Kelompok 3 - Grup Simetri
Kelompok 3 - Grup Simetri
Kelompok 3 - Grup Simetri
DOSEN PEMBIMBING :
REVI LESTARI PASARIBU, S. Si, M. Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
ROHMAT NGADIRIN F1042191017
LULU AMIN F1042191020
RIA SALVANI F1041191048
IIS KRISDIYANTI F1042201005
SITI SHOLEKHAH F1042201007
VALLENCIA F1042201009
Definisi 4.1 :
Suatu permutasi adalah pemetaan satu lawan satu atau fungsi bijektif dari himpunan n simbol
ke himpunan itu sendiri.
Misalkan 𝑆 suatu himpunan berhingga yang banyak elemennya adalah 𝑛. Suatu
pemetaan satu-satu dari 𝑆 ke 𝑆 disebut suatu permutasi dari elemen-elemen 𝑆. Banyaknya
elemen dari 𝑆 merupakan tingkat permutasi tersebut .
Misalkan 𝑆 = {𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 } dan 𝑓 suatu pemetaan satu-satu dari 𝑆 ke 𝑆 , maka 𝑓
adalah suatu permutasi tingkat 𝑛. Misalnya
𝑓(𝑎1 ) = 𝑏1 , 𝑓(𝑎2 ) = 𝑏2 , … , 𝑓(𝑎𝑛 ) = 𝑏𝑛
Dengan {𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏𝑛 } = {𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 } , dan dua himpunan yang sama ini mempunyai urutan
elemen berbeda. Untuk selanjutnya kita akan menuliskan permutasi dengan notasi matriks dua
baris. peta dari setiap elemennya ditulis tepat dinbawahnya .
𝑎1 𝑎2 𝑎3 … 𝑎𝑛
𝑓 = (𝑏 𝑏 𝑏 … 𝑏 )
1 2 3 𝑛
Contoh 6.1 :
Diambil permutasi dari 4 elemen pada 𝑆 = {1,2,3,4} misalnya
1 2 3 4 1 2 3 4
𝑓=( ) dan 𝑔 = ( )
3 4 1 2 2 4 3 1
(𝑓 ∘ 𝑔)(1) = 𝑓(𝑔(1)) = 𝑓(2) = 4
(𝑓 ∘ 𝑔)(2) = 𝑓(𝑔(2)) = 𝑓(4) = 2
(𝑓 ∘ 𝑔)(3) = 𝑓(𝑔(3)) = 𝑓(3) = 1
(𝑓 ∘ 𝑔)(4) = 𝑓(𝑔(4)) = 𝑓(1) = 3
1 2 3 4
Jadi 𝑓 ∘ 𝑔 = ( )
4 2 1 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
𝑔∘𝑓 =( )=( )=( )
2 4 3 1 3 4 1 2 3 1 2 4
Tampak disini bahwa 𝑓 ∘ 𝑔 ≠ 𝑔 ∘ 𝑓
Untuk memperjelas cara melakukan komposisi dari dua permutasi f dan 𝑔, misalnya
𝑔 ∘ 𝑓, maka ditulis lebih dulu permutasi f. Selanjutnya tetap di bawah unsur-unsur peta dari
permutasi f ditulis permutasi 𝑔 sesuai dengan yang diketahui.
1 2 3 4
𝑓 = (↓ ↓ ↓ ↓)
3 4 1 2 1 2 3 4
⇒𝑔∘𝑓 = ( )
3 1 2 4
↓ ↓ ↓ ↓
𝑔 = ( )
3 1 2 4 )
Jadi kita mencari 𝑔 ∘ 𝑓 dilakukan sebagai berikut :
1 2 3
4
𝑔= ( )
3 } ⇒ 𝑓 ∘ 𝑔 = (1 2 3 4)
2 4 1
4 2 1 3
𝑓 = (4 2 1 3)
Contoh 6.2:
(a) = (1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
)∘( )=( )
3 1 2 6 5 4 4 5 6 2 1 3 6 5 4 1 3 2
(𝑏) = (1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
)∘( )=( )
3 6 4 1 8 2 7 5 4 6 1 3 8 2 7 5 1 2 3 4 5 6 7 8
(iv) Jika 𝑎 ∈ 𝑆𝑛 , yaitu 𝑎 suatu pemetaan bijektif dari 𝑆 ke 𝑆. maka 𝑎−1 juga merupakan
pemetaan bijektif dari 𝑆 ke 𝑆, sehingga 𝑎−1 ∈ 𝑆𝑛 . Jadi setiap unsur 𝑆𝑛 mempunyai
invers terhadap komposisi.
Dari (i) s.d (iv) dapat di simpulkan bahwa 𝑆𝑛 dengan komposisi fungsi adalah suatu grup.
Contoh 6.3:
Misalkan 𝑆 = {1, 2, 3} dan 𝑆3 adalah himpunan semua permutasi dari elemen-elemen 𝑆 ∘
(𝑆3 ) = 3! = 6.
Elemen-elemen dari 𝑆3 adalah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝜀= ( ) 𝛼= ( ) 𝛽= ( )
1 2 3 2 3 1 3 2 1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛾= ( ) 𝛿= ( ) 𝜎= ( )
1 3 2 2 3 1 3 1 2
Hasil komposisi dari elemen-elemen 𝑆3 ditunjukan pada tabel Cayley berikut ini.
Misalkan 𝑓 suatu permutasi pada himpunan 𝑆 dan didefinisikan relasi ~ pada 𝑆 oleh 𝑎 ~ 𝑏 jika
dan hanya jika 𝑓 𝑛 (𝑎) = 𝑏, ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 dan n suatu bilangan bulat.
Relasi ini bersifat refleksif, simetris dan transitif yang ditunjukkan sebagai berikut.
(i) Refleksif, karena 𝑓 0 (𝑎) = 𝑖(𝑎) = 𝑎, ∀𝑎 ∈ 𝑆, yaitu 𝑎 ~ 𝑎, ∀ 𝑎 ∈ 𝑆.
(ii) Simetris, sebab jika 𝑎 ~ 𝑏, yaitu 𝑓 𝑛 (𝑎) = 𝑏, untuk suatu bilangan bulat 𝑛, maka
𝑎 = 𝑓 𝑛 (𝑏), yaitu 𝑏 ~ 𝑎
(iii) Transitif, karena jika 𝑎 ~ 𝑏 dan 𝑏 ~ 𝑐, yaitu 𝑓 𝑚 (𝑎) = 𝑏 dan 𝑓 𝑛 (𝑏) = 𝑐, untuk suatu
bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛. Maka (𝑓 𝑛 ∘ 𝑓 𝑚 )(𝑎) = 𝑓 𝑛 (𝑓 𝑚 (𝑎)) = 𝑓 𝑛 (𝑏) = c.
Ini berarti 𝑎 ~ 𝑐.
Karena relasi ~ bersifat refleksif, simetris dan transitif, maka relasi ~ adalah suatu
relasi ekuivalen pada 𝑆, sehingga mengakibatkan suatu partisi pada 𝑆 atas kelas-kelas
ekuivalensi. Setiap kelas ekuivalen ini disebut suatu orbit dari 𝑓 .
Contoh 6.4 :
Misalkan 𝑓 suatu permutasi pada 𝑆 = {1,2,3,4,5,6}, yaitu
1 2 3 4 5 6
𝑓=( )
3 5 4 6 2 1
Kita akan menentukan orbit-orbit dari 𝑓 ,
𝑓 (3) = 4 maka 3 ~ 4
𝑓 2 (3) = 𝑓(𝑓 (3)) = 𝑓 (4) = 6 maka 3 ~ 6
𝑓 3 (3) = 𝑓(𝑓 2 (3)) = 𝑓 (6) = 1 maka 3 ~ 1
𝑓 4 (3) = 𝑓(𝑓 3(3)) = 𝑓 (1) = 3
𝑓 (2) = 5 maka 2 ~ 5
𝑓 2 (2) = 𝑓 (𝑓 (2)) = 𝑓 (5) = 2
3 6
2 5
4
Memperhatikan orbit-orbit dari f ini, maka f dapat dituliskan dengan bermacam-macam cara,
asalkan urutannya tetap, misalnya:
𝑓 = ( 4 6 1 3 ) ( 5 2 ) atau
𝑓 = ( 6 1 3 4 ) ( 2 5 ) atau
𝑓 = ( 3 4 6 1 ) ( 2 5) atau
𝑓 = ( 1 3 4 6 ) ( 5 2 ) dan seterusnya.
Selanjutnya setiap orbit dari f disebut sikel dari f. Banyaknya elemen pada suatu sikel
disebut Panjang sikel tersebut. Suatu permutasi yang hanya terdiri dari satu sikel disebut
Permutasi Siklik.
Contoh 6.5 :
1 2 3 4 5 6 7
1) 𝑔 = ( ) dapat dituliskan menjadi
1 4 2 7 3 6 5
2 4 7 5 3 1 6
𝑔 = ( ) dan ditulis sebgai sikel menjadi
4 7 5 3 2 1 6
𝑔 = ( 2 4 7 5 3 )(1)(6) = ( 2 4 7 5 3 ).
1 2 3 4 5 6 7 8
2) ℎ = ( ) dapat ditulis sebagai
3 8 6 7 2 1 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8
ℎ = ( ) dan dapat ditulis sebagai hasil kali sikel-sikel yang
3 8 6 7 2 1 4 5
asing menjadi ℎ = ( 1 3 6 )( 2 8 5 )( 4 7 ).
Elemen-elemen yang petanya tetap (invarian) tidak perlu ditulis. Permutasi g hanya
terdiri dalam satu sikel, maka g disebut permutasi siklik. Sikel-sikel yang tidak mempunyai
elemen persekutuan dikatakan sikel-sikel yang saling asing. Permutasi- permutasi
(1 4 3 2) dan (6 7 5) adalah dua sikel yang saling asing. sedangkan (4 2 3 5) dan (3 5 6)
adalah sikel-sikel yang tidak saling asing. Suatu sikel dengan 𝑛 elemen atau dikatakan sikel
dengan panjang 𝑛 dinotasikan dengan sikel-𝑛.
Suatu permutasi yang sikel-sikelnya hanya terdiri atas satu elemen berarti setiap
elemennya invarian, maka permutasi ini adalah suatu permutasi identitas. Penilisan permutasi
identitas dapat diwakilkan olebh seuah sikelnya, yaitu sikel dengan salah satu elemen dari
himpunannya. Misalnya,
12345
𝜀=( ) = (1) = (2) = (3) = (4) = (5)
12345
Dari keterangan diatas dapat di permutasi permutasi dalam S1 sebagai sikel-sikel sebagai
berikut.
1 2 3 1 2 3 1 2 3
( ) = (1) ( ) = (1 2) ( ) = (1 3)
1 2 3 2 1 3 3 2 1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
( ) = (2 3) ( ) = (1 2 3) ( ) = (1 3 2)
1 3 2 2 3 1 3 1 2
Contoh 6.6 :
𝑓 𝑔 𝑓 𝑔 𝑔∘𝑓 𝑔∘𝑓
4→ 1→ 2→ 2→ 4, berarti 4 → 2→ 4.
Ini menghasilkan sikel (4 2).
Ingat bahwa elemen-elemen yang tidak dituliskan pada sikel 𝑔 berarti elemen
tersebut tidak berubah (invarian), dmikian pula pada sikel 𝑓, setiap permutasi dapat
dinyatakan sebagai komposisi dari sikel-sikel yang saling asing.
Contoh 6.7 :
1 2 3 4 5 6 7 8
1) ( ) = (1 3 6)(2 5)(4 8)
3 5 6 8 2 1 7 4
7 tidak ditulis karena 7 invarian.
1 2 3 4 5 6 7 8
Perhatikan bahwa (4 8) (1 3 6) (2 5) = ( )
3 5 6 8 2 1 7 4
1 2 3 4 5 6 7
2) ( ) = (1 4 6)(2 7)
4 7 3 6 5 1 2
1 2 3 4 5 6 7
Perhatikan juga bahwa (2 7)(1 4 6) = ( )
4 7 3 6 5 1 2
Contoh ini memberikan ilustrasi bahwa hasilkali (komposisi) dari sikel-sikel yang saling
asing bersifat komutatif, seperti dinyatakan sebagai teorema berikut ini.
Teorema 6.1:
Jika sikel-sikel 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑚 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏𝑛 ) tidak memiliki elemen
sama (saling asing). Maka 𝑎 𝑏 = 𝑏 𝑎.
Bukti:
Misalkan 𝑎 dan 𝑏 adalah permutasi-permutasi pada himpunan
𝑆 = {𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑚 , 𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏𝑛 , 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑟 }
Dengan 𝑐, adalah elemen 𝑆 yang tidak berada dalam sikel-sikel 𝑎 dan 𝑏. Untuk membuktikan
bahwa 𝛼𝛽 = 𝛽𝛼, harus ditunjukkan bahwa 𝛼𝛽(𝑥) = 𝛽𝛼(𝑥), untuk setiap 𝑥 dalam 𝑆. Jika 𝑥
adalah suatu elemen 𝑆 yang berada dalam sikel 𝛼, misalnya 𝑎𝑖 , maka
(𝛼𝛽)(𝑎𝑖 ) = 𝛼(𝛽(𝑎𝑖 )) = 𝛼(𝑎𝑖 ) = 𝑎𝑖+1 dan
(𝛽𝛼)(𝑎𝑖 ) = 𝛽(𝛼(𝑎𝑖 )) = 𝛽(𝑎𝑖+1 ) = 𝑎𝑖+1
Dengan argumentasi yang sama, jika 𝑥 adalah suatu elemen 𝑆 yang berada dalam sikel 𝛽, maka
akan diperoleh pula bahwa 𝛼𝛽(𝑥) = 𝛽𝛼(𝑥). Jika 𝑥 adalah suatu elemen 𝑆 yang tidak berada
pada 𝛼 maupun 𝛽, misalkan 𝑐𝑗 , maka
Suatu sikel yang hanya terdiri dua elemen atau sikel dengan panjang 2 (sikel-2) disebut
transposisi. Setiap permutasi dapat dinyatakan sebagai hasilkali transposisi-transposisi.
Contoh 6.8:
1) (1 5 7 2 6) = (1 6)(1 2)(1 7)(1 5) atau
= (5 1)(5 6)(5 2)(5 7) atau
= (7 5)(7 1)(7 6)(7 2) dan sebagainya
2) (1 4 3)(2 5 6) = (1 3)(1 4)(2 6)(2 5)
3) (1 3 5)(4 5 3) ≠ (1 5)(1 3)(4 3)(4 5). Sebab
(1 3 5) dan (4 5 3) tidak saling asing
(1 3 5)(4 5 3) − (1 3 4) − (1 4)(1 3)
Contoh 6.9:
1) Permutasi pada Contoh 6.8 (i) di atas, yaitu (1 5 7 2 6) merupakan perkalian dari 4
transposisi, maka (1 5 7 2 6) adalah suatu permutasi genap.
2) Karena (1 4 5)(3 2) = (1 5)(1 4)(3 2), yaitu permutasi (1 4 5)(3 2) sebagai
hasilkali 3 transposisi, maka permutasi (1 4 5)(3 2) adalah suatu permutasi ganjil.
3) Karena (7 3 2 6)(4 1 5) = (7 6)(7 2)(7 3)(4 5)(4 1), yaitu permutasi
(7 3 2 6)(4 1 5) sebagai hasilkali 5 transposisi, maka permutasi (7 3 2 6)(4 1 5)
adalah suatu permutasi ganjil.
4) Permutasi identitas (𝐼) adalah suatu permutasi genap, sebab
(1 2)(2 1) = (1)(2) = (1), sebagai perkalian dari 2 transposisi.
(1 2)(2 1)(1 3)(3 1) = (1)(2)(3) = (1), sebagai perkalian dari 4 transposisi
(2 1)(1 2)(1 3)(3 1)(1 4)(4 1) = (1), sebagai perkalian dari 6 transposisi
Contoh 6.10 :
1) 𝑓 = (1 3 2 4 5), maka 𝑓 −1 = (5 4 2 3 1)
𝑓 ∘ 𝑓 −1 = (1 3 2 4 5) ∘ (5 4 2 3 1) = (1)(3)(2)(4)(5) = (1)
𝑓 −1 ∘ 𝑓 = (5 4 2 3 1) ∘ (1 3 2 4 5) = (1)
2) 𝑔 = (1 5 2)(2 6), maka 𝑔−1 = (6 2)(2 5 1)
Memperhatikan invers dari permutasi bentuk sikel tersebut, maka kita langsung dapat
menyimpulkan :
(i) Invers dari permutasi genap adalah suatu permutasi genap, dan
(ii) Invers dari permutasi ganjil adalah suatu permutasi ganjil pula.
Contoh 6.11 :
1) Jika permutasi 𝑎 = (3 2 4 5 1), maka 𝑎2 = (3 2 4 5 1)(3 2 4 5 1) = (1 2 5 3 4), 𝑎3 =
(3 2 4 5 1)(1 2 5 3 4) = (1 4 3 5 2)
𝑎4 = (1 5 4 2 3), 𝑎5 = (1). Ini berarti 𝑜(𝑎) = 5
2) Berapakah order dari 𝑏 = (1 2 4)(3 5) dan 𝑐 = (2 4 6 1)(5 3)?
𝑏 2 = (1 4 2), 𝑏 3 = (3 5), 𝑏 4 = (1 2 4), 𝑏 5 = (1 4 2)(3 5), 𝑏 6 = (1). Jadi 𝑜(𝑏) = 6
𝑐 6 = (1 4)(2 6), 𝑐 3 = (1 6 4 2)(5 3), 𝑐 4 = (1). Jadi, 𝑜(𝑐) = 4
Teorema 6.2 :
Order dari permutasi suatu himpunan berhingga yang ditulis sebagai hasil kali sikel-
sikel saling asing adalah KPK dari Panjang sikel-sikelnya.
Bukti :
Suatu sikel-𝑛 berorder 𝑛. Misalkan 𝑎 dan 𝑏 berturut-turut sikel-𝑚 dan sikel-𝑛 yang
saling asing. Misalkan 𝑘 = [𝑚, 𝑛], maka 𝑎𝑘 = 𝑏 𝑘 = 𝑒 dan (𝑎𝑏)𝑘 = 𝑎𝑘 𝑏 𝑘 = 𝑒, karena 𝑎 dan
𝑏 komutatif (sebab saling asing). Sehingga 𝑜(𝑎𝑏) ≤ 𝑘. Misalkan 𝑜(𝑎𝑏) = 𝑡, maka 𝑡 ≤ 𝑘 dan
𝑡 suatu bilangan bulat positif terkecil sedemikian sehingga (𝑎𝑏)𝑡 = 𝑒. Sedangkan (𝑎𝑏)𝑡 =
𝑎𝑡 𝑏 𝑡 = 𝑒, sehingga 𝑎𝑡 = 𝑏 𝑡 . Karena 𝑎 dan sikel-sikel yang saling asing, maka 𝑎𝑡 = 𝑏 𝑡 = 𝑒.
Karena 𝑜(𝑎) = 𝑚 dan 𝑜(𝑏) = 𝑛, maka 𝑚 ≤ 𝑡 dan 𝑛 ≤ 𝑡, sehingga [𝑚, 𝑛] ≤ 𝑡 atau 𝑘 ≤ 𝑡.
Selanjutnya, karena 𝑡 ≤ 𝑘, maka 𝑡 = 𝑘. Untuk pembuktian tiga sikel atau lebih sejalan.
Misalkan 𝑆𝑛 adalah grup simetri tingkat n, maka 𝑜(𝑆𝑛) = 𝑛!. Kita akan mencari
banyaknya permutasi genap dalam grup 𝑆𝑛 .
Misalkan Sn terdiri atas m permutasi genap, yaitu 𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , … , 𝑓𝑚 dan 𝑘 permutasi ganjil,
yaitu 𝑔1 , 𝑔2 , 𝑔3 , … , 𝑔𝑘 dengan 𝑚 + 𝑘 = 𝑛!. Ambil sebarang transposisi 𝑔 ∈ 𝑆𝑛 suatu grup,
maka
𝑔 ∘ 𝑓𝑖 ∈ 𝑆𝑛 untuk 0 < 𝑖 ≤ 𝑚 dan
𝑔 ∘ 𝑔𝑗 ∈ 𝑆𝑛 untuk 0 < 𝑗 ≤ 𝑘
Untuk semua 𝑖 dengan 0 < 𝑖 ≤ 𝑚, 𝑔 ∘ 𝑓𝑖 adalah permutasi-permutasi ganjil dan untuk semua
𝑗 dengan 0 < 𝑗 ≤ 𝑘, 𝑔 ∘ 𝑔𝑗 adalah permutasi-permutasi genap. Karena untuk setiap 𝑖 dengan
0 < 𝑖 ≤ 𝑚, 𝑔 ∘ 𝑓𝑖 adalah permutasi-permutasi yang tidak sama, sebab apabila 𝑔 ∘ 𝑓𝑟 = 𝑔 ∘
𝑓𝑖 maka 𝑓𝑟 = 𝑓𝑖 dengan 𝑟 ≠ 𝑖. Demikian pula untuk setiap 𝑗 dengan 0 < 𝑗 ≤ 𝑘, 𝑔 ∘ 𝑔𝑗
adalah permutasi-permutasi yang tidak sama. Karena grup 𝑆𝑚 terdiri atas m permutasi genap
dan 𝑘 permutasi ganjil, dengan 𝑚 + 𝑘 = 𝑛! dan karena tak ada suatu permutasi yang
𝑛!
merupakan permutasi genap sekaligus ganjil, maka 𝑚 = 𝑘 = 2 .
Teorema 6.3 :
Apabila 𝑆𝑛 adalah grup simetri tingkat n, maka banyaknya permutasi genap dalam 𝑆𝑛
𝑛!
adalah .
2
Contoh 6.12 :
Perhatikan grup simetri tingkat 3, yaitu :
𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)}.
Misalkan A3 adalah himpunan semua permutasi genap dalam 𝑆3 , maka 𝐴3 =
{(1), (1 2 3), (1 3 2)}. Jika disusun tabel Cayley dari A3 maka tampak pada tabel 7.2.
Tampak pada tabel tersebut bahwa A3 dengan komposisi fungsi merupakan suatu grup.
Grup A3 ini disebut grup Alternating tingkat 3. Jelas bahwa A3 merupakan subgrup dari S3.
Karena hasil kali setiap dua permutasi genap merupakan suatu permutasi genap, maka
An memenuhi sifat tertutup terhadap komposisi fungsi. Invers dari setiap permutasi genap
adalah suatu permutasi genap pula, yaitu jika 𝑓 ∈ 𝐴𝑛, maka 𝑓 −1 ∈ 𝐴𝑛. Hal ini menunjukkan
bahwa An adalah subgrup dari Sn. Selanjutnya An disebut grup alternating tingkat n.
Teorema 6.3:
Jika An adalah himpunan semua permutasi genap tingkat n, maka An dengan komposisi
𝑛!
fungsi adalah suatu grup dan 𝑜(𝐴𝑛 ) = 2
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. (2016). TEORI GRUP (Aljabar Abstrak I). Yogyakarta: UNY Press
Santri, Diah Dwi. (2019). Grup Simetri dan Grup Siklik Ok. Diakses pada 06 Maret 2022, dari
https://www.scribd.com/document/401983978/8-Grup-Simetri-Dan-Grup-Siklik-Ok