Proposal Integrated Farming Mayangan Jember
Proposal Integrated Farming Mayangan Jember
Proposal Integrated Farming Mayangan Jember
TAHUN 2022
INTEGRATED FARMING SISTEM (IFS)
Kepada
Yth, Bpk. Menteri Pertanian
Cq. Ditjen Sarana dan Prasarana
Pertanian
Di
Jakarta
Assalamualiakum wr, wb
Dengan Hormat sehubungan dengan terbatasnya pupuk subsidi dan tingginya biaya produksi, Maka
Kelompok Tani Muneng Makmur 2 Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas Mengajukan Proposal
Permohonan Bantuan Program Intigreted Farming System (IFS) untuk mengurangi ketergantungan terhadap
pupuk kimia, Sehingga akan menurunkan biaya produksi.
NIP. 19771101202121001
Mengetahui,
MURDOSO MULYO, SP
NIP. 197004191993031005
PENDAHULUAN
Kendala Dalam Pertanian Dan Peternakan
Salah satu kendala dalam pertanian maupun peternakan adalah pupuk dan pakan ternak, mahalnya harga
pupuk dan pakan ternak juga menyebabkan penghasilan petani dan peternak semakin hari semakin menipis
dan pada akhirnya sebagian dari mereka lebih memilih bekerja walaupun dengan penghasilan yang lebih
kecil namun lebih pasti, akhirnya potensi besar pertanian dan peternakan di Indonesia tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal, banyak lahan pertanian yang beralih fungsi dan banyak petani dan peternak
yang beralih profesi.
Import komuditi pertanian dan peternakan bukanlah sebuah solusi yang tepat, bahkan semakin memperburuk
keadaan. Yang diperlukan adalah sebuah sistem tata kelola pertanian yang lebih berpihak kepada petani
dan peternak. Salah satu alternatif yang sangat memungkinkan adalah konsep pertanian terintegrasi
(Integrated Farming System). Dimana konsep ini bisa memberikan solusi atas masalah-masalah yang telah
diuraikan diatas.
Kondisi pertanian dan peternakan yang memprihatinkan dewasa ini terjadi karena secara tidak bertanggung
jawab manusia telah memotong rantai ekosistem alami tersebut, dengan keserakahannya manusia membuat
berbagai pupuk dan pakan kimiawi yang justru sangat merugikan, salah satunya adalah revolusi hijau 1950-
1980. Dalam jangka waktu yang cukup panjang (30 tahun) pupuk kimia telah terbukti telah menyebabkan
lahan pertanian menjadi rusak, begitu juga sebaliknya.
Penggunaan pupuk kimia dan pakan formulasi serta obat-obatan kimia, selain merugikan pertanian dan
peternakan juga berdampak langsung dalam peningkatan biaya produksi, hal ini pula lah yang
mengakibatkan posisi tawar (bargaining position) petani dan peternak kita menjadi sangat lemah, mereka
tidak mampu bersaing di era globalisasi ini dan semakin lama semakin terpuruk.
IFS dapat kita implementasikan kepada sekelompok masyarakat atau lebih, baik satu komoditi maupun
beberapa komoditi sekaligus yang dimulai dari pemanfaatan limbah setiap komoditi, selanjutnya dilakukan
barter produk olahan limbah tersebut secara terorganisir sehingga berdampak langsung terhadap penekanan
biaya produksi (from zero waste to zero cost).
RENCANA KERJA
Gambar 1. Peta Rencana Kerja
Tujuan dari pemeliharaan indukan sapi agar masyarakat tidak bergantung kepada supplier sapi
(mandiri), dan program ini bertumbuh karena setiap tahun terjadi penambahan jumlah sapi yang
dikelola sebanyak indukan yang dipelihara. Setelah terpenuhi target utama, hasil dari anakan sapi
setiap tahunnya dapat dikelola untuk kepentingan operasional. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2. Pencampaian Target
Penjelasan Gambar:
Setiap tahun, mulai tahun ke-2 pusat IFS dapat menyalurkan sebanyak 48 anakan sapi untuk
dipelihara oleh peternak terseleksi, misalnya masing-masing 2 ekor untuk 24 orang.
Mereka memeliharanya, menjual, dan mengembalikan modalnya seharga sapi anakan.
Pengelola IFS membelikan uang pengembalian tersebut kepada supplier dan menyerahkan
kembali kepada peternak, sambil menyerahkan anakan hasil pengembangbiakan sebagai
tambahan kepada penerima hasil seleksi.
Begitu seterusnya setiap tahun sampai tahun ke-6.
Jika tahun ke-6 jumlah sapi yang telah disalurkan sebanyak 240 ekor, dengan asumsi pengelola sebanyak 48
orang, maka masing-masing pengelola telah memelihara sebanyak 5 ekor, jika targetnya 1 orang peternak
memelihara 5 ekor sapi, maka target sudah terpenuhi.
1. Pengolahan Limbah.
Pengolaha limbah merupakan kegiatan utama, limbah dari sapi indukan ditampung kemudian
diproses secara fermentasi menjadi dua produk yaitu Bio Urine (hasil fermentasi urine) dan Super
Bokashi (Hasil fermentasi fases). Kemudian kedua produk hasil pengolahan limbah ini
didistribusikan kepada petani padi dengan cara barter dengan limbah padi, kemudian limbah padi
diolah secara fermentasi untuk kemudian didistribusikan kepada peternak sapi sebagai pakan utama.
Demikian seterusnya, sehingga proses ini merupakan proses yang saling menguntungkan dan
berkelanjutan.
2. Penyerahan Anakan Sapi dan Hasil Olahan Limbah Kepada Masyarakat Terseleksi.
Penyerahan sapi tidak begitu saja, melainkan melalui proses seleksi. Adapun prosesnya adalah sbb:
Seperti halnya dengan peternak sapi, rekrutmen petani padi pun melalui beberapa proses seleksi dan
SOP yang sama, adapun perbedaannya yaitu:
1. Petani tidak menerima bibit dan lainnya, hanya menerima pupuk dan pestisida hayati hasil
pengolahan limbah ternak sapi serta decomposer perombak tanah.
2. Pupuk, pestisida hayati, dan decomposer ditukar (barter) dengan limbah padi berupa jerami
dan dedak halus, sementara untuk dedak kasar pada tahap pertama belum di proses.
4. Kolaborasi Dengan BUMDES Untuk Pemasaran.
Kolaborasi dengan BUMDES perlu dilakukan, adapun keuntungan keterlibatan BUMDES yaitu:
1. Penjualan satu pintu akan mempermudah pelaksanaan bagi petani dan peternak, serta dapat
menstabilkan harga, karena BUMDES wajib memberikan harga yang terbaik dan bermitra
dengan buyer yang terbaik.
2. Dengan melibatkan BUMDES secara tidak langsung melakukan kolaborasi dengan perangkat
Desa, hal ini akan berdampak sosial dan menjamin kelangsungan program.
5. Monitoring
Setelah program ini terlaksana, maka setiap tugas-tugas dilapangan hendaknya didelegasikan kepada
sumber daya manusia lokal, dan tugas Team CD PT. Indominco Mandiri adalah monitoring seluruh
proses kegiatan sesuai dengan SOP.
1. Bahan Baku:
1. Bahan baku berupa indukan sapi sebanyak 48 ekor sebanyak satu kali sepanjang program
berlangsung.
2. Decomposer secara kontinyu dan sesuai kebutuhan selama program berlangsung.
2. Tenaga Kerja:
1. Infrastruktur:
Bangunan-bangunan fisik yang diperlukan seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
(Untuk gambar lebih jelas bisa dilihat pada lampran 2)
1. Kandang sapi utama dengan kapasitas 48 ekor, ukuran 36 X 6 m, serta kandang tambahan sbb:
1. Sarana produksi.
Sarana produksi yang diperlukan pada setiap unit pengolahan adalah sbb:
Ada 6 kegiatan pertemuan yang akan dilaksanan dengan masyarakat dan pemerintah Desa terkait
program yaitu sosialisasi dan pelatihan-pelatihan sebagai alih teknologi. Adapun pelatihan yang akan
diberikan materinya sbb:
Tahap Ke-3 : Pengajuan sarana pengolahan limbah sapi untuk anakan generasi kedua.
Tahap Ke-4 : Pengajuan sarana pengolahan limbah sapi untuk anakan generasi ketiga.
Tahap Ke-5 : Pengajuan sarana pengolahan limbah sapi untuk anakan generasi keempat.
Tahap Ke-6 : Pengajuan sarana pengolahan limbah sapi untuk anakan generasi kelima.
ANALISA MANFAAT
Jika dilihat dari berbagai aspek program ini mempunyai berbagai manfaat seperti berikut ini:
1. Aspek Sosial.
Dilihat dari aspek sosial sistem yang dibangun pada program ini akan membentuk komunitas
pertanian dan peternakan yang berkelompok dan membentuk kerjasama dibawah kendali dan
pengawasan team CD PT. Indominco Mandiri.
Untuk skala ini komunitas yang dapat terbentuk yaitu 48 orang peternak dan 48 orang petani
terseleksi dari beberapa desa dalam 3 Kabupaten.
2. Aspek Ekonomi.
Dilihat dari aspek ekonomi program ini dapat merubah masyarakat objek yang tidak produktif
menjadi sangat produktif dan yang miskin menjadi punya kehidupan yang layak.
Program ini dirancang agar peternak dapat melakukan usaha pembesaran sapi sebanyak 5 ekor per
orang. Jika selisih harga penjualan dan pengembalian modal sebanyak Rp. 10.000.000,- maka mereka
berpotensi untuk mendapatkan penghasilan diatas Rp. 4.000.000,- per bulan.
Sedangkan untuk petani padi program ini merancang agar mereka bisa menanam padi dengan luas
lahan 1 Ha dan mendapatkan penghasilan Rp. 4.000.000,- per bulan, hanya dengan target panen
gabah kering giling sebanyak 2 Ton /Ha /Siklus panen.
Hal ini bisa terjadi karena peternak tidak perlu membeli pakan dan petani tidak perlu membeli pupuk
lagi.
Jika semua digabung maka program ini setelah mencapai masa inkubasinya (7 tahun), maka dapat
memberikan kontribusi kepada masyarakat sebesar Rp. 4.608.000.000,- per Tahun secara
berkelanjutan.
Selain keuntungan untuk masyarakat, program ini dirancang agar pusat IFS setelah 7 Tahun dapat
memenuhi kebutuhan operasionalnya secara mandiri yang didapat dari:
Maka Total manfaat yang diperoleh sebesar Rp. 6.356.000.000,- per tahun.
1. Aspek Lingkungan
Dari aspek lingkungan program ini memang dirancang agar ramah lingkungan karena program ini
adalah program pengolahan limbah, merubah limbah menjadi penuh manfaat. Selain itu secara tidak
langsung program ini telah membangun komunitas pertanian dan peternakan yang “GO ORGANIK“.
PENUTUP
Sebagai penutup kami menyampaikan beberapa hal yang harus kita perhatikan bersama guna kelancaran
program, diantaranya yaitu:
Demikianlah Sistem Tatakelola Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming System) yang kami usulkan,
semoga menjadi tambang pahala untuk kita semua.
NIP. 197711012021211001
Mengetahui,
NIP. 197004191993031005
LAMPIRAN
Lampiran-1. Perkiraan Biaya Investasi Non Bangunan Fisik Tahap
Pertama dan Biaya Operasional Per Bulan
Halaman ini sengaja dihilangkan