2D Kelompok 5 Laprak Tenebrio
2D Kelompok 5 Laprak Tenebrio
2D Kelompok 5 Laprak Tenebrio
(Coleoptera: Tenebrionidae)
Disusun oleh :
Kelompok V Kelas II D
FAKULTAS PERTANIAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Tenebrio molitor L. melalui
pengamatan yang dilakukan dengan mengukur panjang dan ukuran kepala serta
pergantian kulit hingga menjadi imago.
3
BAB II
2.2 Metode
1. Siapkan cup plastic lalu lubangi pada bagian tutup secukupnya.
2. Masukkan dedak atau pur dan juga biji jagung kering yang sudah disangrai
secukupnya
3. Berikan label ke cup plastik agar ulat tidak tertukar
4. Letakkan ulat yang sudah diukur kedalam cup yang sudah diberi label
5. Ukur panjang dan lebar kepala ulat setiap 3 hari serta amati apakah terjadi
pergantian kulit pada larva tersebut
6. Tulis hasil pengamatan tersebut kedalam table untuk laporan
4
BAB III
GK
GK
PUPA
IMAGO
PEMBAHASAN
3.1.1 Larva 1
5
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-12. Pergantian kulit pada hari ke-3 saat larva berukuran 2,3 cm
dan memiliki ukuran kepala 0,2 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-18 dengan
ukuran sekitar 1,7 cm dengan ukuran kepala 0,4 cm. Setelah itu, pada hari ke-
25pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,5 cm dan ukuran kepala 0,4 cm.
3.1.2 Larva 2
6
GK
GK
PUPA
IMAGO
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-6 dan hari ke-15. Pergantian kulit pertama pada hari ke-6 saat larva berukuran
2,3 cm dan memiliki ukuran kepala 0,3 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke
– 15 dengan panjang 2,6 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari
ke-19 dengan ukuran sekitar 1,8 cm dengan ukuran kepala 0,3 cm. Setelah itu, pada
hari ke-22 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,2 cm dan ukuran kepala
0,3 cm.
7
Perkembangan Tenebrio Molitor Ulangan 1
3
2.5 GK IMAGO
GK
2 PUPA
Ukuran (cm)
Panjang Tubuh
1.5
Lebar Kepala
0.5
0
1 3 6 9 12 15 18 24
Hari ke-
3.1.3 Larva 3
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-9. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larvaberukuran 2,3
cm dan memiliki ukuran kepala 0,3 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 9
dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
18 dengan ukuran sekitar 1,5 cm dengan ukuran kepala 0,4 cm. Setelah itu, pada
hari ke-24 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala
0,4 cm.
8
3.1.4 Larva 4
Perkembangan Tenebrio
Molitor Ulangan 2 GK IMAGO
U ku r an (cm )
GK
3 PUPA Panjang Tubuh
2 Lebar Kepala
1
0
1 3 6 9 12 15 18 25
Hari ke-
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-9. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larvaberukuran 2,3
cm dan memiliki ukuran kepala 0,3 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 9
dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
18 dengan ukuran sekitar 1,4 cm dengan ukuran kepala 0,4 cm. Setelah itu, pada
hari ke-25 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala
0,4 cm.
9
3.1.5 Larva 5
Perkembangan Tenebrio
Molitor Ulangan 1
GK
GK IMAGO
U ku r an (cm )
PUPA
3 Panjang Tubuh
2 Lebar Kepala
1
0
1 3 6 9 12 18 21 29
Hari ke-
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-9. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larvaberukuran 2,4
cm dan memiliki ukuran kepala 0,2 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 9
dengan panjang 2,6 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
18 dengan ukuran sekitar 1,7 cm dengan ukuran kepala 0,3 cm. Setelah itu, pada
hari ke-29 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,6 cm dan ukuran kepala
0,4 cm.
10
3.1.6 Larva 6
Grafik 6 Pengamatan Larva 6
Perkembangan Tenebrio
Molitor Ulangan 2
GK
GK
IMAGO
U ku r an (cm )
3 PUPA
Panjang Tubuh
2 Lebar Kepala
1
0
1 3 6 9 12 15 24 33
Hari ke-
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-12. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larvaberukuran 2,4
cm dan memiliki ukuran kepala 0,3 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 12
dengan panjang 2,6 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
24 dengan ukuran sekitar 1,6 cm dengan ukuran kepala 0,3 cm. Setelah itu, pada
hari ke-33 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala
0,4 cm.
11
3.1.7 Larva 7
Perkembangan Tenebrio
Molitor Ulangan 1 GK
IMAGO
U ku r an (cm )
GK
3 PUPA Panjang Tubuh
2 Lebar Kepala
1
0
1 3 6 9 12 15 18 24
Hari ke-
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-12. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larvaberukuran 2,2
cm dan memiliki ukuran kepala 0,3 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 12
dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala 0,4 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
18 dengan ukuran sekitar 1,5 cm dengan ukuran kepala 0,5 cm. Setelah itu, pada
12
hari ke-24 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,5 cm dan ukuran kepala
0,5 cm.
3.1.8 Larva 8
Molitor Ulangan 2
GK
Ukuran (cm )
GK
2 PUPA
Panjang Tubuh
1.5
Lebar Kepala
1
0.5
Hari ke-
0
1 3 6 9 12 15 18 24
Pada larva pertama mengalami ganti kulit sebanyak 2 kali, yaitu pada hari
ke-3 dan hari ke-9. Pergantian kulit pertama pada hari ke-3 saat larva berukuran 2,3
cm dan memiliki ukuran kepala 0,2 cm dan pergantian kulit kedua pada hari ke – 12
dengan panjang 2,4 cm dan ukuran kepala 0,3 cm. Fase pupa dimulai pada hari ke-
18 dengan ukuran sekitar 1,7 cm dengan ukuran kepala 0,4 cm. Setelah itu, pada
13
hari ke-24 pupa berubah menjad imago dengan panjang 2,6 cm dan ukuran kepala
0,4 cm.
14
Molitor
Panjang 2 2,3 2,3 2,4 2,4 2,5 1,4 2,4
Tubuh (cm)
4 Lebar Kepala 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4
(cm)
Keterangan GK GK Pupa Imago
Ulangan Metamorfosis Hari ke-
ke- Tenebrio 1 3 6 9 12 18 21 29
Molitor
Panjang 2,3 2,4 2,5 2,6 2,6 2,6 1,7 2,6
Tubuh (cm)
5 Lebar Kepala 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4
(cm)
Keterangan GK GK Pupa Imago
Ulangan Metamorfosis Hari ke-
ke- Tenebrio 1 3 6 9 12 15 18 33
Molitor
Panjang 2,3 2,4 2,6 2,6 2,6 2,6 1,6 2,4
Tubuh (cm)
6 Lebar Kepala 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4
(cm)
Keterangan GK GK Pupa Imago
Ulangan Metamorfosis Hari ke-
ke- Tenebrio 1 3 6 9 12 15 18 24
Molitor
Panjang 2,2 2,2 2,2 2,4 2,4 2,4 1,5 2,5
Tubuh (cm)
7 Lebar Kepala 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5
(cm)
Keterangan GK GK Pupa Imago
Ulangan Metamorfosis Hari ke-
ke- Tenebrio 1 3 6 9 12 15 18 24
Molitor
Panjang 2 2,3 2,3 2,4 2,4 2,5 1,7 2,6
Tubuh (cm)
8 Lebar Kepala 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4
(cm)
Keterangan GK GK Pupa Imago
15
3.3 Klasifikasi
Tenebrio molitor L. dikenal juga sebagai ulat hongkong. Imago dari serangga ini
berupa kumbang yang termasuk kedalam genus Tenebrio yang memiliki warna merah
kehitaman, hitam atau coklat gelap dan panjangnya sekitar 13-17 mm (Borror et all., 1982).
Taksonomi dari Tenebrio molitor menurut Frost (1959) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Famili : Tenebriodae
Genus : Tenebrio
Kumbang ulat tepung mempunyai siklus hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu
telur, larva, kepompong dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis
sempurna.
a. Telur
Telur T. molitor L. berbentuk lonjong, ukuran panjang 1 mm dan sangatsulit dilihat
(Salem, 2002). Kebanyakan telur serangga kali dalam satusituasi dimana mereka
memberikan sejumlah perlindungan sehingga pada waktumenetas akan mempunyai kondisi
yang cocok bagi perkembangannya (Borror etAl., 1982).
Menurut Amir dan Kahono (2003), kumbang betina meletakkan telursatu-satu atau
dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masatelur atau di dalam suatu
16
kantong yang dikenal sebagai ooteka. 5 hari 87 hariLarva Telur Kepompong 78 hari 7 hari
Kumbang.
b. Larva.
c. Kepompong.
Kepompong merupakan tahapan siklus hidup ulat tepung yang tidak makan
dantidak minum, berwarna kuning dan mirip mumi kumbang dewasa (Amir danKahono,
2003). Kepompong T. molitor L. ini dapat mencapai panjang sekitar 15 mm,lebar 5 mm
dan berwarna putih ketika pertama kali terbentuk kemudian berubahmenjadi berwarna
coklat kekuningan (Singh,2003).
d. Kumbang.
Setelah pupa berumur sekitar 7 hari, kulit pupa pecah dan keluar kumbang.Pada saat
baru keluar dari pupa, tubuh kumbang masih lunak dan pucat, sering
disebut sebagai “teneral” (Amir dan Kahono, 2003). Menurut Singh (2003),kumbang ulat
tepung dewasa berwarna coklat gelap dengan panjang mulai dari 17sampai 25 mm.
Kumbang betina yang telah dewasa akan bertelur.
Suhu, kelembapan dan curah hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
aktifitas serangga. Suhu tubuh serangga akan naik dan turunmengikuti suhu lingkungan.
Menurut Borroret al (1982), suhu yang optimum untuk pertumbuhan serangga sekitar 26̊c
Tenebrio molitor dapat bertahan hidup padakisaran suhu antara 25-27̊c dengan kelembapan
minimum 20%.
Tenebrio molitor mampu mengekstraksi uap air dari udara bila kelembapan
melebihi 90% (Borroret al.1982). Dengan demikian, kisaran kelembapan yang dapat
ditolelir oleh ulat tepung adalah 20-90 %. Semakin rendah suhu tempat hidup Tenebrio
17
molitor, maka pertumbuhannya akan lambat. Dengan demikian, adanya perbedaan suhu
dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus pertumbuhan.
b. Pertumbuhan
Serangga memiliki kerangka luar (kutikula) yang harus dikelupas atau dilepaskan
apabila serangga tumbuh, karena kutikula ini akan membatasi ukuransuatu serangga
(Borroret al., 1982). Dalam pertumbuhan serangga dikenal adanya moulting, yang
merupakan mekanisme dasar pertumbuhan pada serangga yangdikondisikan dengan
kutikula. Proses moulting pada serangga juga disebut dengan ekdisis, karena proses
tersebut melibatkan enzim ekdison. Ekdison berperan dalam merangsang pergantian kulit
dan mendorong pertumbuhan.
c. Habitat
Sebaran dari serangga Tenebrio molitor sangat luas. Beberapa serangga dapat
bertahan hidup pada kelembapan yang ekstrim karena serangga mampu menyeimbangkan
kadar air tubuh dengan kadar air lingkungannya, seperti yang terjadi pada larva Tenebrio
molitor yang mampu mengekstraksi uap air dari udara bilakelembapan relatif melebihi 90%
(Borroret al., 1982). Serangga ini sering ditemukan dalam gudang penyimpanan biji-bijian
dan tempat penyimpanan makanan.
d. Reproduksi Kumbang
Tenebrio molitor memiliki tiga tahapan perkawinan. Pada tahap pertama, jantan
mengejar betina sampai betina kelelahan dan menyerah. Kemudian jantan menaiki betina
dan membengkokkan perut bagian belakangnyake bawah dan dimasukan ke dalam betina.
Tahapan terakhir dari perkawinan tersebut adalah adanya sperma yang dikeluarkan dari
jantan ke betina.
Alat kelamin serangga biasanya terdapat pada ujung perut, diruas kedelapan atau
kesembilan. Perbedaan jenis kelamin pada serangga ini terlihat pada bagian ujung perutnya
atau pada beberapa segmen terakhir dari perutnya. Kumbang betina memiliki sedikit
pemisah diantara tiga bagian segmen perut paling ujung danhampir tidak terlihat.
e. Mortalitas
18
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mortalitas dengan stres yangtinggi
akibat suhu dan kelembapan udara yang tidak sesuai, jumlah populasi atau kepadatan dan
tempat pemeliharaan serta manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Hampir semua
serangga sensitif terhadap panas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Tenebrio molitor L merupakan salah
satu komoditas yang dipergunakan untuk pakan ternak dan juga objek suatu penelitian.
Memiliki siklus hidup yaitu telur, larva, pupa dan juga imago berupa kumbang kecil.
Perubahan metamorphosis pada Tenebrio molitor L biasanya terjadi sejak hari ke 15-30.
Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi siklus hidup tersebut seperti suhu,
kelembaban, dan kualitas pangan sehingga siklus hidup akan menjadi tidak menentu
bahkan jika faktor tersebut berakibat buruk bagi Tenebrio molitor L. Maka Tenebrio
molitor L bisa kemungkinan akan mengalami siklus hidup yang tidak baik atau bahkan
mati.
4.2 Saran
Dalam praktikum yang sudah kami lakukan, ada beberapa saran yang diharapkan
dapat dilaksanakan dalam praktikum yang akan datang yaitu: (1) Menempatkan rak
ditempat yang teduh, tetapi tidak boleh terlalu dingin , karena suhu yang terlalu dingin juga
bisa mengakibatkan ulat hongkomg mati; (2) Jangan terlalu banyak memasukkan ulat
hongkong ke dalam wadah, karena kepadatan populasi juga bisa menyebabkan kematian
pada ulat hongkong; dan (3) Usahakan untuk membuat sirkulasi udara dalam kandang
lancar, agar udara selalu segar dan bersih
19
DAFTAR PUSTAKA
http://entomophagy.wikia.com/wiki/Tenebrio_molitor[2016,Desember05]
Risna. H. Sitompol. 2006. Pertumbuhan Dan Konversi Pakan Ulat Tepung (Tenebrio
molitor L) Pada Kombinasi Pakan Komersial Dengan DedakPadi, Onggok Dan
Pollard. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perternakan,Institut Pertanian Bogor.
20
LAMPIRAN
21