Laporan Biotek 1 FIKSMI
Laporan Biotek 1 FIKSMI
Laporan Biotek 1 FIKSMI
PERCOBAAN III
PEMBUATAN ETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN
OLEH
A. Latar Belakang
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan
yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut
(biodegradable).
akibat aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Jenis mikroba yang
memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar
(proses pemurnin etanol) Bioetanol dapat dapat dibuat dari berbagai macam
bahan baku yang berbeda dan dikelompokkan menjadi tiga meliputi bahan
bersukrosa seperti gula tebu, gula bit dan shorgum, kemudian bahan berpati
seperti jagung, kentang dan gandum serta juga bahan berselulosa seperti kayu,
rumput, kulit nanas, jerami padi dan alang-alang. Berdasarkan uraian di atas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Praktikum
A. Bioetanol
merupakan cairan bening yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton,
benzene, dan semua pelarut organik, memiliki bau khas alkohol serta terurai
polusi udara yang besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan
karbondioksida (CO2) dan air. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah
B. Sumber Bioetanol
molase, nira aren, nira tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti
batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas). Kulit pisang
efisien digunakan dari pada buahnya yang memiliki nilai jual yang tinggi
(Wusnah, 2016).
C. Tahapan Produksi Bioetanol
tepung agar bisa berinteraksi baik dengan air. Hidrolisis dilakukan untuk
digunakan untuk memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni
adalah 78,4 oC dan air 100 oC. Dengan memanfaatkan perbedaan titik didih,
dapat dipanaskan dalam rentang suhu 78-100 oC sehingga etanol akan menguap
organik (karbohidrat, lemak, protein, dan bahan organik lain) baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh
biologis dan mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari bahan asalnya
(Pamungkas, 2011).
yaitu (1) Peragian tingkat pertama, berlangsung dalam keadaan aerob (adanya
yang dapat ditandai timbulnya gas asam arang, dimana pada pada proses
fermentasi tingkat pertama tidak ada atau sedikit sekali etanol yang dihasilkan
(2) Fermentasi berlangsung dalam keadaan anaerob. Pada tahap ini khamir dan
(Widyanti, 2016).
E. Saccharomyces cereviceae
memproduksi alcohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar
alcohol yang tinggi. Kadar alKohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24April 2021 pukul
Kendari.
B. Bahan Praktikum
C. Alat Praktikum
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
wadah fermentasi.
2. Menimbang ragi roti, urea dan NPK dengan perbandingan sebagai berikut :
3. Mengaktifkan khamir yang terdapat dalam ragi roti dengan air hangat
4. Memasukkan ragi roti, urea dan NPK ke dalam wadah fermentasi yang telah
5. Memasukkan limbah yang telah dicampur dengan starter ke dalam kaleng dan
memasukkan selang.
A. Hasil Pengamatan
0% Gagal
-
2. Tomat (Solanum
lycopersicum)
- - Gagal
- - Gagal
4% Berhasil
-
Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
5. Nanas (Ananas
comosus L.
Mer)
10 % Berhasil
B. Pembahasan
dan pepaya yang semuanya memiliki kandungan gula sederhana cukup tinggi
karena sampel yang digunakan adalah buah yang sudah sangat matang. Hal ini
sebagaimana diungkapkan Arifiya (2015) bahwa semakin tua buah maka akan
semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi gula sederhana. Hidrolisis yang
dilakukan untuk memutusan ikatan beta 1,4 glikosidik menjadi unit-unit dektrosa
konsentrasi 4%, sementara hasil fermentasi pisang dan tomat tidak diperoleh
etanol. Konsentrasi yang diperoleh ini sangat jauh dari standar kadar etanol yang
harus diperoleh dari hasil destilasi, sebagaimana diungkapkan Huda (2017) yaitu
fermentasi. Waktu fermentasi yang semakin lama maka kadar bioetanol yang
dihasilkan juga semakin tinggi, akan tetapi setelah kondisi optimum tercapai,
kadar bioetanol yang diperoleh akan menurun. Hal ini dikarenakan sumber nutrisi
yang dibutuhkan oleh Sacharomices cerevice dari substrat telah habis sehingga
jumlah mikroba semakin menurun, dan akan menuju ke fase kematian selain itu
juga menurut Pramita (2014), bahwa adanya penurunan kadar etanol yang
hal ini dapat menjadi penyebab rendahnya konsentrasi etanol yang diperoleh dari
hasil fermentasi nanas, semangka dan pepaya. Kemungkinan pada saat dilakukan
destilasi, suhu yang digunakan mencapai titik didih air yaitu 100 0C sementara
titik didih dari etanol adalah 780C (Fahmi, 2014), karena etanol masih bercampur
dengan air, maka ketika suhu destilasi mencapai 100 0C maka air akan ikut
dengan teruapkannya air dalam kadar yang lebih tinggi maka konsentrasi etanol
menjadi menurun. Etanol yang tidak diperoleh dari sampel pisang dan tomat dapat
disebabkan karena proses destilasi yang kurang baik, karena hasil fermentasi
menunjukkan indikator adanya kadar etanol yaitu berbau khas dari etanol.
Kemungkinan suhu destilasi belum mencapai titik didih dari etanol yaitu 78 0C,
sehingga etanol tidak menguap. Hal ini dikarenakan metode destilasi yang
digunakan pada hasil fermentasi pisang dan tomat menggunakan destilasi secara
sumber api, hal ini menyebabkan waktu untuk mencapai suhu 78 0C relatif lebih
lama.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
2. Kadar etanol yang diperoleh yaitu dari hasil fermentasi nanas, semangka
B. Saran
bimbingannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S., Aji, A. dan Yani, F., 2018, Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang
Kepok dengan Cara Fermentasi menggunakan Ragi Roti, Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 7(2): 93
Widyanti, E.M. dan Moehadi, B.I., 2016, Proses Pembuatan Etanol Dari Gula
Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Amobil, Metana, 12(2): 32
Wusnah, Bahri, S. dan Hartono, D., 2016, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pisang Kepok (Musa acuminata B.C) secara Fermentasi, Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 5(1): 58