Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Dina Hanifasari

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 180

PENILAIAN TINGKAT KEBAHAGIAAN MASYARAKAT LOKAL

TERHADAP KEBERADAAN KEGIATAN WISATA DI


DESA ORO-ORO OMBO KECAMATAN BATU KOTA BATU

SKRIPSI

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Teknik

DINA HANIFASARI
NIM. 125060600111036

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
PENILAIAN TINGKAT KEBAHAGIAAN MASYARAKAT LOKAL
TERHADAP KEBERADAAN KEGIATAN WISATA DI
DESA ORO-ORO OMBO KECAMATAN BATU KOTA BATU

SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik

DINA HANIFASARI
NIM. 125060600111036

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing


pada tanggal Agustus 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dian Dinanti, ST., MT., Nindya Sari, ST., MT.,


NIP. 2010028004102001 NIP. 197405302006042001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ir. Abdul Wahid Hasyim, MSP


NIP. 19651218 199412 1 001
IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI

JUDUL SKRIPSI:
Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata
di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu

Nama Mahasiswa : Dina Hanifasari


NIM : 125060600111036
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

KOMISI PEMBIMBING:
Ketua : Dian Dinanti, ST., MT.,
Anggota : Nindya Sari, ST., MT.,

TIM DOSEN PENGUJI:


Dosen Penguji 1 : Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M. Eng
Dosen Penguji 2 : Kartika Eka Sari, ST., MT.,
Tanggal Ujian : 17 Juli 2017
SK Penguji : 851 / UN10.F07/SK/2017
Teriring Ucapan Terimakasih kepada
Ibu dan Ayah

Kupersembahkan gelar ST kepada kalian berdua


Terimakasih atas perjuangan dan doa doa kalian dalam menjadikanku seorang
sarjana
RINGKASAN

DINA HANIFASARI, Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Agustus 2017, Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal
terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota
Batu, Dosen Pembimbing : Dian Dinanti.,ST.,MT dan Nindya Sari.,ST.,MT.

Indonesia dengan kekayaan alam dan corak kebudayaan yang tinggi memiliki
potensi pariwisata yang besar. Kota Batu merupakan ikon utama pariwisata Jawa Timur
dengan salah satu pusat kegiatan sektor wisata terletak di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan
Batu. Pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
terutama bagi masyarakat lokal. Secara umum pada aspek ekonomi, pariwisata berdampak
positif pada kesejahteraan masyarakat, namun cenderung berdampak negatif dari aspek
sosial-budaya dan lingkungan. Penilaian keberhasilan pembangunan secara holistik
terhadap kesejahteraan masyarakat dapat diukur melalui indeks kebahagiaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
terhadap keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif statistik dengan menggunakan alat ukur
kebahagiaan Gross National Happiness Index dan analisis crosstabs atau analisis tabulasi
silang, yaitu analisis korelasional untuk melihat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masyarakat lokal di Desa
Oro-Oro Ombo berada pada kategori bahagia. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Nilai indeks kebahagiaan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 0,77 (kategori
sangat bahagia) dan nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata adalah 0,68 (kategori bahagia). Berdasarkan hubungan antara tingkat
kebahagiaan dengan kondisi sosial ekonomi dapat diketahui tingkat kebahagiaan
berhubungan dengan kelompok umur, gender, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan.
Masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia cenderung pada kelompok umur 44-
52 tahun, perempuan, lulusan SD, pendapatan < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay.

Kata Kunci: Indeks Kebahagiaan, Tabulasi Silang, Sektor Wisata

i
ii

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


SUMMARY

DINA HANIFASARI, Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering University


of Brawijaya, Agustus 2017, Happiness Index of Local Community to The Tourism
Activities in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Advisors : Dian
Dinanti.,ST.,MT and Nindya Sari.,ST.,MT.

Indonesia contains great potential in the tourism sector with nature and cultural
diversity. Kota Batu is the main icon of East Java tourism with one of the tourism activity
center is located in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu. The development of the
tourism sector is directed to improve the welfare especially for local community.
Generally, the development of tourism can improve the welfare of local community on the
economic aspect, but tend to have a negative impact on the socio-cultural and environment
aspect. The welfare of community towards a holistic development outcomes can be
measured by the happiness index.
This study aims to determine the happiness index of local community to the tourism
activity in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. The analytical method use
measure instrument Gross National Happiness Index (GNHI) and Cross Tabulation
Analysis.
The results showed that the local community in Desa Oro-Oro Ombo is in the
happy category. Local community which working in supporting sector of tourism activities
is have a higher happiness index value than local community which working in the sector
of tourism activities. The happiness index value of local community which working in
supporting sector of tourism activities is 0.77 (extremely happy) and the happiness index
value of local community which working in the sector of tourism activities is 0.68 (happy).
Based on the Cross Tabulation Analysis known that happiness index associated with age
group, gender, education, income and employment. Local comunity in the unhappy
category tend to be in the age group of 44-52 years old, women, elementary school
graduates, income < Rp 1.000.000 and working as street vendors and homestay keeper.

Keywords: Happiness Index, Cross Tabulation, Tourism Sector

iii
iv

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNya laporan skripsi ini yang berjudul “Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat
Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu,
Kota Batu” dapat saya selesai dengan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan ini telah mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dian Dinanti, ST.,MT., dan Ibu Nindya Sari, ST., MT selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar menyediakan waktu, tenaga maupun pikiran untuk membantu
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Ibu Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M. Eng dan Ibu Kartika Eka Sari, ST., MT.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi.
3. Bapak Wiweko dan Bapak Trisno Aji, SH. selaku kepala desa dan sekertaris desa Oro-
Oro Ombo beserta perangkat dan masyarakat desa yang telah memberikan banyak
bantuan berupa fasilitas, informasi dan data dalam penyusunan skripsi.
4. Kedua Orang Tua tercinta, Ir. Diding Suhardi, MT., dan Dr. Masiyah Kholmi, MM.,
Ak., terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala cinta, kasih sayang, doa serta
dukungan moral dan semangat, juga kakak-kakakku Dyah Rahmasari, S.Farm., dan
Diana Nurindrasari, S.E., keluarga Sukun serta keluarga Jombang atas segala
dukungannya.
5. Teman-teman seperjuangan Arina, Dayu, Dita, Mia, Rika, Shilvy, Syarifah, Wanda,
Diella dan Devy atas kesediaan waktu untuk berdiskusi dan dukungan semangat selama
perkuliahan sampai penyusunan skripsi.
6. Teman-Teman PWK UB 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala
kerjasama dan persahabatan selama ini.
7. Seluruh teman dan sahabat, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan dan skripsi.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas akhir ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran untuk memperbaiki Laporan
Tugas Akhir ini.
Malang, Agustus 2017
Penulis

v
vi

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


DAFTAR ISI

RINGKASAN .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 5
1.6.1 Ruang Lingkup Materi ................................................................................ 5
1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................. 7
1.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 8
1.8 Sistematika Pembahasan......................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pariwisata................................................................................................................ 11
2.1.1 Kegiatan Wisata .......................................................................................... 11
2.2 Masyarakat Lokal ................................................................................................... 16
2.2.1 Dampak Perkembangan Wisata pada Masyarakat Lokal .......................... 17
2.3 Gross National Happiness Index (GNHI) .............................................................. 19
2.3.1 Kebahagiaan ............................................................................................... 19
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kebahagiaan melalui GNHI ....................................... 20
2.3.3 Domain dan Indikator GNHI ...................................................................... 21
2.3.4 Ambang Batas dalam GNHI ....................................................................... 26
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 27
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................... 31
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................. 31
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 39
3.3.1 Survei Sekunder .......................................................................................... 39
3.3.2 Survei Primer .............................................................................................. 39

vii
viii

3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................................. 40


3.5 Metode Analisis Data ............................................................................................. 42
3.5.1 Gross National Happiness Index (GNHI) .................................................. 42
3.5.2 Analisis Crosstabs ...................................................................................... 51
3.5.3 Analisis Deskriptif ...................................................................................... 54
3.6 Diagram Alir .......................................................................................................... 55
3.7 Desain Survei ......................................................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ........................................................................... 59
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Oro-Oro Ombo ..................................... 59
4.1.2 Profil Desa Oro-Oro Ombo ........................................................................ 61
4.2 Karakteristik Pariwisata Desa Oro-Oro Ombo ....................................................... 64
4.2.1 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo.................................................. 70
4.2.2 Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata Desa Oro-Oro Ombo ................... 71
4.3 Analisis Gross National Happiness Index (GNHI) ............................................... 74
4.3.1 Kecukupan Indikator .................................................................................. 74
4.3.2 Kecukupan Domain .................................................................................... 110
4.3.3 Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia ..... 112
4.3.4 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) ....................................................... 114
4.3.5 Indeks Kebahagiaan ................................................................................... 116
4.4 Hubungan Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Sosial, Demografi dan
Ekonomi Masyarakat Lokal ................................................................................... 132
4.5 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan
Wisata ..................................................................................................................... 139
4.4 Rekomendasi .......................................................................................................... 141

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 153
5.2 Saran ....................................................................................................................... 154

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.1 Kegiatan Wisata dan Kegiatan di Luar Wisata/Pendukung Wisata ......... 15
Tabel 2.2 Indikator dan Variabel Kebahagiaan ........................................................ 24
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 28
Tabel 3.1 Bobot Indikator Indeks Kebahagiaan ....................................................... 33
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................... 35
Tabel 3.3 Data Survei Sekunder ............................................................................... 39
Tabel 3.4 Data Survei Primer ................................................................................... 40
Tabel 3.5 Jumlah Sampel Masyarakat Lokal di Desa Oro-Oro Ombo ..................... 42
Tabel 3.6 Ambang Batas Kecukupan dan Bobot ...................................................... 44
Tabel 3.7 Contoh Penerapan Ambang Batas Kecukupan (Ak) dan Bobot (B) ......... 45
Tabel 3.8 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang Memenuhi Ambang
Batas Kecukupan (II) ................................................................................ 45
Tabel 3.9 Contoh Perhitungan Kecukupan Domain (KD)........................................ 46
Tabel 3.10 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang Memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan (BB) ............................................................ 47
Tabel 3.11 Contoh Perhitungan Tingkat Kecukupan Domain (TK)........................... 48
Tabel 3.12 Gradient Kebahagiaan .............................................................................. 49
Tabel 3.13 Contoh Perhitungan Persentase Domain yang Memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan pada Masyarakat Belum Bahagia (As) ....... 49
Tabel 3.14 Kategori Indeks Kebahagiaan ................................................................... 50
Tabel 3.15 Case Processing Summary........................................................................ 52
Tabel 3.16 Crosstabs ................................................................................................... 52
Tabel 3.17 Chi Square Tests ....................................................................................... 53
Tabel 3.18 Desain Survei ............................................................................................ 56
Tabel 4.1 Guna Lahan di Desa Oro-Oro Ombo ........................................................ 61
Tabel 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo yang Memiliki Keterbatasan
Fisik .......................................................................................................... 63
Tabel 4.3 Rata-rata Jam kerja Masyarakat Lokal yang Bekerja di Sektor
Kegiatan Wisata dan Sektor Pendukung atau Luar Wisata ...................... 91
Tabel 4.4 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata dan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau
Luar Wisata............................................................................................... 116
Tabel 4.5 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kondisi
Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi ............................................... 118
Tabel 4.6 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian
Wilayah ..................................................................................................... 119
Tabel 4.7 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok
Umur ......................................................................................................... 124

ix
x

Tabel 4.8 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender .......................125


Tabel 4.9 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat
Pendidikan .................................................................................................126
Tabel 4.10 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan .................128
Tabel 4.11 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan....................130
Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Tingkat Kebahagiaan dengan Kelompok Umur
Gender, Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Pekerjaan..........................133
Tabel 4.13 Crosstabulation ..........................................................................................133
Tabel 4.14 Konstribusi Kecukupan Indikator dan Variabel pada Masyarakat Lokal
yang berada pada Kategori Tidak Bahagia beserta rekomendasinya ........142
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 1.1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 8
Gambar 2.1 Model Paradigma Pembangunan Baru ..................................................... 19
Gambar 2.2 Domain dan Indikator Indeks Kebahagiaan ............................................. 22
Gambar 2.3 Kerangka Teori ......................................................................................... 30
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Perhitungan GNHI...................................................... 51
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 55
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Oro-Oro Ombo ................................................... 60
Gambar 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Kelompok Umur ..................... 61
Gambar 4.3 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Pekerjaan ................................ 62
Gambar 4.4 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Tingkat Pendidikan ................. 63
Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo .................. 66
Gambar 4.6 Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS) ......................................... 67
Gambar 4.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan BNS Tahun 2009-2015 ........................... 68
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Batu Night Spectacular (BNS) ................................. 69
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo .................. 70
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Kegiatan Pendukung dan Luar Wisata di
Desa Oro-Oro Ombo ................................................................................ 71
Gambar 4.11 Peta Persebaran Kegiatan Wisata , Kegiatan Pendukung dan
Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ........................................................ 73
Gambar 4.12 Persentase yang Memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada
Masing-Masing Indikator ......................................................................... 74
Gambar 4.13 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang Batas
Kecukupan pada Masing-Masing Indikator ............................................. 78
Gambar 4.14 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Puas pada Indikator
Kepuasan Hidup ....................................................................................... 79
Gambar 4.15 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang
Merasakan Emosi Positif .......................................................................... 81
Gambar 4.16 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang
Merasakan Emosi Negatif ........................................................................ 82
Gambar 4.17 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Pengetahuan
Baik pada Indikator Pengetahuan ............................................................. 86
Gambar 4.18 Persentase Masyarakat yang Kadang Membenarkan Tindakan
Menyimpang pada Indikator Norma......................................................... 87
Gambar 4.19 Persentase Jam Kerja Masyarakat Lokal .................................................. 91
Gambar 4.20 Persentase Jam Tidur Masyarakat Lokal .................................................. 92
Gambar 4.21 Persentase Masyarakat Lokal yang Mengaku Memiliki
Hak-Hak Kebebasan Politik ..................................................................... 94
Gambar 4.22 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Kinerja Pemerintah..............
sudah Baik ................................................................................................ 97

xi
xii

Gambar 4.23 Susunan Kerja Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo......................................98


Gambar 4.24 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Persepsi
Layanan sudah Baik ..................................................................................100
Gambar 4.25 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Rasa Kenyamanan
dan Kepercayaan dalam Keluarga dan Masyarakat ..................................102
Gambar 4.26 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasakan Polusi Air,
Polusi Udara dan Polusi Tanah .................................................................104
Gambar 4.27 Permasalahan Sampah di Desa Oro-Oro Ombo ........................................106
Gambar 4.28 Persentase Sub-Indikator Kepemilikan Rumah .........................................107
Gambar 4.29 Persentase Sub-Indikator Konstruksi Rumah ............................................108
Gambar 4.30 Persentase Sub-Indikator Konstruksi MCK ..............................................109
Gambar 4.31 Persentase Sub-Indikator Rasio Jumlah Kamar Rumah ............................109
Gambar 4.32 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang
Batas Kebahagiaan ....................................................................................110
Gambar 4.33 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal di
Desa Oro-Oro Ombo .................................................................................112
Gambar 4.34 Persentase Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia, Hampir
Bahagia, Bahagia dan Sangat Bahagia .....................................................113
Gambar 4.35 Persentase Masyarakat Lokal yang Bahagia dan Belum Bahagia .............114
Gambar 4.36 Konstribusi Kecukupan Domain pada Masyarakat yang
Belum Bahagia ..........................................................................................115
Gambar 4.37 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Kegiatan Wisata menurut Pembagian Wilayah di Desa Oro-Oro Ombo ..121
Gambar 4.38 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Pendukung atau Luar Wisata menurut Pembagian Wilayah di Desa
Oro-Oro Ombo ..........................................................................................122
Gambar 4.39 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian
Wilayah .....................................................................................................123
Gambar 4.40 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok
Umur ..........................................................................................................125
Gambar 4.41 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender .........................126
Gambar 4.42 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat
Pendidikan .................................................................................................127
Gambar 4.43 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurur Pendapatan ..................129
Gambar 4.44 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
di Sektor Kegiatan Wisata .........................................................................130
Gambar 4.45 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
di Sektor Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata ....................................132
Gambar 4.46 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Tidak
Bahagia ......................................................................................................135
Gambar 4.47 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Sangat
Bahagia ......................................................................................................138
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran 1 Form Wawancara (Batu Night Spectacular) ........................................... L-1
Lampiran 2 Form Wawancara (POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo) ...................... L-1
Lampiran 3 Form Wawancara Indeks Kebahagiaan ................................................... L-2
Lampiran 4 Form Kuesioner Indeks Kebahagiaan...................................................... L-3
Lampiran 5 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ................................................ L-7
Lampiran 6 Kegiatan Pendukung Wisata/Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ........ L-11
Lampiran 7 Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot Masyarakat
Lokal Pekera di Sektor Kegiatan Wisata ................................................. L-13
Lampiran 8 Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot Masyarakat
Lokal Pekera di Sektor Kegiatan Pendukung/Luar Wisata ..................... L-18
Lampiran 9 Kecukupan Indikator dan Persentase yang memenuhi Ambang
Batas Kecukupan pada Masyarakat Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata ...................................................................................................... L-24
Lampiran 10 Kecukupan Indikator dan Persentase yang memenuhi Ambang
Batas Kecukupan pada Masyarakat Pekerja di Sektor Kegiatan
Pendukung/ Luar Wisata ......................................................................... L-31
Lampiran 11 Kecukupan Domain, Persentase Masyarakat yang memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan, Konstribusi Kecukupan Domain,
Tingkat Kecukupan Domain, Gradient Kebahagiaan Masyarakat
Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata .......................................................... L-37
Lampiran 12 Kecukupan Domain, Persentase Masyarakat yang memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan, Konstribusi Kecukupan Domain,
Tingkat Kecukupan Domain, Gradient Kebahagiaan Masyarakat
Pekerja di Sektor Kegiatan Pendukung/Luar Wisata .............................. L-42
Lampiran 13 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) Masyarakat Lokal Pekerja di
Sektor Kegiatan Wisata ........................................................................... L-48
Lampiran 14 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) Masyarakat Lokal Pekerja di
Sektor Pendukung/ Luar Wisata .............................................................. L-50
Lampiran 15 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata menurut Kondisi Demografis, Sosial Ekonomi ........................... L-52
Lampiran 16 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Kegiatan Pendukung/Luar Wisata menurut Kondisi Demografis,
Sosial Ekonomi ........................................................................................ L-54
Lampiran 17 Crosstab Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Kondisi Demografis,
Sosial Ekonomi ........................................................................................ L-56

xiii
xiv

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata menurut Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah keseluruhan
kegiatan yang terkait dengan wisata dan bersifat multidimensional serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah dan pengusaha. Dewasa ini
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor perdagangan di dunia yang menjadi sumber
pendapatan utama bagi banyak negara berkembang (Permanasari, 2011).
Indonesia dengan kekayaan alam dan corak kebudayaan yang tinggi memiliki
potensi pariwisata yang besar. Sektor pariwisata berkonstribusi 4,23% pada penerimaan
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau senilai Rp 461,36 triliun dengan peningkatan
devisa yang dihasilkan mencapai U$ 11,9 milyar dan penyerapan tenaga kerja pada bidang
pariwisata sebanyak 12,16 juta orang (Kementerian Pariwisata, 2016). Sektor pariwisata
diarahkan untuk memperluas dan memeratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja guna
meningkatkan kesejahteraan terutama bagi masyarakat lokal.
Kesejahteraan masyarakat lokal telah menjadi fokus utama dalam pariwisata,
mengingat peran pentingnya dalam pengembangan, perencanaan dan keberlanjutan
pariwisata (Uysal & Jurowski, 1994). Sejumlah penelitian yang dilakukan di berbagai
destinasi wisata secara umum mengindikasikan bahwa pariwisata pada perspektif
perekonomian terbukti mampu membuka kesempatan kerja, menciptakan peluang usaha
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pada aspek sosial-budaya dan
lingkungan setempat memberikan dampak negatif (Untong, 2010 ; Sebele, 2010 ; Aref,
2011).
New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013)
menjelaskan bahwa aspek ekonomi memiliki keterbasan dalam mempresentasikan
kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan perhatian dunia pada pentingnya aspek
non-ekonomi. Hal ini juga seiring dengan pencapaian tujuan Sustainable Development
Goal’s (SDG’s) yang memiliki fokus pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan serta
perubahan masyarakat dunia yang semakin menghargai aspek budaya, sosial, religi dan
kearifan lokal.

1
2

Negara Bhutan telah memperkenalkan sebuah tolak ukur kesejahteraan bangsa


melalui kebahagiaan masyarakat dimana kebahagiaan tersebut dinilai berdasarkan aspek-
aspek kehidupan secara subjektif maupun obyektif. Hal tersebut dinilai lebih mampu
mempresentasikan kesejahteraan masyarakat secara holistik melalui keseimbangan aspek
ekologi, sosial, ekonomi dan budaya (Cahyat, Gonner & Haug, 2007). Aspek tersebut
dirangkum ke dalam sembilan domain kebahagiaan yaitu kesejahteraan psikologis,
kesehatan, penggunaan waktu, pendidikan, keragaman budaya, tatanan pemerintah,
vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan standar hidup yang memiliki bobot sama
pentingnya dalam menentukan indeks kebahagiaan. Penilaian kebahagiaan masyarakat atau
yang lebih dikenal dengan Gross National Happiness Index (GNHI) kemudian menjadi
acuan dalam penyusunan indeks kebahagiaan termasuk di Indonesia.
Penyusunan indeks kebahagiaan di Indonesia pertama kali dirilis oleh BPS pada
tahun 2013. Indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah 64,09 dan
mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 68,28 (skala 0-100). Demikian pula pada
indeks kebahagiaan Provinsi Jawa Timur yang mengalami peningkatan pada tahun 2014
yaitu 68,70 dibandingkan tahun sebelumnya 68,28, dimana indeks kebahagiaan masyarakat
di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (BPS Jawa Timur, 2015).
Namun, angka peningkatan indeks kebahagiaan Jawa Timur tidak terlalu signifikan dan
menunjukkan proporsi masyarakat Jawa Timur yang tidak bahagia masih cukup besar
karena tidak terlalu jauh dari ambang batas skor ketidakbahagiaan dimana menurut Kadir
(2014) ambang batas skor kebahagiaan adalah 50.
Kota Batu merupakan ikon utama pariwisata Jawa Timur dengan image “Kota
Wisata Batu” yang mengandalkan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). Rencana Induk Pariwisata Kota Batu 2014 - 2019 menunjuk Desa Oro-Oro
Ombo, Kecamatan Batu sebagai salah satu pusat kegiatan sektor pariwisata dengan konsep
wisata modern yang menggabungkan antara wisata kuliner dan belanja. Desa Oro-Oro
Ombo selain terletak di dekat pusat kota juga merupakan desa dengan pengunjung
terbanyak di Kota Batu (RIPPDA Kota Batu 2014-2019). Secara administratif, pariwisata
Desa Oro-Oro Ombo antara lain adalah obyek wisata Batu Night Spectacular (BNS),
Wisata Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar. Desa Oro-Oro Ombo juga merupakan
jalur wisata, festival wisata serta tempat pengembangan perumahan wisata atau villa
(Rencana Strategis Kota Batu, 2012-2017).
3

Desa Oro-Oro Ombo diarahkan sebagai kawasan strategis sektor unggulan


pariwisata khususnya wisata belanja dan kuliner serta lokasi kegiatan wisata di hutan
lindung yang digunakan untuk mempertahankan serta memelihara fungsi hutan lindung.
Pengelolaan hutan lindung dilakukan bersama dengan masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan dengan fungsi ekologis dan nilai
ekonomis serta membuka alur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki
terhadap alam (RIPPDA Kota Batu 2014-2019).
Pembangunan pariwisata di Kota Batu merupakan usaha pemerintah untuk
memberikan konstribusi yang cukup signifikan bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Dasar perencanaan pembangunan pariwisata di Kota Batu salah
satunya menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM memberikan gambaran
tentang dampak dari pembangunan bagi penduduk mencakup tiga bidang yang dianggap
paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Pada tahun 2014
IPM Kota Batu sudah mencapai 0,76 (skala 0-1) atau berada dalam kategori sedang dan
menempati urutan ke 9 dari 38 Kabupaten/Kota se-Jawa Timur (BPS Kota Batu, 2015).
Namun, IPM bersifat relatif dan bukan merupakan indikator keberhasilan pembangunan
yang komprehensif karena tidak mencakup indikator pada aspek lingkungan budaya
(Nugraha, 2010).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak cukup hanya dinilai dari
aspek ekonomi, namun dibutuhkan aspek-aspek lain untuk melengkapinya. Sebagaimana
dijelaskan oleh Cahyat, Gonner & Haug (2007), sistem pengukuran yang terintegrasi
antara aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya dapat menjadi tolak ukur utama dalam
menilai kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dan kondisi kehidupan dapat
merefleksikan kebahagiaan masyarakat (Veenhoven, 2004).
Hasil penelitian Luthfi (2013), menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata di
Kota Batu pada tahun 2009-2013 dalam aspek ekonomi memiliki dampak positif pada
kesejahteraan masyarakat. Anggraeni (2014) menjelaskan bahwa pembangunan wisata di
Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dapat menciptakan lapangan pekerjaan
baru, memicu perbaikan infrastruktur dan mempermudah akses transportasi sehingga
memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar.
Namun, dalam penelitian Yanti (2014) keberadaan wisata di Desa Oro-Oro Ombo
berdampak pada menurunnya kegiatan sosial-budaya masyarakat lokal dan Anggraeni
(2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembangunan wisata di Desa Oro-Oro
Ombo berpengaruh pada bergesernya budaya lokal, timbulnya kesenjangan sosial serta
4

pada segi ekologi berdampak pada kemacetan dan perubahan alih fungsi lahan. Sejauh ini
belum terdapat adanya penelitian mengenai dampak pembangunan wisata terhadap
kebahagiaan masyarakat di Kota Batu oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai penilaian kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata
khususnya di Desa Oro-Oro Ombo dengan menggunakan pendekatan Gross National
Happiness Index (GNHI).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil penelitian Luthfi (2013) pada tahun 2009-2013 dan Anggraeni
(2014) pada tahun 2014, pembangunan wisata di Kota Batu pada aspek ekonomi dapat
memberikan dampak positif kesejahteraan masyarakat pada aspek ekonomi yaitu membuka
lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan. Namun, ditinjau dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan menurut penelitian Anggaraeni (2014) dan Yanti (2014)
pembangunan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu pada tahun
2014 menimbulkan kemacetan, terganggunya aktivitas masyarakat sehari-hari akibat
banyaknya kunjungan wisatawan, bergesernya budaya lokal terutama pada generasi muda,
menurunnya pelestarian tradisi desa, kesenjangan sosial dan perubahan alih fungsi lahan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Masyarakat Kota Batu
Mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata dapat digunakan untuk mengetahui dampak kegiatan wisata terhadap
kesejahteraan hidup masyarakat khususnya bagi masyarakat di Desa Oro-Oro
5

Ombo. Mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal juga dapat digunakan


untuk mengetahui hal - hal yang perlu dikembangkan dan dipertahankan oleh
masyarakat.
2. Pemerintah Kota Batu
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam
pengembangan pariwisata Kota Batu selanjutnya. Penilaian tingkat kebahagiaan
masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata ini diharapkan dapat
menjadi salah satu masukan dalam evaluasi kinerja pembangunan pariwisata serta
memberikan pemahaman mengenai tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
khususnya di Desa Oro-Oro Ombo.
3. Pihak Swasta
Pihak swasta dalam hal ini adalah pengembang atau developer obyek wisata,
Penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu ini diharapkan dapat
menjadi masukan strategi dalam pengembangan obyek wisata.
4. Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menilai kebahagiaan masyarakat terhadap keberadaan kegiatan wisata. Selain itu,
gambaran mengenai penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dapat
dijadikan bahan sebagai referensi dan penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


1.6.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi merupakan batasan dan cakupan materi yang akan dibahas
dalam penelitan ini sehingga materi yang digunakan tepat sasaran dan pembahasannya
tidak meluas. Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada
ditemukannya tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata
di Desa Oro-Oro Ombo melalui perbandingan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dengan yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
selain itu, juga mengetahui hubungan tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial,
demografis dan ekonomi masyarakat. Lingkup materi penelitian meliputi:
6

A. Tinjauan penelitian
Komponen-komponen yang dijadikan tinjauan terhadap penelitian yang akan
dilakukan, yaitu:
1. Pariwisata yaitu pengertian pariwisata dan kegiatan wisata
2. Masyarakat lokal yaitu pengertian masyarakat lokal dan dampak perkembangan
wisata pada masyarakat lokal
3. Gross National Happiness Index (GNHI) yaitu pengertian kebahagiaan, tujuan
GNHI, domain dan indikator dan ambang batas dalam GNHI
4. Penelitian terdahulu terkait perkembangan pariwisata dan indeks kebahagiaan
masyarakat.
B. Karakteristik Wilayah Studi
Karakteristik wilayah studi yang dijabarkan secara deskriptif terkait gambaran
umum dan karakteristik pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo.
C. Analisis Gross National Happiness Index (GNHI)
Tingkat kebahagiaan diukur berdasarkan 9 domain berdasarkan Gross National
Happiness Index (GNHI) yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan, penggunaan waktu,
pendidikan, keragaman budaya, tatanan pemerintah, vitalitas komunitas,
keanekaragaman ekologi dan standar hidup. Analisis GNHI terdiri dari kecukupan
indikator, kecukupan domain, identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum
bahagia, persentase domain yang memenuhi kecukupan pada masyarakat yang belum
bahagia dan indeks kebahagiaan.
D. Analisis Crosstab
Analisis crosstab atau analisis tabulasi silang digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis korelasi atau hubungan antar variabel yaitu tingkat kebahagiaan dengan
kondisi sosial, demografis dan ekonomi masyarakat.
E. Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan
Wisata
Membandingkan tingkat kebahagiaan antara kedua kelompok, sehingga
menghasilkan kelompok mana yang memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi. Tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal tersebut nantinya dikelompokkan menurut kondisi
geografis, sosial, demografis dan ekonomi sehingga gambaran tingkat kebahagiaan dapat
diketahui secara terperinci.
7

F. Rekomendasi
Rekomendasi berisi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
indeks kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata berdasarkan
dari hasil analisis GNHI dan analisis crosstab.
1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penelitian berada di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota
Batu yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Krajan Oro-Oro Ombo yang terdiri dari 7
RW, Dusun Gondorejo yang terdiri dari 3 RW dan Dusun Dresel yang terdiri dari 3 RW
dengan total keseluruhan 34 RT . Batas-batas administrasi Desa Oro-Oro Ombo adalah
sebagai berikut:
Batas Utara : Kelurahan Ngaglik dan Kelurahan Temas, Kecamatan Batu
Batas Timur : Desa Beji, Kecamatan Junrejo
Batas Barat : Wilayah Perhutani dan Gunung Panderman
Batas Selatan : Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo
8

1.7 Kerangka Pikiran

Latar Belakang
 Indonesia memiliki potensi pariwisata yang tinggi dan berkonstribusi besar pada PDB nasional, peningkatan devisa dan penyerapan tanaga kerja
 Sejumlah penelitian menyebutkan pembangunan pariwisata memiliki dampak positif pada perekonomian masyarakat namun, cenderung
memberikan dampak negatif pada aspek sosial-budaya dan lingkungan setempat (Untong, Kaosa-ard dkk, 2010 ; Sebele, 2010 ; Aref, 2011)
 Kesejahteraan masyarakat dinilai lebih efektif dengan menggunakan tolak ukur secara holistik melalui aspek ekonomi, ekologi, sosial dan budaya
(Cahyat, Gonner & Haug,2007), dimana Negara Bhutan mengartikulasikan kesejahteraan melalui tingkat kebahagiaan atau Gross National
Happiness Index (GNHI) dengan 9 aspek , yang kemudian dijadikan acuan dalam menentukan tingkat kebahagiaan di Indonesia.
 Indeks kebahagiaan di Indonesia pertama kali dirilis BPS tahun 2013 dengan nilai indeks 64,09 dan pada 2014 menadi 68,28 (skala 0-100).
Provinsi Jawa Timur yang mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu 68,70 dibandingkan tahun sebelumnya 68,28, dimana indeks
kebahagiaan masyarakat di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (BPS Jawa Timur, 2015). Namun, angka peningkatan indeks
kebahagiaan Jawa Timur tidak terlalu signifikan dan menunjukkan proporsi masyarakat Jawa Timur yang tidak bahagia masih cukup besar karena
tidak terlalu jauh dari ambang batas skor ketidakbahagiaan dimana menurut Kadir (2014) ambang batas skor kebahagiaan adalah 50.
 Kota Batu melalui branding “Kota Wisata Batu” merupakan salah satu ikon pariwisata Jawa Timur yang mengandalkan sektor pariwisata untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
 Salah satu pusat sektor kegiatan wisata adalah di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu (RIPPDA 2014-2019). Secara administratif
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah obyek wisata BNS, Coban Rais, Peternakan Kuda Megastar. Desa Oro-Oro Ombo juga merupakan jalur
wisata, festival wisata dan tempat pengembangan perumahan wisata atau homestay (Renstra Kota Batu 2012-2017).

Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil penelitian Luthfi (2013) pada tahun 2009-2013 dan Anggraeni (2014) pada tahun 2014, pembangunan wisata di Kota Batu pada
aspek ekonomi dapat memberikan dampak positif kesejahteraan masyarakat pada aspek ekonomi yaitu membuka lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan. Namun, ditinjau dari aspek sosial, budaya dan lingkungan menurut penelitian Anggaraeni (2014) dan Yanti (2014)
pembangunan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu pada tahun 2014 menimbulkan kemacetan, terganggunya aktivitas
masyarakat sehari-hari akibat banyaknya kunjungan wisatawan, bergesernya budaya lokal terutama pada generasi muda, menurunnya pelestarian
tradisi desa, kesenjangan sosial dan perubahan alih fungsi lahan.

Bagaimana tingkat kebahagiaan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu,Kota Batu?

Survei Primer Survei Sekunder


 Studi Literatur
 Penyebaran Kuesioner Terkait pariwisata, kegiatan wisata masyarakat lokal, dampak
Kuesioner diajukan pada responden masyarakat lokal yang kegiatan wisata pada masyarakat lokal, kebahagiaan dan
bekerja di sektor pariwisata dan pendukung pariwisata. Gross National Happiness Index (GNHI)
Kuesioner berisi tentang sembilan aspek kebahagiaan
berdasarkan Gross National Happiness Index (GNHI).  Studi Instansi
 Observasi - Profil Desa oro-Oro Ombo
Karakteristik dan kondisi wisata wilayah secara umum - RPJM Desa Oro-Oro Ombo
 Wawancara - Persebaran kegiatan wisata dan pendukung di Desa Oro-
- Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo Oro Ombo
- Kelompok Sadar Wisata Desa Oro-Oro Ombo - Jumlah wisatawan pengunjung di kegiatan wisata di Desa
- Pihak Obyek Wisata Oro-Oro Ombo

Analisis Gross National Happiness


Tingkat Kebahagiaan Masyarakat
Karakteristik Index (GNHI) Analisis Crosstab Lokal terhadap Keberadaan
Wilayah Tingkat kebahagiaan diukur berdasarkan 9
domain berdasarkan Gross National
Analisis crosstab atau Kegiatan Wisata
Studi analisis tabulasi silang
Happiness Index (GNHI) yaitu kesejahteraan
Gambaran digunakan untuk Membandingkan tingkat kebahagiaan
psikologis, kesehatan, penggunaan waktu,
umum mengetahui dan antara kedua kelompok, sehingga
pendidikan, keragaman budaya, tatanan
wilayah studi, menganalisis korelasi menghasilkan kelompok mana yang
pemerintah, vitalitas komunitas,
karakteristik atau hubungan antar memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi.
keanekaragaman ekologi dan standar hidup.
pariwisata variabel yaitu tingkat Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
Analisis GNHI terdiri dari kecukupan
wilayah studi kebahagiaan dengan tersebut nantinya dikelompokkan menurut
indikator, kecukupan domain, identifikasi
kondisi sosial, kondisi geografis, sosial, demografis dan
kelompok masyarakat yang bahagia dan
demografis dan ekonomi sehingga gambaran tingkat
belum bahagia, persentase domain yang
memenuhi kecukupan pada masyarakat yang ekonomi masyarakat. kebahagiaan dapat diketahui secara
belum bahagia dan indeks kebahagiaan. terperinci beserta rekomendasinya.

Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di


Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu

Gambar 1.1 Kerangka Pikir


9

1.8 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan pada penelitian “Penilaian Tingkat Kebahagiaan
Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo,
Kecamatan Batu, Kota Batu” adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan dalam penelitian berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup penelitian yang mencakup ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, kerangka pemikiran serta sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi tentang kumpulan teori yang akan digunakan sebagai acuan
dalam penelitian, baik teori mengenai pariwisata, kegiatan wisata, masyarakat
lokal, dampak perkembangan wisata pada masyarakat lokal, Gross National
Happiness Index (GNHI) dan penelitian terdahulu serta kerangka teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian berisi metode dan alur yang digunakan dalam penelitian yang
terdiri dari jenis penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, populasi
dan sampel, metode analisis data terkait tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
digunakan dalam penelitian, diagram alir dan desain survei.
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang gambaran umum dan karakteristik
wilayah studi, karakteristik pariwisata wilayah studi dan analisis Gross National
Happiness Index (GNHI), analisis crosstab, analisis deskriptif terkait tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata serta
rekomendasi.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan serta saran bagi pemerintah dan akademisi.
10

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh masyarakat,
pengusaha dan pemerintah. Berikut ini beberapa pengertian lebih lanjut mengenai
pariwisata, antara lain:
1. Menurut Murphy dalam Pitana & Gayatri (2005)
Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen - elemen terkait wisatawan, daerah
tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain-lain yang merupakan akibat dari
perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan
secara tidak permanen.
2. Menurut Suwardjoko & Warpani (2007)
Pariwisata adalah fenomena politik – sosial – ekonomi – budaya - fisik yang
muncul sebagai wujud kebutuhan manusia dan Negara serta interaksi antara
wisatawan dengan masyarakat tuan rumah, sesama wisatawan, pemerintah dan
pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan.
Dari definisi di atas, pengertian pariwisata dapat dirangkum yaitu hubungan dan
fenomena yang timbul akibat perjalanan dan tinggal untuk sementara dengan maksud
bersenang-senang, bersantai dan rekreasi atau berniaga dan keperluan-keperluan lainnya.
Hubungan dan fenomena yang timbul dari pariwisata merupakan mata rantai panjang yang
dapat menggerakkan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat.
2.1.1 Kegiatan Wisata
Kegiatan wisata adalah menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang
terkait di bidang tersebut (UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan
wisata diwujudkan melalui antara lain adalah penyediaan daya tarik wisata, penyediaan
kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan
minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi

11
12

pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata dan spa. Berikut ini adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai masing - masing kegiatan wisata.
1. Penyediaan daya tarik wisata
Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa yang
telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata
(Wibowo, 2008). Penyediaan daya tarik wisata dapat diwujudkan dengan
penyediaan obyek wisata dan atraksi wisata serta penyediaan golf, kolam renang,
boating, surfing, fishing, tennis court dan fasilitas lainnya (Wibowo, 2008).
2. Penyediaan kawasan pariwisata
Kegiatan membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata (Wibowo, 2008).
3. Jasa transportasi wisata
Kegiatan penyediaan jasa angkutan umum yaitu angkutan khusus wisata atau
angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata (Pendit, 2002).
4. Jasa perjalanan wisata
Jasa perjalanan wisata terbagi menjadi biro perjalanan wisata dan agen perjalanan
wisata. Biro perjalanan wisata bergerak pada penyediaan jasa perencanaan
perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaran perjalanan ibadah. Agen perjalanan wisata adalah usaha jasa
pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta
pengurusan dokumen perjalanan (Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata). Jasa
perjalanan wisata dapat diwujudkan dengan perusahaan tour operator and travel
agent (Wibowo, 2008).
5. Jasa makanan dan minuman
Kegiatan pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang
dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi maupun sebagai usaha
yang berdiri sendiri. Jasa makanan dan minuman dapat diwujudkan dengan
penyediaan rumah makan, restoran, self-services, cafeteria, coffee shop, grill room,
bar, tavern dan sebagainya (Wibowo, 2008).
6. Penyediaan akomodasi
Kegiatan penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan.
Penyediaan akomodasi dapat diwujudkan dengan penyediaan hotel, motel, wisma,
homestay, cottages, camping dan youth hostel (Wibowo, 2008).
13

7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi


Kegiatan pengurusan penyelenggaran hiburan baik yang mendatangkan,
mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu dan jenis
hiburan. Jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi dapat diwujudkan
dengan penyelenggaraan badan usaha yang menyajikan hiburan-hiburan atau event
organizer (Pendit, 2002).
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran
Merupakan kegiatan dengan memberikan jasa pelayanan bagi satu pertemuan
sekelompok orang (misalnya negarawan, usahawan, cendekiawan) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama
(Wibowo, 2008).
9. Jasa informasi pariwisata
Penyediaan jasa berupa informasi, dan penyebaran serta pemanfaatan informasi
kepariwisataan. Jasa informasi wisata dapat diwujudkan dengan tourist information
center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan atau suatu resort atau
dibentuknya lembaga khusus untuk mempromosikan pariwisata (Wibowo, 2008).
10. Jasa konsultan pariwisata
Penyediaan jasa berupa saran dan nasihat yang diberikan untuk penyelesaian
masalah-masalah yang timbul mulai dari penciptaan gagasan, pelaksanaan
operasinya yang disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui
serta disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional
(Wibowo, 2008).
11. Jasa pramuwisata
Kegiatan bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan
tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan perjalanan wisata (Wibowo, 2008). Jasa pramuwisata dapat
diwujudkan dengan penyediaan jasa pemandu (guide) serta penerjemah (Pendit,
2002).
12. Spa
Spa adalah upaya kesehatan tradisional dengan perawatan holistik dan pelayanan
professional yang menawarkan berbagai treatment untuk memenuhi kesehatan
tubuh, pikiran dan jiwa (mind, body and spirit). Tipe-tipe spa antara lain adalah
ayurvedic spa, day spa, destination spa, mineral spring spa, hotel spa, club spa,
medical spa, dental spa dan mobile spa (Jumarani,L. 2009).
14

Sammeng (2001) menerangkan lapangan kerja yang tercipta oleh industri


pariwisata dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu:
1. Lapangan kerja langsung, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersedia pada jajaran
industri pariwisata, misalnya: akomodasi dan catering, tours & travel, daya tarik
dan fasilitas bisnis pariwisata.
2. Lapangan kerja tidak langsung, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersedia pada
pabrik, toko dan usaha-usaha lain yang diperlukan oleh pengusaha dan organisasi-
organisasi pariwisata yang melayani langsung wisatawan. Lapangan kerja tidak
langsung mencakup bidang yang sangat luas, yaitu mulai sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan sampai dengan sektor industri manufaktur dan
industri jasa.
3. Lapangan kerja induced, adalah lapangan kerja yang tercipta akibat dari
pengeluaran orang-orang yang bekerja secara langsung atau tidak langsung pada
industri pariwisata.
Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Roth Field (1997) dalam bukunya Tourism
Management membagi kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan namun mendukung
kegiatan tersebut menjadi dua yaitu pengadaan prasarana umum (general infrastructures)
dan kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life).
1. Pengadaan sarana prasarana umum (general infrastructure)
Kegiatan pengadaan yang bertujuan menyangkut kebutuhan orang banyak dan
membantu kelancaran roda perekonomian yaitu, pengadaan pembangkit tenaga
listrik dan sumber energi, sistem penyediaan air bersih, sistem jaringan jalan raya
dan jalur kereta api, sistem irigasi dan perhubungan telekomunikasi.
2. Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life)
Kegiatan pengadaan yang bertujuan menyangkut kebutuhan orang banyak seperti
rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, pom bensin dan administrasi pemerintahan
(polisi, pengadilan, badan legislatif dan lain-lain).
Pendit (2002) juga membagi kegiatan pendukung dan penunjang pariwisata
menjadi dua yaitu sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism superstructures)
dan sarana penunjang pariwisata (supporting tourism superstructures). Sarana pelengkap
pariwisata diwujudkan dengan kegiatan penyediaan kerajinan tangan, penyediaan
perusahaan manufaktur, toko-toko souvenir, toko pakaian, toko perhiasan, toko kelontong
dan toko foto (cuci-cetak), salon dan sebagianya. Sarana penunjang pariwisata diwujudkan
dengan kegiatan penyediaan night club, casinos, steambaths dan lain-lain.
15

Tabel 2.1 Kegiatan Wisata dan Kegiatan di Luar Wisata/ Pendukung Wisata
Kegiatan di Luar Wisata/Pendukung wisata
Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Pendit (2002)
Kegiatan Wisata
Roth Field (1997)
(UU No.10 Tahun 2009 tentang
General Basic Needs of Supplementing Supporting
Kepariwisataan)
Infrastucture Civilized Life tourism tourism
superstructures superstructures
1. Penyediaan daya tarik wisata Kegiatan Kegiatan masyarakat - Perusahaan - Night club
- obyek wisata dan atraksi wisata masyarakat yang yang berkaitan manufaktur - Casinos
(Wibowo,2008) berkaitan dengan : dengan : (kerajinan - Steambaths
- Pengadaan
- golf, kolam renang, boating, surfing, - Rumah sakit tangan/
fishing, tennis court dan fasilitas pembangkit - Apotik kesenian),
lainnya (Wibowo,2008) tenaga listrik - Bank - Toko-toko
2. Penyediaan kawasan pariwisata dan sumber - Kantor pos souvenir,
3. Jasa transportasi wisata energi - Pom bensin - Toko
- Penyedia angkutan wisata - Sistem - Adminitrasi pakaian
(Pendit,2002) penyediaan air pemerintah (boutiques),
4. Jasa perjalanan wisata bersih (polisi,pengadilan, - Toko
- perusahaan tour operator and travel - Sistem jaringan badan legislatif) perhiasan
agent (Wibowo,2008) jalan raya (jewellery),
5. Jasa makanan dan minuman - Sistem irigasi - Toko
- Perhubungan
- rumah makan, restoran, self-services, kelontongan
telekomunikasi
cafeteria, coffee shop, grill room, bar, - Toko foto
tavern (Wibowo,2008) - Pertanian, (cuci-cetak),
6. Penyediaan akomodasi Perkebunan, - Salon
- hotel, motel, wisma, homestay, Peternakan, (barbershop)
cottages, camping dan youth hostel Perikanan
(Wibowo,2008)
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
rekreasi
- penyelenggaraan badan usaha event
organizer (Pendit,2002)
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran
9. Jasa informasi pariwisata
- Tourist information center/lembaga
khusus untuk mempromosikan
pariwisata (Wibowo,2008)
10. Jasa konsultan pariwisata
11. Jasa pramuwisata
- Jasa pemandu (guide) serta penerjemah
(Wibowo,2008)
12. Spa
Ayurvedic spa, day spa, destination spa,
mineral spring spa, hotel spa, club spa,
medical spa, dental spa dan mobile spa
(Jumarani,L.2009)
Sumber: UU No 10 Tahun 2009,Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Roth Field (1997), Pendit (2002), Wibowo (2008),
Jumarani,L (2009)
Berdasarkan Tabel 2.1, kegiatan wisata dapat dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan
wisata itu sendiri dan kegiatan di luar wisata atau pendukung wisata. Kegiatan wisata
dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 12 macam yaitu daya tarik wisata, kawasan
pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
jasa akomodai, jasa penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa penyelenggara
pertemuan, jasa informasi pariwisata, jasa konsultasi wisata, jasa pramuwisata dan spa.
16

Untuk kegiatan di luar wisata dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu sarana prasarana
umum (general infrastructure), kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized
life), sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism superstructures) dan sarana
penunjang pariwisata (supporting tourism superstructures). Macam-macam kegiatan
wisata ini nantinya dipergunakan sebagai masukan dalam menentukan kegiatan wisata dan
kegiatan pendukung wisata yang berada di wilayah studi serta menentukan sampel
penelitian.

2.2 Masyarakat Lokal


Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan (Soekanto, 2006). Emile
Durkheim (dalam Taneko, 1984) menyebutkan bahwa masyarakat terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
Masyarakat lokal di wilayah studi penelitian ini adalah masyarakat pedesaan. Ciri-
ciri masyarakat lokal pedesaan berdasarkan modul “Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat
Perkotaan” antara lain adalah mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan. Sebagaian besar warga hidup dari pertanian (pekerjaan yang
bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan/part time), masyarakatnya cenderung
homogen (mata pencahariaan, agama, adat-istiadat dan sebagainya) serta umumnya sangat
giat bekerja.
Masyarakat pedesaan juga memiliki ciri khas hidup dalam kesederhanaan, mudah
curiga terhadap hal-hal atau komunitas yang baru sehingga beberapa golongan masyarakat
tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada,
menjunjung tinggi kesopanan, lugas (berbicara apa adanya), memiliki perasaan “minder”
dengan masyarakat perkotaan, menghargai orang lain, gotong royong, demokratis
(musyawarah untuk mencapai mufakat) dan sangat religius (Waluya, B.). Masyarakat
pedesaan yang memiliki sifat dasar harmonis, rukun dan damai juga memiliki beberapa
gejala sosial yang sering timbul yaitu adanya konflik yang berkaitan dengan kedudukan,
17

gengsi dan pernikahan serta kontraversi (pertentangan) yang disebabkan oleh perubahan
konsep kebudayaan dan kompetisi negatif (timbul rasa iri dan saling memfitnah).
Masyarakat pedesaan dalam penelitian ini merupakan masyarakat pedesaan yang
berada di area wisata. Masyarakat lokal di area wisata berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan, termasuk penyampaian saran, pendapat dan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam rangka proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan. Keikutsertaan masyarakat
lokal di area wisata mulai dikembangkan mulai tahun 1990. Hal tersebut tersebut dibangun
agar tidak hanya investor atau pihak swasta saja yang mendapat keuntungan yang besar
dari pariwisata tetapi masyarakat di area wisata juga ikut berperan aktif dalam pariwisata,
tidak hanya menjadi bagian kecil dari kegiatan wisata seperti PKL, warung kecil dan lain-
lain (Permanasari, 2011).
Peran aktif masyarakat lokal di area wisata dalam pengembangan wisata juga
diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan kebanggaan pada budaya lokal,
mempertahankan lingkungan, meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi
laju urbanisasi (Permanasari, 2011). Berdasarkan ciri-ciri atau kecenderungan hal tersebut
dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menentukan sampel masyarakat lokal dan
membantu menggambarkan kondisi kemasyarakatan dalam wilayah studi di penelitian ini.
2.2.1 Dampak Perkembangan Wisata pada Masyarakat Lokal
Perkembangan menurut Suwantoro (1997) adalah suatu proses atau cara
menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna. Adanya perkembangan
pariwisata tentunya juga akan memicu adanya dampak khususnya bagi kesejahteraan
masyarakat lokalnya (Kim, 2002). Waluya (2012) dalam tulisannya yang berjudul
“Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan”, terdapat adanya dampak positif dari
perkembangan wisata bagi masyarakat, antara lain adalah:
1. Terbukanya lapangan kerja di sektor pariwisata
2. Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta memberikan
pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya
3. Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar bisa
disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek wisata itu menjadi lebih
menarik karena atraksi budaya yang disuguhkan lebih variatif
4. Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar bisa berkomunikasi dengan
wisatawan asing guna menambah pengetahuan dan pengalaman
18

Kegiatan wisata juga dapat menimbulkan adanya dampak-dampak negatif yaitu:


a. Dampak negatif terhadap lingkungan alam yang mencakup gejala alam yang
ada di sekitarnya antara lain adalah kerusakan vegetasi, polusi air, polusi udara,
polusi suara, kerusakan kawasan tepi sungai, habisnya cadangan air tanah dan
air permukaan serta masalah sampah.
b. Dampak negatif terhadap lingkungan binaan antara lain pemanfaatan lahan
yang tidak benar, pembangunan kota yang tidak terkendali, perubahan gaya
hidup, kepadatan tinggi, perubahan pemanfaatan lahan dan kerusakan bangunan
bersejarah.
c. Dampak negatif terhadap lingkungan budaya yang mencakup nilai-nilai dan
kepercayaan adat mulai luntur, tindakan moral negatif (pelacuran dan mabuk),
perilaku hedonis, seni dan kerajinan adat tidak dilestarikan dan meningkatnya
pelanggaran hukum (pencurian, narkotika, kelompok jahat).
Dampak perkembangan wisata yang terjadi juga dapat memengaruhi psikologis
masyarakat. Adanya kontak dengan budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu
kebudayaan baru sehingga dapat menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan
menyimpang (Nasir, 2014). Toleransi terhadap perbuatan menyimpang dalam hal ini salah
satunya adalah sikap saling membohongi dan memeras antara masyarakat lokal dengan
wisatawan akibat tidak terdapat adanya hubungan yang mendalam. Masyarakat lokal
khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan ekonomi untuk
mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula didasarkan pada
keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-tamahan yang
dikomersialkan (Pitana & Gayatri, 2005). Selain itu ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang tertentu dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan atau pertentangan
untuk mengubahnya (Nasir, 2014).
Berdasarkan dampak yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa dampak
perkembangan pariwisata tidak hanya berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat
namun juga pada lingkungan, sosial, budaya dan psikologis. Dampak perkembangan
wisata ini nantinya akan dijadikan masukan untuk menggambarkan dampak dan
permasalahan yang timbul akibat dari perkembangan wisata pada masyarakat lokal yang
ada di wilayah studi.
19

2.3 Gross National Happiness Index (GNHI)


2.3.1 Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dipersepsikan secara subyektif oleh tiap
orang. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas pada perasaan subyektif seperti
perasaan senang (fun), perasaan ceria (cheerful) atau perasaan gembira lainnya yang
mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat. Kebahagiaan dalam hal ini adalah
perasaan yang lebih mendalam dan obyektif menyangkut pengembangan seluruh aspek
kehidupan suatu individu (BPS Jawa Timur, 2015).
Kepuasan hidup dapat diasosiasikan sebagai ukuran kebahagiaan dengan
pendekatan pengukuran subyektif, sementara kesejahteraan cenderung dikaitkan dengan
penilaian terhadap kondisi kehidupan (living conditions) dengan pendekatan pengukuran
obyektif dan psikologik. Kepuasan hidup merupakan suatu ukuran yang menggambarkan
tingkat kebahagiaan, sementara itu kebahagiaan juga merupakan suatu ukuran
kesejahteraan pada tataran yang lebih tinggi. Menurut Veenhoven (2004), kebahagiaan
merupakan refleksi dari kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai.
Gross National Happines Index (GNHI) atau yang disebut sebagai indeks
kebahagiaan merupakan istilah dari Negara Bhutan, dimana konsep ini menyiratkan bahwa
pembangunan berkelanjutan harus mengambil pendekatan holistik terhadap kemajuan dan
kesejahteraan non-ekonomi (New Development Paradigm Steering Committee and
Secretariat, 2013).

SOCIETAL HAPPINESS

A. Needs E. Happiness Skill


All human beings, regardless of Dream creatively from human
the environment in which they historical experience, wisdom
live, require adequate B. Holistic Development Agenda traditions and modern science
satisfaction or their need for A transformative agenda with
food, water, shelter, security & interconnected solutions
respect. All of this, in turn, is - Environment conservations
dependent upon a sustainable - Sustainable & equitable socio- D. Outcome : Equitable &
economic development Sustainable Society
environment
- Preservation & promotion of  Ecological diversity &
culture resilience
- Good governance  Living standards
 Health
 Education
 Cultural diversity &
C. Responsible use of resources resilience
Natural, social, human and economic  Community vitality
resources to ensure present and future  Time balance
sustainibility  Good governance
 Psychological wellbeing

Gambar 2.1 Model Paradigma Pembangunan Baru


Sumber: New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013:9)
20

Gambar 2.1 merupakan Model Paradigma Pembangunan Baru menurut New


Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013) yang mendasari indeks
kebahagiaan dengan penjabaran sebagai berikut.
1. Kebutuhan
Kebutuhan mendasar seperti standar hidup yang layak, lingkungan, kesehatan,
pendidikan, partisipasi budaya, keseimbangan penggunaan waktu, partisipasi dan
kebebasan politik serta kesejahteraan psikologis yang belum terpenuhi oleh
paradigma pembangunan konvensional.
2. Agenda pembangunan yang holistik
Diperlukan adanya struktur kelembagaan, kebijakan, sistem pengukuran dan
mekanisme peraturan sebagai inti model. Konsep GNH menggunakan empat pilar
yaitu good governance, pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan,
pelestarian budaya dan pelestarian lingkungan.
3. Pengunaan sumber daya alam, manusia dan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan
masa kini dan masa mendatang yang sustainable.
4. Kebahagiaan juga dapat dipengaruhi oleh sejarah, pengalaman, kebudayaan dan
ilmu modern
5. Kebahagiaan dianggap sebagai hasil transformasi dan terjemahan dari
kesejahteraan yang terdiri dari 9 domain yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan,
pendidikan, keragaman budaya dan ketahanan, penggunaan waktu, tatanan
pemerintah, vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan
standar hidup.
Berdasarkan definisi diatas, kebahagiaan dalam penelitian ini bukan perasaan
gembira mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat tetapi merupakan hasil
transformasi dari kesejahteraan yang terdiri dari 9 domain yaitu kesejahteraan psikologis,
kesehatan, pendidikan, keragaman budaya dan ketahanan, penggunaan waktu, tatanan
pemerintah, vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan standar
hidup.
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kebahagiaan melalui GNHI
Pengukuran indeks kebahagiaan dikembangkan oleh Ura, dkk (2012) yang dapat
digunakan dalam beberapa hal serta memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menetapkan kerangka alternatif pembangunan
Visi pembangunan secara eksplisit yaitu berusaha memenuhi kepuasaan secara
lebih kompleks melalui sembilan domain sebagai cerminan tujuan pembangunan.
21

2. Indikator indeks kebahagiaan sebagai panduan dalam sektor pembangunan


Indikator indeks kebahagiaan dapat memantau kegiatan sektor publik, memonitor
output, mengevaluasi keberhasilan program serta memberikan insentif bagi
pemerintah untuk meningkatkan layanan berdasarkan konstribusi indeks
kebahagiaan dari waktu ke waktu.
3. Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan target
Indeks kebahagiaan merupakan panduan yang cukup efektif dalam penentuan
kebijakan karena terdapat pemahaman yang jelas mengenai keberhasilan program
kegiatan serta kelemahan sumber daya dari waktu ke waktu.
4. Mengukur kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat
Komponen indikator GNH bertujuan untuk menerangkan kesejahteraan masyarakat
secara kompleks dan terperinci. Hal ini juga memerlukan metodologi pengukuran
yang mudah untuk dimengerti masyarakat.
5. Mengukur kemajuan seiring waktu
Indeks kebahagiaan alat ukur yang peka terhdap perubahan dari waktu ke waktu
sehingga dapat diamati selama dekade terakhir. Beberapa indikator akan langsung
responsif terhadap perubahan dalam kebijakan yang relevan.
6. Membandingkan kemajuan di seluruh wilayah
Indeks kebahagiaan mampu memberikan makna perbandingan pada karakter daerah
yang bervariasi sehingga survei dapat dilakukan pada seluruh daerah.
Berdasarkan tujuan pengukuran kebahagiaan melalui GNHI, dalam penelitian ini
memiliki tujuan yang identik pada tujuan nomor 4 yaitu untuk mengukur kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyat. GNHI sendiri menurut Haryanto, J. dapat dipilah ke dalam
kelompok-kelompok dan wilayah, sehingga dapat digunakan untuk merancang kebijakan
dan program peningkatan kebahagiaan secara rinci dan terpadu baik oleh pemerintah pusat,
daerah, LSM atau dunia usaha, dimana dalam penelitian pengukuran kebahagiaan melalui
GNHI dipilah ke dalam kelompok masyarakat lokal pekerja sektor kegiatan wisata dan
kelompok masyarakat pekerja sektor pendukung atau luar wisata di wilayah studi.
2.3.3 Domain dan Indikator GNHI
Ura, dkk (2012) menentukan domain dan indikator indeks kebahagiaan berdasarkan
lima kriteria yaitu :
1. Mencerminkan nilai normatif indeks kebahagiaan yang telah diartikulasikan dalam
dokumen resmi pembangunan
2. Setiap domain dan indikator telah dianalisis untuk memastikan ketahanan
22

3. Mencerminkan kebahagiaan sehingga dapat dilakukan peningkatan


4. Harus relevan untuk tindakan kebijakan publik
5. Mudah dimengerti masyarakat dan berhubungan dengan pengalaman hidup
Berdasarkan hal tersebut, indeks kebahagiaan memiliki sembilan domain yang
terdiri dari tiga golongan domain yaitu domain standar (standard domain) meliputi standar
hidup, kesehatan dan pendidikan, domain baru (newer domain) meliputi penggunaan
waktu, tatanan pemerintah dan keragaman ekologi serta domain inovatif (innovative
domain) meliputi kesejahteraan psikologis, vitalitas komunitas dan keragaman budaya
(Ura, dkk, 2012).

Gambar 2.2 Domain dan Indikator Indeks Kebahagiaan


Sumber: (Ura, dkk, 2012)

Berdasarkan Gambar 2.2, Indeks kebahagiaan sendiri memiliki 33 indikator dan


129 variabel. Indikator indeks kebahagiaan terdiri dari indikator subyektif dan obyektif.
Terdapat sembilan indikator subyektif antara lain yaitu kepuasan hidup, emosi positif dan
negatif, spiritualitas, catatan status kesehatan diri, kebebasan politik, kinerja pemerintah,
tanggung jawab terhadap lingkungan dan persepsi terhadap isu lingkungan. Serta terdapat
enam indikator yang dilaporkan sendiri yaitu pengetahuan, norma, hubungan keluarga,
hubungan masyarakat, bahasa dan driglam namzha (Ura, dkk, 2012).
23

Indeks kebahagiaan merupakan dimensi kepuasan hidup yang mengarah pada


kesejahteraan subyektif, sehingga penting untuk menyertakan kajian indikator subyektif
yang berguna ketika indikator obyektif tidak cukup untuk menjelaskan aspek penting
dalam sebuah domain. Aspek subyektif tersebut sangat penting untuk diukur karena
merupakan hal yang paling inti dalam kesejahteraan (Ura, dkk, 2012). Berikut ini Tabel 2.2
adalah rincian penjelasan indikator dan variabel indeks kebahagiaan.
24

Tabel 2.2 Indikator dan Variabel Indeks Kebahagiaan


No Domain Indikator Variabel Bobot
1 Kesejahteraan Kepuasan hidup Tingkat kepuasaan terhadap kesehatan, pekerjaan, keluarga, standar hidup dan keseimbangan kerja 33%
psikologis Emosi positif Emosi positif adalah perasaan kasih sayang, kemurahan hati, pengampunan, kepuasan dan ketenangan 17%
Emosi negatif Emosi negatif diwakili oleh keegoisan, kecemburuan, iri hati, amarah, rasa takut dan khawatir 17%
Spiritualitas Tingkat spiritual yang diakui, pengakuan dosa, ritual ibadah, keterlibatan dalam kegiatan rohani 33%
2 Kesehatan Catatan status kesehatan diri Kondisi status kesehatan masyarakat selama satu 1 bulan terakhir 10%
Kesehatan sehari-hari Jumlah 'hari sehat' responden dalam satu bulan terakhir 30%
Difabel Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya kecacatan yang membatasi. 30%
Kesehatan mental Kualitas kesehatan mental individu 30%
3 Pendidikan Keaksaraan Seseorang dapat dikatakan melek huruf bila mampu membaca dan di salah satu bahasa sehari-hari 30%
Pendidikan yang berkualifikasi apabila seseorang mampu menyelesaikan enam tahun wajib belajar dari
Kualifikasi pendidikan 30%
pendidikan formal, non-formal dan sekolah monastic
Pengetahuan diluar pendidikan formal, yaitu pengetahuan terkait legenda dan cerita rakyat, festival lokal, lagu
Pengetahuan 20%
tradisional, penularan HIV-AIDS dan pengetahuan tentang pemerintahan.
Persepsi masyarakat pada tindakan membunuh, mencuri, berbohong, menciptakan ketidakharmonisan dalam
Norma 20%
hubungan sosial dan pelecehan seksual.
4 Keragaman budaya Bahasa Tingkat kefasihan bahasa ibu yang dilaporkan sendiri. 20%
Partisipasi budaya Frekuensi partisipasi dalam kegiatan sosial budaya dalam 12 bulan terakhir 30%
Minat dan pengetahuan masyarakat di tiga belas seni dan kerajinan di Bhutan yaitu tenun, border, lukisan,
Keterampilan seni pertukangan, ukiran, patung, casting, blacksmithing, karya bambu, goldsmithing, silversmithing, pengrajin 30%
batu, karya dengan kulit dan karya dengan kertas.
Driglam Namzha
Perilaku masyarakat seperti cara bergerak, makan dan berpakaian di acara-acara resmi dan di ruang formal. 20%
(Upacara Adat)
5 Penggunaan waktu Penggunaan waktu jam kerja dalam satu hari dimana waktu kerja standar adalah 8 jam/sehari. Dalam hal ini
Penggunaan waktu jam kerja definisi kerja juga mencakup pekerjaan yang bahkan belum dibayar seperti pemerhati anak, woola (tenaga 50%
kerja pembantu dalam suatu komunitas) dan pekerja sukarela dan pembantu informal.
Penggunaan waktu jam
Penggunaan waktu jam tidur/istirahat dalam satu hari dimana waktu tidur standar adalah 8 jam/sehari. 50%
tidur/istirahat
6 Tatanan Pemerintah Persepsi masyarakat tentang tujuh kebebasan politik yaitu kebebasan berbicara dan berpendapat, hak untuk
memilih, hak untuk bergabung dengan partai politik pilihan mereka, hak untuk membentuk asosiasi atau
Kebebasan politik menjadi anggota dari asosiasi, hak untuk akses yang sama dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan 10%
publik, hak untuk upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya dan kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin.
Partisipasi politik Partisipasi politik dalam hal ini adalah keikutsertaan voting dalam pemilu dan frekuensi kehadiran di
40%
pertemuan masyarakat.
Penilaian subyektif masyarakat terkait kinerja pemerintah dalam 12 terakhir bulan pada tujuan utama dari
Kinerja pemerintah 10%
pemerintahan yang baik yaitu tenaga kerja, kesetaraan, lingkungan dan budaya.
25

No Domain Indikator Variabel Bobot


Penyediaan layanan Menilai penyediaan layanan berdasarkan pelayanan kesehatan, pembuangan limbah, akses listrik dan pasokan
40%
air yang kualitas.
7 Vitalitas komunitas Hubungan masyarakat Hubungan masyarakat dinilai berdasarkan rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan tetangga. 20%
Hubungan keluarga dinilai berdasarkan rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan keluarga yang dinilai dari
Hubungan keluarga 20%
titik lemah sampai kuat.
Keamanan Keamanan di masyarakat dinilai berdasarkan kejadian kejahatan dalam 12 bulan terakhir. 30%
Donasi Waktu dan uang yang dikeluarkan individu untuk donasi dalam acara amal atau penggalangan dana 30%
8 Keanekaragaman Isu lingkungan / Polusi Tingkat kesadaran masyarakat yang dirasakan dalam permasalahan lingkungan 10%
ekologi Mengukur perasaan pribadi tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini penting untuk memperkuat sikap
Tanggung jawab terhadap
yang akan mendorong orang untuk menjadi ramah lingkungan dan untuk mengidentifikasi kerusakan apapun 10%
lingkungan
di saat yang sangat sadar lingkungan dilihat dari warga.
Perhatian masyarakat terhadap empat isu perkotaan yaitu kemacetan lalu lintas, ruang hijau yang tidak
Isu-isu perkotaan memadai, kurangnya jalan pejalan kaki dan lingkungan tercemar. Isu-isu perkotaan dapat dikembangkan 40%
sesuai dengan wilayah studi.
Adanya satwa liar di sini dapat mengindikasikan adanya di kerusakan tanaman yang berkonsekuensi pada
Kerusakan oleh satwa liar ekonomi bagi petani, rumah tangga serta mengganggu pola tidur dan dapat menciptakan kecemasan dan rasa 40%
tidak aman. Dinilai dengan kehadiran dan ketidakhadirannya kerusakan dan tingkat keparahan kerusakan.
9 Standar hidup Pendapatan rumah tangga per Pendapatan rumah tangga termasuk pendapatan yang diperoleh oleh semua individu dalam rumah tangga dari
33%
kapita berbagai sumber dalam atau di luar negeri.
Indikator aset telah digunakan sebagai indikator standar hidup dalam banyak studi, karena menggambarkan
kesejahteraan rumah tangga. Aset rumah tangga seperti seperti barang-barang tahan lama dan semi-tahan
Asset 33%
lama dari penggunaan sehari-hari, antara lain yaitu, telepon,handphone, komputer/laptop, kulkas, televisi,
motor, mobil, kepemilikan tanah dan kepemilikan ternak.
Rumah merupakan kebutuhan dasar bagi seseorang, tempat dimana sebagian besar menghabiskan waktu,
Kualitas rumah sehingga kualitas rumah juga berpengaruh pada kondisi sosial, Kualitas rumah dinilai berdasarkan tiga aspek 33%
yaitu konstruksi rumah, konstruksi MCK dan rasio kamar.
Sumber: (Ura, dkk 2012)
26

Berdasarkan Tabel 2.2, dapat diketahui bahwa indikator indeks kebahagiaan sama-
sama memiliki bobot, dimana bobot tersebut tidak ditentukan berdasarkan peringkatnya
secara permanen karena sangat berpengaruh bagi kelompok atau lembaga tertentu. Setiap
indikator memiliki total bobot sebesar 100% dimana indikator obyektif atau yang lebih
handal memiliki bobot yang relatif lebih tinggi. Pembobotan telah memperhitungkan
tingkat akurasi dan mencegah perubahan indeks kebahagiaan pada masa depan yang
terpengaruh oleh kerangka acuan atau perubahan aspirasi seseorang yang memungkinkan
berpengaruh pada indikator subyektif atau berdasarkan laporan diri mereka sendiri.
Banyaknya indikator subyektif bisa menjadi kelemahan dari indeks kebahagiaan namun,
pengujiaan terhadap indeks kebahagiaan telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang
relatif baik untuk perubahan struktur indikator yang kecil (Ura, dkk, 2012).
Hal yang perlu diingat, tidak semua indikator relevan untuk diterapkan di semua
wilayah contohnya pada indikator kerusakan lahan pertanian akibat satwa liar kurang
relevan bagi wilayah perkotaan dan indikator Driglam Namzha yaitu etika dalam
berperilaku dan berpakaian di depan umum dan upacara formal serta pengaturan
kebudayaan pada Negara Bhutan hanya berlaku di Negara Bhutan. Demikian pula dengan
indikator kesehatan mental yang perlu memperhatikan catatan kesehatan mental
masyarakat dan indikator donasi dalam acara amal yang lebih banyak diterapkan di Negara
Bhutan. Uraian dari domain dan indikator ini nantinya akan digunakan untuk menentukan
domain dan indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.3.4 Ambang Batas dalam GNHI
Indeks kebahagiaan sendiri memiliki dua macam ambang batas, yaitu ambang batas
kecukupan dan ambang batas kebahagiaan. Ambang batas kecukupan digunakan untuk
menentukan apakah seseorang atau rumah tangga telah mencapai kecukupan pada masing-
masing indikator. Beberapa ambang batas kecukupan indikator tersebut menggunakan
standar nasional, namun terdapat juga indikator-indikator yang tidak diatur dalam literatur
maupun standar internasional. Sehingga, dalam beberapa indikator mengandalkan
penilaian normatif yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi (Ura,
dkk,2012).
Ambang batas kedua yaitu ambang batas kebahagiaan yaitu seberapa banyak
indikator atau berapa banyak persen yang harus dicapai seseorang agar bisa disebut sebagai
bahagia. Ambang batas kebahagiaan sendiri memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
27

a. Adanya keragaman karena tidak semua indikator dapat diterapkan secara


universal
b. Adanya pengukuran yang kurang akurat akibat perbedaan atau keragu-raguan
seseorang dalam mengatakan apa yang terjadi sebenarnya (takut tampak bangga
atau pamer). Dengan adanya hal ini maka ambang batas kebahagiaan tidak
semuanya harus memiliki kecukupan di setiap domainnya.
c. Adanya kebebasan memilih dimana beberapa orang dapat merasakan
kebahagiaan tanpa mencapai kecukupan dalam setiap domain.
Berdasarkan tiga hal tersebut, indeks kebahagiaan mengakui adanya keterbatasan
ukuran kuantitatif sehingga ukuran seseorang yang bahagia tidak harus memenuhi 100%
domain tetapi cukup 66% dari domain yang telah ditetapkan. Uraian ambang batas dalam
GNHI ini nantinya akan dijadikan pertimbangan dan dasar penentuan ambang batas yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan literatur dalam penelitian adalah
penelitian terkait tentang dampak perkembangan pariwisata pada masyarakat yaitu “Peran
Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Sekitarnya” oleh Anggraeni, S. (2014), “Peran Pariwisata terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian tahun 2009-
2013 (Studi Kasus : Kota Batu)” oleh Luthfi, R. (2013), dan “Perubahan Fungsi Keluarga
sebagai Dampak adanya Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga
Petani Pada Wilayah Obyek Wisata BNS Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu)” oleh Yanti
(2014).
Penelitian terdahulu yang dipergunakan juga terkait dengan tingkat kebahagiaan
yaitu “An Extensive Analysis of GNH Index” oleh Ura, dkk (2012) dan “Pengukuran
Kinerja Pembangunan Perdesaan dengan Pendekatan Gross National Happines Index
(Studi Kasus : Kecamatan Pagak dan Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang)” oleh
Dayana, Surjono & Sutikno (2015). Berikut ini Tabel 2.3 merupakan penjabaran dari
penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan literatur.
28

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu


Judul Penelitian Sumber Tujuan Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
Peran Pembangunan Anggraeni, S. 2014.  Mengetahui peran pembangunan  Pengumpulan data Pembangunan Kawasan Wisata  Hasil yang  Pembangunan pariwisata
Kawasan Wisata Jawa .Fakultas Ekonomi dan kawasan wisata Jawa Timur Park menggunakan wawancara, JTP II berdampak pada: diharapkan dalam hal ini adalah
Timur Park II terhadap Bisnis Universitas II terhadap kondisi sosial ekonomi dokumentasi dan observasi  Terciptanya lapangan pekerjaan mampu obyek wisata BNS
Kondisi Sosial Ekonomi Brawijaya Malang. masyarakat di Sekitarnya  Pendekatan Fenomenologis baru mengetahui  Tujuan penelitian ini
Masyarakat di  Memicu perbaikan infrastruktur dampak untuk mengetahui tingkat
Sekitarnya dan mempermudah akses pembangunan kebahagiaan masyarakat
transportasi obyek wisata secara holistik
 Kemacetan terhadap  Analisis menggunakan
 Bergesernya budaya lokal masyarakat bantuan alat ukur GNHI
 Kesenjangan sosial
 Perubahan alih fungsi lahan
Peran Pariwisata Luthfi, Renaldy R.  Mengetahui gambaran tentang  Pengumpulan data Pariwisata memiliki peran positif  Hasil yang  Pariwisata dalam hal ini
terhadap Kesejahteraan 2013. Fakultas kesejahteraan masyarakat Kota menggunakan wawancara, terhadap kesejahteraan diharapkan yang berada di Desa Oro-
Masyarakat di Sektor Ekonomi dan Bisnis Batu, khususnya di sektor observasi dan dokumentasi masyarakat Kota Batu di sektor mampu Oro Ombo
Lapangan Pekerjaan dan Universitas Brawijaya Lapangan pekerjaan dan  Metode Kualitatif lapangan pekerjaan dan mengetahui  Kesejahteraan masyarakat
Perekonomian tahun Malang. Perekonomian daerahnya Fenomenologi perekonomian dampak dalam penelitian ini
2009-2013 (Studi Kasus Masyarakat merasakan terjadi pariwisata secara kseluruhan tidak
: Kota Batu) peningkatan lapangan pekerjaan terhadap hanya di aspek
dan pendapatan walapun tidak kesejahteraan perekonomian
secara kontinue tiap tahun masyarakat  Analisis menggunakan
Dampak negatif yang dirasakan bantuan alat ukur GNHI
sektor pertanian menurun,
kemacetan dan tanah semakin
tidak subur
Perubahan Fungsi Yanti, Restian D.  Mengetahui bentuk perubahan  Pengumpulan data Masyarakat lokal yang awalnya  Hasil yang  Tujuan penelitian ini
Keluarga sebagai 2014. Fakultas Ilmu fungsi ekonomi dalam keluarga menggunakan wawancara, bekerja di sektor agraris beralih diharapkan untuk mengetahui tingkat
Dampak adanya Obyek Sosial dan Ilmu Politik masyarakat Desa Oro-Oro Ombo observasi dan dokumentasi ke sektor industrialiasasi mampu kebahagiaan masyarakat
Wisata (Studi Kasus Universitas Brawijaya. sebagai akibat adanya  Metode kualitatif deskriptif pariwisata mengetahui  Analisis menggunakan
Perubahan Fungsi industrialiasai pariwisata dengan pendekatan studi kasus Pembangunan obyek wisata dampak obyek bantuan alat ukur GNHI
Ekonomi Keluarga BNS mampu menyerap tenaga wisata BNS
Petani Pada Wilayah kerja masyarakat lokal tetapi terhadap
Obyek Wisata BNS Desa hanya pada tingkat mikro masyarakat lokal
Oro-Oro Ombo, Kota Kegiatan sosial budaya di Desa Desa Oro-Oro
Batu) Oro-Oro Ombo menurun Ombo
An Extensive Analysis of Ura,Alkire,Zangmo  Mengetahui indeks kebahagiaan  Metode pengumpulan data Hasil perhitungan GNH Indeks  Menganalisis  33 variabel indeks
GNH Index &Wangdi (2012). Negara Bhutan menggunakan kuesioner menunjukkan indeks kebahagiaan mengalami
Thimphu,Bhutan.  Menggunakan Gross National  Persentase masyarakat yang kebahagiaan perubahan yang
The Centre for Bhutan Happiness Index (GNHI) bahagia dan tidak bahagia indikator GNHI disesuaikan dengan
Studies  Indikator yang paling dengan kondisi dan kebudayaan
29

Judul Penelitian Sumber Tujuan Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan


berkonstribusi pada indeks kuesioner wilayah studi
kebahagiaan  Fokus penelitian pada
 Indeks kebahagiaan indeks kebahagiaan
berdasarkan pembagian wilayah masyarakat lokal di
 Indeks kebahagiaan wilayah kegiatan wisata
berdasarkan demografi dan  Indeks kebahagiaan
ekonomi (pendapatan, dipergunakan untuk
pekerjaan, pendidikan, umur, menunjukkan tingkat
gender,status perkawinan) kebahagiaan masyarakat
yang bekerja di sektor
kegiatan wisata dan luar
kegiatan wisata
Pengukuran Kinerja Dayana, Surjono &  Mengetahui indeks kebahagiaan  Metode Pengumpulan data  Adanya perbedaan indeks  Menganalisis  Dalam penelitian ini
Pembangunan Perdesaan Sutikno (2015) masyarakat (masyarakat pemanfaat dengan studi instansi, kebahagiaan antara masyarakat indeks Indeks Kebahagiaan tidak
dengan Pendekatan Planning for Urban PNPM dan masyarakat non kuesioner, observasi, serta pemanfaat PNPM dan kebahagiaan dikaitkan dengan program
Gross National Region and pemanfaat PNPM) wawancara masyarakat non pemanfaat dengan PNPM Pedesaan maupun
Happines Index (Studi Environment (PURE)  Mengetahui keterkaitan indeks  Metode analisis dengan Gross PNPM menggunakan kemiskinan Pedesaan,
Kasus : Kecamatan Volume 4 No.4. kebahagiaan masyarakat National Happiness Index  Jenis bantuan program PNPM kuesioner namun terkait
Pagak dan Kecamatan (masyarakat pemanfaat PNPM) (GNHI) dan analisis deskriptif belum dapat melingkupi seluruh dengan 9 kesejahteraan masyarakat
Donomulyo, Kabupaten dengan program PNPM Mandiri persentase kecukupan indikator indikator GNHI lokal terhadap keberadaan
Malang) Perdesaan kebahagiaan kegiatan wisata di wilayah
studi
30

2.5 Kerangka Teori

Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata

Pariwisata Masyarakat Lokal Gross National Happiness Index


(GNHI)
Pengertian Pariwisata Pengertian Masyarakat Lokal
Pengertian Kebahagiaan
Masyarakat adalah orang-orang yang
UU Nomor 10 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
hidup bersama yang menghasilkan BPS Kebahagiaan adalah perasaan
Tahun 2009 wisata yang didukung oleh masyarakat,
kebudayaan dan mereka mempunyai Jawa yang lebih mendalam dan
pengusaha dan pemerintah.
Soekanto kesamaan wilayah, identitas, Timur obyektif menyangkut
Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen - (2006) mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan (2015) pengembangan seluruh aspek
Murphy dalam elemen terkait wisatawan, daerah tujuan wisata, perasaan persatuan yang diikat oleh kehidupan suatu individu
Pitana & Gayatri perjalanan, industri dan lain-lain yang kesamaan
Kebahagiaan merupakan
(2005) merupakan akibat dari perjalanan wisata ke Masyarakat merupakan manusia yang Veenho refleksi dari kondisi kehidupan
daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan hidup bersama, bercampur untuk waktu
Emile ven, dan tingkat kesejahteraan yang
tersebut dilakukan secara tidak permanen
Durkheim yang cukup lama, mereka sadar bahwa 2004 telah dicapai
(dalam mereka merupakan suatu kesatuan,
Pariwisata adalah fenomena politik – sosial – Taneko, mereka merupakan suatu sistem hidup
ekonomi – budaya - fisik yang muncul sebagai NDP
1984) bersama Steering Hasil dari transformasi
wujud kebutuhan manusia dan Negara serta
Suwardjoko & interaksi antara wisatawan dengan masyarakat Commit kesejahteraan yang terdiri dari
Ciri-Ciri Masyarakat Lokal tee 9 domain kebahagiaan
Warpani (2007) tuan rumah, sesama wisatawan, pemerintah dan
pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang (2013)
diperlukan oleh wisatawan. hubungan yang lebih mendalam dan
erat, sistem kehidupan umumnya
berkelompok dengan dasar Tujuan GNHI
Kegiatan Wisata kekeluargaan, sebagaian besar warga
hidup dari pertanian masyarakatnya Mengukur kebahagiaan dan
Kegiatan wisata diwujudkan melalui cenderung homogen (mata Ura, kesejahteraan rakyat yang
penyediaan daya tarik wisata, penyediaan pencahariaan, agama, adat-istiadat dan dkk dapat dipilah ke dalam
kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, Waluya ,B sebagainya), sangat giat bekerja, (2012)
kelompok - kelompok dan
jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan sederhana mudah curiga, menjunjung
wilayah.
UU No.10 Tahun minuman, penyediaan akomodasi, tinggi kesopanan, lugas, memiliki
2009 penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, perasaan “minder” dengan masyarakat
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan perkotaan, menghargai orang lain, Domain dan Indikator GNHI
insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi gotong royong, demokratis dan sangat
pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa religius 9 domain kebahagiaan yaitu
pramuwisata dan spa Kesejahteraan psikologis
Kesehatan
Salah, W., kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan Masyarakat Lokal di Area Wisata
Pendidikan
L.J.Crampon & namun mendukung kegiatan tersebut menjadi
Ura, Keragaman budaya
L.M. Roth Field dua yaitu pengadaan prasarana umum (general UU Nomor Masyarakat lokal di area wisata dkk Penggunaan waktu
(1997) infrastructures) dan kebutuhan masyarakat 10 Tahun memiliki kesempatan yang sama dan (2012) Tatanan pemerintah
banyak (basic needs of civilized life). 2009 seluas-luasnya dalam perencanaan, Vitalitas komunitas
pelaksanaan dan pengawasan Keanekaragaman ekologi
kegiatan pendukung dan penunjang pariwisata penyelenggaraan kepariwisataan.
yaitu sarana pelengkap pariwisata Standar hidup
Pendit (2002) (supplementing tourism superstructures) dan dan terdiri dari 33 indikator
sarana penunjang pariwisata (supporting
tourism superstructures).
Ambang Batas GNHI

Ambang batas kecukupan


digunakan untuk menentukan
Dampak Kegiatan Wisata Pada Masyarakat Lokal apakah seseorang atau rumah
tangga telah mencapai
Terbukanya lapangan kerja, memberikan pendapatan tambahan, ingin mempelajari kecukupan pada masing-
budaya serta adat istiadat agar bisa disajikan pada wisatawan, menguasai beberapa Ura, masing indikator
Waluya
bahasa asing. Dampak negatif terhadap lingkungan alam lingkungan dan lingkungan dkk Ambang batas kebahagiaan
(2012)
budaya. (2012) yaitu seberapa banyak
indikator atau berapa banyak
Adanya kontak dengan budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan persen yang harus dicapai
Nasir baru sehingga dapat menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan seseorang agar bisa disebut
menyimpang. ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu dapat sebagai bahagia
(2014)
menimbulkan reaksi berupa perlawanan atau pertentangan untuk mengubahnya

Pitana & Masyarakat lokal khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan
Gayatri ekonomi untuk mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula
(2005) didasarkan pada keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-
tamahan yang dikomersialkan

Penelitian Terdahulu

Anggraeni, S. 2014. Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II


Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Dayana, dkk. 2015. Pengukuran Kinerja Pembangunan Perdesaan dengan
Pendekatan Gross National Happines Index (Studi Kasus : Kecamatan Pagak dan
Luthfi, Renaldy R. 2013. Peran Pariwisata terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang)
Sektor Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2013 (Studi Kasus:Kota Batu).
Ura, dkk. 2012. An Extensive Analysis of GNH Index
Yanti, Restian D. 2014. Perubahan Fungsi Keluarga sebagai Dampak adanya
Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga Petani pada
Wilayah Obyek Wisata BNS, Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu).

Gambar 2.3 Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian mengenai penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap
keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan statistik. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran tentang
karakteristik tertentu (variabel tertentu) dari suatu subyek yang sedang menjadi perhatian
dalam kegiatan penelitian (Nuryaman & Christina, 2015). Pendekatan statistik yaitu
pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami dengan menguraikan atau
memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan (Hasan, 2006).

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Dalam menentukan variabel penelitian
perlu adanya definisi operasional terlebih dahulu. Definisi operasional bertujuan agar
penelitian sesuai dengan definisi konsep serta dapat menjadi acuan pembahasan penelitian.
Adapun definisi operasional variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Penilaian
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
atau buruk, penilaian biasanya bersifat kualitatif, dimana sebelum kita melakukan
penilaian dilakukan pengukuran (kuantitatif) terlebih dahulu. Penilaian sendiri
memiliki fungsi selektif (pemilihan), diagnosis (mengetahui sebab-sebab kelebihan dan
kelemahan), penempatan (sesuai, tidak sesuai) dan pengukur keberhasilan (mengetahui
sejauh mana suatu program atau kegiatan berhasil diterapkan).
Penilaian dalam penelitian ini memiliki fungsi diagnosis yaitu melalui konstribusi
kecukupan domain. Penilaian dalam penelitian ini juga sebagai pengukur keberhasilan
suatu kegiatan dalam hal ini yaitu keberadaan kegiatan wisata terhadap kebahagiaan
masyarakat lokal menggunakan Gross National Happiness Index (GNHI).

31
32

2. Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam hal ini adalah adalah perasaan yang lebih mendalam bersifat
subyektif maupun obyektif sebagai hasil transformasi dan terjemahan dari
kesejahteraan menyangkut pengembangan pada 9 domain kehidupan suatu individu
yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya dan
ketahanan, penggunaan waktu, tatanan pemerintah, vitalitas komunitas,
keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan standar hidup.
3. Kegiatan
Kegiatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tahun 2016 adalah
aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan. Kegiatan merupakan bagian
dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian
dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. Kegiatan dalam penelitian ini
adalah kegiatan wisata yang merupakan bentuk kegiatan dalam mencapai kemajuan
pariwisata.
Gross National Happiness Index memiliki 9 domain, 33 indikator dan 129 variabel.
Domain indeks kebahagiaan memiliki bobot yang sama, dimana bobot tersebut tidak
ditentukan berdasarkan peringkatnya secara permanen karena sangat berpengaruh bagi
kelompok atau lembaga tertentu. Setiap domain memiliki total bobot sebesar 100% dimana
domain-domain tersebut memiliki indikator subyektif dan obyektif. Indikator obyektif atau
yang lebih handal memiliki bobot yang relatif lebih tinggi (Ura, dkk, 2012).
Pembobotan tersebut telah memperhitungkan tingkat akurasi dan mencegah
perubahan indeks kebahagiaan pada masa depan yang terpengaruh oleh kerangka acuan
atau perubahan aspirasi seseorang yang memungkinkan berpengaruh pada indikator
subyektif atau berdasarkan laporan diri mereka sendiri. Banyaknya indikator subyektif bisa
menjadi kelemahan dari indeks kebahagiaan namun, pengujiaan terhadap indeks
kebahagiaan telah dilakukan oleh Ura, dkk (2012) dan menunjukkan hasil yang relatif baik
untuk perubahan struktur indikator yang kecil.
Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua indikator relevan untuk diterapkan
di semua wilayah. Berdasarkan Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016 tidak terdapat adanya
masyarakat lokal desa yang memiliki keterbatasan mental. Driglam Namzha yang
merupakan upacara dan adat dalam berpakaian di Bhutan juga kurang relevan digunakan
diluar wilayah Bhutan. Selain itu berdasarkan wawancara dengan Pemerintah Desa Oro-
Oro Ombo tidak terdapat adanya laporan kerusakan areal persawahan atau perkebunan dari
binatang buas dan tidak terdapat program pengumpulan amal/donasi di Desa Oro-Oro
33

Ombo. Dengan pertimbangan tersebut reduksi indikator dilakukan yaitu 33 indikator


menjadi 29 indikator dimana indikator catatan kesehatan mental, Driglam Namzha (adat di
Bhutan), donasi dan kerusakan oleh satwa liar tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Penelitian menggunakan metode GNHI dengan mereduksi indikator juga pernah dilakukan
oleh Dayana, Sutikno & Surjono (2015).
Berikut ini Tabel 3.1 merupakan penjabaran bobot tiap indikator indeks
kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Bobot Indikator Indeks Kebahagiaan
Bobot yang
Indikator yg digunakan Bobot
No Domain Indikator GNHI digunakan
dalam Penelitian GNHI
dalam Penelitian
1 Kesejahteraan Kepuasan Hidup Kepuasan Hidup 33% 33%
Psikologis Keseimbangan emosi positif Keseimbangan emosi positif 17% 17%
Keseimbangan emosi negatif Keseimbangan emosi negatif 17% 17%
Spiritualitas Spiritualitas 33% 33%
2 Kesehatan Catatan Status Kesehatan Diri Catatan Status Kesehatan Diri 10% 20%
Kesehatan sehari-hari Kesehatan sehari-hari 30% 40%
Difabel Difabel 30% 40%
Cacatan Kesehatan Mental - 30% -
3 Pendidikan Keaksaraan Keaksaraan 30% 30%
Kualifikasi Pendidikan Kualifikasi Pendidikan 30% 30%
Pengetahuan Pengetahuan 20% 20%
Norma Norma 20% 20%
4 Keragaman Bahasa Bahasa 20% 27%
Budaya Partisipasi Budaya Partisipasi Budaya 30% 36.5%
Keterampilan Seni Keterampilan Seni 30% 36.5%
Driglam Namzha - 20% -
5 Penggunaan Penggunaan waktu jam kerja Penggunaan waktu jam kerja 50% 50%
Waktu Penggunan waktu jam tidur Penggunan waktu jam tidur 50% 50%
6 Tatanan Kebebasan Politik Kebebasan Politik 10% 10%
Pemerintah Partisipasi Politik Partisipasi Politik 40% 40%
Kinerja pemerintah Kinerja pemerintah 10% 10%
Penyediaan Layanan Penyediaan Layanan 40% 40%
7 Vitalitas Keamanan Keamanan 20% 30%
Komunitas Hubungan masyarakat Hubungan masyarakat 20% 30%
Hubungan keluarga Hubungan keluarga 30% 40%
Donasi - 30% -
8 Keanekaragaman Polusi Polusi 10% 23.5%
Ekologi Tanggung jawab terhadap Tanggung jawab terhadap 10% 23.5%
lingkungan lingkungan
Isu-isu perkotaan Isu-isu perkotaan 40% 53%
Kerusakan oleh Satwa Liar - 40% -
9 Standar Hidup Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga 34% 34%
Aset Aset 33% 33%
Kualitas rumah Kualitas rumah 33% 33%
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012)
Untuk menilai indikator tersebut menggunakan beberapa variabel dengan parameter
standar internasional, namun terdapat juga indikator-indikator yang tidak diatur dalam
literatur maupun standar internasional sehingga, juga mengandalkan penilaian normatif
yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi. Indikator kualifikasi
34

pendidikan menggunakan variabel standar pendidikan nasional yaitu 12 tahun wajib


belajar. Indikator pengetahuan meliputi pengetahuan diluar formal pada sejarah
lokal/nasional, lagu lokal/nasional dan tatanan pemerintah, sedangkan pengetahuan akan
penularan HIV-AIDS tidak digunakan karena penyakit tersebut tidak ditemukan pada
wilayah studi. Pada indikator kinerja pemerintah ditambahkan variabel kinerja pemerintah
pada pariwisata mengingat wilayah studi merupakan wilayah pembangunan wisata.
Indikator pendapatan juga mempertimbangkan dari upah minimum regional (UMR)
wilayah studi. Indikator kualitas rumah disesuaikan dengan peraturan SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Variabel tersebut kemudian dibuat dalam bentuk pertanyaan untuk kuesioner
dengan skala likert yang diajukan pada responden yaitu masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Berikut ini Tabel 3.2 adalah variabel – variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
35

Tabel 3.2 Variabel Penelitian


Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
Mengetahui Kesejahteraan - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap kondisi kesehatan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap kondisi kesehatan?
tingkat psikologis - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap pekerjaan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap pekerjaan?
kebahagiaan - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap hubungan keluarga? 1-5 (sangat tidak
Kepuasan hidup - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap hubungan keluarga?
masyarakat - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap standar hidup? puas – sangat puas)
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap standar hidup?
lokal di Desa - Berapa tingkat kepuasan anda terhadap keseimbangan
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap keseimbangan kerja?
Oro-Oro kerja?
Ombo, - Apakah anda sering merasa empati? - Apakah anda sering merasa empati?
Kecamatan - Apakah anda sering merasa murah hati? - Apakah anda sering merasa murah hati?
1-4 (tidak pernah –
Batu, Kota Emosi positif - Apakah anda sering merasa mudah memaafkan orang lain? - Apakah anda sering merasa mudah memaafkan orang lain?
sering)
Batu - Apakah anda sering merasa puas/bersyukur? - Apakah anda sering merasa puas/bersyukur?
- Apakah anda sering merasa tenang? - Apakah anda sering merasa tenang?
- Apakah anda sering merasa egois? - Apakah anda sering merasa egois?
- Apakah anda sering merasa cemburu? - Apakah anda sering merasa cemburu?
1-4 (tidak pernah –
Emosi negatif - Apakah anda sering merasa marah? - Apakah anda sering merasa marah?
sering)
- Apakah anda sering merasa takut? - Apakah anda sering merasa takut?
- Apakah anda sering merasa khawatir? - Apakah anda sering merasa khawatir?
1-4 (rendah – sangat
- Bagaimana gambaran diri anda dalam hal spiritual? - Bagaimana gambaran diri anda dalam hal spiritual?
tinggi)
Spiritualitas - Apakah anda sering mengucapkan doa/mengakui dosa? - Apakah anda sering mengucapkan doa/mengakui dosa?
1-4 (tidak pernah –
- Apakah anda sering beribadah sesuai syariat kepercayaan? - Apakah anda sering beribadah sesuai syariat kepercayaan?
sering)
- Apakah anda sering terlibat kegiatan kerohanian? - Apakah anda sering terlibat kegiatan kerohanian?
Kesehatan Catatan status kesehatan - Bagaimana kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan - Bagaimana kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan 1-5 (sangat buruk-
diri terakhir terakhir sangat baik)
- Apakah anda pernah mengalami sakit selama 1 bulan - Apakah anda pernah mengalami sakit selama 1 bulan
Kesehatan sehari-hari -
terakhir? Berapa hari? terakhir? Berapa hari?
- Apakah anda mengalami keterbatasan fisik yang membatasi - Apakah anda mengalami keterbatasan fisik yang membatasi
Difabel 1-2 (ya dan tidak)
aktivitas sehari-hari? aktivitas sehari-hari?
Catatan Kesehatan - Apakah anda memiliki keterbatasan mental yang membatasi
- 1-2 (ya dan tidak)
Mental aktivitas sehari-hari
Pendidikan Keaksaraan - Apakah anda mampu membaca dan menulis? - Apakah anda mampu membaca dan menulis? 1-2 (tidak dan ya)
Kualifikasi pendidikan - Pendidikan terakhir wajib belajar 6 tahun - Pendidikan terakhir (wajib belajar 12 tahun) 1-2 (tidak dan ya)
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai sejarah lokal
maupun nasional? - Bagaimana pengetahuan anda mengenai sejarah lokal
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai lagu tradisional maupun nasional?
maupun nasional? - Bagaimana pengetahuan anda mengenai lagu tradisional 1-5 (sangat buruk-
Pengetahuan
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai tatanan maupun nasional? sangat baik)
pemerintahan? - Bagaimana pengetahuan anda mengenai tatanan
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai penularan HIV pemerintahan?
AIDS
36

Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pembunuhan? - Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pembunuhan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pencurian? - Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pencurian?
1-5 (tidak tahu-tidak
Norma - Bagaimana persepsi anda mengenai tindak kebohongan? - Bagaimana persepsi anda mengenai tindak kebohongan?
dibenarkan)
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pelecehan - Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pelecehan
seksual? seksual?
Keragaman budaya - Bagaimana tingkat kefasihan anda dalam bahasa ibu 1-5 (sangat buruk-
Bahasa - Bagaimana tingkat kefasihan anda dalam bahasa ibu?
(Indonesia)? sangat baik)
- Apakah anda sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial- - Apakah anda sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial- 1-4 (tidak pernah –
Partisipan budaya
budaya selama 1 tahun terakhir? budaya selama 1 tahun terakhir? sering)
1-5 (sangat buruk-
Keterampilan seni - Bagaimana tingkat keahlian anda dalam keterampilan seni? - Bagaimana tingkat keahlian anda dalam keterampilan seni?
sangat baik)
- Apakah Driglam Namzha penting dalam kehidupan sehari- 1-3 (tidak penting-
hari? sangat penting)
Driglam Namzha
- Apakah anda sering mempraktekkan Driglam Namzha 1-4 (tidak pernah-
dalam beberapa tahun terakhir? sering)
Penggunaan waktu Penggunaan waktu jam
- Lama waktu bekerja - Lama waktu bekerja -
kerja
Penggunaan waktu jam
- Lama waktu tidur - Lama waktu tidur -
tidur
Good Governance - Apakah anda merasa memiliki kebebasan berbicara dan - Apakah anda merasa memiliki kebebasan berbicara dan
berpendapat? berpendapat?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk memilih? - Apakah anda merasa memiliki hak untuk memilih?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk bergabung dengan - Apakah anda merasa memiliki hak untuk bergabung dengan
partai politik pilihan mereka? partai politik pilihan mereka?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk membentuk - Apakah anda merasa memiliki hak untuk membentuk 1-5 (tidak memiliki-
Kebebasan Politik asosiasi atau menjadi anggota dari asosiasi? asosiasi atau menjadi anggota dari asosiasi? sangat memiliki)
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk akses yang sama - Apakah anda merasa memiliki hak untuk akses yang sama
dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik? dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk upah yang sama - Apakah anda merasa memiliki hak untuk upah yang sama
untuk pekerjaan yang sama nilainya? untuk pekerjaan yang sama nilainya?
- Apakah anda merasa memiliki kebebasan dari diskriminasi - Apakah anda merasa memiliki kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin? berdasarkan ras,jenis kelamin?
- Apakah anda sering mengikuti voting dalam pemilu? - Apakah anda sering mengikuti voting dalam pemilu? 1-4 (tidak pernah –
Partisipasi Politik
- Apakah anda sering mengikuti pertemuan masyarakat - Apakah anda sering mengikuti pertemuan masyarakat sering)
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah - Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang ketenagakerjaan? tentang ketenagakerjaan?
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah - Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah 1-5 (sangat buruk-
Kinerja pemerintah
tentang kesetaraan? tentang kesetaraan? sangat baik)
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah - Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang lingkungan dan budaya? tentang pariwisata?
37

Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang lingkungan dan budaya?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan kesehatan? - Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan kesehatan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan pembuangan - Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan pembuangan
1-5 (sangat buruk-
Penyediaan layanan limbah? limbah?
sangat baik)
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan akses listrik - Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan akses listrik
dan pasokan air? dan pasokan air?
Vitalitas komunitas
- Apakah sering terjadi tindak kejahatan di lingkungan sekitar - Apakah sering terjadi tindak kejahatan di lingkungan
Keamanan 1-4 (tidak pernah –
dalam setahun terakhir? sekitar dalam setahun terakhir?
sering)
- Bagaimana keakraban dan kenyamanan dengan keluarga? - Bagaimana keakraban dan kenyamanan dengan keluarga? 1-5 (sangat lemah-
Hubungan keluarga
- Bagaimana kepercayaan anda dengan keluarga? - Bagaimana kepercayaan anda dengan keluarga? sangat kuat)
- Bagaimana keakraban dan kenyamanan anda dengan - Bagaimana keakraban dan kenyamanan anda dengan
tetangga lingkungan sekitar tempat tinggal? tetangga lingkungan sekitar tempat tinggal? 1-5 (sangat lemah-
Hubungan masyarakat
- Bagaimana kepercayaan anda dengan tetangga lingkungan - Bagaimana kepercayaan anda dengan tetangga lingkungan sangat kuat)
sekitar tempat tinggal? sekitar tempat tinggal?
- Berapa hari anda melakukan kegiatan donasi?
Donasi - -
- Berapa yang ada sumbangkan pada kegiatan donasi?
Keanekaragaman - Apakah kondisi air di lingkungan sekitar tempat tinggal - Apakah kondisi air di lingkungan sekitar tempat tinggal
ekologi anda memiliki kualitas yang baik ? (tidak anda memiliki kualitas yang baik ? (tidak
berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai) berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai)
- Apakah kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal - Apakah kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal
Polusi 1-2 (tidak dan ya)
anda memiliki kualitas yang baik? (tidak berpolusi, tidak anda memiliki kualitas yang baik? (tidak berpolusi, tidak
bising) bising)
- Apakah kondisi tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal - Apakah kondisi tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik? anda memiliki kualitas yang baik?
1-5 (sangat tidak
Tanggung jawab - Apakah anda merasa bertanggungjawab terhadap - Apakah anda merasa bertanggungjawab terhadap bertanggungjawab-
lingkungan lingkungan sekitar tempat tinggal? lingkungan sekitar tempat tinggal? sangat
bertanggungjawab)
1-5 (sangat kurang
- Apakah anda memperhatikan isu-isu perkotaan yang terjadi - Apakah anda memperhatikan isu-isu perkotaan yang terjadi
memperhatikan-
Isu-isu Perkotaan di lingkungan sekitar tempat tinggal? (kemacetan, RTH di lingkungan sekitar tempat tinggal? (kemacetan, RTH
sangat
tidak memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb) tidak memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb)
memperhatikan)
- Apakah perkebunan atau pertanian anda pernah mengalami
1-2 (tidak dan ya)
Kerusakan oleh satwa kerusakan oleh satwa liar?
- 1-4 (tidak buruk-
liar - Seburuk apakah kerusakan perkebunan atau pertanian anda
sangat buruk)
oleh satwa liar?
Standar hidup Pendapatan rumah - 1,096.94 Nu per months - < Rp 1.000.000 1
tangga per kapita - 14,200 Nu per years - Rp 1.000.000 – 1.500.000 2
38

Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
- 31,834.30 Nu - Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000,- 3
- Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000,- 4
- Rp 2.500.001 – Rp 3.000.000,- 5
- > Rp 3.000.000 6
Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan
Asset Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan tanah 1-2 (tidak dan ya)
Tanah
- Kepemilikan tempat tinggal (bukan milik - Kepemilikan tempat tinggal (bukan milik
sendiri/menumpang) sendiri/menumpang)
- Jenis lantai terluas (tanah, non-permanen) - Jenis lantai terluas (tanah, non-permanen)
- Jenis dinding terluas (bambu, non-permanen) - Jenis dinding terluas (bambu, non-permanen) 1
- Jenis atap terluas (non-permanen) - Jenis atap terluas (non-permanen)
- Tidak terdapat MCK (sungai) - Tidak terdapat MCK (sungai)
- Jumlah anggota keluarga >3 org/kamar - Jumlah anggota keluarga >3 org/kamar
- Kepemilikan tempat tinggal (kontrak/dinas) - Kepemilikan tempat tinggal (kontrak/dinas)
- Jenis lantai terluas (kayu/semi permanen) - Jenis lantai terluas (kayu/semi permanen)
Kualitas rumah - Jenis dinding terluas (kayu/semi permanen) - Jenis dinding terluas (kayu/semi permanen)
2
- Jenis atap terluas (seng/ semi permanen) - Jenis atap terluas (seng/ semi permanen)
- Terdapat MCK semi permanen - Terdapat MCK semi permanen
- Jumlah anggota keluarga 3 org/kamar - Jumlah anggota keluarga 3 org/kamar
- Kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri) - Kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri)
- Jenis lantai terluas (ubin/permanen) - Jenis lantai terluas (ubin/permanen)
- Jenis dinding terluas (tembok/permanen) - Jenis dinding terluas (tembok/permanen)
3
- Jenis atap terluas (beton/genteng/permanen) - Jenis atap terluas (beton/genteng/permanen)
- Terdapat MCK permanen - Terdapat MCK permanen
- Jumlah anggota keluarga 1-2 org/kamar - Jumlah anggota keluarga 1-2 org/kamar
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012)
39

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengumpulan data secara sekunder yang berasal literatur dan dari instansi berupa
kebijakan-kebijakan terkait di Kota Batu serta pengumpulan data primer, yakni peneliti
mengambil data secara langsung di lapangan.
3.3.1 Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dari berbagai
studi literatur dan studi instansi. Studi literatur dilakukan dengan cara mencari kajian
kepustakaan dari buku-buku, jurnal ilmiah yang berkaitan dengan tingkat kebahagiaan
maupun pariwisata. Berikut ini Tabel 3.3 merupakan data sekunder yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Tabel 3.3 Data Survei Sekunder
Waktu Pengambilan
Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data
Data
 Profil Desa Oro-Oro Ombo
 Mengetahui gambaran wilayah Kantor Desa Oro-Oro
 RPJM Desa Oro-Oro Ombo
studi
Ombo
 Mengetahui kegiatan wisata yang 13-20 September 2016
Pokdarwis Oro-Oro
ada di Desa Oro-Oro Ombo
Kegiatan Wisata Desa Oro- Ombo, Dinas Pariwisata
 Pertumbuhan kunjungan
Oro Ombo Kota Batu, Batu Night
wisatawan di Desa Oro-Oro
Spectacular (BNS)
Ombo

3.3.2 Survei Primer


Survei primer yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan data yang akurat,
sehingga dalam survei primer ini akan dilakukan adalah penyebaran kuesioner, observasi
dan wawancara. Berikut ini merupakan penjabaran teknik yang dilakukan untuk survei
primer dalam penelitian ini:
1. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terkait dengan keterangan tentang fakta
yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap (Nasution,
2004). Data kuesioner diajukan kepada responden terkait 9 domain dan 29 indikator
kebahagiaan berdasarkan Gross National Happiness Index yang digunakan untuk input
menghitung indeks kebahagiaan sebagaimana tersaji dalam Lampiran 4 (Hal. L-3 – L-
7).
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan teknik perolehan data dengan melakukan
pengamatan langsung dan pencatatan yang sistematis mengenai hal-hal yang berkaitan
40

dengan kegiatan penelitian. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan
yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki sehingga dari hasil observasi tersebut
dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang ada (Nasution,
2004). Observasi lapangan yang dilakukan tersebut dilaksanakan pada kegiatan-
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik perolehan data dengan cara mengumpulkan
informasi berdasarkan keterangan dari narasumber. Wawancara bersifat semi
terstruktur dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara
terstruktur (Sugiyono, 2009). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang
tersaji pada Lampiran 1-3 (Hal. L-1 – L-2). Narasumber dalam penelitian ini adalah
perangkat Desa Oro-Oro Ombo, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Oro-
Oro Ombo dan pegawai struktural di Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS).
Hasil observasi lapangan dan wawancara digunakan untuk melengkapi dan
mendukung data dari kuesioner. Berikut ini adalah penjabaran survei primer yang akan
dilakukan.
Tabel 3.4 Data Survei Primer
Waktu
Survei Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data
Pengambilan Data
Gambaran umum dan  Mengetahui gambaran umum
Observasi 13-15 September
karakteristik pariwisata Desa dan karakteristik wisata Desa  Observasi
Lapangan 2016
Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo
 Perangkat Desa
Oro-Oro Ombo
 Kelompok Sadar
Gambaran umum dan Mengetahui gambaran umum
Wisata Desa Oro-
Wawancara karakteristik pariwisata Desa dan karakteristik wisata Desa
Oro Ombo
Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo
 Batu Night
Spectacular
30 September– 15
(BNS)
Oktober 2016
Mengetahui data pribadi
Data pribadi
responden untuk
(umur, gender, pendidikan
mengelompokkan tingkat Masyarakat Lokal
tempat bekerja, pendapatan,
Kuesioner kebahagiaan menurut kondisi Desa Oro-Oro
pekerjaan)
demografis, sosial dan ekonomi Ombo
Hasil jawaban pertanyaan Input dalam menghitung indeks
variabel kebahagiaan kebahagiaan

3.4 Populasi dan Sampel


Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keakuratan penelitian adalah dengan
menentukan populasi. Populasi adalah keseluruhan obyek yang memiliki karakteristik
tertentu dan lengkap untuk diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
41

masyarakat lokal yang bekerja di Desa Oro-Oro Ombo. Penelitian ini akan menggunakan
sampel dalam pengambilan data primer untuk memudahkan peneliti mengamati seluruh
anggota populasi karena dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Sampel adalah jumlah
keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Wardiyanta, 2006).
Perhitungan sampel responden masyarakat lokal disesuaikan dengan tujuan
penelitian yaitu mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kebahagiaan masyarakat lokal.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau sampel
yang diambil berdasarkan kriteria tertentu yaitu:
1. Responden adalah masyarakat yang tinggal menetap minimal 12 bulan (Nasir S.,
2014).
2. Badan Pusat Statistik menyebutkan usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun.
Namun, untuk memberikan gambaran yang lebih luas, responden memiliki batas
minimal usia 17 tahun yang tergolong pada usia remaja akhir dengan kematangan
kognitif (Papalia, Old & Feldman, 2001) sehingga memungkinkan untuk
mengambil keputusan sendiri. Sehingga, dapat ditetapkan, responden dalam
penelitian ini adalah yang memiliki usia 17-64 tahun.
3. Responden memiliki pekerjaan utama (jam kerja normal) pada sektor kegiatan
wisata atau di sektor pendukung atau luar wisata dengan penjabaran sebagai
berikut:
a. Sektor kegiatan wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja
di penyediaan daya tarik wisata, penyediaan kawasan pariwisata, jasa
transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
penyediaan akomodasi, penyelenggaran kegiatan hiburan (rekreasi,
pertemuan, perjalanan insentif , konferensi dan pameran) , jasa informasi
wisata, jasa konsultan wisata, jasa pramuwisata dan spa.
b. Sektor pendukung atau luar wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang bekerja di pengadaan prasarana umum (pengadaan pembangkit tenaga
listrik dan sumber energi, sistem penyediaan air bersih, sistem jaringan jalan
raya, sistem irigasi dan perhubungan telekomunikasi), kegiatan masyarakat
banyak (rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, pom bensin dan kantor
pemerintahan), sarana pelengkap wisata (perusahaan kerajinan tangan, toko
souvenir, toko pakaian, toko perhiasan, toko kelontong, toko foto dan salon)
dan sarana penunjang wisata (night club, casinos dan steambaths).
42

Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo yang bekerja adalah sebanyak 9621 jiwa
namun karena masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan sektor
pendukung luar wisata tidak diketahui secara pasti jumlahnya sehingga penentuan sampel
menggunakan Formula Lemeshow:

Keterangan:
Z = Tingkat Kepercayaan/signifikasi (1,96)
P = Proporsi populasi (0,25)
d = Standar error (0,05)

= 288.12 ~ 300 unit sampel


Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan formula Lemeshow
didapatkan sampel minimal sebanyak 288 sampel, sehingga nilai sampel dibulatkan
menjadi 300 sampel. Selanjutnya sampel dialokasikan menjadi dua kelompok yaitu sampel
masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal terhadap kegiatan wisata secara utuh melalui perbandingan
dua kelompok masyarakat lokal yang berkaitan dengan kegiatan wisata.
Tabel 3.5 Jumlah Sampel Masyarakat Lokal di Desa Oro-Oro Ombo
Jumlah Jumlah Sampel Pekerja di Sektor Sampel Pekerja di Sektor
Penduduk Sampel Kegiatan pariwisata Luar/Pendukung Kegiatan
Bekerja Wisata
9621 300 150 150

Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui jumlah sampel pekerja di sektor kegiatan
wisata sebanyak 50% dari jumlah sampel yaitu 150 responden dan sampel pekerja di sektor
luar atau pendukung kegiatan wisata juga sebanyak 50% dari jumlah sampel yaitu 150
responden sehingga jumlah sampel yang berasal dari setiap kelompok sama.

3.5 Metode Analisis Data


3.5.1 Gross National Happiness Index (GNHI)
Penelitian ini menggunakan alat ukur kebahagiaan Gross National Happiness Index
(GNHI) berdasarkan penelitian Ura, dkk (2012) . GNHI merupakan metodologi yang
bersifat inovatif, sederhana, akurat dan dapat didekomposisikan. Metode ini dapat
43

digunakan salah satunya untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Sebelum melakukan


perhitungan indeks kebahagiaan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah.
1. Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot
Setelah mendapatkan jawaban dari responden berdasarkan variabel (x) yang telah
ditentukan langkah selanjutnya yaitu menerapkan ambang batas kecukupan dari jumlah
skor jawaban (∑I). Indeks kebahagiaan memiliki dua macam ambang batas, yaitu
ambang batas kecukupan dan ambang batas kebahagiaan. Ambang batas
kecukupan digunakan untuk menentukan apakah seseorang telah mencapai kecukupan
pada masing-masing indikator.
Sebagaimana variabel yang digunakan, beberapa ambang batas kecukupan tidak
diatur dalam literatur maupun standar internasional sehingga, juga mengandalkan
penilaian normatif yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi.
Selain itu, ambang batas kecukupan juga menggunakan literatur dari penelitian
Dayana, Surjono & Sutikno (2015).
Setelah menerapkan ambang batas kecukupan, indikator yang dapat memenuhi
ambang batas kecukupan (Ak) akan dinilai dengan poin 1 sedangkan yang belum
memenuhi akan dinilai dengan poin 0. Hasil dari poin 0 dan 1 yang didapatkan
kemudian dikalikan dengan bobot (B) masing-masing indikator. Ambang batas
kecukupan (Ak) dan bobot (B) yang digunakan dalam penelitian ini pada Tabel 3.6
berikut ini.
44

Tabel 3.6 Ambang Batas Kecukupan dan Bobot


Pemenuhan Ambang Bobot
No Domain (D) Indikator (I) Variabel (x) Skor Ambang Batas Kecukupan
Batas Kecukupan (Ak) (B)
1 Kesejahteraan Kepuasan Hidup Skala likert 5 poin terhadap 5 variabel 5-25 20-25 1 atau 0 33%
Psikologis Keseimbangan emosi positif Skala likert 4 poin terhadap 5 variabel 5-20 15-20 1 atau 0 17%
Keseimbangan emosi negatif Skala likert 4 poin terhadap 5 variabel 5-20 15-20 1 atau 0 17%
Spiritualitas Skala likert 4 poin terhadap 4 variabel 4-16 12-16 1 atau 0 33%
2 Kesehatan Catatan Status Kesehatan Diri Skala likert 5 poin 1-5 4-5 1 atau 0 20%
Kesehatan sehari-hari Jumlah hari sehat responden sebulan terakhir - 21-31 1 atau 0 40%
Difabel Difabel 1-2 Tidak Difabel 1 atau 0 40%
3 Pendidikan Keaksaraan Kemampuan membaca dan menulis 1-2 Melek Aksara 1 atau 0 30%
Kualifikasi Pendidikan Tingkat pendidikan wajib belajar 12 tahun 1-2 SMP/MTs/Sederajat 1 atau 0 30%
Pengetahuan Skala likert 5 poin terhadap 3 variabel 3-15 12-15 1 atau 0 20%
Value/Norma Skala likert 5 poin terhadap 4 variabel 4-20 20 1 atau 0 20%
4 Keragaman Bahasa Skala likert 5 poin 1-5 4-5 1 atau 0 27%
Budaya Partisipasi Budaya Skala likert 4 poin 1-4 3-4 1 atau 0 36.5%
Keterampilan Seni Skala likert 5 poin 1-5 4-5 1 atau 0 36.5%
5 Penggunaan Penggunaan waktu jam kerja Jumlah jam kerja - ≤ 8 jam 1 atau 0 50%
Waktu Penggunan waktu jam tidur Jumlah jam tidur - ≥ 8 jam 1 atau 0 50%
6 Tatanan Kebebasan politik Skala likert 5 poin terhadap 7 variabel 7-35 28-35 1 atau 0 10%
Pemerintah Partisipasi politik Skala likert 4 poin terhadap 2 variabel 2-8 6-8 1 atau 0 40%
Kinerja pemerintah Skala likert 5 poin terhadap 4 variabel 4-20 16-20 1 atau 0 10%
Penyediaan Layanan Skala likert 5 poin terhadap 3 variabel 3-15 12-15 1 atau 0 40%
7 Vitalitas Hubungan masyarakat Skala likert 5 poin terhadap 2 variabel 2-10 8-10 1 atau 0 30%
Komunitas Hubungan keluarga Skala likert 5 poin terhadap 2 variabel 2-10 8-10 1 atau 0 30%
Keamanan Skala likert 4 poin 1-4 3-4 1 atau 0 40%
8 Keanekaragaman Isu-isu perkotaan Skala likert 5 poin 1-5 4-5 1 atau 0 53%
Ekologi Tanggung jawab terhadap lingkungan Skala likert 5 poin 1-5 4-5 1 atau 0 23.5%
Polusi Permasalahan polusi 3-6 6 1 atau 0 23.5%
9 Standar Hidup Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga per kapita 1-6 4-6 1 atau 0 34%
Aset Kepemilikan asset 1-2 Kepemilikan asset rumah pribadi 1 atau 0 33%
Kualitas rumah Konstruksi rumah, konstruksi MCK, rasio - Konstruksi Permanen, MCK, 1-2 1 atau 0 33%
kamar orang/kamar
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012) dan Dayana, Surjono & Sutikno (2015)
45

Hasil perkalian pemenuhan ambang batas kecukupan atau Ak (1 atau 0) dengan


bobot (B) kemudian disebut sebagai kecukupan indikator (KI). Berikut ini Tabel 3.7
adalah contoh penerapan ambang batas kecukupan dan bobot.
Tabel 3.7 Contoh Penerapan Ambang Batas Kecukupan (Ak) dan Bobot (B)
Indikator Kepuasan Hidup (I1)
Variabel (X) Pemenuhan Kecukupan
Responden Total Ambang
(N) Hub. Bobot Indikator
Kesehatan Pekerjaan Standar Hidup Keseimbangan (∑I1 = X1+ Batas KI = Ak1 x
Keluarga (33%)
(skor 1-5) (skor 1-5) (skor 1-5) Kerja (1-5) X1+X3+X4+X5) Kecukupan
(skor 1-5) (B1) B1
(X1) (X2) (X4) (X5) (20-25)
(X3) (Ak1)
1 4 4 5 4 3 20 1 33% 33%
2 5 3 3 3 4 18 0 33% 0%

2. Kecukupan Indikator (KI)


Nilai kecukupan indikator (KI) menunjukkan kemampuan individu dalam
memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator. Nilai ini juga dapat menunjukkan
berapa persen individu yang dapat memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator
(II) di dalam masyarakat atau wilayah tertentu. Dengan cara menghitung jumlah
individu yang mampu memenuhi ambang batas kecukupan (∑Nak) kemudian dibagi
dengan jumlah total individu yang diteliti (∑N). Berikut ini Tabel 3.8 adalah contoh
perhitungan persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas kecukupan suatu
indikator.
Tabel 3.8 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang memenuhi Ambang Batas Kecukupan (II)
Kecukupan Indikator (KI)
Indikator Indikator Indikator Indikator
Responden Indikator
Kepuasan Emosi Emosi Kualitas
(N) Spiritualitas
Hidup Positif Negatif Rumah
(KI4)
(KI1) (KI2) (KI3) (KI29)
1 33% 17% 17% 0% 33%
2 33% 17% 17% 33% 33%
3 0% 17% 17% 33% 33%

150 33% 17% 17% 0% 33%


Individu yang
memenuhi
Ambang Batas 69 107 80 85 96
Kecukupan
(∑Nak)
Persentase yang
memenuhi
Ambang Batas 69/150 = 107/150 = 80/150 = 85/150 = 96/150 =
Kecukupan 46% 71% 53% 57% 64%
(II = (∑Nak)/ (∑N)
46

Nilai persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas kecukupan (II) tersebut
tidak termasuk dalam rangkaian perhitungan untuk menghasilkan nilai indeks
kebahagiaan namun, persentase tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kondisi dan
situasi dalam masyarakat atau wilayah studi atau menjadi pendukung dalam
menggambarkan kebahagiaan masyarakat. Selanjutnya, setelah menemukan nilai
kecukupan indikator (KI), kemudian kecukupan indikator (KI) pada masing-masing
domain dijumlahkan dan menghasilkan kecukupan domain (KD).
3. Kecukupan Domain (KD)
Kecukupan domain (KD) didapatkan dari hasil penjumlahan kecukupan indikator
(∑KI) pada masing-masing domain. Berikut ini Tabel 3.9 adalah contoh perhitungan
kecukupan domain.
Tabel 3.9 Contoh Perhitungan Kecukupan Domain (KD)
Domain Kesejahteraan Psikologis (D1)
Responden Kecukupan Indikator (KI) Kecukupan Domain
(N) Kepuasan Hidup Emosi Positif Emosi Negatif Spiritualitas ( KD1 = ∑ KI1 + KI2 +
(KI1) (KI2) (KI3) (KI4) KI3 + KI4)
1 33% 17% 17% 0% 67%
2 33% 17% 17% 33% 100%

Nilai kecukupan domain (KD) menunjukkan kemampuan individu dalam


memenuhi kecukupan indikator, dimana kecukupan domain juga memiliki ambang
batas yang disebut sebagai ambang batas kebahagiaan (Ab). Ambang batas
kebahagiaan yaitu seberapa banyak indikator atau berapa banyak persen yang harus
dicapai seseorang agar bisa disebut sebagai bahagia. Ambang batas kebahagiaan
sendiri memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu;
a. Adanya keragaman karena tidak semua indikator dapat diterapkan secara
universal
b. Adanya pengukuran yang kurang akurat akibat perbedaan atau keragu-raguan
seseorang dalam mengatakan apa yang terjadi sebenarnya (takut tampak bangga
atau pamer). Dengan adanya hal ini maka ambang batas kebahagiaan tidak
semuanya harus memiliki kecukupan di setiap indikatornya.
c. Adanya kebebasan memilih dimana beberapa orang dapat merasakan
kebahagiaan tanpa mencapai kecukupan dalam setiap indikator.
Berdasarkan tiga hal tersebut, indeks kebahagiaan mengakui adanya keterbatasan
ukuran kuantitatif sehingga ukuran seseorang yang bahagia tidak harus memenuhi 100%
indikator tetapi cukup 66% dari domain yang telah ditetapkan.
47

Nilai kecukupan domain (KD) juga dapat menunjukkan berapa persen individu
yang dapat memenuhi ambang batas kebahagiaan suatu domain (BB) di dalam masyarakat
atau wilayah tertentu. Dengan cara menghitung jumlah individu yang mampu memenuhi
ambang batas kebahagiaan (∑Nab) (nilai kecukupan domain > 65%) kemudian dibagi
dengan jumlah total individu (∑N). Dalam memudahkan pembacaan data persentase
masyarakat yang memenuhi ambang batas kebahagiaan, data bisa disajikan dengan jumlah
total 100% yang disebut sebagai konstribusi kecukupan domain (K). Berikut ini Tabel
3.10 adalah contoh persentase perhitungan masyarakat yang memenuhi ambang batas
kebahagiaan suatu domain (BB)
Tabel 3.10 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan (BB)
Responden Kecukupan Domain (KD)
(N) KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9
1 67% 80% 100% 73% 100% 60% 70% 100% 33%
2 100% 60% 80% 100% 100% 100% 100% 24% 66%
3 67% 100% 80% 64% 100% 40% 60% 24% 66%

150 50% 100% 70% 100% 0% 40% 60% 24% 33%


Individu
yang
memenuhi
Ambang 64 111 95 71 59 77 105 60 94
Batas
Kebahagiaan
(∑Nab) TOTAL
Persentase
yang
memenuhi
Ambang 64/150 = 111/150 = 95/150 = 71/150 = 59/150 = 77/150 = 105/150 60/150 94/150 =
Batas 43% 74% 63% 47% 39% 51% = 70% = 40% 63% 4.91
Kebahagiaan
(BB =
(∑Nab)/ (∑N)
Konstribusi
Kecukupan 0.43/4.91 0.74/4.91 0.63/4.91 0.47/4.91 0.39/4.91 0.51/4.91 0.7/4.91 0.4/4.91 0.63/4.91
Domain = = = = = = = = =
(K = 9% 15% 13% 10% 8% 10% 14% 8% 13% 100%
BB / ∑ BB)
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup

Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah nilai persentase masyarakat yang
memenuhi ambang batas kebahagiaan (BB) tersebut tidak termasuk dalam rangkaian
perhitungan untuk menghasilkan nilai indeks kebahagiaan. Seperti halnya nilai
persentase masyarakat pada kecukupan indikator (II), persentase tersebut dapat
48

dijadikan sebagai gambaran kondisi dan situasi dalam masyarakat atau wilayah studi
atau menjadi pendukung dalam menggambarkan kebahagiaan masyarakat.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan domain (KD) selanjutnya sembilan
kecukupan domain akan dijumlah dan dirata-rata sehingga menghasilkan nilai tingkat
kecukupan domain (TK). Berikut ini Tabel 3.11 adalah contoh perhitungan tingkat
kecukupan domain.
Tabel 3.11 Contoh Perhitungan Tingkat Kecukupan Domain (TK)
Kecukupan Domain (KD) Tingkat Kecukupan Domain (TK)
Responden
((∑ KD1 + KD2 + KD3+ KD4 + KD5 +
(N) KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9
KD6 + KD7 + KD8 + KD9) / 9))
1 67% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 66% 93%
2 100% 100% 80% 100% 100% 100% 100% 77% 100% 95%
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup

Nilai tingkat kecukupan domain (TK) inilah yang nantinya akan dipergunakan
untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia.
Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan indeks kebahagiaan selanjutnya.
4. Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia
Identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia dilakukan
dengan menerapkan gradient kebahagiaan pada tingkat kecukupan domain (TK).
Gradient kebahagiaan menurut Ura, dkk (2012) dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu
77%-100% dikategorikan sebagai sangat bahagia, 66%-76% dikategorikan sebagai
bahagia, 50%-65% dikategorikan sebagai hampir bahagia dan 0%-49% dikategorikan
sebagai tidak bahagia.
Seseorang dianggap bahagia apabila mencapai kecukupan sebesar 66% atau setara
dengan enam domain, sedangkan dianggap tidak bahagia apabila tidak mencapai 66%.
Dapat disimpulkan bahwa kelompok masyarakat bahagia memiliki persentase
kecukupan sebesar 66%-100% sedangkan kelompok masyarakat yang belum bahagia
persentase kecukupannya sebesar 0%-65%. Untuk lebih jelasnya terkait gradient
kebahagiaan dan pengelompokan masyarakat yang bahagia dan yang belum bahagia
dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini.
49

Tabel 3.12 Gradient Kebahagiaan


Kategori Kebahagiaan Tingkat Kecukupan Domain
Bahagia 66%-100%
Sangat Bahagia 77%-100%
Bahagia 66-76%
Belum Bahagia 0%-65%
Hampir Bahagia 50%-65%
Tidak Bahagia 0%-49%
Sumber: Ura,Alkire,Zangmo&Wangdi (2012)
Setelah mengindentifikasi masyarakat yang bahagia dan belum bahagia kemudian
dipersentasekan sehingga menghasilkan nilai HH (persentase masyarakat yang bahagia
dan Hn (persentase masyarakat yang belum bahagia).
5. Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada
Masyarakat Belum Bahagia (As)
Setelah mengetahui nilai HH dan Hn selanjutnya adalah menghitung persentase
domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada orang-orang yang belum
bahagia (As). Dimana, individu dianggap telah memenuhi apabila kecukupan domain
mencapai ≥ 66%. Berikut ini adalah rumus perhitungan untuk mengetahui nilai As.

As
Keterangan :
Db = Jumlah domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada responden yang belum bahagia
Nb = Jumlah responden belum bahagia
D = Jumlah domain kebahagiaan
Hal ini dimaksudkan didalam menghitung indeks kebahagiaan tidak hanya
memperhitungkan persentase individu yang bahagia namun juga memperhitungkan
kecukupan domain pada masyarakat yang belum bahagia. Berikut ini Tabel 3.13 adalah
contoh perhitungan As.
Tabel 3.13 Contoh Perhitungan Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada Masyarakat
Belum Bahagia (As)
Kecukupan Domain (KD)
Tingkat ∑ Domain
Responden
Kecukupan Gradient Memenuhi
Belum
KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9 Domain Kebahagiaan Kecukupan
Bahagia
(TK) (Db)
(Nb)
1 83% 40% 80% 100% 100% 50% 60% 0% 66% 64% Hampir Bahagia 5
2 83% 100% 80% 27% 100% 0% 100% 77% 0% 63% Hampir Bahagia 6
3 50% 100% 80% 27% 100% 60% 60% 24% 66% 63% Hampir Bahagia 4

74 17% 100% 80% 27% 0% 0% 60% 0% 0% 32% Tidak Bahagia 2


TOTAL 238
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup
50

6. Indeks Kebahagiaan
Setelah mengetahui nilai HH, Hn dan As, kemudian indeks kebahagiaan dapat
dihitung menggunakan rumus berikut:
GNH = (HH+HnAs)
Keterangan :
HH = persentase orang yang bahagia
Hn = persentase yang belum bahagia [(HH = (1 – Hn)]
As = persentase domain yg memenuhi ambang kecukupan pada orang belum bahagia
Setelah diketahui nilai GNH pada rentang nilai 0-1, kemudian diidentifikasi jenis
kategorinya berdasarkan Tabel 3.14 berikut ini.
Tabel 3.14 Kategori Indeks Kebahagiaan
Kategori Kebahagiaan Indeks Kebahagiaan (0-1)
Sangat Bahagia 0,77 - 1
Bahagia 0,66 – 0,76
Hampir Bahagia 0,50 – 0,65
Tidak Bahagia 0 – 0,49
Sumber: Ura, dkk (2012)
Sehingga pada dasarnya indeks kebahagiaan merupakan persentase domain pada
setiap orang atau perwakilan kelompok yang telah memenuhi kecukupan. Indeks
kebahagiaan juga dapat digunakan untuk menyajikan data untuk agregasi. Agregasi
adalah melakukan agregat terhadap data populasi ke dalam sebuah ukuran yang
terperinci. Salah satu tujuan dari agregasi adalah sebagai upaya untuk menggambarkan
dan memudahkan melihat data sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik pada
masyarakat umum. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menemukan fenomena yang
terjadi dalam masyarakat serta memperkuat temuan hasil indeks kebahagiaan. Agregasi
dapat dikelompokkan menurut kondisi demografis, sosial dan ekonomi masyarakat
(pembagian wilayah, umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita).
Berdasarkan penjabaran langkah-langkah perhitungan Gross National Happiness
Index (GNHI) diatas, dapat digambarkan menjadi bagan seperti Gambar 3.1 berikut ini.
51

Persentase Masy. yg memenuhi


Ambang Batas Kecukupan
II = (∑Nak)/ (∑N)

Memenuhi ambang
batas
Menjumlah nilai variabel (x) Penerapan kecukupan dinilai 1
Penetapan Indikator, Mendapatkan nilai Ambang Batas
pada setiap indikator untuk (Ak1)
Variabel dan Ambang variabel (x) dari hasil Kecukupan
mendapatkan nilai I
Batas Kebahagiaan kuesioner responden pada nilai I
(I1 = ∑ X1+ X2 + ….. )
Tidak memenuhi
ambang batas
kecukupan dinilai 0
(Ak0)

Tingkat Kecukupan Domain


( TK = [(∑ KD1 + KD2 + KD3+ KD4 + KD5 Kecukupan Domain Kecukupan Indikator Dikalikan dengan bobot
+ KD6 + KD7 + KD8 + KD9) / ∑ D )] (KD = ∑ KI1 + KI2 +….) (KI = Ak x B) (B) masing-masing
indikator

Persentase Domain yg
memenuhi Ambang Batas
Kebahagiaan pada Masy. Belum
Bahagia (As)

Identifikasi Kelompok Masy. yg As


Bahagia dan Belum Bahagia
(melalui Penerapan Gradient GNH = (HH + HnAs)
Kebahagiaan pd Persentase Masy. Bahagia (HH) Identifikast jenis kategori kebahagiaan pada
Tingkat Kecukupan Domain (TK)) rentang (0-1)

Persentase Masy. Belum Bahagia


(Hn)

Persentase Masy. yg memenuhi


Konstribusi Ambang Batas Kebahagiaan (BB)
Kecukupan Domain (Kecukupan domain > 65%)
(K = BB / ∑ BB) BB = (∑Nab)/ (∑N)

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Perhitungan Gross National Happiness Index (GNHI)


Sumber: Modifikasi dari Ura, dkk (2012)

3.5.2 Analisis Crosstabs


Analisis tabulasi silang atau crosstabs merupakan salah satu analisis korelasional
yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, sehingga analisa tabulasi silang
dapat digunakan untuk menganalisa lebih dari dua variabel. Berikut ini adalah langkah-
langkah dan contoh perhitungan analisis crosstabs hubungan tingkat kebahagiaan dengan
jenis pekerjaan menggunakan SPSS.
1. Buka lembar kerja baru SPSS
2. Masukkan data, karena semua data kategori pilih decimalsnya = 0
3. Untuk variabel tingkat kebahagiaan memiliki tipe numerik, dimana 1 = tidak
bahagia, 2 = hampir bahagia, 3 = bahagia dan 4 = sangat bahagia
52

4. Untuk variabel jenis pekerjaan juga memiliki tipe numeric, dimana 1 = sektor
kegiatan wisata dan 2 = sektor pendukung atau luar wisata
5. Setelah data dimasukkan dari baris menu, pilih Analyze, lalu pilih sub menu
Descriptive Statistics, lalu pilih sub sub menu Crosstab
6. Masukkan variabel tingkat kebahagiaan pada kotak Row (s) dengan cara klik tanda
panah yang terdapat pada samping kiri kotak Row(s) tersebut
7. Masukkan variabel jenis pekerjaan pada kotak Column (s) dengan cara klik tanda
panah yang terdapat pada samping kiri kotak Column (s) tersebut
8. Kemudian klik Statistics sehingga akan muncul jendela baru. Beri tanda centang (v)
pada kotak Chi Square. Klik Continue.
9. Klik Cells, dan akan muncul jendela baru. Beri tanda centang (v) pada kotak
Observed, Expected, Rows, Colums, Totals, dan klik Continue
10. Klik OK, setelah itu secara otomatis output akan keluar sebagai berikut
A. Case Processing Summary
Tabel 3.15 Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori_Kebahagiaan_ *
300 100.0% 0 .0% 300 100.0%
Jenis Pekerjaan
Sumber: Hasil Analisa, 2017
Pada Tabel Case Processing Summary menunjukkan dalam penelitian tersebut
terdapat 300 sampel, karena di dalam penelitian menggunakan 300 sampel maka artinya
tidak ada yang hilang atau missing sehingga tingkat kevalidannya adalah 100%.
B. Crosstab
Tabel 3.16 Crosstab

Pekerjaan
Sektor Kegiatan Total
Kegiatan Pendukung atau
Wisata Luar Wisata
Kategori_Kebahagiaan_ Tidak Count 40 10 50
Bahagia Expected Count 25.0 25.0 50.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 80.0% 20.0% 100.0%
% within Pekerjaan 26.7% 6.7% 16.7%
% of Total 13.3% 3.3% 16.7%
Hampir Count 34 53 87
Bahagia Expected Count 43.5 43.5 87.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 39.1% 60.9% 100.0%
53

% within Pekerjaan 22.7% 35.3% 29.0%


% of Total 11.3% 17.7% 29.0%
Bahagia Count 34 48 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 41.5% 58.5% 100.0%
% within Pekerjaan 22.7% 32.0% 27.3%
% of Total 11.3% 16.0% 27.3%
Sangat Count 42 39 81
Bahagia Expected Count 40.5 40.5 81.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 51.9% 48.1% 100.0%
% within Pekerjaan 28.0% 26.0% 27.0%
% of Total 14.0% 13.0% 27.0%
Total Count 150 150 300
Expected Count 150.0 150.0 300.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 50.0% 50.0% 100.0%
% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Sumber: Hasil Analisa, 2017

Pada Tabel tingkat kebahagiaan dan jenis pekerjaan crosstabulation menunjukkan


data obyektif atau frekuensi nyata (Count) dan frekuensi harapan (Expected Count) baik
dalam bentuk skor maupun persentase. Hasil yang didapatkan dari Tabel tersebut adalah
terdapat 40 pekerja di sektor kegiatan wisata yang tidak bahagia, 34 pekerja di sektor
kegiatan wisata yang hampir bahagia, 34 pekerja di sektor kegiatan wisata yang bahagia
dan 42 pekerja di sektor kegiatan wisata yang sangat bahagia. Sedangkan untuk pekerja di
kegiatan pendukung atau luar wisata, terdapat 10 yang tidak bahagia, 53 yang hampir
bahagia, 48 yang bahagia dan 39 yang sangat bahagia.
C. Chi-Square Test
Tabel 3.17 Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 24.651 3 .000

Likelihood Ratio 25.971 3 .000

N of Valid Cases 300

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 25.00.
Sumber: Hasil Analisa, 2017

Uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel (baris
dan kolom).
54

Hipotesa untuk kasus ini adalah


- H0 : Tidak ada hubungan antara baris dan kolom, atau antara tingkat
kebahagiaan dengan jenis pekerjaan
- H1 : Ada hubungan antara baris dan kolom, atau antara tingkat kebahagiaan
dengan jenis pekerjaan
Pengambilan keputusan dengan berdasarkan perbandingan Chi-Square Uji dan
angka dari Tabel
- Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka H0 diterima
- Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka H0 ditolak
Berdasarkan tabel 3.17, uji Chi-Square Hitung yaitu 24.651, sedangkan Chi-Square
tabel untuk tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan (dF) = 3 adalah 7.82
karena Chi-Square Hitung (24.651) > Chi Square Tabel (7.82), maka H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara baris dan kolom atau antara
tingkat kebahagiaan dengan jenis pekerjaan.
Mengamati hubungan antara dua variabel juga dapat digunakan dengan menguji
hipotesis dengan membandingkan nilai probabilitas pada bagian Asymp. Sig. (2-sided),
yang pada Tabel yaitu 0.000. Jika nilai Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, tetapi bila
nilai probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak. Dalam kasus ini 0.00 < 0.05 maka H0 ditolak,
artinya ada hubungan antara baris dan kolom atau antara tingkat kebahagiaan dengan jenis
pekerjaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kebanyakan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata berada pada kategori belum bahagia sedangkan
kebanyakan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berada
pada kategori bahagia.
3.5.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah memberikan deskripsi mengenai karakteristik variabel
penelitian yang sedang diamati serta data demografi responden (Nurnyaman & Christina,
2015). Tujuan dari analisis ini adalah memberikan gambaran pengolahan data terkait
dengan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal baik yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Kemudian, membandingkan
hasil tingkat kebahagiaan dari kedua kelompok masyarakat lokal tersebut.
55

3.6 Diagram Alir Penelitian

Penerapan Ambang Batas Persentase Masy. yg memenuhi


Kecukupan dan Bobot Ambang Batas Kecukupan

Kecukupan Indikator

Kecukupan Domain Persentase Masy.


yg memenuhi
Ambang Batas
Tingkat
Tingkat Kecukupan Kebahagiaan kebahagiaan
Penilaian Tingkat Tingkat Domain masyarakat lokal
Kebahagiaan Kebahagiaan:
Masyarakat Lokal yang bekerja di
9 Variabel Konstribusi sektor kegiatan
terhadap Keberadaan  Kesejahteraan Identifikasi Kelompok
Kecukupan
Kegiatan Wisata di Masy. yg Bahagia dan wisata
psikologis Domain
Desa Oro-Oro Ombo  Kesehatan Belum Bahagia
Survei Primer:
Kecamatan Batu  Pendidikan (melalui Penerapan
 Observasi
Kota Batu  Keragaman Gradient Kebahagiaan pd
 Wawancara Analisis
Tingkat Kecukupan
Budaya  Kuesioner Gross National
 Penggunaan Domain) Tingkat
Survei Sekunder Happines Index
kebahagiaan
Waktu  Survei Instansi (GNHI)
 Tatanan masyarakat lokal
 Studi Literatur
Pemerintah yang bekerja di
Bagaimana tingkat  Vitalitas sektor kegiatan
Persentase Domain yg
kebahagiaan Komunitas Persentase Persentase pendukung atau
memenuhi Ambang Batas
masyarakat lokal di  Keanekaragaman Masy. Masy. Belum Kebahagiaan pada Masy. luar wisata
Desa Oro-Oro Ombo, Ekologi Bahagia (HH) Bahagia (Hn) Belum Bahagia (As)
Kecamatan Batu,  Standar Hidup
Kota Batu? 29 Indikator

Tingkat kebahagiaan masyarakat


GNH = (HH + HnAs) lokal terhadap keberadaan
Identifikast jenis kategori kebahagiaan pada kegiatan wisata di
rentang (0-1) Desa Oro-Oro Ombo
Kec. Batu, Kota Batu

PENGUMPULAN
INPUT ANALISA OUTPUT
DATA

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


56

3.7 Desain Survei


Tabel 3. 18 Desain Survei
Metode Metode
Sumber
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Pengumupulan Analisis Output
Data
Data Data
Kesejahteraan - Tingkat kepuasan terhadap kondisi kesehatan
psikologis - Tingkat kepuasan terhadap pekerjaan
Kepuasan hidup - Tingkat kepuasan terhadap hubungan keluarga
- Tingkat kepuasan terhadap standar hidup
- Tingkat kepuasan terhadap keseimbangan kerja
- Persepsi perasaan empati yang dimiliki
- Persepsi perasaan murah hati yang dimiliki
Emosi positif - Persepsi perasaan mudah memaafkan orang lain yang dimiliki
- Persepsi perasaan puas/bersyukur yang dimiliki
- Persepsi perasaan tenang yang dimiliki Tingkat
- Persepsi perasaan egois yang dimiliki kebahagiaan
Mengidentifikasi
- Persepsi perasaan cemburu yang dimiliki masyarakat
tingkat
Emosi negatif - Persepsi perasaan marah yang dimiliki lokal yang
kebahagiaan
- Persepsi perasaan takut yang dimiliki bekerja di
masyarakat lokal Analisis
- Persepsi perasaan khawatir yang dimiliki sektor
yang bekerja di Gross
- Gambaran diri dalam hal spiritual Hasil Survei Primer : kegiatan
sektor kegiatan National
Kuesioner Kuesioner wisata dan
wisata dan yang Spiritualitas - Fluktuasi dalam mengucapkan doa/mengakui dosa Happiness
yang bekerja
bekerja di sektor - Fluktuasi dalam beribadah sesuai syariat kepercayaan Index
di sektor
kegiatan - Fluktuasi keterlibatan dalam kegiatan kerohanian
kegiatan
pendukung atau Kesehatan Catatan status kesehatan diri - Kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan terakhir
pendukung
luar wisata Kesehatan sehari-hari - Jumlah hari sehat selama 1 bulan terakhir atau luar
Difabel - Keterbatasan fisik yang membatasi aktivitas sehari-hari wisata
Pendidikan Keaksaraan - Kemampuan membaca dan menulis
Kualifikasi pendidikan - Pendidikan terakhir
- Pengetahuan mengenai sejarah lokal maupun nasional
Pengetahuan - Pengetahuan mengenai lagu tradisional maupun nasional
- Pengetahuan mengenai tatanan pemerintahan
- Persepsi mengenai tindak pembunuhan
- Persepsi mengenai tindak pencurian
Norma
- Persepsi mengenai tindak kebohongan
- Persepsi mengenai tindak pelecehan seksual
57

Metode Metode
Sumber
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Pengumupulan Analisis Output
Data
Data Data
Keragaman Bahasa - Tingkat kefasihan dalam berbahasa Indonesia
budaya - Partisipasi dalam kegiatan sosial-budaya selama 1 tahun
Partisipasi budaya
terakhir
Keterampilan seni - Tingkat keahlian dalam keterampilan seni
Penggunaan Penggunaan waktu jam kerja - Lama waktu bekerja
waktu Penggunaan waktu jam tidur - Lama waktu tidur
- Persepsi dalam memiliki kebebasan berbicara dan
berpendapat
- Persepsi dalam memiliki hak untuk memilih yang dimiliki
- Persepsi dalam memiliki hak untuk bergabung dengan partai
politik yang mereka pilih Tingkat
- Persepsi dalam memiliki hak untuk membentuk asosiasi atau kebahagiaan
Kebebasan Politik menjadi anggota dari asosiasi masyarakat
- Persepsi dalam memiliki hak untuk akses yang sama dan lokal yang
kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik bekerja di
Analisis
- Persepsi dalam memiliki hak untuk upah yang sama untuk sektor
Gross
pekerjaan yang sama nilainya Hasil Survei Primer : kegiatan
National
Tatanan - Persepsi dalam memiliki kebebasan dari diskriminasi Kuesioner Kuesioner wisata dan
Happiness
Pemerintah berdasarkan ras,jenis kelamin yang bekerja
Index
- Fluktuasi mengikuti voting dalam pemilu di sektor
Partisipasi Politik
- Fluktuasi mengikuti pertemuan masyarakat kegiatan
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang pendukung
ketenagakerjaan atau luar
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang kesetaraan wisata
Kinerja pemerintah
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang pariwisata
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang lingkungan dan
budaya
- Persepsi mengenai pelayanan kesehatan
Penyediaan layanan - Persepsi mengenai pelayanan pembuangan limbah
- Persepsi mengenai pelayanan akses listrik dan pasokan air
Vitalitas - Fluktuasi tindak kejahatan di lingkungan sekitar dalam
Keamanan
komunitas setahun terakhir
- Tingkat keakraban dan kenyamanan dengan keluarga
Hubungan keluarga
- Tingkat kepercayaan dengan keluarga
58

Metode Metode
Sumber
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Pengumupulan Analisis Output
Data
Data Data
- Tingkat keakraban dan kenyamanan dengan tetangga
lingkungan sekitar tempat tinggal
Hubungan masyarakat
- Tingkat kepercayaan dengan tetangga lingkungan sekitar
tempat tinggal
Keanekaragaman - Kualitas air di lingkungan sekitar tempat tinggal Tingkat
ekologi - (tidak berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai) kebahagiaan
Polusi - Kualitas udara di lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat
- (tidak berpolusi, tidak bising) lokal yang
- Kualitas tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal bekerja di
Analisis
Tanggung jawab lingkungan - Tanggungjawab terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal sektor
Gross
- Perhatian terhadap isu-isu perkotaan yang terjadi di Hasil Survei Primer : kegiatan
National
Isu-isu Perkotaan lingkungan sekitar tempat tinggal (kemacetan, RTH tidak Kuesioner Kuesioner wisata dan
Happiness
memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb) yang bekerja
Index
Standar hidup Pendapatan rumah tangga per di sektor
Pendapatan rumah tangga per kapita
kapita kegiatan
Asset Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan tanah pendukung
- Kepemilikan tempat tinggal atau luar
- Jenis lantai terluas wisata
- Jenis dinding terluas
Kualitas rumah
- Jenis atap terluas
- Kepemilikan MCK
- Jumlah anggota keluarga/kamar
Tingkat
Menganalisa
kebahagiaan
tingkat
Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang Hasil analisa tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang masyarakat
kebahagiaan
bekerja di sektor kegiatan wisata bekerja di sektor kegiatan wisata lokal terhadap
masyarakat lokal
Analisis keberadaan
terhadap Hasil
Crosstabs kegiatan
keberadaan Analisis
Analisis wisata di Desa
kegiatan wisata
Deskriptif Oro-Oro
di Desa Oro-Oro Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
Hasil analisa tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang Ombo
Ombo bekerja di sektor kegiatan pendukung atau luar
bekerja di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata Kecamatan
Kecamatan wisata
Batu, Kota
Batu, Kota Batu
Batu
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi


4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Oro-Oro Ombo
Desa Oro-Oro Ombo merupakan salah satu dari empat kelurahan dan empat desa
(Kelurahan Batu, Kelurahan Ngaglik, Kelurahan Sisir, Kelurahan Temas, Kelurahan
Songgokerto, Desa Pesanggarahan, Desa Sumberejo, Desa Sidomulyo, Desa Oro-Oro
Ombo) yang terletak di Kecamatan Batu, Kota Batu. Luas wilayah Desa Oro-Oro Ombo
adalah 368 Ha dengan jarak desa menuju ke Kantor Kecamatan Batu adalah 2 Km dan
menuju ke pusat Kota Batu adalah 5 Km.
Desa Oro Oro Ombo terletak di wilayah perkotaan dengan ketinggian 850 - 970
meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata pertahun antara 2000 - 3000 mm, dengan
bulan basah rata rata 7 bulan dan bulan kering rata rata 5 bulan serta suhu rata-rata antara
240 - 260 C. Desa Oro-Oro Ombo terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Gondorejo, Dusun
Krajan dan Dusun Dresel. Dusun Gondorejo terdiri dari 3 RW 11 RT , Dusun Krajan
terdiri dari 7 RW 16 RT dan Dusun Dresel terdiri dari 3 RW 9 RT. Batas – batas wilayah
Desa Oro-Oro Ombo adalah sebagai berikut.
Batas Utara : Kelurahan Ngaglik dan Kelurahan Temas, Kecamatan Batu
Batas Timur : Desa Beji, Kecamatan Junrejo
Batas Barat : Wilayah Perhutani dan Gunung Panderman
Batas Selatan : Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo

59
60

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Oro-Oro Ombo


61

4.1.2 Profil Desa Oro-Oro Ombo


A. Guna Lahan
Luas wilayah Desa Oro-Oro Ombo adalah 368 Ha dengan penggunaan lahan
terbesar adalah pertanian lahan kering seluas 196 Ha (53,26%) dan terkecil adalah
perkantoran seluas 0,5 Ha (0,14%). Berikut ini Tabel 4.1 adalah rincian penggunan lahan
di Desa Oro-Oro Ombo.
Tabel 4.1 Guna Lahan di Desa Oro-Oro Ombo
No Guna Lahan Ha
1 Permukiman dan Pekarangan 19.57% 72
2 Sawah irigasi teknis 4.89% 18
4 Sawah irigasi setengah teknis 6.52% 24
5 Pertanian lahan kering 53.26% 196
6 Tanah kas desa 11.14% 41
7 Tanah lapangan 0.27% 1
8 Perkantoran 0.14% 0,5
9 Pegunungan 0.41% 1,5
10 Jalan 3.80% 14
TOTAL 100% 368
Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Perkerasan jalan di Desa Oro-Oro Ombo sendiri berupa aspal dan rabatan namun,
masih terdapat jalan yang menggunakan makadam dan tanah.
B. Demografi
Jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo adalah 11.982 jiwa dengan jumlah laki-laki
sebanyak 5.885 jiwa (49,12%) dan jumlah perempuan sebanyak 6.097 jiwa (50,88%) .
Berikut ini Gambar 4.2 adalah jumlah penduduk menurut kelompok umur.
28,42 %
25,55 % 25,79 %
3500
3000
2500
12,98 %
2000
1500 7,26 %

1000
500
0
0 - 15 16 - 31 32 - 47 48 - 63 > 63

Gambar 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Kelompok Umur


Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo umur 0-15 tahun adalah 3062 jiwa, umur
16-31 tahun adalah 3405 jiwa, umur 32-47 tahun adalah 3090 jiwa, umur 48-63 tahun
adalah 1555 jiwa dan umur > 63 tahun adalah 870 jiwa. Jumlah tersebut menunjukkan
62

bahwa jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo menurut kelompok umur terbanyak
adalah umur 16 – 31 tahun yang merupakan usia produktif.
Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo dapat dikelompokan menurut profesi
atau pekerjaan. Pekerjaan masyarakat di Desa Oro-Oro Ombo antara lain adalah petani,
nelayan, pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI, kepolisian, purnawirawan,
pensiunan, guru/dosen, dokter, bidan/tenaga medis lainnya, pegawai swasta. Selain itu
juga terdapat wiraswasta, pembantu rumah tangga (PRT), pelajar/mahasiswa, ibu rumah
tangga (IRT), sopir, tukang, buruh, peternak dan jasa. Berikut ini Gambar 4.3 rincian
jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut profesi pekerjaan.

3.1%
Belum Bekerja
5.8% 1.3%
Petani/Peternak
19.7% Pedagang
16.1% PNS
ABRI/Kepolisian
17.3% Purnawirawan/Pensiunan
Guru/Dosen
32.2% Dokter/Bidan/Tenaga Medis
Pegawai Swasta/Wiraswasta
2.4%
Sopir/Tukang/Buruh/PRT
0.8%
Pelajar/Mahasiswa
0.1% 0.5% IRT
Jasa dan Lain-Lain nya
0.3% 0.5%

Gambar 4.3 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Pekerjaan


Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Persentase pekerjaan tertinggi di Desa Oro-Oro Ombo adalah pegawai
swasta/wiraswasta (32,2%), petani/peternak (17,3%), sopir,tukang,buruh dan PRT
(16,1%). Pelajar dan mahasiswa sebanyak 5,8% dan IRT 3,1%. Jumlah penduduk yang
bekerja pedagang hanya 2,4%, jasa dan lain-lainnya 1,3%. Selain itu, terdapat PNS
(0,8%), ABRI/kepolisian (0,5%), purnawirawan/pensiunan (0,5%), guru/dosen (0,3%)
dan jumlah persentase pekerjaan yang paling terendah adalah dokter/bidan/tenaga medis
(0,1%), sedangkan penduduk yang belum bekerja juga menunjukkan persentase yang
cukup besar yaitu 19,7%.
Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo juga dapat dikelompokan menurut
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi Pra
Sekolah/PAUD, TK, SD/MI, SMP, SMA, Diploma, S1 dan S2. Berikut ini Gambar 4.4
rincian jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut tingkat pendidikan.
63

S2 0,1%

S1 0.4%

Diploma 2,1%
SMA 12,2%

SMP 19.5%
SD/MI 24,9%

TK 22,8%
PAUD/Pra Sekolah 18%

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500


Gambar 4.4 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Tingkat Pendidikan
Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Lulusan SD/MI memiliki jumlah terbanyak di Desa Oro-Oro Ombo yaitu sebanyak
24,9% (2981 jiwa) sedangkan lulusan S2 merupakan yang tersedikit yaitu hanya 0,1% (8
jiwa). Untuk lulusan PAUD/Pra Sekolah sebanyak 18% (2158 jiwa), TK sebanyak 22,8%
(2736 jiwa), SMP sebanyak 19,5% (2334 jiwa), SMA sebanyak 12,2% (1463 jiwa),
Diploma sebanyak 2,1% (254 jiwa) dan S1 sebanyak 0,4% (48 jiwa). Selain itu juga
terdapat penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas dengan rincian pada
Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo yang memiliki Keterbatasan Fisik
No Keterbatasan Fisik Jumlah (Jiwa)
1 Cacat Fisik 7
2 Tuna Rungu 4
3 Tuna Wicara 3
4 Tuna Netra 3
5 Lumpuh 2
6 Mental -
Total 19
Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Penduduk di Desa Oro Oro Ombo yang memiliki keterbatasan fisik adalah
sebanyak 19 jiwa dimana 7 jiwa diantaranya memiliki cacat fisik, 4 jiwa memiliki tuna
rungu, tuna wicara sebanyak 3 jiwa, tuna netra sebanyak 3 jiwa dan 2 jiwa mengalami
kelumpuhan namun tidak ditemukan adanya masyarakat yang memiliki keterbatasan
mental.
64

4.2 Karakteristik Pariwisata Desa Oro-Oro Ombo


Desa Oro-Oro Ombo menurut RTRW Kota Batu Tahun 2010-2030 merupakan pusat
lingkungan di BWK I Kota Batu yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan skala desa dan
pusat kegiatan wisata modern yang dilengkapi dengan kawasan perdagangan pendukung
pariwisata. Desa Oro-Oro Ombo juga memiliki fungsi kegiatan sebagai jasa skala regional
yaitu berupa penginapan serta jasa skala kota sebagai penjualan makanan dan minuman
(restoran).
Desa Oro-Oro Ombo sendiri merupakan salah satu desa yang pada awalnya bertumpu
pada sektor pertanian, hal tersebut terlihat pada guna lahan desa yang sebagian besar (53,26%)
masih merupakan pertanian lahan kering dengan jumlah masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian juga masih terbilang cukup banyak yaitu 2069 jiwa (17,3%). Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, desa ini awalnya hanyalah sebuah desa
yang sepi dan jauh dari keramaian. Jarak rumah juga berjauh-jauhan antara yang satu dengan
yang lain. Namun setelah hadirnya obyek wisata BNS pada tahun 2008 banyak orang yang
mengunjungi serta mengenal wilayah desa Oro-Oro Ombo, sebab di desa itu terdapat sarana
wisata pada malam hari untuk keluarga yang hendak berkumpul bersama atau refreshing
melepas penat sejenak. Sehingga, masyarakat Desa Oro-Oro Ombo yang semula merupakan
masyarakat agraris kini bergeser menjadi masyarakat pariwisata yang membawa dampak pada
terbentuknya lembaga masyarakat baru yang bernama Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS).
Pembentukan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo dimulai pada tahun 2009 melalui
Surat Keputusan Walikota Nomor: 180/175/KEP/422.012/2009, lembaga ini pada awalnya
merupakan paguyuban masyarakat tani yang belum terstruktur dan bersifat informal. Tujuan
utama dari pembentukan POKDARWIS adalah sebagai wadah pemberdayaan potensi ekonomi
masyarakat lokal dalam mengatur segala bentuk perekonomian mereka di industri pariwisata.
POKDARWIS bahkan ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai kelembagaan ekonomi
yang menitikberatkan pada profit oriented untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
POKDARWIS memiliki peran penting dalam perkembangan kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Seiring dengan perkembangan wisata, POKDARWIS mulai menetapkan
aturan formal, penentuan hak kepemilikan, aturan biaya transaksi dan unsur informal yang
ditentukan.
65

1. Aturan formal kegiatan wisata


Aturan formal dibuat agar dapat membentuk hubungan perekonomian yang
menguntungkan antar kelompok masyarakat. Kerjasama ini ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan tiap individu dalam kelompok masyarakat. Salah satu
bentuk kerjasama yang menguntungkan antar kelompok masyarakat yaitu para
pengelola homestay yang bekerjasama dengan peternak sapi dan petani jeruk,
dimana wisatawan yang menginap di homestay akan diberikan susu dan jeruk
gratis. Aturan ini rupanya mampu menarik banyak wisatawan untuk menginap di
homestay Desa Oro-Oro Ombo sehingga mulai banyak diterapkan pada tahun 2013.
Selain itu adalah penyediaan lahan parkir menggunakan tanah kas desa yang
dulunya tidak dimanfaatkan. Adanya penyediaan lahan parkir melihat peluang dari
wisatawan yang kesulitan untuk mencari tempat parkir karena lahan parkir kegiatan
wisata yang tidak memadai dengan banyaknya jumlah kendaraan.
2. Penentuan hak kepemilikan kegiatan wisata
Penentuan tersebut yaitu pihak yang menanam modal pendirian homestay dan
obyek wisata diwajibkan untuk mengambil tenaga kerja dari masyarakat lokal Desa
Oro-Oro Ombo. Hal ini dianggap sebagai sistem bagi hasil antara masyarakat lokal
dengan pihak pengelola obyek wisata yang diharapkan mampu untuk mengurangi
angka pengangguran dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya manusia di Desa
Oro-Oro Ombo. Keputusan pengambilan tenaga kerja dilakukan melalui proses
musyawarah antara pihak investor, POKDARWIS dan masyarakat lokal, dimana
unsur keterampilan dan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
penentunya.
3. Aturan biaya tranksaksi kegiatan wisata
Aturan ini dibuat untuk mempertahankan dan melindungi struktur lembaga
POKDARWIS dan sebagai kas yang ditujukan untuk pengembangan wisata secara
swadaya. Biaya transaksi didapat dari biaya mencari kesempatan kerjasama antar
kelompok masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata atau dengan pihak
investor, biaya negosiasi kerjasama, biaya pengawasan kerjasama dan biaya
pelaksanaan persetujuan kerjasama.
66

4. Unsur informal kegiatan wisata


Unsur informal dalam pelaksaanan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah
perlunya modal sosial dalam tiap individu tersebut yaitu kepercayaan (kepercayaan
diri dan kepercayaan antar sesama).
Dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan wisata, POKDARWIS juga
merumuskan beberapa program yang melibatkan tokoh masyarakat, masyarakat lokal, dinas
terkait dan badan usaha swasta yang memiliki CSR untuk permberdayaan masyarakat.
Program POKDARWIS antara lain adalah pembangunan Market Fair (Pasar Desa),
Pencetusan Usaha homestay, Pengolahan Sampah, Pengelolaan Parkir, Pembentukan
Pramuwisata dan Informan Wisata. Berikut ini Gambar 4.5 adalah susunan kelembagaan
POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo.

Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo


Sumber :Kelompok Sadar Wisata Desa Oro-Oro Ombo
POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo sebagai lembaga pengelola wisata juga
melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal yang tergabung dalam bidang keamanan dan
ketertiban serta membentuk Paguyuban PKL. Kerjasama dengan POKDARWIS desa lain
untuk mengemas pemasaran pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo (kerjasama dengan
POKDARWIS Desa Songgokerto untuk menunjang Wisata Minat Khusus Gunung Panderman
dengan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo). Untuk bidang jasa akomodasi karena
tingginya minat wisatawan pada homestay di Desa Oro-Oro Ombo maka dibentuklah
67

paguyuban homestay serta dibentuknya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang berguna
untuk menyedia informasi khususunya pada wisatawan serta menyediakan jasa pramuwisata
(pemandu/guide).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS),
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo mulai berkembang sejak adanya kehadiran obyek wisata
dengan konsep baru di bidang pariwisata yang belum ada dan belum diterapkan di kota-kota
lain di Jawa Timur. Obyek wisata tersebut diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi
daerah, memajukan kegiatan multisektoral dan mendongkrak potensi sektor lain seperti
ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Obyek wisata tersebut merupakan hasil dari
kerjasama yang tergabung dalam Perseroan Terbatas, PT. Mutiara Indah yang dikenal
masyarakat dengan nama Batu Night Spectacular (BNS).
Batu Night Spectacular (BNS) yang mulai beroperasi sejak tahun 2008 merupakan
obyek wisata dengan suasana hiburan keluarga yang memadukan konsep mall, market,
permainan, sport dan hiburan dalam satu tempat dengan tujuan menghidupkan suasana malam
di Kota Batu. Obyek wisata ini menyajikan antara lain 32 wahana yaitu Cinema 4D, Circuit
Go Kart, Slalom Test, Drag Race, Sepeda Udara, Lampion Garden, Galeri Hantu, Berburu
Hantu, Disco Bumper Car, Aero Test, Flying Swinger, Carnival, Trampolin, Rumah Kaca, Ali
Baba, Kids Zone, Battle Area, Games Room, Play Ground, Banji Trampolin, Air Mancur
Menari, Laser Show, Layar Terpanjang, Night Market, Café Hantu Elite, After Me, Food
Court, Warung Bethania, Magic Square, Pusat Pijat Refleksi, Pasar Buah Malam, Scooter
Corner dan lain-lain (Batu Night Spectacular,2016).

Gambar 4.6 Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS)


Sumber : Hasil Observasi, 2016
68

BNS dengan konsep wisata malam dibuka mulai pukul 15.00 – 24.00. Harga tiket
masuk BNS sendiri tergolong murah yaitu weekday seharga Rp 30,000,- dan weekend seharga
Rp 40.000,-. Harga tiket untuk wahana juga beragam namun sangat terjangkau yaitu berkisar
antara Rp 5.000,00 – Rp 15.000,00 per wahana. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
BNS, wahana favorit wisatawan adalah lampion garden yaitu berupa taman terbuka yang
dihiasi oleh lebih dari 600 lampion dengan berbagai macan bentuk dan ukuran serta wahana
cinema 4D yang merupakan bioskop dimensi 4 pertama di Malang Raya. Adanya berbagai
macam wahana yang unik dan inovatif tentunya juga dapat menarik minat jumlah kunjungan
wisatawan di BNS. Wisatawan yang berkunjung ke BNS pun bervariatif mulai dari wisatawan
lokal sampai wisatawan nusantara. Berikut ini Gambar 4.7 adalah jumlah kunjungan
wisatawan BNS dari tahun 2009 sampai tahun 2015.

Gambar 4.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan BNS Tahun 2009-2015


Sumber: BPS Kota Batu
Jumlah kunjungan wisatawan BNS tahun 2009-2015 berdasarkan Gambar 4.7 bersifat
fluktuatif (naik-turun) dimana jumlah kunjungan wisatawan BNS tertinggi terdapat pada tahun
2011 (323.303 orang) dan terendah pada tahun 2014 pada tahun (266.733 orang). Secara
keseluruhan, jumlah kunjungan wisatawan di BNS dapat dikatakan berkisar pada jumlah
250.000 – 350.000 orang tiap tahunnya dan dapat terus meningkat pada tahun-tahun
setelahnya. BNS memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dan masih akan terus
berkembang.
Upaya BNS dari tahun ke tahun untuk meningkatkan jumlah wisatawan adalah selalu
mencoba memberikan pelayanan yang terbaik untuk wisatawan dengan menyajikan inovasi
69

wahana-wahana terbaru agar wisatawan betah dan akan mengunjungi kembali BNS. Apabila
terdapat wahana yang sudah tidak diminati oleh pihak BNS akan dilakukan pergantian
wahana. Selain itu untuk menjaga kenyamanan, keamanan dan keselamatan wisatawan pihak
teknisi juga selalu memeriksa tiap-tiap wahana sebelum beroperasi untuk menanggulangi hal-
hal yang tidak diinginkan. Hal tersebut juga tidak terlepas dari kinerja tenaga kerja yang
bekerja di BNS.
BNS memiliki struktur organisasi yang telah disusun berdasarkan fungsinya antara
lain adalah Dewan Komisaris, Direktur Utama, Direktur Umum dan Humas, Direktur
Operasional, Duty Manager, Finance, Accounting, Legal, Marketing, F&B, HRD,
Engineering, Kasir, Logistik, Security, Parkir, Entrance, Entertain, Art serta Design. Berikut
ini Gambar 4.8 adalah struktur organisasi BNS dimana garis instruksi menunjukkan susunan
komunikasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab.

Gambar 4.8 Struktur Organisasi Batu Night Spectacular (BNS)


Sumber : Batu Night Spectacular, 2016
Keputusan bentuk kerjasama antara pihak Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo dengan
pihak pengelola Batu Night Spectacular (BNS) adalah mengambil 30% tenaga kerja dari
masyarakat lokal. Pengambilan tenaga kerja tersebut juga mempertimbangkan dari ketentuan
POKDARWIS, dimana kemampuan, modal dan tingkat pendidikan menjadi dasar penentuan
pekerjaan tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Oro-Oro Ombo yang masih
didominasi oleh lulusan TK, SD/MI, dan SMP memungkinkan banyak masyarakat lokal yang
bekerja pada bagian security, parkir dan entrance.
70

4.2.1 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo


Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Batu
tahun 2014-2019 dan Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016, kegiatan wisata yang ada di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis kegiatan. Kegiatan wisata tersebut
adalah daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata,
jasa makanan dan minuman, jasa akomodasi, jasa informasi wisata dan jasa pramuwisata
Rincian kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Lampiran 5 (Hal. L-8 - L-
10). Berikut ini Gambar 4.9 adalah persentase jumlah kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo.

1% Daya Tarik Wisata


1% 2% 2% 1%
Kawasan Pariwisata
9%
Jasa Transportasi Wisata
21%
Jasa perjalanan wisata
64% Jasa makanan dan minuman
Jasa akomodasi
Jasa informasi Wisata
Jasa Pramuwisata

Gambar 4.9 Persentase Jumlah Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo


Sumber :RIPPDA Kota Batu 2014-2019, Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan persentase jumlah kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo dapat diketahui
bahwa jenis kegiatan wisata yang mendominasi adalah jasa akomodasi berupa homestay dan
villa (64%) dan jasa makanan dan minuman berupa rumah makan, warung dan catering (21%)
hal tersebut sesuai dengan fungsi Desa Oro-Oro Ombo sebagai jasa skala regional penginapan
serta jasa skala kota penjualan makanan dan minuman. Hal tersebut juga sesuai dengan
program POKDARWIS dalam mengalakkan Paguyuban homestay dan Paguyuban PKL.
Persebaran kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo sebagian besar terdapat di Dusun Krajan
khususnya pada ruas jalan utama yaitu Jalan Oro-Oro Ombo, Jalan Panderman dan Jalan
TVRI yang merupakan pusat kegiatan di Desa Oro-Oro Ombo.
71

4.2.2 Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo


Kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan namun mendukung kegiatan tersebut dapat
dibedakan menjadi empat yaitu pelengkap pariwisata, penunjang pariwisata, prasarana umum
dan sarana kebutuhan masyarakat banyak. Desa Oro-Oro Ombo yang diarahkan sebagai pusat
kegiatan wisata modern di Kota Batu berimbas pada munculnya lapangan kerja tidak langsung
yang diperlukan oleh kegiatan wisata atau lapangan kerja yang tercipta dari adanya kegiatan
wisata . Kegiatan pelengkap pariwisata yang terdapat di Desa Oro-Oro Ombo yaitu industri
kerajinan tangan, toko souvenir, toko kelontong dan salon sedangkan kegiatan penunjang
pariwisata (night club, casinos dan steambaths) tidak ditemukan. Kegiatan prasarana umum di
Desa Oro-Oro Ombo adalah kegiatan pada pertanian, peternakan perhubungan dan
telekomunikasi, untuk sarana kebutuhan masyarakat banyak yaitu posyandu, apotik, bank,
kantor pos dan kantor pemerintahan. Rincian kegiatan pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Lampiran 6 (Hal. L-10 - L-12). Berikut ini Gambar 4.10
adalah persentase jumlah kegiatan pendukung wisata di Desa Oro-Oro Ombo.

12% 6% Industri Kerajinan


Tangan
35% Toko Souvenir

46% Toko Kelontong

Salon

Gambar 4.10 Persentase Jumlah Kegiatan Pendukung di Desa Oro-Oro Ombo


Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan persentase jumlah kegiatan pendukung di Desa Oro-Oro Ombo dapat
diketahui bahwa jenis kegiatan yang mendominasi adalah toko kelontong (46%) dimana
indutri kerajinan tangan hanya terdapat 6%. Untuk prasarana umum di Desa Oro-Oro Ombo
sendiri terdapat sarana perhubungan/komunikasi yaitu stasiun TV yang terdapat di Dusun
Dresel dan sarana penyediaan air bersih berupa sumber mata air darmi dan sumber mata air
kali ampo. Pertanian berupa padi, jagung dan sebagainya serta holtikultura dengan hasil
72

unggulan pada buah jeruk. Untuk peternakan sendiri terdapat sapi perah, sapi potong, kuda,
kambing, domba, ayam, kelinci, itik dan ulat hongkong serta juga terdapat kegiatan
perikanan dan perkebunan. Kegiatan pertanian dan peternakan banyak berkembang di Dusun
Dresel khususnya pada pertanian jeruk dan peternakan kuda sedangkan di Dusun Krajan
banyak dikembangkan peternakan ulat hongkong.
Sarana kebutuhan masyarakat di Desa Oro-Oro Ombo adalah sarana kesehatan yaitu
polindes, rumah berobat, praktek dukun bayi dan posyandu yang telah tersebar di masing-
maisng dusun. Sedangkan untuk apotik, bank, kantor pos dan kantor pemerintah terpusat di
Dusun Krajan kecuali Kantor Perhutani dan UPTD Kominfo yang terletak di Dusun Dresel.
Peta persebaran kegiatan wisata, kegiatan pendukung dan kegiatan luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Gambar 4.11.
73

Gambar 4.11 Peta Persebaran Kegiatan Wisata, Pendukung Wisata dan Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo
74

4.3 Analisis Gross National Happiness Index (GNHI)


Analisis Gross National Happines Index (GNHI) dilakukan untuk menilai tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang merupakan wilayah
perkembangan wisata. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat kebahagiaan dan
perbandingannya di antara dua kelompok masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dengan yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
4.3.1 Kecukupan Indikator
Kecukupan indikator merupakan hasil perkalian pemenuhan ambang batas kecukupan
(1 atau 0) dengan bobot. Penerapan ambang batas kecukupan dan bobot dapat dilihat pada
lampiran 7 dan 8 (Hal. L-13 – L.24). Untuk hasil perhitungan kecukupan indikator dapat
dilihat pada lampiran 9 dan 10 (Hal. L-24 – L-36).. Nilai kecukupan indikator menunjukkan
kemampuan individu dalam memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator. Nilai ini juga
dapat menunjukkan berapa persen individu yang dapat memenuhi ambang batas kecukupan
suatu indikator di dalam masyarakat atau wilayah tertentu.
Berikut ini Gambar 4.12 adalah persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata dan pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang memenuhi ambang batas
kecukupan dengan penggambaran mulai dari persentase yang tertinggi sampai dengan
terendah.

(a)
75

(b)
Gambar 4.12 Persentase yang Memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada Masing-Masing Indikator
(a) Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan pada Gambar 4.12 (a), masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata memiliki pemenuhan ambang kecukupan tertinggi pada indikator tidak difabel (100%),
keaksaraan (96%) dan partisipasi politik (92%). Namun, masih terdapat kurang dari 50%
masyarakat yang tidak memenuhi kecukupan pada beberapa indikator yaitu isu perkotaan
(49%), keterampilan seni (49%), jam kerja (47%), kepuasan hidup (46%), tanggung jawab
lingkungan (45%), polusi (40%), jam tidur (40%), pendapatan (39%) dan pengetahuan (33%).
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berdasarkan
Gambar 4.12 (b), memiliki pemenuhan ambang batas kecukupan tertinggi pada indikator tidak
difabel (98%), partisipasi politik (91%) dan emosi positif (90%) sedangkan yang terendah
pada indikator polusi (49%), pendapatan (41%) dan pengetahuan (41%).
Kedua kelompok masyarakat lokal memiliki persentase pemenuhan tertinggi pada
indikator tidak difabel dan partisipasi politik. Tingginya persentase masyarakat lokal yang
memenuhi kecukupan indikator tidak difabel dapat dilihat oleh jumlah masyarakat
penyandang disabilitas pada Tabel 4.2 yang hanya sedikit di Desa Oro-Oro Ombo. Namun,
76

pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata masih terdapat 2%
yang tidak memenuhi kecukupan indikator tidak difabel atau memiliki disabilitas. Indikator
partisipasi politik juga memiliki persentase pemenuhan kecukupan yang tinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal, hal tersebut dapat mengindikasikan adanya antusiasme
masyarakat lokal yang tinggi dalam mengikuti voting pemilu dan pertemuan masyarakat.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang tinggi pada indikator keaksaraan. Pemenuhan kecukupan
indikator keaksaraan juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja
di sektor pendukung atau luar wisata, namun tidak terlalu signifikan yaitu 96% banding 85%.
Masyarakat dapat dikatakan memenuhi kecukupan indikator keaksaraan jika memiliki
kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Perkembangan pariwisata yang terjadi
di Desa Oro-Oro Ombo dapat membawa adanya perkembangan teknologi yang
memungkinkan masyarakat lokal untuk lebih mudah mengakses informasi.
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata juga
memiliki persentase pemenuhan kecukupan yang tinggi pada indikator emosi positif. Emosi
positif adalah perasaan masyarakat yang merupakan refleksi dari hal-hal di lingkungan
sekitarnya. Perasaan tersebut meliputi perasaan empati, murah hati, memaafkan,
puas/bersyukur dan tenang. Pemenuhan kecukupan indikator emosi positif pada masyarakat
lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal
pekerja di sektor kegiatan wisata yaitu 90% dibanding 71%. Ashley, C. (2000) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam pengembangan wisata selalu terdapat konflik
yang tidak dapat dihindari. Salah satu konflik yang biasanya timbul adalah munculnya
perasaan negatif ditengah masyarakat karena merasa tidak menikmati keuntungan dari
pembangunan pariwisata (Nasir, 2014).
Berdasarkan Gambar 4.12, kedua kelompok masyarakat lokal memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang rendah pada indikator pendapatan. Masyarakat dianggap
memenuhi ambang batas kecukupan indikator pendapatan apabila memiliki pendapatan > Rp.
2.000.000,- atau di atas UMK Kota Batu. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata masih terdapat 61% yang memiliki pendapatan dibawah UMK, demikian pula pada
59% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Selain itu, indikator
pengetahuan juga memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan dengan lainnya.
77

Pengetahuan dalam hal ini adalah pengetahuan di luar formal yaitu terkait sejarah, lagu
tradisional dan nasional dan tatanan pemerintah. Hadirnya obyek wisata BNS dengan konsep
wisata modern ditengah-tengah masyarakat juga membawa dampak munculnya teknologi-
teknologi baru yang membawa perubahan pada masyarakat. Perubahan teknologi lebih cepat
dibanding perubahan budaya khususnya pada perkembangan teknologi informasi yang dapat
diadaptasi dan diterapkan oleh masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat juga berubah
(Goode,2007). Gaya hidup pedesaan yang bersifat tradisional dan umumnya menyukai sejarah
dan lagu-lagu tradisional (Nasir,2014) juga dapat berubah seiring dengan adanya
perkembangan tersebut dan memungkinkan terjadi di Desa Oro-Oro Ombo. Hal tersebut
terlihat pada hasil penelitian Anggraeni (2014) dimana salah satu dampak perkembangan
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah mulai bergesernya budaya lokal seperti cara
berpakaian dan perilaku terutama pada generasi muda.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang rendah pada indikator polusi yaitu hanya 40%. Demikian pula
pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tergolong
rendah yaitu hanya 49%. Indikator polusi merupakan persepsi masyarakat lokal terhadap
polusi air, polusi udara dan polusi tanah pada lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat
dimungkinkan merupakan salah satu dampak dari pengembangan wisata dimana Desa Oro-
Oro Ombo yang awalnya hanyalah sebuah desa yang sepi dan jauh dari keramaian kini
menjadi bising dan ramai.
Indikator penggunaan jam tidur juga memiliki persentase pemenuhan yang rendah
pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata yaitu hanya 40% atau dengan
kata lain masih terdapat 60% yang memiliki jam tidur dibawah jam tidur normal (>8 jam). Hal
tersebut dimungkinkan disebabkan oleh sebagian besar masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan wisata yang memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan tersebut selain
untuk memperoleh tambahan penghasilan yaitu untuk tetap mengelola aset pedesaan yang
dimiliki (pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan), dimana guna lahan Desa Oro-Oro
Ombo sendiri didominasi oleh pertanian lahan kering sebesar 196 Ha.
Oleh sebagian masyarakat lokal, pekerjaan sampingan tersebut merupakan penunjang
pekerjaan utamanya, yaitu hasil dari pengelolaan aset pedesaan yang dimilikinya kemudian
diolah dan dijadikan bahan baku utama untuk dipasarkan di sektor kegiatan wisata (contoh:
78

petani jagung menjadi penjaja jagung manis di BNS, hasil pertanian dan perkebunan untuk
rumah makan dan catering). Karakteristik masyarakat pedesaan yang giat bekerja dan saling
tolong-menolong juga bisa diasumsikan dalam penggunaan waktu istirahat atau tidur
masyarakat.
Berikut ini Gambar 4.13 yaitu persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas
kecukupan pada masing-masing indikator yang digambarkan berdasarkan domain yang
dibentuknya.

Gambar 4.13 Persentase Masyarakat Lokal yang memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada Masing Masing Indikator
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berikut ini adalah penjabaran persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang
batas kecukupan pada masing-masing indikator berdasarkan domain yang dibentuknya.
A. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis dibentuk oleh kepuasan hidup, emosi positif, emosi negatif
dan spiritualitas. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan tertinggi
dalam kesejahteraan psikologis pada kedua kelompok masyarakat lokal adalah emosi positif
dan terendah pada kepuasan hidup. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
79

luar wisata memiliki tingkat kecukupan indikator kepuasan hidup, emosi positif, emosi
negatif dan spiritualitas yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata.
1. Kepuasan hidup
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator kepuasan hidup masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 46% sedangkan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 55%. Dengan kata lain, sebanyak 54%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 45% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata masih belum memenuhi kecukupan pada
kepuasan hidup. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh persentase nilai sub-indikator
kepuasan hidup yang meliputi kepuasan hidup pada kesehatan, pekerjaan, hubungan
keluarga, standar hidup dan keseimbangan kerja.

100% 90%
84%
77% 79% 73%
80%
61% 61%
55% Pekerja di sektor
60% 51%
kegiatan wisata
38%
40%
Pekerja di sektor
20% pendukung/di luar
wisata
0%

Kepuasan Hidup
Gambar 4.14 Persentase Masyarakat Lokal yang menyatakan Puas pada Indikator Kepuasan Hidup
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.14, persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata (77%) maupun di sektor pendukung atau luar wisata (79%) yang puas dengan
kondisi kesehatannya sudah tinggi, demikian pula pada kepuasan hubungan keluarga pada
kedua kelompok masyarakat yang juga sangat tinggi. Namun, pada kepuasan pekerjaan
terdapat selisih persentase nilai yang cukup signifikan, dimana 73% masyarakat lokal
pekerja di sektor pendukung atau luar wisata telah mengaku puas dengan pekerjaannya
sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata hanya 61%.
80

Desa Oro-Oro Ombo sebagai wilayah perkembangan wisata tentunya memiliki


dampak pada terbukanya lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata. Namun, tidak semua
masyarakat memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk memiliki atau mengelola
kegiatan wisata, sehingga hanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan rendah atau hanya
bekerja pada bagian kecil dari kegiatan wisata. Perkembangan wisata juga dapat
menimbulkan adanya persaingan dalam kesempatan kerja antara pihak swasta, masyarakat
pendatang dan masyarakat lokal (Anggraeni, 2014).
Desa Oro-Oro Ombo sebagai wilayah perkembangan wisata juga dapat menimbulkan
dampak pada perubahan pola hidup masyarakat. Berdasarkan Gambar 4.14, sebanyak 49%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 39% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata menyatakan belum puas dengan standar
hidupnya. Dengan hadirnya obyek wisata BNS yang memiliki kunjungan wisatawan lebih
dari 200.000 orang tiap tahunnya, tentunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
khususnya yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Peningkatan pendapatan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga standar hidup juga akan berubah. Hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh dampak perkembangan wisata menurut Spillane
(1989) yaitu perubahan pola hidup yang diakibatkan oleh masuknya teknologi baru dan
adanya kontak langsung dengan wisatawan yang memiliki kebudayaan berbeda.
Persentase kedua masyarakat lokal yang memiliki kepuasan pada keseimbangan kerja
juga memiliki perbandingan nilai yang cukup signifikan. Masyarakat lokal pekerja di
sektor pendukung atau luar wisata yang mengaku puas dengan keseimbangan kerja adalah
55% sedangkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata hanya 38%.
Keseimbangan kerja dapat disebabkan oleh penggunaan jam kerja yaitu pekerjaan utama
dan pekerjaan sampingan (apabila memiliki pekerjaan sampingan), Khususnya masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata yang sebagian besar memiliki pekerjaan
sampingan.
Kepuasan hidup pada keseimbangan kerja juga dimungkinkan oleh keseimbangan
antara pekerjaan dengan gaji atau upah yang diperoleh. Masyarakat lokal Desa Oro-Oro
Ombo tidak semuanya memiliki aset pedesaan, masih terdapat masyarakat yang berusaha
memperoleh tambahan penghasilan dengan bekerja serabutan. Pekerja serabutan memiliki
pekerjaan yang tidak tetap sehingga penghasilannya pun tidak tetap. Selain itu, terdapat
81

pegawai atau karyawan rendah dengan pekerjaan yang cukup banyak memakan waktu dan
tenaga namun, tidak berbanding lurus dengan gaji yang diperolehnya serta pekerja yang
tidak memiliki cukup banyak pelanggan atau tidak memiliki tempat yang tetap atau
berpindah-pindah sehingga penghasilannya tidak menentu.
2. Emosi positif
Indikator kesejahteraan psikologis selain kepuasan hidup adalah emosi positif. Emosi
positif memiliki persentase kecukupan tertinggi dibandingkan dengan indikator dalam
kesejahteraan psikologis lainnya. Karakteristik masyarakat pedesaan yang lugas,
menghargai orang lain dan saling tolong menolong (Waluya, B.) menciptakan adanya
atmosfer emosi positif yang tinggi. Pemenuhan kecukupan emosi positif masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (90%) lebih tinggi dibandingkan emosi
positif masyarakat lokal yang bekerja sektor kegiatan wisata (71%). Berikut ini adalah
Gambar persentase nilai sub-indikator emosi positif yang meliputi perasaan empati, murah
hati, memaafkan, puas atau bersyukur dan perasaan tenang.

100% 87% 86% 91% 89% 89%


86%
79%
71% 73%
80%
61% Pekerja di sektor
60% kegiatan wisata
40%
20%
Pekerja di sektor
0% pendukung/di luar
wisata

Emosi Positif
Gambar 4.15 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang Merasakan Emosi Positif
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.15, pemenuhan kecukupan emosi positif yang lebih tinggi pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dapat disebabkan oleh
perasaan empati, murah hati, puas atau bersyukur dan perasaan tenang juga lebih banyak
dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata,
sedangkan perasaan memaafkan lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata.
82

3. Emosi negatif
Persentase pemenuhan kecukupan indikator emosi negatif masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 53% yang berarti sebanyak 47% masih sering atau
kadang merasakan emosi negatif, sedangkan emosi negatif masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata adalah 68% yang berarti sebanyak 32%
masih sering atau kadang merasakan emosi negatif. Berikut ini adalah persentase nilai sub-
indikator emosi negatif yaitu perasaan egois, cemburu, marah, takut dan khawatir.

100%
90%
80%
70%
60%
43% Pekerja di sektor
50% 42%41% 39% kegiatan wisata
40% 31% 31%
28%
30% 19% Pekerja di sektor
20% 9% 11% pendukung/di luar
10% wisata
0%
Egois Cemburu Marah Takut Khawatir
Emosi Negatif
Gambar 4.16 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang Merasakan Emosi
Negatif
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.16, persentase perasaan emosi negatif tertinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal adalah perasaan takut dan khawatir sedangkan yang terendah
adalah perasaan cemburu. Perasaan egois, cemburu, marah, takut dan khawatir lebih
banyak dirasakan oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Persentase
masyarakat lokal yang merasa egois, cemburu dan marah memiliki selisih yang cukup
signifikan. Perasaaan egois, cemburu dan marah yang lebih banyak dirasakan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dimungkinkan merupakan refleksi dari adanya
perkembangan wisata di Desa Oro-Oro Ombo yang mengakibatkan adanya persaingan
kerja.
Menurut Nasir (2014), kehadiran obyek wisata di tengah-tengah masyarakat dapat
menimbulkan konflik apabila tidak membawa perubahan ekonomi. Kenyataan bahwa
adanya hubungan kerjasama antara pemerintah desa dengan pihak obyek wisata melalui
83

penyerapan tenaga kerja masyarakat lokal dan mengizinkan adanya pembukaan usaha-
usaha di sekitar obyek wisata dapat digunakan sebagai media untuk meredam konflik
masyarakat. Melalui kelembagaan POKDARWIS, masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata diarahkan pada kerjasama antar kelompok yang bersifat profit oriented.
Namun, dengan melihat adanya potensi sektor kegiatan wisata yang cukup besar di Desa
Oro-Oro Ombo, tidak dapat dipungkiri akan timbulnya perasaan egois untuk mencari
keuntungan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup.
POKDARWIS sebagai lembaga non-formal yang mengatur kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo juga memiliki adanya persyaratan dalam perekrutan tenaga kerja, dimana
kemampuan, keterampilan dan tingkat pendidikan masyarakat menjadi dasar pada
penempatan tenaga kerja. Persyaratan tersebut dapat menimbulkan kecemburuan dan
kemarahan pada golongan masyarakat tertentu. Perasaan egois, cemburu dan marah yang
dirasakan oleh kedua kelompok masyarakat lokal juga mungkin diakibatkan oleh
persaingan kerja pada pekerjaan sejenis, dimana sektor kegiatan satu dengan yang lainnya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga jumlah pelanggan atau
wisatawan yang datang berkunjung juga berbeda-beda.
Berdasarkan Gambar 4.16, perasaan takut dan khawatir pada masyarakat lokal pekerja
di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
memiliki persentase nilai yang hampir sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
pertumbuhan kegiatan wisata dan kunjungan wisatawan di Desa Oro-Oro Ombo yang
dapat memicu peningkatan pelanggaran hukum (kasus pencurian dan pengedaran
narkoba). Dalam RPJM Desa Oro-Oro 2015-2021 disebutkan bahwa fasilitas keamanan
seperti pos kampling masih kurang merata dan terdapat beberapa tempat yang belum
memiliki PJU. Petugas keamanan (LINMAS) Desa Oro-Oro Ombo juga masih kurang
aktif ikut serta dalam kegiatan sektor wisata. Pada kenyataannya masyarakat lebih banyak
memilih untuk memperkerjakan saudara atau masyarakat lokal yang kurang mampu
sebagai penjaga (homestay, toko) atau sebagai tukang parkir.
4. Spiritualitas
Indikator kesejahteraan psikologis juga didasarkan oleh kondisi spiritualitas.
Berdasarkan Gambar 4.13, masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung wisata atau
luar wisata (61%) memiliki persentase tingkat kecukupan spritualitas lebih tinggi
84

dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (57%).
Angka tersebut cukup rendah mengingat karakteristik masyarakat pedesaan yang
umumnya memiliki spiritualitas yang tinggi. Desa Oro-Oro Ombo sendiri memiliki banyak
tempat pengembangan agama yaitu melalui organisasi budaya terbang jidor dan khadrah,
terdapat pondok pesantren Sunan Kalijaga, tempat pengajian, Gereja Pepatan serta
organisasi keagamaan seperti NU, Anshor, Remas dan Forsita. Meningkatnya pelanggaran
hukum dan menurunnya kegiatan spiritualitas dapat mengindikasikan adanya nilai-nilai
dan kepercayaan adat yang mulai luntur sebagai dampak dari adanya pengembangan
wisata (Waluya, B.).
B. Kesehatan
Kesehatan dibentuk oleh indikator catatan status kesehatan diri, indikator kesehatan
sehari-hari dan tidak difabel. Berdasarkan Gambar 4.13, nilai persentase kecukupan tertinggi
pada indikator kesehatan kedua kelompok masyarakat lokal adalah indikator tidak difabel,
dimana sebanyak 100% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dalam penelitian
ini tidak terdapat yang memiliki disabilitas sedangkan masyarakat yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata terdapat 2% yang memiliki disabilitas.
Catatan status kesehatan diri adalah kondisi kesehatan yang tengah dirasakan oleh
individu, dimana persentase catatan status kesehatan diri yang baik pada masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (83%) lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Demikian pula pada persentase
indikator kesehatan sehari-hari (jumlah hari sehat dalam satu bulan terakhir), yang lebih
didominasi oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (81%)
dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata (74%).
Berdasarkan persentase kecukupan pada indikator-indikator kesehatan dapat dikatakan
bahwa kondisi kesehatan pada kedua kelompok masyarakat baik. Hal tersebut mengingat
fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo yang cukup tersedia dengan baik yaitu posyandu
yang terdapat di setiap dusun, polindes dan rumah bersalin di Dusun Krajan serta rumah
berobat di Dusun Gondorejo.
C. Pendidikan
Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses
pendidikan setinggi-tingginya, serta mampu menggunakan pendidikan tersebut untuk
85

memenuhi kebutuhan hidupnya (Permanasari, 2011). Pendidikan dibentuk oleh keaksaraan,


kualifikasi pendidikan, pengetahuan dan norma. Tingkat pendidikan masyarakat sendiri
dapat dipengaruhi oleh kemudahan masyarakat dalam mengakses pendidikan. Fasilitas
pendidikan yang terdapat di Desa Oro-Oro Ombo tergolong cukup lengkap yaitu terdapat
lima unit playgroup/PAUD, empat unit TK, empat unit SD, satu unit SMP dan satu unit
SMA.
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan tertinggi kedua
kelompok masyarakat pada indikator pendidikan adalah keaksaraan dan terendah pada
pengetahuan. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai
persentase kecukupan lebih tinggi pada indikator keaksaraan dan kualifikasi pendidikan
sedangkan persentase kecukupan indikator pengetahuan dan norma lebih banyak dimiliki
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
1. Keaksaraan
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keaksaraan yang tinggi dapat
dimungkinkan oleh perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Oro-Oro Ombo yang
membawa perkembangan teknologi sehingga masyarakat lokal lebih mudah mengakses
informasi.
2. Kualifikasi Pendidikan
Tingginya persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keaksaraan dan kualifikasi
pendidikan juga dapat disebabkan oleh adanya ketentuan dari POKDARWIS mengenai
masyarakat yang bekerja, khususnya di sektor kegiatan wisata diutamakan memiliki
kemampuan dan kualifikasi pendidikan yang tinggi khususnya masyarakat yang memiliki
jenjang pendidikan SLTA ke atas. Dalam hasil survei, rata-rata masyarakat lokal yang
memiliki kualifikasi pendidikan SD dan SMP serta yang tidak tamat SD bekerja sebagai
tukang ojek wisata, PKL maupun penjaga homestay, penjaga toko, petani dan peternak.
Namun, juga terdapat masyarakat lokal yang walaupun memiliki kualifikasi pendidikan
rendah tetapi mengambil keuntungan dengan aset yang dimilikinya yaitu dengan cara
mengelola rumah makan atau menyewakan rumahnya sebagai homestay.
3. Pengetahuan
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator pengetahuan lebih banyak dimiliki
oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (41%)
86

dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (33%).
Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku memiliki pengetahuan yang
baik terkait sejarah lokal maupun nasional, pengetahuan mengenai lagu tradisional
maupun nasional dan pengetahuan mengenai tatanan pemerintah.

100%
90%
80%
70%
60%
43% 47% 41% 44% 45% Pekerja di sektor
50%
kegiatan wisata
40% 31%
30%
Pekerja di sektor
20% pendukung/di luar
10% wisata
0%
Sejarah Lokal & Lagu Tradisional Tatanan
Nasional & Nasional Pemerintah
Pengetahuan
Gambar 4.17 Persentase Masyarakat Lokal yang memiliki Pengetahuan Baik pada Indikator
Pengetahuan
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.17, pemenuhan kecukupan indikator pengetahuan masyarakat
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata lebih tinggi dibandingkan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Khususnya pada pengetahuan terkait lagu
tradisional dan nasional yang memiliki perbandingan persentase nilai yang cukup
signifikan di antara kedua kelompok masyarakat tersebut. Desa Oro-Oro Ombo sendiri
memiliki beberapa organisasi seni budaya yang dapat digunakan sebagai wadah untuk
melestarikan sejarah lokal dan nasional yaitu kuda lumping, reog dan bantengan, selain itu
juga terdapat organisasi seni budaya untuk mengembangkan lagu tradisional dan nasional
yaitu karawitan dan orkes melayu. Namun, pada kenyataannya organisasi seni budaya
tersebut lebih banyak diikuti oleh masyarakat yang telah lanjut usia dan kurang diminati
oleh kaum remaja sehingga memungkinkan regenerasi penerusnya menjadi tidak ada.
Hadirnya obyek wisata BNS dengan konsep wisata modern ditengah-tengah
masyarakat juga dapat membawa dampak munculnya teknologi-teknologi baru yang
membawa perubahan pada masyarakat. Perubahan teknologi lebih cepat dibanding
perubahan budaya, kepercayaan serta norma untuk mengatur kehidupan (Goode,2007).
87

Khususnya pada perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan untuk mulai


diadaptasi dan diterapkan oleh masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo, sehingga
pengetahuan masyarakat juga berubah.
4. Norma
Norma juga merupakan salah satu indikator dalam pendidikan masyarakat. Norma
dalam hal ini adalah persepsi masyarakat terkait dengan tindakan menyimpang yang
terjadi lingkungan sekitarnya (Ura, dkk 2012). Berdasarkan Gambar 4.13, masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung memiliki persentase pemenuhan indikator norma
lebih tinggi. Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku kadang
membenarkan tindakan pembunuhan, pencurian, kebohongan dan pelecehan seksual.

100%
90%
80%
70%
60% Pekerja di sektor
50% kegiatan wisata
40% 27% 24%
30% Pekerja di sektor
20% pendukung/di luar
5% 2% 3%
10% 0% 0% 0% wisata
0%
Pembunuhan Pencurian Kebohongan Pelecehan
Seksual
Norma
Gambar 4.18 Persentase Masyarakat yang Kadang Membenarkan Tindakan Menyimpang
pada Indikator Norma
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.18, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata sepakat bahwa tindakan
pelecehan seksual sepenuhnya tidak benar. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata sebanyak 5% dan 2% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata memiliki persepsi bahwa tindakan pembunuhan kadang benar,
pembunuhan tersebut dapat diasumsikan sebagai bentuk pertahanan diri yang merupakan
respon masyarakat atas adanya tindakan kriminal seperti pencurian yang terdapat di Desa
Oro-Oro Ombo. Namun, sebanyak 3% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata masih memiliki persepsi bahwa tindakan pencurian kadang benar.
88

Demikian pula dengan tindak kebohongan dimana 27% masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata dan 24% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata menganggap tindakan tersebut kadang benar. Hal tersebut dapat memunginkan
oleh dampak perkembangan wisata yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku,
kebiasaan, moral dan budaya masyarakat lokal (Waluya, B.). Adanya kontak dengan
budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan baru sehingga dapat
menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan menyimpang.
Toleransi terhadap perbuatan menyimpang dalam hal ini salah satunya adalah sikap
saling membohongi antara masyarakat lokal dengan wisatawan akibat tidak terdapat
adanya hubungan yang mendalam (Nasir,2014). Karakteristik masyarakat pedesaan yang
bersifat jujur dan terbuka dapat berubah seiring dengan waktu mengingat persaingan kerja
dalam industri wisata sehingga “kebohongan” dilakukan guna menarik minat wisatawan
dan konsumen. Hal tersebut juga dapat dimungkinkan sejalan dengan menurunnya
kegiatan spiritualitas dan adanya emosi negatif pada kesejahteraan psikologis masyarakat
di Desa Oro-Oro Ombo.
D. Keragaman Budaya
Keragaman budaya dibentuk oleh bahasa, partisipasi budaya dan keterampilan seni.
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan keragaman budaya masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata tertinggi adalah pada indikator bahasa,
sedangkan persentase tingkat kecukupan keragaman budaya masyarakat lokal yang bekerja
di sektor pendukung atau luar wisata tertinggi pada indikator partisipasi budaya.
1. Bahasa
Persentase pemenuhan kecukupan indikator bahasa lebih didominasi oleh masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (78%) dibandingkan persentase kecukupan
indikator bahasa masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata batas
(63%). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh budaya masyarakat Desa Oro-Oro Ombo
yang masih menggunakan bahasa tradisional sebagai bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa.
Namun, hal yang perlu dicermati adalah tingkat kefasihan bahasa indonesia
masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo yang tinggi
selain memiliki sisi positif juga memiliki sisi negatif. Ryan dalam Pitana & Gayatri (2005)
menyebutkan salah satu dampak perkembangan wisata terhadap aspek budaya adalah
89

terjadinya erosi bahasa daerah. Hal tersebut terjadi akibat adaptasi masyarakat lokal yang
menyesuaikan untuk melayani wisatawan sehingga secara tidak langsung kegiatan
pariwisata memaksa masyarakat lokal untuk mengadopsi bahasa sesuai kebutuhan.
2. Partisipasi budaya
Persentase pemenuhan kecukupan partisipasi budaya pada Gambar 4.13 dapat
dikatakan sejalan dengan pemenuhan kecukupan pengetahuan masyarakat lokal, dimana
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (69%) memiliki
persentase partisipasi budaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pekerja
di sektor kegiatan wisata (51%).
3. Keterampilan seni
Persentase pemenuhan kecukupan indikator keterampilan seni juga lebih didominasi
oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (53%)
dibandingkan dengan masyarakat pekerja di sektor kegiatan wisata (49%). Persentase
pemenuhan kecukupan indikator partisipasi budaya dan keterampilan seni pada
masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang lebih tinggi
dimungkinkan dapat disebabkan oleh sebagian masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang memiliki pekerjaan sampingan sehingga penggunaan waktu lebih banyak
digunakan untuk bekerja.
Demikian pula, berdasarkan keterangan dari Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, saat ini
sudah sangat sedikit kesadaran warga untuk mengadakan kegiatan sosial budaya bersama-
sama. Selain itu berdasarkan penelitian Anggraeni (2014), dengan adanya pembangunan
kawasan wisata di Desa Oro-Oro Ombo mengakibatkan adanya perubahan cara
berpakaian, cara bergaul dan tata krama khususnya pada generasi muda serta memicu
sikap yang tidak peduli dan acuh tak acuh.
Desa Oro-Oro Ombo sendiri merupakan wilayah perkembangan wisata (BNS) dengan
kunjungan wisatawan dari berbagai macam latar belakang daerah dan budaya yang membaur
menjadi satu, sehingga menurut Pitana & Gayatri (2005) dapat mengakibatkan terkikisnya
budaya lokal yang berubah menjadi budaya baru yang berbeda (akulturasi budaya) dengan
budaya setempat. Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo sebenarnya cukup banyak mewadahi
kegiatan seni budaya untuk semua kalangan yaitu mulai dari anak-anak sampai dewasa
antara lain adalah adanya terbang jidor, khadrah, drum band, reog ponorogo, campursari,
90

jama’ah shalawat, pencak silat, kentrung/sanduk, karawitan, kuda lumping, bantengan dan
orkes melayu.
Desa Oro-Oro Ombo juga memiliki berbagai macam peninggalan masa lalu (heritage)
yaitu kawasan makam pesarean leluhur desa yaitu makam Mbah Brojodento, Singo Sentono,
Kyai Muhammad dan Kyai Musyafik. Namun, pada kenyataanya, selain karena sebagian
besar kegiatan seni budaya lebih banyak diminati kaum manula, sarana dan prasarana seni
budaya juga belum memadai. Dengan adanya potensi kesenian dan budaya yang dimiliki
oleh Desa Oro-Oro Ombo seharusnya dapat menjadi salah satu cara untuk tetap
mengembangkan pariwisata serta meningkatkan dan mempertahankan budaya, masyarakat
lokal.
E. Penggunaan Waktu
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator penggunaan
waktu jam kerja dan jam tidur lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata.
1. Jam kerja
Masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata sebanyak 53% masih bekerja lebih
dari jam kerja normal, sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan pendukung
atau luar wisata yang bekerja lebih dari jam kerja normal adalah sebanyak 46%. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh sebagian besar masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang memiliki pekerjaan sampingan. Karakteristik masyarakat pedesaan yang giat
bekerja dan saling tolong-menolong dimungkinkan turut menyebabkan penggunaan waktu
kerja masyarakat. Berikut ini adalah rincian persentase nilai jam kerja masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
91

100%
90%
80%
70% Pekerja di
60% sektor kegiatan
wisata
50%
40% 35% 34%
25% Pekerja di
30% 23%
19% sektor
20% 9% 14% 13%15% pendukung/di
10% 2%3% 4%3% luar wisata
0%
0%
6 Jam 7 Jam 8 Jam 9 Jam 10 Jam 11 Jam 12 Jam
Jam Kerja
Gambar 4.19 Persentase Jam Kerja Masyarakat Lokal
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Gambar 4.19, persentase jam kerja terbanyak pada masyarakat yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 9 jam (34%) sedangkan persentase jam kerja
terbanyak pada masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 8
jam (35%). Selain itu, pada kedua kelompok masyarakat lokal masih terdapat masyarakat
yang bekerja sampai 12 jam. Berikut ini adalah rata-rata jam kerja masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata.
Tabel 4.3 Rata-rata Jam Kerja Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata dan
Sektor Pendukung atau Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo
Pekerjaan Rata-rata Jam Kerja
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Pedagang BNS 9-10 jam
Petugas Pintu Masuk 6-7 jam
Petugas Keamanan 7-8 jam
Tukang Parkir 9-11 jam
PKL 7- 12 jam
Tukang Ojek 8-10 jam
Travel Agent 8-9 jam
Pengelola/Pegawai Catering 7-9 jam
Pengelola/Pegawai Warung 6–10 jam
Pengelola/Penjaga homestay 7-10 jam
Kelompok Informasi Masyarakat 6 jam
Pramuwisata 6 jam
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Petani 8-12 jam
Peternak 7-11 jam
Pegawai Swasta 7-8 jam
Tenaga Medis 8-9 jam
Perangkat Desa 9-10 jam
Pengelola/Penjaga Toko 7-12 jam
92

Pekerjaan Rata-rata Jam Kerja


Pengelola/Pegawai Salon 8-10 jam
Pengrajin 8-10 jam
Sumber: Hasil Kuesioner, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata jam kerja masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang masih lebih dari jam kerja normal adalah pedagang BNS dan tukang parkir,
sedangkan masyarakat lokal yang bekerja sebagai travel agent dan pengelola/pegawai
catering masih terdapat yang bekerja sampai 9 jam, demikian pula pada tukang ojek,
pengelola/pegawai warung dan pengelola/penjaga homestay yang bekerja sampai 10 jam.
Masyarakat yang bekerja sebagai PKL juga ada yang bekerja sampai 12 jam.
2. Jam Tidur
Penggunaan waktu juga meliputi jam tidur masyarakat. Nilai pemenuhan kecukupan
penggunaan jam tidur pada kedua kelompok masyarakat lokal cukup signifikan.
Masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata memiliki tingkat kecukupan 40% pada
jam tidur atau sebanyak masih terdapat 60% masyarakat memiliki waktu tidur atau
istirahat kurang dari jam tidur normal (<8 jam), sedangkan masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan pendukung atau luar wisata yang memiliki waktu tidur atau istirahat
kurang dari jam tidur normal sebanyak 43%. Berikut ini adalah nilai pemenuhan
kecukupan penggunaan jam tidur.

100%

80%
Pekerja di sektor
60%
41% kegiatan wisata
37%
40% 31%
25% Pekerja di sektor
19% 18% 20%
9% pendukung/di
20%
luar wisata
0%
6 Jam 7 Jam 8 Jam 9 Jam
Jam Tidur
Gambar 4.20 Persentase Jam Tidur Masyarakat Lokal
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.20, persentase jam tidur tertinggi pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 7 jam (41%) sedangkan persentase jam tidur
tertinggi masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 8 jam
(37%). Persentase penggunaan jam tidur yang cukup rendah dapat disebabkan oleh masih
93

terdapat masyarakat lokal yang hanya memiliki jam tidur dan istirahat selama 7-6 jam.
Berdasarkan domain penggunaan waktu, jam kerja masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata lebih banyak, sehingga penggunaan jam tidur dan istirahat juga lebih
sedikit dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata.
F. Tatanan Pemerintah
Tatatan pemerintah dibentuk oleh indikator kebebasan politik, kinerja pemerintah dan
penyediaan layanan. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator
tatanan pemerintah tertinggi pada kedua kelompok masyarakat lokal adalah indikator
partisipasi politik yaitu 92% pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
dan 91% pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
Sedangkan, persentase tingkat kecukupan indikator dalam tatanan pemerintah terendah
terdapat pada indikator kinerja pemerintah dan penyediaan layanan. Persentase pemenuhan
kecukupan indikator tatanan pemerintah berupa kebebasan politik, kinerja pemerintah dan
penyediaan layanan lebih didominasi oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata.
1. Kebebasan politik
Pemenuhan kecukupan indikator kebebasan politik masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki tingkat kecukupan yang sudah tinggi yaitu
72% sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata hanya 65%
atau dengan kata lain 45% merasa belum memiliki kebebasan politik. Indikator kebebasan
politik mencakup persepsi masyarakat atas tujuh kebebasan politik, yaitu kebebasan
berbicara dan berpendapat, hak untuk memilih, hak untuk bergabung dengan partai politik
pilihan mereka, hak untuk membentuk asosiasi atau menjadi anggota asosiasi, hak untuk
akses yang sama dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik, hak untuk upah
yang sama pada pekerjaan bernilai sama dan kebebasan diskriminasi berdasarkan ras dan
jenis kelamin.
Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku telah memiliki hak-hak
dalam indikator kebebasan politik.
94

96%
100% 91% 91% 93% 93%
87% 87% 87%
90% 81% 77% 76%
80% 76%
69%
70%
60% 52%
Pekerja di sektor
50%
kegiatan wisata
40%
30%
Pekerja di sektor
20%
pendukung/di
10% luar wisata
0%
a b c d e f g
Kebebasan Politik
Gambar 4.21 Persentase Masyarakat Lokal yang Mengaku Memiliki Hak-Hak Kebebasan Politik
Sumber : Hasil Analisis,2016
Keterangan:
a. Kebebasan berbicara dan berpendapat f. hak untuk upah yang sama dengan
b. hak untuk memilih pekerjaan yg sama
c. hak untuk bergabung dengan partai politik g.Kebebasan dari diskrimasi ras,jenis kelamin
d. hak untuk membentuk/bergabung dengan asosiasi
e. hak untuk akses yang sama & bergabung dgn pelayanan publik
Berdasarkan Gambar 4.21, persentase masyarakat yang merasa memiliki hak untuk
bergabung dengan partai politik, hak untuk akses yang sama dan bergabung dengan
pelayanan serta kebebasan dari diskriminasi ras jenis kelamin memiliki persentase nilai
yang hampir sama pada kedua kelompok masyarakat. Demikian pula, pada hak untuk
memilih dan hak untuk membentuk atau bergabung dengan asosiasi yang hanya memiliki
sedikit selisih nilai persentase antara kedua kelompok masyarakat. Namun, untuk
kebebasan berbicara dan berpendapat serta hak untuk upah yang sama pada pekerjaan yang
sama memiliki selisih nilai persentase yang cukup signifikan.
Persentase masyarakat lokal yang memiliki kebebasan berbicara dan berpendapat lebih
banyak dimiliki oleh masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yaitu 81%
dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang
hanya 69%. Masyarakat lokal di area wisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 memiliki hak untuk menyelenggarakan pariwisata, menyampaikan saran,
pendapat dan pertimbangan, pengambilan keputusan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan penyelenggaraan pariwisata.
95

Kebebasan berbicara dan berpendapat masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dapat diwujudkan melalui perencanaan pariwisata yang melibatkan tokoh
masyarakat, masyarakat lokal, dinas terkait dan pihak investor. POKDARWIS sebagai
lembaga yang mewadahi kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo biasanya mengambil
beberapa perwakilan (2-3 orang) saja dari kelompok-kelompok masyarakat lokal yang
bekerja di kegiatan wisata dalam perencanaan wisata, sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya masyarakat yang kurang memiliki wadah untuk berbicara dan
berpendapat.
Berdasarkan Gambar 4.21, persentase hak untuk memilih pada kedua kelompok
masyarakat lokal sudah tinggi, namun lebih banyak didominasi oleh masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dengan selisih nilai persentase yang tidak terlalu
signifikan. Hal ini sejalan dengan tingginya persentase pada indikator partisipasi politik
pada Gambar 4.13. Demikian pula dengan persentase hak untuk bergabung dengan partai
politik antara kedua kelompok masyarakat lokal yang hampir sama. Sebanyak 24%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 23% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan pendukung wisata atau luar wisata merasa kurang memiliki hak
untuk bergabung dengan partai politik. Hal tersebut dimungkinkan berkaitan dengan
adanya SDM masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo dengan output pendidikan yang masih
rendah sehingga belum memahami kegunaan dari partai politik itu sendiri.
Hak untuk membentuk atau bergabung dengan asosiasi memiliki persentase yang lebih
tinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata (91%)
dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata (81%) namun,
perbandingannya tidak terlalu signifikan. Hak untuk akses yang sama dan bergabung pada
pelayanan publik memiliki nilai persentase yang sama pada kedua kelompok yaitu 93%,
yang berarti pada kedua kelompok masyarakat merasa telah memiliki akses dan pelayanan
publik yang baik.
Kebebasan dari diskriminasi ras dan jenis kelamin memiliki nilai persentase yang sama
pada kedua kelompok masyarakat lokal yaitu 87%. Hal tersebut memungkinkan tidak
terdapat adanya pembatasan pembagian kerja khususnya pada laki-laki maupun
perempuan di Desa Oro-Oro Ombo. Namun, hak upah yang sama pada pekerjaan yang
sama memiliki nilai persentase yang cukup siginifikan di antara kedua kelompok
96

masyarakat lokal. Masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung wisata atau luar wisata
sebanyak 76% mengaku telah memiliki hak untuk upah yang sama pada pekerjaan yang
bernilai sama, sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang
mengaku memiliki hak tersebut hanya 52%. Masih terdapat 48% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 23% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata yang merasa belum memiliki hak tersebut.
Karakteristik masyarakat pedesaan cenderung homogen termasuk dalam pekerjaan.
Kegiatan wisata yang mendominasi di Desa Oro-Oro Ombo adalah penyediaan jasa
akomodasi (64%) khususnya pada penyediaan homestay dan penyediaan jasa makanan dan
minuman berupa warung atau tempat makan (21%). Dengan adanya sektor kegiatan yang
sama memungkinkan adanya kompetisi kerja. Dalam kompetisi tersebut selain
mempertimbangkan kelengkapan dan kondisi fasilitas yang ditawarkan, mengharusnya
adanya diversifikasi produk yang memiliki inovasi dan kreasi tersendiri untuk menarik
minat wisatawan, sehingga pendapatan masyarakat juga pasti akan berbeda-beda.
Letak kegiatan juga dapat menjadi penyebab hal tersebut, dimana pusat kegiatan wisata
Desa Oro-Oro Ombo terletak di area sekitar BNS (Dusun Krajan), namun kemampuan dan
modal masyarakat juga perlu diperhatikan (harga sewa lebih mahal). Selain itu, masih
terdapat masyarakat yang belum dapat berlaku dan bertindak sebagai tuan rumah dalam
menyambut wisatawan (RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015 - 2021). Hal tersebut dapat
dimungkinkan oleh rendahnya penguasaan keterampilan dalam bidang wisata karena
masyarakat dulunya hanya bertani dan berternak sehingga memberikan dampak pada
penerimaan gaji atau upah yang diterima.
2. Partisipasi politik
Partisipasi politik pada kedua kelompok masyarakat lokal sudah tinggi. Tingginya
persentase kecukupan pada partisipasi politik mengindikasikan adanya antusiasme
masyarakat dalam mengikuti voting pemilu dan mengikuti pertemuan masyarakat sudah
tinggi.
3. Kinerja pemerintah
Persentase pemenuhan kecukupan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata (65%) pada kinerja pemerintah lebih tinggi dibandingkan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (55%). Kinerja pemerintah dalam hal ini
97

adalah persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja,
kesetaraan, pariwisata serta lingkungan dan budaya. Berikut ini adalah persentase
masyarakat lokal yang memiliki persepsi bahwa kinerja pemerintah sudah baik.

100% 87% 86%


90%
80% 71%
70% 61% 63%
60% 51%
44% Pekerja di sektor
50% 39%
kegiatan wisata
40%
30%
20% Pekerja di sektor
10% pendukung/di luar
wisata
0%
Tenaga Kerja Kesetaraan Pariwisata Lingkungan
Budaya
Kinerja Pemerintah
Gambar 4.22 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Kinerja Pemerintah sudah Baik
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.22, persentase tertinggi kinerja pemerintah menurut persepsi
kedua kelompok masyarakat terdapat pada bidang kesetaraan . Hal tersebut sejalan dengan
persentase hak akses yang sama dan bergabung dengan pelayanan publik serta persentase
kebebasan dari diskriminasi ras dan jenis kelamin pada Gambar 4.22 yang juga sudah
banyak dimiliki oleh kedua kelompok masyarakat lokal. Untuk persentase kinerja
pemerintah terendah menurut persepsi kedua kelompok masyarakat terdapat pada bidang
lingkungan dan budaya.
Kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja dirasa sudah baik oleh 71% masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 61% dirasa cukup baik oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Namun, 29% masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 39% masyarakat lokal yang bekerja
di kegiatan wisata merasa kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja masih kurang.
Kinerja pemerintah pada bidang pariwisata juga dinilai masih kurang baik oleh 49%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 37% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
98

Angka pengangguran dapat ditekan melalui perkembangan wisata melalui terciptanya


lapangan pekerjaan baru ditengah-tengah masyarakat. Namun, di Desa Oro-Oro Ombo
yang perlu dicermati adalah masih terdapat adanya 19,7% masyarakat yang belum bekerja
di Desa Oro-Oro Ombo (Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016). Kinerja pemerintah Desa Oro-
Oro Ombo tentunya juga dapat dilihat dari SDM Perangkat Desa itu sendiri. Berikut ini
adalah susunan kerja pemerintah Desa beserta profil tingkat tingkat pendidikan Perangkat
Desa Oro-Oro Ombo.

Gambar 4.23 Susunan Kerja Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo


Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan susunan kerja dan profil pendidikan pemerintah Desa Oro-Oro Ombo
pada Gambar 4.23, SDM perangkat Desa Oro-Oro Ombo sebagai penyelenggara
pembangunan dan kemasyarakatan desa masih tergolong rendah. Hal tersebut juga diakui
pemerintah Desa Oro-Oro Ombo dalam Profil Desa Tahun 2016, bahwa salah satu
permasalahan Desa Oro-Oro Ombo adalah rendahnya SDM Pemerintah Desa yang
berdampak pada penguasaan dan pemahaman hukum sehingga menyebabkan adanya
kegagalan pembuatan produk serta langkah hukum yang berhubungan dengan kerjasama
pihak ketiga (investor). Investor atau pihak swasta dalam hal ini masih menjadi pemegang
keuntungan terbesar dari potensi pariwisata Desa Oro-Oro Ombo.
Perencanaan pembangunan pariwisata desa masih bertumpu hanya pada satu sektor
saja, dimana salah satu misi dari RPJM Desa Oro-Oro Ombo tahun 2015 - 2021 adalah
99

“Perencanaan Pariwisata berbasis Pertanian”, padahal Desa Oro-Oro Ombo sendiri


memiliki banyak potensi kegiatan wisata, seperti wisata budaya dan wisata religi.
Demikian pula pada RIPPDA Kota Batu tahun 2014 - 2019 yang menunjukkan Desa Oro-
Oro Ombo sebagai pusat kegiatan wisata modern. Hal tersebut juga memungkinkan
adanya karakteristik masyarakat desa yang memiliki kecurigaan dengan komunitas baru
(Waluya, B.) sehingga membuat masyarakat pedesaan cenderung untuk bertahan pada
konsep-konsep pengembangan yang lama.
Kurangnya persentase persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah pada bidang
pariwisata juga dapat dimungkinakan oleh kurangnya modal dan pelatihan pada
masyarakat lokal yang bekerja di bidang pariwisata sehingga banyak potensi pariwisata
Desa Oro-Oro Ombo yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Pada kenyataannya,
penyuluhan oleh POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo dilaksanakan pada perwakilan
kelompok masyarakat tertentu saja, dimana tidak semua masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata memiliki sebuah paguyuban (tukang ojek, rumah makan).
Berdasarkan Gambar 4.24, kinerja pemerintah pada bidang lingkungan dan budaya
juga dirasa masih kurang oleh 61% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dan 54% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh lingkungan Desa Oro-Oro Ombo yang belum
memiliki pengolahan sampah serta sarana prasarana budaya yang belum memadai.
4. Penyediaan layanan
Selain kebebasan politik, partisipasi politik dan kinerja pemerintah, tatanan pemerintah
juga mencakup penyediaan layanan. Penyediaan layanan adalah persepsi masyarakat lokal
terhadap penyediaan layanan pemerintah pada pelayanan kesehatan, pelayanan
pembuangan limbah dan pelayanan akses listrik dan pasokan air. Berdasarkan Gambar
4.13, persentase pemenuhan kecukupan penyediaan layanan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Berikut ini adalah
rincian persentase persepsi masyarakat terhadap indikator penyediaan layanan.
100

100%
90% 75% 78%
80% 64% 67%
70%
60% 42% 39%
50% Pekerja di sektor
40% kegiatan wisata
30%
20% Pekerja di sektor
10%
0% pendukung/di luar
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Akses wisata
Kesehatan Pembuangan Listrik dan Pasokan
Limbah Air
Penyediaan Layanan
Gambar 4.24 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Persepsi Penyediaan Layanan sudah Baik
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.24, persentase penyediaan layanan tertinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal adalah pada pelayanan kesehatan. Persentase penyediaan
layanan kesehatan lebih banyak dirasakan oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata (78%), namun selisih nya tidak terlalu signifikan dengan
penyediaan layanan kesehatan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata (75%). Hal tersebut sejalan dengan pemenuhan kecukupan kedua kelompok
masyarakat lokal pada indikator-indikator kesehatan yang juga tinggi.
Persentase masyarakat lokal yang merasakan penyediaan layanan akses listrik dan
pasokan air yang baik juga lebih didominasi oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata (67%) namun perbandingannya juga tidak terlalu signifikan
dengan layanan akses listrik dan pasokan air yang dirasakan masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata (65%). Masih terdapat 33% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata dan 35% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata yang belum merasakan pelayanan akses listrik dan pasokan air dengan
baik. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya, beberapa titik jalan di Desa Oro-Oro Ombo
yang belum memiliki lampu PJU sehingga dapat mengurangi keamanan dan kenyamanan
masyarakat khususnya pada waktu malam hari.
Pelayanan pembuangan limbah memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan
pelayanan pada bidang lainnya. Sebanyak 58% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata dan 61% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata memiliki persepsi bahwa penyediaan pelayanan pembuangan limbah masih kurang
101

baik. Hal tersebut sejalan dengan persepsi kedua kelompok masyarakat pada kinerja
pemerintah pada lingkungan dan budaya yang juga masih kurang pada Gambar 4.22.
Berdasarkan Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016, salah satu permasalahan desa adalah
masalah persampahan sehingga membuat lingkungan terkesan kumuh.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh salah satu dampak dari adanya perkembangan
wisata yaitu adanya peningkatan aktivitas dari kunjungan wisatawan yang menimbulkan
adanya peningkatan jumlah volume persampahan. POKDARWIS sendiri selaku lembaga
pengelola kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo telah mencanangkan adanya program
pengelolaan sampah, namun pada kenyataannya belum terealisasi dengan baik. Hal
tersebut terlihat pada kurangnya penyediaan tempat pembuangan sampah umum sehingga
banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarang dan menumpuk di pinggir
jalan.
G. Vitalitas Komunitas
Modal sosial berperan dalam pengembangan wisata, dimana masalah yang dihadapi
anggota masyarakat merupakan masalah bersama sehingga menumbuhkan rasa solidaritas
sosial dalam komunitas (Nasir,2014). Vitalitas komunitas dibentuk oleh kondisi keamanan,
hubungan keluarga dan hubungan masyarakat. Berdasarkan Gambar 4.13,persentase
pemenuhan kecukupan indikator keamanan dan hubungan keluarga lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, sedangkan persentase
pemenuhan kecukupan indikator hubungan masyarakat lebih didominasi oleh masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
1. Keamanan
Indikator keamanan dalam hal ini adalah frekuensi tindakan kriminal yang dirasakan
masyarakat dalam satu bulan terakhir. Sebanyak 28% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata dan 25% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata masih sering atau kadang merasakan tindakan kriminal di lingkungan sekitar
mereka. Tindakan kriminal yang terjadi di desa Oro-Oro Ombo biasanya adalah tindakan
pencurian dan pengedaran narkoba. Tindakan pencurian dapat dimungkin karena adanya
kesempatan pada malam hari atau pada rumah yang kosong pada siang hari, selain itu
adalah adanya pengedaran narkoba pada beberapa masyarakat pemuda yang menganggur
(Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016).
102

2. Hubungan keluarga dan hubungan masyarakat


Vitalitas komunitas juga dibentuk oleh indikator hubungan keluarga dan hubungan
masyarakat. Hubungan keluarga adalah rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan
keluraga, sedangkan hubungan masyarakat yaitu rasa kenyamanan dan kepercayaan
dengan tetangga sekitar. Berikut ini adalah persentase masyarakat yang merasa memiliki
rasa kenyamanan dan kepercayaan dalam keluarga dan masyarakat.

100% 92%
88% 88%
90% 81% 81% 81% 83% 82%
80%
Pekerja di
70%
sektor kegiatan
60% wisata
50%
40% Pekerja di
sektor
30% pendukung/di
20% luar wisata
10%
Kenyamanan Kepercayaaan Kenyamanan Kepercayaan
dgn Keluarga dgn Keluarga dgn Masyarakat dgn Masyarakat

Gambar 4.25 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Rasa Kenyamanan dan Kepercayaan
dalam Keluarga dan Masyarakat
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.25, persentase kenyamanan dan kepercayaan dalam keluarga
lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata dibandingkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Hal tersebut
dimungkinkan terjadi terkait hasil penelitian Yanti (2014) yaitu adanya perubahan
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri wisata dapat menimbulkan adanya
perubahan sosial pada level keluarga, dimana peran anggota keluarga yang semula hanya
mengurus rumah tangga (ibu) menjadi bekerja dan beberapa anak yang membantu orang
tuanya bekerja.
Namun, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki hubungan
dengan masyarakat lebih erat daripada hubungan dengan keluarga. Hal tersebut terlihat
dari persentase kenyamanan dan kepercayaan dengan tetangga, masyarakat lokal pekerja
di sektor kegiatan wisata yang lebih tinggi dibandingkan persentase kenyamanan dan
103

kepercayaan dengan keluarga. Hal tersebut juga dapat dimungkinkan oleh adanya
penerapan unsur informal dalam pembagian kerja di sektor kegiatan wisata yaitu rasa
kepercayaan antar sesama.
Namun, hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah menurut Pitana & Gayatri
(2005), masyarakat lokal khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan
ekonomi untuk mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula
didasarkan pada keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-tamahan
yang dikomersialkan. Hubungan masyarakat yang bekerja di kegiatan wisata di Desa Oro-
Oro Ombo banyak terwujud pada kerjasama masyarakat yang tergabung dalam
paguyuban, salah satunya adalah paguyuban homestay, yaitu apabila homestay yang
dikelola penuh maka wisatawan yang akan menginap tersebut diarahkan pada homestay
pemilik lainnya yang masih kosong, dimana homestay pemilik lainnya tersebut
memberikan komisi atau tips sebagai gantinya.
Pada kenyataanya kelembagaan POKDARWIS di Desa Oro-Oro Ombo juga
menitikberatkan pada asas profit oriented. Sehingga hal tersebut dapat mengindikasikan
adanya perubahan hubungan dalam masyarakat dimana hubungan masyarakat pedesaan
yang semula berasas pada kekeluargaan mulai bergeser menjadi hubungan yang
menitikberatkan pada profit oriented.
H. Keanekaragaman Ekologi
Keanekaragaman ekologi dibentuk oleh polusi, tanggung jawab lingkungan dan isu-isu
perkotaan. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator polusi,
tanggung jawab terhadap lingkungan dan isu-isu perkotaan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, khususnya pada
indikator tanggung jawab terhadap lingkungan yang memiliki selisih yang cukup signifikan.
1. Polusi
Persentase tingkat kecukupan polusi pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata adalah 49% sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata adalah 40%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 60%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 51% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata merasakan adanya polusi di lingkungan
sekitar mereka. Polusi dalam hal ini meliputi polusi air, polusi udara dan polusi tanah.
104

Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mempunyai keluhan adanya polusi di
lingkungan mereka.

100%
90%
80%
70% 58%
60%
44% Pekerja di sektor
50%
kegiatan wisata
40%
30%
11% Pekerja di sektor
20%
4% pendukung/di luar
10% 0% 0%
wisata
0%
Polusi Air Polusi Udara Polusi Tanah
Polusi
Gambar 4.26 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasakan Polusi Air, Udara dan Tanah
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.26, persentase masyarakat lokal memiliki keluhan pada
pencemaran air sedikit, yaitu hanya 4% dari masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Sedangkan 100% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan pendukung
atau luar wisata tidak memiliki keluhan pada pencemaran air. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa kondisi kualitas air dan pengelolaan air di Desa Oro-Oro Ombo
baik. Desa Oro-Oro Ombo sendiri memiliki dua sumber mata air yaitu Sumber Darmi dan
Sumber Kali Ampo. Air bersih tersebut juga dikelola secara swadaya oleh lembaga
HIPPAM milik pemerintah desa dan terdapat PDAM milik pemerintah daerah.
Demikian pula pada persentase polusi tanah, hanya 11% dari masyarakat lokal pekerja
di sektor pendukung atau luar wisata yang memiliki keluhan pada kondisi kualitas tanah,
dimana 72 Ha lahan pertanian di Desa Oro-Oro Ombo berdasarkan Profil Desa Oro-Oro
Ombo tahun 2016 memiliki kondisi sedang atau tidak terlalu subur. Untuk polusi udara
memiliki tingkat persentase yang tertinggi diantara sub-indikator polusi lainnya.
Berdasarkan Gambar 4.26, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
sebanyak 58% dan 44% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung di sektor
kegiatan wisata memiliki keluhan pada polusi udara di lingkungan mereka. Polusi udara
dapat ditimbulkan oleh adanya penumpukan sampah di pinggir jalan yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Timbulnya polusi udara di Desa Oro-Oro Ombo juga
105

dimungkinkan oleh volume kendaraan dari wisatawan yang meningkat khususnya pada
hari libur. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan kegiatan wisata, Desa Oro-Oro Ombo
yang semula merupakan desa yang sepi dengan jarak rumah yang berjauhan kini menjadi
bising dan ramai.
2. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan
Persentase rasa tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat lokal berdasarkan
Gambar 4.13 lebih banyak dimiliki oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata
dengan selisih persentase yang cukup signifikan. Sebanyak 55% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 32% masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata mengaku masih kurang memiliki rasa bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitar, hal tersebut seakan menjadi refleksi masyarakat lokal terhadap
munculnya beberapa permasalahan lingkungan seperti persampahan yang ada di Desa Oro-
Oro Ombo.
3. Isu-isu perkotaan
Untuk persentase masyarakat lokal yang memperhatikan isu-isu perkotaan pada
Gambar 4.13 lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata namun, selisihnya tidak terlalu signifikan. Sebanyak 51% masyarakat yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 49% masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata kurang memperhatikan adanya isu-isu perkotaan. Isu-isu perkotaan dalam
hal ini adalah adanya kemacetan, polusi, RTH yang kurang memadai dan permasalahan
pejalan kaki.
Geografis wilayah Desa Oro-Oro Ombo yang terletak di kaki lereng Gunung
Panderman dengan panorama indah serta hawa yang sejuk, menjadi daya tarik tersendiri
bagi investor atau penanam untuk modal untuk mengembangan kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Dengan adanya pertumbuhan pariwisata dapat meningkatkan laju
urbanisasi penduduk meningkat diiringi dengan perkembangan sosial budaya masyarakat
yang semakin tinggi. Perubahan lahan pun juga semakin meningkat, lahan yang semula
kosong kini menjadi lahan terbangun perumahan maupun homestay/villa.
106

Permasalahan yang dipicu adanya pertumbuhan pariwisata antara lain adalah tanah kas
desa yang digunakan masyarakat sebagai lahan parkir, membuat volume kendaraan sangat
banyak sehingga masyarakat lokal sendiri kurang leluasa untuk keluar-masuk kendaraan.
Belum terdapat aturan penataan PKL yang tegas di Desa Oro-Oro Ombo sehingga PKL
tidak tertata dengan baik. Masih terdapat jalan aspal yang rusak dan menimbulkan
genangan saat musim hujan. Serta permasalahan sampah yaitu adanya penumpukan
sampah di jalan dan belum adanya pengolahan sampah (RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015
-2021).

Gambar 4.27 Permasalahan Sampah di Desa Oro-Oro Ombo


Sumber: Hasil Observasi, 2016
I. Standar Hidup
Standar hidup dibentuk oleh pendapatan, aset dan kualitas rumah. Berdasarkan Gambar
4.13, persentase pemenuhan kecukupan pada indikator pendapatan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, namun selisihnya tidak
terlalu signifikan. Sedangkan, pada persentase tingkat kecukupan indikator aset dan kualitas
yang lebih didominasi oleh masyakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata namun
selisihnya juga tidak cukup signifikan.
1. Pendapatan
Masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata sebanyak 39% dan 41% masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata telah memiliki pendapatan sesuai
dengan UMK Kota Batu tahun 2016 (≥ Rp 2.000.000). Masih terdapat 61% masyarakat
lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan 59% masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan pendukung atau luar wisata.
107

2. Kepemilikan aset pribadi


Untuk indikator persentase tingkat kecukupan kepemilikan asset, 79% masyarakat
lokal yang bekerja di kegiatan sektor wisata dan 77% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata telah memiliki asset kepemilikan rumah pribadi. Berikut
ini adalah rincian dari sub-indikator asset kepemilikan rumah.

100%
79% 77%
80%

60% Pekerja di
sektor kegiatan
40% wisata
16% 19%
20% 5% 4%
Pekerja di
0% sektor
Bukan Milik Kontrak/Dinas Milik Sendiri pendukung/di
Sendiri luar wisata
Kepemilikan Rumah
Gambar 4.28 Persentase Sub-Indikator Kepemilikan Rumah
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.28, 16% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan
19% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata belum memiliki
kepemilikan rumah pribadi. Masyarakat lokal yang belum memiliki memiliki rumah
pribadi umumnya masih menumpang di rumah orang tua maupun saudara atau penjaga
homestay yang mengurus homestay dan sekaligus tinggal menumpang disana. Selain itu,
juga terdapat 5% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 4%
masyarakat lokal di yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tinggal di
rumah kontrakan hal tersebut juga terkait dengan harga tanah di Desa Oro-Oro Ombo yang
semakin mahal karena adanya perkembangan pariwisata.
Indikator kualitas rumah yang terdiri dari sub-indikator kepemilikan rumah, konstruksi
rumah, kepemilikan MCK dan rasio jumlah kamar. Konstruksi rumah dapat dilihat dari
jenis lantai terluas (tanah / kayu / ubin / tekel), jenis dinding terluas (bambu / kayu /
tembok) dan jenis atap terluas (asbes / seng / genteng). Berdasarkan SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, rumah di
kategorikan sebagai rumah permanen apabila dindingnya tembok dengan kerangka beton
bertulang, lantai yang dipakai yaitu ubin atau tegel dan atapnya berupa genting. Rumah di
108

kategorikan sebagai rumah semi permanen apabila dindingnya tembok yang sebagian
terbuat dari papan atau kayu, lantai yang dipakai yaitu terbuat dari semen dan atapnya
berupa genting. Rumah di kategorikan sebagai rumah non permanen apabila dindingnya
berupa bambu, lantai yang dipakai yaitu terbuat dari semen atau tanah dan atapnya berupa
genting atau seng. Berikut ini adalah rincian sub-indikator konstruksi rumah.

100%
90%
80%
70% Pekerja di
54% 57% sektor kegiatan
60%
50% 41% 43% wisata
40%
30% Pekerja di
20% 5% sektor
10% 1% pendukung/di
0% luar wisata
Permanen Semi Permanen Non Permanen
Konstruksi Rumah
Gambar 4.29 Persentase Sub-Indikator Konstruksi Rumah
Sumber : Hasil Analisis,2016
Kebutuhan akan rumah menurut Maslow (2003) merupakan kebutuhan penting yang
harus dipenuhi (biological and physiological needs) yang mempengaruhi
pengaktualisasian seseorang terhadap lingkungannya. Sebanyak 57% masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 54% masyarakat lokal yang
memiliki tinggal di rumah dengan konstruksi permanen. Namun, masih terdapat 5%
masyarakat di sektor kegiatan wisata yang tinggal di konstruksi rumah non permanen. Hal
tersebut, berarti menunjukkan bahwa bagi 5% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan
wisata, dampak kegiatan wisata terhadap pendapatannya masih rendah sehingga belum
mampu membiayai kebutuhan akan rumah. Demikian pula dengan kepemilikan MCK,
berikut ini adalah rinciannya.
109

100%
90% 72%
80% 67%
70%
60%
50% Pekerja di sektor
40% 27% 27% kegiatan wisata
30%
20% 6% 1%
10% Pekerja di sektor
0% pendukung/di luar
MCK permanen MCK semi MCK non wisata
permanen permanen
/Sungai
Konstruksi MCK
Gambar 4.30 Persentase Sub-Indikator Konstruksi MCK
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.30, masih terdapat 6% masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan wisata dan 1% masyarakat lokal di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata
yang menggunakan MCK non permanen atau sungai. Masyarakat yang masih
menggunakan MCK non-permanen atau sungai menurut RPJM Desa Oro-Oro Ombo tahun
2015 - 2021 merupakan masyarakat yang tidak memiliki cukup pendapatan sehingga
pendapatannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang belum
memiliki MCK permanen biasanya mengandalkan MCK umum milik desa yang tersedia
sebanyak 2 unit. Selain kepemilikan MCK, kualitas rumah juga mencakup rasio jumlah
kamar, berikut ini adalah rinciannya.

100%
90%
80%
70%
60% Pekerja di sektor
50% 41% kegiatan wisata
36%
40% 28% 30% 31% 34%
30%
Pekerja di sektor
20%
pendukung/di luar
10% wisata
0%
1-2 org/kamar 3 org/kamar >3 org/kamar

Rasio Jumlah Kamar


Gambar 4.31 Persentase Sub-Indikator Rasio Jumlah Kamar Rumah
Sumber : Hasil Analisis,2016
110

Berdasarkan Gambar 4.31, sebanyak 31% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata dan 34% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata tinggal dengan lebih dari 3 orang/kamar, padahal jumlah rasio jumlah kamar
maksimum adalah 1 - 2 orang/kamar.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan indikator kemudian dilanjutkan dengan
menghitungan nilai kecukupan domain.
4.3.2 Kecukupan Domain
Kecukupan domain didapatkan dari hasil penjumlahan kecukupan indikator pada
masing-masing domain. Perhitungan kecukupan domain dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12
(hal.L-37 – L-47). Nilai kecukupan domain juga dapat menunjukkan berapa persen individu
yang dapat memenuhi ambang batas kebahagiaan (> 65%). Berikut ini Gambar 4.32 adalah
persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan pekerja di sektor pendukung
atau luar wisata yang memenuhi ambang batas kebahagiaan.
100%

90%
81%
80%
68% 70%
70% 68%
74% 63%
57% 63%
60% 54%
51% 57%
50% 58% 45%
51%
43% 47%
40%
39% 40%
30%

20%

10%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pekerja di sektor kegiatan wisata Pekerja di sektor pendukung/di luar wisata

Gambar 4.32 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
Sumber : Hasil Analisis,2016
Keterangan:
1. Kesejahteraan Psikologis 4. Keragaman Budaya 7. Vitalitas Komunitas
2. Kesehatan 5. Penggunaan Waktu 8. Keanekaragaman Ekologi
3. Pendidikan 6. Tatanan Pemerintah 9. Standar Hidup
111

Berdasarkan Gambar 4.32, persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang batas
kecukupan tertinggi terdapat pada domain kesehatan yaitu 81% pada masyarakat yang bekerja
di sektor pendukung atau luar wisata dan 74% pada masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pemenuhan kecukupan indikator tidak
difabel, catatan status kesehatan dan kesehatan sehari-hari masyarakat lokal yang tinggi
dimana persentase pemenuhan indikator pelayanan kesehatan juga tinggi.
Selain itu juga dimungkinkan adanya karakteristik masyarakat pedesaan yang memiliki
kebiasaan hidup sederhana dan pola konsumsi sehat. Domain vitalitas komunitas juga
memiliki persentase pemenuhan ambang batas yang cukup tinggi, dimana persentase antara
kedua kelompok masyarakat memiliki nilai hampir sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
tingginya persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keamanan, hubungan keluarga dan
hubungan masyarakat serta kemungkinan adanya karakteristik masyarakat pedesaan yang
memiliki hubungan erat dan mendalam.
Untuk persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang batas kecukupan terendah
terdapat pada domain keanekaragaman ekologi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya
pemenuhan kecukupan masyarakat lokal pada indikator polusi, rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan dan isu-isu perkotaan. Demikian pula pada pemenuhan kecukupan indikator
kinerja pemerintah khususnya pada lingkungan budaya dan pelayanan pembuangan limbah
yang juga rendah. Pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki
persentase pemenuhan kecukupan yang rendah pada domain penggunaan waktu, dimana jam
kerja masyarakat lokal yang tinggi membawa konsekuensi pada rendahnya jam tidur sehingga
mengakibatkan pada pemenuhan kecukupan domain penggunaan waktu yang juga rendah.
Masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata memiliki pemenuhan kecukupan
yang lebih tinggi pada domain pendidikan, vitalitas komunitas dan standar hidup. Sedangkan
domain kesejahteraan psikologis, kesehatan, keragaman budaya, tatanan pemerintah dan
keanerakaragaman ekologi lebih banyak dimiliki masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata. Khususnya pada domain kesejahteraan psikologi dan penggunaan
waktu yang memiliki nilai yang signifikan antara kedua kelompok masyarakat lokal.
Dalam memudahkan pembacaan data persentase masyarakat yang memenuhi ambang
batas kebahagiaan, data bisa disajikan dengan jumlah total 100% yang disebut sebagai
konstribusi kecukupan domain. Berikut ini Gambar 4.33 konstribusi kecukupan domain
112

masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata dan yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata.
Kesejahteraan Kesejahteraan
Psikologis Psikologis
Kesehatan Kesehatan
13% 9%
Pendidikan 11% 13% Pendidikan

8% 15% Keragaman Budaya 8% Keragaman Budaya

Penggunaan Waktu 15% Penggunaan Waktu

14% 13%
13% Tatanan Pemerintah Tatanan Pemerintah
11%
Vitalitas Komunitas Vitalitas Komunitas
11%
10% 10% 9% Keanekaragaman
Keanekaragaman 10%
8% Ekologi Ekologi
Standar Hidup Standar Hidup

(a) (b)
Gambar 4.33 Konstribusi Kecukupan Domain
(a) Masyarakat yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat yang bekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.33, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung memiliki konstribusi kecukupan domain tertinggi
pada kesehatan dan terendah pada domain keanekaragaman ekologi. Secara keseluruhan,
sembilan domain kebahagiaan masing-masing memiliki nilai konstribusi terhadap kebahagiaan
masyarakat , namun nilai tersebut masih belum relatif seimbang terlihat pada konstribusi
kecukupan domain tertinggi dan kecukupan domain terendah yang memiliki perbedaan cukup
signifikan.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan domain selanjutnya sembilan kecukupan domain
akan dijumlah dan dirata-rata sehingga menghasilkan nilai tingkat kecukupan domain. Nilai
tingkat kecukupan domain dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 (hal.L-37 – L-47).
4.3.3 Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia
Identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia dilakukan dengan
menerapkan gradient kebahagiaan pada tingkat kecukupan domain. Gradient kebahagiaan
menurut Ura, dkk (2012) dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu 77%-100% dikategorikan
sebagai sangat bahagia, 66%-76% dikategorikan sebagai bahagia, 50%-65% dikategorikan
sebagai hampir bahagia dan 0%-49% dikategorikan sebagai tidak bahagia. Rincian gradient
kebahagiaan dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 (hal.L-37 – L-47). Berikut ini adalah
persentase masyarakat lokal yang sangat bahagia, bahagia, hampir bahagia dan tidak bahagia.
113

100%
90%
80%
70%
60%
Pekerja di sektor
50% 35% kegiatan wisata
40% 32%
27% 28% 26%
30% 23% 23%
Pekerja di sektor
20% 7% pendukung/luar
10% wisata
0%
Tidak Bahagia Hampir Bahagia Sangat
Bahagia Bahagia
Gambar 4.34 Persentase Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia, Hampir Bahagia, Bahagia
dan Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.34, dapat diketahui persentase masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata dan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata pada
kategori sangat bahagia memiliki nilai hampir sama. Untuk nilai persentase tingkat
kebahagiaan pada kategori hampir bahagia dan bahagia lebih banyak didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Namun, pada kategori
tidak bahagia lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dengan nilai persentase yang cukup signifikan.
Hasil dari persentase masyarakat lokal pada Gambar 4.34 selanjutnya dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia. Masyarakat
dapat dikatakan belum bahagia apabila tidak memenuhi tingkat kecukupan 66% atau dengan
kata lain masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia dan hampir bahagia. Berikut ini
Gambar 4.35 adalah persentase masyarakat bahagia dan belum bahagia pada masyarakat lokal
pekerja di sektor kegiatan wisata dan pekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
114

100%
90%
80% Pekerja di
58%
70% 49% 51% sektor
60% kegiatan
42%
50% wisata
40% Pekerja di
30% sektor
20% pendukung/di
10% luar wisata
0%
Belum Bahagia Bahagia
Gambar 4.35 Persentase Masyarakat Lokal yang Bahagia dan Belum Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.35, persentase masyarakat yang bahagia pada kedua kelompok
masyarakat lokal lebih banyak di bandingkan masyarakat yang belum bahagia, namun nilai
persentasenya tidak terlalu signifikan. Berdasarkan Gambar 4.35 juga dapat diketahui
persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang belum bahagia (49%) lebih
banyak dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia (42%). Sehingga persentase kelompok masyarakat yang bahagia lebih
banyak dimiliki pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yaitu 58% banding 51%.
Persentase masyarakat lokal yang bahagia disebut sebagai HH dan persentase masyarakat
lokal yang belum bahagia disebut Hn.
4.3.4 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada
Masyarakat Belum Bahagia (As)
Setelah mengetahui persentase kelompok masyarakat lokal yang bahagia dan belum
bahagia, indeks kebahagiaan juga mempertimbangkan persentase domain yang memenuhi
kecukupan pada masyarakat yang belum bahagia atau As. Jumlah domain yang memenuhi
ambang batas kebahagiaan pada masing-masing individu dapat dilihat di Lampiran 13 dan 14
(Hal. L-48 – L-52) dengan perhitungan berikut ini.

As
Keterangan :
Db = ∑ domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada responden yang belum bahagia
Nb = ∑ responden belum bahagia
D = ∑ domain kebahagiaan
115

 As masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata:

 As masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata:

Hasil perhitungan As menunjukkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata


yang belum bahagia rata-rata hanya memiliki kecukupan domain sebanyak 36% atau kurang
lebih 3 domain sedangkan pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia rata-rata memiliki memenuhi kecukupan domain sebanyak 44% atau
kurang lebih 4 domain. Sehingga, persentase rata-rata domain yang memenuhi kecukupan
pada masyarakat belum bahagia lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata. Berikut ini adalah konstribusi kecukupan domain pada
masyarakat yang belum bahagia.
Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan Psikologis

6% Kesehatan Kesehatan
10% 8%
15%
6% Pendidikan 9% Pendidikan
18%
Keragaman Budaya Keragaman Budaya

Penggunaan Waktu 13% 19% Penggunaan Waktu


18%
15% Tatanan Pemerintah Tatanan Pemerintah

Vitalitas Komunitas 12% Vitalitas Komunitas


11%
12%
10% Keanekaragaman Ekologi 7% 6% Keanekaragaman Ekologi
5%
Standar Hidup Standar Hidup

(a) (b)
Gambar 4.36 Konstribusi Kecukupan domain pada Masyarakat yang Belum Bahagia
(a) Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.36, diketahui konstribusi kecukupan domain pada kedua
kelompok masyarakat lokal yang belum bahagia tertinggi terdapat pada domain kesehatan,
sedangkan yang terendah pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah
domain kesejahteraan psikologis, penggunaan waktu dan keanekaragaman ekologi dan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah keragaman
116

budaya, penggunaan waktu dan standar hidup. Konstribusi kecukupan domain pada kedua
kelompok masyarakat lokal yang belum bahagia memiliki persentase yang signifikan antara
yang tertinggi dan terendah atau tidak seimbang.
4.3.5 Indeks Kebahagiaan
Indeks kebahagiaan dapat dihasilkan melalui rumus berikut ini:
GNH = (HH+HnAs)
HH = persentase masyarakat yang bahagia
Hn = persentase masyarakat yang belum bahagia
As = persentase domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada orang
belum bahagia
Setelah mengetahui nilai persentase HH, Hn dan As pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata dapat diketahui nilai indeks kebahagiaan. Hasil nilai indeks kebahagiaan tersebut
dapat dikelompok menjadi empat kategori pada skala 0-1 yaitu sangat bahagia (0,77-1),
bahagia (0,66-0,76), hampir bahagia (0,50-0,65) dan tidak bahagia (0-0,49).
Tabel 4.4 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata dan Masyarakat Lokal
Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar wisata
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masy. Lokal Pekerja di
51% 49% 36% 0.68 Bahagia
Sektor Kegiatan Wisata
Masy. Lokal Pekerja di
Sektor Pendukung atau 58% 42% 44% 0.77 Sangat Bahagia
luar wisata
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Berdasarkan perhitungan indeks kebahagiaan pada Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks
kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Nilai indeks kebahagiaan yang tinggi pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata disebabkan oleh persentase masyarakat yang bahagia (HH)
dan persentase kecukupan pada yang belum bahagia (As) juga lebih tinggi dibandingkan
dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
Salah satu indikator penting dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan dikenal
dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup tiga bidang pembangunan
117

mendasar yaitu usia, hidup, pengetahuan dan hidup layak. Pencapaian kategori tinggi jika nilai
IPM > 80, menengah atas jika besarnya antara 66-80, menengah bawah jika antara 50-66 dan
rendah jika < 50. Kota Batu sendiri memiliki nilai IPM sebesar 76,50 pada tahun 2014. Hal ini
berarti pencapaian pembangunan manusia di Kota Batu sudah cukup bagus meskipun harus
tetap ditingkatkan antara lain dengan meningkatan kinerja kegiatan pembangunan (BPS Kota
Batu, 2015).
Sedangkan, berdasarkan nilai GNHI, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata berada pada kategori sangat bahagia. Sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo telah berada pada kategori bahagia dengan adanya
keberadaan kegiatan wisata.
Namun, dampaknya tidak terlalu signifikan pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata karena justru masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar
wisata yang lebih bahagia. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah nilai indeks
kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata tidak terlalu jauh dari
ambang batas kategori bahagia yaitu hanya 0.68. Hal tersebut disebabkan oleh nilai persentase
masyarakat lokal yang belum bahagia juga masih banyak yaitu 49%. Demikian pula dengan
nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang berada pada ambang batas kategori sangat bahagia yaitu 0.77. Hal tersebut juga
disebabkan oleh 42% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia.
Indeks kebahagiaan selain dapat digunakan untuk menyajikan data melalui identifikasi
kecukupan domain juga dapat digunakan untuk agregasi. Agregasi adalah melakukan agregat
terhadap data populasi ke dalam sebuah ukuran yang terperinci. Salah satu tujuan dari agregasi
adalah sebagai upaya untuk mengGambarkan dan memudahkan melihat data sehingga dapat
dikomunikasikan dengan baik pada masyarakat umum. Selain itu, juga dapat digunakan untuk
menemukan fenomena yang terjadi dalam masyarakat serta memperkuat temuan hasil indeks
kebahagiaan. Agregasi dapat dikelompokkan menurut pembagian wilayah, umur, gender,
tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dengan rincian perhitungan indeks kebahagiaan
dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16 (Hal. L-52 – L-55). Berikut ini adalah hasil
perhitungan agregasi indeks kebahagiaan.
118

Tabel 4.5 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi
Pembagian Wilayah Kelompok Umur Gender Tingkat Pendidikan Pendapatan per bulan
Desa Oro- Tidak 1.000.001 1.500.001 2.000.001 2.500.001
Dusun Dusun Dusun 17- 26- 35- 44- Laki- Perem- D3/D ≤1 >3
Oro Ombo >52 Tamat SD SMP SLTA S1 - - - -
Gondorejo Krajan Dresel 25 34 43 52 laki puan 4 juta juta
SD 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000
Masy. Lokal
Pekerja di
0.68 0.6 0.72 0.75 0.73 0.72 0.68 0.69 0.39 0.77 0.58 0.33 0.37 0.56 0.87 0.8 0.88 0.32 0.55 0.75 0.94 0.93 0.91
Sektor
B HB B B B B B B TB SB HB TB TB HB SB SB SB TB HB B SB SB SB
Kegiatan
Wisata
Masy. Lokal
Pekerja di
Sektor 0.77 0.73 0.78 0.78 0.63 0.73 0.86 0.77 0.42 0.77 0.77 0.52 0.8 0.75 0.84 0.83 0.94 0.6 0.59 0.91 0.85 0.87 0.85
Pendukung SB B SB SB HB B SB SB TB SB SB HB SB B SB SB SB HB HB SB SB SB SB
atau luar
wisata

Keterangan:
TB = Tidak Bahagia
HB = Hampir Bahagia
B = Bahagia
SB = Sangat Bahagia
119

Berdasarkan pada Tabel 4.5, dapat diketahui indeks kebahagiaan menurut kondisi
sosial, demografi dan ekonomi pada kedua kelompok masyarakat. Masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang
tinggal di Dusun Dresel, umur 17-25 tahun, laki-laki, tingkat pendidikan S1 dan pendapatan
pada Rp 2.000.001 - Rp 2.500.000 per bulan. Sedangkan yang memiliki nilai indeks
kebahagiaan terendah terdapat pada masyarakat lokal yang tinggal di Dusun Gondorejo, umur
>52 tahun, perempuan, tidak tamat SD dan berpendapatan ≤ Rp 1.000.000 per bulan.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai
indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat yang tinggal di Dusun Krajan dan di Dusun
Dresel, umur 35 - 43, laki-laki atau perempuan, tingkat pendidikan S1 dan pendapatan pada
Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000. Sedangkan yang memiliki nilai indeks kebahagiaan terendah
terdapat pada masyarakat yang tinggal di Dusun Gondorejo, umur >52 tahun, tidak tamat SD
dan berpendapatan Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000. Berikut ini adalah rincian tingkat
kebahagiaan berdasarkan menurut kondisi sosial, demografi dan ekonomi pada kedua
kelompok masyarakat.
A. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian Wilayah
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berdasarkan pembagian wilayah di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Dusun Gondorejo, Dusun Krajan
dan Dusun Dresel. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.6 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal berdasarkan Pembagian Wilayah
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Dusun Gondorejo 38% 62% 35% 0.60 Hampir Bahagia
Dusun Krajan 56% 44% 35% 0.72 Bahagia
Dusun Dresel 59% 41% 39% 0.75 Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Dusun Gondorejo 53% 47% 42% 0.73 Bahagia
Dusun Krajan 58% 42% 46% 0.78 Sangat Bahagia
Dusun Dresel 63% 37% 40% 0.78 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Tabel 4.6, indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata terdapat pada Dusun Dresel namun selisihnya tidak
terlalu signifikan dengan indeks kebahagiaan di Dusun Krajan sedangkan indeks
120

kebahagiaan terendah terdapat pada Dusun Gondorejo. Hal tersebut disebabkan persentase
nilai HH dan As yang tinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata
Dusun Dresel. Sedangkan nilai persentase Hn tertinggi terdapat pada Dusun Gondorejo
dengan persentase HH hanya 38% sehingga mengakibatkan masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata yang tinggal di Dusun Gondorejo berada pada kategori hampir
bahagia .
Untuk indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata juga terdapat pada Dusun Krajan dan Dusun Dresel sedangkan
indeks kebahagiaan terendah pada Dusun Gondorejo. Hal tersebut juga dapat disebabkan
oleh nilai persentase HH tertinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau
luar wisata terdapat pada Dusun Dresel dan nilai As tertinggi pada Dusun Krajan
sedangkan persentase Hn tertinggi terdapat pada Dusun Gondorejo. Namun, masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata pada Dusun Gondorejo, Dusun
Krajan dan Dusun Dresel telah berada pada kategori bahagia.
Untuk lebih lanjut, berikut ini adalah perbandingan nilai indeks kebahagiaan pada
kedua kelompok masyarakat lokal berdasarkan pembagian wilayah.
121

Gambar 4.37 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata menurut Pembagian Wilayah
di Desa Oro-Oro Ombo
122

Gambar 4.38 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata menurut Pembagian Wilayah
di Desa Oro-Oro Ombo
123

1.00
sangat 0.90
bahagia
0.80 0.78 0.78
0.74 0.72 0.75
bahagia 0.70
0.60 Pekerja di
hampir 0.60 sektor
bahagia kegiatan
0.50 wisata
0.40
Pekerja di
0.30
tidak sektor
bahagia 0.20 pendukung/di
luar wisata
0.10
0.00
Dusun Gondorejo Dusun Krajan Dusun Dresel
Gambar 4.39 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian Wilayah
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.39, indeks kebahagiaan pada kedua kelompok masyarakat
lokal di Dusun Krajan dan Dusun Dresel memiliki selisih nilai yang tidak terlalu
signifikan. Namun indeks kebahagiaan di Dusun Gondorejo memiliki nilai yang cukup
signifikan antara kedua kelompok masyarakat lokal. Indeks kebahagiaan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tinggal di Dusun
Gondorejo adalah 0.73 sedangkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata yang tinggal di Dusun Gondorejo adalah 0.6. Dapat dikatakan secara keseluruhan,
indeks kebahagiaan menurut pembagian wilayah terendah terdapat pada Dusun
Gondorejo.
Berdasarkan peta indeks kebahagiaan menurut pembagian wilayah pada Gambar
4.39, Dusun Gondorejo merupakan dusun yang memiliki luas wilayah paling kecil
dibandingkan dengan dusun lainnya. Perkembangan wisata di Dusun Gondorejo sendiri
tidak terlalu tinggi dibandingkan Dusun Krajan dan Dusun Dresel karena apabila dilihat
dari persebaran kegiatan wisata yang lebih banyak terdapat di Dusun Krajan dan di
Dusun Dresel. Pada Dusun Krajan terdapat obyek wisata BNS dan di Dusun Dresel
terdapat obyek wisata Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar yang baru-baru ini
sedang berkembang, sehingga kesempatan bekerja masyarakat yang tinggal di Dusun
Gondorejo pada obyek wisata lebih sedikit.
Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat yang tinggal di Dusun Gondorejo lebih
banyak yang bekerja sebagai tukang ojek, pengelola warung atau rumah makan dan
124

pengelola/penjaga homestay. Sarana dan prasarana umum juga lebih banyak terdapat di
Dusun Krajan yang merupakan pusat kegiatan di Desa Oro-Oro Ombo.
B. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut kelompok umur dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu kelompok
umur 17-25 tahun, 26-34 tahun, 35-43 tahun, 44-52 tahun dan > 52 tahun. Berikut ini
adalah penjabarannya.
Tabel 4.7 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
17-25 tahun 53% 47% 41% 0.73 Bahagia
26-34 tahun 55% 45% 37% 0.72 Bahagia
35-43 tahun 51% 49% 35% 0.68 Bahagia
44-52 tahun 51% 49% 37% 0.69 Bahagia
> 52 tahun 17% 83% 27% 0.39 Tidak Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
17-25 tahun 35% 65% 43% 0.63 Hampir Bahagia
26-34 tahun 51% 49% 45% 0.73 Bahagia
35-43 tahun 73% 27% 47% 0.86 Sangat Bahagia
44-52 tahun 60% 40% 43% 0.77 Sangat Bahagia
> 52 tahun 0% 100% 42% 0.42 Tidak Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan masyarakat lokal menurut
kelompok umur diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
yang berumur 17-52 tahun berada pada kategori bahagia dengan indeks kebahagiaan
tertinggi pada kelompok umur 17-25 tahun. Namun, pada kelompok umur > 52 tahun
berada pada kategori tidak bahagia. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah persentase Hn
(persentase masyarakat belum bahagia) yang mencapai 83% sehingga nilai indeks
kebahagiaan menjadi rendah.
Demikian pula pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata, dimana pada kelompok umur > 52 berada pada kategori tidak bahagia dengan
persentase masyarakat yang belum bahagia mencapai 100%. Untuk nilai indeks
kebahagiaan paling tinggi dalam masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata adalah pada kelompok umur 35-43 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan
indeks kebahagiaan berdasarkan kelompok umur dapat digambarkan trend sebagai
berikut.
125

1.00
sangat 0.86
0.90
bahagia 0.77
0.80 0.73 0.73
Pekerja di
bahagia 0.70 sektor
0.72 0.68 0.69 kegiatan
hampir 0.60
0.63 wisata
bahagia 0.50 0.42
0.40 Pekerja di
0.30 0.39 sektor
tidak pendukung/
bahagia 0.20 di luar
0.10 wisata
0.00
17-25 tahun 26-34 tahun 35 - 43 tahun 44 - 52 tahun >52 tahun
Gambar 4.40 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.40, trend indeks kebahagiaan menurut kelompok umur pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah semakin bertambahnya
umur maka indeks kebahagiaan akan cenderung semakin menurun. Sedangkan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, indeks kebahagiaan
akan meningkat seiring dengan pertambahan umur sampai kelompok umur 35-43 tahun
dan akan mengalami penurunan mulai kelompok umur 44-52 tahun dan seterusnya
C. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata menurut gender atau
jenis kelamin di Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.8 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Laki-laki 61% 39% 40% 0.77 Sangat Bahagia
Perempuan 37% 63% 33% 0.58 Hampir Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Laki-laki 56% 44% 46% 0.77 Sangat Bahagia
Perempuan 60% 40% 42% 0.77 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan lokal menurut gender pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai
indeks kebahagiaan yang sama pada laki-laki maupun perempuan dan berada pada
kategori sangat bahagia. Namun, pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
126

wisata, indeks kebahagiaan antara laki-laki dan perempuan memiliki selisih nilai yang
signifikan dimana indeks kebahagiaan laki-laki adalah 0,77 (sangat bahagia) sedangkan
indeks kebahagiaan perempuan hanya 0,58 (hampir bahagia). Berikut ini adalah
perbandingan indeks kebahagiaan menurut gender pada kedua kelompok masyarakat
lokal.
1.00
sangat 0.90
bahagia 0.80 0.77 0.77 0.77
Pekerja di
bahagia 0.70 sektor kegiatan
hampir 0.60 0.58 wisata
bahagia 0.50
0.40 Pekerja di
sektor
tidak 0.30
pendukung/di
bahagia 0.20 luar wisata
0.10
0.00
Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.41 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender


Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.41, dapat diketahui bahwa indeks kebahagiaan pada gender
laki-laki masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai yang sama dan berada pada kategori
sangat bahagia. Namun, pada nilai indeks kebahagiaan pada gender perempuan lebih
didominasi oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dengan
selisih nilai yang cukup signifikan.
D. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut tingkat pendidikan dapat dibedakan menjadi tidak tamat SD, SD, SMP,
SLTA, DIPLOMA dan S1. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.9 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Tidak Tamat SD 0% 100% 33% 0.33 Tidak Bahagia
SD 9% 91% 32% 0.37 Tidak Bahagia
SMP 27% 73% 40% 0.56 Hampir Bahagia
SLTA 78% 22% 41% 0.87 Sangat Bahagia
DIPLOMA 68% 32% 35% 0.80 Sangat Bahagia
S1 79% 21% 44% 0.88 Sangat Bahagia
127

Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Tidak Tamat SD 17% 83% 42% 0.52 Hampir Bahagia
SD 65% 35% 42% 0.80 Sangat Bahagia
SMP 50% 50% 50% 0.75 Bahagia
SLTA 73% 27% 42% 0.84 Sangat Bahagia
DIPLOMA 71% 29% 42% 0.83 Sangat Bahagia
S1 86% 14% 56% 0.94 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan,
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai indeks
kebahagiaan tertinggi pada tingkat pendidikan S1 dan terendah pada tingkat pendidikan
tidak tamat SD. Rendahnya nilai indeks kebahagiaan pada masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata yang tidak tamat SD disebabkan oleh persentase masyarakat yang
belum bahagia (Hn) yang mencapai 100%. Demikian pula pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, dimana indeks kebahagiaan tertinggi
terdapat pada tingkat pendidikan S1 dan terendah pada tidak tamat SD. Berdasarkan hasil
perhitungan indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan dapat digambarkan trend
sebagai berikut.
1.00 0.94
sangat 0.84
0.90 0.83
bahagia 0.80
0.80 0.75 0.88
0.87
Pekerja di
bahagia 0.70 0.80 sektor
kegiatan
hampir 0.60 0.52 wisata
bahagia
0.50 0.56
0.40 Pekerja di
sektor
0.30 0.37 pendukung/
tidak 0.33
bahagia di luar
0.20
wisata
0.10
0.00
Tidak Tamat SD SD SMP SLTA DIPLOMA S1

Gambar 4.42 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan


Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Gambar 4.42, indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata memiliki kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan maka indeks kebahagiaan akan cenderung naik. Indeks kebahagiaan pada
128

tingkat pendidikan tidak tamat SD, SD dan SMP memiliki nilai yang signifikan di antara
kedua kelompok masyarakat lokal. Khususnya pada tingkat pendidikan SD dimana,
masyarakat lokal pekerja di sektor wisata dengan tingkat pendidikan SD berada pada
kategori tidak bahagia sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar
wisata dengan tingkat pendidikan SD justru berada pada kategori sangat bahagia.
Hal ini dimungkinkan oleh adanya ketentuan dari POKDARWIS pada pembagian
kerja di kegiatan wisata yang disesuaikan dengan kualifikasi pendidikan sehingga
masyarakat lokal yang memiliki kualifikasi pendidikan tinggi lebih banyak memiliki
kesempatan kerja pada bidang yang lebih baik dan mampu membawa kesejahteraan bagi
pekerjanya. Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal yang tidak tamat SD
umumnya bekerja sebagai tukang parkir, PKL, penjaga homestay, petani, peternak,
pengelola/penjaga toko serta pengrajin.
F. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut pendapatan dapat dibedakan menjadi masyarakat dengan pendapatan ≤
Rp 1.000.000,00, Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00, Rp 1.500.001,00 – Rp
2.000.000,00, Rp 2.000.001,00 – Rp 2.500.000,00, Rp 2.500.001,00 – Rp 3.000.000,00
dan > Rp 3.000.000,00. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.10 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
≤ 1.000.000 0% 100% 32% 0.32 Tidak Bahagia
1.000.001 - 1.500.000 30% 70% 36% 0.55 Hampir Bahagia
1.500.001 - 2.000.000 56% 44% 42% 0.75 Bahagia
2.000.001 - 2.500.000 92% 8% 33% 0.94 Sangat Bahagia
2.500.001 - 3.000.000 87% 13% 50% 0.93 Sangat Bahagia
> 3.000.000 84% 16% 44% 0.91 Sangat Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
≤ 1.000.000 29% 71% 44% 0.60 Hampir Bahagia
1.000.001 - 1.500.000 30% 70% 42% 0.59 Hampir Bahagia
1.500.001 - 2.000.000 84% 16% 47% 0.91 Sangat Bahagia
2.000.001 - 2.500.000 71% 29% 48% 0.85 Sangat Bahagia
2.500.001 - 3.000.000 74% 26% 49% 0.87 Sangat Bahagia
> 3.000.000 71% 29% 48% 0.85 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut pendapatan dapat
diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki
indeks kebahagiaan tertinggi pada yang memiliki pendapatan Rp 2.000.001,00 – Rp
129

2.500.000,00 dan terendah pada yang memiliki pendapatan ≤ Rp 1.000.000,00.


Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dengan pendapatan ≤ Rp
1.000.000,00 memiliki nilai persentase yang belum bahagia mencapai 100% sehingga
menyebabkan rendahnya nilai indeks kebahagiaan.
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
memiliki indeks kebahagiaan tertinggi pada yang memiliki pendapatan Rp 1.500.001,00
– Rp 2.000.000,00 dengan yang terendah pada yang memiliki pendapatan ≤ Rp
1.000.000,00 dan Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan
indeks kebahagiaan berdasarkan pendapatan dapat digambarkan trend sebagai berikut.
1.00 0.94 0.91
0.93
sangat 0.90
bahagia 0.91
0.80 0.87
0.75 0.85 0.85
bahagia 0.70 Pekerja di
0.55 sektor
0.60
hampir kegiatan
bahagia 0.50 0.60 0.59
wisata
0.40 0.32
Pekerja di
tidak 0.30 sektor
bahagia 0.20 pendukung/d
i luar wisata
0.10
0.00
≤ 1.000.000 1.000.001 - 1.500.001 - 2.000.001 - 2.500.001 - > 3.000.000
1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000
Gambar 4.43 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.43, apabila dicermati masyarakat lokal yang memiliki
indeks kebahagiaan tertinggi bukan terdapat pada masyarakat yang memiliki pendapatan
yang paling tinggi namun, terdapat kecenderungan semakin tinggi pendapatan maka
indeks kebahagiaan juga akan semakin meningkat. Selain itu, nilai indeks kebahagiaan
pada kedua masyarakat lokal yang berpendapatan ≤ Rp 1.000.000,- memiliki perbedaan
yang cukup signifikan.
G. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
Indeks kebahagiaan dalam hal ini juga dapat dikelompokkan menurut pekerjaan
untuk mengetahui lebih detail tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Indeks
kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata menurut pekerjaan di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi 12 jenis yaitu pedagang BNS, petugas
130

pintu masuk, petugas keamanan, tukang parkir, PKL, tukang ojek, travel agent,
pengelola atau pegawai catering, pengelola atau pegawai warung, pengelola atau penjaga
homestay, Kelompok Infomasi Masyarakat (KIM) dan pramuwisata. Untuk indeks
kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata menurut
pekerjaan di Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi 8 jenis yaitu petani,
peternak, pegawai swasta, tenaga medis, perangkat desa, pengelola atau penjaga toko,
pengelola atau pegawai salon dan pengrajin. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.11 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
Persentase
Persentase Persentase Indeks
Kecukupan pada
yang Bahagia yang Belum Kebahagiaan Kategori
yang Belum
(HH) Bahagia (Hn) (HH + HnAs)
Bahagia (As)
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Pedagang BNS 87% 13% 50% 0.93 Sangat Bahagia
Petugas Pintu Masuk 80% 20% 33% 0.87 Sangat Bahagia
Petugas Keamanan 100% 0% 36% 1.00 Sangat Bahagia
Tukang Parkir 0% 100% 37% 0.37 Tidak Bahagia
PKL 0% 100% 37% 0.37 Tidak Bahagia
Tukang Ojek 0% 100% 38% 0.38 Tidak Bahagia
Travel Agent 80% 20% 44% 0.89 Sangat Bahagia
Pengelola/Pegawai Catering 69% 31% 53% 0.85 Sangat Bahagia
Pengelola/Pegawai Warung 59% 41% 32% 0.72 Bahagia
Pengelola/Penjaga homestay 44% 56% 31% 0.61 Hampir Bahagia
Kelompok Informasi Masyarakat 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Pramuwisata 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ Luar wisata
Petani 15% 85% 47% 0.56 Hampir Bahagia
Peternak 68% 32% 49% 0.84 Sangat Bahagia
Pegawai Swasta 64% 36% 44% 0.80 Sangat Bahagia
Tenaga Medis 83% 17% 56% 0.93 Sangat Bahagia
Perangkat Desa 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Pengelola/Penjaga Toko 55% 45% 42% 0.74 Bahagia
Pengelola/Pegawai Salon 71% 29% 44% 0.84 Sangat Bahagia
Pengrajin 40% 60% 43% 0.66 Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut pekerjaan pada Tabel
4.11, secara keselurahan masyarakat lokal yang memiliki indeks kebahagiaan tertinggi
adalah yang bekerja sebagai petugas keamanan, kelompok informasi masyarakat,
pramuwisata dan perangkat desa sedangkan yang terendah adalah tukang parkir dan
PKL. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai tertinggi
pada petugas keamanan, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan pramuwisata
dengan nilai indeks mencapai 1 atau dengan kata lain persentase yang bahagia adalah
100% kemudian pedagang BNS dengan nilai indeks 0.93. Sedangkan nilai indeks
kebahagiaan terendah terdapat pada pekerjaan tukang parkir, PKL dan tukang ojek yang
berada pada kategori tidak bahagia dan memiliki persentase masyarakat yang belum
131

bahagia sebanyak 100%, sehingga sangat signifikan dengan pekerjaan yang memiliki
nilai indeks tertinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar grafik indeks
kebahagiaan masyarakat lokal berdasarkan pekerjaan di sektor kegiatan wisata di bawah
ini.
1.00
sangat 0.90 1.00 1.00 1.00
bahagia 0.93
0.80 0.87 0.89
0.85
bahagia 0.70
0.60 0.72
hampir
bahagia 0.50 0.61
0.40
0.30 0.37 0.37 0.38
tidak
bahagia 0.20
0.10
0.00

Gambar 4.44 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan di Sektor Kegiatan Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.44, dapat diketahui masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pramuwisata, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), petugas keamanan (security),
pedagang BNS, travel agent, petugas pintu masuk dan pengelola atau pegawai catering
berada dalam kategori sangat bahagia. Untuk masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pengelola atau pegawai warung berada dalam kategori bahagia. Masyarakat lokal yang
bekerja sebagai pengelola atau penjaga homestay berada pada kategori hampir bahagia
dan yang bekerja sebagai tukang parkir, PKL dan tukang ojek berada pada kategori tidak
bahagia.
Untuk indeks kebahagiaan berdasarkan pekerjaan pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks tertinggi pada
perangkat desa dengan nilai indeks 1 kemudian tenaga medis dengan nilai indeks 0.93,
sedangkan nilai indeks terendah terdapat pada pekerjaan petani dengan nilai indeks
hanya 0.56. Berikut ini adalah grafik indeks kebahagiaan masyarakat lokal menurut
pekerjaan di sektor pendukung atau luar wisata.
132

1.00
sangat 0.90 1.00
bahagia 0.80 0.93
0.84 0.84
bahagia 0.70 0.80
0.74
hampir 0.60
0.66
bahagia 0.50
0.56
0.40
tidak 0.30
bahagia 0.20
0.10
0.00

Gambar 4.45 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan di Sektor Pendukung atau
Luar Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.45, dapat diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja
sebagai perangkat desa, tenaga medis, pengelola atau pegawai salon, peternak dan
pegawai swasta berada pada kategori sangat bahagia. Masyarakat lokal yang bekerja
sebagai pengelola atau penjaga toko dan pengrajin berada pada kategori bahagia dan
petani berada pada kategori hampir bahagia. Perangkat desa, tenaga medis, peternak,
pegawai swasta dan petani merupakan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor sarana
dan prasarana umum, sedangkan pengelola/pegawai salon, pengelola/pegawai toko serta
pengrajin merupakan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor pendukung wisata.
Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kebahagiaan
dengan kondisi sosial, demografi dan ekonomi masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo
dengan menggunakan analisis crosstabs.

4.4 Hubungan Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Sosial, Demografi dan


Ekonomi Masyarakat Lokal
Hubungan tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender, tingkat
pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan dapat diketahui dengan
menggunakan analisis crosstabs berdasarkan perhitungan pada Lampiran 17 (Hal L-56 –
L-60). Berikut ini adalah hasil perhitungan uji chi-square tingkat kebahagiaan dengan
kelompok umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan.
133

Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Tingkat Kebahagiaan dengan Kelompok Umur, Gender, Tingkat Pendidikan,
Pendapatan per Kapita dan Jenis Pekerjaan
Value Asymp.
Pengambilan Pengambilan
(Pearson dF Hipotesa Sig. (2
Keputusan Keputusan
Chi-Square sided)
Tingkat
34.512 > 21.03 0.001< 0.05
Kebahagiaan_ 34.512a 12 0.001
H0 ditolak H0 ditolak
Kelompok Umur  Jika Chi-
Tingkat Square
0.008  Jika nilai
11.872 > 7.82 0.008< 0.05
Kebahagiaan_ 11.872a 3 Hitung <
H0 ditolak probabilitas H0 ditolak
Gender Chi-Square
 H0: Tidak tabel, maka > 0.05
Tingkat
ada H0 diterima maka H0
Kebahagiaan_ 1.051E2 > 25.00 0.000< 0.05
1.051E2a 15 hubungan 0.000 diterima
Tingkat
 H1: Ada  Jika Chi- H0 ditolak
 Jika nilai
H0 ditolak
Pendidikan Square
hubungan probabilitas
Tingkat Hitung >
antara < 0.05
Kebahagiaan_ Chi-Square 1.287E2> 25.00 0.000< 0.05
1.287E2a 15 0.000 maka H0
Pendapatan per tabel, maka H0 ditolak H0 ditolak
ditolak
Kapita H0 ditolak
Tingkat
24.651> 7.82 0.000< 0.05
Kebahagiaan_ 24.651a 3 0.000
H0 ditolak H0 ditolak
Jenis Pekerjaan
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
Hubungan antara dua variabel pada analisis crosstabs dapat diketahui melalui
perbandingan chi square hitung dengan chi square tabel atau perbandingan nilai
probabilitas dengan nilai Asymp. Sig. (2-sided). Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.12
dapat diketahui melalui perbandingan chi square maupun dengan nilai probabilitas, H0
ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok
umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan masyarakat
lokal di Desa Oro-Oro Ombo.
Berikut ini adalah hasil crosstabulation antara tingkat kebahagiaan kelompok umur,
gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan dengan jumlah
terbanyak pada tiap kategori kebahagiaan dimana rincian hasil crosstabulation terdapat
pada Lampiran 17 (Hal L-56 – L-60).
Tabel 4.13 Crosstabulation
Tingkat Pendapatan per Kapita
Kelompok Umur Gender Jenis Pekerjaan
Pendidikan (per bulan)
32% 66% 50% 62% 80%
Tidak Bahagia
(umur 44-52 tahun) (Perempuan) (SD) (<1.000.000) (Keg. Wisata)
31% 59,8% 29.9% 32.2% 60.9%
Hampir Bahagia
(umur 35-43 tahun) (Laki-Laki) (SMP) (1.000.001 – 1.500.000) (Keg. Pendukung)
42,7% 59,8% 45.1% 29.3% 58.5%
Bahagia
(umur 35-43 tahun) (Laki-Laki) (SMA) (1.500.001 – 2.000.000) (Keg. Pendukung)
35,8% 61,7% 48.1% 25.9% 51.9%
Sangat Bahagia
(umur 35-43 tahun) (Laki-Laki) (SMA) (1.500.001 – 2.500.000) (Keg. Wisata)
Sumber : Hasil Analisa, 2017
134

Berdasarkan Tabel 4.13 masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang paling
banyak berada pada kategori tidak bahagia terdapat pada kelompok umur 44-52 tahun,
perempuan, lulusan SD, pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja di sektor
kegiatan wisata. Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo
pada kelompok umur 44-52 tahun yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 69%
adalah perempuan, 69% lulusan SD, 50% memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000
dan 31% bekerja sebagai PKL. Masyarakat lokal yang berjenis kelamin perempuan di Desa
Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 33% berada pada
kelompok umur 44-52 , 55% lulusan SD, 52% memiliki pendapatan per kapita < Rp
1.000.000 dan 33% bekerja sebagai penjaga homestay serta 30% bekerja sebagai PKL.
Sedangkan untuk masyarakat lokal dengan lulusan SD yang berada pada kategori
tidak bahagia sebanyak 44% berada pada kelompok umur 44-52 , 68% perempuan, 64%
memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan 32% bekerja sebagai penjaga
homestay dan 28% bekerja sebagai PKL. Masyarakat lokal yang berpendapatan per kapita
< Rp 1.000.000 yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 29% berada pada
kelompok umur 35-43 dan 44-52, 58% perempuan, 52% lulusan SD dan 42% bekerja
sebagai penjaga homestay.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang berada pada
kategori tidak bahagia sebanyak 35% berada pada kelompok umur 44-52 tahun, 73%
perempuan, 60% lulusan SD, 68% memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan
30% bekerja sebagai penjaga homestay serta 25% bekerja sebagai PKL. Berdasarkan
penjabaran dari hasil survei 2016 tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat kecenderungan
masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia adalah
masyarakat lokal pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD, memiliki
pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL maupun penjaga
homestay. Berikut ini adalah Gambar 4.46 konstribusi kecukupan domain masyarakat
yang tidak bahagia pada kelompok masyarakat tersebut.
135

9% 2% 9% 5%
9%
23%
14% 25%

16%
5%
16%
11%
14%
16%
16% 0% 1% 9%
Konstribusi Kecukupan Domain Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal pada Kelompok Umur Masyarakat Lokal Perempuan yang
44-52 tahun yang Tidak Bahagia Tidak Bahagia

0%
6% 5% 10% 8%

11%
26% 19%
30%
13%
14%
6% 10%
18% 0% 9%
13%
2% Konstribusi Kecukupan Domain
Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Memiliki
Masyarakat Lokal Lulusan SD Pendapatan < Rp 1.000.000 yang
yang Tidak Bahagia Tidak Bahagia
Kesejahteraan
3% 0% 4% Psikologis
Kesehatan
21% 14% 15%
Pendidikan

33% Keragaman Budaya


14% 15%
10% Penggunaan Waktu

Tatanan Pemerintah
7% 10% 15%
7% Vitalitas Komunitas
21% 11%
0% 0% Keanekaragaman
Ekologi
Konstribusi Kecukupan Domain Konstribusi Kecukupan Domain Standar Hidup
PKL yang Tidak Bahagia Penjaga Homestay yang Tidak Bahagia

Gambar 4.46 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia
Sumber : Hasil Analisa, 2017
Berdasarkan Gambar 4.46, konstribusi kecukupan domain kesehatan dan tatanan
pemerintah cenderung tinggi dibandingkan dengan domain lainnya. Konstribusi kecukupan
domain keragaman budaya juga cukup tinggi namun, tergolong rendah pada masyarakat
bependapatan < Rp 1.000.000 yang tidak bahagia dan yang perempuan yang tidak bahagia.
Untuk konstribusi kecukupan domain vitalitas komunitas juga cukup tinggi namun,
tergolong rendah pada PKL yang tidak bahagia. Konstribusi kecukupan domain
136

keanekaragaman ekologi juga cukup tinggi namun cukup rendah pada perempuan yang
tidak bahagia.
Kecukupan domain pendidikan masyarakat pada kelompok umur 44-52 tahun,
lulusan SD dan penjaga homestay yang tidak bahagia tergolong rendah namun, pada
perempuan, masyarakat berpendapatan < Rp 1.000.000 serta PKL yang tidak bahagia
tergolong masih cukup tinggi. Sedangkan, kecukupan domain standar hidup pada PKL
yang tidak bahagia tergolong tinggi tetapi tergolong sangat rendah pada masyarakat
berpendapatan < Rp 1.000.000 serta penjaga homestay.
Sehingga, apabila dicermati maka masyarakat lokal yang tidak bahagia cenderung
memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada domain kesejahteraan
psikologis dan pengggunaan waktu dibandingkan dengan domain yang lainnya. Domain
kesejahteraan psikologis sendiri mencakup kepuasan hidup, emosi positif, emosi negatif
dan spiritualitas. Kepuasan hidup masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo tergolong
rendah pada keseimbangan kerja (Gambar 4.14). Hal tersebut juga berkaitan dengan
kecukupan domain penggunaan waktu yang rendah, masyarakat lokal yang bekerja PKL
memiliki jam kerja 7 – 12 jam dan penjaga homestay memiliki jam kerja 7 – 10 jam (Tabel
4.3), dimana jam kerja normal adalah 8 jam.
Tingginya jam kerja PKL juga dapat disebabkan oleh pekerjaan sampingan yang
umumnya juga merupakan petani atau peternak, dimana hasil pertanian dan peternakan
tersebut dikelola kemudian dipasarkan di sekitar obyek wisata. Desa Oro - Oro Ombo
sendiri memiliki dua paguyuban PKL yang terletak di sekitar BNS, dimana kondisinya
belum tertata dengan rapi dan masih sering ditemukan sampah-sampah yang berserakan.
Letak paguyuban PKL yang berdekatan dengan obyek wisata juga memungkinkan
menimbulkan adanya kebisingan dan keramaian.
Penjaga homestay sendiri bekerja memenuhi kebutuhan penginap atau
membersihkan homestay, sedangkan apabila homestay sedang kosong maka dipergunakan
untuk bekerja sampingan. Namun, homestay saat ini sangat diminati oleh wisatawan yang
sekedar beristirahat atau yang menghabiskan akhir pekan di Kota Batu. Homestay di Desa
Oro-Oro Ombo sendiri sebagian besar berada di dekat obyek wisata BNS yang dinilai
sangat strategis karena dapat mudah ditemukan oleh wisatawan. Namun, hal tersebut juga
berdampak pada adanya kemacetan, polusi dan kebisingan di lingkungan tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.13, masyarakat lokal yang paling banyak berada pada
kategori sangat bahagia terdapat pada kelompok umur 35-43 tahun, laki-laki, lulusan SMA,
pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan bekerja di sektor kegiatan wisata.
137

Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo pada kelompok
umur 35-43 tahun yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 66% adalah laki-
laki, 59% lulusan SMA, 38% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001 – Rp
2.500.000 dan 34% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket.
Masyarakat lokal yang berjenis kelamin laki-laki di Desa Oro-Oro Ombo yang
berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 44% berada pada kelompok umur 35-43
tahun , 60% lulusan SMA, 28% memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp
2.000.000 dan 26% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000 serta
20% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Sedangkan untuk masyarakat lokal
dengan lulusan SMA yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 44% berada pada
kelompok umur 35- 43 , 69% laki-laki, 31% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001
– Rp 2.500.000 dan 28% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket.
Masyarakat lokal yang berpendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000
yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 38% berada pada kelompok umur 44-
52 tahun dan 33% berada pada kelompok umur 35-43 tahun, 67% laki-laki, 43% lulusan
SMA dan 14% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket, 10% bekerja sebagai peternak,
10% bekerja sebagai pengelola warung/rumah makan, 10% bekerja sebagai pramuwisata
dan 10% bekerja sebagai pedagang di BNS.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang berada pada
kategori sangat bahagia sebanyak 29% berada pada kelompok umur 35-43 tahun dan
kelompok umur 26-34 tahun, 67 % laki-laki, 52% lulusan SMA, 33% memiliki pendapatan
per kapita Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000 dan 21% bekerja sebagai pengelola homestay,
dan 17% bekerja sebagai pengelola warung/rumah makan.
Berdasarkan penjabaran dari hasil survei 2016 tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat kecenderungan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada
kategori sangat bahagia adalah masyarakat lokal pada kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-
laki, lulusan SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan
bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Berikut ini adalah konstribusi kecukupan
domain masyarakat yang sangat bahagia pada kelompok masyarakat tersebut.
138

12% 10% 12% 10%

10% 14% 10% 12%

14% 11% 12% 11%

9% 12% 9% 12%
10% 12%

Konstribusi Kecukupan Domain Konstribusi Kecukupan Domain Laki-


Masyarakat Lokal Umur 35-43 yang Laki yang Sangat Bahagia
Sangat Bahagia

13% 11%
12% 11%
9% 12%
9% 13%

11% 12%
12%
12%
11% 11%
9%
11% 11%
11%
Konstribusi Kecukupan Domain
Konstribusi Kecukupan Domain Lulusan Masyarakat yang Berpendapatan
SMA yang Sangat Bahagia Rp 1.500.001 - Rp 2.500.000 yg
Sangat Bahagia

11% 13%
Kesejahteraan Psikologis
10% Kesehatan
13% Pendidikan
Keragaman Budaya
13% Penggunaan Waktu
10%
Tatanan Pemerintah
5% Vitalitas Komunitas
13% Keanekaragaman Ekologi
13%
Standar Hidup
Konstribusi Kecukupan Domain pada Pengelola Toko
yg Sangat Bahagia

Gambar 4.47 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisa, 2017
Berdasarkan Gambar 4.47, sembilan domain berkonstribusi pada kebahagiaan
masyarakat Desa Oro-Oro Ombo. Domain kesejahteraan psikologis, kesehatan,
pendidikan, keragaman budaya, penggunaan waktu, vitalitas komunitas dan standar hidup
memiliki konstribusi nilai yang relatif tinggi dibandingkan dengan domain lainnya. Untuk
domain keanekaragaman ekologi tergolong memiliki konstribusi yang rendah pada
139

masyarakat lokal lulusan SMA dan masyarakat lokal berpendapatan Rp 1.500.001 – Rp


2.500.000 yang sangat bahagia. Sedangkan, pada domain tatanan pemerintah memiliki
konstribusi yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan lainnya.
Dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo yang sangat bahagia
tidak membutuhkan konstribusi kecukupan yang tinggi pada domain tatanan pemerintah.
Domain tatanan pemerintah sendiri meliputi indikator kebebasan politik, partisipasi politik,
kinerja pemerintah dan penyediaan layanan. Berdasarkan pada penjabaran kecukupan
indikator diketahui bahwa persentase masyarakat lokal yang memenuhi kecukupan
indikator kebebasan politik, partisipasi politik, kinerja pemerintah dan penyediaan layanan
sudah tinggi (>50%). Namun, apabila dicermati lebih lanjut, persentase masyarakat lokal
yang merasa kinerja pemerintah khususnya pada bidang lingkungan dan budaya serta
penyediaan layanan khususnya pembuangan limbah masih tergolong rendah (<50%).

4.5 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaaan Kegiatan


Wisata
Berdasarkan hasil analisa tingkat kebahagiaan dengan menggunakan Gross
National Happiness Index (GNHI), dapat diketahui secara umum masyarakat lokal berada
pada kategori bahagia dengan adanya keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo
karena kedua kelompok masyarakat yaitu masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan yang bekerja di sektor kegiatan pendukung atau
luar wisata berada pada kategori sangat bahagia. Namun, masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Berikut ini
adalah penjabarannya.
1. 62% masyarakat lokal Dusun Gondorejo yang bekerja di sektor kegiatan wisata
berada pada kategori belum bahagia. Dusun Gondorejo merupakan dusun yang
memiliki wilayah paling kecil dibandingkan dengan dusun lainnya. Dusun
Gondorejo sendiri memiliki jarak terhadap pusat Kota Batu (3 Km) lebih dekat dan
memiliki akses jalan yang lebih mudah dibandingkan Dusun Dresel. Namun, Dusun
Dresel memiliki kelebihan pada kondisi geografisnya. Selain itu, di Dusun
Gondorejo belum terdapat obyek/atraksi wisata sehingga opportunity masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata lebih sedikit dibandingkan di Dusun
Krajan maupun Dusun Dresel.
140

Dusun Krajan merupakan pusat kegiatan dan pusat pemerintahan di Desa Oro-Oro
Ombo, selain itu juga terdapat obyek wisata Batu Night Spectacular (BNS)
sehingga banyak kegiatan wisata yang berkembang di lingkungan tersebut.
Demikian pula pada Dusun Dresel yang memiliki bentang alam dan geografis yang
dekat dengan hutan alam dan sumber mata air sehingga pengembangan wisata juga
pesat khususnya wisata alam yaitu Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar.
Dengan adanya pengembangan pariwisata pada Dusun Krajan dan Dusun Dresel
maka opportunity masyarakat lokal juga semakin besar.
2. 63% perempuan yang bekerja di sektor kegiatan wisata berada pada kategori belum
bahagia. Berdasarkan hasil survei 2016, perempuan yang bekerja di sektor kegiatan
wisata umumnya bekerja sebagai PKL, pengelola/pegawai warung,
pengelola/pegawai catering dan pengelola/penjaga homestay. Perempuan yang
belum bahagia memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada
penggunaan waktu dan keragaman budaya. Pengunaan jam kerja perempuan yang
banyak dapat disebabkan oleh adanya pekerjaan sampingan atau yang juga bertugas
menjadi ibu rumah tangga (IRT).
3. Adanya pembagian kerja pada sektor kegiatan wisata yang ditentukan oleh
POKDARWIS berdasarkan kualifikasi pendidikan sehingga masyarakat lokal yang
memiliki tingkat pendidikan minimal lulusan SMA lebih banyak memiliki
kesempatan kerja pada bidang yang lebih baik dan mampu membawa kesejahteraan
bagi pekerjanya. Namun, masyarakat lokal lebih banyak yang merupakan lulusan
TK, SD dan SMP (Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016). Berdasarkan hasil survei
2016, masyarakat lokal tidak tamat SD yang bekerja pada sektor kegiatan wisata
umumnya memiliki pekerjaan sebagai tukang parkir, PKL dan penjaga homestay.
Sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata tidak terikat oleh adanya peraturan tersebut. Hal tersebut terlihat dari adanya
perbandingan yang signifikan antara indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang
tidak tamat SD, lulusan SD dan lulusan SMP pada kedua kelompok.
4. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut jenis pekerjaan , indeks
kebahagiaan yang paling tinggi dimiliki masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pramuwisata, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) , petugas keamanan dan
perangkat desa dengan nilai indeks kebahagiaan 1, dapat dikatakan masyarakat
lokal yang memiliki pekerjaan tersebut 100% berada pada kategori bahagia.
Sedangkan yang indeks kebahagiaan terendah adalah masyarakat lokal yang
141

bekerja sebagai tukang parkir, PKL, tukang ojek dan petani atau yang bekerja pada
sektor informal. Masyarakat lokal yang bekerja pada sektor formal atau berkaitan
langsung dengan pariwisata lebih banyak memiliki opportunity dibandingkan
dengan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor informal atau bekerja di bagian
kecil dari obyek wisata.
Lebih lanjut menggunakan analisis crosstabs, dapat diketahui bahwa terdapat
adanya hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender, tingkat
pendidikan, pendapatan dan jenis pekerjaan di Desa Oro-Oro Ombo.
1. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia
cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD, memiliki
pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL maupun penjaga
homestay. Kelompok masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia
cenderung memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada domain
kesejahteraan psikologis dan pengggunaan waktu dibandingkan dengan domain
yang lainnya.
2. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori sangat bahagia
cenderung pada masyarakat lokal kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-laki, lulusan
SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan bekerja
sebagai pengelola toko/minimarket. Kelompok masyarakat yang berada pada
kategori sangat bahagia memiliki konstribusi kecukupan domain yang tinggi pada
domain kesejahteraan psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya,
penggunaan waktu, vitalitas komunitas dan standar hidup.
4.6 Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil analisa indeks kebahagiaan menggunakan Gross National
Happiness Index dan hubungan tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial, demografis dan
ekonomi dapat diketahui bahwa masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada
pada kategori tidak bahagia cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan,
lulusan SD, memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay. Berikut ini adalah Tabel 4.14 rekomendasi untuk masyarakat
lokal yang berada pada kategori tidak bahagia yang didasarkan pada kecukupan indikator
dan variabel nya.
142

Tabel 4.14 Konstribusi Kecukupan Indikator dan Variabel pada Masyarakat Lokal yang berada pada Kategori Tidak Bahagia dan Rekomendasi
Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
 Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo
di setiap dusun telah tersedia yaitu  Meningkatkan kualitas fasilitas
posyandu, serta polindes, rumah bersalin dan kesehatan secara bertahap
Kesehatan
(cukup puas-sangat tidak puas) (40%)
rumah berobat di Dusun Krajan  Pengembangan kawasan rumah sakit di
 Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda
rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu 2012-2017)
(Hasil Survei,2016)
 Masih terdapat masyarakat lokal yang
bekerja pada bagian kecil dari kegiatan
wisata
 Penataan PKL di sekitar obyek wisata
 Masyarakat yang bekerja dengan cukup
BNS
banyak waktu namun tidak berbanding lurus
 Penyelenggaraan pelatihan dan
dengan gaji/pendapatan yang diperoleh
pembinaan secara kontinuitas terhadap
(PKL, tukang ojek, petani)
masyarakat untuk berpartisipasi dalam
Pekerjaan  Pekerja yang tidak memiliki tempat tetap
pengembangan obyek dan daya tarik
atau berpindah-pindah sehingga
(cukup puas- sangat tidak puas) (70%) wisata
penghasilannya tidak menentu (PKL)
Kesejahteraan
Kepuasan Hidup (8%)  Pengembangan potensi kegiatan wisata
(Hasil Survei,2016)
Psikologis (8%) di Dusun Gondorejo khususnya pada jasa
 Dusun Gondorejo belum memililki
perjalanan wisata, informasi wisata dan
obyek/atraksi wisata sehingga opportunity
pramuwisata yang belum banyak terdapat
masyarakat lokal yang bekerja di sektor
di Desa Oro-Oro Ombo
kegiatan wisata lebih sedikit dibandingkan
di Dusun Krajan maupun Dusun Dresel
(Hasil Analisis,2016)
Hubungan keluarga
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 83%
(cukup puas-sangat tidak puas) (17%)
 Sebanyak 98% masy. yang tidak bahagia  Penyediaan rumah sederhana layak huni
memiliki pendapatan < 2.000.001, 38% bagi masyarakat kurang mampu (RPJMD
tinggal di tempat tinggal bukan milik Kota Batu 2012-2017)
Standar hidup
sendiri dan 80% tinggal di rumah dengan  Memberikan bantuan sosial untuk
konstruksi semi permanen/non permanen. pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
(cukup puas-sangat tidak puas) (90%)
(Hasil Survei,2016) RTM melalui kelompok usaha bersama
 Standar hidup layak meliputi kebutuhan (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi
pangan dan non pangan yang harus sejenis lainnya
dipenuhi (BPS, 2010) dimana biaya  Penyediaan layanan serta akses fasilitas
143

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
konsumsi yang dibutuhkan masyarakat sarana-prasarana khususnya bagi
semakin tinggi, sehingga sebagian besar masyarakat yang kurang mampu
pendapatan hanya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan
 Masih terdapat masyarakat lokal di Desa
Oro-Oro Ombo yang masuk dalam kategori
Rumah Tangga Miskin (RTM) (RPJM Desa
2016-2021)
 Penetapan jam kerja normal yaitu kurang
lebih 8 jam sehingga memiliki waktu
Masih terdapat masyarakat yang bekerja
yang cukup untuk beristirahat
Keseimbangan kerja sampingan sehingga jam kerja melebihi jam
(cukup puas-sangat tidak puas) (66%) kerja normal (>8 jam)  Menetapkan spesifikasi
(Hasil Survei,2016) pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga
tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih
Perasaan Empati Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan empati sudah tinggi
(jarang – tidak pernah) (18%) yaitu 82%
Perasaan Murah Hati Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan murah hati sudah tinggi
(jarang – tidak pernah) (32%) yaitu 68%
Emosi Positif (66%) Perasaan Memaafkan Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan memaafkan sudah
(jarang – tidak pernah) (18%) tinggi yaitu 82%
Perasaan Puas / bersyukur Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan puas/bersyukur sudah
(jarang – tidak pernah) (26%) tinggi yaitu 74%
Perasaan Tenang Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan tenang sudah tinggi
(jarang – tidak pernah) (36%) yaitu 64%
Perasaan Egois
(kadang – sering) (30%)
Perasaan Cemburu
(kadang – sering) (20%)
Emosi Negatif (662%)
Perasaan Marah
(kadang – sering) (26%)
Perasaan Takut
(kadang – sering) (34%)
144

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
Perasaan Khawatir
(kadang – sering) (46%)
Berdoa/mengakui dosa  Mengoptimalkan peran lembaga sosial
(jarang – tidak pernah) (8%) keagamaan yang berada di Desa Oro-
Ibadah sesuai syariat Oro Ombo, untuk meningkatkan
 Kegiatan keagamaan di Desa Oro-Oro
(jarang – tidak pernah) (18%) pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
Ombo intensitasnya semakin berkurang
keagamaan
Keikutsertaan kegiatan rohani (Hasil Wawancara, 2017)
Spiritualitas (50%)  Menyediakan dan meningkatkan kualitas
(jarang – tidak pernah) (48%)  Fasilitas peribadatan membutuhkan
fasilitas kegiatan keagamaan
renovasi (RPJM Desa Oro-Oro Ombo
 Meningkatkan pengembangan agama
2015-2021)
Gambaran diri dalam hal spiritual melalui organisasi budaya yang telah
(kurang - tidak) (20%) ada di Desa Oro-Oro Ombo (terbang
jidor dan khadrah)
Kesehatan Diri (54%)
Kondisi kesehatan 1 bulan terakhir  Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo
(cukup baik –sangat tidak baik) (46%) di setiap dusun telah tersedia yaitu
posyandu, namun polindes, rumah bersalin
 Meningkatkan kualitas fasilitas
dan rumah berobat masih terpusat di Dusun
kesehatan secara bertahap
Jumlah hari sehat selama 1 bulan terakhir Krajan
Kesehatan (25%) Kesehatan Sehari-hari (66%)  Pengembangan kawasan rumah sakit di
(< 21 hari) (46%)  Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan
Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda
rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo
Kota Batu 2012-2017)
(Hasil Survei,2016)
Persentase masyarakat yang memenuhi
Tidak Difabel (100%) Difabel (0%)
kecukupan variabel tidak difabel sudah tinggi
Tidak mampu membaca dan menulis / buta Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel keaksaraan sudah tinggi yaitu
Keaksaraan (76%)
huruf (24%) 76%
 Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo
paling banyak merupakan lulusan SD/MI
(24,9%)  Menyediakan program pendidikan kejar
(Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016) paket A, B, C, D beserta pelatihan dasar
Pendidikan (11%) Tidak tamat pendidikan wajib belajar 12  Masih tingginya angka putus sekolah, tenaga kerja
Kualifikasi Pendidikan (26%)
tahun (74%)  Angka meneruskan sekolah masih rendah  Mengembangkan lembaga pendidikan
 Ketidakmampuan dari faktor ekonomi berbasis pariwisata seperti SMK
 Rendahnya kesadaran akan pentingnya pariwisata
pendidikan
(RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2016-2021)
Pengetahuan (38%) Pengetahuan sejarah lokal dan nasional  Organisasasi seni budaya lebih banyak  Pembangunan gedung kesenian dan
145

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
(cukup baik-sangat tidak baik) (56%) diminati masyarakat lokal yang berusia lanjut teater di Desa Oro-Oro Ombo guna
dan kurang diminati oleh kaum remaja menarik minat masyarakat lokal dalam
 Masih minimnya sarana prasarana kegiatan mengembangkan kesenian dan
budaya kebudayaan lokal daerah
 Perkembangan wisata membawa dampak  Mengoptimalkan dan menambahkan
pada perubahan teknologi dimana perubahan sarana dan prasarana pada kegiatan
Pengetahuan lagu tradisional dan nasional
teknologi lebih cepat dibanding perubahan budaya yang telah ada seperti terbang
(cukup baik-sangat tidak baik) (66%)
budaya dan kepercayaan (Goode, 2007) jidor,khadrah, drum band, reog, kuda
sehingga memungkinkan untuk diadaptasi lumping dll sehingga menarik minat
dan diterapkan masyarakat kaum remaja dan dapat dijadikan wadah
untuk mempelajari pengetahuan
mnegenai sejarah maupun lagu lokal
Meningkatkan kemudahan akses data dan
informasi tentang pemerintahan Desa Oro-
Pengetahuan tatanan pemerintah Data dan informasi pemerintahan yang masih
Oro Ombo yang valid dapat diletakkan
(cukup baik-sangat tidak baik) (48%) sulit untuk diakses
pada papan pengumuman desa, dibentuk
brosur/leaflet maupun di website
Persepsi mengenai tindak pembunuhan Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tindak
(kadang benar) (8%) pembunuhan sudah tinggi yaitu 92%
Persepsi mengenai tindak pencurian Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tidank
(kadang benar) (10%) pencurian sudah tinggi 90%
Adanya kontak dengan budaya lain dapat
menimbulkan adanya toleransi dalam
Norma (60%) perbuatan menyimpang, salah satunya yaitu Meningkatkan kapasitas SDM masyarakat
Persepsi mengenai tindak kebohongan
sikap saling membohongi yang biasanya lokal melalui pelatihan dan sosialisasi
(kadang benar) (38%)
dilakukan masyarakat dengan wisatawan sebagai tuan rumah dalam kegiatan wisata
akibat tidak terdapat adanya hubungan yang
mendalam (Nasir, 2014)
Persepsi mengenai tindak pelecehan seksual Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tindak
(kadang benar) (0%) pelecehan seksual sudah tinggi yaitu 100%)
Kefasihan dalam berbahasa Indonesia (cukup Masyarakat lokal masih banyak yang Meningkatkan kapasitas masyarakat
Bahasa (28%)
baik-sangat tidak baik) (72%) menggunakan bahasa daerah atau bahasa Jawa melalui peran lembaga sosial
Keragaman Partsipasi dalam kegiatan sosial-budaya 1  Organisasasi seni budaya lebih banyak  Pembangunan gedung kesenian dan
Partisipasi Budaya (40%)
Budaya (8%) bulan terakhir (jarang-tidak pernah) (60%) diminati masyarakat lokal yang berusia teater di Desa Oro-Oro Ombo guna
Keahlian dalam keterampilan seni lanjut dan kurang diminati oleh kaum menarik minat masyarakat lokal dalam
Keterampilan Seni (22%)
(cukup baik-sangat tidak baik) (78%) remaja mengembangkan kesenian dan
146

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
 Sarana dan prasarana seni dan budaya kebudayaan lokal daerah
belum memadai  Mengembangkan wisata budaya di Desa
Oro-Oro Ombo yaitu makam pesarehan
leluhur desa maupun melalui kegiatan
budaya (bantengan, reog, karawitan)
 Mengoptimalkan dan menambahkan
sarana dan prasarana pada kegiatan
budaya yang telah ada seperti terbang
jidor,khadrah, drum band, reog, kuda
lumping dll sehingga menarik minat
kaum remaja dan dapat dijadikan wadah
untuk mempelajari pengetahuan
mnegenai sejarah maupun lagu lokal
Jam Kerja (6%)
Lama waktu kerja diatas jam kerja normal (>  Penetapan jam kerja normal yaitu kurang
8 jam) (94%) lebih 8 jam sehingga memiliki waktu
Masih terdapat masyarakat yang bekerja
yang cukup untuk beristirahat
Penggunaan sampingan sehingga jam kerja melebihi jam
Lama waktu tidur / istirahat kurang dari jam  Menetapkan spesifikasi
Waktu (1%) kerja normal (>8 jam)
Jam Tidur (4%) tidur/istirahat normal pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga
(Hasil Survei,2016)
(<8 jam) (96%) tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih
POKDARWIS sebagai lembaga pengatur Membentuk forum diskusi publik maupun
Kebebasan berbicara dan berpendapat kegiatan wisata biasanya mengambil beberapa musyawarah pada tingkat RT/RW, dusun,
(cukup memiliki-sangat tidak memiliki) perwakilan (2-3 orang) saja dari kelompok- Desa secara kontinu dengan harapan dapat
(54%) kelompok masyarakat dalam perencanaan menjaring aspirasi dari seluruh lapisan
wisata masyarakat
Hak untuk memilih
(cukup memiliki-sangat tidak memiliki) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 86%
Tatanan (14%)
Kebebasan Politik (12%)
Pemerintah (15%)  Rendahnya partisipasi masyarakat pada
kegiatan politik
 Tingkat pendidikan politik masyarakat
Hak untuk bergabung dengan partai politik
yang masih rendah Pembentukan dan pengembangan lembaga
pilihan (cukup memiliki-sangat tidak
memiliki) (66%)  Kurangnya peran serta dan fungsi pembinaan politik di Desa Oro-Oro Ombo
lembaga-lembaga sosial dan politik
masyarakat dalam rangka meningkatkan
harmonisasi dan demokratisasi
147

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
(Renstra Kota Batu 2012-2017)
Hak untuk membentuk asosia atau menjadi Mempertahankan dan meningkatkan
Persentase masyarakat yang memenuhi
anggota asosiasi (cukup memiliki-sangat tidak partisipasi masyarakat dalam membentuk
kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 76%
memiliki) (24%) asosiasi maupun menjadi anggota asosiasi
Hak untuk akses dan bergabung dlm layanan Persentase masyarakat yang memenuhi Mempertahankan dan meningkatkan akses
publik (memiliki-sangat memiliki) (12%) kecukupan sudah tinggi yaitu 88% dan layanan publik untuk masyarakat
 Melakukan diversifikasi produk
pariwisata secara bertahap sesuai
Karakteristik masyarakat desa yang cenderung
tuntutan pasar wisatawan agar
homogen dalam pekerjaan, dimana kegiatan
Hak untuk upah yg sama untuk pekerjaan mengurangi persaingan dalam usaha
wisata yang mendominasi adalah jasa
yang sama nilainya (cukup memiliki-sangat
akomodasi (64%) dan penyediaan jasa  Mengidentifikasi dan mengembangkan
tidak memiliki) (74%) potensi kegiatan wisata khususnya pada
makanan dan minuman (21%) sehingga
jasa perjalanan wisata, informasi wisata
persaingan kerja juga tinggi
dan pramuwisata yang belum banyak
terdapat di Desa Oro-Oro Ombo
Kebebasan diskrimasi (cukup memiliki-sangat
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi
tidak memiliki) (24%)
Keikutsertaan voting
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 88%
(jarang – tidak pernah) (12%)
Partisipasi Politik (78%)
Keikutsertaan pertemuan masyarakat
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 60%
(jarang – tidak pernah) (40%)
 Masih terdapat 19,7% masyarakat yang
belum bekerja atau menganggur
Meningkatkan pelatihan dan pembinaan
 Pihak penanam modal/investor telah secara kontinuitas terhadap masyarakat
Kinerja pada bidang tenaga kerja diwajibkan untuk mengambil tenaga kerja
dalam pengembangan obyek dan daya tarik
(cukup baik-sangat tidak baik) (70%) dari masyarakat lokal namun, unsur wisata
keterampilan dan kualifikasi pendidikan
masyarakat masih banyak yang belum
Kinerja Pemerintah (12%) memenuhi
Kinerja pada bidang kesetaraan
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 76%
(cukup baik-sangat tidak baik) (24%)
 Rendahnya SDM pemerintah Desa yang
berdampak pada penguasaan dan  Meningkatkan kualitas SDM dengan
Kinerja pada bidang pariwisata
pemahaman hukum sehingga menyebabkan program pelatihan dan penyuluhan, serta
(cukup baik-sangat tidak baik) (78%)
adanya kegagalan dalam pembuatan produk memberikan sertifikasi komptensi
serta langkah hukum yang berhubungan kerja/sertifikasi profesi kepada
148

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
kerjasama pihak ketiga (investor masih masyarakat yang berperan dalam
enjadi pemegang keuntungan terbesar dari pariwisata
potensi wisata desa)  Membentuk forum diskusi publik
(RPJM Desa 2015-2021) maupun musyawarah pada tingkat
 Penyuluhan pariwisata oleh POKDARWIS RT/RW, dusun, Desa secara kontinu
hanya dilaksanakan pada perwakilan dengan harapan dapat menjaring aspirasi
kelompok saja dari seluruh lapisan masyarakat
 Tidak semua kelompok masyarakat  Mengidentifikasi dan mengembangkan
tergabung pada paguyuban (tukang ojek, potensi kegiatan wisata khususnya pada
warung/ rumah makan) jasa perjalanan wisata, informasi wisata
 Masih minimnya keberadaan pusat informasi dan pramuwisata yang belum banyak
pariwisata terdapat di Desa Oro-Oro Ombo
 Merumuskan konsep dan regulasi
pengembangan pariwisata (PERDA)
dengan mempertimbangkan berbagai
aspek khususnya kelestarian lingkungan
 Belum terdapat adanya pengolahan sampah,
dan keberlanjutan, mengingat Desa Oro-
minimnya fasilitas kebersihan
Oro Ombo juga memiliki banyak potensi
 Sarana prasarana budaya yang kurang alam
Kinerja pada bidang lingkungan budaya
memadai
(cukup baik-sangat tidak baik) (76%)  Pembangunan gedung kesenian dan
 Belum adanya kemitraan dengan swasta
teater di Desa Oro-Oro Ombo guna
berkaitan untuk pengelolaan sampah demi
menarik minat masyarakat lokal dalam
menjamin kebersihan
mengembangkan kesenian dan
kebudayaan lokal daerah
 Menjalin kemitraan dengan investor
berkaitan dengan pengelolaan sampah
 Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo
di setiap dusun telah tersedia yaitu
 Meningkatkan kualitas fasilitas
posyandu, namun polindes, rumah bersalin
kesehatan secara bertahap
Pelayanan kesehatan dan rumah berobat masih terpusat di Dusun
(cukup baik-sangat tidak baik) (32%) Krajan  Pengembangan kawasan rumah sakit di
Penyediaan Layanan (46%) Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda
 Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan
Kota Batu 2012-2017)
rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo
(Hasil Survei,2016)
Pelayanan pembuangan limbah  Minimnya fasilitas pengolahan limbah  Mengembangkan infrastruktur
(cukup baik-sangat tidak baik) (78%) komunal pengolahan air limbah komunal dan
149

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
 Minimnya fasilitas kebersihan yang berupa fasilitas penyehatan lingkungan
tempat sampah di setiap ruas jalan permukiman
 Merealisasikan rancangan program
POKDARWIS terkait pengelolaan
sampah
 Mengembangkan infrastruktur
pengelolaan persampahan.
 Mempertahankan dan meningkatkan
pelayanan akses listrik dan pasokan air
Pelayanan akses listrik dan pasokan air Persentase masyarakat yang memenuhi  Menyediakan PJU pada beberapa titik
(cukup baik-sangat tidak baik) (18%) kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 82% jalan yang masih gelap dan kurang aman
untuk pengendara maupun masyarakat
pada malam hari
 Fasilitas keamanan masih kurang merata
 Masih terdapat beberapa tempat yang belum  Pemerataan fasilitas keamanan
Tindak kejahatan di lingkungan sekitar
memiliki PJU  Meningkatkan partisipasi petugas
Keamanan (46%)
(kadang-sering) (54%)  Petugas keamanan (LINMAS) Desa Oro-Oro keamanan (LINMAS) dan masyarakat
Ombo masih kurang aktif ikut serta dalam Desa Oro-Oro Ombo untuk ikut serta
kegiatan wisata dalam kegiatan wisata
(RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015-2021)
Vitalitas
Keakraban dan kenyamanan dengan keluarga
Komunitas (15%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
(cukup kuat – sangat tidak kuat) (28%)
Hubungan Keluarga (72%)
Kepercayaan dengan keluarga
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
(cukup kuat – sangat tidak kuat (28%)
Keakraban dan kenyamanan dengan masy.
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 78%
(cukup kuat – sangat tidak kuat) (22%)
Hubungan Masyarakat (74%)
Kepercayaan dengan masy.
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
(cukup kuat – sangat tidak kuat (28%)
Kondisi kualitas air tidak baik (berasa,
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 98%
berwarna, berbau) (2%)
 Minimnya fasilitas kebersihan, tidak  Pengembangan kegiatan pelayanan dan
Keanekaragaman terdapat adanya berupa tempat sampah di pengolahan persampahan yang dapat
Polusi (34%)
Ekologis (9%) Kondisi kualitas udara tidak baik (berpolusi, setiap ruas jalan setiap sampah berserakan dilakukan dengan melakukan kemitraan
bising) (62%) dan menimnulkan bau tidak sedap dengan pihak investor atau swasta
khususnya disekitar area wisata  Penyediaan dan penambahan jumlah
 Dengan meningkatnya kebutuhan lahan tempat sampah khususnya di jalan-jalan
150

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
parkir, maka terdapat kendaraan yang masih utama menuju lokais wisata
menggunakan badan jalan sekitar obyek  Penataan lahan parkir yang jelas dan
wisata untuk parkir yang dapat tegas
mengakibatkan kemacetan dan kebisingan
serta polusi
(Hasil Survei,2016)
Kondisi kualitas tanah tidak baik (6%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 94%
 Mengembangkan pengelolaan usaha
pariwisata yang peduli terhadap
lingkungan
 Kesadaran dan pemahaman pelaku usaha
 Meningkatkan kesadaran pelaku usaha
wisata maupun masyarakat untuk menjaga
pariwisata terhadap kelestariaan
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
lingkungan
masih cukup lemah hal tersebut terlihat dari
 Menetapkan peraturan sanksi/denda bagi
Tanggung jawab pada lingkungan (cukup banyaknya sampah yang berserakan
Tanggung Jawab terhadap masyarakat atau pelaku usaha wisata
bertanggung jawab-sangat tidak bertanggung khususnya pada sekitar obyek/kegiatan
Lingkungan (22%) yang menimbulkan
jawab) (78%) wisata
kerusakan/pencemaran pada lingkungan
 Belum ada peraturan sanksi terhadap
(denda bagi yang membuang sampah
ketidakpatuhan pelaku usaha terhadap
sembarangan)
kelestariaan lingkungan
(Hasil Survei,2016)  Meningkatkan kegiatan wisata alam
sekaligus menanamkan gerakan untuk
cinta alam dan menciptakan tanggung
jawab pada lingkungan sekitar
 Meningkatkan kesadaran dan kepekaan
pelaku usaha pariwisata maupun
masyarakat terhadap permasalahan
Perhatiaan terhadap isu-isu perkotaan seperti
Kepekaan dan kesadaran masyarakat terhadap perkotaan yang terjadi di lingkungan
kemacetan, RTH tidak memadai, polusi dsb
Isu Perkotaan (38%) isu-isu atau permasalahan perkotaan yang ada sekitarnya
(cukup memperhatikan – sangat tidak
memperhatikan) (62%)
di lingkungan sekitar masih lemah  Meningkatkan kegiatan wisata alam
sekaligus menanamkan gerakan untuk
cinta alam dan menciptakan kepekaan
pada permsalahan di lingkungan sekitar
 POKDARWIS sebagai lembaga yg  Meningkatkan kapasitas masyarakat
Standar Hidup mengatur kegiatan wisata di Desa Oro-Oro melalui program pemberdayaan di
Pendapatan (2%) Pendapatan < 2.000.001 (98%)
(6%) Ombo memiliki persyaratan dalam bidang pariwisata
perekrutan tenaga kerja yang disesuaikan  Mengalokasikan anggaran pemerintah
151

Konstribusi
Persentase yang memenuhi
Kecukupan Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kecukupan Indikator
Domain
dengan kemampuan, keterampilan dan untuk mengembangkan obyek dan daya
tingkat pendidikan, namun masih banyak tarik wisata yang berbasis masyarakat
masy. yang hanya lulusan SD/MI sehingga khususnya pada potensi Desa Oro-Oro
bekerja pada bagian kecil dari kegiatan Ombo di wisata alam yaitu wisata
wisata Coban Rais dan wisata budaya
 Masyarakat yang bekerja dengan cukup  Membentuk bantuan sosial untuk
banyak waktu namun tidak berbanding lurus pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
dengan gaji/pendapatan yang diperoleh RTM melalui kelompok usaha bersama
(PKL, tukang ojek, petani) (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi
 Pekerja yang tidak memiliki tempat tetap sejenis lainnya
atau berpindah-pindah sehingga  Meningkatkan kapasitas SDM
penghasilannya tidak menentu (PKL) masyarakat lokal melalui pelatihan dan
(Hasil Survei,2016) sosialisasi
 Masih terdapat masyarakat lokal di Desa
Oro-Oro Ombo yang masuk dalam kategori
Rumah Tangga Miskin (RTM) (RPJM Desa
2016-2021)
 Iklim persaingan usaha/kerja yang semakin
meningkat
Tidak memiliki kepemilikan asset
Asset (62%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 62%
(rumah/tanah) (38%)
Tempat tinggal bukan milik sendiri/pribadi
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 62%
(38%)
Konstruksi rumah semi atau non permanen Standar hidup layak meliputi kebutuhan
(80%) pangan dan non pangan yang harus dipenuhi
Kualitas Rumah (5%) Tidak terdapat MCK permanen (66%) (BPS, 2010) dimana biaya konsumsi yang  Penyediaan rumah sederhana layak huni
dibutuhkan masyarakat semakin tinggi, bagi masyarakat kurang mampu (RPJMD
sehingga sebagian besar pendapatan hanya Kota Batu 2012-2017)
Rasio jumlah kamar > 1-2 org/kamar (88%)
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pangan
Sumber : Hasil Analisa, 2017
152

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai “Penilaian Tingkat Kebahagiaan
Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo” menggunakan
Gross National Happiness Index, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dikatakan masyarakat lokal berada pada kategori bahagia
dengan adanya keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo karena kedua
kelompok masyarakat yaitu masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan yang bekerja di sektor kegiatan
pendukung atau luar wisata berada pada kategori sangat bahagia.
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata lebih tinggi dibandingkan dengan yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
Nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata adalah 0,77 sedangkan nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 0,68. Nilai indeks kebahagiaan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang lebih
tinggi disebabkan oleh persentase masyarakat yang bahagia (HH) dan persentase
domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada masyarakat belum
bahagia (As) lebih banyak dimiliki masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata.
a. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro
Ombo memiliki indeks kebahagiaan 0,68 (kategori bahagia) dengan persentase
masyarakat yang belum bahagia (Hn) masih cukup banyak yaitu 49% dan
persentase domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada masyarakat
belum bahagia (As) sebesar 36%. Konstribusi kecukupan domain tertinggi
adalah kesehatan (15,1%) dan terendah adalah keanekaragaman ekologi (8,2%)
serta penggunaan waktu (8%).

153
154

b. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo memiliki indeks kebahagiaan 0,77 (kategori sangat bahagia).
dengan persentase masyarakat yang belum bahagia (Hn) juga masih cukup
banyak yaitu 42% dengan persentase domain yang memenuhi ambang batas
kebahagiaan pada masyarakat belum bahagia (As) sebesar 44%. Konstribusi
kecukupan domain tertinggi adalah kesehatan (15,1%) dan terendah adalah
keanekaragaman ekologi (8,4%).
2. Berdasarkan hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat menggunakan analisis crosstab dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Terdapat hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender,
pendidikan, pendapatan dan pekerjaan
b. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak
bahagia cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD,
memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay. Kelompok masyarakat yang berada pada kategori
tidak bahagia cenderung memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah
pada domain kesejahteraan psikologis, pengggunaan waktu dan standar hidup.
c. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori sangat
bahagia cenderung pada masyarakat lokal kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-
laki, lulusan SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp
2.500.000 dan bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Kelompok
masyarakat yang berada pada kategori sangat bahagia cenderung memiliki
konstribusi kecukupan domain yang tinggi pada domain kesejahteraan
psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya, penggunaan waktu,
vitalitas komunitas dan standar hidup.

5.2 Saran dan Keterbatasan Penelitian


Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah Desa Oro-Oro Ombo untuk mempertahankan dan meningkatkan
tingkat kebahagiaan masyarakat lokal melalui peningkatan pada persentase
kecukupan indikator yang masih rendah khususnya pada masyarakat yang berada
pada kategori tidak bahagia antara lain yaitu:
155

a. Peningkatan kecukupan indikator pendapatan (2%), melalui peningkatkan


kapasitas masyarakat melalui program pemberdayaan, pelatihan dan sosialisasi
di bidang pariwisata, pembentukan bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat rumah tangga miskin (RTM) melalui kelompok usaha
bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya.
b. Peningkatan kecukupan indikator jam tidur (4%) dan jam kerja (6%), melalui
penetapan jam kerja normal yaitu kurang lebih 8 jam sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk beristirahat dan penetapan spesifikasi
pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih.
c. Peningkatan kecukupan indikator kepuasan hidup (8%), melalui penyediaan
rumah sederhana layak huni dan layanan akses fasilitas sarana dan prasarana
khususnya pada masyarakat yang kurang mampu.
2. Bagi pemerintah Kota Batu, hasil penelitian dapat menjadi acuan pertimbangan
dalam merumuskan kebijakan maupun program pembangunan yang bertujuan
untuk pengembangan pariwisata serta peningkatan kesejahteraan secara efektif di
Kota Batu.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada penggunaan indikator yang bersifat
subyektif (emosi positif, emosi negatif), dimana untuk penelitian selanjutnya dalam
melakukan pengukuran indikator subyektif diperlukan adanya observasi lebih
mendalam dengan jangka waktu kurang lebih satu tahun sehingga didapatkan hasil
yang lebih valid dan akurat.
4. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan faktor-faktor yang paling memengaruhi
tingkat kebahagiaan khususnya pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung wisata di Desa Oro-Oro Ombo dimana berdasarkan hasil penelitian
didapatkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung wisata memiliki
nilai indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat ukur kesejahteraan masyarakat lokal
yang lain yaitu menggunakan analisis Quality of Life (QOL) sebagai penguat hasi
penelitian atau membandingkan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo (BNS) dengan masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Sisir (Jatim Park 2).
156

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


DAFTAR PUSTAKA

BPS Jawa Timur. 2015. Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014. Berita Resmi
Statistik Provinsi Jawa Timur No.15/02/35/Th.XIII, 5 Februari 2015.
BPS Kota Batu. 2015. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2014.
Cahyat, Gonner & Haug. 2007. Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga.
Bogor. Centre for Intrenational Forestry Research (CIFOR).
Goode, W. J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Jumarani,L. 2009. The Essence of Indonesian Spa : Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali.
Jakarta : Gramedia Pustaka.
Kementerian Pariwisata. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata
Tahun 2015. Jakarta. Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementerian
Pariwisata.
Maslow, Abraham. 2003. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : Midas Surya Grafindo.
Nasution. 2004. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat. 2013. Happiness :
Towards a New Development Paradigm. Report of The Kingdom of Bhutan.
Nuryaman & Christina. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis Teori dan
Praktek. Bogor : Ghalia Indonesia.
Papalia, D.E., Old,S.W., Feldman. 2001. Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba
Humanika.
Pendit. N. S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta : Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede & Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset : Yogyakarta.
Salah W, L.J Crampon & L.M. Roth Field. 1997. Tourism Management. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Sammeng, A. M.. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta : Balai Pustaka
Soekanto, S. 2006. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Spillane, J.J.1989. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Kebudayaan. Yogyakarta :
Kanisius
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung : Alfabeta.
Suwantoro, G.1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Suwardjoko & Warpani. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. ITB Bandung.
Taneko S. B. 1984. Struktur dan Proses Sosial : Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan.
Jakarta : CV. Rajawali.
Ura, Alkire, Zangmo & Wangdi. 2012. An Extensive Analysis of GNH Index.
Thimphu,Bhutan. The Centre for Bhutan Studies.
Veenhoven, R. 2004. Happiness As An Aim in Public Policy. Hoboken, USA. John Wiley
and Sons, Inc.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Wibowo, Lili A. 2008. Modul - Usaha Jasa Pariwisata (disajikan pada Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang keahlian Manajemen Bisnis). Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Perundang-undangan
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran
Usaha Jasa Perjalanan Wisata
Profil Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu tahun 2016
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Batu tahun 2014 - 2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Oro-Oro Ombo tahun 2015 - 2021
Rencana Strategis (Renstra) Kota Batu tahun 2012 - 2017
Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu Tahun 2010 - 2030
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Jurnal
Aref, Fariborz. 2011. Jurnal - The Effects of Tourism on Quality of Life : A Case Study of
Shiraz Iran. Life Science Journal Volume 8 No.2.
Ashley C. 2000. Jurnal - The Impacts of Tourism on Rural Livelihoods: Namibia’s
Experience. Overseas Development Institute (ODI), Working Paper 128. London:
ODI.
Dayana, Surjono & Sutikno. 2015. Jurnal - Pengukuran Kinerja Pembangunan Perdesaan
dengan Pendekatan Gross National Happiness Index (Studi Kasus : Kecamatan
Donomulyo dan Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang). Malang. Planning for
Urban Region and Environment (PURE) Volume 4 No.4.
Kim, Kyungmi. 2002. Jurnal - The Effects of Tourism Impacts Upon Quality of Life of
Residents in The Community. ProQuest Dissertations and Theses. Virginia
Polytechnic Institute and State University.
Sebele, L.S. 2010. Jurnal - Community-Based Tourism Ventures, Benefits and Challenges:
Khama Rhino Sanctuary Trust, Central District, Botswana. Tourism Management
Volume 31.
Untong, A., Kaosa-ard M., Ramos, V. dkk. 2010. "Factors Influencing Local Resident
Support for Tourism Development: A Structural Equation Model," in The APTA
Conference 2010, Macau.
Uysal & Jurowski. 1994. Jurnal - Testing The Push and Pull Factors. Annals of Travel
Research Volume 21 No.4.
Wibowo, M. G. 2015. Jurnal - Kebijakan Pembangunan Nasional: dari Pertumbuhan
(Growth) Menuju Kebahagiaan (Happiness). Jurnal Imu Syari’ah dan Hukum Vol.
49 No.1 Juni 2015.
Tidak Diterbitkan
___, Modul – Masyarakat Pedesaaan dan Masyarakat Perkotaan. Universitas Gunadarma.
Tidak diterbitkan.
Anggraeni, S. 2014. Jurnal Imiah – Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur
Park II Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak diterbitkan.
Haryanto,J. Paradigma Baru Pembangunan Nasional (Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan RI). Tidak diterbitkan.
Luthfi, Renaldy R. 2013. Jurnal Ilmiah - Peran Pariwisata terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2013 (Studi Kasus:Kota
Batu). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak
diterbitkan.
Nasir, Sri R. R. 2014. Skripsi – Perubahan Sosial Masyarakat Lokal Akibat Perkembangan
Pariwisata Dusun Wakka Kab. Pinrang (Interkasi Antara Wisatawan dan
Masyarakat Lokal). Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin. Tidak diterbitkan.
Ndawa, Johanes J. J. 2014. Jurnal Ilmiah – Dampak Alih Penggunaan Lahan Pertanian ke
Non Pertanian terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Petani
di Kota Batu (Studi Kasus Desa Oro-Oro Ombo – Batu). Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak diterbitkan.
Permanasari, Ika K. 2011. Tesis - Pemberdayaan Masyarakat melalui Desa Wisata Dalam
Usaha Peningkatan Kesejahteraan (Desa Candirejo, Magelang, Jawa Tengah).
Jakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.
Waluya, B. __. Modul – Masyarakat Pedesaan (Rural Community). Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Waluya,B. 2012. Jurnal Ilmiah - Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan.
Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Yanti, Restian D. 2014. Skripsi - Perubahan Fungsi Keluarga sebagai Dampak adanya
Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga Petani pada
Wilayah Obyek Wisata BNS, Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu). Malang. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Tidak diterbitkan.

Wawancara
HRD Batu Night Spectacular (BNS), 15 Oktober 2016
Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Oro-Oro Ombo, 13 Oktober 2016
Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, 13 Oktober 2016

Internet
Badan Pusat Statistik. Konsep / Penjelasan Teknis Tenaga Kerja..
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6 (diakses pada tanggal 15 September 2016).
Kadir. 2014. Menggenjot kebahagiaan.
https://www.tempo.co/read/kolom/2014/04/24/1295/Menggenjot-Kebahagiaan .
(diakses pada tanggal 19 September 2016).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2016. http://kbbi.web.id/kegiatan , (diakses pada
tanggal 13 September 2016).
Nugraha, Galih Y., 2010. Makalah Indeks Pembangunan Manusia.
https://www.academia.edu/8915823/MAKALAH_IPM?auto=download, (diakses 7
April 2017).

Anda mungkin juga menyukai