Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Hand Out 10 (Pertemuan 14)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Hand Out 10

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Sejarah


Pertemuan ke : 14 (Empat Belas)
Bobot sks : 3 sks
Prodi : Pend. Sejarah
Dosen : Dr. Siti Fatimah,M.Pd,M.Hum
Dr. Erniwati, M. Hum
Najmi, S.S, M. Hum

POKOK BAHASAN

Kesadaran Sejarah dan Pendidikan Karakter dalam Ilmu Sejarah


 Kategorisasi Kesadaran Sejarah
 Manfaat Kesadaran Sejarah dalam membangun karakter bangsa
 Contoh-contoh Kesadaran Sejarah
 Pertanyaan dan Evaluasi

Uraian

 Kesadaran Sejarah
Dalam literatur sejarah, kata kesadaran sejarah (historical consiousness) sering
tercakup dalam beberapa istilah yang memiliki kandungan arti yang sama, seperti: perasaan
sejarah (historical sense). Pandangan, pemikiran atau konstruksi sejarah (historical
Midedness). Secara teoritis kesadaran sejarah dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu
kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan sebagai gejala sejarah.
Sebagai gejala psikologis kesadaran sejarah merupakan konstruksi pemahaman
terhadap masa lampau, yang ditandai dengan pemikiran perspektif waktu yang secara tajam
mampu membedakan dimensi masa lampau dengan masa kini dan masa yang akan datang,
dan penyusunan akumulasi pengalaman masa lampau secara runut dalam ingatan (memori).
Sebagai gejala sejarah, kesadaran berwujud dalam simbol-simbol monumental dari proses
sejarah baik dalam bentuk spiritual (jiwa zaman, semangat zaman, pandangan dunia, visi
sejarah, nilai-nilai kultural dan sebgainya), maupun material seperti bangunan yang bermakna
sejarah, bangunan menumental dan sebagainya (Djoko Suryo, 1989).
Kedua pengertian diatas bersifat “mono dialistis”, karena pada dasarnya kesadaran
sejarah dalam pengertian terakhir merupakan produk kesadaran sejarah dalam artian pertama.
Dapat pula dikatakan bahwa simbol-simbol munemental dari proses sejarah merupakan
aktualisasi dari hasil kesadaran kolektif atau individual pendukung sejarah dalam rentangan
waktu tertentu.
Dalam kesadaran sejarah terkandung:
1. Pengetahuan tentang fakta sejarah yang terkait dalam hubungan kausal
2. Logika kesejarahan
3. Hikmah kebijaksanaan dengan menggunakan masa lampau sebagai cermin
membangun kehidupan masa depan.
4. Sikap mengahadapkan diri dengan kenyataan, bukan impian
5. Adanya dimensi waktu lampau, kini, dan waktu datang, yang memperlihatkan
bahwa sejarah adalah suatu proses.
Jadi kesadaran sejarah mengandung keinsyafan tentang pentingnya sejarah berdasarkan
fakta (jadi bukan kepalsuan) yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait oleh sebab
akibat, bahwa masa lampau mengahsilkan masa kini dan masa kini akan mengahsilkan masa
datang. YBN Baker (1972) mengatakan “kesadaran sejarah adalah keinsyafan bahwa
seseorang menerima dari nenek moyangnya hasil kerja mereka, agar pada gilirannya hasil
kerja itu diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka indikator-indikator kesadaran sejarah
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebenaran berpijak kepada fakta dan realitas
2. Keinsyafan adanya kontinuitas (kelangsungan dan kesinambungan) serta change
(perubahan)
3. Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus
4. Berfikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu
5. Berkarya lebih baik dari kemarin, agar dapat mewariskan hasil yang lebih pada
generasi berikutnya.
Kesadaran sejarah menganut prinsip “the ideas of progress”, karena sejarah
mengajarkan kesadaran adanya kesinambungan dan perubahan, continuity and change.
Kemajuan berpangkat kepada apa yang ada. Karena itu diakui bahwa peristiwa dalam sejarah
adalah suatu proses kearah kemajuan.
Pembentukan dan Bentuk-Bentuk Kesadaran Sejarah
Pembentukan kesadaran sejarah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lingkungan
etnis, sosio kultural, politik, tingkat pendidikan dan lain-lain. Pada dasarnya konseptualisasi
kesadaran sejarah dalam proses kehidupan pendukung sejarah adalah melalui proses
sosialisasi pendidikan, kulturisasi, enkulturisasi, dalam tingkat perkembangannya, seperti
masa kanak-kanak sampai dewasa. Dari mengetahui masa lampau timbul pemahaman, dan
dari pemahaman itu terjadi pengalaman. Dua jenis pengalaman yang dimiliki yaitu,
pengalaman simbolis dan penalaman subtantif/empiris, sangat berperan dalam membentuk
kesadaran sejarah, terutama dilingkungan anak dan orang dewasa (sebagai individu), di
samping keluarga dan masyarakat. Evolusi kesadaran sejarah terdapat dalam perkembangan
kehidupan masyarakat yang berlanngsung secara evolusi pula. Sesuai dengan perkembangan
sosio kultural dan sejarah, maka tahap-tahap kesadaran sejarah masyarakat dapat dibedakan
atas kesadaran mistis legendaris dan kesadaran historis.
Evolusi perkembangan sejarah tersebut dapat disejajarkan dengan proses perkembangan
bangsa Indonesia. Dalam proses perkembangan sejarah Indonesia dikenal dengan adanya
integrasi dan tingakt natio-centrisme atau dari partikularisme. Dalam hubungan ini dapat
dikenali tingkat kesadaran sejarah, yaitu tingkat kesadaran sejarah lokal dan kesadaran
sejarah nasional. Perubahan-perubahan yang membawa proses modernisasi, edukasi,
demokrasi, yang berlangsung secara historis dalam masyarakat Indonesia.
Bentuk-bentuk kesadaran sejarah, bertolak dari pemikiran di atas maka bentuk-bentuk
kesadaran sejarah dapat diketegorikan pada, yaitu:
1. Bentuk a-historis
2. Bentuk Lokal-Nasional
Kesadaran sejarah disebut a historis/ non historis terjadi mana kala sifat mistis legendaris
yang menonjol dan memahami gejala sejarah. Demikian pula dengan obyek atau substansi
sejarah tidak sistematis, fragmentaris, dan terpotong-potong. Dengan demikian kesadaran
sejarah yang dimiliki oleh individu atau masyarakat adalah kesadaran sejarah non historis/ a
historis. Kesadaran sejarah disebut historis, apabila terdapat kemampuan secara kritis untuk
membedakan peristiwa atau substansi sejarah dalam urutan waktu yang tepat atau sadar akan
perspektif waktu.
Apabila wawasan obyek atau sasaran substansi sejarah dikenal terbatas kepada spasial
lokal regional maka kesadaran sejarah yang dimiliki bersifat lokal. Sedangkan kesadaran
sejarah yang berwawansan nasional, mengacu kepada cakupan wawasan obyek/substansi
yang ada dalam supra lokal. Obyek yang terkandung dalam unit spatial nasional atau yang
ada dalam supra lokal. Obyek yang terkandung dalam kesadaran sejarah adalah masalah yang
berkaitan dengan proses integrasi, reorientasi dan reinterpretasi. Dalam proses integrasi
terjadi proses perubahan dari sifat-sifat partikularistik, lokal regional kesifat supra lokal
malahan supra nasional. Dalam proses tersebut sifat-sifat primordial, parokhial seperti etnis,
agama, sosio kultural lokal membaur secara evolusioner ke arah kesatuan bangsa, dengan
identitas nasionalnya, baik melalui formasi negara modern, maupun identitas kultur nasional
yang diakui.
Dengan terjadinya proses integrasi yang ditunjang oleh modernisasi, edukasi, demokrasi,
dan sekulerisasi yang menuju identitas nasional menimbulkan masalah yaitu adanya
pemudaran entitas lokal-regional (bahasa, norma-norma, adat istiadat), yang kadangkala
eksistensinya masih diperlukan dalam segi pendidikan normatif. Oleh karena itu perlu ada
suatu reorientasi dari proses yang semula bersifat sentralistik yang berkecendrungan supra-
nasional ke arahan pemikiran yang mengaitkan segi-segi lokal dalam hubungan nasional.
Persoalan semacam ini menghendaki reinterpretasi terhadap gejala sosio kultural dan historis
baru sesuai dengan perkembangan bangsa dan negara.
Bentuk-bentuk Kesadaran Sejarah
Pengalaman yang berlalu menunjukkan bahwa pada saat-saat tertentu setiap orang bertindak
sebagai sejarawan misalnya; apakah dia berziarah ke makam leluhur dan mempertanyakan
makam siapakah yang dikunjunginya, apakah dia sedang mencocokkan semua bon-bon yang
perlu dilunasi pada akhir bulan; apakah dia sibuk melacak semua bekas yang ditinggalkan
oleh pencuri yang berupa pecahan kaca, tapak kaki di tembok, dan sebagainya; apakah dia
sedang asyik menceritakan seuatu peristiwa yang mengerikan, umpamanya, suatu kecelakaan
yang disaksikan sendiri; kesemuanya itu pada hakikatnya menyangkut masalah bekas-bekas
kejadian, monumen, dan dokumen.
Suatu ironi yang dihadapi yaitu bahwa penduduk di negeri industri dan modern sangat
berminat terhadap sejarah. Museum dan tempat-tempat bersejarah dibanjiri oleh wisatawan.
Hampir setiap kota mempunyai tempat seperti itu yang menjadi kebanggaan dan himpunan
sejarawannya. Dalam tahun 1970-an di negeri-negeri Barat sering dipertunjukkan banyak
film historis di televisi.
Apakah di sini dijumpai suatu nostalgia saja ataukah kecenderungan romantisisme lagi,
ataukah suatu pelarian dari realisme yang mentah yang dirasakan sehari-hari dari masalah
polusi, senjata nuklir, krisis energi, dan komersialisme? Yang jelas ialah bahwa untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang besar dari pemirsa, acara TV dengan mudahnya
memuat pertunjukan sejarah. Sejarah dapat dianggap sebagai alat untuk dapat mengurangi
kekhawatiran kita terhadap hal-hal yang tidak diketahui. Meskipun sejarah tidak pernah
berulang, namun pengalaman sejarah kita dapat digunakan untuk menghadapi krisis masa
kini karena selalu ada persamaannya. Dengan perspektif sejarah krisis masa kini dapat
dipahami melalui perbandingan dengan krisis dalam masa lampau.
Kita tidak bisa menghindari sejarah yang senantiasa melingkupi kita di mana-mana,
meskipun tidak selalu kita sadari. Kesadaran secara rudimeter seperti pada wisatawan tidak
memadai. Kita perlu mengembangkannya menurut aturan-aturan seperti yang telah dimiliki
oleh bidang-bidang ilmu lainnya.

 Pertanyaan dan Evaluasi


1. Jelaskan Konsep Kesadaran Sejarah menurut pandangan saudara masing-masing
didukung dengan contohnya !
2. Jelaskan kategorisasi kesadaran sejarah yang saudara ketahui beserta contohnya !
3. Jika dikaitkan dengan kondisi dan situasi yang terjadi di Indonesia saat ini, perlukah
konsep kesadaran sejarah kita tanamkan ? jika perlu dalam bentuk dan seperti apa !
coba saudara jelaskan !

Anda mungkin juga menyukai