Laporan Kelompok 9
Laporan Kelompok 9
Laporan Kelompok 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Materi
1.3.2 Ruang Lingkup Lokasi Penelitian
BAB II
2.1 Materi Pembahasan
2.1.1 Siklus Hidrologi
2.1.2 Daerah Aliran Sungai
2.1.3 Fitur ArcGIS Terkait Hidrologi
BAB III
3.1 Studi Kasus
3.2 Langkah Kerja
3.3 Interpretasi
BAB IV
5.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas pembangunan telah menyebabkan terganggunya keseimbangan bio-fisik
pada daerah aliran sungai, sehingga menimbulkan berbagai persoalan seperti erosi,
sedimentasi, banjir, kekeringan, degradasi lahan dan lain-lain. Melihat berbagai
resiko dan kerugian yang terjadi akibat terganggunya keseimbangan Bio-fisik pada
suatu DAS maka DAS perlu dikelola secara terintegrasi dan berkelanjutan.
Namun kendala yang dihadapi selama ini adalah belum tersedianya data yang
akurat tentang suatu DAS terutama di luar pulau Jawa. Akibatnya masing-masing
lembaga yang berwenang dalam pengelolaan suatu DAS mengalami kesulitan untuk
melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisitas atau disingkat dengan
KISS. Akibatnya jumlah DAS yang tergradasi dari tahun ke tahun terus meningkat,
dari 22 DAS kritis pada tahun 1970 meningkat menjadi 62 DAS pada tahun 2004.
Pengelolaan DAS terintegrasi dan berkelanjutan membutuhkan suatu institusi
pelaksana kegiatan yang efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan prasyarat atau
asumsi bahwa perlu kesamaan persepsi tentang wilayah kewenangan masingmasing
lembaga dalam pengelolaan DAS. Penentuan batas dan luas DAS berdasarkan
biofisik mutlak diperlukan untuk melakukan koordinasi baik internal institusi maupun
lintas institusi, sehingga tidak terjadi konflik antar lembaga.
Karena DAS sangat luas, maka dalam penentuan batas DAS secara konvensional
akan menimbulkan banyak kesulitan sehingga pemanfaatan teknologi Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografis menjadi pilihan yang tepat.
Pengelolaan DAS berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan didasarkan
pada keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam
pengelolaan DAS diperkenalkan istilah “one watershed, one plan, one system” yaitu
satu sungai – satu perencanaan - satu sistem pengelolaan yaitu sistem pengelolaan
DAS terpadu.
aliran pada DAS Kota Banjarmasin. Dalam studi ini peneliti menentukan apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi batas DAS, serta untuk penentuan variable apa
saja yang mempengaruhi pola aliran pada DAS Kota Banjarmasin menggunakan
analisis spasial.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Aktivitas pembangunan telah menyebabkan terganggunya keseimbangan bio-fisik
pada daerah aliran sungai, sehingga menimbulkan berbagai persoalan seperti erosi,
sedimentasi, banjir, kekeringan, degradasi lahan dan lain-lain. Melihat berbagai
resiko dan kerugian yang terjadi akibat terganggunya keseimbangan Bio-fisik pada
suatu DAS maka DAS perlu dikelola secara terintegrasi dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan kesamaan persepsi tentang wilayah kewenangan masing-masing lembaga
dalam pengelolaan DAS khususnya mengenai penentuan batas DAS dan pola aliran
DAS. Karena DAS sangat luas, maka dalam penelitian ini penentuan batas DAS
dilakukan dengan pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis untuk mendapatkan batas DAS dan pola aliran DAS di Kota Banjarmasin,
Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2 Langkah Kerja
1. Pastikan unit adalah satuan meter. Caranya dengan klik kanan pada Layer –
Properties – Coordinate System – pilih WGS 1984 – OK
2. Kemudian masukan Demnas Kota Banjarmasin dengan cara klik add data –
masukan data Demnas yang ingin dimasukan – OK.
3. Selanjutnya memastikan data dem yang diunduh sesuai dengan batas admin
yang di miliki atau dalam hal ini (Kab. Banjarmasin) masukan SHP Batas
Administrasi Kota Banjarmasin dengan cara add data – masukan data SHP
“Batas Administrasi Kota Banjarmasin.shp” yang ingin dimasukan – OK.
Setelah dirasa sesuai maka hilangkan centang pada batas admin sebelum
memulai langkah selanjutnya.
4. Kemudian Klik ArcToolbox – Spatial Analyst Tools – Hydrology – pilih Fill.
5. Maka akan muncul jendela Fill, masukan data Demnas Banjarmasin pada
Input surface raster dan di Output surface raster biarkan penyimpanan di data
D. Setelah itu klik OK. (Tunggu Sampai proses data selesai).
6. Selanjutnya klik ArcToolbox – Spatial Analyst Tools – pilih Flow Direction.
7. Maka akan muncul jendela Flow Direction, pada pilihan Input surface raster
masukan data Fill yang sudah dibuat dan di Output surface raster biarkan
penyimpanan di data D – Klik OK.
10. Maka akan mucul jendela Watershed, pada pilihan Input flow direction raster
pilih “FlowDir” dan untuk pilihan Input raster or feature pour point data
masukan data “Fill”. Untuk Pour point field nya pilih Value dan output raster
simpan di data D, jika sudah terisi klik OK.
11. Maka hasilnya akan seperti ini.
12. Selanjutnya klik Arc Toolbox – Spatial Analyst Tool – Hydrology – pilih
Flow Accumulation.
13. Maka akan muncul jendela Flow Accumulation, pada pilihan Input flow
direction raster masukan data “FlowDir” dan pada pilihan Output
accumulation raster simpan data di penyimpanan data D. Pada Output data
type pilih “FLOAT”. Jika sudah klik OK.
16. Maka akan muncul jendela Raster Calculator, masukan data “FlowAcc”
dengan cara double klik lalau klik icon “>” dan ketik angka “40000”. Jika
semakin kecil jumlah cell yang dimasukan maka akan semakin detail juga
hasil DAS nya. Kalau sudah tentukan penyimpanan lalu klik OK.
17. Maka hasilnya sebagai berikut.
18. Lalu kita akan memunculkan hasil dari Raster Calculator dengan cara Klik
kanan pada layer “rastercal” – klik Properties – Unique Values.
19. Selanjutnya Double klik pada Value 0 – klik No Color dan pada Value 1 pilih
warna sesuai dengan keinginan kita. Jika sudah klik OK.
Hasil Flow Accumulation. Warna BIRU merepresentasikan cell dengan nilai
yang besar. Nilai ini dapat diartikan sebagai titik terkumpul dan mengalirnya
air. Jika diperbesar, maka dapat terlihat pola aliran sungai yang terbentuk dari
proses Flow Accumulation
20. Selanjutnya kita convertion data raster menjadi polyline dengan cara klik
ArcToolbox – Conversion Tools – From Raster – Pilih Raster to Polyline.
21. Maka akan muncul jendela Raster to Polyline. Lalu pada pilihan Input raster
masukan “raster_cal”, pada Field pilih Value dan untuk Output polyline
features nya masukan di tempat penyimpanan “D”. Jika sudah Klik OK.
BAB iV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu langkah terpenting dalam menyusun model pengelolaan DAS adalah
menentukan karakteristik DAS, karena DAS bersifat spesifik dan meliputi wilayah
yang relatif luas sehingga dalam penentuan karakteristik masing-masing DAS
diperlukan suatu metode yang memiliki akurasi yang tinggi, mudah untuk digunakan,
dan biaya yang terjangkau. Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh DEM dan SIG
bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk digunakan. Namun, untuk
memperoleh batas dan luas DAS yang akurat, DEM yang ada perlu ditingkatkan
kualitasnya sesuai dengan karakteristik wilayah DAS masing-masing. Untuk menjaga
kelestarian DAS, batas dan luas DAS ditetapkan berdasarkan pertimbangan hidrologi
dan ekologi DAS.