Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bismillah Seminar Hasil Skripsi Fithri Ramadhanti Sarjana Terapan Kebidanan FIX

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 140

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

AUDIOVISUAL TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER
III DI KLINIK MITRA GUSTIANA SAMARINDA

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Sarjana Terapan Kebidanan

FITHRI RAMADHANTI
NIM. P07224317016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA


AUDIOVISUAL TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER
III DI KLINIK MITRA GUSTIANA SAMARINDA

FITHRI RAMADHANTI
NIM. P07224317016

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan pada tanggal


05 Juli 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Hendriani, M.Kes


Ns. Rivan Firdaus, SST., M.Kes
NIDN. 4015078101
NIDN. 4007028601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kaltim

Nursari Abdul Syukur, M. Keb


NIP. 1978051920212201

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA


AUDIOVISUAL TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER
III DI KLINIK MITRA GUSTIANA SAMARINDA

FITHRI RAMADHANTI
NIM. P07224317016

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 05 Juli 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Jasmawati, S.Kep., M.Kes Dwi Hendriani, M.Kes Ns. Rivan Firdaus, SST.,M.Kes
NIDN. 4015078101 NIDN. 4015078101 NIDN. 4007028601

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan

Inda Corniawati, M.Keb Nursari Abdul Syukur, M.Keb.


NIP. 197508242006042002 NIP. 197805192002122001
iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Fithri Ramadhanti

NIM : P07224317016

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

Angkatan : 2017

menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL

TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP IBU HAMIL TRIMESTER III DI

KLINIK MITRA GUSTIANA SAMARINDA”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, 05 Juli 2021

MATERAI

6000

Fithri Ramadhanti

iv
RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Fithri Ramadhanti
Tempat/Tanggal Lahir : Muara Badak, 16 Desember 1999
Alamat : Jl. Ks Tubun dalam Rt 14
Status Keluarga : Belum Menikah
Alamat Institusi : JL. Wolter Monginsidi No.38
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 014 Kutai Kartanegara, lulus tahun 2011
2. SMPN 15 Samarinda, lulus tahun 2014
3. SMAN 7 Samarinda, lulus tahun 2017
4. Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kaltim

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan dengan Media Audiovisual Tentang ASI Eksklusif terhadap

Ibu Hamil Trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda”. Penulisan proposal

skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Terapan Kebidanan Pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kaltim.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr.H. Supriadi B, S.Kp, M.Kep selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

2. Hj. Gustiana, S.ST selaku pimpinan Klinik Mitra Gustiana serta bidan-bidan

senior di Klinik Mitra Gustiana Samarinda sebagai Lahan Penelitian.

3. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kalimantan Timur.

4. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapa

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

5. Ns. Jasmawati, S.Kep., M.Kes selaku Penguji Utama.

6. Dwi Hendriani, S.Tr.Keb selaku Pembimbing I dan Penguji I yang telah

vi
memberikan bimbingan dalam penyusunan riset ini.

7. Ns. Rivan Firdaus, SST., M.Kes selaku Pembimbing II dan Penguji II yang

telah memberikan bimbingan dalam penyusunan riset ini

8. Staf Perpustakaan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur yang telah menyediakan buku-buku sebagai sumber

informasi

9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material

maupun moral dan selalu mendoakan penulis dalam menjalankan

pendidikan.

10. Sahabat yang telah banyak membantu memberikan motivasi, saran dan

kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

laporan atau tulisan penulis berikutnya.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan Ilmu.

Samarinda, 22 Januari 2021

Fithri Ramadhanti
NIM.P07224317016

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN.............................................................................. v

RIWAYAT HIDUP....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 12


A. Landasan Teori......................................................................... 12

viii
B. Kerangkan Teori....................................................................... 34

C. Kerangka Konsep..................................................................... 38

D. Hipotesis Penelitian.................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 40

A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................... 40

B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................. 41

C. Populasi dan Sampel................................................................ 41

D. Variabel Penelitian .................................................................. 43

E. Definisi Operasional................................................................. 44

F. Instrumen Pengumpulan Data.................................................. 45

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ........................ 46

H. Teknik dan Analisis Data......................................................... 48

I. Rancangan Penelitian............................................................... 50

J. Etika Penelitian ....................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 52

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. 55

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian......................................................................... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................... 44

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Komunikasi Menurut Belo.............................................. 33

Gambar 2.2 Kerangka Teori........................................................................... 37

Gambar 2.3 Kerangka Konsep........................................................................ 38

Gambar 3.1 Desain Penelitian........................................................................ 40

Gambar 3.2 Rancangan Penelitian.................................................................. 50

xi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Audiovisual : Media yang mempunyai unsur suara dan juga unsur gambar
ASI : Air Susu Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
UNICEF : United Nations Emergency Children's Fund
WHO : World Health Organization
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
Ditjen Gizi : Direktorat Jendral Gizi
Lactalbumin : albumin yang terkandung dalam susu
Leaflet : bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Bioavailbilitas: salah satu parameter yang dapat digunakan untuk meniali efektivitas
suatu sediaan farmasi
Baby oil : minyak mineral yang berfungsi sebagai pelembab alami kulit
Roleplay : Permainan bermain peran
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Buzz group : Pembahasan suatu masalah yang pelaksanaannya siswa dibagi dalam
kelompok yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 2 : Hasil output analisis data

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Tugas Akhir

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Etical Clearens

Lampiran 6 : Dokumentasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat Indonesia

adalah tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB). Kedua indikator tersebut mempunyai peranan penting dalam

peningkatan kualitas manusia. Salah satu dengan pemberian Air Susu Ibu. Air

Susu Ibu merupakan makanan / minuman penting bagi bayi dalam memulai

kehidupannya selama 6 bulan pada bayi (Anon , 2016).

Pemberian ASI secara Eksklusif adalah istilah untuk bayi yang diberi

ASI selama 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa makanan tambahan makanan

padat selain ASI (Soamole et al., 2018).

Menurut (Afrianto et al., 2015) terdapat beberapa hal yang

menghambat pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah : rendahnya

pengetahuan ibu mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya

pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor

sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan

gencarnya pemasaran susu formula. Agar pemberian ASI secara Eksklusif

dapat berhasil, maka ibu menyusui perlu mempunyai pengetahuan dan sikap

yang baik tentang ASI.

1
2

Khususnya pada ibu primigravida supaya mampu mempersiapkan diri

dan mampu mengatasi kendala yang dihadapi saat memberkan ASI dan juga

dikarenakan ibu primigravida belum mempunyai pengalaman dalam

memberikan ASI sehingga perlu didukung dengan memberikan pendidikan

kesehatan dengan metode cera-mah tanya jawab tentang ASI eksklusif

terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil primigravida (Apriliana et al.,

2017).

Hasil riset (Hanifah et al., 2017) menujukkan terdapat kecendrungan

jika ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan memberikan ASI

eksklusif kepada bayi mereka. Sedangkan ibu dengan pengetahuan yang

rendah mengenai ASI akan kurang dalam memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya. Dalam perihal ini pendidikan ialah satu aspek yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang.

Pendidikan kesehatan khususnya tentang ASI Eksklusif bagi ibu hamil

trimester III merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan, karena

hal ini merupakan langkah awal dalam keberhasilan menyusui, artinya pada

masa kehamilan ibu sudah terpapar informasi tentang betapa besarnya

manfaat ASI untuk ibu, bayi dan keluarga sehingga dengan adanya pendidikan

ini maka diharapkan ibu hamil memiliki pengetahuan dan rasa percaya diri

yang baik sehingga ibu mau dan mampu untuk memberikan ASI secara

Eksklusif saat setelah persalinan nanti (Fitriani & Syahputri, 2019).


3

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Zakaria et al., 2017) tentang

pengaruh penyuluhan dengan media audivisual terhadap sikap ibu tentang

inisiasi menyusu dini (IMD), pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

peningkatan pengetahuan dan sikap setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan menggunakan media audiovisual terlihat pada nilai mean sikap 12,8 ±

0,37 dengan nilai p value 0,000 < a 0,05.

Penyuluhan dengan media audiovisual berpengaruh terhadap

peningkatan sikap ibu tentang ASI Eksklusif. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian (Idris & Gobel, 2019) yaitu penggunaan audiovisual melibatkan

semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indra yang

terlibat, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti.

Dalam pendidikan dan promosi kesehatan dibutuhkan suatu metode

atau media penyampain untuk menarik masyarakat dalam menyimaknya

dengan jenis media yang digunakan. Media yang baik bagi masyarakat adalah

media yang memperhatikan berbagai macam faktor, salah satunya adalah

karakterisitik dan selera sasaran penerima, dalam hal ini adalah masyarakat

secara umum. Perkembangan teknologi komunikasi semakin canggih seperti

sekarang ini, salah satunya yaitu penyimpanan informasi dengan media

audiovisual (Pepi Hapitria, 2017).

Menurut (Romlah, 2019) World Health Organization secara global

rata- rata angka pemberian ASI Eksklusif di dunia pada tahun 2017 hanya
4

sebesar 38%, World Health Organization menargetkan pada tahun 2025 angka

pemberian ASI Eksklusif pada saat umur 6 bulan awal kelahiran bertambah

setidaknya 50%. Bagi UNICEF (United Nations Emergency Children's Fund)

rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif salah satunya diakibatkan

minimnya pengetahuan tentang ASI Eksklusif.

Capaian ASI Eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang

diharapkan yaitu 80% untuk mencapai target MDGs 2015. Sedangkan

berdasarkan sumber data dari Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI cakupan

pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan tahun 2014 di Indonesia masih rendah

baru sebesar 52,3%. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi dibawah usia dua

bulan mencapai 50,8% dari seluruh bayi. Presentase tersebut semakin

menurun seiring bertambahnya usia bayi, yaitu bayi 2-3 bulan sekitar 48,9%

dan bayi 4-5 bulan hanya sekitar 27%. Yang lebih memprihatinkan adalah ada

sekitar 12,5% bayi dibawah usia 6 bulan yang tidak disusui sama sekali

(Apriliana et al., 2017).

Secara nasional, cakupan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif tahun

2019 ialah sebesar 67, 74%. Angka tersebut telah melampaui sasaran Renstra

tahun 2019 ialah 50%. Persentase paling tinggi cakupan pemberian ASI

Eksklusif ada pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (86, 26%), sebaliknya

persentase terendah ada di Provinsi Papua Barat ( 41, 12%). Ada 4 provinsi

yang belum menggapai sasaran Renstra tahun 2019, ialah Gorontalo, Maluku,

Papua, serta Papua Barat. Menurut ( Profil Kementrian Kesehatan RI, 2019)
5

pemberian ASI Esklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Provinsi Kalimantan

Timur mencapai 34,4 %, angka tersebut belum melampaui sasaran Renstra.

Alasan peneliti memilih Klinik Mitra Gustiana sebagai tempat

penelitian karena Cakupan ASI Eksklusif pada bayi masih kurang yakni pada

tahun 2019 hanya sekitar 23,53 % saja. Selain itu karena minimnya persiapan

menyusi pada ibu hamil usia kehamilan Trimester III sehingga setelah bersalin

ASI ibunya kurang atau tidak keluar sama sekali.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual

tentang ASI Eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester III

di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka ditetapkan

rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media audiovisual tentang ASI Eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester III di Klinik Mitra Gustiana

Samarinda?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual tentang ASI Eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu


6

hamil trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia,

pendidikan, pekerjaan, paritas dan penghasilan keluarga

b. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif

sebelum dan sesudah diberikan penkes dengan media audiovisual

c. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif sebelum dan

sesudah diberikan penkes dengan media audiovisual

d. Menganalisis pengaruh penkes dengan media audiovisual tentang ASI

Eksklusif sebelum dan sesudah dilakukan terhadap responden

D. Manfaat Penilitian

1. Aspek Teoritis

Untuk memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media audiovisual tentang ASI Eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester III dalam bidang kesehatan.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman nyata penelitian dan penerapan ilmu kebidanan

yang didapat selama perkuliahan serta dapat memperoleh informasi

mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual

tentang ASI Eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil

trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.


7

b. Bagi Responden/Masyarakat

Sebagai informasi bagi responden dan masyarakat tentang pentingnya

pendidikan kesehatan mengenai ASI Eksklusif

c. Bagi Insitusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini sebagai proses belajar dalam penelitian

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan selama

perkuliahan di Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

d. Bagi Pembaca/ Peneliti Lain

Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

meneliti tentang penggunaan media pendidikan kesehatan terkait

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual tentang ASI

Eksklusif.
8

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Judul, Nama, Tahun, Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian


dan Tempat Penelitian Penelitian
1 Efektivitas Media quasi eksperimen Bebas : 1. Terdapat perbedaan
Promosi Kesehatan ASI dengan pre- Media Promosi pengetahuan sebelum
Perah terhadap posttest design Kesehatan dan sesudah perlakuan
Peningkatan pada leaflet
Pengetahuan Ibu Bekerja 2. Terdapat perbedaan
Untuk Memberikan ASI pengetahuan sebelum
Eksklusif Terikat : dan sesudah pada
Luvi Dian Peningkatan kelompok video. Media
Afriyanti.2019. Pengetahuan video lebih efektif
dalam upaya promosi
kesehatan
2 Efektivitas Pendidikan quasi eksperimen Bebas : Terdapat perbedaan
Kesehatan Melalui dengan pre- Multimedia dan pengetahuan sebelum
Multimedia dan Tatap posttest design Tatap Muka dan sesudah perlakuan
Muka Terhadap pada peningkatan
Pengetahuan dan Sikap pengetahuan ASI dan
Ibu Hamil tentang ASI menyusui
dan Menyusui Terikat :
Pepi Hapitria.2017. Pengetahuan dan
Sikap
3 Efektivitas Lembar Balik quasi eksperimen Bebas : Hasil penelitian
dan Leaflet terhadap dengan pre- Lembar balik dan menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu hamil posttest design Leaflet sebagian besar ibu hamil
9

No. Judul, Nama, Tahun, Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian


dan Tempat Penelitian Penelitian
tentang Pemberian Terikat : sebelum dilakukan
Makanan Pendamping Pengetahuan lembar balik berada
ASI (MP-ASI) pada kategori cukup
Rizka Masthura. 2019. sebanyak 9 responden
(60 %)

4 Penerapan Edukasi Metode deskriptif Bebas : Edukasi dengan media


dengan Media analitik dengan Media Audiovisual Audiovisual dan Modul
Audiovisual dan Modul pendekatan studi dan Modul dapat meningkatkan
terhadap Pengetahuan kasus pengetahuan dan
dan Perilaku Pemberian Terikat : perilaku ibu tentang
MP-ASI Pengetahuan dan pemberian MP-ASI
Asny Fathul J. 2019. Perilaku Pemberian
MP-ASI

5 Efektv4itas Media quasi eksperimen Bebas : Hasil penelitian


Audiovisual dalam dengan non Media Audiovisual menggunakan uji
peningkatan Perilaku randomized pre- wilcoxon dan
Inisiasi Menyusu Dini posttest control menunjukkan ada
(IMD) pada Ibu Hamil di group design pengaruh media
Wilayah Kerja audiovisual terhadap
Tinggimoncong Terikat : tingkat pengetahuan dan
Fairus Prihatin I .2019. Peingkatan Perilaku sikap ibu tentang IMD
di Puskesmas
Tinggimoncong
10

No. Judul, Nama, Tahun, Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian


dan Tempat Penelitian Penelitian
6 Pengaruh Media Promosi quasi eksperimen Bebas : Terdapat peningkatan
Kesehatan tentang ASI dengan non Media Promosi pengetahuan ibu
Eksklusif terhadap randomized pre- Kesehatan sebelum dan sesudah
Peningkatan posttest control diberi promosi
Pengetahuan Ibu di group design kesehatan dengan media
Wilayah Kerja leaflet dan media film.
Puskesmas Lubuk Terikat : Media film lebih efektif
Begalung Padang Peningkatan meningkatkan
Binami Suhertusi.2014. Pengetahuan pengetahuan dibanding
dengan media leaflet

7 Pengaruh Media quasi eksperimen Bebas : Hasil penelitian


Audiovisual MP-ASI dengan pre- Multimedia dan dijelaskan bahwa media
terhadap Pengetahuan, posttest control Tatap Muka audiovisual memiliki
Sikap dan Perilaku Ibu group design peranan yang signifikan
Baduta di Puskesmas Terikat : untuk meningkatkan
Kelurahan Johan Bru Pengetahuan dan pengetahuan, sikap dan
Dipo Wicaksono.2016. Sikap perilaku ibu baduta
tentang MP-ASI

8 Efektivitas Konseling quasi eksperimen Bebas : Terdapat perbedaan


Laktasi Terhadap dengan one group Multimedia dan pengetahuan yang
Pengetahuan dan Sikap pre-posttest Tatap Muka bermakna antara
pada Ibu Hamil control group sebelum konseling
Trimester III design dengan seduah
Happy Dwi A. 2015. konseling laktasi dengan
nilai p=0,000 (p<0,05)
11

No. Judul, Nama, Tahun, Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian


dan Tempat Penelitian Penelitian
Terikat : dan terdapat perbedaan
Pengetahuan dan sikap ibu yang
Sikap bermakna antara
sebelum konseling
dengan sesudah
konseling laktasi dengan
nilai p=0,001 (p<0,05)

9 Efektivitas Pendidikan quasi eksperimen Bebas : 1. Terdapat pengaruh


Kesehatan menggunakan dengan two group Media Audiovisual perilaku ibu primipara
Media Audovisual dan pre-posttest dan Poster dalam manajemen
Poster terhadap Perilaku control group laktasi sebelum dan
Ibu Primipara dalam design sesudah dilakukan
Manajemen Laktasi Terikat : pendidikan kesehatan
M.Sholehah.2020. Perilaku Ibu pada kelompok
Primipara audiovisual dan poster

10 Pengaruh Intervensi quasi eksperimen Bebas : Rata-rata lamanya pemberian


Pemberian Penyuluhan dengan cross Penyuluhan ASI Eksklusif lebih lama (69,19
ASI Eksklusif pada Ibu sectional hari) pada ibu menyusui yang
Hamil Trimester III diberi penyuluhan lebih atau
Terhadap Pemberian ASI sama dengan 3 kali, bila
Eksklusif di daerah Terikat : dibandingkan yang diberi
Perkotaan Kabupaten Pemberian ASI penyuluhan
Lebak Eksklusif
Omo Sutomo.2012.
12

Perbedaan pada penelitian yang dilakukan di atas terletak pada variabel bebas,metode penelitian, tempat
pelaksanaan dan jumlah sampel. Variabel bebas dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah media
audiovisual dan media leaflet, metode penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimen dengan non equivalent group
(pre test post test design with control group ).Tempat pelaksanaan penelitian akan dilakukan di Klinik Mitra Gustiana
dengan jumlah sampel yang akan diteliti oleh peneliti yaitu 36 responden.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep ASI Eksklusif

a. Definisi ASI Eksklusif

ASI ialah makanan utama yang sangat diperlukan oleh balita. ASI

memiliki protein, lemak, gula, kalsium dengan kadar yang tepat. ASI

juga mengandung zat- zat yang disebut antibodi, melindungi balita dari

segala penyakit selama ibu menyusui (Yusrina & Devy, 2017).

ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek terhadap

hormone. Menurut Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dipenuhi

dengan memberikan ASI secara Eksklusif (Fatimah, 2014).

World Health Organization (WHO) menganggap bahwa

menyusui sebagai sumber penting dari nutrisi untuk bayi dalam 6 bulan

pertama kehidupan, dan menekankan pada ibu untuk praktek menyusui

sebagai satu-satunya sumber makanan. Usia anak antara 6 bulan hingga

2 tahun disarankan agar ibu dapat menggunakan makanan tambahan

untuk memberi makan anaknya bersamaan dengan menyusui (Wibowo,

2016).

13
14

Efek menguntungkan menyusui ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain: inisiasi, lama waktu, dan umur anak

disapih. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemberia

ASI pada jam pertama kelahiran jika tidak ada masalah medis yang

mencegahnya, karena kolostrum memiliki kandungan yang tinggi. dalam

protein, vitamin dan antibodi yang larut dalam lemak yang melindungi

bayi dari penyakit bakteri dan virus. Bayi manusia rentan terhadap

penyakit infeksi karena belum matangnya sistem imun serta organ

utama, oleh karena itu perlu adanya perlindungan tambahan terhadap

faktor bioaktif dalam ASI yang memperkuat mekanisme pertahanan

tubuh terhadap infeksi dan zat asing lainnya. dan meningkatkan sistem

imunologi neonatus yang belum matang (Mellya, 2018).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif

merupakan makanan pertama dan terbaik bagi bayi pada usia 0-6 bulan.

ASI Eksklusif mempunyai berbagai zat gizi dan nutrisi yang penting

untuk tumbuh kembang bayi dan tidak dapat digantikan dengan

makanan yang lain.


15

b. Kandungan ASI Eksklusif

Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan

bayi dalam enam bulan pertama setelah dilahirkan. Pemberian ASI dan

makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan benar merupakan

salah satu upaya prioritas dalam mengembangkan kualitas sumber daya

manusia. Upaya tersebut harus dilakukan secara maksimal agar semua

bayi mendapatkan ASI Ekslusif (hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan cairan lainnya) sampai bayi berusia 6 bulan dan mendapatkan

MP-ASI mulai usia 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi

usia 2 tahun atau lebih (City et al., 2016).

Makanan awal serta utama bayi ialah Air Susu Bunda (ASI). ASI

sesuai sekali untuk penuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, karbohidrat

dalam ASI berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung asam lemak

tidak jenuh ganda, protein utamanya lactalbumin yang mudah dicerna,

kandungan vitamin serta mineralnya banyak rasiokalsium - fosfat

sebesar 2:1 yang menggambarkan kondisi sempurna untuk penyerapan

kalsium. Tidak hanya itu, ASI pula memiliki zat anti infeksi (Ariestanti

& Widayati, 2018).

Adanya faktor pelindung dan gizi yang sesuai dalam ASI menjamin

status gizi bayi yang baik dan mengurangi risikonya morbiditas dan

mortalitas anak. Beberapa studi epidemiologi menyatakan bahwa ASI

melindungi bayi dan anak-anak dari penyakit menular seperti diare dan
16

infeksi akut bagian bawah saluran pernapasan. Kolostrum mengandung

zat kekebalan 10–17 kali lebih banyak daripada susu matang. Zat

kekebalan yang terkandung dalam ASI termasuk melindungi bayi dari

penyakit diare dan mengurangi kemungkinan bayi terkena infeksi

telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Ulaa & Purwanti, 2020).

Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko kejadian

stunting karena ASI mengandung antibodi dan kandungan kalsium pada

ASI mempunyai bioavailabilitas yang tinggi sehingga dapat diserap

dengan optimal terutama dalam fungsi pembentukan tulang (Damayanti

et al., 2017).

c. Manfaat ASI

Menurut (Puspitasari et al., 2015) Manfaat Pemberian ASI eksklusif

bagi bayi yaitu :

1. Sumber nutrisi bagi bayi ASI merupakan sumber gizi yang sangat

ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebutuhan 14 pertumbuhan bayi. ASI ialah makanan balita yang

sangat sempurna, baik mutu ataupun kuantitasnya. ASI sebagai

santapan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi

hingga umur 6 bulan.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh Zat kekebalan yang terdapat pada

ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. ASI

juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi


17

telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi ASI eksklusif

ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.

3. Tingkatkan kecerdasan Memberikan ASI secara eksklusif hingga

bayi berusia 6 bulan hendak menjamin tercapainya pengembangan

kemampuan kecerdasan anak secara maksimal. Mengingat jika

kecerdasan anak berkaitan dengan perkembangan otak serta

perkembangan otak berkaitan dengan nutrisi yang didapatkan.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang selalu terletak

dalam dekapan bunda karena menyusu akan merasakan kasih

sayang ibunya. Ia pula akan merasakan nyaman serta tentram,

paling utama karena masih bisa mendengar detak jantung ibunya.

Perasaan terlindung serta 15 disayangi inilah yang hendak

membentuk karakter yang yakin diri serta dasar spiritual yang

baik.

Sebagian khasiat pemberian ASI untuk bunda antara lain kurangi

perdarahan setelah melahirkan, mengurangi terbentuknya anemia,

menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat ramping

kembali, mengurangi kemungkinan mengidap kanker, lebih hemat

ataupun murah, tidak merepotkan serta hemat waktu, dan memberi

kepuasan untuk ibu (Margawati, 2010).


18

Menyusui secara eksklusif bisa menunda kembalinya kesuburan

serta memacu pemulihan berat badan seperti sebelum hamil. Ibu yang

menyusui secara eksklusif hanya berpeluang sebesar 2% buat berisiko

hamil pada 6 bulan postpartum semasih ibu masih amenorrhoea. Secara

psikologis memberikan ASI eksklusif akan meningkatkan rasa percaya

diri ibu, interaksi antara ibu dan bayi, dan meningkatkan ikatan batin ibu

dan bayi (Ihsani, 2011).

d. Perawatan Puting Susu

Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi

banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit

saat menyusui, terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak

lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu

melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum

melahirkan (Salamah & Prasetya, 2019).

Perawatan puting yang bisa dimulai pada trimester awal kehamilan

adalah dengan melakukan pemeriksaan apakah ada kelainan seperti

tumor, kista, atau kelainan bentuk puting, selain itu permukaan dan

warna juga merupakan suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada

trimester awal. Permukaan yang terdapat luka dan sisik merupakan

suatu kelainan yang perlu diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila


19

warna puting tidak sama dengan kalang payudara, maka patut dicurigai

puting mengalami suatu kelainan.

Membersihkan puting susu dapat dilakukan dengan menghindari

penggunaan sabun, alkohol atau lainnya di area puting karena akan

membuatnya kering, iritasi atau lecet. Besihkanlah dengan air hangat,

gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar puting susu

dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini berguna untuk

membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih mudah

untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara dengan handuk agar

tidak lembab (Fauziah, 2019).

Pada trimester III, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat

dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari pada

dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk

puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan adalah untuk

mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang- kurangnya 2

kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil yang berfungsi

melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri (Adam, 2016).

2. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan pemahaman manusia terhadap sesuatu


20

yang telah didapatkan melalui proses pembelajaran & pengalaman

(Isnan & Rohmiyati, 2016).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut (Yanti,

2012) mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Disebut juga dengan istilah recall (mengingat

kembali) terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat

menjelaskan, menyebutkan , mendeskripsikan, menyimpulkan,

meramalkan,dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil

(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, metode, prinsip,dan sebagainya.


21

4. Analisa

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena

dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Romadhoni & Witir, 2019) terdapat tujuh faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku


22

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika pendidikan yang

rendah, maka akan menghambat perkembangan orang tersebut

terhadap penerimaan infomasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan. Pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkan (Priyoto, 2014).

2. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian (Timporok, 2018) menunjukan

bahwa apabila status pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan

ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan apabila status
23

pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat

memberikan ASI Eksklusif. Karena kebanyakan ibu bekerja, waktu

merawat bayinya lebih sedikit, sehingga memungkinkan ibu tidak

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Penelitian yang dilakukan

(Saloma, 2018) ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Hal ini menunjukkan

bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 0,396 kali

lebih besar untuk memberikan ASI Eksklusif dibanding dengan tidak

memberikan ASI Eksklusif.

3. Umur

Umur adalah semakin tua umur sesesorang, maka pengalaman

akan bertambah sehingga akan maningkatkan pengetahuannya akan

suatu objek (Priyoto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian (Oktarida,

2019) bahwa usia yang aman untuk kehamilan, persalinan, dan

menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, umur yang sesuai

dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam

pemberian ASI eksklusif adalah 20-35 tahun ,sedangkan umur yang

kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik,

mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan,

serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya,

sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang

dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan
24

juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan

nifas.

Umur sangat berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif

pada anak berumur 7-12 bulan, kebanyakan ibu yang berumur lebih

dari 30 tahun mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI

Eksklusif sedangkan ibu yang berumur kurang dari 30 tahun lebih

memberikan susu formula dari pada ASI Eksklusif. Karena umur

merupakan suatu bentuk karena seseorang semakin tua mempunyai

karakteristik tanggung jawab sendiri.

4. Paritas

Penelitian yang dilakukan (Khoiriah, 2018) menyatakan bahwa

paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu.

Paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI

eksklusif, menyusui pada anak sebelumnya, kebiasaan menyusui

dalam keluarga, serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh

terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Dukungan

dokter, bidan, atau petugas kesehatan lainnya, juga kerabat dekat

sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang pertama kali hamil.

Dalam pemberian ASI Eksklusif, ibu yang pertama kali

menyusui pengetahuannya terhadap pemberian ASI Eksklusif belum

berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang sudah berpengalaman

menyusui anak sebelumnya. Penelitian yang dilakukan (Khoiriah,


25

2018) ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI

Eksklusif yaitu paritas rendah bila jumlah anak kurang dari tiga

sedangkan paritas tinggi adalah bila anak lebih dari atau sama

dengan tiga. Prevalensi menyusui Eksklusif meningkat dengan

bertambahnya jumlah anak, karena prevalensi anak ketiga atau lebih

akan lebih banyak yang disusui Eksklusif dibandingkan dengan anak

kedua dan pertama sehingga terdapat hubungan yang bermakna

antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif.

5. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

d. Kategori Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2013) secara kualitas tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

1) Baik = 76% - 100%

2) Cukup = 56% - 75%

3) Kurang = <56%.

3. Konsep Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah suatu bentuk perasaan mendukung atau memihak

(favourable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada


26

suatu objek. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu objek. Sikap adalah suatu keadaan mudah

terpengaruh terhadap seseorang, ide, atau suatu objek (Putri, 2016).

b. Tingkatan

Menurut (Gabriella & Sugiarto, 2020) Sikap terdiri dari berbagi

tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Mengahargai (valueing)

Menghargai yang dimaksud adalah mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan

4. Tanggung jawab (responsible)

Tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling baik

5. Praktik atau tindakan (proactive)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,

untuk mewujudkan menjadi tindakan diperlukan faktor


27

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti

fasilitas. Selain itu juga diperlukan faktor dukungan dari pihak

lain.

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap :

Menurut (Zuchdi, 2010) faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap

1. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya

hal-hal yang menunjang tentang ASI Eksklusif. Dengan demikian

semakin tinggi pendidikan ibu, maka makin mudah untuk

menerima informasi sehingga makin baik pengetahuan ibu tentang

ASI Eksklusif.

2. Informasi mengenai ASI Eksklusif

Keterapaparan informasi mengenai ASI Eksklusif

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan

yang terwujud dalam informasi kesehatan. Hal ini disebabkan

karena seseorang akan mendapat dan mencari informasi kesehatan

maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan.

3. Penghasilan keluarga

Ekonomi (pendapatan) adalah salah satu faktor yang


28

berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya

beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar. Pendapatan

menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika

dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu

untuk memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari

enam bulan. Biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka

daya beli akan makanan tambahan juga mudah, sebaliknya

semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan

makanan tambahan lebih sukar.

Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan

pemberian ASI. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi

pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.

Penghasilan keluarga yang lebih tinggi berhubungan positif

secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu dini

dan makanan buatan pabrik (Maulida et al., 2016).

d. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2012). Sikap diukur

dengan berbagai item pertanyaan yang dinyatakan dalam kategori


29

respon dengan metode Likert. Untuk mengetahui sikap responden

digunakan lima alternatif jawaban . Skor dihitung dan dikelompokkan

ke dalam 2 kategori positif dan negatif, sebagai berikut :

1) Pernyataan positif diungkapkan dengan kata-kata : Sangat

Setuju (SS) mendapat skor 4, Setuju (S) mendapat skor 3,

Kurang Setuju (KS) mendapat skor 2, dan Tidak Setuju (TS)

mendapat skor 1.

2) Pernyataan negatif diungkapkan dengan kata-kata : Sangat

Setuju (SS) mendapat skor 1, Setuju (S) mendapat skor 2,

Kurang Setuju mendapat skor 3, Tidak Setuju (TS) mendapat

skor 4. Adapun hasil ukur kuesioner sikap sikap dikategorikan

menjadi :

a) positif jika skor ≥50 %

b) negatif jika skor < 50 %

Adapaun kriteria interpretasi skornya:

a) Nilai 0%-25% : Sangat Setuju

b) Nilai 26%-50% : Setuju

c) Nilai 51%-75: Kurang Setuju

d) Nilai 76%-100% : Tidak Setuju

4. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang dapat


30

menambah/meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang

melalui teknik praktek belajar atau instruksi yang memiliki tujuan

mengubah atau mempengaruhi perilaku individu, kelompok, atau

masyarakat agar dapat lebih mandiri untuk melaksanakan perilaku hidup

bersih dan mencapai tujuan hidup sehat (Indrayani, 2019).

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan dengan

penyebaran pesan untuk meyakinkan dan mempengaruhi masyarakat

akan pentingnya kesehatan, sehingga dari pendidikan tersebut

masyarakat diharapkan sadar, dapat berbuat sesuatu, dan mengetahui

apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatannya (Prasetyawati, 2013).

Pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya yang direncanakan

untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat

melalui proses pendidikan. Sependapat dengan Efendi & Makhfudi,

yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah serangkaian

upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain, individu,

kelompok, keluarga, maupun masyarakat sehingga terlaksana suatu

perilaku hidup bersih dan sehat (Prasetyawati, 2013).

b. Tujuan

Menurut (Julismin & Hidayat, 2013) tujuan pendidikan kesehatan

adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu,

kelompok, maupun masyarakat dalam bidang kesehatan serta membina,


31

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan secara fisik, mental

dan sosial untuk berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan secara optimal. Dengan diberikannya pendidikan kesehatan,

diharapkan masyarakat mampu menetapkan masalah dan kebutuhan

serta penyelesaian masalah mereka sendiri dan memahami apa yang

dapat dilakukan terhadap masalah dengan sumber daya yang tersedia.

c. Tahap

Merubah perilaku seseorang tidaklah mudah, maka kegiatan

pendidikan kesehatan harus dilaksanakan melalui beberapa tahap.

Tahap-tahap kegiatan pendidikan kesehatan adalah (Prasetyawati, 2013)

1) Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap hal-hal penting yang

berkaitan dengan kesehatan (misalnya kesadaran akan kesehatan,

pelayanan kesehatan, wabah penyakit, kegiatan imunisasi, dan

sebagainya). Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan

pengetahuan, tidak pula mengarah pada perubahan sikap, serta

belum bermaksud agar merubah pada perilaku tertentu. Bentuk

kegiatannya seperti poster, radio, leaflet dan sebagainya.

2) Tahap Publisitas

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi


32

yang bertujuan untuk menjelaskan lebih lanjut secara rinci jenis

atau macam-macam pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan, misalnya di Puskesmas. Bentuk kegiatannya press

release dari Depkes menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam

pelayanan kesehatan yang tersedia pada fasilitas pelayanan

kesehatan (pustu, rumah sakit dan sebagainya).

3) Tahap Edukasi

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap publisitas yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

masyarakat/individu dalam merubah sikap serta mengarahkannya

kepada perilaku tertentu sesuai yang diinginkan dengan cara

menggunakan metode belajar mengajar.

4) Tahap Motivasi

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap edukasi, dalam

tahap ini, pendidikan kesehatan yang telah diikuti oleh masyarakat/

individu, benar-benar dapat mengubah perilaku sehari-harinya

sesuai dengan perilaku yang dianjurkan.

d. Metode

Metode pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok, atau

masyarakat. Menurut (Dewi, 2018) metode penyuluhan merupakan


33

salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil

penyuluhan secara optimal. Dengan adanya pesan kesehatan yang

disampaikan, diharapkan bahwa individu, kelompok, atau masyarakat

dapat memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Metode

pembelajaran dalam pendidikan kesehatan menurut (Utari et al., 2014)

adalah :

1. Metode pendidikan individual

Metode pendidikan ini bersifat individual dan biasanya digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai

tertarik pada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda sehubungan dengan penerimaan dari

perilaku baru tersebut ada 2 bentuk pendekatannya yaitu (Nurmala

et al., 2018):

a. Bimbingan dan penyuluhan

b. Wawancara (interview)

2. Metode pendidikan kelompok

Metode pendidikan ini mempertimbangkan besarnya kelompok

serta tingkat pendidikan formal dari sasaran yang akan diberikan

pendidikan kesehatan. Kelompok besar akan berbeda metodenya

dengan kelompok kecil. Kelompok besar apabila peserta

penyuluhan >15 orang, metode yang tepat untuk pendidikan


34

kesehatan ini adalah ceramah dan seminar, sedangkan kelompok

kecil apabila kelompok penyuluhan <15 orang, metode yang tepat

untuk pendidikan kesehatan ini, yaitu diskusi kelompok, curah

pendapat, bola salju, buzz group, role play, dan simulation game

(Nurmala et al., 2018).

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat luas. Sasaran

dari metode ini bersifat umum, tidak membedakan golongan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

ditangkap oleh massa. Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan

secara tidak langsung, berupa (Nurmala et al., 2018) :

a) Ceramah umum

b) Pidato melalui media elektronik

c) Pesan

d) Media

e. Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh:

1. Faktor pendidik, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai pesan,

penampilan kurang meyakinkan, bahasa kurang dimengerti oleh sasaran,


35

suara terlalu kecil serta penyampaian pesan pendidikan kesehatan yang

terlalu monoton sehingga membosankan.

2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang

tidak sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, sasaran tidak fokus

karena lebih memikirkan kebutuhan lain, kepercayaan/adat istiadat

menjadi kebiasaan sehingga sulit untuk mengubahnya, serta kondisi

lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi adanya

perubahan perilaku.

3. Faktor proses pendidikan kesehatan, misalnya waktu pendidikan

kesehatan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan, tempat

penyampaian pendidikan kesehatan dekat dengan keramaian sehingga

menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran yang

terlalu banyak, alat peraga yang kurang &metode yang digunakan

kurang tepat (Utari et al., 2014).

5. Media Audiovisual

a. Pengertian Media Audiovisual

Media Audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (Kemajuan IPTEK) meliputi media yang

dapat dilihat dan didengar. Media Audivisual memiliki kemampuan lebih

baik karena meliputi 2 jenis media yaitu media audio dan media visual.
36

Karakteristik audio visual meliputi dua macam yaitu media audio visual

gerak dan diam. Media ini selain untuk media hiburan dan komunikasi

juga dapat digunakan sebagai media edukasi yang mudah dipahami

masyarakat dari anak-anak hingga dewasa asal bahasa penyampainnya

jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti semua golongan dan usia

(Purwono, 2014).

b. Manfaat Media Audiovisual

Media Audio Visual mempunyai banyak manfaat adalah sebagai berikut:

1) Memberikan dasar-dasar konkrit untuk berpikir

2) Membuat pembelajaran lebih menarik

3) Memungkinkan hasil pembelajaran lebih tahan lama

4) Memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata

5) Mengembangkan keteraturan dan kontitunitas berpikir

6) Dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh

dengan cara lain membuat kegiatan belajar lebih mendalam, efisien

dan beraneka ragam serta dapat digunakan berulang-ulang.

c. Jenis Media Audiovisual

Jenis Media Audio Visual dibagi menjadi dua macam yaitu Media

Audio Visual murni dan tidak murni. Audio Visual murni adalah unsur

suara maupun gambar berasal dari satu sumber sedangkan Media Audio

Visual tak murni adalah unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber

yang berbeda.
37

Menurut (Khoifah, 2014) mengklasifikasikan ciri utama media pada

tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Bentuk visual itu sendiri

dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (linear

graphic) dan symbol. Di samping itu juga membedakan media siar

(transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi

media:

1) Media audio visual gerak


2) Media audio visual diam
3) Media audio visual semi gerak
4) Media visual gerak
5) Media visual diam
6) Media visual semi
gerak
7) Media audio
Gambar 2.1. Model Komunikasi Menurut Berlo
8) Media cetak
d. Desain Komunikasi

Media Audiovisual

Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar

komunikasi antara guru dengan siswa berlangsung baik dan informasi

yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu mengunakan

media pengajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media dapat terjadi

bila ada komunikasi dari guru (sumber) dan siswa (penerima). Berikut ini

model komunikasi menurut Berlo, sebagaimana dipaparkan oleh

(Asnawir, 2010):
38

Orang yang melakukan atau memberi informasi disebut sumber atau

sender dilambangkan (S), isi pesan disebut message dilambangkan (M),

penerima pesan disebut Receiver dilambangkan (R). Proses itu terjadi

setelah ada reksi umpan balik (feed back) atau dilambangkan (F). Dalam

hal ini penerima akan berubah fungsi menjadi sumber, sedangkan

sumber menjadi penerima pesan. Dalam konsep teknologi pendidikan,

tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara

sumber (pengajar) dengan si penerima (si belajar), namun lebih dari itu

merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan

antara komponen yang satu dengan lainnya, saling berinteraksi dan

saling mempengaruhi.

Dalam dunia pendidikan, penggunaan media atau sarana belajar

seringkali menggunakan pengalaman yang membutuhkan media belajar

seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh pengajar dan audio-

visual. Menurut (Dale, 2010) menyatakan adanya perbedaan

kemampuan daya ingat seseorang, yaitu:

Sesudah 3 jam Sesudah 3 hari

Verbal : 70% 10%


39

Visual : 72 % 20 %

Verbal+Visual : 85% 65%

Penggunaan media dalam pendidikan kesehatan memberikan

beberapa manfaat seperti merangsang minat sasaran, mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, bahasa, dan daya indera pada proses

penerimaan pendidikan, mengatasi sikap pasif sasaran, memberikan

rangsangan, pengalaman serta menimbulkan persepsi yang sama. Hal

ini mendorong keinginan sasaran untuk lebih mengetahui, mendalami,

serta memahaminya yang akhirnya memberikan pengertian yang positif

mengenai pesan kesehatan yang dimaksud. Selanjutnya sasaran akan

meneruskan pesan tersebut kepada orang lain sehingga sasaran yang

diperoleh lebih banyak.


40

B. Kerangka Teori

Model komunikasi Lasswell dianggap oleh para pakar komunikasi

sebagai salah satu teori komunikasi paling awal dalam perkembangan teori

komunikasi. Menurut (Kurniawan, 2018) Model komunikasi Lasswell

menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses

komunikasi dengan menjawab pertanyaan siapa, mengatakan apa, dengan

saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat atau hasil apa . Berikut ini

adalah penjelasan setiap unsur dari model komunikasi Lasswell:

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi atau memulai suatu komunikasi. Setiap pihak bisa

berperan sebagai komunikator, misalnya individu, kelompok, organisasi

maupun suatu negara. Komunikator harus mampu dan mengetahui serta

memahami apa saja yang ingin disampaikan kepada komunikan. Hal ini

sangat penting mengingat sebuah pesan tidak akan sampai dengan baik

apabila komunikatornya tidak memahami apa yang ingin disampaikan

kepada komunikan menyebabkan terjadinya komunikasi yang tidak

efektif. Komunikator dalam penelitian ini adalah peneliti yang

memberikan intervensi dengan media audiovisual tentang ASI eksklusif.

2. Pesan

Pesan adalah seperangkat simbol verbal atau non-verbal yang

mewakili gagasan/maksud, pemikiran, nilai dan tujuan komunikasi dari


41

komunikator. Sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan harus memiliki makna. Makna tersebut diupayakan

makna jelas yang mudah dipahami agar pesan yang ingin disampaikan

oleh komunikator dapat mudah dimengerti oleh komunikan. Pesan

dalam penelitian ini adalah informasi dan edukasi berbagai hal tentang

ASI eksklusif .

3. Media atau metode

Media atau metode adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan dapat

disampaikan menggunakan berbagai macam media/metode, baik secara

langsung seperti melalui tatap muka, maupun tidak langsung, misalnya

melalui media cetak seperti buku, koran, leaflet, brosur dan sebagainya,

atau media elektronik seperti televisi, radio, telepon, media audio atau

media visual. Media dalam penelitian ini adalah media audiovisual.

4. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator.

Setiap pihak bisa berperan sebagai komunikan, misalnya orang,

kelompok, organisasi maupun suatu negara. Sebuah komunikasi

dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator

diterima dengan baik oleh komunikan. Komunikan dalam penelitian ini

adalah ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di

Klinik Mitra Gustiana Samarinda.


42

5. Dampak

Dampak adalah sesuatu yang terjadi pada komunikan setelah

menerima pesan dari komunikator, misalnya peningkatan pengetahuan

dan perubahan sikap. Sebuah pesan dikatakan memiliki makna bagi

komunikan apabila pesan tersebut memiliki dampak yang dapat

meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, membentuk perilaku

tertentu dan sebagainya. Dampak yang diharapkan dari intervensi

penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil

trimester III tentang ASI eksklusif sehingga ibu mau dan mampu

memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Adapapun kerangka

teorinya sebagai berikut :


43

Peneliti
S M R
S F
Pendidikan Kesehatan Tentang ASI Eksklusif

Media Audiovisual

Ibu Hamil Trimester III

Faktor- Faktor yang Faktor- Faktor yang


mempengaruhi pengetahuan: mempengaruhi sikap:
Pendidikan Penghasilan Keluarga
Pekerjaan Informasi
Usia Pendidikan
Paritas
Informasi

Peningkatan Pengetahuan & Sikap


Tentang ASI Esklusif

Gambar 2.2 Kerangka Teori Model Proses Komunikasi Lasswell

Sumber : (Kurniawan, 2018)


44

C. Kerangka Konsep

Konsep penulisan adalah kerangka hubungan antara konnsep - konsep

yang ingin diamati atau di ukur melalui penulisan yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka konsep penulisan Pengaruh

Pendidikan Kesehatan dengan Media Audiovisual tentang ASI eksklusif

terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III di Klinik Mitra

Gustiana Samarinda :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil


Media Audiovisual Trimester III

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian


45

D. Hipotesis Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2017) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternative (Ha), yaitu:

H01 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media Audiovisual

terhadap pengetahuan Ibu Hamil Trimester III

Ha1 : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media Audiovisual

terhadap pengetahuan Ibu Hamil Trimester III

H02 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media Audiovisual

terhadap sikap Ibu Hamil Trimester III

Ha2 : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media Audiovisual

terhadap sikap Ibu Hamil Trimester III


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penedekatan kuantitatif yang mendasarkan pada

penggunaan data berupa angka sebagai alat menganalisis dalam pengukuran

variabel dan menarik kesimpulan dari fenomena yang diteliti. Jenis penelitian ini

adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian non equivalent control group

(pre test post test design with control group). Penelitian ini dilakukan dengan

memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan memberikan perlakuan

kepada kelompok kontrol sebagai pembanding. Bentuk rancangan penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok Eksperimen O1 X1 O2

Kelompok Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :

X1 = Pemberian pendidikan kesehatan dengan media audiovisual

X2 = Pemberian pendidikan kesehatan dengan media leaflet

O1= Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok intervensi

46
47

O2= Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok intervensi

O3= Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

O4= Tes awal (setelah perlakuan) pada kelompok control

Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Sebelum perlakuan pada kelompok diberikan

pretest menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap untuk menentukan nilai

awal responden sebelum intervensi. Selanjutnya responden akan diberikan media

Audiovisual untuk kelompok intervensi dan leaflet untuk kelompok kontrol. 3

jam setelah intervensi responden akan diberikan posttest pada kedua kelompok

untuk menentukan efek perlakuan pada responden.


B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Mei - 21 Juni 2021

2. Tempat Penelitian

Tempat dilakukan penelitian adalah di Klinik Mitra Gustiana Samarinda

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui suatu

kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek yang akan diteliti

(Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

trimester III yang memeriksakan kehamilannya serta terdata di klinik mitra

gustiana pada bulan September – Desember 2020 sebanyak 58 orang.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling

yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017).

Alasan mengambil purposive sampling karena tidak semua sampel memiliki

48
49

kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis

memilih teknik purposive sampling yang menetapkan pertimbangan –

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel

– sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan jumlah dan

penentuan sampel penelitian ini menggunakan rumus Federrer (Suhaerah,

2015) yakni :

Keterangan :

t : Banyak kelompok perlakuan

r : Jumlah replikasi

= (t-1) (r-1) ≥15

( 2- 1)(r-1) ≥ 15

(1 ) (r -1) ≥1

r–1 ≥ 15

r ≥ 16

r = 16 + 10% x 16 = 18

Dari hasil perhitungan hasil r direplikasi menjadi 2 kali. Jadi jumlah

sampel sebanyak 36 responden, 18 kelompok intervensi dan 18 kelompok

kontrol. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu hamil

Trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Mitra Gustiana.


50

Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah subjek penelitian yang

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak dapat

menggantikan sampel dikarenakan tidak memenuhi syarat yang sudah

ditentukan (Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi :

1. Bersedia menjadi responden

2. Ibu hamil trimester III primigravida dan multigravida

b. Kriteria eksklusi :

1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Tidak sedang berada pada waktu dan tempat saat dilakukannya penelitian

3. Ibu hamil yang tidak bisa membaca dan menulis

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering

juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian.Variabel dalam

penelitian ini adalah :


51

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang nilainya

mempengaruhi perubahan variabel lain (Sugiyono, 2017). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah media audiovisual.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi karena

adanya variabel bebas atau independen (Sugiyono, 2017). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan sikap.


52

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Skala Kriteria Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur Penilaian
1. Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Rasio Pernyataan favorable Skor tertinggi
(Dependent) responden pada nomor 3,4 dan 10 pengetahuan ialah 11
menjawab dengan nilai jawaban :
dengan benar a. benar : 1
beberapa b. salah : 0 Parameter pengukuran
pernyataan Pernyataan unfavorable variabel ini
tertulis pada berada pada nomor menggunakan mean,
kuesioner 1,2,5-9 dan 11 dengan median, minimum,
tentang ASI nilai jawaban : maximum dan standar
eksklusif a. benar : 0 deviasi.
b. salah : 1

2. Sikap Respon Kuesioner Rasio Pernyataan favorable Skor tertinggi sikap


responden berada pada nomor ialah 15
(Dependent) terhadap objek genap dengan nilai
yang ditafsirkan jawaban:
melalui a. TS (Tidak Setuju) : 1 Parameter pengukuran
pendapat b. KS (Kurang Setuju) :2 variabel ini
responden c. S (Setuju) : 3 menggunakan mean,
tentang ASI d. SS (Sangat Setuju) :4 median, minimum,
eksklusif Pernyataan unfavorable maximum dan standar
berada pada nomor deviasi.
ganjil dengan nilai
jawaban :
a. SS (Sangat Setuju) :1
b. S (Setuju) :2
c. KS (Kurang Setuju):3
d. TS (Tidak Setuju) :4
3. Audiovisual Media yang - - - -
dapat dilihat
(Independent) dan didengar
53

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan untuk diisi atau

dijawab pengawas peneliti (Sugiyono, 2012). Adapun kuesioner dalam

penelitian ini adalah :

a) Kuesioner pengetahuan dibuat untuk mengukur kemampuan subjek

dalam hal pengetahuan ASI Eksklusif. Kuesioner ini terdiri dari 11

pernyataan. Kuesioner pengetahuan diukur dengan berbagai item

pernyataan dengan skala Guttman. Untuk pernyataan favorable

berjumlah 3 pernyataan yang terdiri dari nomor soal 3,4 dan 10.

Perhitungan nilainya jika pernyataan positif (favorable) benar : 1 dan

salah : 0 dan untuk pernyataan negatif (unfavorable) benar : 0 dan

salah : 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable berjumlah 8

pernyataan yang terdiri dari nomr soal 1,2,5-9 dan 11.

b) Kuesioner sikap Ibu Hamil Trimester III dibuat untuk melihat sikap

ibu terhadap ASI Eksklusif. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan

dan akan dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu.

Kuesioner sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan dengan

skala Likert. Untuk pernyataan favorable berjumlah 7 pernyataan

yang terdiri dari nomor genap. Perhitungan nilainya yakni jika


54

pernyataan positif (favorable) : Sangat Setuju (SS) : 4, Setuju (S) : 3,

Kurang Setuju (KS) : 2 dan Tidak Setuju (TS) : 1 dan jika pernyataan

negatif (favorable): Sangat Setuju (SS) : 1, Setuju (S) : 2, Kurang

Setuju (KS) : 3 dan Tidak Setuju (TS) : 4 Sedangkan untuk

pernyataan negatif (unfavorable) berjumlah 8 pernyataan yang terdiri

dari nomor ganjil.

2. Media Audiovisual

Video yang digunakan merupakan video animasi buatan teman

peneliti dengan mengambil referensi dari beberapa sumber. Video

berdurasi 3 menit dengan materi mengenai pengertian ASI, kandungan

ASI, manfaat ASI, cara memerah ASI, cara menyimpan ASI, cara

pemberian ASI, dan teknik menyusui yang benar.

3. Media Leaflet

Leaflet yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Leaflet yang di

buat oleh kemenkes RI. Adapaun materinya yakni pengertian ASI,

keunggulan ASI, kapan dan bagaimana ASI diberikan dan bagaiamana

cara menyusui yang benar.


55

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang hendak diukur. Kuesioner sebagai alat ukur harus

bisa mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner

yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka

perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)

dengan skor total kuesioner tersebut. Pengujian validitas tiap butir kuesioner

pada dengan menggunakan teknik korelasi product moment antara skor tiap

butir kuesioner dengan skor total (jumlah tiap skor kuesioner). Instrumen

dikatakan valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,

dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) 0,05

(Notoadjmojo, 2018).

Uji validitas instrumen penelitian ini telah dilakukan pada 30

responden ibu hamil yang memasuki usia kehamilan Trimester III di Klinik

Mitra Gustiana Samarinda. Instrumen yang diuji adalah kuesioner dengan

jumlah soal 45 butir soal terdiri dari 30 soal tentang pengetahuan ASI

Eksklusif dan 15 soal tentang sikap ibu hamil terhadap ASI Eksklusif yang

disusun oleh peneliti. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan dari 30 soal

yang diuji hanya 11 soal yang valid. Sedangkan untuk kuesioner sikap dari
56

15 soal yang diuji 15 soal yang valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas telah dilakukan

oleh penelitian sebelumnya menggunakan uji Alpha Cornbach’s pada

instrumen yang telah dinyatakan valid. Kuesioner yang telah lulus uji

validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas.

Alat ukur dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama

meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel jika jawaban dari kuesioner tersebut konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu. Kuesioner sebagai alat ukur harus mempunyai reliabilitas yang

tinggi. Perhitungan reliabilitas hanya bisa dilakukan jika kuesioner tersebut

sudah valid. Dengan demikian harus menghitung validitas dahulu sebelum

menghitung reliabilitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka

tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas.

Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas kuesioner adalah

dengan metode Alpha Cronbach’s. Kuesioner dikatakan reliabel, jika nilai

Alpha Cronbach’s lebih besar dari r tabel. Jika nilai Alpha Cronbach’s lebih

besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka kuisioner memiliki

tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat

dipercaya (Widi, 2011).


57

Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan menyatakan bahwa semua

soal telah lulus uji dengan nilai Alpha Cornbach’s sebesar 0.734 sedangkan

untuk kuesioner sikap nilai Alpha Cornbach’s sebesar 0.936. Sehingga dari

hasil uji reliabilitas menyatakan bahwa semua soal yang lolos dalam uji

validitas dinyatakan lolos uji reliabilitas.

H. Teknik dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing dilakukan dengan memeriksa kembali semua data yang

dikumpulkan dengan tujuan untuk memvalidasi kelengkapan data.

b. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi data dilakukan menyusun data kedalam bentuk tabel sehingga

akan mudah dibaca dan dipahami lalu siap untuk dianalisis.

c. Teknik Penyajian Data

Hasil penelitian dalam penelitian disajikan secara tabular dan tekstular.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

dan Bivariat :
58

a) Analisis Univariate

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan karakteristik

variabel yang diteliti dengan meringkas data secara ilmiah meliputi

mean, median, modus dan range standar deviasi dalam bentuk tabel atau

grafik (Sugiyono, 2017). Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti. Karekteristik

responden dalam penelitian meliputi usia (20-35 tahun), pekerjaan,

pendidikan, paritas, penghasilan keluarga dan keterpaparan informasi

tentang ASI Eksklusif.

b) Analisis Bivariate

Analisis Bivariate dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui

adanya hubungan atau korelasi, perbedaan. Dalam penelitian ini

menggunakan uji t-test anatara lain :

1) Uji Normalitas

Sebelum melakukan analisis data dengan uji t berpasangan,

data terlebih dahulu akan diuji normalitas. Uji normalitas data

bertujuan untuk menganalisa distribusi data normal dan tidak normal

dengan bantuan software statistika. Pengujian dengan Shapiro Wilk

apabila sampel kurang dari 50 sampel. Kesimpulan hasil analisa data

dengan pemaknaan berdistribusi normal jika p > 0,05 dan data tidak
59

berdistribusi secara normal jika p < 0,05 (Sugiyono, 2017).

2) Paired T-test

Menurut (Widiyanto, 2013) Paired Sampel T-test merupakan salah

satu metode pengujian yang digunakan untuk mengkaji keefektifan

perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata sebelum dan rata-rata

sesudah diberi perlakuan. Paired Sampel T-test digunakan apabila

data berdistribusi normal. Alasan mengapa memilih uji Paired

Sampel T-test karena skala variabel dalam penelitian ini berbentuk

rasio. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak

Ho pada uji ini adalah sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t table dan probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05, maka

Ho ditolak dan Ha diterima

b. Jika t hitung > t table dan probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05, maka

Ho diterima dan Ha ditolak

3) Wilcoxon Signed Rank Test

Wilcoxon Signed Rank Test atu dikenal istilah Wilcoxon Match

Pair adalah uji nonparametrik untuk menganalisa signifikasi

perbedaan antar dua data berpasangan berskala ordinal namun tidak

berdistribusi normal (Sugiyono, 2017). Dasar pengambilan

keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji Wilcoxon

Signed Rank Test adalah jika probabilitas (Asymp.sig<0,05 maka


60

hipotesis ditolak. Jika probabilitas (Asymp.sig>0,05 maka hipotesis

diterima).

4) Independent T-test

Independent T-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan

untuk membandingkan rata-rata dua group yang tidak saling

berpasangan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa

penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda.

Analisis yang digunakan untuk uji hipotesis penelitian yaitu uji

beda atau uji T. Uji T yang digunakan yaitu Uji Independent Sample

T-Test. Uji Independent Sample T-Test adalah metode yang

digunakan untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua

sampel yang berbeda (independent). Sebelum dilakukan analisis

Independent Sample T-Test, terlebih dahulu data harus memenuhi

syarat awal, syarat tersebut antara lain:

a. Data berbentuk interval atau rasio

b. Data sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal

c. Variansi antara dua sampel yang dibandingkan tidak berbeda

secara signifikan (homogen)

d. Data berasal dari dua sampel yang berbeda

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan analisis


61

Independent Sample T-test, pengambilan keputusannya dilakukan

dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan

ketentuan:

a. Jika ± thitung < ± ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak .

b. Jika ± thitung > ± ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Selain itu, pengambilan keputusan juga dapat dilihat dari taraf

signifikan p (Sig(2-tailed)). Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan

jika p < 0,05 maka H0 ditolak (Triton, 2016).

5) Uji Mann-Whitney U Test

Uji Mann-Whitney U Test merupakan uji statistik non

parametrik yang digunakan pada data ordinal atau interval, apabila

data tersebut tidak memenuhi satu atau lebih uji prasyarat hipotesis.

Sama halnya dengan uji T, Uji Mann-Whitney U Test juga dapat

digunakan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan antara rata-

rata dua data yang saling independent. Untuk menentukan diterima

atau ditolaknya suatu hipotesis maka pada uji Mann-Whitney U Test

dapat dilihat dari kriteria berikut: 1) Jika Zhitung < Ztabel atau p >

0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak 2) Jika Zhitung > Ztabel atau

p < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.


62
63

I. Rancangan Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Mengajukan surat permohonan izin untuk pengambilan data dan


penelitian ke Klinik Mitra Gustiana Samarinda

Etika Clearence

Memberikan informed consent, menjelasan pelaksanaan dan tujuan kepada responden

Pretest

Intervensi

Posttest
(3 jam setelah intervensi )

Analisis Statistika

Seminar Hasil
64

Gambar 3.2 Rancangan Penelitian

J. Etika Penelitian

Etika penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

2. Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Peneliti

memberikan kebebasan kepada responden untuk berpartisipasi atau tidak

melalui formulir persetujuan subjek (informed consent)

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

4. Responden mempunyai hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan

individu dalam memberikan informasi. Sehingga kerahasiaan informasi

tersebut perlu dijamin oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama,

tetapi cukup menggunakan nomor responden

5. Prinsip keterbukaan dan adil dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, peneliti menjelaskan prosedur

penelitian kepada semua subjek penelitian. Peneliti menjamin responden

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan

6. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

7. Penelitian ini bermanfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada

umumnya dan responden pada khususnya. Peneliti berusaha meminimalisasi


65

dampak yang merugikan. Informasi yang diperoleh melalui penelitian ini.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN.

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Klinik Mitra Gustiana Samarinda salah merupakan salah satu praktik

bidan yang berada di Jl.Antasari Gg.4 Rt 55. Kecamatan Samarinda Ulu

Kabupatan Samarinda. Klinik Mitra Gustiana didirikan pada tahun 2009.

Klinik ini merupakan klinik yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Air

Putih Samarinda.

Klinik Mitra Gustiana Samarinda merupakan salah satu tempat

pelayanan kesehatan yang melayani rawat inap untuk bersalin dengan jam

operasional 24 jam serta pelayanan pengobatan umum pukul 08.00-10.00

WITA setiap harinya. Klinik Mitra Gustiana Samarinda menerima berbagai

pelayanan, yakni Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pemeriksaan

Kehamilan (ANC), pertolongan persalinan dan Imunisasi, Kunjungan nifas

dan BBL, pelayanan KB, pemeriksaan umum dan juga pemeriksaan

kesehatan gigi. Adapun fasilitas yang ada di Klinik Mitra Gustiana yaitu 1

ruang tamu, 1 ruang pemeriksaan, 2 ruang kamar mandi, 3 kamar, 1 ruang

persalinan, 1 apotik dan 1 ruang persalinan.

64
65

2. Karakteristik Responden

a. Usia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


di Klinik Mitra Gustiana Samarina Tahun 2021
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Usia
F % F %
<20 Tahun 0 0 1 5,6
20-35 Tahun 16 88,9 14 77,8
>35 Tahun 2 11,1 3 16,7
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden

pada kelompok intervensi berusia 20-35 tahun sebanyak 16 orang (88,9%).

Dan hampir seluruh responden pada kelompok kontrol juga berusia 20-35

tahun sebanyak 14 orang (77,8%).

b. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


di Klinik Mitra Gustiana Samarina Tahun 2021
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pendidikan
F % F %
SD 3 16,7 13 72,2
SMA 13 72,2 3 16,7
Akademi/
Perguruan 2 11,1 2 11.1
Tinggi
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

pada kelompok intervensi berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (72,2%).

Dan sebagian besar responden pada kelompok kontrol berpendidikan SD

sebanyak 13 orang (72,2%).


66

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


di Klinik Mitra Gustiana Samarina Tahun 2021
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pekerjaan
F % F %
Tidak
16 88,9 12 66,7
Bekerja
PNS/Swasta 2 11,1 6 33,3
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

responden pada kelompok intervensi tidak bekerja sebanyak 16 orang

(88,9%). Dan sebagian besar responden pada kelompok kontrol juga tidak

bekerja sebanyak 12 orang (66,7%).

d. Penghasilan Keluarga

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan


Keluarga di Klinik Mitra Gustiana Samarina Tahun 2021
Penghasilan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Keluarga F % F %
<3.000.000 15 83,3 11 61,1
>3.000.000 3 16,7 7 38,9
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

pengasilan keluarga responden pada kelompok intervensi sekitar <3.000.000

tiap bulan sebanyak 15 orang (83,3%). Dan sebagian besar penghasilan

keluarga responden kelompok kontrol juga sekitar <3.000.000 tiap bulan

sebanyak 11 orang (61,1%).


67

e. Paritas
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
di Klinik Mitra Gustiana Samarina Tahun 2021
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Paritas
F % F %
1 3 16,7 7 38,9
2 2 11,1 6 33,3
3 8 44,4 1 5,6
4 3 16,7 0 0
5 1 5,6 3 16,7
6 1 5,6 1 5,6
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

responden pada kelompok intervensi telah memiliki 2 anak sebanyak 8

orang (44,4%). Dan hampir setengahnya responden pada kelompok kontrol

belum memiliki anak atau kehamilan pertama sebanyak 7 orang (38,9%).


68

3. Analisis Univariat

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk menentukan kelayakan

penggunaan uji paired sample t-test. Uji normalitas yang digunakan

adalah Shapiro Wilk karena jumlah responden kurang dari 50 sampel.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif


Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Klinik Mitra
Gustiana Tahun 2021
Saphiro Wilk Test
Pengetahuan
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pre Test 0,016 0,000
Post Test 0,012 0,024
Sumber : Analisis Data Primer, 2021
Tabel 4.6 hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk

didapatkan nilai signifikan pengetahuan pada kelompok intervensi pre test

sebesar 0,016 dan post test sebesar 0,012, kedua data bernilai P<0,05

artinya data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas

didapatkan nilai signifikan pada kelompok kontrol pre test sebesar 0,000

dan post test perlakuan sebesar 0,024 kedua data tersebut bernilai P<0,05

artinya data tersebut tidak berdistribusi normal.


69

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Sikap Tentang ASI Eksklusif


Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Saphiro Wilk Test
Pengetahuan
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pre Test 0,049 0,013
Post Test 0,041 0,012
Sumber : Analisis Data Primer, 2021
Tabel 4.7 hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk

didapatkan nilai signifikan sikap pada kelompok intervensi pre test

sebesar 0,049 dan post test sebesar 0,041, kedua data bernilai P<0,05

artinya data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas

didapatkan nilai signifikan sikap pada kelompok kontrol pre test sebesar

0,013 dan post test sebesar 0,012, kedua data tersebut bernilai P<0,05

artinya data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Sign-Wilcoxon Test

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Sign-Wilcoxon Test Pengetahuan ASI Eksklusif
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompo Pengetahuan Mean Median Min Maks SD P
k
Kelompo Pre Test 7,28 7,17 6,00 10,00 1,074
k 0,001
Intervensi Post Test 8,67 8,91 5,00 11,00 1,455

Kelompo Pre Test 6,94 6,33 5,00 11,00 1,765


0,839
k Kontrol Post Test 6,83 6,33 4,00 11,00 2,176
Sumber : Analisis Data Primer, 2021
70

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon

pengetahuan pada kelompok kontrol menghasilkan p-value 0,979(<0,05).

Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum

dan sesudah diberikan intervensi. Sedangkan hasil uji statistik

pengetahuan pada kelompok intervensi menghasilkan p-value

0,000(<0,05). Hal ini berarti bahwan terdapat pengaruh media intervensi

berupa media audiovisual dalam meningkatkan pengetahuan responden

mengenai ASI eksklusif antara sebelum dan sesudah intervensi.

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik Sign-Wilcoxon Test Sikap ASI Eksklusif
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok Sikap Mean Median Min Maks SD P

Kelompok Pre Test 7,28 7,17 6,00 10,00 1,074


0,000
Intervensi Post Test 8,67 8,91 5,00 11,00 1,455

Kelompok Pre Test 6,94 6,33 5,00 11,00 1,765


0,979
Kontrol Post Test 6,83 6,33 4,00 11,00 2,176
Sumber : Analisis Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon sikap

pada kelompok kontrol menghasilkan p-value 0,979(>0,05). Hal ini berarti

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

diberikan intervensi. Sedangkan pada kelompok intervensi menghasilkan p-

value 0,000(<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh media

intervensi berupa media audiovisual dalam meningkatkan sikap responden

mengenai ASI Eksklusif antara sebelum dan sesudah intervensi.


71

c. Uji Man Whitney

Kelompok Pengetahuan Mea Median Min Maks SD P


n
K.Intervensi 7,28 7,17 6,00 10,00 1,074
Pre Test 0,085
K.Kontrol 8,67 8,91 5,00 11,00 1,455
K.Intervensi 6,94 6,33 5,00 11,00 1,765
Post Test 0,008
K.Kontrol 6,83 6,33 4,00 11,00 2,176
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Man Whitney Pengetahuan Tentang
ASI Eksklusif Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Sumber : Analisis Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa hasil uji Man Whitney

pengetahuan saat pretest pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menghasilkan p-value 0,085(>0,05). Hal ini berarti bahwa

tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol. Sedangkan pada saat posttest

menghasilkan p-value 0,008(<0,05), hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol.

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Man Whitney Sikap Tentang


ASI Eksklusif Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Kelompok Sikap Mean Median Min Maks SD P

K.Intervensi 7,28 7,17 6,00 10,00 1,074


Pre Test 0,000
K.Kontrol 8,67 8,91 5,00 11,00 1,455
K.Intervensi Post Test 6,94 6,33 5,00 11,00 1,765 0,000
72

K.Kontrol 6,83 6,33 4,00 11,00 2,176


Sumber : Analisis Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa hasil uji Man Whitney

pengetahuan saat pretest pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menghasilkan p-value 0,000(<0,05). Hal ini berarti bahwa

tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Sedangkan dengan p-value

0,008(<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor

pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol


73

B. Pembahasan

Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan uji validitas dan

reabilitas di Klinik Aminah Amin Rianta 1 Samarinda, kemudian dilakukan

pengolahan data untuk mengeliminasi soal yang dinyatakan tidak valid dan

reliable oleh program komputer, setelah kuesioner valid dan reliable, peneliti

melakukan penelitian di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.

Penelitian ini dilakukan dengan responden penelitian yaitu ibu hamil

trimester III yang berjumlah 36 responden, pada saat pemberian informed

consent, kemudian diberikan pretest dan pendidikan kesehatan dengan media

Audiovisual hanya pada kelompok intervensi, lalu setelah dilakukan

intervensi diberikan posttest pada kedua kelompok yaitu kelompok intervensi

dan kelompok kontrol.

Dalam proses penelitian tidak ada kendala yang berarti saat pemberian

media audiovisual tentang ASI Eksklusif karena media yang digunakan tepat

sasaran. Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara langsung

dari responden (data primer) dengan cara mengisi kuesioner yang diberikan

oleh peneliti.

Berikut ini pembahasan mengenai karakteristik responden,

pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan serta pengaruh pendidikan kesehatan dengan media Audiovisual


74

terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester III di Klinik Mitra

Gustiana.

1. Deskripsi Karakteristik Responden

a. Usia

Berdasarkan dari hasil data tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah

responden pada kelompok intervensi yang berusia 20-35 tahun lebih

banyak yaitu berjumlah 16 orang (88,9%). Sementara itu pada

kelompok kontrol yang berusia 20-35 tahun berjumlah 14 orang

(77,8%).

Peneltian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Evayanti (2015) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang berada pada

umur 20-35 tahun lebih mudah menerima informasi dan mudah

memahami apa yang telah disampaikan petugas kesehatan. Pada

penelitiannya tersebut ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang

ASI Eksklusif sebesar 27 %.

Berdasarkan asumsi peneliti sesuai dengan hasil yang telah

dilakukan ibu hamil dengan usia 20-35 tahun memiliki pengetahuan

yang cukup dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan pengetahuan

ibu mengalami peningkatan. Usia 20-35 tahun adalah masa dimana ibu

hamil memiliki risiko kesehatan paling rendah. Secara umum, masa-

masa ini disebut waktu ideal untuk hamil dan melahirkan. Hal ini
75

dikarenakan ibu sudah matang secara fisik, mental dan psikologi serta

memiliki pengetahuan yang cukup baik sehingga ibu lebih cepat

mengerti dan mudah memahami informasi yang telah disampaikan.

b. Pendidikan

Berdasarkan dari hasil data tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian

besar responden pada kelompok intervensi berpendidikan SMA

sebanyak 13 orang dengan persentase 72,2% dan pada kelompok

kontrol berpendidikan SD sebanyak 13 orang dengan persentase

72,2%.

Menurut (Abrianti, 2014) Semakin tinggi pendidikan yang

ditempuh oleh seseorang maka semakin baik pengetahuan dan lebih

luas dibandingkan dengan pendidikan yang rendah.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada

penelitian non formal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sulistiyowati & Siswantara (2014) yang menyatakan

bahwa pendidikan non formal dapat diperoleh dari petugas kesehatan

dalam memberikan informasi. Pada penelitiannya tersebut didapatkan

mayoritas ibu hamil berpendidikan menengah sebesar 56,6% dan

memiliki pengetahuan baik mengenai ASI Eksklusif sebesar 33,3%.

Berdasarkan asumsi peneliti sesuai dengan hasil yang telah

dilakukan ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki pengetahuan

yang cukup serta setelah dilakukan pendidikan kesehatan pengetahuan


76

ibu meningkat menjadi baik. Hal ini dikarenakan ibu hamil mudah

mengerti dan memahami informasi yang diterimanya sehingga

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan semakin positif

sikap yang dihasilkan.

c. Pekerjaan

Berdasarkan dari hasil data tabel 4.3 diketahui pekerjaan ibu

hamil hampir seluruhnya adalah ibu rumah tangga, pada kelompok

intervensi tidak bekerja sebanyak 16 orang dengan persentase 88,9%

dan pada kelompok kontrol juga tidak bekerja sebanyak 12 orang

dengan persentase 66,7%.

Berdasarkan hasil penelitian (Maulana, 2018) lingkungan dan

status ekonomi juga termasuk pekerjaan, bukan hanya tempat tinggal,

organisasi maupun keluarga saja. Pekerjaan menentukan sumber

informasi yang didapatkan dari jaringan sosial yang dimiliki.

Perkembangan teknologi mendukung setiap pekerjaan. Sumber

informasi dan jaringan sosial yang didapatkan lebih banyak

dibandingkan perempuan yang hanya berdiam dirumah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Royaningsih and Wahyuningsih, 2018) yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pengetahuan pada ibu hamil

mengenai ASI Eksklusif, pada penelitiannya tersebut didapatkan

sebesar 21,4% ibu dengan status tidak bekerja dan 62,5%


77

berpengetahuan baik setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

media audiovisual mengenai ASI Eksklusif.

Berdasarkan asumsi peneliti sesuai dengan hasil yang telah

dilakukan ibu hamil dengan status tidak bekerja memiliki pengetahuan

yang cukup serta setelah dilakukan pendidikan kesehatan pengetahuan

ibu meningkat menjadi baik sebesar 88,9%. Hal ini dikarenakan ibu

dengan status tidak bekerja (IRT) dapat lebih mudah meluangkan

waktunya untuk rutin mengikuti kelas ibu hamil atau penyuluhan

kesehatan yang diadakan dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja

maka besar kemungkinan ibu dapat memberikan ASI Eksklusif.

Semakin padat kegiatan ibu maka semakin kecil kemungkinan untuk

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

d. Penghasilan Keluarga

Berdasarkan dari hasil data tabel 4.4 diketahui bahwa hampir

seluruhnya penghasilam keluarga responden pada kelompok intervensi

sekitar <3.000.000 tiap bulan sebanyak 15 orang dengan persentase

83,3% dan pada kelompok kontrol sekitar juga sekitar <3.000.000 tiap

bulan sebanyak 11 orang dengan persentase 61,1%.

Peneliti sependapat dengan (Maulida et al., 2016) yang

menyatakan bahwa Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan


78

pemberian ASI. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi

pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Penghasilan

keluarga yang lebih tinggi berhubungan positif secara signifikan

dengan pemberian susu botol pada waktu dini dan makanan buatan

pabrik.

Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berpenghasilan rendah. Pada kelompok yang memiliki

ekonomi rendah mempunyai peluang lebih besar untuk memberikan

ASI Eksklusif. Karena susu formula yang mahal menyebabkan hampir

sebagian besar pendapatan keluarga hanya untuk membeli susu

sehingga tidak mencukupi kebutuhan yang lain. Dalam hal ini

pendapatan yang rendah lebih berpeluang memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya dibandingkan ibu dengan pendapatan yang tinggi.

e. Paritas

Berdasarkan dari hasil data tabel 4.5 diketahui bahwa hampir

setengahnya responden pada kelompok intervensi telah memiliki 2

anak (Multigravida) sebanyak 8 orang dengan persentase 44,4% dan

pada kelompok kontrol belum memiliki anak (primigravida) sebanyak

7 orang dengan persentase 38,9%.

Dalam pemberian ASI Eksklusif, ibu yang pertama kali

menyusui pengetahuannya terhadap pemberian ASI Eksklusif belum

berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang sudah berpengalaman


79

menyusui anak sebelumnya. Peneliti sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Khoiriah, 2018) yang menyatakan paritas rendah bila

jumlah anak kurang dari dua sedangkan paritas tinggi adalah bila anak

lebih dari atau sama dengan dua. Prevalensi menyusui Eksklusif

meningkat dengan bertambahnya jumlah anak, karena prevalensi anak

kedua atau lebih akan lebih banyak yang disusui Eksklusif

dibandingkan dengan anak pertama .

Dari data penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kelompok intervensi dengan kehamilan multipara

sedangkan pada kelompok kontrol kehamilan primipara. Dalam hal ini

Paritas ibu mempengaruhi pengalaman dalam memberikan ASI

Eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik dalam menyusui

pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak

selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI

secara Eksklusif dan ternyata anaknya tetap sehat makan pada anak

selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI Eksklusif.

hal ini menunjukkan bahwa ibu yang berparitas rendah belum

memiliki pengalaman memberikan ASI Eksklusif.


80

2. Deskripsi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Mengenai ASI

Eksklusif pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan dengan Media Audiovisual

a. Hasil analisis dan deskripsi skor pengetahuan saat pretest kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa skor pengetahuan saat

pretest tertinggi yaitu pada kelompok intervensi dengan skor mean

7,28, skor median 7,17, skor minimum 6,00, skor maksimum 10,00

dan standar deviasi 1,074. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan

skor mean 6,96, skor median 6,33, skor minimum 5,00, skor

maksimum 11,00 dan skor standar deviasi 1,765.

Menurut (Manggiasih, 2020) pengetahuan berupa ide atau hasil

dari sebuah aktivitas atau perilaku manusia yang telah menjadi

penginderaan dari objek tertentu. Pada umumnya pengetahuan ibu

hamil Trimester III masih rendah hal ini dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor misalnya akses informasi yang kurang baik dan

pendidikan yang rendah.


81

Sementara itu (Ropitasari, 2020) menyatakan bahwa faktor lain

dari kurangnya pengetahuan ibu hamil trimester III adalah rendahnya

informasi mengenai ASI Eksklusif. Oleh karena itu perlu adanya

pendidikan kesehatan dengan media yang tepat untut meningkatkan

pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Eksklusif.

b. Hasil analisis dan deskripsi skor pengetahuan saat posttest kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa skor pengetahuan

saat posttest tertinggi yaitu kelompok intervensi dengan skor mean

8,67, skor median 8,91, skor minimum 5,00, skor maksimum 11,00

dan standar deviasi 1,455. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan

skor mean 6,83, skor median 6,33, skor minimum 4,00, skor

maksimum 11,00 dan skor standar deviasi 2,176.

Berdasarkan hasil tersebut nilai mean kelompok intervensi

meningkat lebih tinggi daripada kelompok kontrol saat pretest. Hal ini

berhubungan dengan adanya intervensi pendidikan kesehatan dengan

media audiovisual yang diberikan pada kelompok intervensi.

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perlaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Terdapat berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendiidkan kesehatan berpengaruh dalam meningkatan sasaran


82

responden tentang masalah kesehatan mengenai ASI Eksklusif.

Menurut hasil penelitian Ekajayanti et al., (2019) menyebutkan bahwa

pendidikan kesehatan berpengaruh meningkatkan pengetahuan

responden tentang ASI Eksklusif. Sementara itu hasil penelitian

Haryati et al., (2016) menyebutkan bahwa ada pengaruh pendidikan

kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku responden

mengenai ASI Eksklusif. kedua penelitian tersebut sesuai dengan hasil

penelitian ini yang menunjukkan adanya pengaruh pendidikan

kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai ASI

Eksklusif.

3. Deskripsi Sikap Ibu Hamil Trimester III Mengenai ASI Eksklusif

pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan dengan Media Audiovisual

a. Hasil analisis dan deskripsi skor sikap saat pretest kelompok intervensi

dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa skor sikap saat

pretest tertinggi yaitu kelompok intervensi dengan skor mean 47,17,

skor median 47,60, skor minimum 40,00, skor maksimum 56,00 dan

skor standar deviasi 3,601. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan

skor mean 42,72, skor median 42,33, skor minimum 36,00, skore

maksimum 58,00 dan standar deviasi 4,933.


83

Menurut (Djonis, 2015) sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) dan perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek

tersebut. Pada umumnya sikap ibu hamil trimester III mengenai ASI

Eksklusif masih rendah hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

misalnya pengetahuan, pengalaman pribadi, pekerjaan dan paritas.

Sementara itu penelitian (Napilah et al., 2018) menyatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap adalah tingkat

pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan kesehatan

dengan media yang tepat untu meningkatkan sikap ibu hamil mengenai

ASI Eksklusif.

b. Hasil analisis dan deskripsi skor sikap saat posttest kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa skor sikap saat

posttest tertinggi yaitu kelompok intervensi dengan skor mean 50,33,

skor median 49,71, skor minimum 43,00, skor maksimum 58,00 dan

standar deviasi 3,464. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan skor

mean 42,78, skor median 41,00, skor minimum 36,00, skore

maksimum 52,00 dan standar deviasi 5,275.

Berdasarkan hasil tersebut nilai mean kelompok intervensi

meningkat lebih tinggi daripada kelompok kontrol pada saat posttest.


84

Hal ini berhubungan dengan adanya informasi pendidikan kesehatan

dengan media audiovisual yang diberikan pada kelompok intervensi.

Sikap manusia menurut (Azzwar, 2018) merupakan suatu pola

perilaku atau kesiapan antipatif untuk menyesuaikan diri dalam situasi

sosial. Secara sederhana, sikap adalah proses terhadap stimulasi yang

telah terkondisikan. Semakin baik pengetahuan seseorang maka

semakin positif juga sikap yang ia miliki.

Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

pendiidkan kesehatan berpengaruh dalam meningkatkan sikap

responden tentang masalah kesehatan terutama mengenai ASI

Eksklusif. Menurut hasil penelitian Wulandari (2012) menyebutkan

bahwa adanya pengaruh pendiidkan kesahatan dalam meningkatkan

sikap responden tentang ASI Eksklusif. Sementara itu menurut

penelitian Asfar (2016) juga menyebutkan bahwa terdapat pengaruh

peningkatan sikap dan keterampilan tentang ASI Eksklusif dengan

pemberian pendidikan kesehatan. Oleh karena itu beberapa penelitian

tersebut sesuai dengan penelitian ini dimana pendidikan kesehatan

berpengaruh dalam meningkatkan sikap responden tentang ASI

Eksklusif.

4. Analisis Perbedaan Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif Sebelum

dan Sesudah diberikan Intervensi dengan Media Audiovisual


85

Hasil pretest-posttest menunjukkan peningkatan yang signifikkan

pada rata-rata skor mean pengetahuan kelompok intervensi. Jumlah

peningkatan skor mean pengetahuan tersebut sebesar 1,39. Hasil statistik

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikkan terkait rata-rata skor

mean pengetahuan antara sebelum dan sesduah diberikan intervensi pada

kelompok intervensi dengan p-value 0,001. Adanya signifinkasi

perbedaan ini dipengaruhi oleh adanya intervensi sehingga terjadi

peningkatan rata-rata skor mean pengetahuan.

Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual berpengaruh dalam

meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil trimester III mengenai ASI

Eksklusif. Penelitian yang dilakukan Adawiyani (2013) menyatakan

bahwa media audiovisual dapat berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan ibu hamil yang diberikan penyuluhan dengan menggunakan

media audiovisual anemia dibandingkan dengan penyuluhan yang tidak

menggunakan media audiovisual anemia. Sedangkan penelitian (Harahap

ILW, 2013) menyimpulkan bahwa media audiovisual mampu

mempengaruhi pengetahuan gizi ibu hamil tentang sarapan sehat.

Media audiovisual adalah jenis media yang mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang dillihat, seperti rekaman, video,

berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media

ini dianggap lebih baik dan lebih menarik (Wina, 2011).


86

Menurut (Sriyono, 2015) kelebihan media audiovisual yaitu media

gambar hidup yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan dan

sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Hal ini berbeda dengan

kalimat leaflet yang biasanya diketik secara dan padat sehingga informasi

didalamnya kurang lengkap.

5. Analisis Perbedaan Sikap Mengenai ASI Eksklusif Sebelum dan

Sesudah Diberikan Intervensi dengan Media Audiovisual

Hasil pretest-posttest menunjukkan peningkatan yang signifikkan

pada rata-rata skor mean pengetahuan kelompok intervensi. Jumlah

peningkatan skor mean pengetahuan tersebut sebesar 3,16. Hasil statistik

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikkan terkait rata-rata skor

mean sikap antara sebelum dan sesduah diberikan intervensi pada

kelompok intervensi dengan p-value 0,000. Adanya signifinkasi

perbedaan ini dipengaruhi oleh adanya intervensi sehingga terjadi

peningkatan rata-rata skor mean pengetahuan.

Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

pendiidkan kesehatan dengan media audiovisual berpengaruh dalam

meningkatkan sikap responden mengenai ASI Eksklusif. Penelitian

(Windi Astuti, 2010) mengatakan media audiovisual berpengaruh terhadap


87

sikap ibu hamil tetang IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Penggunaan

audiovisual melibatkan semua alat indra yang terlibat, maka semkain

besar pula kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti.

Peningkatan skor mean sikap responden dalam penelitian ini secara

tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual. Hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual mampu meningkatkan skor mean pengetahuan responden

yang kemudian akan meningkatkan skor mean sikap. Teori sikap yang

dihubungkan dengan pengetahuan menurut (Azwar, 2010) adalah faktor

yang paling dominan membentuk sikap adalah pengetahuan. Seseorang

yang memiliki pengetahuan baik akan menunjukkan sikap positif dalam

kehidupannya, termasuk dalam aspek kesehatan. Oleh karena itu

pendidikan kesehatan tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan tetapi

juga bisa membentuk sikap positif pada diri seseorang.

6. Analisis Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif pada Kelompok

Kontrol Saat Pretest dan Posttest

Hasil pretest-posttest menunjukkan penurunan yang signifikkan

pada rata-rata skor mean pengetahuan kelompok kontrol. Jumlah

penurunan skor mean pengetahuan tersebut sebesar 0,11. Hasil statistik

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikkan terkait rata-rata

skor mean pengetahuan antara sebelum dan sesduah diberikan intervensi


88

pada kelompok kontrol dengan p-value 0,839.

Penurunan skor mean sikap responden dalam penelitian ini

dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan berupa media leaflet. Hal ini

dikarenakan metode yang digunakan pada kelompok kontrol memberikan

penurunan untuk skor mean sikap. Sehingga pemberian pengetahuan

mengenai ASI Eksklusif dari media leaflet kurang tepat untuk ibu hamil.

7. Analisis Sikap Mengenai ASI Eksklusif pada Kelompok Kontrol Saat

Pretest dan Posttest

Hasil pretest-posttest menunjukkan peningkatan pada rata-rata skor

mean sikap kelompok kontrol. Jumlah peningkatan skor mean

pengetahuan tersebut sebesar 0,06. Hasil statistik menunjukkan tidak

adanya perbedaan yang signifikkan terkait rata-rata skor mean sikap antara

sebelum dan sesduah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dengan

p-value 0,979.

Peningkatan skor mean sikap responden dalam penelitian ini secara

tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan berupa media

leaflet. Hal ini dikarenakan metode pada kelompok kontrol mampu

meningkatkan skor mean sikap. Teori sikap yang dihubungkan dengan

pengetahuan menurut (azwar, 2010) adalah faktor yang paling dominan

membentuk sikap adalah pengetahuan. Seseorang yang memiliki


89

pengetahuan baik akan menunjukkan sikap positif dalam kehidupannya.

Meskipun meningkat, nilai mean sikap kelompok kontrol lebih kecil

daripada kelompok intervensi. Peningkatan pada kelompok kontrol

sebesar 0,06 sedangkan peningkatan kelompok intervensi sebesar 3,16.

Selisih yang besar antara kedua peningkatan skor mean sikap ini bisa

dipengaruhi oleh ada tidaknya pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual. Pada kelompok kontrol, pendidikan kesehatan hanya

dilakukan dengan media leaflet. Hal ini menyebabkan peningkatan skor

mean pengetahuan relatif kecil oleh karena itu, skor mean sikap yang

terbentuk juga akan relatif kecil.

8. Analisis Perbedaan Pengetahuan Antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol pada saat Pretest

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

tertinggi saat pretest terdapat pada kelompok intervensi dengan skor mean

7,28. Hasil uji MannWhitney menunjukkan menunjukkan tidak adanya

perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan p-value 0,070. Tidak adanya perbedaan rata-rata

skor pengetahuan antara dua kelompok merupakan sebuah keuntungan

dalam penelitian karena responden dalam kedua kelompok memiliki

pengetahuan yang sama mengenai ASI Eksklusif.

Dari hasil pretest tersebut menunjukkan bahwa skor mean

pengetahuan yang dimilki kelompok intervensi lebih tinggi daripada mean


90

pengetahuan kelompok kontrol pada saat pretest. Meskipun nilai skor

pengetahuan kelompok intervensi pada saat pretest tetapi menurut uji

statistik hal tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan

yang dimiliki antara kedua kelompok tersebut dikarenakan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengetahuan pada kedua kelompok tersebut sebelum

diberikan pendidikan kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang sama.

9. Analisis Perbedaan Pengetahuan Antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol pada Saat Posttest

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

tertinggi saat posttest terdapat pada kelompok intervensi dengan skor

mean 8,67. Hasil uji MannWhitney menunjukkan adanya perbedaan rata-

rata skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

dengan p-value 0,008. Adanya perbedaan rata-rata skor pengetahuan

antara dua kelompok menunjukkan adanya pengaruh media intervensi

berupa media audiovisual dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil

mengenai ASI Eksklusif antara sebelum dan sesudah intervensi.

Peningkatan skor pengetahuan kelompok intervensi tersebut

dipengaruhi oleh adanya pemberian pendidikan kesehatan dengan media


91

audiovisual. Sehingga skor pengetahuan yang didapat oleh kelompok

intervensi lebih tinggi daripada skor pengetahuan kelompok kontrol yang

hanya memberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet. Hal ini

juga bisa disebabkan media audiovisual memberikan informasi yang lebih

banyak dan lengkap darpada kelompok kontrol.

Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dalam meningkatkan

pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Eksklusif atau masalah kesehatan

tertentu. Penelitian yang dilakukan (Adawiyani, 2013) menyatakan bahwa

media audiovisual dapat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

ibu hamil yang diberikan penyuluhan dengan menggunakan media

audiovisual anemia dibandingkan dengan penyuluhan yang tidak

menggunakan media audiovisual anemia. Sedangkan penelitian (Harahap

ILW, 2013) menyimpulkan bahwa media audiovisual mampu

mempengaruhi pengetahuan gizi ibu hamil tentang sarapan sehat.

10. Analisis Perbedaan Sikap Antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol pada Saat Prettest

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

tertinggi saat pretest terdapat pda kelompok intervensi dengan skor mean

47,60. Hasil uji MannWhitney menunjukkan menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan


92

kelompok kontrol dengan p-value 0,000. Adanya perbedaan rata-rata skor

sikap antara dua kelompok merupakan sebuah kelemahan dalam penelitian

karena responden dalam kedua kelompok tidak memiliki pengetahuan

yang sama mengenai ASI Eksklusif.

Nilai skor mean sikap kelompok intervensi lebih tinggi daripada

mean pengetahuan kelompok kontrol pada saat pretest. Namun tidak ada

perbedaan secara statistik antar keduanya. Hal ini bisa disebabkan oleh

kesamaan karakteristik responden dalam kedua kelompok. Selain itu

kedua kelompok belum menerima pendidikan kesehatan sehingga

pengetahuan responden antar kedua kelompok tidak berbeda secara

statistik saat pretest. Oleh karena itu hal tersebut juga mempengaruhi tidak

adanya perbedaan sikap antara kedua kelompok saat pretest.

Meskipun nilai skor pengetahuan kelompok intervensi pada saat

pretest lebih unggul tetapi menurut uji statistik hal tersebut tidak

menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang dimiliki antara kedua

kelompok tersebut dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan pada kedua kelompok tersebut sebelum diberikan pendidikan

kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang sama.

Pada umumnya sikap ibu hamil trimester III mengenai ASI Eksklusif

juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Semakin baik pengetahuan

ibu mengenai ASI Eksklusif maka semakin positif pula sikap yang akan

dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan terakhir responden


93

untuk kelompok intervensi jauh lebih baik daripada kelompok kontrol. Hal

ini menunjukkan bahwa, sikap ibu hamil pada kelompok intervensi

tentang ASI Eksklusif lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.

11. Analisis Perbedaan Sikap Antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol pada Saat Posttest

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

tertinggi saat pretest terdapat pada kelompok intervensi dengan skor mean

50,33. Hasil uji MannWhitney menunjukkan menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan p-value 0,000. Adanya perbedaan rata-rata skor

pengetahuan antara dua kelompok menunjukkan adanya pengaruh media

intervensi berupa media audiovisual dalam meningkatkan sikap responden

mengenai ASI Eksklusif antara sebelum dan sesudah intervensi.

Peningkatan skor mean sikap responden dalam penelitian ini secara

tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual. Hal ini diakrenakan pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual mampu meningkatkan skor mean pengetahuan responden

yang kemudian akan meningkatkan skor mean sikap. Secara sederhana,

sikap adalah proses terhadap simulasi sosial yang telah terkondisikan.

Semakin baik pengetahuan seseorang makan semakin positif juga sikap

yang ia miliki. Intervensi berupa pendidikan kesehatan dalam penelitian


94

ini terbukti meningkatkan nilai rata-rata pengetahuan responden. Oleh

karena itu, peningkatan nilai rata-rata sikap relevan dengan peningkatan

nilai rata-rata pengetahuan.

Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan berpengaruh dalam meningkatkan sikap responden

mengenai ASI Eksklusif. Penelitian (Wulandari, 2018) menyebutkan

bahwa adanya pengaruh pendidikan kesahatan dalam meningkatkan sikap

responden tetang ASI Eksklusif. Sementara itu menurut penelitian (Asfar,

2013) juga menyebutkan bahwa terdapat pengaruh peningkatan sikap

tentang ASI Eksklusif dengan pemberian pendidikan kesehatan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

aduiovisual mengenai ASI Eksklusif terhadap pengaruh dan sikap ibu hamil

trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda memiliki keterbatasan-

keterbatasan dalam melakukan penelitian, adapun keterbatasan-keterbatasan

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut

pengamatan peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti

terhadap pernyataan yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap

jawaban kuesioner. Hal ini bisa di antisipasi peneliti dengan cara

mendampingi dan mengawasi responden dalam memilih jawaban agar


95

responden fokus dalam menjawab pertanyaan yang ada.

2. Instrumen pengumpulan data dirancang oleh peneliti sendiri, oleh karena

itu masih banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu validitas dan

reabilitasnya masih perlu kesempurnaan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas yang berjudul Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audiovisual Tentang ASI Eksklusif

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III di Klinik Mitra

Gustiana Samarinda yang dilaksanakan pada 18 Mei-21 Juni dengan

jumlah sampel 36 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi

serta telah dianalisis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan partitas

berhubungan dengan pengetahuan dan sikap responden.

2. Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

diberikan intervensi dengan media audiovisual sehingga

berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada ibu

hamil trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok media

audiovisual dan kelompok leaflet terhadap pengetahuan dan sikap

ibu hamil trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda.

Dengan kata lain, media audiovisual lebih berpengaruh daripada

leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil

102
104

trimester III.

B. Saran

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik Mitra

Gustiana Saamrinda tahun 2021, sebagai tindak lanjut dari kesimpulan,

dilanjutkan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Diharapkan responden sadar, mau, dan mampu untuk meningkatkan

tentang ASI Eksklusif dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan yang

diadakan oleh tenaga kesehatan, aktif bertanya kepada petugas

kesehatan, ataupun mencari informasi mengenai kesehatan terutama

ASI Eksklusif.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan kepada petugas ataupun tenaga kesehatan di Klnik

Mitra Gustiana untuk dapat memberikan edukasi dengan

menggunakan media sebagai pendukung penyuluhan guna

memaksimalkan pengaruh media audiovisual yang diberikan.

Diharapkan juga petugas Klinik dapat mengadakan kegiatan yang

menarik agar ibu hamil lebih termotivasi untuk rajin melakukan

pemeriksaan kehamilan dan berani untuk bertanya mengenai informasi

kesehatan yang ingin diketahuinya.


105

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi informasi

tambahan tentang penggunaan media audiovisual maupun faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif untuk

menambah referensi dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian di

Poltekkes Kemenkes Kaltim.

4. Bagi Pembaca / Peneliti Lain

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian

dnegan tema yang sesuai dengan penelitian ini, menggunakan metode

penelitian dan media pendidikan kesehatan yang berbeda dalam jangka

waktu yang lebih panjang sehingga penelitian yang dilakukan

memiliki hasil sesuai harapan. Kiranya penelitian ini dapat dijadikan

suatu referensi32az acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abrianti. (2014). Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan


tentang Pelecehan Seksual pada Anak Remaja di Surakarta. Promkes, 3(1), 27–
33.

Adam, S. K. (2016). Perawatan Payudara Pada Masa Kehamilan Dan Pemberian Asi
Eksklusif. Jurnal Ilmiah Bidan, 4(2), 227076.

Afrianto, A., Ss, D., Anggraini, M. T., SS2, - Darmono, & Anggraini, M. T. (2015).
Hubungan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 4-24 Bulan (Studi Di Wilayah Kelurahan
Wonodri Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang). Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 55–62.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1307

Apriliana, A., Kuswanto, K., & Runjati, R. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pemberian Asi
Eksklusif Pada Ibu Hamil Primigravida Di Puskesmas Kapuan Tahun 2016.
Jurnal Kebidanan, 6(13), 26. https://doi.org/10.31983/jkb.v6i13.2871

Ariestanti, Y., & Widayati, T. (2018). Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang ASI
Eksklusif di Pondok Melati Bekasi. Jurnal Pelayanan Dan Pengabdian
Masyarakat (PAMAS), 2, 67–71.

Asnawir. (2010). Media Pembelajaran. Ciputat. Pers.

City, B. A., Al-abedi, N. F. H., & Al-asadi, K. M. N. (2016). Assessment of Mother ’


s Knowledge toward. International Journal of Scientific and Research
Publications, 6(12), 31–38.

102
103

Dale, E. (2010). Audiovisual Methods in Teaching. Holt, Rinehart and Winston Inc.
The Dryden Press.

Damayanti, R. A., Muniroh, L., & Farapti, F. (2017). Perbedaan Tingkat Kecukupan
Zat Gizi Dan Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita Stunting Dan Non
Stunting. Media Gizi Indonesia, 11, 61–69.

Dewi, N. (2018). Tingkat Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap


Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kelurahan Rowosari. 112.

Djonis. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemanfaatan
Antenatal Care Di Puskesmas Kampung Dalam Pontianak. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 1(1), 23–27. https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk00Gbg1iNeDx18l9z7Q06zlOlbrNGA
%3A1606541785209&ei=2eHBX5GsDJ6ortoPrYKxiAM&q=Hubungan+Penge
tahuan+Dan+Sikap+Ibu+Hamil+Dengan+Pemanfaatan+Antenatal+Care+Di+Pu
skesmas+Kampung+Dalam+Pontianak&oq=Hubungan+Pen

Ekajayanti, P., Purnamayanthi, P., & Larasati, N. P. (2019). Pengaruh pendidikan


Kesehatan Tentang ASI Eksklusif terhdap Peningkatan Pengetahuan Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif di PMB Hj. Sulini Denpasar. Jurnal Medika Usada,
2(1), 1–7.

Evayanti, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Pada Ibu
Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Di Puskesmas
Wates Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 1(2), 81–90.
http://malahayati.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/18-60-1-PB.pdf

Fatimah, L. (2014). Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Esklusif pada Masa Nifas
dengan Penambahan Berat Badan Bayi usia 0-6 minggu. Jurnal EduHealth, 4(1),
41–46.
104

Fauziah. (2019). Gambaran Persiapan Laktasi pada Ibu Hamil di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Aceh
Medika, 3(1), 1–11. http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/acehmedika

Fitriani, & Syahputri, V. N. (2019). Strategi Kesiapan Pemberian Asi Eksklusif


Melalui Breast Care Pada Ibu Primigravida. J-Kesmas: Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat (The Indonesian Journal of Public Health), 5(2), 113–
120.

Gabriella, D. A., & Sugiarto, A. (2020). Kesadaran Dan Perilaku Ramah Lingkungan
Mahasiswa Di Kampus. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 9, 260–275.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jish-undiksha.v9i2.21061

Hanifah, S. A., Astuti, S., & Susanti, A. I. (2017). Gambaran Karakteristik Ibu
Menyusui Tidak Memberikan Asi Eksklusif Di Desa Cikeruh Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015. Jurnal Sistem Kesehatan, 3 no 1,
38–43. https://doi.org/10.24198/jsk.v3i1.13960

Haryati, E., Maulana, A., & Fauzan, S. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan ASI
Ekslusif dan Penyediaan Pojok Laktasi terhadap Pengetahuan dan Perilaku Ibu
Bekerja dalam Upaya Pemberian ASI Ekslusif. Jurnal Kebidanan.

Idris, F. P., & Gobel, F. A. (2019). Efektivitas Media Audio Visual dalam
Peningkatan Perilaku Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Tinggimoncong Tahun 2019. 2, 60–64.

Ihsani, T. (2011). Hubungan Promosi Susu Formula Dan Faktor Lainnya Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Di Kota Solok Propinsi Sumatera Barat. 96.

Indrayani, T. (2019). Promosi Kesehatan Untuk Bidan. In K. Ikhwan & Desain


(Eds.), Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). CV.
105

AA. RIZKY.

Isnan, H., & Rohmiyati, Y. (2016). Pelestarian Pengetahuan Seni Ukir Masyarakat
Minangkabau. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 5(1), 241–250.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/15316

Jannah, A. F. (2019). Penerapan Edukasi Dengan Media Audio Visual Dan Modul
Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI. Jurnal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, 2014, 764–772.

Julismin, & Hidayat, N. (2013). Gambaran Pelayanan Dan Perilaku Kesehatan di


Indonesia. Jurnal Geografi, 5, 123–134.

Khoifah. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual dengan metode Reading
Aloud dalam Pembelajaran Bahasa Arab Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok kelas IV semester II.
http://dx.doi.org/10.1016/j.biochi.2015.03.025%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/
nature10402%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nature21059%0Ahttp://
journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/
1268/1127%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nrmicro2577%0Ahttp://

Khoiriah, A. & L. (2018). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemberian ASI


Eksklusif pada Bayi Berumur di Bawah 6 Bulan di BPM Rusmiati Okta
Palembang. Jurnal `Aisyiyah Medika, 2, 69–87.

Kurniawan. (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan. Remaja Roadakarya.

Manggiasih, D. L. (2020). Studi Analisis Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan di


Puskesmas Kecamatan Senen. Jurnal Kesehatan Mercuscar, 3(2), 1–12.

Margawati, L. (2010). Perbedaan Penurunan Berat Badan antara Ibu yang Menyusui
secara Eksklusif dan tidak Eksklusif Selama 4 Bulan Postpartum (Studi di
106

Rumah Bersalin Nur Hikmah Grobogan). Jurnal Universitas Negeri Semarang.

Masthura, R., Yuniwati, C., & Ramli, N. (2019). Efektivitas lembar balik dan leaflet
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI). Jurnal SAGO Gizi Dan Kesehatan, 1, 9–16.
https://doi.org/10.30867/gikes.v1i1.283

Maulida, H., Afifah, E., & Pitta Sari, D. (2016). Tingkat Ekonomi dan Motivasi Ibu
dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Praktek
Swasta (BPS) Ummi Latifah Argomulyo, Sedayu Yogyakarta. Jurnal Ners Dan
Kebidanan Indonesia, 3(2), 116.

Mellya, K. (2018). Hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap


pemberian kolostrum di rsia annisa kota jambi. Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat, 2(2), 124–130.

Napilah, I. S., Herliani, H. Y., & Astiriyani, E. (2018). Pengaruh Hypnobreastfeeding


Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kecukupan ASI pada Bayi di Puskesmas
Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Jurnal Sehat Masada, XII(2),
184. http://ejurnal.stikesdhb.ac.id/index.php/Jsm/article/view/68/52

Notoadjmojo, soekidjo (Ed.). (2018). metodologi penelitian kesehatan.

Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., & Laily, N. (2018). Promosi
Kesehatan. Pusat penerbit dan Percetakan Universitas Airlangga (AUP).

Oktarida, Y. (2019). Hubungan Paritas dan Umur Ibu Bersalin dengan Teknik
Menyusui yang Benar. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 10(2), 135–144.
http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/view/190
107

Pepi Hapitria, R. P. (2017). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Melalui Multimedia


dan Tatap Muka terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Asi dan
Menyusui. Jurnal Care, 5 no 2, 156–167.

Prasetyawati, I. (2013). Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan


Perilaku Siswa. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9, 141–147.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/viewFile/3017/2510

Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Nuha Medika.

Purwono, J. dkk. (2014). Penggunaan Media Audio-Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal
Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2, 127–144.

Puspitasari, S., Pujiastuti, W., Sit, S., & Kes, M. (2015). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Terhadap Status Gizipada Bayi Usia 7-8 Bulan Di Wilayah Puskesmas
Tlogomulyo,Kabupaten Temanggung Tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 4(8), 62–
69.

Putri, N. A. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Personal


Hygiene Mentruasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5, 15–23.
https://doi.org/10.33221/jikm.v5i4.15

Romadhoni, A. A., & Witir, D. W. (2019). Internalisasi Nilai Kearifan Lokal


Indonesia melalui Pembelajaran Sejarah untuk Membangun Karakter Generasi
Muda Jaman Now. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 2(1), 24–37.

Romlah. (2019). Faktor Risiko Ibu Menyusui Dengan Produksi Asi Di Puskesmas 23
Ilir Kota Palembang Risk Factors of Breastfeeding Mothers With Breast Milk
Production At Public Health Center 23 Ilir in Palembang City. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Palembang, 14(1), 32–37.
108

https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/285

Ropitasari, et al. (2020). Pendampingan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kota
Semarang. Jurnal Peduli Masyarakat, 2, 249–258.

Royaningsih, N., & Wahyuningsih, S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Ranotana Weru.
Jurnal Keperawatan Indonesian, 6, 1–6. https://doi.org/10.31596/jkm.v5i2.205

Salamah, U., & Prasetya, P. H. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kegagalan Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Kebidanan, 5, 199–204.

Saloma, W. (2018). Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian


Asi Eksklusif Di Bpm Zuniawaty Palembang Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan, 8.

Soamole, R., Asnaniar, W. O. S., Taqiyah, Y., & Sharief, S. A. (2018). Hubungan
Antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 12-
36 Bulan Di Puskesmas Tamamaung Makassar. Journal of Islamic Nursing,
3(2), 30. https://doi.org/10.24252/join.v3i2.6803

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit


CV.Alfabeta.

Suhaerah. (2015). Statistika Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Pasundan.

Sulistiyowati, T., & Siswantara, P. (2014). Perilaku Ibu Bekerja Dalam Memberikan
ASI Eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah Kerja Puskesmas
Kemilagimojokerto. Jurnal Promke, 2, 89–100.

Timporok, A. G. A. (2018). Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Asi


109

Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangkoan. Jurnal Keperawatan,


6(1), 1–6.

Ulaa, M., & Purwanti, S. Z. (2020). Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Bayi 6-12 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Dan Pelaksanaan IMD. Jurnal
Aisyiyah Medika, 5, 310–326.

Utari, W., Arneliwati, & Novayelinda, R. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan


Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ( Ispa ). Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, 1–7.
jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/3489/3385?

Wibowo, M. (2016). Dukungan Informasi Bagi Ibu Menyusui Dalam Memberikan


ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 69–103.

Widi, R. (2011). Uji Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Epidemiologi


Kedokteran Gigi. Stomatognatic (Jurnal UNEJ), 8(1), 27–34.

Widiyanto. (2013). Statistika Terapan. PT Elex Media Komputindo.

Yanti, R. (2012). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku


Pencegahan Hepatitis B pada Mahasiswa Keperawatan FIKKES di Unimus.

Yovan Hendrik. (2016). Hubungan Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Pada


Ibu Menyusui 0-6 bulan dengan Keberhasilan ASI Esklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Kakap. 6(2252–8121), 74–80.

Yusrina, A., & Devy, S. R. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu
Memberikan Asi Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo. Jurnal Promosi
Kesehatan, 4(1), 11.
110

Zakaria, F., Rono, H., & Kartini, F. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Inisiasi
Menyusu Dini Di Kota Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, 1–28.
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/2397

Zuchdi, D. (2010). Pembentukan Sikap (Teori Reasoned Action). Jurnal Cakrawala


Pendidikan, 3(3), 51–63.
111

LAMPIRAN
112

Lampiran 1

Lembar Informasi dan Kesediaan


(Information and Consent Form)

Saya, Iin Alnur Kholifah dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan


Kalimantan Timur Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Samarinda. Saya ingin
mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audiovisual Tentang ASI Eksklusif Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III di Klinik Mitra Gustiana Samarinda”.
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Audiovisual Tentang ASI Eksklusif Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III di Klinik Mitra Gustiana
Samarinda tahun 2021.
B. Keikutsertaan Sukarela
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Anda
berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri
berpartisipasi. Tidak ada kerugian atau sanksi apapun (termasuk kehilangan
perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima) yang akan
Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti menawarkan
partisipasi Anda dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang diajukan
peneliti mengenai pengetahuan dan sikap yang didapatkan melalui kuisioner
(lembar pertanyaan)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai sarana untuk ibu hami trimester III agar menambah
wawasan dan mau serta mampu memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya.
113

E. Resiko dan Ketidaknyamanan


Tidak ada resiko yang akan ditimbulkan pada penelitian ini, hanya membutuhkan
kesediaan waktu Anda dalam menjawab pertanyaan kuisioner (lembar
pertanyaan)
F. Kompensasi
Dalam hal ini, peneliti akan memberikan kompensasi kepada kepada partisipan
adalah berupa slabber bayi
G. Kerahasiaan
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau
mempublikasikan informasi tentang diri Anda tanpa ijin langsung dari Anda
sebagai partisipan.
H. Klarifikasi
Apabila Anda memiliki pertanyaan apapun terkait penelitian ini atau
membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini, Anda
dapat menghubungi peneliti: Fithri (082241888070)
I. Kesediaan
Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi maka Anda akan mendapatkan satu
salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tanda tangan Anda pada lembar
kesediaan ini menunjukan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam
penelitian.

Tanggal:………………………………2021

Tanda tangan Partisipan


114

Lampiran 2 : Kuesioner Pengetahuan dan Sikap

A. Kuesioner pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Petunjuk

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Anda

No Pernyataan B S

1 ASI tidak dapat diberikan sampai usia 2 tahun

2 Kolostrum adalah air susu berwarna kuning yang berbahaya bagi bayi

3 Selain membentuk zat antibodi, manfaat ASI melindungi bayi dari


infeksi pencernaan
4 Pemerahan ASI dilakukan lebih sering jika produksi ASI sedikit
5 ASI dapat diganti dengan makanan pengganti saat usia bayi kurang
dari 6 bulan
6 ASI mempunyai zat gizi seperti susu formula

7 ASI Eksklusif sama baiknya dengan madu

8 ASI bisa meningkatkan kejadian diare pada bayi

9 Menghangatkan ASI yang sudah diperah dengan cara dipanaskan


melalui microwave (oven)
10 Menyusui dapat membuat ikatan batin antara ibu dan anak

11 ASI dapat memperlambat proses pemulihan pasca salin

2. Berilah tanda cek (√) pada jawaban yang anda pilih


115

B. Kuesioner pengetahuan tentang ASI Eksklusif


Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat ibu dan berilah

tanda cek (√) pada kolom pilihan jawaban berikut ini:

SS : Jika ibu Sangat Setuju S : Jika ibu Setuju

KS : Jika ibu Kurang Setuju TS : Jika ibu Tidak Setuju


No. Pertanyaan SS S KS TS
1. Saya akan memberikan susu formula kepada bayi
saya sembari menunggu ASI saya keluar lancer
2. Saya setuju dengan anjuran pemerintah untuk menyusui
bayi sampai 2 tahun
3. Saya lebih puas jika membersihkan payudara saya
menggunakan sabun saat akan menyusui
4. Saya lebih nyaman ketika posisi bayi sejajar saat
Menyusu
5 Saya akan merasa bahagia jika terlambat dalam
memberikan ASI pada bayi saya
6 Saya sangat bangga jika dapat menyusui kapanpun
ketika bayi saya membutuhkan
7 Saya puas jika mampu menyusui dalam posisi berdiri
dan jongkok
8 Saya lebih puas jika mencuci tangan terlebih dahulu
dengan menggunakan sabun sebelum menyusui
9 Saya puas jika dapat memberikan susu formula pada
bayi saya
10 Saya senang menyusui karena dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker dan menunda kembalinya
kesuburan
11 Jika saya mampu memberikan susu formula maka bayi
saya tidak perlu diberikan ASI
12 Jika saya bekerja atau keluar rumah dalam waktu
cukup lama saya bersedia membawa alat pompa ASI
dan memerah ASI saya
13 Saya puas jika sesekali memberikan susu formula pada
bayi saya
116

14 Saya senang menyusui karena lebih praktis dan tidak


merepotkan
15 Pemberian ASI hanya perlu dilakukan ketika bayi
menangis
Nomor Soal Hasil Keterangan
1 .373* Valid
2 .318 Tidak Valid
3 .292 Tidak Valid
4 .166 Tidak Valid
5 .070 Tidak Valid
6 .064 Tidak Valid
7 .516** Valid
8 .165 Tidak Valid
9 .097 Tidak Valid
10 .186 Tidak Valid
11 -.131 Tidak Valid
12 .395* Valid
13 .191 Tidak Valid
14 .446* Valid
15 .089 Tidak Valid
16 .142 Tidak Valid
17 .389* Valid
18 .165 Tidak Valid
19 .439* Valid
20 .089 Tidak Valid
21 .537** Valid
22 .097 Tidak Valid
23 .430* Valid
24 -.116 Tidak Valid
25 .453* Valid
26 .026 Tidak Valid
27 .062 Tidak Valid
28 .600** Valid
29 .355 Valid
30 .344 Tidak Vlid
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner Pengetahuan
117

Kuesioner Sikap
Nomor Soal Hasil Keterangan
1 .524** Valid
2 .732** Valid
3 .659** Valid
118

4 .513** Valid
5 .854** Valid
6 .833** Valid
7 .777** Valid
8 .728** Valid
9 .744** Valid
10 .715** Valid
11 .841** Valid
12 .714** Valid
13 .738** Valid
14 .836** Valid
15 .723** Valid

Keterangan :
Kuesioner Pengetahuan : Total soal : 30
Soal valid : 11
Soal tidak valid : 19
Kuesioner Sikap : Total soal : 15
Soal Valid : 15
Soal tidak valid :0

Hasil Uji Reabilitas Kuesioner Pengetahuan

Reliability Statistics
119

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.734 .740 11

Hasil Uji Reabilitas Kuesioner Sikap

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.936 .937 15
120

Lampiran 4
Analisis Data

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-35 Tahun 16 88,9 88,9 88,9

>35 Tahun 2 11,1 11,1 100,0

Total 18 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 3 16,7 16,7 16,7

SMA 13 72,2 72,2 88,9

Akademi/Perguruan Tinggi 2 11,1 11,1 100,0

Total 18 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 16 88,9 88,9 88,9

PNS/Swasta 2 11,1 11,1 100,0

Total 18 100,0 100,0

Penghasilan Keluarga

Usia Kehamilan Cumulative


Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Valid < 3.000.000 per bulanFrequency 15
Percent 83,3
Valid Percent 83,3Percent 83,3

>3.000.00028
per bulan 3 3 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 100,0
Total 29 3 18 16,7 100,0 16,7 100,0 33,3
Valid 30 1 5,6 5,6 38,9

32 3 16,7 16,7 55,6

33 1 5,6 5,6 61,1

34 1 5,6 5,6 66,7

35 1 5,6 5,6 72,2

36 5 27,8 27,8 100,0

Total 18 100,0 100,0


121

Gravida

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

1 3 16,7 16,7 16,7

2 2 11,1 11,1 27,8

3 8 44,4 44,4 72,2

Valid 4 3 16,7 16,7 88,9

5 1 5,6 5,6 94,4

6 1 5,6 5,6 100,0

Total 18 100,0 100,0


122
123

Penghasilan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <3.000.000 11 61,1 61,1 61,1

>3.000.000 7 38,9 38,9 100,0

Total 18 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Pendidikan Percent

Valid <20 Tahun 1 5,6 5,6 5,6Cumulative

20-35 Tahun 14 Frequency


77,8 Percent 77,8Valid Percent 83,3 Percent

Valid >35 Tahun


SD 3 16,7
13 72,216,7 72,2100,0 72,2
Total
SMA 18 100,03 100,0
16,7 16,7 88,9

Akademi/Perguruan Tinggi 2 11,1 11,1 100,0

Total 18 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 12 66,7 66,7 66,7

PNS/Swasta 6 33,3 33,3 100,0

Total 18 100,0 100,0

Usia Kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 28 3 16,7 16,7 16,7

29 3 16,7 16,7 33,3

30 1 5,6 5,6 38,9

32 3 16,7 16,7 55,6


124

33 1 5,6 5,6 61,1

34 1 5,6 5,6 66,7

35 1 5,6 5,6 72,2

36 5 27,8 27,8 100,0

Total 18 100,0 100,0

Gravida

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 7 38,9 38,9 38,9

2 6 33,3 33,3 72,2

3 1 5,6 5,6 77,8

5 3 16,7 16,7 94,4

6 1 5,6 5,6 100,0

Total 18 100,0 100,0


125
126
127
128

Anda mungkin juga menyukai