Heni Revisi Askeb Coc 2
Heni Revisi Askeb Coc 2
Heni Revisi Askeb Coc 2
OLEH :
HENI WIDYASTUTI
NIM 210703009
Pembimbing I
(Tanda Tangan)
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................iii
BAB I................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................3
1. Tujuan Umum.........................................................................3
2. Tujuan Khusus........................................................................3
BAB II...............................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
A. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN..........................................4
1. KEHAMILAN...........................................................................4
2. ANTENATAL CARE (ANC)..............................................6
3. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS
SELAMA KEHAMILAN
13
B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN......................................21
1. PERSALINAN.......................................................................21
2. ASUHAN PERSALINAN......................................................36
C. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR..............................43
1. BAYI BARU LAHIR................................................................43
2. Perubahan Berat Badan pada Neonatus..............................46
3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal................56
D. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS.......................................65
1. MASA NIFAS.........................................................................65
2. KONSELING ASI...................................................................76
3. PERAWATAN BAYI...............................................................80
iv
E. KELUARGA BERENCANA (KB)................................................84
1. PROGRAM KB......................................................................84
2. KONTRASEPSI.....................................................................86
3. KB SUNTIK 3 BULAN...........................................................87
4. PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA KLIEN MENYUSUI.....88
5. PANDUAN PEMILIHAN KONTRASEPSI.............................89
F. STANDAR KOMPETENSI BIDAN.............................................91
BAB III............................................................................................92
ASUHAN KEBIDANAN..................................................................92
A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III......92
B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN.......................104
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR.................118
D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS..............................135
E. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
AKSEPTOR KB
150
BAB IV..........................................................................................156
PEMBAHASAN............................................................................156
A. Kehamilan................................................................................156
B. Persalinan................................................................................157
C. Bayi Baru Lahir........................................................................159
D. Nifas.........................................................................................160
E. KB dan Kontrasepsi.................................................................162
BAB V...........................................................................................163
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................163
A. Kesimpulan..............................................................................163
B. Saran.......................................................................................164
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................165
LAMPIRAN...................................................................................167
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat menggambarkan
kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data World Health Organization
(WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran
hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah
tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian
ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara
maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 bahwa AKI
tercatat mengalami kenaikan yang signifikasi dari tahun ke tahun yaitu sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup dari target MDG’s untuk AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup.(Depkes, 2012).
Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah gangguan respiratori dann
kardiovaskuler (21,3%), BBLR dan premature (19%), kelainan kongenital (14,8%), dan
infeksi (7,3%). Kematian neonatal dan balita juga paling banyak terjadi di rumah sakit yaitu
68% untuk kematian neonatal dan 62,8% untuk kematian balita. Penyebab utama
kematian bayi adalah gangguan yang terjadi pada masa perinatal (49,8), kelainan
kongenital dan genetic (14,2%), pneumonia (9,2%), diare dan infeksi gastrointestinal
lainnya (7%), viral hemorrhagic fever (2,2%), meningitis (2%), gangguan under nutrisi dan
metabolic (1,3%). (Kemenkes RI, 2020)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 terkait dengan pelayanan
kesehatan ibu hamil menunjukan cakupan pelayanan ANC, bersalin dan nifas semakin
meningkat. Cakupan pelayanan ANC pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan
(K1 akses) sebanyak 95,2%, cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC pertama
pada trimester pertama kehamilan (K1 trimester 1) sebanyak 81,3%,cakupan pelayanan
ANC sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) sebanyak 70%. Potret yang cukup
menggembirakan juga tampak pada profil kesehatan ibu bersalin dan nifas. Proporsi ibu
yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan adalah sebesar 86,9%. Angka peningkatan
yang cukup drastis terlihat pada cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (KF1), yaitu
sebanyak 81,7%. (kesehatan ibu.depkes.go.id;diakses pada tanggal 13 Februari 2015).
Berdasarkan data dan informasi kesehatan provinsi DKI Jakarta tahun 2020 dari
jumlah ibu hamil sebanyak 18367 orang yang melakukan kunjungan K1 sebanyak
6
179612 orang, yang melakukan kunjungan K4 sebanyak 176463 orang, ibu hamil yang
mengalami KEK sebanyak 7653 orang dan ibu hamil yang mendapat Tablet Zat Besi (Fe)
sebanyak 174706 orang. (https://data.jakarta.go.id/dataset/ dalam Portal Data Terpadu
Pemprov DKI Jakarta di akses tanggal 14 Juli 2021)
Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
Di samping itu, dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayana kesehatan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan bidan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan yang komprehensif
atau berkelanjutan (Continuity of Care), Continuity of Care adalah pelayanan yang
dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.
Asuhan yang berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan,
pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua
trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Berbagai upaya sudah
dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir dan balita dengan cara
melalui deteksi dini kelainan pada ibu hamil dan janin dengan menggunakan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Perencanaan Proses Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). Tujuannya adalah untuk membantu upaya percepatan
penurunan AKI. (Ariestanti et al., 2020).
Berdasarkan data-data diatas maka penyusun memberikan Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny. “E” G3P2A0 di PMB Heni Widyastuti Kabupaten Tangerang
Tahun 2022. Sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan yang
mingkin terjadi. Dengan memberikan konseling tentang kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas, dan KB
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa perjalanan kasus mulai dari melakukan
pengkajian, mendiagnosa, dan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan
kondisi pasien, dan dibandingkan teori yang berkaitan dengan Asuhan
Kebidanan dari Hamil, Bersalin, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care
(COC) Pada Ny. E.
2 .Tujuan Khusus
7
1) Mahasiwa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta yang didapatkan
dibandingkan teori pada Kasus Asuhan Kebidanan dari Hamil, Bersalin, BBL
Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E
2) Mahasiswa mampu membuat Assesment untuk : 1) menegakkan mendignosa
dan menentukan masalah 2) membuat diagnosa dan masalah potensial 3)
melakukan tindakan segera jika di butuhkan pada kasus Asuhan Kebidan dari
Hamil, Bersali, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny.
E
3) Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan , merasionalisasi asuhan
yang di berikan dan evaluasi pada kasus Asuhan Kebidanan dari Hamil,
Bersali, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E
C. Manfaat
2. Bagi PMB
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KEHAMILAN
a. Pengertian Kehamilan
Setiap bulan melepaskan satu atau dua telur (ovum) dari indung
telur, telur ditangkap oleh rumbai-rumbai dan masuk kedalam saluran telur.
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan bejuta-juta
sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur.
Disekitar sel telur banyak terkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melidungi ovum. Kemudian pada tempat mudah
dimasuki, masuklah sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur,
9
peristiwa ini disebut konsepsi (Mochtar, 2018)
10
Ovum yang telah dibuahi, segera membelah diri sambil bergerak
(oleh rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada
mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim diperlukan waktu
kira-kira 6 sampai 7 hari. Peristiwa ini disebut nidasi. Sementara itu, untuk
menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin
dipersiapkan plasenta. Jadi, dapat dikatakan untuk setiap kehamilan harus
ada ovum, spermatozoa, konsepsi, nidasi dan plasentasi (mochtar, 2018)
c. Tanda-tanda Kehamilan
11
d. Tanda Bahaya Kehamilan
a. Definisi ANC
Pengertian dari Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
(Manuaba, 2018)
b. Tujuan ANC
12
c. Manfaat ANC
13
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin.
15
status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT padaibu hamil,
disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal minum 90 tablet selama kehamilan diberikan
sejak kontak pertama.
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urine
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan iniditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu
hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah
e. Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
f. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan
darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu
hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria apabila ada indikasi.
16
g. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggidan
ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
h. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggikasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamilsetelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
10) Tatalaksana/penanganan
Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangantenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuksesuai
dengan sistem rujukan. Kebijakan program dalam kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, yaitu:
satu kali pada triwulan pertama, satu kali dalam triwulan kedua dalam
triwulan ketiga (Saifuddin dkk, 2012).
17
periksa urin untuk
18
mengetahui proteinuria).
c. Trimester ketiga (antara minggu 28 – 36)
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester keempat (setelah 36 minggu)
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran dirumah sakit
sedangkan menurut Manuaba (2018) informasi penting untuk ibu
hamil adalah memberikan nasihat dan petunjuk tentang pantang diet
hamil, pekerjaan rumah tangga, hubungan seksual, pemeliharaan
payudara, jadwal istirahat dan tidur, pemberian obat-obatan, merokok,
minum alkohol dan kecanduan narkotik, keadaan darurat pada
kehamilan dan imunisasi. Berikut adalah penjelasannnya:
i. Pantang diet hamil
Manuaba (2018) menjelaskan pada dasarnya dianjurkan
makanan dengan gizi seimbang. Nilai gizi dapat ditentukan
dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5-15 kg selama
hamil. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang,
perlu mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi
penyulit kehamilan.
Kenaikan berat badan tidak boleh ½ kg / minggu
ii. Pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai
dengan kemampuan dan makin dikurangi semakin tua kehamilan
(Manuaba, 2018).
iii. Hubungan seksual
Menurut Manuaba (2018), hamil bukan halangan untuk
melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan
untuk dihentikan bila:
1. Terdapat infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri atau panas
2. Terjadi perdarahan pada saat hubungan seksual
3. Terdapat pengeluaran cairan mendadak
4. Pada pasangan sering mengalami kematian dalam
kandungan, sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
19
iv. Pakaian hamil
22
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus
dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness.
i) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada
peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim
dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air.
24
Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam
folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan,
biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini
dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan
menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, dapat diobati
setelah persalinan.
j) Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang
kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan
semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul
disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.
k) Kram pada kaki
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat
kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium
yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur,
cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
l) Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir
40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon
yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua
akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat
pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan
terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone
yang tinggi
b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
c) Merasakan gerakan anak
d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
e) Libido meningkat
f) Menuntut perhatian dan cinta
g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
25
dirinya
h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada
orang lain yang baru menjadi ibu
i) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan
persiapan untuk peran baru
b. Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan
makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada
trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya
colostrum.
c. Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang
membesar kearah usus selain perubahan hormon progesteron.
d. Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah
ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan
26
merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan
rahim
27
yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi
perut dan dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini
biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama
kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa
panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena berkurangnya
tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma / tulang iga ibu.
e. Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan
makin menekan kandungan kencing ibu hamil.
f. Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
g. Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan
vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada
akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah
panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi
faktor keturunan.
h. Kontraksi perut
Menurut Romauli 2011, rasa kontraksi atau seperti mulas pada
trimester III merupakan keadaan fisiologis dialami pada ibu hamil
trimester III karena kontraksi uterus sebagai persiapan persalinan
(His palsu atau BraxtonHicks). Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini
berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan
hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. His ini merupakan his
bahwa persalinan akan segera terjadi dimana his yang timbul
semakin kuat dan sering. Selain itu juga, adanya kontraksi rahim atau
his yang semakin sering dipengaruhi oleh adanya ketegangan dan
kontraksi otot rahim yang mampu merangsang adanya penurunan
bagian terbawah janin.
Menurut Sulistyawati (2013) ada 2 jenis kontraksi yang dapat terjadi
pada masa kehamilan, false labour yang disebut dengan kontraksi
Braxton Hicks dan true labour yang terasa ketika mendekati atau
berlangsung pada kala persalinan. Semakin keruh air ketuban, maka
risiko terjadinya infeksi pada bayi semakin meningkat.
28
i. Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu
hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema,
yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan
retensi cairan.
j. Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium.
k. Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan
biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut
akan lebih cair.
2) Perubahan Psikologis pada Trimester III Menurut Sulistyawati (2013),
perubahan psikologis pada trimester III adalah :
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, lelah, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menarik.
Pada usia kehamilan trimester III biasanya merupakaan saat
terjadinya kondisi mudah cape dan lelah yg di karenakan pd masa ini
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan janin yang semakin
meningkat BB ibu naik drastis menyebabkan ibu hamil merasa cepat
Lelah. (Jurnal Bidan “Midwife Journal” Vol. 5, No. 1, Jan 2018).
29
B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
1. PERSALINAN
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses keluarnya hasil konsepsi (janin
dan uri) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
jalan lain. (Mochtar, 2015)
Persalinan biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah
proses bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayinya yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala dan pada usia kehamilan antara 37-42
minggu. (DepKes RI, 2015)
b. Etiologi Persalinan
Menurut Mochtar (2015) yang menyebabkan terjadinya persalinan
belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang
kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
Pada teori penurunan hormon, dikatakan bahwa satu sampai
dengan dua minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar hormon progesteron turun.
Teori plasenta menjadi tua, menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. Teori distensi rahim
menyatakan bahwa rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan diskhemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter. Teori iritasi mekanik menyatakan bahwa dibelakang
serviks terletak ganglion servikalis (fleksus Frankenhauser). Bila ganglion
ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul
kontraksi uterus.
Pada teori Induksi partus (Induction of labour) dikatakan bahwa
partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan memasang gagang laminaria,
yaitu beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan merangsang pleksus Frankenhauser atau dengan melakukan
21
amniotomi atau pemecahan ketuban atau dapat pula dengan oksitosin
drips, yaitu dengan pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
c. Bidang Hodge
Tabel
Penurunan Kepala (JNPKR, 2017)
22
d. Permulaan Terjadinya Persalinan
Dengan penurunan hormon progesterone menjelang persalinan
dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim dapat menyebabkan turunnya
kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke
36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah diatas simphisis pubis dan
sering ingin kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan
kepala. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.
Perasaan sakit pada waktu his bersifat subyektif, tidak hanya
tergantung pada intensitas his, tetapi tergantung pula pada keadaan
mental ibu. Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia
dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut syaraf. Jika ibu hamil
tahu apa yang sedang terjadi padanya, maka tidak ada rasa takut dan ia
dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi.
Ketenangan ini membuat perasaan sakit saat his hanya sedikit atau sama
sekali tidak terasa. (Prawirohardjo, 2016).
23
i. Passage ( Jalan Lahir )
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khusunya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatip kaku. Oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
ii. Passenger ( Janin dan Plasenta )
Passager atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat iteraksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passager yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal.
iii. Power ( Kekuatan )
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan
primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila servik berdilatasi,
usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan
sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi
involunter. (Fitramaya, 2018)
24
g. Tanda-tanda Persalinan
Manuaba (2015) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang
dapat menjadi tanda-tanda akan tejadinya persalinan. Berikut ini adalah
tanda-tanda persalinan tersebut :
a. Terjadinya His Persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatannya makin bertambah
b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan pada serviks yang menimbulkan :
1) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada servikalis
lepas
2) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. (Manuaba, 2015)
h. Tahapan Persalinan
Menurut Mochtar (2015), tahapan proses persalinan terdiri dari 4
kala. Kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show) karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi 2 fase, yaitu
fase latent dan fase aktif. Pada fase latent, lama pembukaan serviks
berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam 7-
8 jam. Sedangkan pada fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi
atas 3 sub fase, yaitu : periode akselerasi yang berlangsung dalam 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal (steady)
berlangsung selama 2 jam dimana pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm, periode deselerasi yang berlangsung lambat dalam waktu
25
2 jam dimana pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. Fase-fase
tersebut biasa dijumpai pada prigmigravida, sedangkan pada pada
multigravida fase laten, fase aktif dan sub fasenya berlangsung dalam
selang waktu lebih cepat. Pada prigmigravida berlangsung 13-14 jam,
pada multigravida 6-7 jam.
Kala II disebut juga kala pengeluaran janin, dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan keluarnya bayi. Pada kala II,
his menjadi lebih adekuat dan makin sering serta teratur. Dalam waktu 10
menit dapat 4 kali terjadi his yang lamanya 45 detik. Pada kala II kepala
janin sudah masuk pintu atas panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasakan pula tekanan pada rectum
seperti ingin buang air besar, perineum menonjol dan melebar dengan
anus yang membuka. Labia membuka dan tidak akan masuk lagi jika
tidak ada his, dengan adanya his kekuatan mengedan jadi lebih
maksimal. Kepala janin dikelurkan dengan suboksiput di bawah simpisis.
Lalu dahi dan dagu melewati perineum, his mulai ada lagi dan setelah itu
keluarlah anggota badan dan tubuh bayi. Pada primipara kala II
berlangsung selama 1,5-2 jam, pada multipara berlangsung selama 0,5-1
jam. Tanda dan gejala kala II adalah ibu merasakan ingin meneran
bersamaan terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya
tekanan pada rectum dan atau vagina, perineum menonjol, vulva vagina
dan spingterani terlihat membuka dan peningkatan pengeluaran darah.
Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap
atau terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kontraksi uterus istirahat
sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan mengeluarkan uri, maka dalam waktu
5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simphisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir, pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran
darah +100-200 cc. Pada persalinan ini dilakukan manajemen aktif kala
26
III yang lebih singkat dan mengurangi jumlah kehilangan darah serta
mengurangi terjadinya retensio plasenta. Manajemen aktif kala III terdiri
dari tiga langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitocyn 10 IU secara
intra muscular, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan
rangsangan taktil (pemijatan/massage) fundus uteri.
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Setelah plasenta lahir kontraksi otot rahim keras sehingga
pembuluh darah terjepit untuk proses menghentikan perdarahan.
Kemudian melakukan observasi dan pengukuran cermat pada tekanan
darah, nadi, pernafasan, kontraksi otot rahim. Perdarahan sering terjadi
selama 2 jam pertama.
i. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala
melewati panggul. Mekanisme saat ini sangat diperulkan engingat
diameter paling besar dari panggul.
a) Diameter kepala janin yang diperhatikan :
1) Diameter biparetal yaitu jarak antara dua parietal
2) Diameter suboccipito bregmatika jara antara pertemuan leher dan
oksiput ke bregma (ubun-ubun besar 9.5 cm).
3) Diameter occipitofrontalis yaitu jarak dari oksiput ke sinsipital (11,5
cm).
4) Occipitomento yaitu jarak dari ubun-ubun kecil ke mentium (dahi)
12,5 cm-13,5 cm.
5) Submentobregmatik yaitu jarakpertemuan leher dan rahang
bawah ke bregma 9,5 cm.
b) Gerakan-gerakan janin dalam persalinan/gerakan cardinal adalah
sebagai berikut :
1) Engangement
Engangement pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan, sedangkan pada multi gravida dapat terjadi
pada awal persalinan. Engangement adalah peristiwa ketika
diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang/oblik dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.
Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk
27
kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam antero posterior.
Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan
suturasagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal kana dan kiri
sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga
dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke
promontorium atau ke sympisis maka hal ini disebut asinklitismus.
Ada dua macam asinklitismus yaitu asinklitismus posterior dan
asinklitismus anterior.
i. Asinklitismus Posterior
Keadaan bila sutura sagitalis mendekati symfisis dan
tulang parietal belakang lebih rendah dari pada tulang parital
depan. Terjadi karena tulang parital depan tertahan oleh
simfisis pubis sedangkan tulangparital belakang dapat turun
dengan mudah karena adanya lengkungan sacrum yang luas.
ii. Asinklitismus Anterior
Yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati
promontorium dan tulang parietal depan lebih rendah dari
tulang parietal belakang.
Perubahan awal kepala janin dari asinklitismus
posterior kedalam keadaan asinklitismus anterior
memudahkan mekanisme persalinan karena sesuia dengan
keadaan panggul dengan adanya lengkung sacrum.
Engangement dan penurunan kepala terjadi secara
simultan/bersamaan, tetapi untuk kepetingan pembelajaan
dibahas secara terpisah.
2) Penurunan Kepala
Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penuerunan
kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan
yang mendukung menurut Cuningham dalam buku Obstetri
William yang diterbitkan tahun 2015 dan Ilmu kebidanan Varney
2012 :
i. Takanan langsung fundus pada bokong
ii. Kontraksi otot-otot abdomen
28
iii. Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang
janin.
3) Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong
maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul
atau dasar panggul. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi
maka diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub
oksipitobregmatika 9 cm. Posisi dagu bergerak kearah dada janin.
Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba dari
pada ubun-ubun besar.
4) Rotasi Dalam/Putar Paksi Dalam
Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran
bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan
sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana
bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun
kecil memutar kedepan sampai berada dibawah simpisis. Gerakan
ini adalalah upaya kepada janin untuk menyesuaikan dengan
bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala.
Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina)
atau setetelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-
ubun kecil mengarah ke jam 12.
Sebab-sebab terjadinya putar paksi dalam yaitu:
i. Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada
letak fleksi.
ii. Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit
yang disebelah depan atas yaitu hiatus genitalis antara
muskulus levator ani kiri dan kanan.
5) Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput
berhimpit langsung pada margo inferior simpisi pubis.
Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala
menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya. Pada
saat kepala janin mencapai dasar panggul tidak langsung
29
terekstensi, akan tetap terus didorong kebawah sehingga
mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua gaya yang
mempengaruhi, yaitu:
a) Gaya dorong dari fudus uteri kearah belakang.
b) Tahanan dasar pangul dan simpisis kearah depan.
c) Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong kevulva dan
terjadilah ekstensi.
Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya
penegangan pada perineum dan intreitus vagina. Ubun-ubun kecil
semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat
pergerakan maka berangsur-angsur lahirlah ubun-ubun kecil,
ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung mulut dan dagu. Pada saat
kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada diatas anus ibu.
6) Rotasi Luar/Putar Paksi Luar
Terjadi gerakan rotasi luar atau putar paksi luar
dipengaruhi oleh factor-faktor panggul, sama seperti rotasi dalam.
Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah
punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan
tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin
menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada
mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar
kearah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan
maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Sutura sagitalis kembali
melintang.
7) Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan
belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu
depan, bahu belakang, badan seluruhnya.
30
j. Langkah APN
1) Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan
2) Pastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.
3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan meyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih dan mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering
dan bersih.
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum menyeka nya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas
atau kassa yang di basahi dengan air DTT.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9) Dekontaminasi sarung tangan celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan
sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam klorin 0,5 %
selama 10 menit cuci kedua tangan setelah sarung tangan di
lepaskan.
10) Periksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)
11) Memberitahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik membantu ibu berada posisi yang nyaman sesuai keinginan
nya.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan dia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran .
31
14) Anjurkan ibu untuk jalan, jongkok dan miring kiri atau miring kanan
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi sudah berdiameter 5-6cm.
16) Meletakkan kain yang bersih di lipat satu pertiga bagian, di bawah
bokong ibu.
17) Membuka partus set.
18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada dua tangan.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,lindungi
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak mengahambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernafas cepat saat kepala lahir.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan proses kelahiran bayi.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menarik nya
kearah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul ke
bawah arkus pubis dan kemudian lengan lembut menarik keaarah
ats dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat di lahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir
24) Setelah tubuh dari lengan lahir menelususrkan tangan yang ada di
atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga nya saat
panggul dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati dan membantu kelahiran kakai.
32
25) Menilai bayi dengan cepat kemdian meletakkan bayi diatas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (janin tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU
secara IM di sepertiga paha kanan luar ibu.
30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat dan geser hingga
3 cm proksimal dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu
(sekitar 5 cm) dan klem tali pusat sekitar 3 cm distal dari klem
pertama.
31) Pengikatan dan pemotongan tali pusat.
32) Letakkan bayi secara tengkurap di dada ibu dengan cara skin to
skin.
33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan lain mendorong uterus kearah belakang- atas (droso
kranial) secara berhati-hati (mencegah inversion uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas
36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsi kranial ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah
33
distal maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta
dapat di lahirkan.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah yang telah di
sediakan.
38) Segera setelah palsenta dan selaput lahir, lakukan masase uterus,
letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
39) Periksa kedua sisi plasenta pastikan telah di lahiran lengkap.
Masukan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus.
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidka terjadi
perdarahan
pervaginam.
42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam tangan dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir keringkan tangan dengan tissue atau
handuk.
43) Pastikan kandung kemih kosong
44) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uteus dan
menilai kontraksi .
45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40 – 60 x/menit) .
48) Menempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05, %
untuk dekontaminasi dalam waktu 10 menit, cuci dan bilas setelah
dekontaminasi.
49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai.
34
50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT berishkan cairan ketuban lender dan darah
di ranjang atau sekitar ibu. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
53) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering.
55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
56) Dalam satu jam pertama, beri salep mata atau tetes mata profilaksi
infeksi, vit K I mg secara IM di sepertiga paha luar kiri bayi.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasn bayi (normal 40-60 x/m)
dan termperatur tubuh (36,5 – 37,5).
57) Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imuninassi hepatitis
B di sepertiga paha luar kanan bayi. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat di susukan.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan tisuus atau handuk.
60) Lengkapi pertograf (halaman depan dan belakang, periksa tanda
vital dan asuhan kala IV peralinan).(JNPK-KR, 2012)
35
menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir.(Roesli
2012)
Segera setelah lahir, bayi lahir dan tali pusat di ikat letakan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan
sampai bayi dapat menyusui sendiri. Bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah
atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses
ini. Ibu di beri dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu,
menolong bayi bila di perlukan (JNPK-KR, 2012).
2. ASUHAN PERSALINAN
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai
selama persalinan dengan upaya mencapai pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi dimasukkan sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga/orang yang memberi
dukungan bagi ibu.
36
d) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk
memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh
mukanya di antara kontraksi,
e) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya,
f) Ajarkan kepadanya teknik bernapas: ibu diminta untuk menarik
napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian
dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar sewaktu terasa
kontraksi,
3) Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi
100 mg) I.M. atau I.V. secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB
I.M., atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg supositoria atau
metamizol 500 mg per oral.
4) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara
lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain
tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
5) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan.
6) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air kecil/besar.
7) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi
dengan cara:
a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar,
b) Menggunakan kipas biasa,
c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
8) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan
cukup minum.
9) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
37
a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi,
b) jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu, dengan cara:
a) Menjaga privasi ibu,
b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan,
c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan
ibu.
4) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi
berikut:
a) Jongkok,
b) Menungging,
c) Tidur miring
d) Setengah duduk.
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa
nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum
dan infeksi.
5) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering
mungkin.
6) Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah dehidrasi.
7) Memimpin mengedan jika ada his dan menganjurkan ibu menarik nafas
jika his mereda. Bernafas selama persalinan untuk menjaga agar
perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta
mencegah robekan. Pemantauan denyut jantung janin untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi(< 120). Melahirkan bayi
yaitu menolong kelahiran kepala, periksa tali pusat, dan melahirkan
bahu dan seluruh anggota tubuh. Kemudian bayi dikeringkan dan
dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh agar tidak terjadi
hipotermi
38
b) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau
memberikan ergometrin 0,2 mg I.M.
39
d. Penanganan dan Asuhan Kebidanan Kala IV
3. PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan
sejak fase aktif persalinan. Tujuan Utama dari pengguanaan partograf adalah
untuk :
40
b. Mendeteksi apakah proses persalian berjalan secara normal
c.Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
tindakkan yang diberikan dimana semua dicatat dengan rinci pada status.
Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala I dan
kelahiran bayi di semua tempat, Secara rutin oleh semua penolong persalinan
a. Inforamsi ibu tentang nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu), dan waktu
b. Kondisi janin yang dicatat adalah DJJ warna dan adanya air ketuban,
bagian terbawah atau presentasi janin dan garis waspada serta garis
bertindak.
d. Jam dan waktu, waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual saat
41
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan seperti oksitosin, dan obat-obatan
secara IV
g. Kondisi ibu yaitu nadi, tekanan darah, suhu, volume urin, dan protein urin.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara saksama yaitu:
a. Setiap setengah jam : DJJ, Frekuensi dan Lamanya kontraksi uterus dan
Nadi
temperatur tubuh, serta produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir.
42
C. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
1. BAYI BARU LAHIR
a. Pengertian bayi baru lahir
Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi
yang baru lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL
memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain)
dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak
sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy
Marie, 2016). Menurut Sarwono (2016) dalam buku Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 2500-
3000gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2010). Masa
neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesuai
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia
1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.
Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010).
Umumnya bayi baru lahir akan dianggap sehat bila langsung menangis
saat lahir. Seluruh tubuhnya tampak kemerahandan tidak terlihat pucat
atau biru. Selain itu, bayi memiliki gerakan yang aktif dan bisa menetek
dengan kuat. Selain itu berat bayi sehat minimal 2,5 kg (Ronald, 2011).
Bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram sampai dengan 4000 gram
dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Bayi baru lahir
dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 0-28 hari disebut
neonatal lanjut (Sari dan Rimandini, 2014).
43
4) Lingkar dada 30-38 cm.
5) Lingkar kepala 33-35 cm .
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit,
kemudian menurun sampai 120-160×/menit.
8) Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40-60×/menit
9) Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa,
10) Kuku panjang
11) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
12) Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki).
13) Nilai APGAR >7. Gerak aktif
14) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
15) Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
16) Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
17) Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada
pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan baik.
18) Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012)
44
2) Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai
hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali
pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat,
keamanan dan tanda-tanda bahaya.
3) Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai
hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan
dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.
untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif . Reflek bersifat sementara dan
jari lalu dengan tarikan cepat seakan memeluk seseorang. Reflek tonik neck
45
adalah reflek otot leher, anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan,
taktil pada pipi dan daerah mulut, anak beraksi memutar kepala seakan
mencari puting susu. Reflek sucking adalah reflek untuk menghisap dan
adalah reflek untuk melangkah, jika bayi dibuat posisi berdiri akan ada
2014)
46
hari dan berat badan bertambah pada usia 12 – 14 hari. Penurunan
berat badan yang lebih dari 10% dari berat lahir menjadi perhatian
khusus.
Meskipun beberapa pola penurunan berat badan sudah ada
dalam literatur, namun masih kurangnya indikator morbiditas dan
mortalitas yang terkait dengan persentase dari berat yang hilang
selama dua minggu pertama postpartum. (JNPK-KR, 2012).
1) Pada neonates
a) Neonatus menyusu 8-12 kali dalam 24 jam.
b) Neonatus melekat dengan benar pada setiap payudara dan
menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap
payudara.
c) Neonatus akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali
tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang
kedua.
d) Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna
47
putih susu diantaranya (seedy milk) selama 4-5 hari pertama.
e) Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari.
f) Frekuensi buang air kecil lebih dari 6 kali dalam sehari.
2) Pada Ibu
a) Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai hari ke-4 setelah
melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih
hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan.
b) Puting payudara terasa sakit pada hari-hari pertama menyusui.
Apabila sakit ini bertambah dan menetap 5-7 hari, lebih-lebih apabila
disertai lecet, hal ini merupakan tanda neonatus tidak melekat
dengan baik saat menyusu.
c) Setelah 2-3 minggu, ibu sebaiknya memperhatikan sensasi yang
berhubungan dengan milk ejection dan milk let-down reflex. Payudara
terasa kencang saat susu mengalir. Ketika milk ejection terangsang,
neonatus mulai menghisap susu, dan susu akan menetes dari
payudara lain. Mendengar tangisan neonatus dapat menyebabkan
milk let-down reflex. Pemberian ASI yang tidak adekuat
meningkatkan resiko kekurangan intake kalori, dehidrasi akibat
menurunnya volume cairan, dan menurunnya motilitas
gastrointestinal. Selama minggu pertama kehidupan postnatal, ketika
volume ASI yang diproduksi tidak sebanding dari total kehilangan
cairan, neonatus cinderung mengalami kehilangan berat badan
sekitar 5% sampai 8%. Penurunan berat badan yang berlebihan
merupakan salah satu indikator ketidakcukupan ASI, baik produksi
ASI maupun proses pemberian ASI kepada neonatus. (Suherni, dkk.
2009).
b. Masa Gestasi
48
penurunan berat badan yang lebih tinggi dibanding neonatus yang lahir
aterm. Pada neonatus yang lahir cukup bulan, penurunan berat badan
kurang dari 10% dari berat badan lahir. Sedangkan pada neonatus yang
lahir kurang bulan, penurunan dapat terjadi hingga 15%.
c. Ekskresi neonates
c. Defekasi
Defekasi merupakan suatu proses evakuasi tinja dari dalam
rektum, yaitu bahan yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan
dari dalam tubuh. Proses defekasi berawal dari adanya mass
movement dari kolon desenden yang mendorong feses ke dalam
rektum. Mass movement timbul lebih kurang 15 menit setelah makan
dan hanya terjadi beberapa kali sehari. Adanya tinja di dalam rektum
menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja ke arah
sfingter ani.
1) Fisiologi Defekasi pada Neonatus
Pada neonatus perkembangan fungsi dan struktur anorektal
bertambah sesuai umur. Rektum bertambah panjang disertai dengan
tumbuhnya katup rektal dan sudut anorektal. Terdapat variasi waktu
terjadinya perkembangan reflek inhibitor rektoanal. Pada kontrol
volunter, distensi rektal akan dengan cepat menyebabkan hilangnya
aktivitas elektrik dan tonus dari spincter ani eksternal.
Defekasi pada neonatus diawali dengan keluarnya mekoneum.
Mekoneum adalah tinja yang berwarna hitam, kental dan lengket
49
yang merupakan campuran sekresi kelenjar intestinal dan cairan
amnion. Pada keaadaan normal, mekoneum akan keluar 36 – 48
jam pertama setelah lahir sebanyak 2- 3 kali per hari
24 jam
50
tinja
Dibandingkan pada neonatus susu yang tipis/
tinja pada dengan susu sedikit – sedikit
neonatus yang formula merupakan
Mendapatkan berwarna lebih petunjuk bahwa
susu formula pucat sampai neonatus lebih
coklat muda, banyak
dengan mengkonsumsi
konsistensi hindmilk
yang lebih liat. dibandingkan
foremilk
51
Lemoh & 1 minggu - 4
broke ( 1979 ) 8 – 28 hari - 2,2
1 – 12 bulan - 1,8
13 – 24 bulan - 1,7
b) Pemberian ASI
Beberapa penelitian yang membandingkan pola defekasi pada
neonatus yang mendapat ASI dan susu formula pada umumnya
memfokuskan perhatian pada bulan bulan – bulan pertama
kehidupan, dan hasil yang dilaporkan menunjukkan neonatus yang
mendapat ASI memiliki frekuensi defekasi yang lebih sering
dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan susu formula.
Hal ini secara umum dapat dijelaskan dengan adanya
peningkatan gastric inhibitor polypeptide, motilin, neurotensin, dan
vasoaktive intestinal peptide pada neonatus yang mendapatkan susu
formula dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan ASI.
Selain itu ASI kaya dengan protein dan oligosakarida yang tidak
dapat dicerna, sehingga dapat meningkatkan volume, osmolaritas
dan akhirnya dapat meningkatkan defekasi. Frekuensi menyusui
yang sering akan menyebabkan stimulasi reflek gastrokolik dan
frekuensi defekasi yang lebih sering
c) Masa Gestasi
Kematangan organ pada neonatus dipengaruhi oleh masa
gestasi. Pada usia kehamilan 27 dan 30 minggu, usus halus
menunjukkan pola motilitas yang tidak teratur dan menjadi pola yang
lebih matang pada umur kehamilan 33 sampai 34 minggu dimana
terdapat kompleks migrasi mioelektrik. Perubahan pada motilitas
sistem gastrointestinal mempengaruhi frekuensi feses.
d) Motilitas Gastrointestinal
Molitilitas organ saluran cerna diatur oleh input dari miogenik,
neural dan neuroendokrin. Beberapa faktor yang mempengaruhi
motilitas saluran cerna antara lain aktivitas listrik otot polos
gastrointestinal, kontraksi otot, sistem syaraf, neurotransmitter dan
52
hormon yang disekresi oleh neuron – neuron enterik yang
berpengaruh terhadap motilitas gastroitestinal.
Hormon motilin adalah suatu hormon polipeptida yang disekresi
oleh sel enterokromatin usus, terbukti dapat membantu meningkatkan
motilitas usus sehingga meningkatkan pola frekuensi defekasi. Motilin
pada oang dewasa, diproduksi oleh sel endokrin yang berada di atas
usus halus. Hormon ini berperan pada pemendekan waktu transit di
usus halus. Kadar motilin plasma akan meningkat setelah
mendapatkan diet secara enteral pada neonatus kurang bulan.
Tingginya kadar motilin dalam darah saat masa neonatus
berhubungan dengan efisiensi motorik dari saluran cerna.
d. BAK
Kencing atau berkemih merupakan suatu proses pengosongan urin
dari kandung kemih. Kencing pada dasarnya adalah suatu reflek spinal
yang dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak. Urine yang masuk
kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal
yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh.
Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor
tekanan intra vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah
merupakan faktor penting untuk berkontraksinya kandung kemih secara
volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra
eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami
kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra.
1) Fisiologi Kencing pada Neonatus
Pada neonatus, terjadi proses fisiologis diuresis pada 48 sampai
72 jam post natal. Hal ini berhubungan dengan perubahan komposisi
cairan ekstraseluler pada neonatus. Perkembangan fungsi sistem
traktus urinarius akan mencapai fungsi sesuai dengan dewasa seiiring
dengan bertambah umur. Perkembangan pada sistem traktus urinarius
sangat berpengaruh terhadap produksi urin. Pada saat lahir, pembuluh
darah ginjal mempunyai resistensi vaskuler yang tinggi sehingga aliran
darah yang menuju ke ginjal masih relatif minimal dibandingkan dewasa
yaitu kurang dari 10 % sedangkan aliran darah yang menuju ginjal pada
dewasa sekitar 25%. Hal ini memungkinkan produksi urin yang relatif
53
lebih rendah dibandingkan pada dewasa.37 Nilai normal frekuensi
kencing pada neonatus yang mendapat kecukupan nutrisi lebih dari 6
kali dalam sehari.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kencing pada Neonatus
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi kencing pada
neonatus yaitu :
a) Pemberian ASI
ASI merupakan sumber nutrisi yang penting untuk neonatus.
ASI mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan oleh
neonatus termasuk kebutuhan akan cairan. Neonatus yang tidak
mendapatkan cukup cairan dari konsumsi ASI akan mengalami
dehidrasi. Kondisi dehidrasi inilah yang memunculkan respon pada
neonatus untuk mengurangi frekuensi kencing. Neonatus yang
mengalami dehidrasi ringan, masih mempuyai frekuensi kencing yang
normal sedangkan pada dehidrasi sedang sudah mulai didapatkan
perubahan frekuensi kencing yang berkurang dan urin tampak lebih
pekat. Sedangkan pada dehidrasi berat akan ditemukan frekuensi
urin yang rendah atau oligouria bahkan hingga mencapai anuria.
Pemberian ASI eksklusif ataupun pemberian ASI dengan susu
formula berperan serta dalam perubahan frekuensi kencing. Pada
neonatus yang mendapatkan ASI eksklusif, frekuensi kencing lebih
rendah daripada neonatus yang mendapatkan nutrisi kombinasi ASI
dan susu formula. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan
protein dan elektrolit pada ASI dan susu formula yang mempengaruhi
ekskresi ginjal untuk mengatur pembuangan zat- zat tersebut di
dalam urin.
b) Komposisi Cairan Tubuh
Pada neonatus, proporsi cairan tubuh lebih tingi dibanding pada
dewasa yaitu sekitar 78% dari berat badan. 40,41 Komposisi cairan ini
terbagi dalam kompartemen ekstraseluler dan intraseluler dengan
perbandingan 1 : 1 pada saat lahir. Volume cairan ektraseluler pada
neonatus mencapai 35 % dari berat badan sedangkan pada dewasa
hanya 20 % dari berat badan. Oleh sebab itu, pada neonatus terjadi
diuresis atau pengurangan cairan ekstraseluler hingga mencapai
komposisi cairan tubuh pada dewasa. Derajat diuresis ini dipengaruhi
54
oleh beberapa faktor antara lain banyaknya cairan intravena yang
diberikan terhadap ibu sebelum melahirkan.
c) Fungsi Ginjal
Frekuensi urin berhubungan dengan ekskresi urin oleh ginjal.
Ginjal pada neonatus memiliki kapasitas fungsi yang belum
sempurna. Kualitas fungsi ginjal pada neonatus tergantung pada
masa gestasi yang menentukan pertumbuhan ginjal pada saat lahir.
Fungsi ginjal dipengarahuhi pula oleh stress lingkungan akibat dari
penyakit ataupun penatalaksanaan klinik.
Pada saat fetus, tahanan pembuluh darah ginjal tinggi dan
resistensi ini masih tetap tinggi hingga beberapa bulan setelah
kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan aliran darah yang menuju
ginjal lebih rendah dibanding pada dewasa yang mempengaruhi
produksi urin.
d) Masa Gestasi
Masa gestasi merupakan saah satu faktor yang berpengaruh
terhadap fekuensi urin sebab masa gestasi mempengaruhi tingkat
kematangan organ dalam neonatus termasuk sistem traktus
urinarius. Neonatus yang lahir preterm memiliki cairan ekstraseluler
lebih tinggi dibanding dengan neonatus aterm sehingga diuresis pada
neonatus preterm terjadi lebih tinggi dibanding neonatus yang lahir
aterm. Neonatus yang lahir preterm lebih sering mengalami cidera
pada parenkim ginjal akibat asfiksia yang dapat mengakibatkan
nekrosis tubular akut serta menimbulkan gejala oliguria atau anuria.
e) Berat Lahir
Berdasarkan litelatur penelitian, neonatus yang mempunyai
berat lahir rendah akan memiliki frekuensi kencing yang tinggi
dibandingkan neonatus yang lahir dengan berat badan normal.
Keadaan ini disebabkan oleh neonatus yang berat lahir rendah
cinderung lebih banyak mengkonsumsi susu formula.
55
hingga volume cairan neonatus mencapai 60 % dari berat badan seperti
pada dewasa yaitu pada saat berat badan 10 – 15 kg. Proses diuresis ini
mengakibatkan penurunan berat dadan. Selain itu, pada masa neonatus
dini , volume ASI lebih sedikit dari kehilangan air. Hal tersebut akan
berdampak terhadap penurunan berat badan neonatus sebesar 5 %
sampai 8 %.
Apabila neonatus yang mengalami penurunan berat badan akibat
proses diuresis tidak mendapatkan cukup nutrisi maka neonatus dapat
mengalami dehidrasi. Kondisi dehidrasi berpengaruh terhadap frekuensi
urin pada neonatus. Pada dehidrasi ringan, neonatus akan kehilangan
berat badan 3% - 5%. Pengeluaran urin pada neonatus yang mengalami
dehidrasi ringan masih dalam batas normal. Sedangkan pada dehidrasi
sedang, neonatus akan mengalami penurunan berat badan 6% - 9% serta
terjadi perubahan pengeluaran urin menjadi berkurang dan lebih pekat.
Neonatus yang mengalami dehidrasi berat akan mengalami penurunan
berat badan 10% dan pengurangan frekuensi urin hingga anuria. (JNPK-
KR, 2012).
Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir
merupakan bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti
56
jagabayi tetap hangat, isap lender dari mulut dan hidung bayi (hanya jika
perlu), keringkan, pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat,
IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg intramuskular, beri salep mataantibiotika
pada keduamata, pemeriksaan fisik, imunisasi hepatitis B 0.5 ml
intramuscular (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2010)
Menurut Varney (2016) Manajemen Asuhan Kebidanan merupakan
suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan dan untuk
menegakkan diagnosa di perlukan pengkajian data subyektif yang di
dapatkan anamesa dan data obyektif dari hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang diagnostik.
1) Penilaian
Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:
a. Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis?
57
membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
58
bayi, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan
infeksi, antara lain:
a) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.
b) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola
karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi).
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya
timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda
lain yang akanbersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci setiap
kali setelah digunakan.
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal
59
di dalam ruangan yang relatif hangat.
b) Proses Adaptasi
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami
1) Stress pada BBL menyebabkan hipotermia
2) BBL mudah kehilangan panas
3) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan
suhu tubuhnya
4) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan
adanya stress dingin.
c) Mencegah Kehilangan Panas
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh
bayi adalah :
1) Keringkan bayi secara seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah bayi lahir untuk
mencegah kehilangan panas secara evaporasi.Selain untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi
juga merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang
pernafasan bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi
kehilangan panas secara konduksi.Untuk itu setelah mengeringkan
tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih,
kering dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas
dan cepat kehilangan panas.Untuk itu tutupi bagian kepala bayi agar
bayi tidak kehilangan panas.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi,
kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh
bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.
5) Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan
bayi baru lahir
60
a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi
mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan
bayi ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain bersih.
b) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda
memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.
1) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Jangan tempatkan bayi di ruang ber-AC. Tempatkan
bayi bersama ibu (rooming in).Jika menggunakan AC, jaga
suhu ruangan agar tetap hangat.
2) Jangan segera memandikan bayi baru lahir
61
c. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan
oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin. Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk
memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu
maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang di produksi.
Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak
positif bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat ikatan emosional
antara ibu dan bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus,
dan lain sebagainya.
Melihat begitu unggulnya ASI, maka sangat disayangkan bahwa di
Indonesia pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang
dianjurkan.Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi
100% kebutuhan bayi.
b) Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena
dapat memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan
makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak
sesuai dengan usia bayi.
c) Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan
bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun,
ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun
untuk manfaat lainnya (Saifuddin AB, 2014).
Keuntungan pemberian ASI:
1) Merangsang produksi air susu ibu.
2) Memperkuat reflek penghisap bayi.
3) Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya.
4) Memberikan kekebalan pasif segera kepada melalui kolostrum.
5) Merangsang kontraksi uterus (Sari dan Rimandini, 2014).
62
3) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap
puting susu.
4) Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting
susu di payudaranya.
5) Dagu menyentuh payudara ibu.
6) Mulut terbuka lebar.
7) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
8) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
9) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-
kadang berhenti (Sari dan Rimandini, 2014).
Langkah IMD
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk 13 melaksanakan
proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan).
1) Suami dan keluarganya dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin.
2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapakn di dada
ibu denga kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan
bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenal prilaku bayi
sebelum menyusu.
6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama
satu jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi
tetap di dada ibu sampai 1 jam.
7) Bila bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu dan biarkan kontak
kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya
(Sari dan Rimandini, 2014).
63
lahir.Pencegahan infeksi tersebut di lakukan dengan menggunakan
salep mata tetrasiklin 1%.Salep antibiotika tersebut harus diberikan
dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran
(Indrayani, 2013).
64
D. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
1. MASA NIFAS
a. Definisi
Kala purperium (nifas) berlangsung selama 6 jam atau 42 hari
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Kejadian yang penting pada nifas yaitu involusi uterus
dan proses laktasi (Manuaba, 2018). Masa nifas (puerperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandung kembali
seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1988).
65
Tujuannya adalah untuk :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak perhatikan
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) 2 minggu setelah persalinan
Tujuannya adalah :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak perhatikan
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4) 6 minggu setelah persalinan
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada penyulit yang ibu
dan atau bayi alami, dan memberikan konseling untuk KB secara
alami.
66
kurang lebih 0,5oC dari keadaan normal namun tidak melebihi 38oC.
Sesudah 2 jam pertama umumnya suhu badan akan kembali normal
(Sulistyawati, 2009).
b) Tekanan darah pada beberapa ibu nifas mengalami penngkatan sementara
pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang kembali secara spontan ke
tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
c) Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhirnya kembali normal
setelah beberapa jam postpartum. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
lebil dibandingkan dengan suhu tubuh berkisar 60-80 denyut per menit
setelah partus.
d) Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
seperti keadaan semula. Dalam hal ini fungsi pernafasan kembali pada
rentang normal wanita selama jam pertama postpartum. Nafas pendek
cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi
seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru.
67
kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir
dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke dua hanya sebesar
3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm, penyembuhan luka plasenta khas
sekali. Permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut (Nugroho, 2014).
c) Perubahan ligament
Setelah bayi lahir, ligament dan diafragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan kembali seperti
sedia kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan
antara lain: ligamentum retondum menjadi kendor yang diakibatkan letak
uterus menjadi retoleksi, ligament fasia jaringan penunjang alat
genetelia menjadi agak kendor (Nugroho, 2014).
e) Lochea
Pada awal masa nifas dengan adanya involusi uterus, maka
lapisan desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu
campuran antara darah yang dinamakan lochea yang biasanya
berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran lochea ini
biasanya berakhir dalam waktu tiga sampai enam minggu. (Muryunani,
2015).
68
tidak lebar dan tidak lagi odema. Sekarang vagina menjadi berdinding
lunak lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar (Varney, 2007).
g) Payudara
Pada semua wanita yang melahirkan proses laktasi menjadi
secara alami dimana masa laktasi sudah disiapkan sejak dari
kehamilan. ASI akan mengalami perubahan mulai dari kolostrum sampai
ASI matur.(Bobak. 2005).
69
sangat tergantung pada waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga.
e. Perawatan Nifas
Perawatan masa nifas dilakukan dalam bentuk pengawasan
sebagai berikut :
1) Mobilisasi : karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring
kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-
jalan, dan hari ke-4 dan ke-5 sudah diperbolehkan pulang (Mochtar,
2018).
2) Rawat gabung : perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-
sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera
dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih
terjamin (Manuaba, 2018).
3) Pemeriksaan umum : kesadaran penderita, dan keluhan yang terjadi
setelah persalinan ( Manuaba, 2018 ).
4) Pemeriksaan khusus:
Pada pemeriksaan khusus menurut Manuaba ( 2018 ), yaitu :
a) Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu,
b) fundus uteri : tinggi undus uteri dan kontraksi uterus,
c) payudara : putting susu, pembengkakan ASI, pengeluaran ASI.
70
d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lochea statis : lochea tidak lancar keluarnya. Luka-luka pada jalan
lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
71
g. Komplikasi pada Masa Nifas
Infeksi dapat melalui traktus genetalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 38˚ C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post
partum dan diukur perolral sediktnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu yang terjadi pada masa nifas,
dianggap sebagai infeksi nifas jika, tidak ditemukan sebab-sebab
ekstranegital. Beberapa faktor predisposisi : kurang gizi/malnutrisi, anemia,
hygiene, kelelahan, dan proses persalinan bermasalah (partus lama/macet,
korioamnionitis, Persalinan traumatic, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi, manipulasi
yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi masa nifas (Wiknjosastro,
2016).
Menurut wiknjosastro (2015) infeksi nifas dapat pula disebabkan
antara lain oleh : Sreptococcus haemolyticus aeribicus, Stapylcoccus
aureus, Escherichia coli dan clostridium welchii.
72
anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan,
mengganti pakaian, dan memberi makan.
d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early ambulation
ekonomis), menurut penelitian-penelitian yang seksama, tidak
mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomy atau luka
di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus.
Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu post partum
dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,
demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation
harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera bangun
dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.
73
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Anjurkan ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali setelah BAB atau BAK.
c) Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut setidaknya
2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
74
hubungan suami istri kapanpun ibu siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
6). Eliminasi
a) BAK Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum, jika
dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.
b) BAB Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB) setelah
hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu
diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)
(Saleha 2009, 71 – 75).
8). Latihan
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat. Jelaskan bahwa latihan
tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti :
a) Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada
yaitu tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.
b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) (Saifuddin 2006,
75
127).
2. KONSELING ASI
a. ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah dan makanan utama
yang sempurna untuk bayi. ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan
komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan
berkembang (Pollard, 2016). Keseimbangan zat-zat yang terdapat di dalam
ASI tersebut sangat baik bagi tubuh bayi. ASI juga mengandung banyak sari
makanan yang berfungsi dalam pertumbuhan bayi (Yahya, 2007). Banyak ibu
menyusui kurang paham mengenai ASI, sehingga ketika meyusui bayinya
menjadi tidak maksimal (Wiji, 2013).
Faktanya pada ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah
dikarenakan pengalaman pertama kali atau baru dalam melahirkan seorang
anak dan ibu menjadi stress. Dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman
dan kemampuan pada ibu primipara didapatkan saat praktik langsung tentang
tahapan menyusui yang benar (Sulistyowati, 2011). Hal ini bisa dibuktikan
melalui pelatihan, konseling, media dan pengajaran (Yoesvita, 2008).
Kurangnya pengetahuan, serta rendahnya kemampuan dalam
menyusui dapat mengakibatkan berbagai masalah. Kegagalan dalam
menyusui sering kali disebabkan karena kesalahan dalam memposisikan dan
melekatkan bayi (Suradi, 2008). Masalah menyusui yang sering ditemui dan
dikeluhkan oleh ibu primipara harus diatasi, maka untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Supaya pendidikan
kesehatan lebih efektif dan sesuai dengan tujuan sasaran, maka memerlukan
metode yang menarik dan mudah dipahami (Juliantara, 2009).
Posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu secara tepat dan teknik
menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadi masalah dalam proses
menyusui (Sulistyawati, 2009). Perlekatan yang baik akan memaksimalkan
reflek bayi pada saat proses menyusui. Apabila bayi tidak melekat pada posisi
yang benar bayi akan menarik, mengigit dan menyebabkan puting menjadi
luka. Teknik menyusui yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah pada
payudara dan ibu menjadi tidak nyaman selama proses menyusui sehingga
bayi tidak maksimal menyusu sampai ke aerola (Kristyansari, 2011).
76
b. Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan Kumala (2017) yaitu
1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI
kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi, ibu
harus merasa rileks.
3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan bayi (kepala
dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara
ibu, hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian
rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar
dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga,
bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari
dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak
harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya
untuk mencapai putting susu ibu.
5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu
hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah
payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus
membentuk huruf “C”.
6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu
rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.
7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus
lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan putting susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh
bibir bayi ke putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka
lebar.
8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi
dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara.
9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung
77
bayi.
Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah menyusui dengan
benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi nampak tenang.
2) Badan bayi menempel dengan perut ibu.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi.
6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7) Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
78
79
3. PERAWATAN BAYI
a. Memandikan Bayi
80
b. Tindakan
1) Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum memandikan bayi
2) Siapkan dan dekatkan semua peralatan
3) Pastikan suhu ruangan cukup hangat (±24 0C) dan tidak
berangin
4) Pastikan suhu air untuk memandikan bayi tetap hangat dan ukur
suhu airnya dengan siku ibu/pergelangan tangan ibu bagian
dalam
5) Jika terdapat kotoran bayi, bersihkan terlebih dahulu dengan
kapas yang sudah dibasahi air atau tisu basah
6) Lepaskan pakaian bayi, dan setelah dilepas selimuti tubuh bayi
dengan handuk agar tetap hangat
7) Bersihkan mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air
hangat dari kantus dalam ke arah luar. setiap kali usap, kapas
harus diganti untk mencegah kontaminasi pada mata
8) Bersihkan hidung, dan telinga bayi dengan kapas atau cotton but
9) Bersihkan dan keringkan wajah dan kepala bayi dengan waslap
tanpa membuka handuk di badan bayi
10) Bersihkan dengan sabun bagian depan (dada, abdomen) dan
punggung, kemudian seluruh tubuh
11) Bersihkan lipatan kulit (dagu, lengan, paha)
12) Bilas dengan air dengan cara memasukkan bayi ke dalam bak
mandi, topang punggung dan kepala dengan lengan ibu dan
lengan yang lain menahan bokong bayi
13) Setelah selesai, angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan
seluruh tubuh dengan handuk, terutama semua lipatan kulit
karena sisa air bisa menyebabkan iritasi dan luka.
14) Beri bedak pada bayi, tidak secara langsung namun usapkan
dengan tangan anda, jika bedak dihirup oleh bayi bisa berbahaya
dan dapat menyebabkan masalah pernapasan
15) Pakaikan kembali pakaian bayi dengan pakaian yang baru
16) Bereskan alat dan cuci tangan ibu dengan sabun
81
b. Merawat Tali Pusat
1) Pengertian merawat tali pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan tali pusat yang
bertujuan merawat tali pusat bayi baru lahir agar tetap kering dan
mencegah terjadinya infeksi (Farer, 2001). Perawatan tali pusat
merupakan suatu tindakan yang sangat sederhana yaitu dengan
membersihkan daerah sekitar tali pusat agar selalu bersih dan kering
dan selalu mencuci tangan dengan air bersih serta menggunakan
sabun sebelum merawat tali pusat (Padilla, 2014).
82
5) Jika tali pusat ditutup akan menyebabkan tali pusat lembab, dan
menyebabkan resiko tinggi infeksi
6) Jika terpaksa harus ditutup, tutup dan ikat tali pusat secara
longgar dengan kasa steril
7) Jika tali pusat terkena feses atau urin, cuci bersih dengan sabun
dan air, kemudian keringkan
8) Cuci tangan ibu setelah melakukan perawatan tali pusat. Tali
pusat terlepas lebih kurang setelah satu minggu sampai 10 hari
setelah bayi lahir, yang akan membentuk jaringan granulasi dan
setelah sembuh membentuk umbilikus (Bobak, 2005). Tali pusat
yang terlepas akan terlihat beberapa tetes darah saat bayi
menangis, tetapi hal ini tidak perlu ditakuti karena akan pulih
dengan sendirinya (Bobak, 2005).
83
E. KELUARGA BERENCANA (KB)
1. PROGRAM KB
a. Pengertian KB
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan dan mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Proverawati dkk, 2010 ).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang di inginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut,
maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga
(Sulistyawati, 2009).
b. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Anggraini dan Wulandari, 2010).
Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 menurut
Anggraini dan Wulandari (2010), meliputi :
1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
c. Sasaran Program KB
84
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan pendudukan menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2
per tahun.
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/
cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya Penggunaan metode kontrasepsi rasional,
efektif, dan efesien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional
d. Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB menurut Anggraini dan Wulandari (2010), antara
lain:
1) Keluarga Berencana
2) Kesehatan Reproduksi Remaja
3) Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5) Keserasian kebijakan kependudukan
6) Pengelolaan SDM aparatur
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan
8) Peningkatan pengawasan dan akunbilitas aparatur Negara
e. Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi menajadi 2 hal menurut
Anggraini dan Wulandari (2010), antara lain :
a). Strategi Dasar
85
1) Meneguhkan kembali program di daerah
2) Menjamin kesinambungan program
f. Dampak Program KB
2. KONTRASEPSI
a. Pengertian
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2009).
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti
gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi.
b. Macam-macam Kontrasepsi
Macam-macam kontrasepsi menurut Mochtar (2011), antara lain:
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
86
a) Tanpa Alat
(1) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalender,
metode suhu badan basal, metode lendir serviks
(2) Coitus interuptus atau senggama terputus.
b) Dengan Alat
(1) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier intra-vaginal
(diagfragma, kap serviks, spons, kondom wanita).
(2) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream, vaginal foam,
vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal
soluble film).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi Hormonal
(1) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.
(2) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera setiap 3 bulan,
norigest setiap 10 minggu dan cyclofem setiap bulan.
(3) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
yang meliputi implant dan norplant.
b) IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, yang
meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T.
3) Metode Kontrasepsi Mantap
a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
b) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
3. KB SUNTIK 3 BULAN
a. Pengertian
Menurut Maryunani (2016), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu KB
suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi
progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di
daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali.
b. Cara kerja :
1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
2) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat
masuk dalam rahim.
3) Menipiskan endometrium.
87
c. Keuntungan
1) Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.
2) Tidak mempengaruhi produksi ASI.
3) Sedikit efek samping
4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
5) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
d. Kerugian
1) Gangguan haid.
2) Pusing, mual kenaikan berat badan.
3) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
c. Progestin
1) Selama 6 minggu pascapersalinan mempengaruhi tumbuh
kembang bayi.
2) Tidak ada pengaruh terhadap ASI.
3) Perdarahan ireguler dapat terjadi
d. AKDR
88
1) Dapat dipasang langsung pascapersalinan,sewaktu secsio
cesarea, atau sesudah 48 jam pascapersalinan.
2) Sesudah 4 - 6 minggu pascapersalinan.
3) Jika haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada
kehamilan.
e. Kondom
Kondom dapat digunakan setiap saat, tidak ada
pengaruhnya terhadap laktasi. Klien tidak menyusui :
1) Kondom, MAL, Progestin dapat segera digunakan
2) Kontrasepsi kombinasi dapat dimulai 3 minggu
pascapersalinan, lebih dari 6 minggu pascapersalinan atau
sesudah dapat haid (setelah yakin tidak ada kehamilan).
a. Jalin komunikasi yang baik denga ibu Beri salam kepada ibu,
verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
89
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut.
jelaskan mengenai :
kontrasepsi.
f. Rujuk ibu bila diperlukan Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila
90
F. STANDAR KOMPETENSI BIDAN
Menurut KEPMENKES Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020
tentang Standar Profesi Bidan, Kompetensi Bidan menjadi dasar
memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
3) Remaja.
5) Masa Kehamilan.
6) Masa Persalinan.
8) Masa Nifas.
9) Masa Antara.
91
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
2. Quick cek
92
2 Gangguan penglihatan √
3 Pembengkakan pada wajah √
dan tangan
4 Nyeri abdomen (epigastrium) √
5 Mual dan muntah berlebihan √
6 Pergerakan janin yang tidak √
biasa
7 Pengeluaran pervaginam √
8 Demam √
5. Riwayat obstetrik
usui
3. Hamil ini
93
6. Riwayat kesehatan
94
7. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik KB 3 bulan
Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : Suntik KB 3 bulan
Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : Jarang haid
8. Riwayat sosial ekonomi
Usia pertama menikah: 20 tahun
Status perkawinan: syah
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan:
Sangat mendukung
Dukungan keluarga : Baik
Pengambil keputusan dalam keluarga: Suami dan Istri
Kebiasaan/pola makan dan minum:
- Makan: Frekuensi : 3-4 kali, porsi : sedang
Menu : Nasi, lauk pauk hewani dan nabati,
sayur mayur
Nafsu makan : baik
- Minum : 86-8 gelas/ hari (air putih) dan 1-2 gelas susu/hari
Kondisi rumah: Bersih, tidak bising, ada ventilasi, sanitasi mengalir
Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: Tidak ada
Beban kerja dan aktivitas sehari-hari: aktivitas rumah tangga seperti
menyapu, mengepel rumah, mencuci pakaian, memasak. Dilakukan ibu
secara bertahap
Seksualitas: frekuensi : 1 kali dalam 1 minggu, keluhan : Tidak ada
keluhan
Kekerasan dalam rumah tangga: Tidak ada
Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk persalinan : PMB,
Bidan
Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif : Sangat ingin
Rencana ibu memberikan ASI: sampai usia anak 2 tahun
95
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : Composmetis
2. Keadaan umum : Baik
3. Keadaan emosional : Stabil
4. TB : 160 cm
5. BB : 64 kg
6. TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi: 80x/menit
Respirasi : 18x/menit Suhu : 36,2°C
7. Head to toe
Wajah: Simetris, Tidak pucat, Tidak ada edema
Kepala dan rambut: Rambut hitam, bersih, tidak berbau, tidak ada
ketombe, kepala tidak ada nyeri tekan
Mata: simetris, konjungtiva : Tidak Pucat, sklera : Tidak Kuning
Hidung: Bersih, Tidak ada polip, Tidak ada sekret
Mulut : Bersih, tidak berbau, tidak sariawan, tidak ada karies
Telinga: Simetris, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
Leher: Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak
Payudara: Simetris, aerola kehitaman, tidak bengkak, tidak kemerahan,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, belum ada pengeluaran asi
Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada bekas luka operasi
TFU : 28 cm
Leopold I : Fundus pertengahan px dan pusat. Teraba satu
bagian bulat lunak tidak melenting seperti bokong
Leopold II: Kanan :Teraba bagian panjang keras
seperti papan seperti punggung.
Kiri : Teraba bagian bagian kecil seperti
ekstremitas
Leopold III : Teraba satu bagian bulat keras melenting, tidak
dapat digoyangkan seperti kepala,
96
Leopold IV : Divergen 3/5 bagian
DJJ : 142 x/menit irama teratur
Punktum Maksimum : 3 jari dibawah pusat sebelah kanan.
Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada kelainan, terdapat bintik
bintik hitam,tidak ada nyeri tekan, tidak ada varises. Tidak bengkak
Anogenital:
- Tukak/luka : Tidak ada luka
- varises : Tidak ada varises
- kelenjar scene : Tidak ada pengeluaran
- kelenjar bartholin : Tidak ada pembesaran
- haemoroid : Tidak ada haemoroid
CVAT: nyeri ketuk : kanan (-) kiri (-)
Refleks patella : kanan (+) kiri (+)
8. Pemeriksaan penunjang
HB : 12 gr%
HBsAg : NonReaktif
Sphylis : NonReaktif
HIV : Negatif
Protein Urine : Negatif
ANALISIS
Ny.E usia 29 tahun G3P2A0 Hamil 35 minggu,
PENATALAKSANAAN
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dengan melibatkan suami atau
keluarga bahwa usia kehamilan ibu saat ini sudah 35 minggu, dan kondisi ibu
dan janin dalam keadaan baik-baik saja. (Ibu telah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan).
2. Memberitahu kepada ibu tentang fisiologis trimester III seperti sering BAK
karena hal itu merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil karena
pembesaran rahim dan turunnya kepala janin ke PAP sehingga menekan
kandung kemih. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
3. Memberitahu ibu cara mengatasi sering kencing seperti, kurangi minum
dimalam hari, perbanyak minum disiang hari, segera berkemih jika ada rasa
ingin berkemih. (Ibu mengerti)
4. Memberikan KIE tentang pentingnya menjaga Personal Hygiene terutama
Vulva Hygiene agar tetap dijaga dari kelembaban nya dengan sering mengganti
97
celana dalam jika lembab/basah, dan selalu dilap kering menggunakan lap
khusus/tisu jika selesai BAK. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang pola nutrisi dengan gizi seimbang yaitu
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, dan
lemak dengan contoh 1 piring nasi, 1 potong ikan/daging, 1 potong dan tempe,
1 mangkuk sayur, buah dan 1 gelas susu. . (Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan akan melaksanakannya).
6. Memberitahu ibu tentang isirahat yang cukup dengan tidur siang ±2 jam dan
tidur malam ±7 jam.
7. Menganjurkan ibu untuk menghitung gerakan janinnya untuk memantau
kesehatan janinnya.
a. Waktu menghitung gerakan dilakukan sekali dalam sehari
b. Dihitung hingga 10 kali gerakan dengan sekurang-kura ngnya 10 gerakan
dalam 10 jam
c. Ibu harus memberitahu bidan/dokter apabila gerakan janinnya kurang dari
10 kali dalam 10 jam. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
mengerti cara menghitung gerakan janinnya dalam sehari).
8. Menganjurkan ibu untuk memantau tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III.
(Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau ke fasilitas kesehatan
terdekat apabila terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III ).
9. Memberikan vitamin Vitonal-F dosis 1 kali sehari 1 tablet dan Calci-D dosis 1 x
sehari 1 tablet. (Ibu mengerti)
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu lagi pada
tanggal 6 Juni 2021 atau kapan saja jika ada keluhan. (ibu mengerti)
11. Mendokumentasikan dengan metode SOAP (pendokumentasian sudah
dilakukan)
98
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Jenis Istri Suami
Identitas
Nama Ny. E Tn. M
Umur 29 tahun 28 tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah Kembang Kerep Rt 03 Rw 02 Kembang Kerep Rt 03
Telp : Rw 02
Telp :
Alamat kantor - -
Telp : Telp :
Hp : Hp :
2. Quick cek
No Jenis quick cek Keterangan
Hasil
Ya Tidak
1 Sakit kepala hebat √
2 Gangguan penglihatan √
3 Pembengkakan pada wajah √
dan tangan
4 Nyeri abdomen/epigastrium √
5 Mual dan muntah berlebihan √
6 Pergerakan janin tidak terasa √
7 Pengeluaran pervaginam √
8 Demam √
100
3. Keluhan saat ini
Keputihan : Tidak ada
ANALISIS :
101
minggu 4 hari
kepala
PENATALAKSANAAN
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga
bahwa usia kehamilan ibu saat ini sudah 36 minggu lebih 4 hari, dan kondisi ibu dan
janin dalam keadaan baik-baik saja. (Ibu dan suami telah mengerti dengan
penjelasan yang diberikan).
2. Memberitahu kepada ibu tentang fisiologis trimester III dengan semakin
membesarnya rahim dan pertumbuhan bayi, maka titik berat akan cenderung menjadi
condong ke depan. Akibatnya ibu mengalami perubahan postur tubuh jadi tertarik ke
belakang (lordosis), tulang punggung pada bagian bawah juga jadi melengkung dan
otot tulang memendek, sehingga saat terus menerus berdiri, sering membungkuk
dapat memicu sakit punggung. Selain itu, sakit punggung juga bisa terjadi akibat
meningkatnya hormon. Pada hormon kehamilan yang naik bisa membuat persendian
di tulang panggul meregang, pergeseran ini bisa memengaruhi cara punggung ketika
menyangga perut. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
3. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi pegal- pegal pada punggang seperti mengatur
posisi tubuh yang baik, hindari bungkuk yang berlebihan saat mengangkat beban dan
berjalan tanpa istirahat, saat istrahat posisikan badan senyaman mungkin dengan
menggunakan bantal (Ibu telah mengerti dan bersedia untuk melakukannya).
4. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan
seperti biaya, pendamping, perlengkapan ibu dan bayi, serta tanda-tanda bahaya
persalinan. (Ibu mengerti dan telah menyiapkan semua kebutuhan persalinan)
5. Memberikan vitamin Vitonal-F dosis 1 kali sehari 1 tablet dan Calci-D dosis 1 x sehari
1 tablet (Ibu mengerti)
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu lagi atau kapan saja
jika ada keluhan atau jika sudah ada tanda-tanda persalinan.(ibu mengerti)
7. Mendokumentasikan dengan metode SOAP (pendokumentasian sudah dilakukan)
102
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
KUNJUNGAN ULANG
Kehamilan Trimester 3
Nama : Ny.E Usia : 29 th
G3 P2 A0 Hamil 36 minggu 4 hari
Janin Tunggal Hidup Intrauterin Presentasi
Kepala
103
B. ASUHAN KEBIDANAN PADA INTRANATAL CARE 1 KUNJUNGAN AWAL
No Reg : 263
Tanggal : 15 April 2022
Pukul : 12.00 WIB
Oleh : Heni Widyastuti
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Jenis Istri Suami
Identitas
Nama Ny. E Tn. M
Umur 29 tahun 28 tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah Kembang Kerep Rt 03 Rw 02 Kembang Kerep Rt 03
Telp : Rw 02
Telp :
Alamat kantor - -
Telp : Telp :
Hp : Hp :
2. Quick cek
No Jenis Quick cek Hasil Keterangan
Ya tidak
1 Sakit kepala hebat √
2 Gangguan penglihatan √
3 Pembengkakan pada wajah dan √
tangan
4 Mual dan muntah berlebihan √
5 Nyeri abdomen (epigastrium) √
104
6 Pergerakan janin yang tidak biasa √
7 Pengeluaran pervaginam √ Keluar lendir bercampur
darah dari kemaluan
sejak pukul 09.30 WIB
8 Demam √
5. Riwayat obstetrik
No Tanggal UK Tempat Jenis Penolong Penyulit JK BB PB iwayat Ket
Partus
Partus Partus PB Meny
usui
3. Hamil ini
105
6. Riwayat kesehatan
106
7. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik KB 3 bulan
Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : Suntik KB 3 bulan
Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : Jarang haid
107
Data Obyektif
1. Kesadaran : composmentis
4. TTV
BB = 65 kg, TB = 160 cm
Abdomen
His : 4x/10 menit lamanya 40 detik
TFU : 31 cm TBJ : 2945g
Leopold I : teraba satu bagian besar, lunak, tidak bulat dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : sebelah kanan teraba keras, datar seperti papan
(punggung)
Sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas)
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras dan tidak
bisa di goyangkan (kepala).
Sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen, 2/5 bagian
DJJ : (+) 149 x/menit, Irama : teratur
Ekstremitas : simetris, telapak tangan tidak pucat, tidak ada edema, varises
dan kekakuan sendi.
Anogenital :
- Tukak/luka : tidak ada
- varises : tidak ada,
- kelenjar scene : tidak ada pengeluaran cairan
- kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran
- PD/VT (Vaginal Toucher):
vulva vagina : tidak ada kelainan
portio : tipis, lunak
pembukaan : 8 cm
108
ketuban : jernih spontan 11.40 WIB
presentasi : kepala
posisi : UUK kanan depan
penurunan : H II
penyusupan : tidak ada
- haemoroid : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- HB : 12 gr/dl
- HBsAg : NonReaktif
- TPHA/Sifilis : NonReaktif
ANALISIS
Ny. E usia 29 tahun G3P2A0, hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informend consent dan ibu menandatanganinya
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan saat ini ibu sudah pembukaan 8 cm (ibu mengerti)
3. Melakukan pemasangan infus RL 500 ml dengan 20 TPM (infus terpasang tetesan
lancar pukul 12.35 WIB)
4. Memberikan dukungan spiritual dan emosional pada ibu (ibu mengerti)
5. Menganjurkan pendamping/suami untuk melakukan pijatan lembut pada bagian
punggung bawah ibu untuk mengurangi rasa sakit ibu saat kontraksi (suami
mengerti dan melakukan pijatan lembut pada punggung bawah ibu)
6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasi (ibu minum 1 gelas teh manis)
7. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dalam proses persalinan misalnya
suami atau orang tua ( Ibu didampingi oleh suami)
8. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat proses persalinan
misal jongkok, setengah duduk, terlentang, tidur miring kiri. ( Ibu memilih posisi
tidur miring ke kiri)
9. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap (Ibu
mengerti)
10.Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB jika Ibu mau BAK dan BAB
(Ibu mengerti
11.Mengobservasi kemajuan persalinan dengan pertograf, yaitu DJJ 30 menit sekali,
VT 2 jam lagi/jika ada indikasi, His 30 menit sekali, dan nadi 30 menit sekali.
12.Menyiapkan alat-alat : partus set, dalam keadaan siap pakai dan steril, untuk
109
memudahkandan mempercepat penolong dalam melakukan persalinan.
SOAP KALA II
Pkl : 12.50 WIB
SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan mulas-mulas semakin kuat dan sering, sakit pinggang yang
menjalar sampai ke perut bagian bawah, keluar air air banyak secara tiba-tiba
dan ada dorongan ingin mengedan serasa seperti ingin buang air besar.
OBJEKTIF :
Inspeksi : Ada tanda dan gejala kala II
- Ibu Tampak Meneran
- Tekanan pada anus
- Vulva membuka
- Perineum menonjol
ANALISIS :
Ny. E usia 29 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu partus kala II,
PENATALAKSANAAN :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
saat ini pembukaan sudah lengkap, dan ibu sudah boleh meneran.
10. Meletakkan kain yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu untuk
melindungi perineum, dengan tangan kanan, ibu jari pada salah
satu sisi perenium dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan
kiri melindungi kepala bayi agar mencegah posisi kepala bayi tidak
terjadi defleksi maksimal. Setelah kepala bayi lahir, maka akan lahir
berturut-turut dahi, hidung, mulut, dagu. Setelah kepala bayi lahir
secara keseluruhan maka cek apakah ada lilitan tali pusat, jika tidak
ada lilitan tali pusat maka tunggu kepala bayi mengadakan putar
paksi luar,dan tangan secara biparietal memegang kepala untuk
membantu melahirkan bahu, tarik curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan tarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang kemudian tangan kanan menyanggah leher dan bahu bayi
sedangkan tangan kiri menyusuri bahu sampai dengan badan bayi
lahir secara keseluruhan. Bayi lahir pukul 13.00 WIB, lahir secara
spontan, jenis kelamin laki- laki, menangis kuat, warna kulit
kemerahan, dan tonus otot baik, A/S 9/10.
11. Memfasilitasi ibu untuk IMD dengan meletakkan bayi di atas kain
bersih sambil mengeringkan bayi dari kepala dan bagian tubuh bayi
yang lainnya kecuali telapak tangan bayi untuk memudahkan bayi
mencari puting susu ibu.
111
Kala III (Pukul 13.05 WIB)
SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan merasa senang dan lega setelah melahirkan bayinya
OBJEKTIF :
KU baik, kesadaran CM, keadaan emosional : stabil. TD 110/70 mmhg, N
80 x/m, Rr 20 x/m, S : 36,6 "C. Palpasi tidak ada janin kedua, uterus teraba
keras, TFU: sepusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, tampak
tali pusat didepan vulva, perdarahan + 100 cc.
ANALISIS :
Ny E Usia 29 tahun P3A0 partus kala III
PENATALAKSANAAN:
1. Memeriksa fundus uteri, apakah ada janin kedua, tidak ada janin kedua
(tinggi fundus uteri sepusat)
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU pada paha kiri 1/3
paha bagian luar secara IM. (Ibu bersedia dan oksitosin telah disuntikkan)
3. Klem tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi dan urut tali pusat
ke arah maternal, dan klem tali pusat yang ke dua berjarak 2 cm dari klem
pertama, kemudian memotong tali pusat dengan tangan kiri melindungi perut
bayi.
4. Mengikat tali pusat dan memfasilitasi Ibu dan bayi untuk melakukan IMD
dengan meletakan kembali bayi di dada ibu.
5. Memindahkan klem tali pusat 5-6 cm dari vulva, kemudian meletakkan
tangan kiri di atas simfisis pubis ke arah lumbal dan kepala ibu (dorsokranial)
untuk mencegah terjadinya inversio uteri dan tangan kanan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
6. Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat (PTT) ada kontraksi, PTT
dilakukan 2 kali kemudian terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta, uterus
globuler, tali pusat memanjang, adanya semburan darah, saat plasenta
terlihat pada introitus vagina lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat ke
arah bawah lalu ke atas sesuai dengan jalan lahir, sanggah plasenta dengan
kedua tangan dan putar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan
selaput ketuban. (Plasenta lahir spontan pukul 13.10 WIB)
7. Melakukan massage uterus selama 15 detik agar uterus berkontraksi.
(uterus berkontraksi baik)
8. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya (kotiledon lengkap,
diameter plasenta ±20 cm, tebal 2 cm, insersio tali pusat sentralis, panjang
tali pusat ±45 cm, terdapat 2 arteri 1 vena)
9. Memeriksa robekan pada jalan lahir ( jalan lahir utuh tidak ada robekan jalan
lahir)
10. Melakukan evaluasi perdarahan (perdarahan ± 100cc)
112
Kala IV (Pukul 13.25 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dengan selamat dan
mengatakan bahwa perutnya masih terasa mulas.
OBJEKTIF :
K/U : ibu tampak lelah, kesadaran : CM, Keadaan emosional : stabil
TD : 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, Suhu : 36,6ºC, RR : 20 x/menit
Abdomen : TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong
Perdarahan : 100 cc, perineum utuh.
Analisis
Ny E Usia 29 tahun P3A0 partus kala IV
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan ibu dan bayi sehat dan normal
2. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik, dan memberitahu ibu bahwa
mulas adalah proses pengembalian bentuk rahim ke bentuk semula (ibu
mengerti)
3. Mengajarkan ibu dan suami cara massage uterus yang benar (ibu dapat
mengerti penjelasan yang diberikan)
4. Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kandung
kemih, dan perdarahan pada ibu setiap 15 menit sekali pada jam pertama
dan 30 menit pada jam kedua.
5. Memberitahu Ibu bahwa bayinya akan di berikan salep mata dan suntikan
Vitamin K diberikan imunisasi Hepatitis B.(Vitamin K disuntikan di paha kiri
dan vaksin Hepatitis B di paha kanan bayi)
6. Menempatkan semua peralatan kedalam larutan klorin 0,5 % untuk
didekontaminasi selama 10 menit, dan membuang sampah dan bahan-
bahan lain yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah medis.
7. Membersihkan ibu dengan air DTT dan membantu ibu memakai pakaian,
sudah bersih dengan baju yang baru diganti. (ibu merasa lebih nyaman)
8. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan untuk mencegah hidrasi. (ibu
minum 1 gelas teh manis hangat)
113
9. Memastikan bayi mendapat ASI secara benar. (bayi dapat menyusu secara
benar)
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat, dan memberitahu ibu bahwa akan
dipindahkan ke ruang perawatan setelah 2 jam persalinan.
11. Melengkapi bagian belakang dari partograf.
114
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
115
Pathway Kasus Kebidanan
116
117
Pathway Kasus Kebidanan
118
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
No Reg : 263
Nama Pengkaji : Heni W
Hari/tanggal : Jumat, 15 April 2022
Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti
1) DATA SUBJEKTIF
Anamnesa pada tanggal: 15 April 2022 Pukul 14.00 WIB Oleh Heni Widyastuti
Quick Cek :
ya tidak
1. Tidak mau minum atau √
memuntahkan semua
2. Kejang √
3. Bergerak hanya jika √
dirangsang
4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit √
)
5. Napas lambat ( < 30 kali / √
menit )
6. Tarikan dinding dada kedalam √
yang sangat kuat
7. Merintih √
8. Teraba demam (suhu ketiak > √
37,50C)
9. Teraba dingin (suhu ketiak < √
360C)
10. Tampak kuning pada telapak √
tangan dan kaki
119
11. Perdarahan √
2) DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu : 36.5 C
b. Pernafasan : 40 x/menit
c. Nadi : 125 x/menit
d. Keaktifan : bergerak aktif
e. Tangisan : menangis kuat
120
2. Antropometri
a. Lingkar Kepala : 34 cm
b. Lingkar dada : 33 cm
c. Lingkar Lengan Atas : 10 cm
d. Berat Badan : 3000 gram
e. Panjang Badan : 49 cm
rRefleks
Refleks Moro : baik
Refleks Rooting : baik
Refleks Tonic Neck : baik
Refleks Grafs/Plantar : baik
Refleks Suching : baik
Refleks Babinsky : baik
4. Eliminasi
a. Miksi :+
b. Mekonium :+
3) ANALISA
By. Ny. E neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan Usia 1 jam
4) PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat,
nadi 124x/menit, suhu 36,5 ºC, RR 45x/menit. berat badan 3000 gram, panjang
121
badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, gerakan bayi aktif, bayi
mau menyusu, ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan
2. Mengganti kain yang kotor dengan yang bersih dan menyiapkan baju untuk bayi.
Sudah disiapkan.
3. Melakukan informed consent bahwa bayi akan di suntik vitamin K untuk mencegah
perdarahan intracranial pada bayi baru lahir dan salep mata Chlorampenicol untuk
mencegah infeksi mata
4. Menyiapkan vitamin K 1 mg (0,5 ml) disuntikkan di paha kiri bagian aspektus
lateralis dan imunisasi Hepatitis B di paha kanan, memberikan salep mata
chlorampenicol di oleskan dari dalam ke luar mata.
5. Melakukan perawatan talipusat, menjaga kebersihan talipusat. Membungkus
dengan kassa steril dan menjaga agar talipusat tetap dalam kondisi kering.
6. Mencegah hipotermi pada bayi dengan memakaikan pakaian kering, dan bersih.
Seperti bedong, topi, sarung tangan dan kaki, baju dan popok kain.
7. Melakukan perawatan gabung antara ibu dan bayi dalam satu ruangan.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau
maksimal setiap 2 jam, agar dapat melancarkan ASI sebagai kebutuhan bayi juga
mampu meningkatkan hormon oxytocin yang dapat merangsang konraksi rahim
ibu.
9. Mengajarkan kepada ibu mengenai posisi menyusui yang dianjurkan saat
menyusui bayinya, dan bagaimana perekatan mulut bayi dengan puting susu yang
benar.
10.Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir seperti kejang, nafas cepat atau lambat
lebih dari 60x/manit atau kurang dari 40x/menit, teraba panas atau dingin suhu
lebih dari 37,5 C atau kurang dari 36,5 C, terlihat kulit berwarna kuning atau biru,
tidak mau menyusu, menangis merintih
11.Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
122
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
123
No Reg : 263
Nama Pengkaji : Heni Widyastuti
Hari/tanggal : Jumat,22 April 2022
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni WIdyastuti
1) DATA SUBJEKTIF
Anamnesa pada tanggal: 22 April 2022 Pukul 12.00 WIB Oleh HEni Widyastuti
Quick Cek :
ya Tida
k
1. Tidak mau minum atau √
memuntahkan semua
2. Kejang √
3. Bergerak hanya jika √
dirangsang
4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / √
menit )
5. Napas lambat ( < 30 kali / √
menit )
6. Tarikan dinding dada √
kedalam yang sangat kuat
124
7. Merintih √
8. Teraba demam (suhu ketiak √
> 37,50C)
9. Teraba dingin (suhu ketiak < √
360C)
10. Tampak kuning pada telapak √
tangan dan kaki
11. Perdarahan √
2) DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu : 36.7 C
b. Pernafasan : 45 x/menit
c. Keaktifan : bergerak aktif
2. Antropometri
a. Berat Badan : 3200 gram
b. Panjang Badan : 49 cm
3. Refleks
a. Refleks Moro : baik
b. Refleks Rooting : baik
c. Refleks Tonic Neck : baik
d. Refleks Suching : baik
3) ANALISA
4) PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat,
nadi 130x/menit, suhu 36,7 ºC, RR 45x/menit BB 300gram, PB 49cm, ibu terlihat
2. Menganjurkan ibu kembali untuk memberikan ASI esklusif yaitu memberikan ASI saja
tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan, dan
setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun, ibu akan
3. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda bahaya pada bayi antara lain, bayi demam
(terlalu panas), bayi pucat, tidak mau menyusu, bayi tidur terus menerus, bayi kejang,
tali pusat merah, berbau, keluar darah atau nanah, bayi menangis terus menerus,
4. Menganjurkan ibu untuk kembali pada tanggal 6 Mei 2022 atau kapan saja bila
127
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Gejala /
secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala /
keluhan yang dialami pasien)
anda bayi baru lahir
Berat badan bayi 2500- Kunjungan neonatal kedua (KN 2) dilakukan
am; • Umur kehamilan dari tiga sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
mg; Asuhan yang diberikan adalah menjaga
egera menangis , kehangatan tubuh bayi, memberikan ASI
gerak aktif, kulit eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali
han, • Mengisap ASI pusat, dan imunisasi.(Kemenkes RI,2018)
baik,
ada cacat bawaan
rat Kesehatan Anak
,2016)
No Reg : 263
Nama Pengkaji : Heni W
Hari/tanggal : Jumat, 6 Mei 2022
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti
5) DATA SUBJEKTIF
Anamnesa pada tanggal: 06 Mei 2022 Pukul 12.00 WIB Oleh Heni Wiyastuti.
Quick Cek :
ya tidak
1. Tidak mau minum atau √
memuntahkan semua
2. Kejang √
3. Bergerak hanya jika √
dirangsang
4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / √
menit )
5. Napas lambat ( < 30 kali / √
menit )
6. Tarikan dinding dada √
kedalam yang sangat kuat
7. Merintih √
129
8. Teraba demam (suhu ketiak √
> 37,50C)
9. Teraba dingin (suhu ketiak < √
360C)
10. Tampak kuning pada telapak √
tangan dan kaki
11. Perdarahan √
6) DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu : 36.5 C
b. Pernafasan : 45 x/menit
c. Keaktifan : Bergerak aktif
2. Antropometri
a. Berat Badan : 3200 gram
b. Panjang Badan : 49 cm
3. Refleks
a. Refleks Moro : baik
b. Refleks Rooting : baik
c. Refleks Tonic Neck : baik
d. Refleks Suching : baik
7) ANALISA
8) PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan
sehat, nadi 128x/menit, suhu 36.5 ºC, RR 43x/menit BB 3200gram, PB 49 cm. Ibu
terlihat tenang dengan hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara On Demand dan
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun
sampai usia bayi 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping
dan ASI sampai 2 tahun. Ibu mengerti akan memberikan ASI esklusif.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti bayi tampak kuning, tidak mau
menyusui, tidur terus menerus, demam,muntah berlebihan, ibu sudah
mengetahui tanda bahaya pada bayi. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok
bayi segera setelah bayi BAK atau BAB agar bayi tetap bersih. Ibu sudah
mengerti dan bersedia melakukan.
4. Memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap
untuk bayinya. Ibu sudah mengerti.
5. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang bayinya pada tanggal 16 Mei 2022. Ibu
bersedia datang pada tanggal yang sudah ditentukan.
6. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan
132
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
133
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL KUNJUNGAN ULANG 14 HARI
No Reg : 263
Nama Pengkaji : Heni W
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti
DATA SUBJEKTIF
Anamnesa pada tanggal: 16 Mei 2022 Pukul 19.00 WIB Oleh Heni Wiyastuti.
Quick Cek :
ya tidak
1. Tidak mau minum atau √
memuntahkan semua
2. Kejang √
3. Bergerak hanya jika √
dirangsang
4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / √
menit )
5. Napas lambat ( < 30 kali / √
menit )
6. Tarikan dinding dada √
kedalam yang sangat kuat
7. Merintih √
134
8. Teraba demam (suhu ketiak √
> 37,50C)
9. Teraba dingin (suhu ketiak < √
360C)
10. Tampak kuning pada telapak √
tangan dan kaki
11. Perdarahan √
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu : 36.5 C
b. Pernafasan : 45 x/menit
c. Nadi : 110 x/menit
d. Keaktifan : Bergerak aktif
2. Antropometri
a. Berat Badan : 3500 gram
b. Panjang Badan : 50 cm
3. Refleks
a. Refleks Moro : baik
b. Refleks Rooting : baik
c. Refleks Tonic Neck : baik
d. Refleks Suching : baik
ANALISA
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan
sehat, nadi 110x/menit, suhu 36,5 ºC, RR 45x/menit, BB 3500 gram, PB 50 cm,
ibu terlihat tenang dengan hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu kembali untuk memberikan ASI esklusif yaitu memberikan ASI
saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan,
dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun.
(Ibu akan memberikan ASI esklusif)
3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti bayi tampak kuning, tidak mau
menyusui, tidur terus menerus, demam,muntah berlebihan.( Ibu sudah
mengetahui tanda bahaya pada bayi)
4. Menganjurkan ibu agar menjaga bayinya tetap bersih, hangat dan kering.
5. Memberikan Imunisasi BCG dan Polio
6. Mengingatkan kembali kepada ibu agar bayinya diberikan imunisasi lengkap
sesuai dengan jadwal yang ada di Buku KIA Bagian Anak secara rutin, sehingga
dapaht memantau perkembangan anaknya.
7. Memberitahu Ibu jadwal Imunisasi DPT dan Polio2 saat usia bayinya 2 bulan (16
Juni 2022)
8. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan
136
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
137
D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
No Reg : 263
Nama Pengkaji : Heni Widyastuti
Hari/tanggal : Jumat, 15 April 2022
Waktu Pengkajian : 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni WIdyastuti
A. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Jenis Istri Suami
Identitas
Nama Ny. E Tn. M
Umur 29 tahun 28 tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah Kembang Kerep Rt 03 Rw 02 Kembang Kerep Rt 03
Telp : Rw 02
Telp :
Alamat kantor - -
Telp : Telp :
Hp : Hp :
Anamnesa pada tanggal: 15 April 2022.Pukul 18.00 WIB Oleh Heni WIdyastuti
1. Keluhan utama saat ini
Perut masih terasa msedikit mulas dan ASI keluarnya sedikit
2. Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di : PMB Heni W
Kelainan/komplikasi : tidak ada
Usia Kehamilan : 40 mgg
3. Riwayat Persalinan
. Anak Ke :3
a. Persalinan lahir tanggal : Tgl 15 -04 -2022 Jam : 13.00
b. Jenis Kelamin : laki-laki; BB 3200 gram; PB 49 cm
c. Perdarahan kala III : 200 ml
d. Perdarahan kala IV : 100 ml
e. Perdarahan Total : 300 .ml
f. Perdarahan selama operasi : - ml
g. Jenis Persalinan : spontan
h. Placenta : spontan
i. Perineum : utuh
j. Anastesi : tidak dilakukan anestesi
k. Jahitan : tidak di lakukan pejahitan
138
l. Infuse cairan : RL 500 ml
m. Transfusi darah : tidak di lakukan tranfusi
4. Tanda Bahaya Nifas
Sakit kepala hebat : tidak
Pandangan kabur : tidak
Kelelahan atau sesak : tidak
Demam : tidak
Nyeri payudara, pembengkakan payudara,luka atau perdarahan
: tidak
Nyeri perut hebat : tidak
Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : tidak
Perdarahan berlebihan : tidak
Sekret vagina berbau : tidak
b. Pola Eliminasi
BAB : belum
BAK : belum
c. Mobilisasi : ibu sudah mobilisasi miring kanan dan kiri dan
duduk. Ibu belum ke kamar mandi untuk BAK
d. Pola Aktifitas Pekerjaan : ibu masih di ruang perawatan nifas
e. Pola Istirahat : istirahat siang sekitar 1 jam,malam 5-6 jam
f. Personal Hygiene : mandi sehari 2 kali,keramas 3 hari sekali
g. Pola Seksual : belum melakukan aktifitas sexsual
3) Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya
Keluarga mendukung dengan kehamilan ini,dan bahagia atas kelahiran anak
ketiga ini
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga
suami
c. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal dengan siapa tinggal di rumah sediri
Dukungan Lingkungan baik
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :80 x/mnt
Pernafasan :20 x/mnt
Suhu :36,2 °C
139
Berat Badan : 63 Kg
Tinggi Badan : 160 Cm
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Muka : Edema tidak ada
Mata : Konjungtiva : tidak pucat
Sklera :tidak ikterik
c. Abdomen
1. TFU : setinggi pusat ,Kontraksi : +
2. Kandung Kemih : penuh
Kembung : tidak
d. Ekstermitas
Tungkai : simetris
Nyeri : tidak ada, Merah: tidak ada
Edema : tidak ada
e. Ano-genital
Lochea : rubra
Bau : amis
Vulva : bersih
Jahitan Perineum : tidak ada
Penyembuhan luka : lecet
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hb = 12 g/dl
Sifilis = NR
HbsAg = NR
Swab Antigen = Negatif
C. ANALISIS
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga, serta menginformasikan hasil
pemeriksaan bahwa saat ini keadaan Ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70 mmHg,
nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU 2 jari bawah pusat (ibu terlihat
tenang).
140
2. Memberitahu ibu untuk melihat perdarahan yang keluar yaitu jumlah darah yang
keluar, bau, warna dan konsistensi.(ibu sudah mengerti).
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan ibu adalah hal yang normal
karena adanya kontraksi uterus. Ibu pun akan merasakan seperti nyeri dan kembung
di bagian perut bawah hingga punggung, hal tersebut merupakan pergerakan rahim
yang menyusut. Rahim akan secara perlahan kembali pada ukuran normalnya. Kondisi
ini biasanya terus terjadi selama seminggu pertama setelah melahirkan. Dibutuhkan
waktu sekitar 6 minggu untuk rahim kembali pada kondisi normal.(Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan)
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ASI pertama yang keluar masih sedikit itu merupakan
kolostrum yang bermanfaat untuk menambah sistem kekebalan tubuh yang tinggi
sehingga bayi tidak mudah sakit, dan ibu dianjurkan agar sesering mungkin menyusui
bayinya, karena dengan isapan bayi akan menghasilkan ASI lebih banyak. (Ibu
mengerti)
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif yaitu hanya memberikan ASI saja
tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan (ibu sudah
mengerti dan akan memberikan ASI esklusif sampai usia bayi 6 bulan)
6. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi,
sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih
dan susu ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan ibu
istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya
tertidur (ibu sudah mengerti tentang pola istirahat)
7. Memberitahu ibu untuk merawat tali pusat yaitu menjaga tali pusat agar tetap bersih
dan kering. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan
yang banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala
hebat, demam, dan nyeri pada payudara. (ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan
kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas).
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti pakaian
dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali sehari. (ibu
sudah mengerti).
9. Memberikan ibu Vitamin A 200.000 IU 1x di jam pertama , 1 x 24 jam
kemudian ,paracetamol 3x 500 mg sebanyak 10 tablet, sebanyak 10 tablet,Fe 1x60 mg
sebanyak 10 tablet, minum obat sesuai dengan dosis yang ditentukan menggunakan
air putih atau air jeruk.
10. Memberitahu ibu tentang cara menjaga personal hygine seperti jaga kebersihan diri ibu
dengan mandi 2 x sehari,, bersihkan vulva dengan air bersih dari depan kebelakang
141
dan lap sampai kering setelah BAK dan BAB, ganti pembalut ibu jika merasa sudah
penuh dan tidak nyaman/minimal 3 kali sehari.
11. Menganjurkan ibu untuk makan- makanan yang bergizi dan seimbang, untuk
mengkonsumsi makanan bergizi tidak harus mahal, yang penting tersedia beraneka
ragam makanan seperti nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, buah dll,
kemudian menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin A dan tablet Fe yang telah
diberikan
12. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menjelaskan cara pencegahan
perdarahan. Memastikan kandung kemih tidak penuh dan kontraksi uterus baik,
memberitahu ibu atau keluarga cara memantau kontraksi uterus dan menganjurkan
ibu atau keluarga untuk masase uterus dengan cara meletakan tangan diatas perut ibu
kemudian memutarnya searah jarum jam. Berguna untuk memperbaiki uterus agar
tidak terjadi perdarahan.
13. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas : Uterus teraba lembek/tidak berkontraksi yang
dapat mengakibatkan perdarahan, Perdarahan pervaginam > 500 cc dapat terjadi
karena uterus yang tidak berkontraksi dengan baik, Sakit kepala yang hebat/berlebihan
dan penglihatan kabur dapat mengakibatkan terjadinya eklampsia post partum,
Pengeluaran cairan yang berbau busuk, demam tinggi dengan suhu >38ºC.
142
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Hari/Tanggal : Jumat, 15 April 2022
Tempat : PMB Heni Widyastuti
Pathway Kasus Kebidanan
143
KUNJUNGAN II (7 HARI POST PARTUM)
No Register :263
Nama Pengkaji : Heni W
Hari/tanggal :Jumat, 22 April 2022
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa keadaannya semakin membaik, ASI lancar keluar, bayi kuat
menyusu, ibu selalu menyusui bayinya, tidak ada penyulit dan hanya memberikan ASI
dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar dengan warna merah
kecoklatan.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil
b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/i, RR : 20 x/i, Suhu : 36,2 0C
2. Kontraksi uterus baik
3. TFU 3 jari diatas symfisis
4. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan
tidak berbau
ANALISA
Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 NIfas 7 hari
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70
mmHg, nadi 78x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU 2 jari atas sympisis, ibu
terlihat senang dengan hasilnya.
2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi,
sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih
dan susu ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan ibu
istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya
tertidur, ibu sudah mengerti tentang pola istirahat.
3. Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu dengan
kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang menopang
payudara ibu. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan
yang banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala
144
hebat, demam, dan nyeri pada payudara ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan
kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti pakaian
dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali sehari, ibu
sudah mengerti. Menganjurkan ibu untuk meminum terapi oral yang diberikan jika
masih ada yaitu tablet, Vitonal-F 1x60 mg sebanyak 10 tablet, minum obat sesuai
dengan dosis yang ditentukan menggunakan air putih.
5. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada tanggal 06 Mei 2022,
dan ibu bersedia datang sesuai tanggal yang ditentukan. Seluruh hasil pemeriksaan
sudah di dokumentasikan.
145
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
146
KUNJUNGAN III (14 HARI POST PARTUM)
No Register :263
Nama Pengkaji : Heni WIdyastuti
Hari/tanggal : Jumat, 06 Mei 2022
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa tidak ada keluhan, ibu hanya memberikan ASI saja pada
bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan hanya ada
cairan kekuningan.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil
b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/mt, RR : 20 x/mt, Suhu : 36,2C
2. Kontraksi uterus baik
3. TFU sudah tidak teraba.
4. Pengeluaran darah pervaginam : Lochea serosa (cairan kekuningan, darah -)
3. ANALISA
Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 Nifas 2 Minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70
mmHg, nadi 78x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU tidak teraba, ibu
terlihat tenang.
2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan
nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8
gelas air putih dan susu, ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan
istirahat setiap bayinya tertidur, ibu sudah mengerti tentang pola istirahat.
Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu
dengan kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang
menopang payudara ibu.
147
4. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan yang
banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala
hebat, demam, dan nyeri pada payudara ibu sudah mengerti dan dapat
menyebutkan kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti
pakaian dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali
sehari, ibu sudah mengerti.
6. Memberikan konseling kepada ibu untuk rencana pemakaian KB setelah selesai
masa nifas dan menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi jangka Panjang
(MKJP) seperti IUD dan Implant, mengingat jumlah anak yang ada sudah cukup,
ibu mengerti dan akan membicarakan terlebih dahulu kepada suami.
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang yaitu pada tanggal 16 Mei 2022, dan ibu
akan datang sesuai tanggal yang ditentukan.
8. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan, dokumentasi telah dilakukan
148
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
149
KUNJUNGAN IV (6 MINGGU POST PARTUM)
No Register : 263
Nama Pengkaji : Heni Widyastuti
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Heni WIdyastuti
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa tidak ada keluhan,ibu hanya memberikan ASI saja pada
bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan dan ibu ingin
ber KB suntik.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil
b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/mt, RR : 20 x/mt, Suhu : 36,2 C
2. Kontraksi uterus baik
3. TFU sudah tidak teraba.
4. Pengeluaran darah pervaginam sudah tidak ada
3. ANALISA
Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 Nifas 6 Minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 120/70
mmHg, nadi 80x/menit, RR 21x/menit, suhu 36,9 ºC, TFU tidak teraba, ibu terlihat
tenang. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan
makan nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8
gelas air putih dan susu, Ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan
istirahat setiap bayinya tertidur. Ibu sudah mengerti tentang pola istirahat.
3. Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu
dengan kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang
menopang payudara ibu. Ibu mengerti
4. Memberikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode macam-macam
kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi
serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang
merugikan tersebut.Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan
5. Membantu ibu menentukan pilihan metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai
bagi dirinya, beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
150
6. Ibu memilih metode suntik KB 3 bulan karena sudah pernah mempunyai pengalaman
menggunakannya serta merasa cocok dan sesuai bagi dirinya
151
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan
Hari danTanggal : Senin,16 Mei 2022
Tempat Praktik : PMB Heni Widyastuti
152
E. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB
DATA SUBYEKTIF
A. IDENTITAS
Jenis Istri Suami
Identitas
Nama Ny.E Tn.M
Umur 29 tahun 28 tahun
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta
Alamat rumah Kembang Kerep RT 03 Kembang Kerep RT 03
RW 02 RW 02
HP
B. ANAMNESA
1. Kunjungan saat ini :
Kunjungan pertama
Kunjunganulang
Keluhan
Ingin Ber KB suntik 3 bulan
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 22 tahun, lama pernikahan 10 tahun
3. Riwayat Mensturasi
Menarce umur 13 tahun, siklus 28 hari, teratur .Lamanya 6 hari, sifat
darah : encer, Bau amis (tidak begitu amis) Dismenorhoe
: tidak, Banyaknya ±50Cc
153
Hari pertama haid terakhir tanggal : Ibu mengatakan belum mendapat
haid
4. Jumlah Anak : 2
5. Riwayat kontrasepsi yang di gunakan
No Jenis Mulai memakai Berhenti/ganti cara
. kontras
Thn Oleh Temp keluha Thn Ole temp Keluhan
epsi
at n h at
Suntik 3 Thn Bida PMB Jarang Thn Bida PMB Tidak ada
1..
bulan 2016 n haid 2017 n keluhan,
berhenti
suntik
karena
ingin hamil
lg
2 Suntik 3 Thn Bida PMB Jarang Thn Bida PMB Tidak ada
bulan 2019 n haid 2020 n keluhan,
berhenti
suntik
karena
ingin hamil
lg
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/ sedang di derita ibu dan keluarga
1. Apakah pernah operasi besar : tidak
2. Penyakit kuning : tidak
3. Postpartum sampai dengan 6 minggu : tidak
4. Sepsis pada masa nifas : tidak
d. Merokok : tidak
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan
1. Keadaan umum Baik, kesadaran : komposmentis, Keadaan emosional :
stabil
2. Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmhg, Denyut Nadi : 80 x/mt,
Suhu tubuh : 36,3ºc, Pernafasan: 20 x/mt
3. Tinggi Badan : 160 cm, Berat Badan : 62 Kg
4. PemeriksaanFisik
a. Kepala dan leher
Wajah Pucat : tidak
Edema wajah : tidak
Mata :
Kelopak mata : tidak pucat
Konjungtiva : tidak ikterik
Scelera : tidak pucat
KelenjarTiroid
Pembesaran : tidak ada pembesaran tiroid
b. Dada
Jantung : bunyi jantung teratur
Paru : Tidak ada suara wheezing dan ronchi
Payudara : simetris
Pembesaran : Normal
Putting susu : Menonjol
Simetris : Mammae kanan dan kiri simetris
Benjolan : Tidak ada benjolan
Pengeluaran : Tidak ada
155
Rasa nyeri : Tidak ada rasa nyeri
Lain-lain :-
c. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada luka bekas operasi,
Pembesaran : tidak ada
Konsistensi : lunak, benjolan: tidak ada benjolan
Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran
Kandung Kemih : kosong
d. Ekstremitas atas
Oedem : tidak odema
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada kemerahan
Varices : tidak ada varices
e. Ekstremitas bawah
Oedem : tidak ada
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada kemerahan
Varices : tidak ada varices
Reflex : (+)
f. Genetalia luar :
Varices : tidak ada varices
Bekas luka : tidak ada luka
Pengeluaran : tidak ada
5. Pemeriksaan ginekologis
a. Genetalia eksterna :
Ulkus : tidak
Pembengkakan kelenjar bartholini : tidak
Pembengkakan Kelenjar Skene : tidak
Pengeluaran Pervaginam : tidak ada darah haid
b. Genetalia Interna : Tidak dilakukan
c. Cairan Vagina :
Servisitis : tidak dilakukan
Nyeri goyang portio : tidak dilakukan
156
Tumor pada adneksa : tidak dilakukn
157
Tumor pada kavum douglasi : tidak dilakukan
Besar panggul : tidak dilakukan , posisi : normal
Mobilitas uterus :
6. Pemeriksaanpenunjang
HCG : tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang lainnya : tidak dilakukan
ASSESMEN
Ny E 29 tahun P3A0 Akseptor KB baru suntik 3 bulan
PLANNING
Tanggal 16 Mei 2022 jam 09.00 wib
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital kepada ibu :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut Nadi : 80x/menit
Suhu tubuh : 36,3°C Pernafasan : 20x/menit
Berat Badan : 62 kg Tinggi Badan : 160 cm
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Memberikan informasi kepada Ibu mengenai pilihan metode kontrasepsi jangka
panjang yang dapat digunakan olehnya diantaranya ada AKDR dan Implant. Ibu
mengerti dan sudah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi jangka
Panjang
3. Memberikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode macam-
macam kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang
dapat terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
berbagai efek yang merugikan tersebut. Ibu mengerti dengan informasi yang
diberikan
4. Membantu ibu menentukan pilihan metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya, beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan
pilihannya. Ibu memilih metode suntik KB 3 bulan karena sudah pernah
mempunyai pengalaman menggunakannya serta merasa cocok dan sesuai
bagi dirinya
5. Menjelaskan kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3 bulan
Keuntungan : Mengurangi nyeri haid, Mengurangi perdarahan, Mencegah
Anemia. Kerugian : Terjadinya perubahan pola haid, Penambahan Berat
Badan, Tidak mencegah PMS. Ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian
serta efek samping KB suntik 3 bulan
6. Menyiapkan obat depo progestin 1cc dan alcohol swab
7. Mencuci tangan sebelum tindakan
8. Menyuntikan obat depo progestin secara Intramuskuler
9. Mencuci tangan setelah Tindakan
10. Mencatat dan mendokumentasikan dalam formulir K4, register dan kohort KB
11. Menjelaskan kepada Ibu bahwa kerja obat KB dalam tubuh membutuhkan
waktu, untuk itu Ibu disarankan untuk tidak berhubungan dahulu 5 s/d 7 hari
158
pasca suntik KB atau bisa menggunakan kondom untuk sementara waktu. Ibu
mengerti dan bersedia mengikuti saran dan anjuran yang diberikan
12. Memberitahu Ibu jadwal kembali untuk suntik ulangan serta memberikan
edukasi jika terjadi efek samping pemakaian KB suntik 3 bulan untuk segera
menghubungi Bidan tanpa menunggu jadwal kembalinya.. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
159
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Nifas
Hari dan Tanggal : 16 Mei 2022
Tempat Praktik : PMB Heni WIdyastuti
Nama :Heni W
Program Studi : Profesi Bidan
160
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kehamilan
Pada saat pemeriksaan kehamilan di dapat Ny. E usia 29 tahun, hamil
ketiga, berkunjung untuk pemeriksaan ANC pertama pada tanggal 12 Maret
2022 pada usia kehamilan 35 minggu. Pasien datang untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan dan ingin mengetahui bagaimana keadaan bayinya.
HPHT 07 Juli 2021, TP 15 April 2021. Saat ini ibu mengeluhkan sering BAK.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, RR
18x/menit, Suhu 36.2°C, BB saat hamil 64 kg, TFU 3 jari diatas px, Leopold
I : Teraba bokong, Leopold II : Puki, Leopold III : Teraba bulat keras
mlenting, tidak dapat digoyangkan, sudah masuk PAP. Leopold IV : Divergen
3/5 bagian. DJJ : 142x/m teratur, Punctum max 3 jari dibawah pusat sebelah
kanan.
Sesuai dengan teori pada jurnal Kebidanan Binawan Student Journal
(BSJ), Vol. 1 No. 3, Desember 2019 bahwa pada trimester III kehamilan
timbul perubahan secara fisik yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan
seperti nyeri ulu hati/rasa tdk nyaman pd perut, nyeri punggung, sesak
nafas, sering BAK, konstipasi, dan susah tidur. Sering BAK karena hal itu
merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil karena pembesaran rahim
dan turunnya kepala janin ke PAP sehingga menekan kandung kemih.
Pada kunjungan ANC kedua tgl 23 Maret 2022 usia kehamilan 36
minggu 4 hari Ny. E mengeluhkan pegal-pegal daerah pinggang dan
punggung bawah. Hasil pemeriksaan BB 65 kg, KU baik, TD 120/80, N
80x/m, RR 20x/m, S 36.3 C, TFU 30 cm, LI : teraba lunak spt bokong, LII :
Puka, LIII: Teraba bulat keras (kepala) tidak dpt digoyangkan, L IV : Divergen
3/5 bagian DJJ 144 x/m teratur.
Sesuai dengan teori Romauli (2011), hal ini merupakan keadaan
fisiologis dialami pada ibu hamil trimester III karena semakin membesarnya
rahim dan pertumbuhan bayi, maka titik berat akan cenderung menjadi
161
condong ke depan. Akibatnya ibu mengalami perubahan postur tubuh jadi
tertarik ke belakang (lordosis), tulang punggung pada bagian bawah juga jadi
melengkung dan otot tulang memendek, sehingga saat terus menerus
berdiri, sering membungkuk dapat memicu sakit punggung. Selain itu, sakit
punggung juga bisa terjadi akibat meningkatnya hormon. Pada hormon
kehamilan yang naik bisa membuat persendian di tulang panggul meregang,
pergeseran ini bisa memengaruhi cara punggung ketika menyangga perut.
Jadi hal ini merupakan keadaan fisiologis dalam kehamilan trimester III, dan
ibu sudah diberi edukasi bahwa kontraksi yang sering dirasakan merupakan
his palsu atau tanda persalinan palsu, jadi ibu tidak perlu khawatir.
B. Persalinan
Pada tanggal 15 April 2021 Ny.E menjalankan persalinannya. Ibu
bersalin dalam usia kehamilan 40 minggu. Bayi lahir secara spontan
pervaginam dengan presentasi belakang kepala dan dilahirkan dengan
tenaga ibu sendiri, persalinan berlangsung aman tanpa komplikasi baik ibu
maupun bayinya. Hal ini sesuai teori bahwa usia persalinan normal atau
aterm 37-42 minggu, bayi lahir secara spontan pervaginam dengan
presentasi belakang kepala dan dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri
(Saefudin, 2012).
Pada kala I Ny.M mengeluh mules-mules an keluar lendir darah dari
kemaluan. Menurut Prawirohardjo (2016) perasaan sakit pada waktu his
bersifat subyektif, tidak hanya tergantung pada intensitas his, tetapi
tergantung pula pada keadaan mental ibu. Ketenangan membuat perasaan
sakit saat his hanya akan terasa sedikit. Untuk mengurangi rasa sakit pada
ibu, berikan dukungan moril dan menghadirkan suami atau keluarga untuk
memberi support selama proses persalinan, sehingga ibu merasa tenang.
Dalam proses persalinan Ny.E pada kala I berlangsung selama 4
Jam. Menurut Mochtar (2015), tahapan proses persalinan terdiri dari 4 kala.
Pada primigravida berlangsung selama 13-14 jam, sedangkan pada
multigravida 6-7 jam. Asuhan yang diberikan pada Ny. E yaitu
Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, informed choise dan
informed concern, menghadirkan pendamping (suami), menentukan posisi
sesuai keinginan ibu atau miring kiri jika ditempat tidur, mengijinkan ibu
beraktivitas ringan sesuai kesanggupan (jalan2 di ruang VK), menganjurkan
suami atau keluarga untuk memijat punggung atau membasuh muka ibu,
162
mengajarkan cara relaksasi tehnik pernafasan, menjaga privasi ibu,
163
menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan membasuh kemaluannya
setelah BAK/BAB, menjaga kondisi ruangan sejuk dan nyaman, memberi
makan dan minum yang cukup, pantau ulang kemajuan persalinan 4 jam
kemudian atau bila ada indikasi. Asuhan ini sesuai dengan Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014
Partus kala II Ny. E berlangsung selama 15 menit, His 4 kali 10’ 40”
kuat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mochtar (2015), Kala II
disebut juga kala pengeluaran janin, dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai dengan keluarnya bayi. Pada kala II, his menjadi lebih adekuat
dan makin sering serta teratur. Dalam waktu 10 menit dapat 4 kali terjadi his
yang lamanya 45 detik. Pada primipara kala II berlangsung selama 1,5 jam
sampai 2 jam, pada multipara berlangsung selama 0,5 sampai 1 jam.
Asuhan yang di berikan pada Ny.M yaitu Menjelaskan hasil pemeriksaan,
memberikan dukungan psikologis pada ibu, menjaga kebersihan diri ibu,
mengipasi dan massase ibu, menganjurkan ibu pada posisi yang nyaman,
memberikan ibu cukup minum, periksa DJJ saat kontraksi dan setelah
kontraksi, ajarkan ibu cara relaksasi dan pernafasan, menyiapkan alat dan
siapkan diri penolong.,pimpin meneran yang benar, melakukan pertolongan
persalinan secara APN, nilai keadaan bayi.keringkan dan potong tali pusat,
lakukan IMD. Asuhan ini sesuai dengan Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014
Dalam proses persalinan Ny.E pada kala III selama 10 menit dan
jumlah perdarahan ±100 cc setelah bayi lahir. Menurut Mochtar (2015), kala
III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Seluruh proses biasanya berlangsung
5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan
pengeluaran darah ±50-200 cc. Asuhan yang di berikan pada Ny.M yaitu
menjelaskan hasil pemeriksaan, pastikan tidak ada bayi kedua, melakukan
manajemen aktif kala III meliputi ; (Menyuntikkan oksitosin 10 unit im ,
mmelakukan PTT , melahirkan plasenta, massage fundus uteri), memeriksa
kelengkapan placenta, menilai jumlah perdarahan. Asuhan ini sesuai dengan
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014
Dan proses Kala IV berjalan dengan normal, jumlah perdarahan yang
dialami Ny. E adalah + 100 cc. Ibu dan Bayi dalam rawat gabung. Menurut
Mochtar (2015), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
164
postpartum. Setelah plasenta lahir kontraksi otot rahim keras sehingga
pembuluh darah terjepit untuk proses menghentikan perdarahan. Kemudian
melakukan observasi dan pengukuran cermat pada tekanan darah, nadi,
pernafasan, kontraksi otot rahim. Perdarahan sering terjadi selama 2 jam
pertama.
165
temukan salah satu dari tanda bahaya bayi baru lahir, Mengajurkan ibu
untuk menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi,
dan Merencanakan kunjungan ulang yang ketiga sebelum usia bayi 28 hari
Hal ini sesuai dengan teori Pelayanan Kesehatan Neonatus menurut
Kemenkes RI (2015), dimana pemeriksaan pada Kunjungan neonates ke-2
(KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir, yang
dilakukan yaitu pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,
pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan
tanda-tanda bahaya.
Dari data objektif juga ditemukan BB bayi saat kunjungan (hari ke 7)
3200 gram BAB dan BAK baik, bayi mau menyusu. Hal ini masih fisiologis
pada bayi Ny.M. Sesuai dengan Buku Pedoman Praktek Klinis (2017).
Pada kunjungan By. Ny. E usia 14 hari BB 3200gr, PB 49 cm, Bayi
menangis kuat, Bayi mau menyusu, Tonus otot bergerak aktif, Tali pusar
sudah lepas, pusar bersih dan kering, bayi dalam keadaan sehat. Sesuai
dengan teori Buku Pedoman Praktek Klinis (2017) penurunan berat badan
fisiologis terjadi saat neonatus usia 5 - 7 hari dan berat badan bertambah
pada usia 12 – 14 hari.
D. Nifas
Ibu melahirkan jam 13.00. Ibu masih terasa mulas dan iASI nya keluar
sedikit. K/U Baik, TD. 110/70 mmHg, Nadi :80 x/mnt, Pernafasan :20 x/mnt,
Suhu :36,2 °C, dari pemeriksaan payudara tampak tegang dan saat
ditekan ASI belum keluar, palpasi kontraksi baik, TFU dua jari di
bawah pusat, kandung kemih penuh, lochea rubra 50 cc. Menurut
Bahiyatun (2009) hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan ibu
masih terasa mulas karena masih mengalami adaptasi masa nifas tepatnya
yaitu pada masa taking in yg berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Selain itu terjadinya Involusi uteri atau
pengerutan uterus yang mengakibatkan kontraksi otot-otot polos uterus
sehingga ibu merasa mulas. Pada pemeriksaan ditemukan tinggi fundus
uteri setinggi pusat. Hal ini sesuai dengan teori perubahan uterus pada
masa nifas (Nugroho, 2014), bahwa sesaat setelah plasenta lahir termasuk
post partum 6 jam TFU 2 jari di bawah pusat. Menurut (Kristyansari, 2011)
posisi dan perlekatan yang baik akan memaksimalkan reflek bayi pada saat
proses menyusui. Apabila bayi tidak melekat pada posisi yang benar bayi
166
akan menarik, mengigit dan menyebabkan puting menjadi luka. Teknik
menyusui yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah pada payudara
dan ibu menjadi tidak nyaman selama proses menyusui sehingga bayi tidak
maksimal menyusu sampai ke aerola. Pada pemeriksaan genital terdapat
lochea rubra berjumlah ±50 cc. Sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh (Mochtar, 2018), bahwa Lochea rubra berisi darah segar, berwarna
merah hitam dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
casecose, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah selama 2 hari
pasca persalinan.
Pada kunjungan nifas 6 hari Ibu mengatakan keadaannya sudah lebih
baik dan ASI sudah keluar, KU baik, Kes CM, Emosi stabil, TD 110/70, N 80
x/m, RR 20x/m, S 36,2 C, TFU 3 jari di atas symfisis, Kontraksi uterus baik,
Lochea sanguilenta (merah kecoklatan) tidak berbau. Sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Yanti, 2014 bahwa Lochea hari ke 3 sampai ke 7
yaitu sanguilenta,warna putih bercampur merah dan tinggi Fundus Uteri hari
ke 7 dalam batas normal yaitu di pertengahan pusat dan simpisis.
Pada kunjungan nifas 14 hari Ibu mengatakan merasa tidak ada
keluhan, ibu hanya memberikan ASI saja pada bayinya, ibu mengatakan
sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan hanya ada cairan kekuningan
(Lochea serosa). Sesuai dengan teori menurut Mochtar (2018) pengeluaran
lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Lochea serosa adalah cairan berwarna kuning, cairan tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
E. KB dan Kontrasepsi
Pada tgl 16 Mei Ibu datang ingin menggunakan kb suntik 3 bulan, ibu
mengatakan saat ini PP 42 hari, sedang menyusui bayinya, tidak ada
penyakit yg diderita. TD 120/80 mmhg, N 80 x/m, S 36,3ºc, RR 20 x/mt, TB
160 cm, BB 62 Kg. Payudara simetris dan tidak ada benjolan Abdomen tidak
ada benjolan. Menurut Saroha 2014, bahwa pemilihan kontrasepsi pada
167
klien menyusui yaitu MAL, suntik Progestin, AKDR, kondom. Keuntungan KB
suntik 3 bulan menurut Maryunani 2016 yaitu sangat efektif dengan
kegegalan kurang dari 1%, tidak mempengaruhi produksi ASI, sedikit efek
samping, dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. Penulis juga
telah menjelaskan efek samping dan kapan harus kunjungan ulang sesuai
dengan teori Maryunani 2016.
168
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan oleh bidan atau
tenaga kesehatan terhadap ibu secara profesional baik pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, maupun KB, sehingga deteksi
dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari.
Pada pemeriksaan kehamilan, Ny. E melakukan kunjungan antenatal
care sebanyak 2 kali dipantau oleh penulis, pemeriksaan dilakukan pada
tanggal 12 Maret 2022 dan 23 Maret 2022 mengikuti masa kehamilan tanpa
adanya komplikasi. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian
dan pelaksanaan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, sesuai dengan
dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway.
Dalam proses persalinan kala I sampai kala IV berlangsung dengan
lancar. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin, sesuai dengan
dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway.
Pada bayi yang dilahirkan merupakan bayi aterm sesuai dengan masa
kehamilan karena memiliki berat badan 3200 gram dan panjang badan 49
cm, bayi bugar. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, sesuai dengan
dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway.
Pada masa involusi uterus berlangsung dengan baik dan tidak
ditemukan terjadinya perdarahan maupun tanda-tanda infeksi. Hal ini berarti
penulis mampu menerapkan pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu nifas, sesuai dengan dokumentasi menggunakan metode SOAP
dan pathway.
Pada 6 minggu post partum ibu sudah mendapatkan pelayanan KB,
yaitu suntik KB 3 bulan yang tidak mengganggu produksi ASI dan itu
merupakan pilihan ibu dengan bantuan konseling menggunakan ABPK.
Berdasarkan dari asuhan kebidanan komprehensif selama kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB pada Ny. E berjalan normal, sesuai
dengan teori yang ada.
169
B. Saran
1. Bagi PMB
Agar meningkatkan mutu asuhan kebidanan dengan memperhatikan
kebutuhan pasien dengan pemasangan poster, spanduk dan pemberian
leaflet sesuai kebutuhan pasien sehingga pasien merasa puas atas
pelayanan yang diberikan.
3. Bagi Penulis.
Diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dari hasil yang
didapat pada studi kasus ini.
170
DAFTAR PUSTAKA
172
LAMPIRAN
173
174