Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Stase 1 JR

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL READING

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DAN PRANIKAH

“THE EFFECT OF EXERCISES ON PRIMARY DYSMENORRHEA”

Disusun Oleh

DINA ALVIONITA

P0 5140420 002

Pembimbing

Else Sri Wahyuni, S.ST, M.Tr. Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


TAHUN 2020

HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA REMAJA DAN

PRANIKAH DENGAN DISMINOREA”

Oleh:

Dina Alvionita

P05140420002

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Else Sri Wahyuni, S.ST, M.Tr. Keb Satiarmi, S.ST

i
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Journal Reading ini dengan judul

“THE EFFECT OF EXERCISES ON PRIMARY DYSMENORRHEA ”. Semoga laporan

pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar.

Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada dosen saya yang telah

membimbing kami untuk menyelesaikan Journal Reading ini. Melalui kata pengantar ini

penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi Journal

Reading ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.Dalam penyusunan

Journal Reading ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat

kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan Journal Reading ini dan untuk pelajaran

bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita

dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, 16 September 2020

 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I ISI JURNAL

A. Judul Jurnal................................................................................. 1
B. Abstrak ....................................................................................... 1
C. Pendahualuan ............................................................................. 1
D. Isi................................................................................................. 3
E. Kesimpulan.................................................................................. 7

BAB II TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal ................................................................................ 8


B. Abstrak ....................................................................................... 8
C. Pendahuluan ............................................................................... 8
D. Isi ................................................................................................ 8
E. Kesimpulan ................................................................................. 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Disminorea ......................................................... 9


1. Definini ................................................................................. 9
2. Etiologi.................................................................................. 10
3. Patofisiologi.......................................................................... 10
4. Tanda dan Gejala................................................................... 11
5. Penatalaksanaan.................................................................... 12
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan.............................................. 13
1. Data Subjektif........................................................................ 12
2. Data Objektif ........................................................................ 16
3. Rencana Tindakan................................................................. 18

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20

iii
iv
BAB I

ISI JURNAL

THE EFFECT OF EXERCISES ON PRIMARY DYSMENORRHEA

Magista Vivi Anisa

Faculty of Medicine, Lampung University

A. Judul Jurnal

The Effect Of Exercises On Primary Dysmenorrhea

B. Abstrak

Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi. Dismenore primer adalah

nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal. Nyeri pada dismenore primer dan

gejala sistemik lain disebabkan karena tingginya kadar prostaglandin. Beberapa faktor

yang berkaitan dengan dismenore primer adalah : usia < 30 tahun, IMT rendah,

merokok, usia menarche dini (< 12 tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang,

nulipara, sindrom premenstrual, olahraga yang tidak adekuat, status sosial ekonomi

yang rendah, diet, dan stres. Dismenore primer dapat diatasi dengan terapi

farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi untuk dismenore

primer adalah olahraga. Terapi olahraga bermanfaat untuk penatalaksanaan dismenore

primer melalui beberapa cara, seperti menurunkan stres, mengurangi gejala menstrual

melalui peningkatan metabolisme lokal, peningkatan aliran darah lokal pada pelvis,

dan peningkatan produksi hormon endorfin. Hasil akhir dari terapi olahraga tersebut

adalah penurunan intensitas serta durasi nyeri pada dismenore primer

C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan

Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi.1 Kata dismenore berasal

dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, yang menurut arti katanya terdiri atas “dys”

berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran.2 Dismenore

diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore

1
primer adalah nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal. Sedangkan

dismenore sekunder terjadi akibat proses patologis, seperti endometriosis,

adenomiosis, penyakit radang panggul, stenosis servikal, mioma atau polip uteri.

Dismenore primer biasanya muncul pada tahun kedua atau ketiga setelah menarche,

yaitu ketika ovulasi mulai teratur. Pada remaja, dismenore primer lebih sering terjadi

dibandingkan dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore primer dialami oleh

54,89% wanita Indonesia di usia produktif

Nyeri pada dismenore primer dan gejala sistemik lain disebabkan karena tingginya

kadar prostaglandin.Setelah ovulasi, sebagai respon terhadap produksi progesteron,

asam lemak di dalam fosfolipid membran sel bertambah. Asam arakidonat dilepaskan

dan memulai kaskade prostaglandin dalam uterus. Prostaglandin F2aakan

menyebabkan hipertonus miometrium dan vasokontriksi sehingga akan menimbulkan

iskemia dan nyeri. Kadar prostaglandin F2a, lebih tinggi selama dua hari pertama

menstruasi pada perempuan dengan dismenore primer Konsentrasi vasopresin dan

leukotrien juga ditemukan lebih tinggi pada perempuan dengan nyeri menstruasi yang

berat dibandingkan pada perempuan dengan nyeri ringan..

Gejala pada dismenore primer adalah nyeri pada garis tengah abdomen bagian bawah

yang mulai muncul beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan mulainya

menstruasi. Nyeri dirasakan paling berat pada hari pertama atau kedua, bersamaan

dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin ke dalam cairan menstruasi. Selain

dirasakan pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam

paha.Beberapa gejala yang menyertai dismenore primer adalah mual/ muntah, pusing,

nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi, dan bahkan pingsan.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer adalah : usia < 30 tahun,

IMT rendah, merokok, usia menarche dini (< 12 tahun), siklus menstruasi yang lebih

2
panjang, nulipara, sindrom premenstrual, olahraga yang tidak adekuat, status sosial

ekonomi yang rendah, diet, dan stres. Konsumsi ikan yang sedikit berkorelasi dengan

dismenore. Sebagai tambahan, merokok dapat meningkatkan durasi dismenore,

diperkirakan karena nikotin menginduksi vasokonstriksi.

Dismenore menyebabkan intoleransi aktivitas, dan nyeri yang berat mengakibatkan

ketidakhadiran kerja atau sekolah. Hal tersebut menyebabkan penurunan output kerja

dan perhatian di kelas. Wanita yang mengalami dismenore menjadi murung, mudah

marah, dan tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri dismenore

juga berkontribusi terhadap sulit tidur dan rasa gelisah.

Dismenore primer dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi.

Terapi farmakologi antara lain : pemberian obat analgetik, terapi hormonal, dan obat

nonsteroid prostaglandin. Terapi nonfarmakologi antara lain: kompres hangat,

olahraga, dan relaksasi.

Salah satu cara untuk meredakan dismenore dengan efek samping yang sedikit adalah

olahraga.15 Telah diketahui secara luas bahwa olahraga dapat menurunkan frekuensi

dan/atau derajat keparahan sindrom dismenore. Secara umum, olahraga dapat

meringankan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan dismenore.

D. Isi

Olahraga adalah salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri.16 Pendapat bahwa berbagai tipe olahraga aktif maupun pasif dapat

meringankan nyeri pada dismenore primer bukanlah sesuatu yang baru.17 Pada

beberapa penelitian, disebutkan bahwa aerobik dan stretching adalah olahraga yang

sesuai untuk dismenore primer.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jerdy dkk. (2012) terhadap 179 siswi berusia 15-

17 tahun, diterapkan olahraga stretching yang dilakukan selama 8 minggu di rumah (3

3
hari seminggu dan dua kali sehari selama 10 menit). Stretching tersebut tidak boleh

dilakukan ketika menstruasi, dan teknik stretching yang benar diperagakan oleh

instruktur yang berkualifikasi dan berpengalaman.

Langkah kedua dari stretchingadalah responden diminta untuk berdiri 10-20 cm di

belakang kursi, kemudian mengangkat salah satu tumit kaki dari lantai, kemudian

diulangi dengan tumit kaki yang lain (Gambar 1. B). Latihan ini dilakukan sebanyak

20 kali.

Langkah ketiga dari stretchingadalah responden diminta untuk melebarkan kakinya

selebar bahu, menempatkan tangan ke depan dalam keadaan teregang, kemudian

melipat lutut dan mempertahakan posisi berjongkok (Gambar 1. C). Durasi posisi ini

adalah selama 5 detik, kemudian responden menegakkan kembali tubuhnya dan

mengulangi langkah yang sama sebanyak 10 kali.

Langkah keempatdari stretchingadalah responden diminta untuk melebarkan kakinya

lebih lebar daripada bahu. Kemudian, responden diminta untuk menyentuh

pergelangan kaki kiri dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri dibentangkan di

atas kepala, sehingga kepala berada di tengah dan posisi kepala menoleh ke arah

tangan kiri (Gambar 1. D). Latihan ini diulangi sebanyak 10 kali untuk masing-

masing bagian tubuh.

Langkah kelimadari stretchingadalah responden diminta untuk berbaring terlentang,

kemudian lutut ditekuk dengan bantuan tangan sampai menyentuh dagu (Gambar 1.

E). Langkah ini diulang sebanyak 10 kali.

Langkah keenamdari stretchingadalah responden diminta berdiri bersandar pada

dinding dan meletakkan tangannya di belakang kepala dan siku menghadap lurus

searah dengan pandangan mata (Gambar 1. F). Latihan ini dilakukan selama 10 menit

dan diulang sebanyak 10 kali.

4
Pada penelitian dengan latihan fisik stretching tersebut, didapatkan hasil bahwa

terdapat penurunan yang signifikan terhadap intensitas nyeri, durasi nyeri, dan

penggunaan obatobatan (p<0,001).

Mahvash dkk. (2012) melakukan penelitian pada mahasiswi di Iran yang bukan atlet

tentang efek aktivitas fisik terhadap dismenore primer. Responden menjalani program

aktivitas fisik selama 8 minggu, 3 hari seminggu dengan durasi 90 menit setiap

latihan. Program aktivitas fisik meliputi 5-10 menit pemanasan, 30-45 menit

stretching untuk bagian pelvis, 10-15 menit latihan stretching bersama pasangan, 10-

15 menit latihan dengan fokus bagian panggul, dan 5-10 menit pendinginan. Hasil

dari penelitian ini adalah terdapat penurunan rasa nyeri yang signifikan setelah

dilakukan aktivitas fisik tersebut (p=0,01).

Terapi olahraga bermanfaat untuk penatalaksanaan dismenore primer melalui

beberapa cara, seperti menurunkan stres, mengurangi gejala menstrual melalui

peningkatan metabolisme lokal, peningkatan aliran darah lokal pada pelvis, dan

peningkatan produksi hormon endorfin.

Endorfin adalah opioid peptida endogen yang berfungsi sebagai neurotransmitter.

Endorfin memiliki struktur yang sama dengan morfin, yaitu obat yang digunakan

untuk menghilangkan rasa sakit.

Endorfin diproduksi dalam tubuh oleh kelenjar pituitari. Pada sistem saraf perifer,

endorfin memproduksi analgesik dengan cara berikatan dengan reseptor opioid pada

kedua pre- dan post- sinaps terminal saraf. Ketika berikatan, akan terjadi kaskade

interaksi yang menyebabkan inhibisi pelepasan takikinin, khususnya substansi P yang

terlibat dalam transmisi nyeri. Pada sistem saraf pusat, endorfin endorfin mengarhkan

aksi primernya pada presinaptik terminal saraf. Namun, endorfin tidak menginhibisi

substansi P, melainkan menginhibisi pelepasan gamma-aminobutyric acid (GABA).

5
Inhibisi tersebut akan menyebabkan peningkatan produksi dopamin yang berkaitan

dengan rasa senang.

Hormon endorfin yang dihasilkan ketika berolahraga kemudian dialirkan ke seluruh

tubuh. Hormon endorfin berperan sebagai analgesik alami di dalam tubuh. Hormon

endorfin akan mengendalikan kondisi pembuluh darah kembali normal dan menjaga

agar aliran darah dapat mengalir tanpa hambatan.21 Peningkatan metabolisme aliran

darah pada pelvis yang muncul selama olahraga dapat mempengaruhi dismenore.22

Peningkatan aliran darah tersebut dapat mengurangi nyeri iskemik selama menstruasi.

Olahrga aerobik menstimulasi pelepasan hormon endorfin. Dehghanzadeh dkk. (2014)

melakukan penelitian terhadap 30 wanita bukan atlet berusia 18-25 tahun dengan

dismenore primer. Pada penelitian tersebut dilakukan perlakuan olahraga aerobik

selama 8 minggu, 3 hari perminggu dengan durasi 45 menit setiap sesi. Hasil yang

didapatkan adalah bahwa terdapat penurunan yang bermakna pada gejala fisik dan

gejala psikologis dismenore primer (p<0,05).

Menari adalah salah satu sumber olahraga aerobik yang baik. Pada kelompok

eksperimen yang telah mengikuti terapi menari selama 4 minggu, terdapat penurunan

nyeri menstruasi yang bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terapi menari

memberikan manfaat untuk menurunkan nyeri selama dismenore primer.

Aktivitas fisik berperan sebagai cara khusus untuk menurunkan nyeri pada dismenore

primer dengan menurunkan ansietas dan stres mental. Stres dianggap sebagai faktor

utama berkaitan dengan aktivitas fisik dan dismenore. Aktivitas fisik memiliki peran

dalam mengurangi stres dan perubahan biokimia pada sistem imun tubuh. Nyeri

menstruasi dapat disebabkan karena peningkatan kontraksi otot uterus yang

dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Stres seharusnya meningkatkan nyeri

menstruasi dengan meningkatkanintensitas kontraksi uterus. Jadi, berdasarkan fakta

6
bahwa olahraga dapat menurunkan stres, aktivitas saraf simpatis dapat juga menurun.

Sehingga intensitas nyeri menstruasi dan gejala terkait lainnya juga dapat menurun.

E. Kesimpulan

Dismenore primer merupakan gangguan ginekologik yang sering terjadi pada remaja

perempuan. Salah satu penatalaksanaan untuk dismenore primer adalah olahraga.

Terapi olahraga bermanfaat untuk penatalaksanaan dismenore primer melalui

beberapa cara, seperti menurunkan stres, mengurangi gejala menstrual melalui

peningkatan metabolisme lokal, peningkatan aliran darah lokal pada pelvis, dan

peningkatan produksi hormon endorfin. Hasil akhir dari terapi olahraga tersebut

adalah penurunan intensitas serta durasi nyeri pada dismenore primer.

7
BAB II

TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal

Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang baik yaitu relevan

dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah menggambarkan isi dari penelitisn. Judul

sudah ditulis secara ringkas, padat dan jelas.

B. Abstrak

Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, hasil dan kesimpulan.

Kemudian kaidah penulisan juga sudah sesuai. Abstrak sudah mewakili inti penelitian.

Bahasanya mudah dImengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah tafsir.

C. Pendahuluan

Pada pendahuluan jurnal ini belum dijelaskan mengenai angka kejadian disminorea

primer di indonesia. Pendahulaun sudah baik karena sudah membahas mengenai

penyebab terjadinya disminore dan sudah menggunakan referensi yang terpercaya

yaitu dari jurnal.

D. ISI

Isi dari jurnal ini sudah membahas sesuai dengan pendahuluan jurnal. Isi dijabarkan

dengan lengkap dan akurat, dengan bahasa yang lugas tidak ambigu. Pembahasan

juga sudah menggunakan referensi dari banyak jurnal pendukung, sehingga

menggunakan teori dari berbagai sumber. Bahasanya juga jelas dan mudah dipahami

oleh pembaca.

E. Kesimpulan

Kesimpulan sudah mampu menjawab secara ringkas dari latar belakang penelitian.

Namun, belum dituliskan saran pada jurnal ini.

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Disminorea

1. Definisi

Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi. Kata dismenorea

berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, yang menurut arti katanya terdiri

atas dys sulit, meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran (Anisa, 2015).

Dismenore atau mentrual cramp juga merupakan salah satu keluhan ginekologi

yang paling sering terjadi pada wanita dalam usia reproduksi berupa berapa nyeri

yang dirasakan pada beberapa saat atau selama menstruasi (Dewi dkk, 2018)

Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama

haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung

beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. ( Larasati dan

Alatas, 2016).

Dismenorea adalah rasa nyeri saat haid yang terasa diperut bagian bawah dan

muncul sebelum, selama dan setelah menstruasi. Dismenorea dapat berdampat

negatif pada aktifitas sehari-hari yang sering terjadi pada remaja yang mengalami

kegelisahan, ketegangan dan kecemasan (Dewi, 2019). Dismionorea terjadi pada

30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan (Marmi, 2015 ).

Dismenorea atau nyeri haid adalah keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan

hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri saat

haid (Deby, 2018).

9
2. Etiologi

Penyebab dari dismenore primer dan sekunder dapat dibedakan, yaitu :

a. Desminore Primer

Menurut Nugroho dan Utomo (2014) nyeri pada dismenore primer diduga

berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang prostaglandin. Nyeri dirasakan

semakin hebat ketika bekuaan atau potongan jaringan dari lapisan rahim

melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviknya sempit. Faktor

lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah rahim yang menghadap ke

belakang (retroversi), kurang berolahraga dan stres psikis atau stress social.

b. Disminore Sekunder

Beberapa faktor penyebab dari dismenore sekunder adalah ;

1) Endometritis

2) Fibroid

3) Adenomiosis

4) Peradangan tuba falopi

5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut

6) Pemakaian IUD .(Nugroho dan Utama,2014)

3. Patofisiologi

a. Patofisiologi Disminore Primer

Disminore primer terjadi karena peningkatan prostagladin (PG) F2-alfa yang

merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus

dan vasokonstriksi pada miomentrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada

bagian bawah perut. Adanya kontraksi yang kuat dam lama pada dinding

rahim, hormon prostagladin yang tinggi dan peleberan dinding rahim saat

10
mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid (Larasati dkk,

2016).

b. Patofisiologi Disminore Sekunder

Disminore sekunder disebabkan oleh peradangan pada panggul, struktur

panggul yang tidak normal, perlekatan jaringan-jaringan di dalam panggul,

endometritis, tumor, polip, kista ovarium dan penggunaan alat kontrasepsi

IUD (Sibagariang, 2016).

4. Tanda dan Gejala

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan

gradenya :

a. 0 : Tidak disminore

b. 1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat, namun

jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri

c. 2: Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut

efektif mengurangi nyeri

d. 3: Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat, tapi

obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri

Berikut tanda gejala klinis berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Disminore Primer

Menurut Nugruho dan Utama (2014) terdapat berapa gejala Disminore Primer

yaitu :

1) Nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar kepunggung bagian

bawah tungkai

2) Kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus

3) Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi

11
4) Sakit kepala, mual, sembelit atau diare, dan sering berkemi.

b. Disminore Sekunder

Menurut Sari dkk (2018) Disminore sekunder memiliki ciri khas yaitu nyeri

mentruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya. Rasa nyeri

tersebut disebabkan adanya masalah ginekologi.

5. Penatalaksanaan

Penanganan dismenore diberikan menurut jenisnya, yaitu dismenore primer atau

dismenore sekunder. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penanganan

dismenore yaitu :

a. Disminore Primer

Menurut Nugroho dan Utama (2014) Untuk mengrangi rasa nyeri bisa

diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan

asam mefenamat). Obat ini sangat efektif jika mulai di minimal 2 hari sebelum

menstruasi dan dilanjutkan sampai hari ke 1-2 menstruasi. Untuk mengatasi

mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah

biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Penanganan lainnya bisa

dilakukan dengan memberikan pil kontrasepsi dosis rendah yang

mengangdung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron.

Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan :

1) Istirahat yang cukup

2) Olahraga yang teratur

3) Pemijatan

4) Yoga

5) Kompres hangat di daerah perut

12
Menurut Runjati dan Umar (2018) penatalaksaan disminore dapat dilakukan

dengan cara, yaitu :

1) Kompres hangat bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau

bantal pemanas khusus meredakan nyeri

2) Minum banyak air, menghindari konsumsi garam dam minuman berkafein

untuk mencegah pembengkakkan dan retensi cairan

3) Makan makanan bergizi, tinggi zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks

dan tidak mengurangi jadwal makan

4) Istirahat dan relaksasi untuk mengurangi nyeri

5) Lakukan aktifitas yang dapat mengurangi stress ( pijat, yoga, meditasi)

6) Saat berbaring telentang tinggikan posisikan pinggul melebihi bahu dapat

meredakan gejala disminore

7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan analgesik (nanopiat) ringan

dan sederhana atau analgesik kombinasi dengan antiinflamasi nonstroid

(AINS), antispasmodik, estrogen dan progesteron, dan suplemen.

b. Disminore Sekunder

Dilakukan terapi causal, yaitu mencari dan menghilangkan penyebabnya

(Marmi , 2015). Bisa dilakukan pemeriksaan dengan melihat kondisi panggul,

ultrasonografi (USG), laparaskopi, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan

vagina (Sibagariang, 2016).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan (Data Fokus)

1. Data Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan data klien

melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti identitas pasien,

13
kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien pada saat melakukan anamnesa

kepada pasien. Identitas atau biodata adalah sebagai berikut:

a. Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya

kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.

b. Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap proses

reproduksi seseorang.

c. Agama

Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang

sedang di anut oleh pasien.

d. Suku Bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan

e. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal

baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng lebih tinggi mudah

mendapatkan informasi

f. Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien

g. Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien

h. Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat pemeriksaan

14
i. Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini, dahulu maupun

riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat penyakit menurun, menahun,

ataupun menular

j. Pola Kebutuhan sehari-hari

1) Makan

a) Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari

b) Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

c) Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

2) Minum

a) Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari

b) Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi

3) Eliminasi

a) Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari

b) Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB

pasien normal atau tidak

c) Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

k. Personal Hygien

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya sehari-hari.

l. Pola Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien sehari-hari.

m. Pola Istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti berapa lama tidur

malam dan tidur siang pasien.

15
2. Data Objektif

Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assasment yaitu apa yang dilihat dan diraskan oleh bidan

setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien.

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, lemah atau keadaan

umummnya pasien pucat dan lemas.

2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis, ataupun

samnolen.

3) Tekanan Darah

untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien

4) Suhu

Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien

5) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit

6) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung per menit

7) Berat Badan

Untuk mengetahui berap berat badan pasien

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan

16
2) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan

3) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka

4) Mata

Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan sklera berwarna

putih atau tidak

5) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip

6) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan telinga

7) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan mukosa bibir

terlihat lembab atau tidak.

8) Abdomen

Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri tekan.

9) Genetalia

Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan kelainan yang

mengganggu.

10) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain

11) Ekstremitas

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnose .

17
3. Rencana Tindakan

Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan

pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan assesment yaitu

rencan apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil evaluai tersebut.

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun

berdasarkan hasil analisia dan interprestasi data yang bertujuaan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin

danmempertahankan kesejahteraanya.

18
BAB IV

PENUTUP

Secara keseluruhan jurnal ini sudah bagus, topik bahasan yang menarik dan bahasa yang

mudah dipahami. Hasil penelitian dibahas secara detail dan mendalam. Referensi yang

digunakan pun banyak, sehingga sudah bisa menjadi jurnal sebagai sumber informasi yang

akurat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Larasati, dkk. 2016. Dismenore Primer dan Faktor Resiko Dismenore Primer pada Remaja.
Jurnal Majority. Vol 5, No 3. Diakses pada 14 September 2020.

Nugroho, Taufan, dan Boby Indra. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Rukiyah, A. Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Timur : Trans Info Media.

Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Modul Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.

Jakarta Selatan. Kemenkes RI.

20

Anda mungkin juga menyukai