Science & Mathematics">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MAKALAH Psikologi Sastra

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KORELASI ANTARA KONDISI PSIKOLOGIS SASTRAWAN DENGAN


PENDEKATAN KARYA SASTRA PUISI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi sastra


Dosen Pengampu : Helmi Wicaksono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Bela Tri Laksana 22001071055
Adisti Prameswari Shoka Putri 22001071043
Ifrohatun Izzah 22001071036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah berjudul "Korelasi antara Kondisi Psikologis Sastrawan dengan
Pendekatan Karya Sastra Puisi" dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Dosen
Helmi Wicaksono, S.Pd., M.Pd. pada mata kuliah Psikologi Sastra. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan ilmu supaya dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dan untuk
teman-teman semua yang sudah membantu sehingga makalah ini dapat selesai.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Malang, 6 April 2022

Penyusun Makalah

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3
BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.3.1 1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Korelasi Antara Kondisi Psikologi Sastrawan Dengan Pendekatan
Apresiasi Sastra 6
2.2 Pengertian Pendekatan Ekspresif 8
2.3 Analisis Psikologi Sastrawan dengan Pendekatan Ekspresif pada “Puisi
untuk Adik” Karya Widji Thukul 9
2.4 Pengertian Pendekatan Sosio-psikologis 12
2.5 Analisis Psikologis Sastrawan dengan Pendekatan Sosio-psikologis pada
“Puisi untuk Adik” Karya Widji Thukul 13
BAB III 15
PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karya sastra merupakan sebuah bentuk ekspresi dari segala sesuatu
yang dimiliki oleh sastrawannya. Ekspresi dari rasa, imajinasi, ungkapan
isi hati dan ekspresi-ekspresi lainnya. Hal inilah yang menjadikan karya
sastra itu unik dan memiliki daya tarik sendirinya. Segala bentuk ekspresi
dituangkan dalam bentuk karya baik itu cerpen, puisi maupun adegan
lakon drama. Percampuran antara ekspresi dengan kreativitas tersebut
membawa karya sastra pada titik estetika yang menjadi komponen utama
dari karya sastra. Seperti yang diungkapkan oleh (Ismiyani,2017) bahwa
karya sastra merupakan teks tulis maupun lisan yang memuat orisinalitas,
artistik, indah dan memiliki daya imajinatif sebagai ciri khasnya. Sejalan
dengan yang hal tersebut (Tiyas, Pipit, & Mekar, 2019) memberikan
kesimpulan bahwa karya sastra merupakan ulasan mengenai berbagai
masalah kehidupan dengan khayalan tingkat tinggi.
Berangkat dari dari anggapan bahwa karya sastra merupakan
gambaran dari apa yang dialami oleh sastrawan, maka muncul pendekatan
karya sastra dari segi psikologisnya. Kajian ini yang kemudian disebut
dengan psikologi sastra, dimana kondisi psikologis dalam karya sastra
merupakan hubungan dengan kondisi psikologis pengarangnya. Sesuai
dengan ungkapan (A. Minderop, 2010) bahwa abad 20 ini karya sastra
sarat dengan unsur psikologis yang menjadi manifestasi dari kejiwaan
pengarang, tokoh dalam kisahan dan pembaca baik itu puisi, prosa maupun
drama. Psikologi sastra merupakan sebuah metode telaah karya sastra yang
meyakini bahwa sastra adalah cerminan dari proses kejiwaan dan aktivitas
kejiwaan. Yang menjadi titik kajian adalah sejauh mana kondisi psikologis
pengarang mempengaruhi karya sastra serta bagaimana konflik dan tokoh
yang ada didalamnya terlibat dengan masalah kejiwaan tersebut.
Dalam mengkaji sebuah karya sastra ada banyak pendekatan yang
dapat digunakan oleh pengkaji. Beberapa pendekatan tersebut adalah
usaha untuk memahami kemungkinan paling benar maksud dan amanat
yang terselip dalam karya sastra tersebut. Pendekatan-pendekatan itu juga
merupakan kajian yang berfokus pada 3 aspek utama karya sastra yaitu
pengarang, karya dan pembaca. Salah satu pendekatan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah pendekatan ekspresif dan pendekatan sosio-
psikologis. Pendekatan ekspresif seperti yang disampaikan oleh (Rosida,
2019) bahwa pendekatan ekspresif perhatiannya ditujukan pada proses

4
pencurahan segala pengalaman, pemikiran bahkan perasaan pengarang
dalam sebuah karya sastra. Dalam makalah ini akan dibahas pula
kemungkinan atau bahkan memang nyata adanya korelasi antara ekspresi
pengarang dengan kondisi psikologisnya.
Kondisi psikologis seseorang tentunya tidak lepas dari adanya
hukum sebab-akibat. Seringkali kondisi psikologis seseorang ini ada
karena beberapa kemungkinan kejadian baik tekanan maupun
kebahagiaan. Banyak faktor yang dapat membentuk bahkan
menghancurkan psikologis seseorang. Faktor yang paling umum dan
sering kali memengaruhi adalah kondisi sosial-budaya disekitar. Kondisi
ini juga dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam mengkaji karya
sastra. Apakah ada korelasi antara sosio-psikologis pengarang dengan
kondisi psikologisnya juga dengan karya nya. Sesuai dengan ungkapan
(Jauharoti, 2014) bahwa pendekatan sosio-psikologis ini mengkaji karya
sastra berdasarkan latar belakang sosial-budaya dari pengarang yang
dikaitkan dengan karyanya.
1.3.1 1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka muncul
beberapa rumusan masalah diantaranya :
1.2.1 Apa korelasi antara kondisi psikologis sastrawan dengan
pendekatan apresiasi sastra?
1.2.2 Bagaimana korelasi psikologi sastrawan dengan pendekatan
ekspresif berdasarkan analisis dari puisi "puisi untuk adik" karya
Widji Thukul?
1.2.3 Bagaimana korelasi psikologi sastrawan dengan pendekatan sosio-
psikologis berdasarkan analisis dari puisi "puisi untuk adik" karya
Widji Thukul?
1.3 Tujuan
Adapun dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
disebutkan, makalah ini memiliki tujuan
1.3.2 Mengetahui korelasi antara kondisi psikologis sastrawan dengan
pendekatan apresiasi sastra
1.3.3 Mengetahui korelasi antara psikologi sastrawan dengan pendekatan
ekspresif berdasarkan analisis dari puisi “Puisi untuk Adik” karya
Widji Thukul
1.3.4 Mengetahui korelasi antara psikologi sastrawan dengan pendekatan
sosio-psikologis berdasarkan analisis dari puisi “Puisi untuk Adik”
karya Widji Thukul

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Korelasi Antara Kondisi Psikologi Sastrawan Dengan Pendekatan


Apresiasi Sastra
Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang melihat suatu karya
sebagai salah satu aktivitas dari kejiwaan. Dalam karyanya pengarang
akan menggunakan rasa, cipta dan karya dalam membentuk suatu
karyanya. Begitu pula dengan pembaca yang menanggapi karya sastra
tidak terlepas dari kejiwaan masing-masing pembaca. Karya sastra adalah
hasil dari karsa manusia yang di dalamnya mengandung nilai seni, dan
daya cipta yang tinggi. Dalam menciptakan karya sastra seorang
sastrawan/seniman/penyair membutuhkan usaha yang keras dan banyak
pertimbangan baru bisa menghasilkan suatu karya sastra yang memiliki
nilai seni yang indah dan bermutu. Selain itu semua terdapat juga banyak
aspek yang dipertimbangkan misalnya keindahan, nilai guna atau manfaat
dan lain sebagainya. Sehingga pembuatan karya sastra membutuhkan
waktu yang cukup santai untuk memperoleh karya yang indah. Karya
sastra dalam psikologi sastra dikenal sebagai pantulan kejiwaan.
Pengarang dalam karya sastra akan menangkap gejala-gejala jiwa yang
kemudian diolah dalam bentuk teks. Fenomena psikologis yang dipandang
oleh karya sastra akan memperlihatkan aspek kejiwaan melalui tokohnya
(Endraswara: 2003:96).
(Ratna 2013:343) mengatakan jika pada dasarnya psikologi sastra
mampu memberikan perhatian terhadap unsur kejiwaan tokoh fiksi yang
ada dalam karya sastra. Dunia yang ada dalam karya sastra memasukkan
aspek kehidupan khususnya manusia. Pada dasarnya aspek kemanusiaan
ini yang merupakan pusat perhatian atau objek utama dalam psikologi
sastra, karena manusia berperan sebagai tokoh, dan aspek kejiwaan yang
diinvestasikan dalam karya sastra. Pada umumnya karya sastra yang telah
dianalisis yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, kedua, dan ketiga
hingga seterusnya.
Kemudian disebutkan pula bahwa tujuan dari psikologi sastra
adalah untuk memahami aspek kejiwaan yang ada pada karya sastra.
Karya sastra adalah suatu hasil imajinasi yang dibuat oleh manusia yang
mempunyai sifat indah dan mampu menimbulkan kesan dan pesan yang
indah kepada jiwa pembaca. Imaji merupakan daya untuk berpikir yang
digunakan membayangkan untuk terciptanya gambar, kejadian yang

6
berdasarkan kisah nyata atau pengalaman dari sastrawan sendiri. Menurut
genre sastra, karya sastra dapat dibagi menjadi tiga diantaranya prosa
(fiksi), drama, dan puisi. Dengan ketiga karya tersebut salah satu cara
untuk menikmati suatu karya adalah dengan melalui pengkajian psikologi
sastra.
Pada dasarnya karya sastra sangatlah erat dengan nilai seni maka
dalam kegiatan menganalisisnya tentu perlu menggunakan metode dan
cara yang tepat untuk menghasilkan karya yang baik. Tujuannya adalah
agar apa yang ingin disampaikan sastrawan kepada pembaca terhadap
karya itu tersampaikan dengan sempurna dan dapat diterima dengan baik.
Dalam menganalisis suatu karya sastra, sastrawan menggunakan
pendekatan apresiasi sastra. Seperti contoh menggunakan pendekatan
ekspresif dan pendekatan sosio-psikologis. Dua pendekatan ini memiliki
aspek analisis yang berbeda. Pendekatan ekspresif menggunakan tiga
tahapan, dalam pembuatan suatu karya sastra penekanan aspek ekspresif
ini telah lama digunakan. Pada masa Yunani dan Romawi menonjolkan
aspek ekspresif yang telah dimulai oleh seorang ahli sastra Yunani Kuno,
Dionysius Casius Longius, yang telah diungkapkan dalam bukunya On
The Sublime (Mana Sikana, Atmazaki, 1990:32-33). Kemudian Plato
menyatakan jika suatu karya sastra adalah sebuah tiruan yang telah
diciptakan oleh Tuhan, apakah cukup sampai disitu peran sebagai seorang
pengarang? Pernyataan tersebut ditolak oleh Aristoteles yang menyatakan
bahwa pengarang berada di bawah Tuhan.
Aspek ekspresif merupakan salah satu pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis karya sastra untuk melihat kebimbangan pengarang
dalam proses menciptakan karyanya. Kritikus-kritikus meyakinkan bahwa
sastrawan yang menciptakan karya sastra merupakan pokok yang
melahirkan persepsi, pikiran dan perasaan yang dipadukan pada karya
sastra.
(Atmazaki 1990:34-35) merumuskan alasan bahwa aspek ekspresif
sangat penting disebabkan oleh beberapa alasan sebagai berikut:
a. Pengarang merupakan orang yang pandai, ia merupakan seorang filsuf
yang mempunyai ajaran dan dianggap sebagai seorang filsafat yang
mampu menguasai cara berpikir manusia lainnya.
b. Pengarang merupakan orang yang berwenang atau berkuasa dalam
penentuan penguasaan bahasa, dan menciptakan kenyataan lewat
bahasa yang dibentuknya yang sama sekali tidak mengalami peristiwa
alami. Meskipun tidak memiliki kesamaan dengan kenyataan,
pernyataan tersebut adalah hakiki yang memiliki nilai tinggi sehingga
pembaca dapat bercermin dengan kenyataan tersebut.

7
c. Pengarang merupakan orang yang peka terhadap masalah, memiliki
wawasan yang luas dan jiwa kemanusiaan yang tinggi. Pengarang juga
memiliki pemikiran yang lebih maju meskipun terkadang
pemikirannya dianggap rumit oleh masyarakat sekitar.
Selanjutnya dalam menikmati karya sastra juga perlu untuk
menganalisis terlebih dahulu menggunakan pendekatan psikologis,
pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang mempunyai ciri khas
bertolak belakang dengan asumsi bahwa pada karya sastra selalu
membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Psikologi sastra
merupakan analisisis teks yang telah mempertimabngakan peranan studi
psikolgis dengan mempusatkan perhatian tokoh yang kemudian dapat
dianalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori
psikologis. Pada hubungan inilah peran sastrawan harus menemukan
gejala yang sengaja disembunyikan oleh pengarang dengan memanfaatkan
teori psikologis yang relevan. (Ratna 2009:342-344) mengemukakan
bahwa tujuan psikologi sastra adalah untuk memberikan pemahaman
terkait aspek kejiwaan yang ada dalam karya sastra. Penelitian yang
dilakukan menggunakan pendekatan psikologis mendapati dua cara
sebagai berikut:
a. Melalui sebuah pemahaman teori psikologis dan dilanjutkan dengan
analisis terhadap karya sastra.
b. Menentukan karya sastra yang dapat dianggap sebagai objek
penelitian. Kemudian menentukan teori yang dianggap relevan untuk
melakukan sebuah analisis.
Pada intinya psikologi dan sastra bukan sesuatu yang baru karena
tokoh dalam karya harus dihidupkan, dibumbui dengan jiwa yang bisa
untuk dipertanggungjawabkan tentang karyanya. Pengarang dapat disebut
baik jika sadar maupun tidak memasukkan jiwa manusia dalam karyanya.
Hal tersebut akan terlihat dalam diri yang ada pada tokoh cerita dimana
cerita itu terjadi (Wellek dan Warren, 1989:41).

2.2 Pengertian Pendekatan Ekspresif

Karena fokus kajian psikologi pengarang terletak pada aspek


kejiwaan pengarang sebagai pemroduksi karya sastra, maka psikologi
pengarang memiliki hubungan yang cukup erat dengan pendekatan
ekspresif. Sebagaimana pendapat Abrams (1981) pendekatan ekspresif
mempelajari dan memahami karya sastra serta memfokuskan perhatiannya
pada sastrawan selaku yang menciptakan karya sastra. Sementara itu,
menurut Aminuddin (1987:42) pendekatan ekspresif ialah pendekatan

8
yang berusaha mencari unsur-unsur emosi atau perasaan pembaca.
Menurut Semi (1984) pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang
memfokuskan perhatian pada usaha pengarang atau sastrawan dalam
mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Selain itu, pendekatan
ekspresif merupakan pendekatan dalam kajian sastra yang titik berat
kajiannya terletak pada ekspresi perasaan atau emosi sastrawan, Abrams
dalam Siswanto (2008:181). Pendekatan ekspresif mempunyai sejumlah
kesamaan dengan pendekatan biografi dari segi fungsi dan kedudukan
karya sastra sebagai subjek kreator, Ratna (2013: 68). Pendekatan ini
melihat karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, curahan perasaan atau
ungkapan perasaan dan pemikiran sastrawan, atau sebagai produk
imajinasi sastrawan yang bekerja dengan pandangan, pikiran, atau
perasaannya.

Pendekatan ekspresif tidak hanya mengkaji latar belakang karya


diciptakan. Ratna (2013:68-69) berpendapat bahwa pendekatan ekspresif
bukan hanya memfokuskan pada bagaimana karya tersebut diciptakan.
Rokhmansyah (2014:10) mengungkapkan bahwa pendekatan ekspresif
tidak semata-mata memberikan perhatian pada penciptaan karya sastra,
namun juga pada diri pengarang, pikiran dan perasaan, serta hasil-hasil
karyanya. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa psikologi pengarang
sebenarnya termasuk dalam wilayah kajian pendekatan ekspresif yang
menempatkan karya sastra sebagai wujud ekspresi pengarang, produk
imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi, pemikiran dan
perasaan, serta produk pandangan dunia pengarang.

Melakukan pengkajian terhadap karya sastra dengan menggunakan


pendekatan ekspresif tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa hal
yang harus dilakukan pengkaji diantaranya :
a. Seorang kritikus sastra harus mengetahui biografi pengarang karya
sastra yang hendak dikaji.
b. Melakukan penafsiran terhadap unsur yang ada pada karya sastra.
Misalnya tema, gaya bahasa, citraan, dan sebagainya.
c. Menghubungkan hasil penafsiran dengan tinjauan psikologis kejiwaan
pengarang (sastrawan).

2.3 Analisis Psikologi Sastrawan dengan Pendekatan Ekspresif pada


“Puisi untuk Adik” Karya Widji Thukul

Puisi untuk Adik


Karya Widji Thukul

9
Apakah nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?
O... tidak, dik!
kita akan terus melawan

Waktu yang bijak bestari


kan sudah mengajari kita
bagaimana menghadapi derita
kitalah yang akan memberi senyum
kepada masa depan

Jangan menyerahkan diri kepada ketakutan


kita akan terus bergulat

Apakah nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?
O... tidak, dik!
kita harus membaca lagi
agar bisa menuliskan isi kepala
dan memahami dunia

(Solo, 25 Mei 1987)


a. Biografi Penyair

Widji Widodo atau yang kerap disapa Widji Thukul lahir pada
26 Agustus 1963 di Kampung Sorogenen, Solo yang mayoritas
penduduknya tukang becak dan buruh. Widji Thukul terkenal sebagai
penyair pelo (cadel), Widji mulai menulis puisi saat duduk di bangku
sekolah dasar (SD) dan memulai ketertarikan pada dunia teater ketika
berada di sekolah menengah pertama (SMP), ia ikut sebuah kelompok
teater yang diberi nama Teater Jagalan Tengah (Jadat). Pada tahun
1988, ia pernah menjadi wartawan selama tiga bulan di Masa Kini.
Sajak-sajak karya Widji diterbitkan melalui media cetak di seluruh
Indonesia bahkan mancanegara. Dua kumpulan sajaknya Puisi Pelo
dan Darman dan lain-lain, diterbitkan melalui Taman Budaya
Surakarta. Widji pernah menerima Wertheim Encourage Award tahun
1991 bersama W.S Rendra. Dalam pengantar buku Aku Ingin Jadi
Peluru terbitan Redaksi Indonesia Tera, mengungkapkan bahwa Widji
Thukul adalah salah seorang penyair yang gigih, baik dalam
memperjuangkan gagasannya, memperjuangkan hidup dan kebenaran
yang menjadi keyakinannya.
b. Penafsiran Pemahaman Puisi
a) Pemilihan Kata Khas (Diksi)

10
Diksi yang digunakan Widji Thukul dalam puisi “Puisi untuk
Adik” mewakili perasaan dan pengalaman pengarang, terlahir dari
lingkungan yang mayoritas pekerjaanya adalah tukang becak dan buruh
menjadikan Widji Thukul mengekspresikan keadaan tersebut melalui
puisi. Selain itu, juga mewakili perasaan beberapa orang yang memiliki
nasib sama dengannya yaitu yang memiliki semangat untuk mengubah
kehidupan agar lebih baik.
- Apakah nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?

Larik tersebut bermakna konotasi dan dapat diartikan akankah


sebuah nasib akan berjalan sama seperti sepeda rongsokan karatan yang
tidak memiliki ambisi, cita-cita, keinginan, semangat bahkan tekad untuk
berjuang. Sedangkan secara denotatif memiliki makna yang sesungguhnya
yaitu sepeda rongsokan karatan sebagai barang yang tidak berguna, tidak
dapat dimanfaatkan, dan berujung dibuang.
- Waktu yang bijak bestari

Maksud dari kutipan tersebut adalah waktu yang terus berputar dan
memberikan banyak pengalaman.
- Kita akan terus bergulat

Makna dari larik di atas adalah saling merangkul baik dalam suka
maupun duka.
b) Pengimajian
- Imaji penglihatan terdapat pada larik pertama apakah nasib kita akan
terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?
- Imaji perabaan terletak pada larik kita akan terus bergulat.
c) Bahasa Figuratif

Pada puisi ini terdapat majas perbandingan, yaitu majas yang


membandingkan sesuatu menggunakan kata-kata perbandingan, apakah
nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?
d) Tema

Tema yang diangkat pada puisi “Puisi untuk Adik” adalah


perjalanan hidup.
e) Nada dan Suasana

Nada dan suasana yang digunakan yaitu tentang semangat


optimisme dalam mengubah hidup, jangan pernah mengalah dengan
ketakutan dan teruslah berjuang.

11
f) Amanat
Amanat yang dapat dipetik dari puisi ini yaitu jangan hanya
terpaku dengan kehidupan yang saat ini kita alami, teruslah berusaha agar
hidup menjadi lebih baik, rajinlah membaca agar mampu menulis isi
kepala dan memahami dunia atau dengan kata lain menjadi seorang
sastrawan.

c. Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis atau Kejiwaan Pengarang


(Sastrawan)

Berdasarkan tinjauan psikologi sastrawan, Widji Thukul


merupakan seorang penyair dan aktivis hak asasi manusia. Kaitannya
dengan pembuatan puisi Puisi untuk Adik di Solo ini merupakan bentuk
penggambaran pengalaman yang dirasakannya selama bertahun-tahun.
Widji Thukul lahir di Solo dan berada di tengah lingkungan yang
berprofesi sebagai tukang becak serta buruh dan memiliki kondisi
ekonomi menengah ke bawah. Sehingga menjadikan puisi sebagai sarana
penyaluran ekspresinya. Di dalam puisinya, Widji menyampaikan bahwa
hidup harus terus berjuang serta jangan pernah menyerah pada keadaan. Ia
juga menekankan perlunya belajar agar bisa menuliskan isi kepala dan
memahami dunia.
Namun kenyataannya, puisi ini tidak hanya mewakili perasaan dan
pengalaman sastrawan saja, tetapi juga perasaan orang-orang yang
memiliki nasib sama dengannya. Sastrawan berusaha menggambarkan
pesan yang dapat dipetik dari setiap karya sastra yang dihasilkannya, dan
puisi ini adalah bentuk ekspresi terhadap keadaan pada saat itu.
2.4 Pengertian Pendekatan Sosio-psikologis
Dalam menciptakan sebuah karya sastra pengarang seringkali
memiliki latar belakang tertentu. Latar belakang penciptaan karya sastra
inilah yang kemudian dijadikan dasar analisis pengkajian karya sastra
berdasarkan pendekatan sosio-psikologis. Pendekatan sosio-psikologis
sering dikaitkan dengan latar sosial dan budaya di sekitar sastrawan.
Sering kali kondisi masyarakat di sekitar sastrawan memiliki hubungan
timbal balik dengan karya sastranya. Sastrawan biasanya menjadikan
kejadian-kejadian di masyarakat sebagai bahan penciptaan karya sastra.
Begitu pula dengan masyarakat yang terkadang bisa mengetahui apa yang
terjadi di masa itu melalui karya sastra. Oleh karena itu muncul
pendekatan sosio-psikologis ini sebagai salah satu langkah mengapresiasi
karya sastra.

12
Pendekatan sosio-psikologis adalah pendekatan yang mencoba
menafsirkan karya sastra berdasarkan apa yang terjadi saat karya tersebut
diciptakan. Pendekatan sosio-psikologis berusaha memahami latar
belakang sosial masyarakat yang menjadi dasar diciptakannya sebuah
karya sastra pada saat itu dan juga bagaimana sikap sastrawan terhadap
kejadian tersebut melalui karyanya (Aminuddin, 2013:186). Menurut
(Jauharoti, 2014) pendekatan sosio-psikologis berusaha memahami
kondisi sosial budaya masyarakat pada saat itu dan juga tanggapan
kejiwaan dari sastrawan terhadap apa yang sedang terjadi. Dalam sosio-
psikologis ada tiga titik utama yang menjadi perhatian diantaranya sikap
sastrawan terhadap apa yang sedang terjadi, kehidupan sosial masyarakat
saat itu dan hubungan dengan gagasan sastrawan dalam karyanya serta
bagaimana unsur kehidupan sosial itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
poin paling penting dalam kajian sosio-psikologis ini adalah latar belakang
kondisi sosial masyarakat disekitar sastrawan. Kehidupan sosial yang ada
dalam puisi adalah kehidupan sosial yang ada di masyarakat. Seperti
sebuah cermin yang menampilkan apa yang ada di depannya begitulah
karya sastra dapat dikaji melalui pendekatan sosio-psikologis ini.
2.5 Analisis Psikologis Sastrawan dengan Pendekatan Sosio-psikologis
pada “Puisi untuk Adik” Karya Widji Thukul

a. Masalah Sosial yang Terjadi pada Tahun Penciptaan Puisi


Puisi ini diciptakan pada tahun 1987 dimana pada saat itu
masalah sosial yang sedang terjadi adalah rencana pengangkatan
Presiden Soeharto untuk kelima kalinya. Dimana pada saat itu sedang
marak adanya sebutan “Petrus” yang merupakan akronim dari
penembak misterius. Dikutip dari tribunnews.com, tahun 1983 tercatat
ada 532 orang tewas dengan 367 orang dinyatakan tewas akibat luka
tembak. Pada masa itu sasaran penembakan adalah pria bertato
sehingga para masyarakat yang memiliki tato di tubuhnya menjadi
was-was. Penembakan terhadap orang-orang yang dianggap residivis
maupun preman ini juga diklarifikasi oleh Presiden Soeharto yang
mengatakan tindakan tersebut sebagai shock therapy.
b. Sikap Sastrawan terhadap Masalah yang Sedang Terjadi
Dalam puisinya Widji Thukul mengungkapkan gebrakannya
terhadap generasi muda dengan kalimat :
Apakah nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan
itu?
O... tidak, dik!
kita akan terus melawan

13
Penggunaan diksi sepeda rongsokan karatan menggambarkan
bahwa masyarakat tidak memiliki daya. Keberadaanya memang diakui
akan tetapi tidak bisa membawa perubahan atau hanya sebagai properti
pelengkap saja. Kemudian pada kalimat selanjutnya O...tidak, dik!.
Penulisan dengan tanda seru yang menggambarkan seruan, penekanan dan
besarnya penolakan. Didukung dengan kalimat selanjutnya Kita akan
terus melawan. Pada saat itu memang tidak banyak yang bisa dilakukan
oleh para aktivis muda. Baru ada desas-desus pergerakan saja sudah
terancam mati ditangan Petrus sehingga oleh Widji diungkapkan sebagai
sepeda rongsokan yang karatan.
c. Kondisi Psikologis Sastrawan Berdasarkan Puisinya
Secara eksplisit tersampaikan bahwa sastrawan resah sekaligus
geram akan apa yang sedang terjadi. Terlihat dalam kutipan kalimat
Apakah nasib kita akan terus seperti sepeda rongsokan karatan itu?.
Dimasa Orde Baru demokrasi hanya sebagai judul saja, tidak banyak yang
bisa dilakukan oleh masyarakat. Mahasiswa yang akan melakukan
pergerakan perlawanan terbayang oleh ancaman penembak misterius. Dan
pada akhirnya apa yang dialami Widji disampaikan melalui tulisannya,
seakan-akan berharap pada generasi muda yang masih tak pantang mundur
dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Berharap agar generasi muda yang
disebut Dik dalam puisinya bisa lebih luas cakrawalanya sehingga
ketidakadilan bisa teratasi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang melihat suatu karya
sebagai salah satu aktivitas dari kejiwaan. Pada dasarnya karya sastra
sangatlah erat dengan nilai seni maka dalam kegiatan menganalisisnya
tentu perlu menggunakan metoda dan cara yang tepat untuk menghasilkan
karya yang baik. Dalam menganalisis suatu karya sastra, penulis
menggunakan pendekatan apresiasi sastra. Seperti contoh menggunakan
pendekatan ekspresif dan pendekatan sosio psikologis. Dua pendekatan ini
memiliki aspek analisis yang berbeda. Pendekatan ekspresif merupakan
salah satu pendekatan yang digunakan dalam menganalisis karya sastra
untuk melihat kebimbangan pengarang dalam proses menciptakan
karyanya. pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang mempunyai
ciri khas bertolak belakang dengan asumsi bahwa pada karya sastra selalu
membahas tentang peristiwa kehidupan manusia.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahawa dari
pendekatan karya sastra baik itu pendekatan ekspresif maupun pendekatan
sosio-psikologis keduanya berhubungan erat dengan psikologis sastrawan.
Kembali lagi pada prinsip bahwa karya sastra merupakan bentuk curahan
dari apa yang sedang dialami, dirasakan serta diharapkan oleh sastrawan.
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat dalam
menyempurnakan makalah ini. Kedepannya akan lebih baik jika
pengkajiannya tidak hanya pada satu puisi saja akan tetapi pada seluruh karya
sastrawan tersebut sehingga akan lebih luas pengetahuan yang diberikan
mengenai korelasi antara kondisi psikologis sastrawan dengan penciptaan
karya sastra

15
DAFTAR PUSTAKA
Ismayani, RM, 2017. “Kreativitas dalam pembelajaran literasi
teks sastra.” Semantik , 2 (2), 67-86.
Alfin, J. 2014. ”Apresiasi Sastra Indonesia.” Penerbit UIN Sunan
Ampel Press
Minderop, A. 2010. “Psikologi sastra: karya, metode, teori, dan
contoh kasus.” Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ahmadi, A. 2015. “Psikologi Sastra.” Penerbit Unesa University
Press.
Melati, TS, Warisma, P., & Ismayani, M. 2019. “Analisis Konflik
Tokoh dalam Novel Rindu Karya Tere Liye Berdasarkan Pendekatan
Psikologi Sastra.” Parole, 2 (2), 229-238.
Rosida, S. 2019. “Analisis Cerpen Maryam Karya Afion Dengan
Pendekatan Ekspresif”, 3 (2), 133-146.
Munawir, M. 2020. “ANALISIS UNSUR SOSIO-PSIKOLOGIS
SASTRA PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA WS RENDRA
SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SASTRA.” Wahana Didaktika:
Jurnal Ilmu Kependidikan , 18 (1), 103-111.
Abrams, M.H, 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta:
Hanindita.
Aminudin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar
Baru.
Semi, Atar, 1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Siswanto, Wahyudi, 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Grasindo.
Ratna Kutha, 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rokhmansyah, 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kemdikbud, 2022. Wiji Thukul. Jakarta:
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Wiji_Thukul
Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.

16
Ratna, N. K. (2013). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Angkasa
Raya.
Wellek, R. & Warren, A. (1990). Teori Kesusastraan
(Diindonesiakan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.
Ratna, N. K. (2009). Stilistika: Kajian Puistika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

17

Anda mungkin juga menyukai