi, terdapat hubungan timbal balik antara tauhid dengan dorongan
pengembangan ilmu pengetahuan; juga ada hubungan timbal balik antara syirk dengan
kebodohan. Agar lebih mudah, kita visualisasikan hubungan timbal balik tersebut sebagai
berikut.

Dengan demikian, sumbangan atau peran Islam dalam kehidupan manusia adalah terbentuknya
suatu komunitas yang berkecenderungan progresif, yaitu suatu komunitas yang dapat
mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan melalui pengembangan ilmu atau
sains. Penguasan dan pengembangan bagian sains bukan saja termasuk amal saleh, melainkan
juga bagian dari komitmen keimanan kepada Allah.

Paradigma Ilmu-ilmu Islami


Sekarang ini kita dihadapkan pada ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (ilmu agama dan ilmu non
agama). Di negara kita, perbedaan ini dapat dilihat dari istilah teknis yang dipakai; sekolah
agama adalah sekolah-sekolah yang mengajarkan agama (istilah teknis yang dipakai adalah
madrasah); sedangkan bagi sekolah-sekolah yang fokus kajiannya pendidikan umum, istilah
teknis yang digunakannya adalah sekolah. jadi, di Indonesia antara sekolah dengan madrasah
berbeda, padahal antara madrasah (bahasa Arab) dengan sekolah (bahasa Indonesia) hanya
berbeda asal-usul bahasa; yang satu bahasa Arab sedangkan yang satu lagi bahasa Indonesia.

Dalam salah satu seminar, Nurcholis Madjid (1998:3-4) menjelaskan tentang hubungan organik
antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan peritnah Tuhan
untuk memperhatikan dan memahami alam raya ciptaanNya, sebagai manifestasi atau
penyingkapan tabir akan rahasiaNya. Garis argument ini dijelaskan oleh Ibnu Rasyid, seorang
filosof Muslim yang karya-karyanya mempengaruhi dunia pemikiran Eropa yang mendorongnya
ke zaman renaisans, dalam makalahnya yang amat penting fashl al maqal wa taqrir ma bain al
hikmah wa al syariah min al ittishal. Antara iman dan ilmu tidak terpisahkan, meskipun dapat
dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu dalam bentuk
pertimbangkan moral dan etis dalam penggunaannya. Meskipun demikian, ilmu berbeda dari
iman karena ilmu bersandar pada observasi terhadap alam  dan disusun melalui proses penalaran
rasional atau berpikir, sedangkan iman bersandar pada sikap membenarkan atau mendukung
pembenaran berita yang dibawa oleh para pembawa berita atau mereka yang disebut nabi  yang
menyampaikan berita  kepada umat  manusia selaku utusan (rasul) Allah. Memang benar dalam
iman juga tersangkut penalaran rasional atau penggunaan akal, tetapi hal ini hanya menyangkut
proses pertumbuhannya. Objek iman itu sendiri, seperti kehidupan sesudah mati, berada di luar
jangkauan pengalaman empiris manusia sehingga tidak ada  jalan untuk menerima adanya
kehidupan sesudah mati itu, kecuali dengan mempercayai berita yang disampaikan para rasul.

Dalam proses mengenal Tuhan, manusia hanya menerima tanda-tanda yang diberikannya. Dalam
bahasa Arab, kata ‘ilmu’ satu akar kata dengan kata ‘alam (bendera atau lambang), alamah
(alamat atau pertanda), dan alam (jagad raya, univers). Ketiga perkataan ini, alam, alamah, dan
alam mewakili gejala yang harus diketahui atau dima’lumi, yakni menjadi objek pengetahuan.
(Nurcholis Madjid, 1998:1-2).

Jagad raya mempunyai makna penting bagi manusia karena nilainya sebagai sesuatu yang
diciptakan untuk menopang kebahagiaan hidup manusia. Jagad raya disebut alam karena
fungsinya sebagai pertanda kebesaran Sang Maha Pencipta, yang merupakan penyingkap
sebagian dari rahasiaNya. Jadi, jagad raya disebut alam karena ia adalah manifestasi Tuhan.
Maka Tuhan adalah sumber pengetahuan manusia melalui wahyu lewat para rasul dan nabi yang
harus diterima (dengan iman) dan dipelajari. Sangat erat kaitannya dengan pandangan ini bahwa
manusia diciptakan sebagai makhluk-Nya yang terbaik; dan dengan begitu, secara logis, jagad
raya pun diciptakan dengan tingkat yang lebih rendah daripada manusia. (Nurcholis Madjid,
1998:2).

Hanya saja, tidak semua manusia dapat membaca tanda-tanda atau alamat yang sudah diberikan
Tuhan. Nurcholis Madjid (1998:25) menjelaskan bahwa manusia yang akan mampu menangkap
berbagai pertanda Tuhan dalam alam raya ialah

1. Mereka yang berpikiran mendalam (ulu al albab)


2. Mereka yang memiliki kesadaran tujuan dan makna hidup abadi;
3. Mereka yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud trasendental;
dan
4. Mereka yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam raya, menyadari bahwa
kebahagiaan dapat hilang karena pandangan  negatif-pesimis terhadap alam. Peran Islam
dalam Kehidupan Manusia

Anda mungkin juga menyukai