Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pertemuan Ke-16 - Pembiayaan Lewat Pasar Swap

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN KE-16

PEMBIAYAAN LEWAT PASAR SWAP

A. Pendahuluan

Secara umum swap diartikan sebagai suatu kontrak transaksi pembelian atau penjualan
valas dengan spot rate yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang
sama dengan forward rate (J.O. Grabbe, 1996 : 313). Manajer keuangan internasional
menanyakan swaps untuk mengatur pendanaan yang kompleks dan inovatif. Di samping itu
penggunaan swaps juga bertujuan untuk mengurangi biaya-biaya pinjaman dan
meningkatkan kontrol atas risiko tingkat bunga dan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Pada bab ini dibicarakan struktur dan mekanisme dua tipe dasar swaps, yaitu interest rate
swaps dan currency swaps. Rekayasa keuangan akhir-akhir ini mengalami percepatan terlebih
lagi didorong oleh keberadaan informasi teknologi.

Pelaku bisnis semakin kreatif dalam mencapai alternatif untuk pengelolaan risiko.
Beberapa tahun sebelum krisis, perusahaan banyak yang membiayai investasinya dengan
menjual obligasi dengan bunga tetap dengan pertimbangan bahwa bunga pinjaman akan terus
meningkat seiring dengan kegiatan ekonomi.

Perusahaan lain lebih memiliki menjual floating rate bond dengan harapan bunga utang
di masa datang akan menurun. Tetapi pada dasarnya pilihan apapun yang diambil, kedua
perusahaan tersebut sebenarnya menghadapi risiko perubahan tingkat bunga. Terlebih lagi
jika dana yang berhasil dikumpulkan kemudian diinvestasikan dengan bunga yang tidak sama
dengan beban bunga pinjaman. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perusahaan dapat
melakukan transaksi interest rate swap atau tukar guling tingkat bunga.

B. Interest Rate Swap


Interest rate swaps adalah persetujuan antara dua institusi atau dua pihak untuk bertukar
pembayaran bunga – biasanya pihak yang satu membayar bunga tetap dan pihak lain
membayar bunga mengambang – dalam mata uang tertentu untuk masa jatuh tempo tertentu
pada suatu jumlah tertentu yang telah disetujui.
Jumlah tertentu yang diseujui sering disebut dengan national principal. Coupon swaps adalah
interest rate swaps dimana satu pihak membayar pada tingkat bunga tetap (fixed rate) yang
dihitung pada saat transaksi dengan spread tertentu terhadap suatu treasury bond, sementara
pihak yang lain membayar pada tingkat bunga yang mengambang (floating rate) yang mana
hal ini diperbaharui secara periodik sepanjang waktu yang telah disepakati.

Sedangkan basic swaps adalah perjanjian dua pihak untuk membayar pada bunga
mengambang yang berdasarkan pada acuan tingkat bunga yang berbeda. Interest rate swap
digunakan oleh perusahaan untuk menyesuaikan beban bunga dengan pendapatan yang
diterima.

Contoh Transaksi Swaps Klasik


PT Naya, Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti institusi yang
melakukan investasi senilai $100 juta yang disebut dengan national principal dengan return
tetap 14,25%. Perusahaan membiayai asetnya melalui pinjaman bunga mengambang dari
suatu grup bank yang membebani perusahaan 6 bulan LIBOR + 75 basis points (satu basis
points sama dengan 0.01%). Utang akan jatuh tempo selam lima tahun dan bunga dibayar
setiap enam bulan sekali atau semi annually.

Dengan demikian keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga actual
di masa datang yang dibayar untuk jangka panjang. Apabila LIBOR beranjak naik akan
membebani perusahaan dengan debt service expenses yang besar. Perusahaan akan menderita
kapanpun jika LIBOR naik terus hingga melebihi 13.50% (14.25-0.75) pada setiap tanggal
dimana perusahaan harus membayar bunga utang.

Melihat risiko yang mengancam profitnya dan kesanggupan perusahaan untuk membayar
maka manajer mencari jalan untuk mengatasi hal tesebut melalui swap. PT Naya akan
mencoba mendekati swap dealer guna melakukan transaksi. PT Naya, Tbk dikatakan
menghadapi risiko perubahan tingkat bunga apabila bunga utang meningkat. Untuk itu
perusahaan harus menyesuaikan beban bunga yang sifatnya variable dengan pendapatan yang
sifatnya tetap. Perusahaan katakanlah berhasil mengontak swap dealer, dan dalam negosiasi
akhirnya swap dealer setuju untuk membayar kepada perusahaan – misal setiap enam bulan
sekali tergantung dengan periode pembayaran bunga utang – sebesar 12.00% sementara swap
dealer membayar sebesar LIBOR kepada perusahaan.
Dengan cara demikian maka berapapun nilai LIBOR, perusahaan tidak perlu khawatir
karena akan memperoleh pembayaran dari swap dealer. Dengan kata lain PT Naya kini tidak
lagi menghadapi risiko perubahan LIBOR. Beban bunga yang semula variable telah diubah
menjadi fixed. Sebelum perusahaan melakukan swap, perusahaan tidak dapat memastikan
berapa keuntungan yang diperoleh. Akan tetapi setelah melakukan swap perusahaan dapat
memastikan bahwa keuntungannya adalah sebesar 150 basis point atau 1.50%. jika saudara
sebagai direktur keuangan, pertanyaannya apakah saudara akan memilih melakukan swap
dengan keuntungan pasti sebesar 1.50% atau tidak melakukan swap dengan harapan
memperoleh keuntungan yang lebih besar?

Tentu saja pilihan ini sama baiknya dan sama buruknya. Dalam bisnis dikenal high risk –
high return. Tanpa melakukan swaps saudara berharap memperoleh keuntungan yang besar
apabila LIBOR turun. Tetapi risiko yang saudara hadapi juga besar, terutama jika LIBOR
naik, dengan melakukan swap saudara pasti untung meskipun hanya 1.5%. Bukan berarti
bahwa saudara tidak mengalami kerugian, saudara menderita kerugian jika ternyata LIBOR
turun.

Artinya ada opportunity loss akibat saudara tidak dapat memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Di sinilah saudara memperoleh reward karena saudara harus mengambil
keputusan. Jangan lupa setiap keputusan yang saudara ambil selalu mengandung risiko. Tentu
tidak bijaksana jika saudara mengelola bisnis secara spekulatif. Kunci apakah akan
melakukan swap atau tidak sangat ditentukan oleh keyakinan, prediksi saudara tentang arah
pergerakan LIBOR di masa datang.

Sekarang mari kita lihat contoh lain yakni PT Bintang, Tbk yang memperoleh pinjaman
dalam jumlah yang sama yaitu $100 juta untuk jangka waktu lima tahun tetapi dengan tingkat
bunga tetap (fixed rate). Kemudian perusahaan menggunakan dana yang diperoleh
dipergunakan untuk membiayai loan portfolio dengan bunga kredit mengambang.

Sebagai perusahaan yang sehat, surat utang PT Bintang, Tbk masuk dalam ranking AAA
dan karenanya bunga utang Eurobond yang dijual adalah 11%. Sedangkan loan portfolio
yang dikeluarkan oleh perusahaan memberikan pendapatan sebesar LIBOR + 100 basis
points.
Seperti halnya PT Naya, Tbk, perusahaan juga menghadapi risiko perubahan tingkat bunga,
karena pendapatan yang diperoleh dari loan portfolio sifatnya variable sementara bean bunga
utangnya tetap. Jadi laba PT Bintang, Tbk tergantung pada actual floating rate yang diterima
dari pinjaman protofolionya. Perusahaan akan menderita kerugian atau kehilangan uang jika
LIBOR turun di bawah lebih kecil dari 10.00% (11,00%-1,00%).Untuk mengurangi risiko PT
Bintang, Tbk dapat melakukan swap. Misalnya kesepakatan yang dicapai dengan swap dealer
adalah sebagai berikut: perusahaan membayar setiap enam bulan sekali kepada swap dealer
sebesar LIBOR dan sebaliknya swap dealer membayar kepada PT Bintang, Tbk setiap enam
bulan sebesar 11,25%.

Dengan demikian perusahaan dapat memastikan keuntungannya sebesar 1.25%. Seperti


halnya PT Naya, Tbk, tanpa melakukan swap, maka PT Bintang, Tbk tidak dapat memastikan
keuntungan yang diperoleh. Tetapi dengan swap, perusahaan dapat mengunci keuntungan
sebesar 1.25%.

Pertanyaannya adalah jika saudara menjadi direktur keuangan, akankah saudara


membiarkan perusahaan berada dalam risiko dengan harapan memperoleh keuntungan yang
lebih besar atau saudara akan memastikan keuntungan dengan melakukan swap? Sekali lagi
Jawabannya tergantung atas proyeksi pergerakan LIBOR di masa datang dan keberanian
saudara menghadapi risiko termasuk risiko saudara kehilangan jabatan jika ternyata
keputusan yang saudara ambil salah.

Jadi PT Naya, Tbk melakukan swap dengan swap dealer, begitu pula dengan PT Bintang,
Tbk juga melakukan swaps dengan swap dealer. Dalam proses tersebut kedua perusahaan
menggeser risiko perubahan tingkat bunga kepada swap dealer. Di situlah kemampuan swap
dealer dalam mempertemukan kedua kepentingan. Swap dealer sendiri sekarang tidak lagi
menghadapi risiko, dan sebagai intermediary, swap dealer memperoleh spread sebesar 75 bps
atau basis point yang sama dengan 0.75%.

Dengan demikian ketiga pihak PT Naya, Tbk; swap dealer dan PT Bintang, Tbk ama-
sama memperoleh keuntungan. Tidak ada yang menderita kerugian dalam arti riil. Tetapi
sebenarnya masing-masing perusahaan menghadapi opportunity loss jika ternyata LIBOR
bergerak berlawanan arah dari yang mereka prediksikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah swap tersebut harus melalui swap dealer?
Jawabannya adalah tidak harus, hanya saja terdapat beberapa keuntungan melakukan swap
melalui swap dealer.

Pertama adalah efisien karena perusahaan tidak harus melakukan shopping dengan
mencari sendiri pihak lain yang memiliki kepentingan yang berbeda, dan kedua biayanya
lebih murah melalui swap dealer. Persyaratan utama swap ini adalah bahwa national principal
dan Durasi utang harus sama antara kedua perusahaan. Di sinilah swap dealer dapat
mengkombinasikan satu transaksi dengan dua atau lebih transaksi lainnya. Untuk itu swap
dealer memperoleh fee atau pendapatan dari selisih rate yang diterima dan dibayar.

Pemahaman yang sama jika saudara akan melakukan trade ini antara mobil yang saudara
miliki dengan mobil jenis lain, tentu sangat efisien dan cepat kalau dilakukan melalui broker,
tentu saja diperlukan biaya atau komisi. Siapakah yang dapat bertindak sebagai swap dealer?
utamanya yang dapat bertindak sebagai swap dealer adalah primary bank dengan jaringan
yang sangat luas. Di situlah kelebihan bank holding company dalam mempertemukan
berbagai pihak yang berbeda kepentingannya.

Adapun ketiga pihak tersebut harus memperhitungkan default risk. Karena bisa jadi PT
Naya, Tbk ataupun PT Bintang, Tbk di kemudian hari gagal memenuhi kewajibannya.
Default risk itu akan diterjemahkan dalam term of payment antar masing-masing.

Dalam kenyataannya sangat mungkin swap itu melibatkan lebih dari satu swap dealer.
Semakin panjang rantai swap maka semakin kecil manfaat yang dinikmati masing-masing
pihak. Selain itu mungkin saja satu transaksi dipertemukan dengan lebih dari satu transaksi
lain oleh swap dealer yang penting total national principal dan durasinya sama.

Bagaimana jika swap tersebut melalui dua swap dealer, maka yang pasti spread yang
dinikmati oleh masing-masing pihak akan berkurang. Misalkan swap dealer masing-masing
menikmati 40 basis point, sementara PT Naya, Tbk menikmati 140 basis point dan PT
Bintang, Tbk menikmati sisanya.

Contoh lain misalkan ada dua perusahaan PT Coco dengan credit rating AAA lebih
menyukai utang dengan bunga mengambang. Saat ini perusahaan memperoleh pinjaman
dengan bunga tetap sebesar 11%. Apabila perusahaan meminjam dengan bunga mengambang
maka perusahaan akan dikenai beban bunga sebesar LIBOR + 0.5%.
Sementara itu PT Bicso dengan credit rating BB lebih menyukai utang dengan bunga tetap.
Saat ini perusahaan memperoleh kredit dengan bunga mengambang sebesar LIBOR + 1,5%.
Jika meminjam dengan bunga tetap maka PT Bisco akan dikenai bunga utang sebesar 14.5%.
Dengan demikian adalah potential cost saving yang dapat dinikmati oleh kedua perusahaan
tersebut sebesar 2,50%.Kedua perusahaan dapat memanfaatkan swap untuk menghemat biaya
utang. Caranya adalah PT Coco meminjam dengan bunga mengambang atau floating rate dan
kemudian melakukan swap dengan PT Bisco. Sebaliknya PT Bisco meminjam dengan bunga
tetap kemudian melakukan swap dengan PT Coco. Swap ini dapat dilakukan langsung
ataupun melalui swap dealer. Misalkan keduanya sepakat untuk membagi potential cost
saving sama besar maka masing-masing diharapkan dapat menghemat sebesar 1.25% atau
125 basis point, dari bunga utang seharusnya.

Sekarang mari kita lihat bagaimana manfaat floating to fixed swap bagi kedua
perusahaan. PT Coco secara keseluruhan biaya utang setelah swap adalah sebesar [11,00% +
(LIBOR +1,00%) – 12,75] = LIBOR – 0,75%.

Bandingkan jika PT Coco harus meminjam dengan bunga mengambang, maka beban
bunga yang harus dibayar adalah sebesar LIBOR + 0,5% jadi ada penghematan sebesar
1,25%. Bagaimana dengan PT Bisco, beban bunga utangnya adalah [12,75% + (LIBOR +
0.5%) – (LIBOR + 1,0%) = 13,25%. Bandingkan jika PT Bisco meminjam dengan bunga
tetap, maka harus membayar sebesar 14,5% jadi dapat menghemat sebesar 1,25%.

Dengan demikian kedua perusahaan dapat menghemat beban bunga utang. Tentu saja
pihak bank sebagai intermediary juga dapat memanfaatkan swap ini untuk memperoleh fee.

C. Currency Swaps
Selain berdasarkan tingkat suku bunga kontrak swaps juga dapat dilakukan antar mata

uang atau yang lebih dikenal dengan currency swaps. Secara teknis currency swaps adalah
suatu pertukaran debt service obligations dalam satu mata uang yang disetujui dengan jumlah
hutang tertentu dalam mata uang lain. Dengan melakukan swaps pada kewajiban aliran kas di
masa datang, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengganti aliran kas dalam suatu mata
uang dengan mata uang lain yang dikehendaki.

Dalam banyak hal, struktur dari currency swaps berbeda dengan interest swaps.
Perbedaan utama antara currency swaps dengan interest swaps adalah bahwa adanya suatu
pertukaran dari sejumlah principal pada maturity pada predetermined exchange rate. Kontrak
swaps berperilaku seperti long-dated forward foreign contract, dimana forward rate adalah
the current sport rate. Dalam currency swaps dikenal dual currency bonds swaps, yaitu
dimana currency swaps melibatkan dual currency bond swaps, pembayaran proceeds dan
interest rate ditetapkan dalam mata uang asing dan principal pembayaran kembali ditetapkan
dalam dolar. Adapun keuntungan ekonomis dari segi swaps :

Swaps memberikan keuntungan ekonomis pada kedua belah pihak ketika halangan untuk
arbitrase timbul. Halangan dapat berupa batasan-batasan legal pada transaksi pertukaran
mata uang sing baik spot atau forward, persepsi yang berbeda dari investor-investor
tentang risiko dan nilai kredit kedua belah pihak, askeptabilitas dari satu peminjam
kepada kelas investor tertentu, perbedaan pajak dan lain-lain.

Keuntungan lain dari swaps bahwa dengan swaps perusahaan dapat menurunkan biaya
bagi risiko pertukaran mata uang asing.

Currency swaps sering digunakan untuk pembiayaan keuangan jangka panjang dalam
bentuk mata uang asing. Dalam hal ini swaps merupakan suatu sarana yang menjamin
likuiditas dalam foreign exchange.

Sedangkan kelemahan dari swaps adalah bahwa jika pasar modal dunia terintegrasi
sepenuhnya, maka arbitrase pasar keuangan akan semakin kecil, sehingga keuntungan yang
diperoleh akan semakin kecil pula. Jika kita bahas kembali currency swap pada prinsipnya
merupakan kontrak penjualan valuta asing sekaligus pembelian untuk penyelesaian di masa
datang.

Sebagai gambaran misalnya investor dari Amerika ingin menanamkan modalnya di


Indonesia, maka ia harus membawa dollar ke Indonesia dan ditukar dengan rupiah untuk
pembiayaan di Indonesia. Tetapi sekaligus investor tersebut melakukan kontrak pembelian
dollar untuk membayar kembali modal ke Amerika atau pembayaran royalty serta dividen.

Sebagai contoh PT Alkali dapat meminjam dalam dolar dengan bunga 8,0% dan dalam
pound dengan bunga 11.6%. PT. Brekat dapat meminjam dalmadolar dengan bunga 10,0%
dan pound dengan bunga 12,0%. Dari informasi tersebut jelas bahwa PT. Alkali memiliki
comparative advantage dalam dolar sebesar 2,0% sementara dalam pound hanya sebesar
0.4%. Oleh karena itu jelas lebih menguntungkan bagi PT Alkali meminjamg dollar dan
Brekat meminjam pound.
Tetapi bagaimana jika PT Alkali ingin mendapatkanpound guna pembiayaaninvestasi di
Inggris sementara PT Brekat ingin meminjam dalam dollar karena untuk pembiayaan di
Amerika? Kedua perusahaan sebaiknya meminjam. dimana mereka memiliki advantage
terbesar, PT Alkali meminjam dolar dan PT Brekat meminjam pound. Dengan demikian
potential cost saving adalah sebesar (2,0% - 0,4%) atau sebesar 1.6% per tahun. Transaksi
currency swap memerlukan national principal di kedua mata uang tersebut baik dolar maupun
pound. Pokok pinjaman dipertukarkan pada awal transaksi dana akhir jatuh tempo utang
keduanya. Jadi PT Alkali meminjam %15 juta menukarkan dollarnya dengan £10 juta pada
saat awal transaksi begitu pula pada saat jatuh tempo, PT Alkali akan memperoleh dollar
kembali tetapi harus membayar pound kepada PT Brekat. Dalam periode tersebut keduanya
membayar bunga atas dollar dan pound sesuai dengan kesepakatan masing-masing. Setiap
tahun PT Alkali menerima pembayaran sebesar (8% x $15 juta) atau sebesar $1.2 juta dari PT
Brekat dan sebaliknya PT Alkali harus membayar sebesar (11% x £10 juta) atau sebesar £1.1
juta. Pada saat jatuh tempo PT Alkali akan menerima kembali sebesar $15 juta dan PT Brekat
menerima sebesar £10 juta.

D. LDC Debt-Equity SWAPS


Berkembangnya pasar modal belakangan ini memungkinkan bagi para investor untuk

memperoleh hutang eksternal dari negara yang kurang, berkembang atau biasa disebut less-
developed countries (LDC) untuk memperoleh modal atau mata uang domestik dalam negara
tersebut. Negara-negara debitor yang masuk dalam LDC antara lain Chili, Brasil, Meksiko,
Venezuela, Argentina dan Fhilipina.

Perdagangan pinjaman LDC umumnya dengan tingkat diskon yang besar dari nilai
nominalnya, hal ini mencerminkan tingkat risiko yang substansial. Sebagai contoh, pada
tahun 1987 hutang Chili dijual pada harga 70% dari nilai nominalnya.

Masalah lain dari debt swaps adalah bahwa debt swaps dapat menyebabkan inflasi yang
lebih tinggi dalam LDC debitur. Brasil mengharapkan dapat membeli kembali hutangnya,
jika pemerintah tidak memiliki surplus dana maka mereka akan mencetak uang baru untuk
membayar hutangnya tersebut, dan hal ini akan menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi.

Debt equity swap dapat saja dilakukan dalam konteks antara kreditur dan debitur di dalam
negeri. Pengalaman dari krisis menunjukkan bahwa banyak perusahaan nasional yang jatuh
pailit, kesulitan membayar hutangnya. Untuk menyelesaikan persoalan utang tersebut banyak
alternatif yang tersedia. Pertama adalah menilai apakah lebih berharga mempertahankan
perusahaan tetap hidup atau membiarkan mati. Jika Kesimpulannya lebih baik
mempertahankan untuk hidup, maka selanjutnya harus dicari cara-cara penyelamatan yakni
melalui penjadualan kembali pembayaran utang yang diharapkan memberikan kesempatan
bagi perusahaan untuk memperoleh tenggang waktu yang cukup untuk bernafas. Jika altenatif
ini tidak dapat menolong, maka alternatif berikutnya pengurangan beban bunga pinjaman.
Kemudian penghapusan beban pinjaman. Apabila langkah ini masih belum juga membantu,
maka tahap berikutnya adalah dengan penundaan pembayaran pokok pinjaman, pengurangan
pokok pinjaman atau hair cut.

Alternatif selanjutnya adalah mengubah utang menjadi ekuitas atau debt equity swap.
Jika hal ini juga tidak dapat memperbaiki perusahaan maka langkah terakhir adalah
penghapusbukuan utang dan likuidasi. Kita dapat menyemak bagaimana Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) mengenai perusahaan yang bermasalah. Ada yang memperoleh
penjadualan utang kembali dan ada juga yang terpaksa harus dilikuidasi. Khusus untuk bank-
ban, yang besar memang nampaknya mereka jeli memanfaatkan pemikiran bahwa bank yang
besar tidak akan dibiarkan bangkrut atau too big to be failed.

Akibatnya muncullah moral zarad yang sangat besar. Indonesia yang menghadapi beban
utang sangat besarpun secara teoritis tidak akan dibiarkan bangkrut oleh lembaga donor,
karena dampaknya akan sangat besar. Jadi mengapa Bank Dunia dan lembaga donor bekerja
keras untuk membantu Indonesia, alasannya adalah selain menyangkut kepentingan pasar
produk industri dari negara-negara tersebut juga multiplier effect yang ditimbulkan sangat
besar dan luas.

Dalam konteks negara langkah-langkah semacam ini juga berlaku. Kita menyaksikan
bagaimana anggota kabinet bidang ekonomi secara aktif untuk melobi negara-negara donor
agar mau menegosiasi ulang jadual pembayaran utang yang sudah jatuh tempo baik dengan
IMF maupun melalui CGI dan Paris Club.

Pemikiran lain termasuk alternatif meminta pengurangan beban utang hingga alternatif
untuk tidak membayar utang. Yang lebih krusial lagi adalah tidak hanya sisi keuangan yang
harus dibenahi, tetapi sisi manajemen dan asset atau investasi juga harus diperbaiki. Cara
untuk memperbaiki manajemen tentu saja melalui pergantian pemerintahan, dicari
pemerintahan yang credible dan reliable. Perampingan birokrasi dan penataan ulang struktur
organisasi untuk meningkatkan efisiensi juga harus dilakukan. Termasuk pemberantasan
korupsi guna menekan biaya. Di bidang asset atau investasi, diperlukan langkah-langkah
untuk mengidentifikasi asset-asset yang produktif dan tidak produktif. Tentu saja asset. yang
tidak produktif harus dijual agar tidak membebani keuangan negara. Hal itu lalu ditempuh
melalui privatisasi. Resep umum semacam itu telah diterapkan di beberapa Negara.
berkembang yang mengalami krisis ekonomi. Hanya saja sedikit terjadi perbedaan dalam
tahap implementasinya.

Ada negara yang memilih untuk menjual asset yang tidak produktif dan tetap
mempertahankan asset yang produktif. Hasil penjualan tersebut digunakan untuk membayar
kembali utang negara. Tetapi uniknya Indonesia lebih memilih untuk menjual asset yang
produktif. Hal itu disebabkan karena pertama, Indonesia dihadapkan pada kebutuhan uang
tunai untuk pebiayaan pembangunan.

Kedua adalah agar asset produktif berupa perusahaan negara tidak dijadikan sapi perah
oleh individu-individu dari departemen yang memiliki kewenangan. Memang ada rasa skeptif
terhadap kebijakan semacam ini. Jangan-jangan akhirnya uang hasil penjualan asset produktif
habis dipergunakan untuk menyehatkan asset yang tidak produktif. Akibatnya Indonesia tidak
lagi memiliki apa-apa karena semuanya telah dijual yang tinggal hanyalah kerangka asset tua
yang tidak produktif.

Anda mungkin juga menyukai