Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kelompok 7 - Makalah Pengantar Pendidikan (2) - 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“MASALAH-MASALAH AKTUAL PENDIDIKAN DI INDONESIA”

Sebagai Syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar


PendidikanSemester Genap2021

OLEH :

KELOMPOK 7
1. Muh.Iman Syalfa_200230044
2. Ismi Nurul Hikmah_200230043
3. Fitrha Rizky Ramadhana_200230041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta salam kami

haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada bu Ika

Rahmawati, selaku dosen pembimbing Matakuliah Pengantar Pendidikan yang berkenan

membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Makalah ini mengupas “Permasalahan Pokok Pendidikan di Indonesia”, melalui

makalah ini kami mencoba menguak berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia, serta

menggali bagaimana solusi untuk mengatasinya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik

dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik

konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama

bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Kolaka,14 Maret 2021

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.

Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya

sering tidak dapat diramalkan sebelumnya.Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu

dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu

demikian luas, pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri,

kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap

seginya terjangkau oleh daya ramal manusia. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan-rumusan

masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pendidik dalam mengemban tugasnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?

2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?

3. Apa pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan penduduk, dan aspirasi masyarakat

terhadap perkembangan masalah pendidikan ?

4. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia dan upaya penanggulangannya ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan dan

menjelaskannya.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-masalah pokok pendidikan

tersebut.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan

penduduk, dan aspirasi masyarakat terhadap perkembangan masalah pendidikan.


4. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan pendidikan di

Indonesia serta upaya penanggulangannya.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai permasalahan yang

terjadi di Indonesia

2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya penanggulangan

berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan kehidupan sosial budaya

dan masyarakat sebagai suprasistem.Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti

apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional.Kaitan erat yang erat antara bidang

pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana

sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga

permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah

diluar sistem pendidikan itu sendiri.Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak

dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana

murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar

sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga

sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak.

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di

Indonesia dewasa ini, yaitu :

a. Bagaimana semua warga negara dan menikmati kesempatan pendidikan

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja

yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan dibahas

empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu

diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu :

1. Masalah pemerataan pendidikan


2. Masalah mutu pendidikan

3. Masalah efisiensi pendidikan

4. Masalah relevansi pendidikan

Keempat permasalahan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

2.1 Masalah Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk

memperoleh pendidikan.Sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber

daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara

khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem aatau lembaga

pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak

usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar

berupa kemampuan membaca menulis, dan berhitung. Sehingga mereka dapat mengikuti

perkembangan kemajuan melalui berbagai media masa dan sumber belajar yang tesedia, baik,

mereka nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan demikian merka tidak

terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan

Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu,

menyiapkan masyarakat untuk dapat berfartisipasi dalam pembangunan

Khususnya pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang, dan tiap

jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan

pendidikan pada tiap jenjang di atur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan

kualitatif serta relevansi yang selalu di tentukan froyeksinya secara terus menerus dengan

seksama, pada jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian memperoleh kes4empatan


pendidikan di dasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif. Karna pada seluruh warga

negara perlu di berikan bekal dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan terutama

pada jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan di dasarkan atas pertimbangan

kualitatif dan relevsi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan

keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan dan ilmu teknologi.

Khusus melalui jalur pendidikan di luar sekolah usaha pemerintahan pendidikan

mengalami perkembangan pesat ada dua faktor yang menunjang yaitu perkemabngan IPTEK

yang menawarkan berbagai macam alternatif perkembangan IPTEK, menawarkan beraneka

ragam alternative model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan

Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk

meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

langkah-langkah yang ditempuh melalui cara-cara konvensional dan cara inovatif :

Cara konvensional antara lain :

a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.

b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar

ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat / keluarga yang kurang mampu agar

mau menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain :

a. Sistem Pamong (Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru) atau Inpact

Sistem (Instructional Management by Parent, Community and Teacher). Sistem ini

dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi)

b. SD kecil pada daerah terpencil

c. Sistem Guru Kunjung


d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)

e. Kejar paket A dan B

f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka

2.2 Masalah Mutu Pendidikan

Jika hasil pendidikan belum tercapai, taraf seperti yang di harapkan penetapan mutu hasil

pendidikan pertama di lakukan oleh lembaga penghasil pertama di lakukan oleh lembaga

penghasil sebagai produsen tenaga kerja terhadap calon luaran,dengan sistem

sertifikasi,selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan karja penilaian di lakukan oleh

lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes untuk kerja (performance test)

hasil belajar yang bermutu jika proses belajar tidak optimal sangat sulit di harakan terjadinya

hasil belajar yang bermutu . jika terjadibelajar yang tidak optimal menghasilkan skor hasil

ujian yang baik , maka hampir dapat di pastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu.

Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Kondisi mutu

pendidikan di seluruh tanah air menunjukan bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah

terpencil lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, acuan usaha pemerataan mutu

pendidikan bermaksud agar system pendidikan khususnya system persekolahan dengan

segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota atau desa ) mengalami

peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.


Pemecahan masalah mutu pendidikan

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal

yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :

a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah untuk SLTA dan PT

b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut

c. Penyempurnaan kurikulum

d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar

e. Penyempurnaan sarana belajar

f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran

g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :

1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan

2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas

3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti EBTANAS, Sipenmaru atau

UMPTN

4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga

2.3 Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan

menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.Jika penggunaannya

hemat dan tepat sasaran dikatakan efisisennya tinggi.Jika terjadi sebaliknya efisiensinya

berarti rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :

a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan

b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan

d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga


Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia

dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas.Masalah penempatan studi sering mengalai

kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

b) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.

Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak efisiensien bisa terjadi antara

lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan

kurikulum.

Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana pendidikan yaitu

diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan

kemampuan sikap dan keterampilan calon pemakai ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang

jelas.

2.4 Masalah Relevansi Pendidikan

Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia.Untuk pembangunan

relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran

yang sesuai, dengan kebutuhan pembangunan.

Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang

beraneka ragam seperti sektor produksi sektor jasa, dll.Relevansi merupakan masalah berat

untuk dipecahkan, utamanya masalah-masalah relevansi kualitas.

Dari keempat macam pendidikan tersebut dikatakan teratasi jika pendidikan :

1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga negara yang

butuh pendidikan dapat ditampung dalam satuan pendidikan.

2. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya, perencanaan pemrosesan pendidikan dapat

mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

3. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan pendidikan sesuai dengan rancangan

dan tujuan yang ditulis dalam rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan pembangunan.

Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang

bermutu belum dapat di usahakan pada saat demikian.

1. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi

rakyat banyak memerlukan peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.

2. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan

mutu karena, jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengarahan, tenaga kerja

pendidik yang tidak memadai dan seterusnya.

2.5 Keterkaitan Permasalahan Pendidikan

Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan dilapangan, ada keterkaitan diantara

masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan mungkin muncul kepermukaan dengan bobot

yang tidak sama.

Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya

pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Ada dua faktor yang dapat

dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan

pada saat demikian, yaitu:

Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan

pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.

Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya

peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga

pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai.

Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya

tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan

ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu memberikan bekal dasar
kepada warga Negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk

mengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.

Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan berkaitan erat dengan

masalah mutu pendidikan.

Bertolak dari gambaran tersebut terlihat juga kaitannya dengan masalah efisiensi.

Karena kondisi pelaksanaan pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya

pelaksanaan pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung tidak efisien. Hasil

pendidikan belum dapat diharapkan relevan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir B dan C di

atas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di

dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro

pembangunan, yaitu masalah di luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhatikan di

dalam memecahkan masalah mikro pendidikan.Masalah makro ini berupa antara lain masalah

perkembangan internasoinal, masalah demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial

budaya, serta masalah perkembangan regional.

Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :

1. Perkembangan iptek dan seni

2. Laju pertumbuhan penduduk

3. Aspirasi masyarakat

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

1. Perkembangan iptek dan seni

a. Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan

teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi

mengenai alam semesta, dan teknologi, adalah penerapan yang direncanankan dari ilmu

pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan iptek itu, misalnya seiring

suatu teknologi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi

ekonomi social baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga penguraian

jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhanbahan-bahan baru, sistem pelayanan baru,

sampai kepada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersuebut minimal dapat

mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru

tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana juga sarana penunjangnya seperti searana

laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu membawa masalah dalam

skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya.Hal ini disinggung dalam butir 3 masalah

efisiensi pendidikan tentang perubahan kurikulum.

Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem

pendidikan. Di samping pengaruh tidak langsung, juga banyak pengaruh yang langsung

terhadap sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan

aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi

kekurangan gurudan gedung sekolah seperti system pamong dan SMP terbuka, pengadaan

guru relatif cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan perlindungan

terhadap profesi guru seperti program akta mengajar. Selain itu diadakan juga program

menghemat waktu belajar (RIT: Reduce Instructional Time), memperluas jangkauan peserta

didik denga biaya relatif murah seperti sistem belajar jarak jauh (BIJ), efektifitas proses

belajar dan kualitas hasil seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara lain

konselor, teknisi sumber belajar,dan lain-lain.


Hampir setiap inovasi mengundang masalah.Pertama, karena belum ada jaminan bahwa

inovasi itu pasti membawa hasil.Kita sudah banyak mendapatkan pengalamandalam hal

ini.Kedua, orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru.Umumnya lebih suka

mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin dan ragu menerima hal baru yang

belum dikenal.

Masalahnya adalah bagaimana cara memperkenalkan suartu inovasi agar orang menerimanya.

Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan

prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya).Kepada masyarakat

sasaran perlu diperkenalkan aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan

manfaatnya serta motif yang mendasarinya.

Lazimnya suatu inovasi baru disebarluaskan setelah lebih dahulu diujicobakan dalam ruang

lingkup terbatas. Masalah pertama muncul pada tahap uji coba, karena biasanya memerlukan

biaya (contoh PPSP: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan pada 8 IKIP sekitar tahun 80-an).

Selanjutnya masalah muncul pada tahap penyebarluasan pelaksanaan hasil uji coba

(diseminasi).Pada tahap ini masalah mencakup banyak hal. Seperti dana, penyediaan

prasarana dan sarana, ketenagaan, kurikulum beserta perangkat penunjangnya, dan seterusnya

yang merupakan faktor –faktor yang dapat menimbulkan masalah. Bahkan jika seandainya

suatu inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru, misalnya antara lajn kurang

cermatnya rancangan yang dibuat.Contoh program diploma yang berhasil dan dapat

memproduksi tenaga baru yang diharapkan, tetapi berakibat alumni S1 tidak terangkat karena

ketiadaan jatah.

b. Perkembangan seni

Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang

mengahasilkan sesuatu yang indah.


Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia.Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan

dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas

dalam menemukan keindahan.Seni membutuhkan pengembangan.

Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian

mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif

khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping kognitif yang

sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain.

Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah

mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.

Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas maka sudah seyogianya jika dunia seni

dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan

kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri di samping

program-program yang lain dalam sistem pendidikan. Di sinilah timbulnya masalah

pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah-sekolah saat ini

menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain

terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk Ebtsnas, di

samping juga sulit menyediaakan tenaga pendidiknya.Lagipula sarana penunjang umumnya

tidak tersedia secara memadai karena mahal.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu :

a. Pertambahan penduduk, dan

b. Penyebaran penduduk

a. Petambahan penduduk

Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) gambaran pertambahan penduduk

adalah sebagai berikut:


Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan

jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian

menurun lebih cepat yaitu sebesar 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu sebesar 3,5%.

Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk.Tentang pertumbuhan

penduduk itu Bank Dunia memperkirakan gambaran seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan

beserta komponen penunjang pembangunan nasional menjadi bertambah.

Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan

angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk

usia sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan

kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan

demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah

lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaaan akan fasilitas sekolah

dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke perguruan tinggi juga meningkat,

khusus untuk penduduk usia tua yang yang jumlahnya meningkat perlu disediakan

pendidikan nonformal.

b. Penyebaran penduduk

Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata.Ada daerah yang padat

penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah

pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan di pulau-

pulau.Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesultan dalam penyediaan

sarana pendidikan.Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani kebutuhan

akanpendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di samping SD regular.Belum lagi

kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Disamping sebaran penduduk seperti

digambarkan itu denganpola yang statis (di kota padat, di desa jarang) juga perlu
diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus

menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih

menyulitkan perncanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak

pola pasaran kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.

3. Aspirasi masyarakat

Dalam dua darsa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat,

khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan,

kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai

melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang

menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan

menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan

pendakian ditangga social.Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan

maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya

memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri.Dorongan yang kuat ini

juga terdapat pada anak-anak sendiri.

Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan dalam bersekolah

dan melanjutkan studi. Mungkin ini dapat dipandang sebagai indicator tentang betapa

besarnya aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.

Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala yang timbul ialah

membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah.Arus pelajar menjadi meningkat.Di kota-kota,

di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal.

Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada

berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa

perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diadakannya

kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan penguranganjam belajar, kekurangan sarana
belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi

sebagaimana digambarkan itu ialah terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan kata lain,

massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu pendidikan.

Massalisasi pendidikan ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam

ukuran (large, medium, small).Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.

Namun demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus diredam, justru

sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum

maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda

kemajuan.

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat

(yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya.

Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaanya pasti dipandang sebagai sesuatu yang

bernilai dan baik.Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau

sudah ketinggalan zaman.Karena itu penilaian dari masyarakat luar ini dianggap

subjektif.Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat

bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman.Jika sesuai dikatakan

maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan terbelakang.

Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak

mengalami perubahan.Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya berubah. Berubahnya

unsur-unsur kebudayaan tersebut tidak selalu bersamaan satu dengan yang lain. Ada unsur

yang lebih cepat dan ada yang lambat laun brubah, namu yang jelas terjadinya perubahan

tidak pernah terhenti sepanjang masa, bahkan meskipun perubahan yang baru itu kea rah

negative.apalagi pada abad ke-20 ini, dimana perkembangan iptek demikian pesat dan

merambah ke seluruh bidang kehidupan.


Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang telekomunikasi/televise

dan transportasi yang menimbulkan revolusi informasi yang menembus batas-batas

antarnegara dan bangsa danmembuat bumi menjadi terasa kecil yang dikenal dengan era

globalisasi, maka mudah terjadi pertukaran kebudayaan antarbangsa. Jika terjadi pertautan

antara unsur kebudayaan baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang lambat berubah

maka terjadilah apa yang disebut kesenjangan kebudayaan (cultural lag).

Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar maupun dari dalam

lingkungan masyarakat sendiri.Kebudayaan baru itu baik bersifat material seperti peralatan-

peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat

nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,

penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:

 Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misalnya terpencil).

 Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami

atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.

 Ketidakampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.

Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami

oleh:

 Masyaakat daerah terpencil.

 Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.

 Masyarakat yang kurang terdidik.

Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaanya

tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan

untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya,

dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat

melibatkan mereka. Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya


(dalam hal ini adalah kebudayaan nasional).Sebab system pendidikan yang tangguh adalah

yang bertumpu pada kebudayaan nasional.Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan

bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman.Jika sistem pendidikan dapat

menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan

serta dalam pembangunan.

4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya

4.1 Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara apa yang diharapkan

dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu

ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan meliputi masalah-masalah

keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan

pendayagunaan teknologi pendidikan.

Masalah aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai

pelaksanaannya.Misalnya, munculnya kurikulum baru merupakan masalah

konsep.Maksudnya, apakah kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara

psikologis ataukah tidak.Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau masalah operasional.

Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :

a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas secara rinci di dalam GBHN butir 2a dan

b, tentang arah dan tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah

manusia yang sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan secara vertikal

(dengan Tuhan Yang Maha Esa), horizontal (dengan lingkungan masyarakat), dan konsentris

(dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Jadi konsepnya sudah
cukup baik.Tetapi didalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani

semestinya.Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif.

Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional, yaitu diantaranya :

 Beban kurikulum sudah terlalu sarat

 Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi

bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada

kemahiran dan pengalaman guru.

 Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan

ketekunan dan kesabaran pendidik.

 Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.

b. Masalah Kurikulum

Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya.Yang

menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta

didik untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberi

bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut). Kedua

macam bekal tersebut harus sudah ditanam dan diberikan sejak masa prasekolah dan SD,

kemudian dasar-dasarnya sudah diperkuat pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar

kedua macam bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal kerja) sudah harus

dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar lanjut maupun yang langsung akan terjun ke

masyarakat.

Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan kurikulum 1984 (SK

No. 0209/U/1984) yang didesain sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada

kurikulum 1984 lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu kurikulum 1984

memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan proses, juga pelaksanaan ko dan

ekstrakurikuler dengan memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.


Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain :

 Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan

untuk memasuki lapangan kerja.

 Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional. Memuat

pengetahuan minimal dan program khusus yang dapat dipilih sesuai dengan

kemampuan dan minat siswa.

 Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).

Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984

menggiring peserta didik untuk beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki

perguruan tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak. Selain itu, ada pula

masalah pada program muatan lokal, misalnya :

 Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat

 Penyusunan program

 Koordinasi pelaksanaan

 Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.

Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan pembina pendidikan

dilapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan ditunjang kemauan yang besar

sebagai tekad bersama.

c. Masalah Peranan Guru

Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan realisasinya dipandu oleh

kurikulum yang selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu komponen sistem

pendidikan juga harus berubah.Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri

melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah petugas

lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer),

menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

(koordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar ( komunikator),

menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan memberikan

dorongan belajar (stimulator).

d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun

UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga negara untuk

mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan

tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,

Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas

program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3 memuat

tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar pada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan

anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

menengah.

Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah

pendidikan nasional butir 26 antara lain mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta

pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dassar yaitu 9 tahun, kita

sudah mengalami langkah maju dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang

menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun.Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh

ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan.

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, antara lain :


 Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih harus

dicarikan titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar

sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.

 Kurikulum yang belum siap

 Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan melalui

bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.

4.2 Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah aktual

pendidikan, antara lain :

a) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung

hanya secara insidental.

b) Pelaksanaan korurikuler dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan

dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan. Untuk

itu perlu dikaitkan dengan pemberian insentif pada guru.

c) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi

dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada

dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi.

d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian

khusus. Karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama

lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pemmbangunan.

e) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan

wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk

menemukan faktor penunjang dan utamanya faktor penghambatnya.


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan,

karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah.Itulah sebabnya, karena pembangunan

sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah.Masalah yang dihadapi dunia

pendidikan sangat luas dan kompleks.Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia,

merupakan makhluk misteri yang banyak teka-teki.Kedua, karena pendidikan harus

mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak pertanyaan. Padahal pemahaman

terhadap hari depan itu penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi

saat ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan, maka

diperlukan rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat

dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dilapangan. Dengan

dikemukakan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan masalah-masalah pokok tersebut

satu sama lain, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dll. Diharapkan para

pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang dihadapi dilapangan,

merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya.

2. Saran

Sebagai mahasiswa khususnya calonpendidik, kita harus menyadari dan memahami

berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi dilapangan sehingga daapat

merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya. Jadilah, mahasiswa sekaligus calon

pendidik yang peka terhadap permasalahan pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Bagio. 2013. "Permasalahan pokok pendidikan",

http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-dan.html?m=1,

diakses pada 13 maret 2021.

76 Edhay. 2014. "Jenis-Jenis Permasalahan Pendidikan di Indonesia dan Cara

Penanggulanganya", https://mahasiswa.ung.ac.id/831413104/home/2014/11/25/jenis-jenis-

permasalahan-pendidikan-di-indonesia-dan-cara-penanggulanganya.html#:~:text=Seperti

%20yang%20sudah%20dikemukakan%20pada,nasional%20yang%20perlu%20diprioritaskan

%20penanggulangannya.&text=Masalah%20pemerataan%20pendidikan,Masalah

%20efisiensi%20pendidikan, diakses pada 13 maret 2021.

Unknown. 2014. "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA

PERMASALAHAN PENDIDIKAN", http://afniatii.blogspot.com/2014/05/faktor-yang-

mempengaruhi-berkembangnya.html?m=1", diakses pada 14 maret 2021.

Umar Tirtarahardja,2000. Pengantar Pendidikan,Jakarta.

Kerja sama perbukuan depdikbud dengan PT.Rineka Cipta (IKAPI)

Majalah Kounika, Universitas Terbuka No. 12 / tahun II 1995, jakarta

Anda mungkin juga menyukai