LP Gardenia
LP Gardenia
LP Gardenia
PENDAHULUAN
(Iskandar Junaidi. 2011) Gejala yang timbul akibat deficit neurologis dapat
berupa hemiparesis, hemiplagia hemihipestesi, gangguan berbicara (afasia),
bicara pelo, hemianopsia, gangguan fungsi intelektual dan lain-lain (Misbach,
2011). Salah satu gejalanya adalah hemiplagia dan hemiparesis yang dapat
menyebabkan kerusakan mobilitas fisik. Kelumpuhan ini sering kali masih
dialami pasien sewaktu keluar dari rumah sakit dan biasanya kelemahan
1
tangan lebih berat dibandingkan kaki (Mulyatsih, 2008). Dampak yang sering
muncul dari stroke adalah terjadi gangguan mobilisasi fisiknya terutama
terjadi hemiplegi dan hemiparese. Gejala lain yang mungkin muncul adalah
hilangnya sebagian penglihatan, pusing, penglihatan ganda, bicara tidak jelas,
gangguan keseimbangan dan yang paling parah terjadi lumpuh permanen
(Wiwit, 2010). Untuk mengatasi gangguan tersebut terdapat dua terapi yaitu
terapi farmakologi dan non farmakologi, salah satu terapi non farmakologi
adalah terapi ROM pasif. Terapi ROM pasif dengan tujuan untuk
mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas
persendian dan mestimulasi sirkulasi.
2
1.3.1.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien
dengan Tn.S Intracerebral Hematoma (ICH)
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Tn.S Intracerebral Hematoma (ICH)
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien
dan keluarga untuk memahami apa itu Tn.S Intracerebral Hematoma
(ICH) dan bagaimana nanti perawatan mandiri untuk klien dengan
Tn.S Intracerebral Hematoma (ICH)
1.4.3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada klien dengan Tn.S Intracerebral Hematoma (ICH)
dan juga mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada institusi/
mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat membuat institus
semakin berkembang menjadi lebih baik
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai
pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan
pada klien dengan Tn.S Intracerebral Hematoma (ICH)
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
INTRA CEREBRAL HEMATOMA (ICH)
A. Defenisi
4
tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka. .Intraserebral
hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat
melebarnya pembuluh nadi. (Corwin, 2011).
B. Etiologi
B.5. Jatuh
B.7. Hipertensi
B.9. Aneurisma
B.11. Obat
B.12. Merokok
5
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
C. WOC ICH
peluasan pendarahaan.
Gangguan aliran Renal Flow
bentuk Darah membentukDarah membentukDarah membentuk darah dan O2 ke Menurun Fungsi Otak
atoma massa/hematomamassa/ hematomamassa/Beberapa
hematoma gejala, seperti lemah, lumpuh,
otak kehilangan perasa, Menurun
6
berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara
lambat.
D.6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium
E. Patofisiologi
7
kematian.
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan
menyebabkan ischemi di daerah lain yang tidak perdarahan,
sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik
secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat
dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan
beberapa hari. (Corwin, 2011) .
F. Pemeriksaan Penunjang
F.2. CT Scanning
F.6. Laboratorium
F.7. EKG
G. Penatalaksanaan
8
Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa
fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan
tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang..
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari
stroke ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-
obatan trombolitik dan obat-obatan antiplatelet (seperti
aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk..
Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang
mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang
membantu penggumpalan darah seperti:
9
G.5.2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan
evakuasi hematom secara bedah.
G.5.3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
10
e. Pertahankan lingkungan yang nyaman.
11
a. Menentukan penanganan nyeri secara tepat
c. Melancarkan sirkulasi
d. Mencegah kontaktur.
12
b. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien.
13
Rasional :
a. Cara pertama untuk menghidari infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
14
Kumala P. 2010. Intisari Prinsip- Prnsip Ilmu Bedah. EGC;
Jakarta
1. ANATOMI FISIOLOGI
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan
organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron - neuron di otak mati
tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas. Pada otak
dalam situasi tertentu bagian - bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari
bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini
merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke.
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya. Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf
dengan komponen bagiannya adalah :
a. Cerebrum
15
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung
pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik
primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus
ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan
inisiatif.
2) Lobus Temporalis
16
untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan bersama
hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan autonom.
17
Gambar 1.1 Lobus dan Cerebrum White,2011
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat.
c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh
proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
18
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur - struktur fungsional
batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman
sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri
dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
2. DEFINISI
CVA Infark adalah kematian pada otak yang biasanya timbul setelah
19
gangguan gerak yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari pada penderita
stroke. (Dwidjo,2015)
3. ETIOLOGI
a. Trombosis Serebri
b. Emboli serebri
20
Merupakan faktor resiko utama. Hipertensi dapat disebabkan
arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah
tersebut mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian
pecah/menimbulkan pendarahan.
2. Penyakit Kardiovaskuler
Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudia
berakibat pada CVA.
6. Alkoholik
21
Stroke in evolution atau stroke progresif merupakan stroke yang
sedang berjalan dan gejala neurologis yang timbul makin lama makin
berat.
4. Completed Stroke
Completed stroke atau stroke komplit memiliki gejala neurologis
yang menetap dan tidak berkembang lagi.
Berdasarkan lokasi gumpalan atau sumbatannya, stroke non
hemoragik diklasifikasikan yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolus
Emboli tidak terjadi pada pembuluh darah otak pada stroke
non hemoragik tipe ini, melainkan di tempat lainnya seperti jantung
dan sistem vaskular sistemik. Pada penyakit jantung dengan shunt
yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau
ventrikel dapat terjadi embolisasi kardiogenik. Penyakit jantung
rheumatoid akut atau menahun yang menyebabkan gangguan pada
katup mitral, fibrilasi atrium, infark kordis akut, dan embolus yang
berasal dari vena pulmonalis. Kelainan jantung tersebut
mengakibatkan curah jantung berkurang dan biasanya muncul di saat
penderita tengah beraktivitas fisik seperti pada saat penderita sedang
berolah raga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
22
perlambatan atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan iskemia jaringan otak yang di suplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar
dari pada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam
atau kadang-kadang sesduah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak
fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis.
Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau
rupture. Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intra serebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang
otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus
kaudatus, thalamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang anoksia serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversible untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan
parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative banyak akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan tekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemenelemen vasoaktif darah
yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
23
menyebabkan saraf di area yang terkena tekanan intracranial dan penurunan
tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif
darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi
(Smeltzer, 2013).
6. PATHWAY
(elastsitas pembuluh
24
otak
Perubahan
persepsi
sensori sirkulasi serebral teganggu
Gangguan
perfusi
jaringan
penurunan darah dan O2 ke otak serebral
hipoksia serebri
Perubahan persepsi
mobilitas menurun sensori
Gangguan
mobilitas tirah baring
fisik
Defisit
perawatan diri
7. MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan Motorik
1) tonus otot abnormal atau hipotonus maupun hipertonus
25
2) terjadi kelemahan otot atau penurunan kekuatan otot
3) gangguan gerak volunteer
4) gangguan koordinasi
5) hilang keseimbangan
6) gangguan ketahanan
b. Gangguan Sensorik
1) gangguan propioseptik
2) gangguan kinestetik
3) gangguan diskriminatif
c. Gangguan Kognitif
1) gangguan atensi
2) gangguan memori
3) inisiatif
4) gangguan daya perencanaan
5) gangguan cara menyelesaikan masalah
c. Gangguan Kemampuan Fungsional
26
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah: pada CVA akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
27
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri
9. PENATALAKSANAAN
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses pemulihan
kondisi pasca stroke :
1) Terapi Wicara
28
Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, maupun
mengerti kembali kata – kata (Farida & Amalia, 2011).
2) Fisioterapi
29
tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-sumbatan baru
ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan dengan teknik
ultrasound dan tanpa menggunakan obat-obatan .
4) Hidroterapi
10. KOMPLIKASI
a. Berhubungan dengan imobilisasi
1) Infeksi pernafasan
2) Timbulnya rasa nyeri pada daerah yang tertekan.
3) Konstipasi
4) Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
3) Hambatan mobilitas fisik
30
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
4) Hidrocefalus
31
DAFTAR PUSTAKA
Howard. K. Butcher. 2017. Nursing Intervention Classification (NIC)
Ed. 6. England : Elsevier.
Hudak & Gallo. 2018. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik
Ed. VIII. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Pearce, C. Evelyn. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Powers, J. William. et. al. 2018. AHA/ASA Guidline : 2018 Guidlines
for the Early Management of Patient With Acute Ischemic Stroke.
America : American Heart Association. Inc.
Smeltzer, S. C. & Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddart Ed. 12. Alih bahasa Devi Yulianti, Amelia Kimi. Jakarta :
EGC.
Sue Moorhead. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. 6.
England : Elsevier.
T. Heather Herdman. 2019. Diagnosis Keperawatan (Definisi &
Klasifikasi) Ed. 5. Jakarta : EGC.
32
ASKEP SECARA TEORI
Pengkajian
1. Anamnese :
Identitas : Meliputi nama, alamat, jenis kelamin Biodata orang tuaperlu
dipertanyakan untuk mengetahui status social meliputi nama,umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan alamat.
2. Keluhan Utama :
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit dapat terjadi letargi, tidak responsive
dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif
dan kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan klien seperti
pemakaian obat anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat beta dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Data Subyektif
33
a. Pasien mengeluh tidak bisa bergerak dan kaku
b. Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
6. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik ( head to toe )
Pemeriksaan FisikSetelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk
mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) yangterarah dan dihubungkan dengan keluhan-
keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.Pada klien dengan tingkat kesadaran
compos mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
34
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salahsatu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
b. Pemeriksaan Penunjang
35
Menurut AHA/ASA Guideline (2013):
1) NECT and Contrast-Enhanced CT Scans of the Brain
Tindakan evaluasi non invasive untuk melihat pembuluh yang terjadi oklusi
atau stenosis yang diakibatkan oleh iskemik stroke.
4) MR Angiography
7. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d kekauan sendi
b. Ganguan komukiasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
c. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien
8. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
SLKI SIKI
o Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas fisik
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
mobilitas fisik - Kekuatan
b/d kekauan otot Observasi
sendi (Meningkat) - Identifikasi adanya nyeri
36
(menurun) melakukan pergerakan
(menurun) mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dari
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobolisasi dini
2. Ganguan Komunikasi verbal Promosi komunikasi (defisit
komukiasi - Kemampuan bicara)
verbal b.d berbicara Observasi
(meningkat) - Monitor proses kognitif,
penurunan
anatomis, dan fisiologis
sirkulasi - Kemampuan
yang berkaitan dengan
serebral mendengar
bicara( mis, memori,,
(meningkat)
pendengaran dan bahasa)
- Pemahaman - Monitor frustasi marah,
komunikasi depresi, atau hal lain yang
(membaik) menganggu bicara
Terpeutik
- Gunakan metode
kounikasi alternatif (mis,
menulis, mata berkedip,
37
papan komunikasi degan
gambar dan huruf, isyarat
tangan dan computer)
- Sesuaikann gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis, berdiri
didepan pasien, bicaralah
dengan perlahan sambil
menghindari teriakan,
gunakan komunikasi
tertulis atau meminta
bantuan untuk memahami
ucapan pasien)
- Berikan dukungan
psikologis Edukasi
- Anjurkan berbicara
perlahan
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapi
Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen Nutrisi
- Porsi makan yang
b.d ketidak Observasi
dihabiskan
mampuan
- Identifikasi status nutrisi
( menurun)
mengabsorpsi
- Kekuatan otot - Identifikasi makanan
nutrien
mengunyah yang disukai
( meningkat)
- Identifikasi kebutuhan
38
- Frekuensi makan
kalori dan jenis nutrient
(membaik)
Terapeutik
- Sajikan makanan secara
menarik
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri )
39