Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
luar tubuh, serangga bernafas melalui lubang kecil pada dinding tubuh dan
memiliki organ sensori di bagian sungut bahkan ada beberapa jenis serangga
11
memiliki organ sensor pada bagian kaki dan pada bagian perut.
tubuh dan mekanisme fisiologinya dari bentuk yang sederhana hingga bentuk
yang sangat kompleks, hal ini disebut dengan metamorfosis. Perubahan yang
terjadi pada serangga umumnya berbeda dari setiap tingkatnya seperti halnya
perubahan yang terjadi dari bentuk telur kemudian menjadi larva hingga
12
menjadi bentuk yang sempurna.
ulat grayak, dan lainnya. Selain itu serangga juga dapat menjadi sumber
11
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran
Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h. 1.
12
Ibid., h. 1-3.
16
17
sebagai hama atau vektor penyakit. Jenis serangga dari kelompok lain seperti
Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan
13
terhambat.
a. Morfologi Serangga
mulut, antena, mata majemuk dan mata tunggal. Pada bagian torak,
Pada bagian depan apabila dilihat dari samping dapat ditentukan letak
frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata
1) Kepala (Caput)
14
tungaki, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera.
2) Antena
panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas
15
stadiumnya.
3) Mata
15 Ibid., h.13-14
19
Mata tunggal dapat dijumpai pada larva, nimfa maupun pada serangg
4) Alat mulut
16
pengisap.
5) Toraks
16 Ibid.h.17-21
20
pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura
17
tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum.
6) Tungkai/kaki
ujung tibia ini biasanya terdapat duri-duri atau taji. Ruas terakhir
disebut tarsus. Tarsus ini biasanya terdiri atas 1-5 ruas. Di ujung ruas
17 Ibid.h.33
21
7) Sayap
dan metatoraks. Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah
sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut pembuluh sayap atau
18
kedalam subkelas Pterygota.
8) Abdomen
tergit, sklerit ventral atau sternum adalah sternit dan sklerit pada
19
telur.
18 Ibid.h.36-40
19 Mochamad Hadi, Udi Tarwotjo, Rully Rahadian, Biologi Insekta Entomologi, Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2009, h.16
22
b. Klasifikasi Serangga
disebut taksa (tunggal, takson). Taksa ini disusun oleh pola hirarki,
Kingdom
Filum
Sub filum
Super Kelas
Kelas
Sub Kelas
Cohort
Ordo
Sub Ordo
Super Famili
Famili
Sub Famili
Suku (Tribe)
Genus
Sub Genus
Spesies
Sub Spesies
Kelas, Ordo, Famili, Genus dan Spesies, dan kadang – kadang cukup
20
dengan Ordo, Famili, Genus dan Spesies.
Dapat diklasifikasikan :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Subkelas : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Serangga atau Insekta termasuk dalam filum Arthropoda.
dan Pterygota. Sub kelas Apterygota terbagi menjadi 4 ordo, dan sub
21
Pterygota yang metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo.
21
Ibid., h. 125-126.
24
22
Diptera (104), Siphonaptera (9) dan Hymenoptera (71).
22
Ibid., h. 126.
25
Serangga dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.
ukuran serta bentuk sayap depan dan belakang sama. Pada saat
23
tanaman. Contohnya Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai).
24
membusuk, dan beberapa lagi sebagai ominvora.
23
Jumar. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.2000.h.144
24
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran
Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h.264
26
3) Ordo Odonata
bentuk dan ukuran. Antena pendek seperti bulu yang keras. Saat
25
adalah, capung (Aeshna sp) dan capung besar (Epiophlebia).
sangat kecil sampai besar. Jika bersayap, maka pangkal sayap depan
25
Jumar. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.2000.h.137
27
26
lectularius), kepinding air (Lethoverus sp).
besar dan panjang dari pada sayap belakang. Sayap ada yang
membraneus dan ada yang ditutupi oleh bahan seperti tepung. Pada
Alat mulut mirip dengan alat mulut ordo Hemiptera, tetapi rostum
26
Ibid., .h.150
28
dan pada dewasa mengigit. Sayap dua pasang, seperti selaput, sayap
28
tanaman.
biasanya sedikit kecil dari pada sayap depan. Sayap di tutupi oleh
bulu-bulu atau sisik. Imago dari ordo ini di sebut kupu-kupu (jika
27
Jumar. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.2000.h.147-148
28
Ibid. h. 153
29
aktif pada siang hari) atau ngengat (jika aktif malam hari). Kupu-
kupu memiliki sayap yang relatif indah dengan warna yang menarik,
kelompok ini adalah ulat tanah (Agrotis ipsilon), ulat jengkal (Plusia
29
signata) dan kupu ulat sutra (Bombyx mori).
bungaan. Umumnya larva Diptera ini tanpa kaki, kepala kecil, tubuh
dekat air, serta dalam lubang inang. Beberapa spesies dari ordo ini
29
Jumar. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.2000.h. 155-157
30
30
predator atau parasit dari tanaman.
belakang ini umunya lebih panjang dari sayap depan dan digunakan
untuk terbang.
31
marginalis), serta kumbang beras (Calandra oryzae).
ini sangat kecil sampai besar. Sayap dua pasang, seperti selaput dan
umumnya banyak vena, sayap depan lebih besar dari pada sayap
30
Ibid. h. 158
31
Ibid. h. 161-164
31
32
rumah.
metabolisme pada tubuhnya, makanan adalah satu faktor yang sangat penting
serangga, baik itu mengenai apa yang dimakannya dan bagaimana seekor
serangga.
33
mengklasifikasikan serangga berdasarkan kelakuan makan.
a. Serangga Fitofagus
32
Ibid. h. 165-167
33
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran
Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h. 94.
32
Berbeda dengan hewan jenis lain yang juga termasuk dalam pemakan
35
jenis serangga yang ada di agroekosistem adalah hama.
b. Serangga Entomofagus
34 Ibid., h. 95.
35 Mochamad Hadi, dkk. Biologi Insekta Entomologi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, h.54.
33
hama secara alami, agar populasi hama tersebut tidak meningkat sampai
pada atau di dalam tubuh inangnya dengan menghisap cairan tubuh inang
36
Meloidae, dan Rhipiphoridae.
c. Serangga Saprofagus
bangkai, tinja, reruntuhan daun-daun, dan batang kayu yang mati. Bahan-
bahan ini sering menunjang populasi serangga yang besar. Tidak semua
serangga yang ada dalam bahan yang busuk makan bahan tersebut,
37
seperti Ordo Blattaria, Isoptera, dan beberapa jenis ordo Coleoptera.
36 Ibid., h. 66.
37 Ibid., h. 99.
34
faktor dalam (yang dimiliki serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang
38
pada suatu waktu merupakan hasil pertemuan antara dua faktor tersebut.
a. Faktor Dalam
1) Kemampuan Berkembangbiak
39
serangga, semakin besar kepribadiannya.
2) Perbandingan kelamin
39 Ibid.,h. 86-87
35
betina atau lebih dikenal dengan sex ratio sangat penting dalam
40
tinggi.
4) Siklus Hidup
40 Ibid., h. 88.
36
beberapa hari, atau hidup lebih dari satu bulan. Pada Coccus viridis,
41
nimfa.
b. Faktor Luar
Faktor luar adalah faktor lingkungan di mana serangga itu hidup dan
dan hayati.
1) Faktor Fisik
41 Ibid., h. 88-91.
37
tofografi.
suhu yang lain Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC
b) Kelembaban/Hujan
c) Cahaya/Warna/Bau
d) Angin
42
gerakan angin.
2) Faktor Makanan
menyukai daun tua dan bukan daun muda yang baru terbuka ataupun
43
meningkatkan populasi hama dengan cepat.
3) Faktor Hayati
45
seperti cahaya dan suhu.
respon yang positif terhadap cahaya tetapi tidak terhadap cahaya terfokus
46
respon dari berbagai famili serangga.
44 Ibid., h. 96
45 Fatoni, Keanekaragaman Serangga pada Tingkat Famili yang diberi Jenis Warna dan
Daya Lampu Berbeda di Lokasi Gedong Songo, Sekripsi, Jurusan Biologi FMIPA Undip, Semarang,
2002. h.9
46 Ibid., h. 9
41
adalah salah satu jenis serangga yang tertarik terhadap cahaya. Setiap
yang terjadi terhadap serangga itu disebabkan oleh faktor cahaya ataukah
faktor suhu, karena kedua faktor tersebut biasanya sangat erat berhubungan
membagi daerah pencahayaan seperti halnya pada suhu, yaitu daerah cahaya
cahaya, sehingga timbul sejenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore
dan malam hari. Cahaya matahari ini mempengaruhi aktivitas dari distribusi
pada keadaan gelap. Meskipun species serangga tertentu tidak tahan juga
42
alam akan berpengaruh sampai pada batas toleransi species serangga pada
umumnya. Tetapi suatu kenyataan dapat dilihat bahwa ada tidaknya cahaya
47
adanya cahaya.
serangga.
penting dari serangga terhadap kehidupan alam semesta dan seluruh isinya
sama lain, Allah berfirman di dalam Al-Qur‟an Surah al-Mulk (67) ayat
48
3.
Artinya :“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak
49
seimbang?”.
ada serangga yang termasuk dalam serangga diurnal (aktif disiang hari)
ekosistem yang sangat mendasar atas ciptaan Allah SWT. Layaknya sifat
tentang sekian banyak hal dari ayat tersebut. Salah satunya berpikir
tentang aneka jenis binatang yang diciptakan Allah baik binatang berakal
(manusia) atau pun tidak, menyusui, bertelur, melata, terbang, dan lain-
51
kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.
dan siang terhadap apa yang di ciptakan Allah di langit dan di bumi
pada penelitian kali ini, tentang aktifitas serangga malam terhadap respon
tentu memiliki penyebab yang sudah diatur oleh sebuah sistem yang ada
di alam semesta ini yang telah dibuat oleh Sang Maha Kuasa. Sehingga
kekuasannya.
B. Kerangka Konseptual
kawasan tersebut ada yang aktif di siang hari (diurnal) dan ada pula yang aktif di
dikondisikan sebagai salah satu hutan lindung serta sebagai kawasan konservasi
tergolong tinggi, khususnya serangga nocturnal atau serangga yang aktif pada
malam hari.
diurnal dan nocturnal maka pengaruh cahaya akan menjadi salah satu penentu
ekosistem.